Anda di halaman 1dari 98

SPESIFIKASI TEKNIS

SAMBUNGAN RUMAH

Sambungan Rumah yang dipasang sesuai dengan hasil baseline survey yang
dilaksanakan oleh Konsultan Survey Baseline. Sambungan rumah yang dipasang
harus memenuhi standar teknis yang mengacu pada standar teknis yang dikeluarkan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta SNI.

Kualitas Sambungan Rumah yang dipasang harus memenuhi persyaratan teknis


minimum :
- Meteran Air (SNI)
- Katup Searah (Kuningan)
- Stop Kran (Kuningan)
- Flug Kran (Kuningan)
- Knee (GIP)
- Pipa HDPE / GI
- Pondasi Beton
- Tutup Water Meter Material Plat Besi / Hard Plastik (Warna Kuning)
RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS

KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

PASAL - 1. PENDAHULUAN
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-sama dengan
gambar-gambar yang keduanya menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang
harus dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen-
dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan
menjalankan peralatan dan material tersebut. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus
dilaksanakan dan material yang harus disepakati, harus diterapkan baik pada bagian
dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan
dimana pekerjaan atau material tersebut dijumpai.

PASAL - 2. LOKASI PEKERJAAN


Lokasi pekerjaan sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi Teknis/Lapangan dan dapat
dilihat pada gambar-gambar rencana terlampir.

PASAL - 3. PAPAN NAMA PROYEK


Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama
proyek memuat :
a. Nama Proyek
b. Direksi Teknis/Lapangan
c. Lokasi Proyek
d. Jumlah Biaya (Kontrak)
e. Nama Pelaksana (Penyedia)
f. Masa pelaksanaan proyek bulan, tanggal dan tahun

PASAL - 4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Ruang lingkup pekerjaan sesuai dengan yang terdapat pada daftar kuantitas (form
rencana anggaran biaya). yaitu meliputi :
28.1. Pekerjaan ……………..
28.2. Pekerjaan ……………..
28.3. Pekerjaan ……………..
28.4. Pekerjaan ………………

PASAL - 5. PERIZINAN
Penyedia harus segera mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-izin
yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: izin
penerangan, izin pengambilan material, izin pembuangan, izin pengurugan, izin trayek
dan pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan serta izin-izin lain yang diperlukan
sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.

XII - 1
PASAL - 6. PENANGGUNG JAWAB TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
6.1. Penyedia wajib menetapkan dan menempatkan seorang Kepala Pelaksana,
berpendidikan S1 Teknik Sipil/Lingkungan yang memiliki SKA di bidang Air
Minum, yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan pekerjaan, dan memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis. Kemudian untuk pelaksana
dilapangan penyedia juga wajib mempuyai SKT perpipaan, karena pekerjaan
tersebut di dominasi dengan pekerjaan perpipaan. Penetapan ini harus
dikuatkan dengan surat pengangkatan resmi dari Penyedia ditujukan kepada
Direksi Teknis/Lapangan.
6.2. Selain Kepala Pelaksana Penyedia harus menempatkan tenaga ahli yang
diperlukan sesuai dengan lingkup pekerjaan.
6.3. Tenaga ahli dimaksud minimal terdiri :
a. Satu orang Tenaga Ahli Teknik Air Minum / Ahli Teknik Pengolahan Air
Minum, lulusan minimal S-1 Teknik Sipil / Teknik Lingkungan, memiliki SKA
Teknik Air Minum / Ahli Teknik Pengolahan Air Minum yang berpengalaman
dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
b. Satu orang Tenaga Terampil Perpipaan, lulusan S-1 Teknik Sipil yang
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun atau lulusan D-III Teknik Sipil yang berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan sejenis sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
6.4. Selain pelaksanaan, Penyedia diwajibkan pula memberitahu secara tertulis
kepada Direksi Teknis/Lapangan. Susunan Organisasi Lapangan lengkap dengan
nama dan jabatannya masing-masing.
6.5. Bila dikemudian hari menurut team Direksi Teknis/Lapangan, Pelaksana kurang
mampu melaksanakan tugasnya, maka Penyedia akan diberitahu secara tertulis
untuk mengganti pelaksananya.
6.6. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan,
Penyedia sudah harus menunjuk pelaksana baru sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.

PASAL - 7. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


Penyedia wajib menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
09/PER/M/2008 tentang Pedoman Sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
7.1. Penyedia wajib menyusun tingkat risiko kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
dibahas dengan PPK sebagaimana yang disusun pada awal kegiatan.
7.2. Penyedia wajib membuat RK3K dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dibuat pada awal kegiatan.
b. Harus mencantumkan kategori risiko pekerjaan yang telah ditentukan
bersama PPK.
c. Pada awal dimulainya kegiatan, Penyedia mempresentasikan RK3K kepada
Pejabat Pembuat Komitmen untuk mendapat persetujuan.
d. Tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang memang perlu dilakukan
kaji ulang) dilakukan setiap bulan secara berkesinambungan selama
pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.
XII - 2
7.3. Penyedia wajib melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada setiap paket pekerjaan yang
mempunyai risiko K3 tinggi atau melibatkan sekurang-kurangnya Petugas K3
Konstruksi pada setiap paket pekerjaan yang mempunyai risiko K3 sedang dan
kecil.
7.4. Melakukan kerja sama untuk membentuk kegiatan SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum bila ada dua atau lebih Penyedia yang bergabung dalam satu
kegiatan.
7.5. Penyedia melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat sesuai
ketentuan yang berlaku.
7.6. Penyedia wajib membuat Laporan Rutin Kegiatan P2K3 ke Dinas Tenaga Kerja
setempat dan tembusannya disampaikan kepada PPK.
7.7. Penyedia wajib melaksanakan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
7.8. Penyedia wajib membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3K bidang
pekerjaan umum sebagai bagian dari dokumen serah terima kegiatan pada
akhir pekerjaan.
7.9. Penyedia wajib melaporkan kepada PPK dan Dinas Tenaga Kerja setempat
tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat
kerja kosntruksi yang telah terjadi pada kegiatan yang dilaksanakan.
7.10. Penyedia wajib menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK.
7.11. Penyedia wajib melakukan pengendalian resiko K3 onstruksi Bidang Pekerjaan
Umum yang meliputi : inspeksi tempat kerja, peralatan, sarana pencegahan
kecelakaan konstruksi sesuai dengan RK3.
7.12. Penyedia yang melaksanakan pekerjaan tingkat resiko tinggi wajib memiliki
sertifikat K3 perusahaan yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi yang telah
diakreditasi oleh Komite Akreditasi nasional (KAN).
7.13. Penyedia wajib melaksanakan seluruh ketentuan K3 sesuai dengan ketentuan-
ketentuan sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

PASAL - 8. KEAMANAN KERJA


8.1. Penyedia diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek,
Direksi Teknis/Lapangan dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan baik
terhadap pencurian maupun pengrusakan.
8.2. Untuk maksud-maksud tersebut Penyedia dianjurkan untuk membuat pagar
pengamanan.
8.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap
menjadi tanggung jawab Penyedia dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya
pekerjaan tambah atau pengunduran waktu pelaksanaan.
8.4. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia bertanggung jawab atas akibatnya, untuk
itu Penyedia harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai,
ditempatkan di tempat-tempat yang strategis dan mudah dicapai.

PASAL - 9. JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

XII - 3
9.1. Apabila dianggap perlu, sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, penyedia harus
sudah memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara dan/atau
jembatan kerja sementara yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
9.2. Pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara harus mengikuti peraturan
dan semua perijinan sehubungan dengan pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab penyedia.
9.3. Penyedia harus menghindari kerusakan pada fasilitas jalan masuk yang ada
dengan mengatur trayek kendaraan yang digunakan serta membatasi/membagi
beban muatan.
9.4. Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan
penyedia, mobilisasi peralatan serta pemasukan bahan akan menjadi tanggung
jawab penyedia dan harus segera diperbaiki.

PASAL - 10. PENYEDIAAN AIR KERJA, TENAGA LISTRIK DAN PENERANGAN


10.1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung,
Penyedia harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan
air kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi.
10.2. Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air,
serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan
pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Kantor Proyek, kantor Penyedia,
kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
10.3. Penyedia juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan kantor Proyek dan penerangan proyek pada
malam hari sebagai keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam
penuh dalam sehari.
10.4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan
pengadaan Generator Set, dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia. Pengadaan fasilitas penerangan tersebut
termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur, stop kontak serta
saklar/panel.

PASAL - 11. GAMBAR-GAMBAR KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS


11.1. Penyedia wajib meneliti semua Gambar dan RKS termasuk tambahan dan
perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
11.2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara Gambar dan RKS, maka yang mengikat
adalah RKS. Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka
harus berkonsultasi dengan Direksi Teknis/Lapangan untuk dikoordinasikan
dengan Konsultan Perencana.
11.3. Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antara
gambar rencana dan spesifikasi teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan,
kekurangan, perbedaan dan hal-hal lain yang meragukan, Penyedia harus
mengajukannya kepada Direksi Teknis/Lapangan secara tertulis, dan Direksi
Teknis/Lapangan akan mengoreksi atau menjelaskan gambar-gambar tersebut
untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Koreksi
akibat penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar rencana akan

XII - 4
ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan dan disampaikan secara tertulis
kepada Penyedia.
11.4. Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia harus
menyerahkan gambar kerja (shop drawing) kepada pihak Direksi
Teknis/Lapangan sebanyak 3 (tiga) rangkap, termasuk perhitungan-perhitungan
yang berhubungan dengan gambar tersebut.
11.5. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan di lapangan.
Gambar-gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan
merupakan hasil revisi terkahir. Penyedia juga harus menyiapkan gambar-
gambar yang menunjukan perbedaan antara gambar rencana dan gambar kerja.
Semua biaya untuk itu menjadi tanggung jawab Penyedia.

PASAL - 12. UKURAN-UKURAN


Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambar
tersebut adalah gambar berskala. Jika terdapat perbedaaan antara ukuran dan
gambarnya, maka Penyedia harus segera meminta pertimbangan dan persetujuan dari
Direksi Teknis/Lapangan untuk menetapkan mana yang benar.

PASAL - 13. PERALATAN DAN MOBILISASI


13.1. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan baik berupa alat-alat kecil
maupun besar, harus disediakan oleh Penyedia dalam keadaan baik dan siap
pakai, sebelum pekerjaan fisik yang bersangkutan dimulai antara lain:
a. Mesin pengaduk beton dan mesin penggetar
b. Mesin pemadat/compactor
c. Peralatan pengelasan dan pendukungnya.
d. Crane
e. Perlengkapan penerangan untuk keamanan dan kerja lembur.
f. Peralatan lainnya yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
13.2. Penyedia harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat
berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu-lintas.
13.3. Direksi Teknis/Lapang berhak memerintahkan untuk menambah peralatan atau
menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
13.4. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia diwajibkan untuk segera menyingkirkan
alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan
membersihkan bekas-bekasnya.
13.5. Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan
pada ayat 13.1. penyedia harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat
bekerja pada kondisi apapun, seperti : tenda-tenda untuk bekerja pada waktu
hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang
memerlukan, serta peralatan lainnya.

PASAL - 14. PENYEDIAAN MATERIAL


14.1. Penyedia harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan
dalam daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain
di dalam dokumen kontrak.

XII - 5
14.2. Untuk material-material yang disediakan oleh Direksi Teknis/Lapangan,
Penyedia harus mengusahakan transportasi dari gudang yang ditentukan ke
lokasi pekerjaan. Penyedia harus memeriksa dahulu material-material tersebut
dan harus bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan.
Penyedia harus mengganti material yang rusak atau kurang akibat cara
pengangkutan yang salah atau hilang akibat kelalaian Penyedia.
14.3. Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang
dilaksanakan harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam
dokumen kotrak. Nama produsen material dan peralatan yang digunakan,
termasuk cara kerja, kemampuan, laporan pengujian dan informasi penting
lainnya mengenai hal ini harus disediakan bila diminta untuk dipertimbangkan
oleh Direksi Teknis/Lapangan. Bila menurut pendapat Direksi Teknis/Lapangan
hal-hal tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis
yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh Penyedia
tanpa biaya tambahan.
14.4. Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu
sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan
dengan memperhitungkan jadwal untuk pekerjaan lainnya.

PASAL - 15. DOKUMEN DAN JAMINAN KUALITAS


15.1. Penyedia diharuskan untuk menyerahkan jaminan kualitas dari bahan – bahan
utama yang akan dipasang dari instansi yang berwenang untuk mengeluarkan
jaminan.
15.2. Penyedia harus melampirkan atau membuat nota desain, gambar teknik dan
spesifikasi teknis dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Paket yang ditawarkan.
15.3. Penyedia harus melampirkan gambar serta brosur asli dari pabrik dalam
dokumen penawarannya, yang menggambarkan ukuran dan spesifikasi teknis
dari peralatan yang digunakan pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Paket yang
ditawarkan.

PASAL - 16. CONTOH-CONTOH MATERIAL


16.1. Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara
pengambilan contoh menurut Acuan Normatif yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan. Contoh-contoh harus menggambarkan secara nyata kualitas
material yang akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan.
16.2. Contoh-contoh yang telah disetujui Direksi Teknis/Lapangan harus disimpan
terpisah dan tidak tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas
material tersebut. Penawaran Penyedia harus sudah termasuk biaya yang
diperlukan untuk pengujian material.
16.3. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan barang/material yang disetujui sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan tidak tersedia di pasaran maka penyedia dapat
mengajukan alternatif barang/material dengan kualitas yang sama dengan
spesifikasi yang ditentukan, dengan persetujuan Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 17. PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA


Penyedia dengan tanggungan sendiri dan dengan diketahui Direksi Teknis/Lapangan
harus mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan untuk
melindungi pekerjaan dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak
XII - 6
rusak atau berkurang mutunya karena pengaruh cuaca.

PASAL - 18. PENGUKURAN


18.1. Penyedia harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran dan
penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan (Bouwplank), termasuk
penyediaan Bench Mark dan patok-patok pendukung.
18.2. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga ahli dalam bidangnya dan
berpengalaman.
18.3. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Direksi Teknis/Lapangan agar dapat
ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
18.4. Jika pada saat pengukuran terjadi keraguan, maka hal ini harus ditanyakan
kepada Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 19. PEMATOKAN


19.1. Penyedia harus mengerjakan pematokan untuk menentukan kedudukan dan
peil bangunan sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini seluruhnya harus
mendapat persetujuan Direksi Teknis/Lapangan terlebih dahulu sebelum
memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi Teknis/Lapangan dapat melakukan
revisi pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Penyedia harus
mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.
19.2. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, Penyedia harus
memberitahukan kepada Direksi Teknis/Lapangan sekurang-kurangnya 2 (dua)
hari sebelumnya, sehingga Direksi Teknis/Lapangan dapat mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan pengawasan.
19.3. Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh Penyedia untuk mendapat
persetujuan Direksi Teknis/Lapangan. Hanya hasil pengukuran yang telah
disetujui Direksi Teknis/Lapangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
pembayaran pekerjaan. Penyedia wajib menyediakan alat-alat ukur dengan
perlengkapannya, juru ukur serta pekerjaan lain yang diperlukan oleh Direksi
Teknis/Lapangan untuk melakukan pemeriksaan/pengujian hasil pengukuran.
19.4. Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh Direksi Teknis/Lapangan
atau dipasang sendiri oleh Penyedia harus tetap dipelihara dan dijaga dengan
baik oleh Penyedia. Apabila ada yang rusak harus segera diganti dengan yang
baru dan meminta kembali persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan. Bila
terdapat penyimpangan dari gambar rencana, Penyedia harus mengajukan 3
(tiga) rangkap gambar penampang dari daerah yang dipatok tersebut. Direksi
Teknis/Lapangan akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dari
pendapat/revisi pada satu copy gambar tersebut dan mengembalikannya
kepada Penyedia. Setelah diperbaiki, Penyedia harus mengajukan kembali
gambar hasil revisinya. Gambar-gambar tersebut harus dibuat agar
memungkinkan untuk direproduksi. Semua gambar-gambar yang telah disetujui
harus diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan dalam bentuk asli dan 2 (dua)
copy. Ukuran dan huruf yang digunakan pada gambar tersebut harus sesuai
dengan ketentuan Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 20. RAMBU-RAMBU


Di tempat-tempat yang dipandang perlu, Penyedia harus menyediakan rambu-rambu
XII - 7
untuk keperluan kelancaran lalu lintas. Tanda-tanda tersebut harus cukup jelas untuk
menjamin keselamatan lalu lintas. Apabila pekerjaan harus memotong/menyeberangi
jalan dengan lalu lintas padat, Penyedia harus melaksanakan pekerjaan secara
bertahap atau apabila dipandang perlu dilaksanakan pada malam hari. Segala biaya
untuk keperluan tersebut harus sudah termasuk di dalam penawaran Penyedia.

PASAL - 21. JADWAL PELAKSANAAN

21.1. Penyedia harus menyiapkan jadwal pelaksanaan secara detail dan harus
diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan dimulai. Program kerja tersebut
harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Teknis/Lapangan. Jadwal pelaksanaan tersebut harus mencakup :
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian
pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke
lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan
dan/atau pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh Penyedia.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan
disertai latar belakang pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan.

21.2. Jadwal pelaksanaan tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S
beserta lampiran penjelasan.

21.3. Penyedia wajib memberikan salinan jadwal pelaksanaan yang telah disahkan
oleh Direksi Teknis/Lapangan dalam 5 (lima) rangkap kepada Direksi
Teknis/Lapangan, dan satu salinan harus ditempel di kantor lapangan (direksi
keet) yang dilengkapi dengan grafik kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

21.4. Direksi Teknis/Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia berdasarkan


grafik rencana kerja dan kemajuan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

PASAL - 22. METODE KERJA

Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyedia harus mengajukan metode pelaksanaan


pekerjaan untuk disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Metode kerja sekurang-
kurangnya berisi :
a. Metode pelaksanaan pekerjaan,
b. Untuk komponen pekerjaan tertentu (beton, baja, komponen instalasi dll.) harus
dilengkapi dengan gambar yang menjelaskan pelaksanaannya.
c. Bahan/material yang akan digunakan
d. Peralatan pendukung
e. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan

XII - 8
PASAL - 23. PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
23.1. Penyedia diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya
apabila Direksi Teknis/Lapangan memerlukan penjelasan tentang tempat-
tempat asal mula material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan
sebelum mulai pelaksanaan tahapan tersebut. Dalam keadaan apapun,
Penyedia tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen
tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis/Lapangan.
23.2. Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan
kepada Direksi Teknis/Lapangan sebelum memulai pekerjaan, agar Direksi
Teknis/Lapangan mempunyai waktu yang cukup untuk mempertimbangkan
persetujuannya.
23.3. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut Direksi Teknis/Lapangan
penting, harus dihadiri dan diawasi langsung oleh Direksi Teknis/Lapangan atau
wakilnya. Untuk itu maka Penyedia harus menyampaikan permohonan ijin
pelaksanaan (request) yang harus sudah diterima oleh Direksi Teknis/Lapangan
selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.

PASAL - 24. RAPAT-RAPAT


24.1. Apabila dipandang perlu, Direksi Teknis/Lapangan dapat mengadakan rapat-
rapat dengan mengundang Penyedia dan pihak-pihak tertentu yang berkaitan
dengan pembahasan dan permasalahan pelaksanaan pekerjaan. Semua
hasil/risalah rapat merupakan ketentuan yang bersifat mengikat bagi Penyedia.
24.2. Keputusan rapat yang disepakati dituangkan dalam berita acara dan
ditandatangani oleh seluruh pihak yang berkepentingan.

PASAL - 25. PRESTASI KEMAJUAN PEKERJAAN


25.1. Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan
yang telah diselesaikan Penyedia dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Prosentase pekerjaan ini dihitung dengan membandingkan nilai volume
pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap nilai kontrak keseluruhan.
25.2. Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi kemajuan pekerjaan
berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

PASAL - 26. PENYELESAIAN PEKERJAAN


26.1. Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak
diuraikan secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun
tetap diperlukan agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik
secara keseluruhan sesuai dengan kontrak.
26.2. Penyedia harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/atau secara
keseluruhan sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil
pengujian terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, Penyedia
dengan biaya sendiri harus melaksanakan perbaikan sampai dengan hasil
pengujian ulang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Teknis/Lapangan.

XII - 9
PASAL - 27. LAPORAN-LAPORAN
Penyedia harus menyusun dan menyerahkan laporan pelaksanaan pekerjaan, yang
terdiiri dari :
27.1. Laporan harian yang berisi laporan yang mencatat seluruh rencana dan realisasi
aktivitas pekerjaan harian.
Laporan harian berisi :
a. Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan;
b. Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c. Jenis, jumlah, dan kondisi peralatan di lapangan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan;
f. Hasil inspeksi/pengawasan/patroli K3 dan lingkungan;
g. Kejadian insiden/kecelakaan atau penyakit akibat kerja, jika ada, dan
tindak lanjutnya;
h. Catatan lain yang dianggap perlu.
27.2. Laporan Mingguan, yang berisi terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi
hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan, hasil inspeksi K3, mutu, dan
lingkungan termasuk tindak lanjutnya, serta catatan lain yang dianggap perlu.
27.3. Laporan bulanan dibuat oleh Penyedia, terdiri dari rangkuman laporan
mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan,termasuk hasil
pelaksanaan RK3K, program mutu dan lingkungan.
27.4. Untuk kelengkapan laporan, Penyedia dan Direksi Teknis wajib membuat foto-
foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan danevaluasi pencapaian sasaran K3,
mutu dan lingkungan, termasuk rekomendasi untuk peningkatan kinerja K3,
mutu dan lingkungan.
27.5. Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan minimal pada kondisi 0%, 25%, 50%, 75%
dan 100% , atau sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan Direksi
Teknis/Lapangan. Dalam pembuatan dokumentasi harus berisi informasi
mengenai jenis pekerjaan, lokasi dan kondisi kemajuan pekerjaan.

PASAL - 28. SHOP DRAWING


28.1. Penyedia wajib membuat shop drawing yang terdiri dari gambar kerja lengkap
sesuai dengan kondisi lapangan untuk semua pekerjaan serta detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam gambar rencana atau yang diminta Direksi
Teknis/Lapangan. Shop drawing ini harus jelas mencantumkan dan
menggambarkan semua data yang diperlukan.
28.2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan software CAD.
28.3. Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Direksi Teknis/Lapangan sebelum
pelaksanaan pekerjaan.

PASAL - 29. AS BUILT DRAWING


29.1. Setelah pekerjaan selesai Penyedia diharuskan menyerahkan As build drawing
yang menunjukan gambar yang terpasang disertai perubahannya bila ada paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum penyerahan akhir pekerjaan.
XII - 10
29.2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan software CAD.
29.3. Dokumen pekerjaan terlaksana/terpasang (as built documents) yang diserahkan
kepada pengguna pekerjaan konstruksi pada saat serah terima akhir pekerjaan
adalah termasuk dokumen hasil proses manajemen risiko K3 Perancangan dan
Pelaksanaan serta SOP K3 Pemanfaatan Bangunan/Konstruksi.
29.4. Apabila penyedia terlambat menyerahkan gambar pelaksanaan, maka PPK
dapat menahan sejumlah uang sesuai ketentuan dalam syarat-syarat khusus
kontrak.
29.5. Apabila penyedia tidak menyerahkan gambar pelaksanaan, maka PPK dapat
memperhitungkan pembayaran kepada penyedia sesuai dengan ketentuan
dalam syarat-syarat khusus kontrak.

PASAL - 30. ” KANTOR PROYEK, GUDANG DAN LOS KERJA ( bila diperlukan) ”
30.1. Penyedia harus membuat kantor proyek tempat bagi pelaksana dan Direksi
Teknis/Lapangan bekerja, dengan luas yang memadai (minimal 10 m2) dan
dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
30.2. Penyedia juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar
dari gangguan cuaca dan pencurian.
30.3. Penempatan kantor dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar mudah
dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
30.4. Penyedia harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat
(bedeng) dan tempat ibadah bagi pekerja penyedia.
30.5. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja
bagi tukang/pekerja Penyedia dan mempunyai kondisi yang cukup baik,
terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
30.6. Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan.

XII - 11
VII - B. PEKERJAAN SIPIL

PASAL - 1. REFERENSI DAN STANDAR


Semua pekerjaan sipil mengacu kepada acuan normatif yang telah ada, antara lain :
SNI 07-0076-1987 Tali kawat baja
SNI 03-0349-1989 Bata beton untuk pasangan dinding
SNI 03-1738-1989 Panduan pengujian CBR lapangan
SNI 03-1742-1989 Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah
SNI 03-1743-1989 Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah
SNI 03-1744-1989 Metode pengujian CBR laboratorium
SNI 05-0820-1989 Baja profil I, C dan L
SNI 03-1749-1990 Cara penentuan besar butir agregat untuk adukan dan beton
SNI 03-1750-1990 Mutu dan cara uji agregat beton
SNI 03-1753-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 70 mikron agregat
kasar untuk beton
SNI 03-1754-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 50 mikron agregat
kasar untuk beton
SNI 03-1756-1990 Cara penentuan kadar zat organik agregat halus untuk beton
SNI 03-1765-1990 Cara uji butiran pipih dan panjang agregat untuk beton
SNI 03-1964-1990 Metode pengujian berat jenis tanah
SNI 03-1965-1990 Metode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1966-1990 Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan
kasar
SNI 03-1969-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat
kasar
SNI 03-1970-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat
halus
SNI 03-1971-1990 Metode pengujian tentang kadar air agregat
SNI 03-1972-1990 Metode pengujian slump beton
SNI 03-1974-1990 Metode pengujian kuat tekan beton
SNI 03-2417-1991 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles
SNI 03-2458-1991 Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar
SNI 03-2493-1991 Pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium
SNI 03-2495-1991 Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 15-2530-1991 Metoda pengujian kehalusan Semen Portland
SNI 15-2531-1991 Metode pengujian berat jenis Semen Portland
SNI 03-2647-1992 Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 03-2816-1992 Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk
campuran mortar dan beton
SNI 03-2819-1992 Metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka dengan
alat ukur tipe baling-banling
SNI 03-2828-1992 Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus
pasir
SNI 03-2832-1992 Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah
maksimum dengan kadar air optimum.
SNI 03-2914-1992 Spesifikasi beton bertulang kedap air
SNI 03-3402-1994 Metode pengujian berat isi beton ringan struktural
SNI 03-3407-1994 Sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan sodium sulfat
SNI 03-3422-1994 Metode pengujian batas susut tanah
SNI 03-3423-1994 Metode pengujuan analisis ukuran butir tanah dengan alat

XII - 12
hidrometer
SNI 15-2049-1994 Semen Portland
SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan dan pengecoran beton
SNI 15-3758-1995 Semen adukan pasangan
SNI 03-4804-1998 Metode pengujian berat isi rongga udara dalam agregat.
SNI 03-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding
SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-6477-2000 Metode penentuan nilai 10% kehalusan untuk agregat.
SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses kanal dingin untuk
tulangan beton
SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung
SNI 03-2491-2002 Metode pengujian kuat tarik belah beton.
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah
SNI 03-3449-2002 Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan
agregat ringan.
SNI 03-6762-2002 Metode pengujian tiang pancang terhadap bahan lateral
SNI 03-6796-2002 Metode pengujian untuk menentukan daya dukung tanah
dengan beban statis pada pondasi dangkal
SNI 03-6806-2002 Tata cara perhitungan beton tidak bertulang struktural
SNI 03-6812-2002 Anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton
SNI 03-6814-2002 Tata cara pelaksanaan sambungan mekanis untuk tulangan
beton
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton
SNI 03-6820-2002 Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan
plesteran dengan bahan dasar semen
SNI 03-6861.2-2002 Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja)
SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton struktural
SNI 03-6882-2002 Spesifikasi motar untuk pekerjaan pasangan
SNI 03-6889-2002 Tata cara pengambilan contoh agregat

XII - 13
PASAL - 2. PEKERJAAN TANAH
2.1. Pembersihan Tanah
(1) Seluruh pepohonan, semak belukar dan akar-akar pohon di dalam daerah
batas pekerjaan harus dibersihkan dan ditebang, termasuk setiap pohon di
luar batas-batas ini yang diperkirakan dapat jatuh dan menghalangi
bangunan, kecuali ada pernyataan lain yang tertera di dalam syarat-syarat
khusus dan gambar rencana.
(2) Bagian atas tanah tanaman harus tersendiri digali sampai kira-kira
kedalaman 20 cm dan ditimbun di satu tempat yang layak, agar dapat
digunakan lagi.
(3) Pembersihan dan pengupasan di luar batas daerah pekerjaan tidak
diberikan pembayaran kepada Penyedia, kecuali pekerjaan tersebut atas
permintaan dari Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Bila dinyatakan dalam syarat-syarat khusus atau diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan bahwa pepohonan rindang dan tanaman ornamen
tertentu akan dipertahankan, maka pepohonan/tanaman tersebut harus
dijaga betul dari kerusakan atas biaya Penyedia.
(5) Pepohonan yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian rupa
dengan tidak merusak pepohonan/tanaman lain yang dipertahankan,
semua pohon, batang pohon, akar dan sebagainya harus dibongkar
dengan kedalaman minimal 20 cm di bawah permukaan tanah asli dari
permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih rendah).
Bersama-sama dengan seluruh jenis sampah dalam segala bentuknya
harus dibuang pada tempat yang tidak terlihat dari tempat pekerjaan
menurut cara yang praktis atau dikubur.
(6) Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat pembersihan,
harus diperbaiki oleh Penyedia atas tanggungannya sendiri. Bila akan
dilakukan pembakaran hasil penebangan, Penyedia harus
memberitahukan kepada penghuni terhadap milik-milik yang berbatasan
dengan pekerjaan minimal 48 jam sebelumnya. Penyedia akan selalu
bertindak sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai
pembakaran di tempat terbuka.
(7) Pada pelaksanaan pembersihan, Penyedia harus berhati-hati untuk tidak
mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda
lainnya. Perhitungan pembiayaan untuk pekerjaan ini mencakup
penyediaan peralatan, tenaga dan pembuangan bahan-bahan sisa
dibebankan kepada Penyedia dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknis/Lapangan.
2.2. Galian Tanah
(1) Penyedia dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Sebelum penggalian dimulai, Penyedia wajib mengajukan usulan
penggalian yang akan ditempuh minimal menyebutkan :
a. Urut-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau skema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
XII - 14
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
(3) Penggalian harus dilaksanakan sampai mencapai kedalaman sebagaimana
ditentukan dalam gambar-gambar. Dalam pelaksanaan galian harus sesuai
rencana dan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan.
(4) Pada daerah galian yang mengandung air, Penyedia harus membuat
saluran penampung air, di dasar galian yang meliputi areal galian. Air yang
terkumpul harus dapat dipompa keluar ke tempat yang aman agar tanah
dasar galian tetap kering, oleh karenanya Penyedia wajib mempersiapkan
pompa lengkap dengan perlengkapannya untuk keperluan penyedotan air
tersebut.
2.3. Penyangga Galian
(1) Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah tanggung
jawab dari Penyedia; yang harus memperbaiki semua kelongsoran-
kelongsoran. Penyedia harus membuat penyanggapenyangga/penahan
tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan galian tambahan atau urugan
bila diperlukan.
(2) Penyedia diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua tebing dan
galian yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki longsoran-longsoran
tanah selama masa Kontrak dan Masa Perawatan.
2.4. Perlindungan Hasil Galian
Penyedia baru boleh melaksanakan pekerjaan selanjutnya, setelah ia mencapai
sesuatu tahap dimana penggalian yang dihasilkannya disetujui oleh pihak
Direksi Teknis/Lapangan pekerjaan termasuk perlindungan permukaan--
permukaan galian itu secara efektif terhadap kerusakan oleh sebab apapun. Bila
pihak Penyedia tidak memberikan perlindungan yang baik, maka ia menggali
kembali daerah yang bersangkutan sampai ke suatu tahap/tingkat lanjutan yang
disetujui oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan, dimana untuk selanjutnya tidak
diberikan tambahan oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan.
2.5. Coffer dam
(1) Untuk galian di bawah air atau di bawah permukaan air tanah, harus
digunakan coffer dam. Sebelum dimulainya pekerjaan, Penyedia harus
memberikan gambar rencana coffer dam yang akan dikerjakan kepada
Direksi Teknis/Lapangan untuk disetujui.
(2) Coffer dam untuk galian pondasi harus dibuat cukup dalam di bawah
permukaan dasar pondasi yang cukup kedap air, dan diperkuat dengan
silang-silang penguat yang cukup kuat, agar keselamatan kerja terjamin.
Luas coffer dam harus direncanakan cukup untuk penempatan perancah
atau acuan pondasi serta besi untuk keperluan pemompaan air keluar
acuan beton.
(3) Coffer dam harus direncanakan sedemikian rupa agar cukup memenuhi
syarat untuk melindungi beton muda dari arus air deras atau erosi, silang-
silang penguat dan atau bagian-bagian lain dari coffer dam tidak
diperbolehkan masuk ke dalam dan menjadi bagian permanen dari
pondasi tanpa persetujuan Direksi Teknis/Lapangan, jadi harus dibongkar
XII - 15
dengan hati-hati agar tidak merusak konstruksi.
2.6. Urugan Tanah/Penimbunan Kembali
(1) Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis secara
horizontal dan dipadatkan.
(2) Tebal dari tiap lapis timbunan maksimal 15 cm dan selama proses
pemadatan, harus dijaga agar kadar air dalam kondisi optimum untuk
mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum.
(3) Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor)
dan untuk pekerjaan yang besar dapat dipakai roller dan sebagainya,
dengan kapasitas yang sesuai.
(4) Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat
membahayakan, misalnya dapat merusak permukaan beton, pipa ataupun
lapisan finishing yang lain.
(5) Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan
diratakan sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti turunnya
permukaan, bergelombang, dan sebagainya.
2.7. Penggunaan Material Bekas Galian
(1) Penyedia harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan
dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah dan dilindungi dari
segala pengotoran-pengotoran seperti bahan-bahan yang dapat merusak
beton atau pipa, akar dari pohon, kayu dan sebagainya.
(2) Berbagai jenis material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material
yang sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung
dan sebagainya. Penggunaan jenis-jenis material yang akan dipakai untuk
keperluan penggunaan harus ada persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan.
2.8. Urugan Pasir
(1) Material pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar, kotoran-
kotoran, tidak mengandung tanah dan tidak mengandung kimia yang
dapat merusak bahan bangunan lainnya.
(2) Lapisan urugan pasir disirami air dan dipadatkan dengan menggunakan
stemper sampai terbentuk lapisan pasir setebal 10 cm atau sesuai gambar
dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan
sebelum pekerjaan lanjutan.
2.9. Pengurugan Dengan Bahan Material Lain
Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan batu
merah, dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana. Bahan-
bahan tersebut harus bersih, bebas dari kotoran-kotoran, serta mempunyai
gradasi yang sesuai dengan yang diperuntukan.
2.10. Pengembalian Ke Kondisi Awal
(1) Penyedia harus melaksanakan pengembalian ke kondisi awal sebelum
pelaksanaan galian.
(2) Pengembalian lapisan permukaan seperti lapis permukaan jalan harus
sesuai dengan kualitas perkerasan sebelumnya.

XII - 16
2.11. Cara Pengukuran Hasil Kerja dan Dasar Pembayaran
3
(1) Jumlah yang akan dibayar, adalah jumlah kubikasi dalam m dari tanah
galian yang diukur dalam keadaan asli dengan cara luas ujung rata-rata
3
atau kubikasi dalam m dari tanah yang dipadatkan pada pekerjaan
urugan.
(2) Pengukuran volume tidak diperhitungkan untuk galian yang dilakukan di
bawah bidang dasar pondasi atau di bawah bidang batas bawah yang
ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan. Juga tidak diperhitungkan untuk
galian yang diakibatkan oleh pengembangan tanah, pemancangan,
longsor, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
(3) Kedudukan dasar pondasi yang tercantum pada gambar rencana, hanya
bersifat pendekatan dan perubahan-perubahan sesuai dengan ketentuan
Direksi Teknis/Lapangan dapat diadakan tanpa tambahan pembiayaan.
(4) Volume galian konstruksi untuk tanah-tanah di bawah muka air tanah,
akan dibayar tersendiri, yaitu untuk volume tanah galian yang terletak
minimum 20 cm di bawah muka air tanah konstan pada lubang galian.
(5) Jumlah yang diukur dengan cara seperti tersebut di atas tanpa
mempertimbangkan cara dimana material tersebut akan dibuang, dibayar
menurut harga satuan sesuai dengan mata pembayaran.
(6) Harga tersebut harus telah mencakup semua pekerjaan yang perlu dan
hal-hal lain yang umum dikerjakan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya.

PASAL - 3. PEKERJAAN BETON

3.1. Lingkup Pekerjaan


(1) Pekerjaan meliputi penyediaan dan pendaya-gunaan semua tenaga kerja,
bahan-bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk
semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan
semua pekerjaan pertukangan/keakhlian lain yang ada hubungannya
dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau
sebagaimana diperlukan.
(2) Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak
termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah
ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula
besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi
beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam
gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan Direksi Teknis/Lapangan, guna mendapatkan ukuran yang
sesungguhnya.

3.2. Persyaratan Bahan


(1) Mutu Semen
a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan
Acuan Normatif SNI 15-2049-1994.
b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan dan harus dikirim ke lapangan dalam kantong
yang tertutup atau dalam tempat lain dari pabrikan yang sudah

XII - 17
disetujui.
c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan, Penyedia harus
memberikan pada Direksi Teknis/Lapangan, satu faktur untuk tiap
pengiriman semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan jumlah
semen yang dikirim, bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrikan
yang menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa
dalam segala hal sesuai dengan Acuan Normatif.
d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak
tembus air serta dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian,
semen yang membatu atau menggumpal atau yang rusak kantongnya
akan ditolak.
e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan Acuan
Normatif bila dianggap perlu oleh Direksi Teknis/Lapangan. Direksi
Teknis/Lapangan berhak untuk menolak semen yang tidak memuaskan,
sekalipun sudah terdapat sertifikasi dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas
biaya Penyedia. Penyedia harus menyediakan semua contoh pengujian
dan memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi
Teknis/Lapangan untuk melakukan pengujian.
g. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen
dalam jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak
terganggu dan memberikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan
pengujian.
(2) Penyimpanan Semen
a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di
tempat yang sesuai untuk menyimpan dan menangani semen, gudang-
gudang tersebut harus benar-benar kering, berventilasi baik, tidak
tembus air dan berkapasitas cukup.
b. Ketika diangkut ke lapangan dengan lori/gerobak, semen harus ditutup
dengan terpal atau bahan penutup lain yang tidak tembus air, semen
harus sesegera mungkin digunakan setelah dikirim dan setiap semen
yang menurut pendapat Direksi Teknis/Lapangan sudah rusak atau
tidak sesuai lagi akibat penyerapan air dari udara atau dari manapun,
harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan atas biaya Penyedia.
c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang
terpisah, semen-semen harus disimpan menurut pengiriman
sedemikian sehingga yang dikirim dahulu dapat dipakai lebih dahulu.
(3) Pasir (agregat halus) dan batu pecah (agregat kasar)
a. Mutu agregat halus : butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
b. Ukuran agregat halus : Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2%
berat; sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10% berat; sisa ayakan
0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.
c. Mutu agregat kasar : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu
pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak
mengandung zat-zat aktif alkali.
d. Ukuran agregat kasar : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat; sisa

XII - 18
diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih
antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
e. Penyimpanan : pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan
sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-
bahan lain.
f. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan sudah terpilih,
Penyedia harus mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap
bahan berasal dari satu sumber yang disetujui untuk menjaga agar
mutu gradasi dapat dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
g. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas
gradasi bahan harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap
25 m3 yang dipasok.
h. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di
sumber pemasokan atau dilapangan untuk agregat halus dan kasar
yang mutu serta gradasinya sudah disetujui guna menjaga
kesinambungan kerja.
(4) Mutu Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain
yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja.
Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan,
maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(5) Mutu/Kekuatan Beton
Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan
beton adalah sebagai berikut :

Tabel Kelas Beton

Kuat Tekan
Penggunaan
Kg/cm2 MPa
- Lantai kerja, beton pengisi 100 10,4
- Pondasi telapak, pondasi pelat, jembatan, 225 18,75
jembatan pipa, reservoir bawah, instalasi dan
intake
- Reservoir menara air 300 25
- Thrust block dan lain-lain struktur ringan yang 225 14,6
tidak perlu kedap air

3.3. Manajemen pelaksanaan pengadukan dan pengecoran beton


(1) Penyedian barang/jasa wajib mengajukan permohonan (request)
pelaksanaan pengecoran setelah ketersedian material, peralatan, tenaga
kerja, pemasangan bekisting dan pembesian sudah selesai dilaksanakan.
(2) Dalam pengajuan permohonan tersebut Penyedia wajib menyertakan shop
drawing dan rencana kerja lengkap meliputi metode dan jadwal
pelaksanaan, penanggung jawab kegiatan dan sub-sub kegiatan serta
rencana penggunaan peralatan dan tenaga kerja.
XII - 19
(3) Direksi Teknis/Lapangan melaksanakan inspeksi atas kesiapan pelaksanaan
pengecoran tersebut untuk kemudian menyetujui atau tidak menyetujui
rencana pelaksanaan pengecoran.
(4) Seluruh pelaksanaan kegiatan pengecoran harus dipimpin oleh seorang
penanggung jawab pelaksanaan yang mempunyai keahlian dan
pengalaman yang cukup dalam pelaksanaan pengecoran.
(5) Setiap sub-sub kegiatan yang terdiri dari pekerjaan pengadukan,
pengecoran dan pemadatan harus dipimpin oleh seorang kepala tukang
yang akan mengarahkan pekerja dalam pelaksanaan pengecoran.
(6) Semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja
yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani
pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
(7) Selama pelaksanaan pengecoran penyedia harus menunjuk seorang
pengawas yang khsusus mengawasi kondisi bekisting dan pembesian agar
selama pelaksanaan pengecoran tidak mengalami perubahan sesuai
gambar rencana pembetonan.
(8) Penyedia wajib menyediakan peralatan cadangan seperti beton moln,
pompa dan vibrator agar apabila terjadi kerusakan peralatan tidak
mengganggu pelaksanaan pengecoran.
(9) Penyedia harus mengatur setting-time pelaksanaan pengecoran
sedemikian sehingga adukan beton tidak melewati batas waktu yang
disyaratkan sebelum pengecoran.

3.4. Adukan
(1) Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-
masing untuk umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang didasarkan pada
minimum 20 hasil pengujian atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji
tersebut dapat disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Hasil uji yang
disetujui tersebut sudah harus diserahkan selambat-lambatnya 6 minggu
sebelum pekerjaan dimulai.
(2) Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi Teknis/Lapangan
tentang kekuatan/kebersihannya. Semua pembuatan dan pengujian trial
mix dan design mix serta pembiayaanya adalah sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia. Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila
agregat yang dipakai diambil dari -sumber yang berlainan, merk semen
yang berbeda atau supplier beton yang lain.
(3) Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat
pengecor, pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan
daya yang kontinyu serta mempunyai kapasitas minimal 1 m3. Jenisnya
harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan dan dijalankan dengan
kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan.
(4) Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk mutu beton tertentu.
(5) Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh
massa, tiap partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton
padat yang homogen tanpa adanya air yang berlebihan.

3.5. Pengujian/Pemeriksaan
XII - 20
(1) Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji
kubus beton 15 x 15 x 15 cm.

(2) Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai
slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI 1971, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Teknis/Lapangan.

(3) Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-
rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck dump (diambil
yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maksimum dari beton
yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3,
kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi Teknis/Lapangan.

(4) Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14
dan 28 hari.

(5) Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan


pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan pelepasan perancah dan penarikan baja prategang.
Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut, harus
diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan dalam jangka waktu tidak
lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.

(6) Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI 71, dilakukan di
lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Untuk pengecoran di lokasi yang tinggi atau sulit dijangkau digunakan
metoda pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump),
maka pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus
dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-
pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.

(7) Pengujian kekuatan beton dilakukan pada laboratotrium independen yang


ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.

3.6. Tebal Minimum Penutup Beton

(1) Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai dengan
persyaratan PBI 1971.

(2) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketebalan penutup beton,


untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan
dicor.

(3) Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk
blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak
minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan
jarak tersebut harus tersebar merata.

3.7. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Lapangan


Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang
seragam yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebagaimana ditetapkan.
Untuk ini Penyedia harus menyediakan dengan biaya sendiri serta
menggunakan alat penimbang yang akurat, sistem volumetrik yang akurat
untuk mengukur air, peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan mengecor
beton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk pengujian
sebagaimana yang diuraikan di sini atau menurut petunjuk Direksi
XII - 21
Teknis/Lapangan.

3.8. Penolakan Beton

(1) Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal
mencapai standar yang ditetapkan, maka Direksi Teknis/Lapangan
berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan beton dimana kubus-kubus
tersebut diambil.

(2) Direksi Teknis/Lapangan juga berwenang untuk menolak beton yang


berongga, porous atau yang permukaan akhirnya tidak baik. Dalam hal
Penyedia harus menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan
menggantinya menurut instruksi dari Direksi Teknis/Lapangan sehingga
hasilnya menurut penilaian Direksi Teknis/Lapangan sudah memuaskan.

(3) Pembayaran pekerjaan beton dilakukan setelah hasil pengujian 14 hari


diketahui.

3.9. Pengukuran Bahan-Bahan Beton


(1) Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat,
kecuali air yang boleh diukur menurut volume. Agregat halus dan kasar
harus diukur menurut volume terpisah dengan alat penimbang yang
disetujui, yang memenuhi ketepatan ± 1 %. Pengukuran volume dapat
diijinkan asal disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air
yang ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan sebelum beton di cor.

3.10. Pengangkutan
(1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke tempat
pengecoran dengan cara sepraktis mungkin yang metodenya harus
mendapat persetujuan Direksi Teknis/Lapangan terlebih dahulu. Metode
yang dipakai harus menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-
bahan campuran beton ( segregation ), kehilangan unsur-unsur betonnya
dan harus dapat menjaga tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan
naiknya temperatur ataupun berubahnya kadar air pada adukan. Adukan
yang diangkut harus segera dituangkan pada formwork (bekisting) yang
sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan
lebih lanjut.
(2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat
dari bahan dengan permukaan halus dan kedap air.
(3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-
benar merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang
diambil pada saat adukan dituangkan kebekisting harus tidak melewati
batas-batas toleransi yang ditentukan.

3.11. Pengecoran
(1) Sebelum adukan dituangkan pada bekisting, kondisi permukaan dalam dari
bekisting harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua
bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam
bekisting harus dibersihkan.
(2) Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicor harus
XII - 22
segera di hilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor,
harus dicegah dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan
metode lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan, untuk mencegah
jangan sampai beton yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau
setelah proses pengecoran.
(3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting tempat beton
dicor, kondisi pemukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan
dicor, dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat mungkin dengan
acuan atau tempat pengecoran untuk mencegah terjadinya segregasi yang
disebabkan pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah
keseluruhan acuan.
(5) Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara ketat mengenai
kualitas adukan beton, kondisi bekisting dan posisi tulangan.
(6) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari
pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Direksi
Teknis/Lapangan.
(7) Penyedia harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan
beton agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut,
meratakan dan memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang
sama dan menerus agar beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat
mengisi dengan mudah kedalam sela-sela diantara tulangan.
(8) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus
menerus secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih
panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan
yang berupa bahan pembantu yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan.
Beton harus dicor sedekat-dekatnya ketujuannya yang terakhir untuk
mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan didalam
cetakan.
(9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke bekisting
yang dalam, yang dapat menyebabkan dalam papan terlepasnya koral dari
adukan beton karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi
bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor
dalam bekisting sehingga mengakibatkan penimbunan adukan pada
permukaan bekisting di atas beton yang dicor. hal ini, harus disiapkan
corong atau saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton dapat
mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain. Bagaimanapun juga
tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter di bawah
ujung corong.
(10) Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau beton yang
telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh dipergunakan dalam
pengecoran.
(11) Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan beton yang
sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan sama sekali tidak
diperkenankan,
XII - 23
(12) Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti
hingga selesainya pengecoran suatu panel atau penampang yang dibentuk
oleh batas-batas elemennya atau batas penghentian pengecoran yang
ditentukan untuk siar pelaksanaan.
(13) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
Penyedia harus segera memadatkan adukan yang sudah dicor sampai
batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton
masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan
bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan lembab sebagaimana
juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya dituangkan
adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran
yang lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang di
tentukan oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan.
(14) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau
terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin
mengganggu beton yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu
batas waktu yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan terhitung mulai
pengecorannya.
(15) Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam
kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu
upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi baik dalam
keadaan cuaca yang panas sekali atau dalam keadaan hujan. Perlindungan
yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan
Direksi Teknis/Lapangan.
(16) Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara
apapun sekurang-kurangnya 48 jam sesudah beton dicor, kecuali jika
diperoleh ijin tertulis dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua beton harus
dicorkan pada siang hari, pengocoran bagian manapun tidak boleh dimulai
jika dapat diselesaikan pada siang hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari
Direksi Teknis/Lapangan untuk pengerjaan malam hari, ijin demikian tidak
akan diberikan jika Penyedia tidak menyediakan sistem penerimaan yang
memadai, yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(17) Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan
kondisi pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus
tersedia untuk diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan.

3.12. Pemadatan Beton


(1) Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan memakai
vibrator mekanis yang sesuai dan dioperasikan oleh tenaga
berpengalaman dan terlatih agar dapat mengisi sepenuhnya daerah
sekitar tulangan, alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam
dalam beton dan daerah sudut acuan.
(2) Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas dari rongga dan
segregasi serta memperlihatkan permukaan yang merata ketika bekisting
dibuka dan mempunyai kepadatan yang mendekati kepadatan uji kubus.
(3) Harus diperhatikan agar semua bagian beton terkena vibrasi tanpa timbul

XII - 24
segregasi akibat vibrasi yang berlebihan.
(4) Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-kurangnya
5 detik dan maksimal 15 detik.
(5) Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mengeras dan tidak bole dipasang lebih dekat 100 mm dari cetakan
atau dari beton yang sudah mengeras serta diusahakan agar tulangan
tidak terkena oleh batang penggetar.
(6) Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang batang
penggetar dan tidak bole lebih tebal dari 500 mm. Untuk bagian konstruksi
yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis.
(7) Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu pengecoran harus sesuai
dengan laju pengecoran. Penyedia harus juga menyediakan sekurang-
kurangnya 1 vibrator cadangan untuk dipakai bila terjadi kerusakan.

3.13. Lantai Kerja


Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di permukaan tanah, kecuali
jika ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja minimal 5 cm dengan mutu
beton Bo (K-175) di atas tanah sebelum tulangan beton ditempatkan.

3.14. Spesi Semen


Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah bagian agregat
halus yang ditetapkan dan ditambah air bersih sedemikian sehingga dihasilkan
campuran akhir yang konsistensi plastisnya disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Spesi harus diaduk pada satu landasan kayu atau logam
dalam jumlah kecil menurut keperluan dan setiap spesi yang sudah mulai
mengeras atau telah dicampur dalam waktu lebih dari 30 menit tidak boleh
dipakai dalam pekerjaan. Spesi yang sudah mengeras sebagian tidak boleh
diolah lagi untuk dipakai.

3.15. Perataan Permukaan Beton


Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat,
permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang rata tetapi
bertesktur kasar sebelum pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut
harus diratakan lagi dengan sendok dimana perlu untuk menutupi keretakan
dan mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan pada permukaan beton yang
terbuka.

3.16. Siar-siar Konstruksi


(1) Semua siar kontruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal.
Siar-siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang dipasang
dengan baik, jika perlu dibor guna melewati penulangan. Bila pengecoran
ditunda sampai pengecoran beton mulai mengeras, maka dianggap
terdapat siar konstruksi. Pengecoran beton harus dilaksanakan menerus
dari satu siar ke siar berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam istirahat.
(2) Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus disiapkan
dengan penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari
atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus dicetak secara ringan
untuk memperlihatkan agregat. Setelah permukaan tersebut dibersihkan
dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan bekisting akan diperiksa dan

XII - 25
dikencangkan. Siar-siar konstruksi harus dikerjakan sebagaimana
ditetapkan pada gambar atau spesifikasi.

3.17. Beton Kedap Air


(1) Beton untuk tangki air, dinding penahan tanah dan pekerjaan beton
lainnya yang berhubungan dengan air harus dibuat kedap air, antara lain
dengan menambahkan bahan aditive yang sesuai dan atas persetujuan
Direksi Teknis/Lapangan. Penggunaan bahan aditive tersebut harus sesuai
petunjuk dari pabrik pembuat serta adanya jaminan bahwa bahan aditive
tersebut tidak akan mempengaruhi kekuatan maupun ketahanan beton.
(2) Penyedia harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknis/Lapangan dalam
hal cara pengadukan, campuran beton, pengangkutan, pengecoran dan
perawat beton untuk mendapatkan sifat-sifat kedap air pada bagian
pekerjaan itu.
(3) Nilai Slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk menjamin
pengecoran dan pemadatan beton yang sesuai untuk dilaksanakan.
(4) Penyedia bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap sifat
kedap airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka semua
biaya perbaikan untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut adalah
menjadi tanggung jawab Penyedia.
(5) Penyedia harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terhadap sifat kedap air hasil pekerjaannya terhitung sejak
selesainya masa pelaksanaan pekerjaan.
(6) Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan-kerusakan lain selama jangka
waktu pemelihaan, Penyedia atas biaya sendiri harus segera memperbaiki
bagian yang mengalami kerusakan tersebut.

3.18. Beton Massa


(1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Penyedia harus menentukan metoda dari
perbandingan adukan, cara pengadukan, pengangkutan, pengecoran serta
pengontrolan temperatur dan cara perawatan, yang harus diserahkan
kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
(2) Setelah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta dilindungi terhadap
pengaruh langsung dari sinar matahari, pengeringan yang mendadak dan
lain-lain.
(3) Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta pemeriksaan dalam
proses perawatan beton maka temperatur permukaan dan temperatur di
dalam beton harus diukur bilamana perlu setelah pengecoran beton
dilaksanakan.
(4) Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat, maka
perawatan beton harus sedemikian sehingga tidak mempercepat kenaikan
temperatur tersebut. Perhatian harus dicurahkan agar temperatur pada
permukaan beton menjadi tidak terlalu rendah dibandingkan dengan
temperatur di dalam beton.
(5) Setelah temperatur didalam beton mencapai maksimum, maka
permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat
lainnya untuk mempertahankan panas sedemikian rupa sehingga tidak
timbul perbedaan panas mencolok antara bagian dalam dan luar beton
XII - 26
atau penurunan temperatur yang mendadak di bagian dalam beton.
Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas dibuka permukaan
beton tetap harus dilindungi terhadap pengeringan yang mendadak.
(6) Campuran beton yang direncanakan untuk adukan beton yang dibuat
harus didasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
(7) Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka
perkiraan kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan khusus. Untuk itu atau sesuai instruksi Direksi
Teknis/Lapangan.
(8) Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton guna
dapat menentukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran cetakan beton
harus sesuai dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan
Direksi Teknis/Lapangan.

3.19. Waterproofing
(1) Bahan dan pengujian
a. Bahan harus sesuai dengan standard yang ditentukan oleh pabrik dan
standard-standard lainnya, seperti NI-3, ASTM-828, ASTNLE, TAPP-I-
083 dan 407. Penyedia tidak dibenarkan merubah standard dengan
cara apapun tanpa ijin dari Direksi Teknis/Lapangan.
b. Apabila tidak ditentukan lain, jenis bahan yang digunakan
Waterproofing adalah tipe coating system atau setara dengan
ketebalan 4 mm.
c. Memiliki karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata serta
konstan. Kedap air dan uap termasuk pada bagian yang overlap.
d. Perlindungan terhadap waterproofing menggunakan screed dengan
ketebalan 3 cm (perbandingan 1 PC : 3 PSR).
(2) Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pelaksanaan pemasangan, Penyedia agar meneliti
gambar-gambar dan kondisi di lapangan. Dikoordinasikan dahulu pada
Direksi Teknis/Lapangan.
b. Penyedia agar terlebih dahulu membuat shop drawing lengkap dengan
petunjuk dari Direksi Teknis/Lapangan meliputi gambar-gambar denah
lokasi, ukuran, bentuk dan kualitas.
c. Persiapan pelaksanaan :
• Permukaan plat beton yang akan diberi lapisan waterproofing harus
benar-benar bersih, bebas dari minyak, debu serta tonjolan-
tonjolan tajam yang permanen dari tumpahan atau cipratan aduk
dan dalam kondisi kering (baik dalam arti kata kering leveling
screed maupun kering permukaan).
• Semua pertemuan 90 atau sudut yang lebih tajam harus dibuat
tumpul, yaitu menutup sepanjang sudut tersebut dengan aduk
kedap air 1 PC : 3 PSR atau seperti tercantum dalam gambar kerja.
• Dalam leveling screed digunakan campuran kedap air 1PC : 3PSR
dibentuk menggunakan benang waterpass arah kemiringan (arah
kemiringan menuju ke lubang-lubang pipa.
• Screed dipasang mengikuti pola-pola yang sudah tertentu dan
XII - 27
diratakan permukaannya (dihaluskan) dengan menggunakan
roskam, digosok sedemikian rupa dengan roskam tadi sehingga
gelembung-gelembung udara yang terperangkap dalam adukan
screed dapat keluar.
• Dalam kondisi setengah kering, screed tadi langsung ditaburi semen
sambil digosok lagi dengan roskam best sehingga merata, setelah
lapisan screed kering tidak boleh diaci.
• Setelah kering udara ± 24 jam, screed baru ini harus dilindungi dari
kemungkinan pecah-pecah rambut dengan jalan menutupi
permukaan atasnya dengan goni-goni rami yang sudah dibasahi air
terlebih dahulu dan dijaga kondisi basahnya.
• Waktu yang diperlukan untuk keringnya screed ini minimal 7 (tujuh)
hari dalam kondisi cuaca cerah (35º) dan pengeringan maksimal 5
hari. Untuk cuaca buruk (hujan tidak termasuk dalam perhitungan
waktu pengeringan screed).
d. Pekerjaan primer coating dilakukan dengan system kuas/Roll.
e. Pemasangan waterproofing dimulai dari titik terendah.
f. Pada pelaksanaan Waterproofing ini harus dilindungi dari sengatan
matahari dengan menggunakan tenda-tenda.
g. Waterproofing yang sudah terpasang tidak boleh terinjak-injak apalagi
oleh sepatu atau alas kaki yang tajam. Penyedia harus melindungi dan
melokalisir daerah yang sudah terpasang waterproofing ini.
h. Penyedia harus menghentikan pekerjaan apabila terjadi hujan dan
melanjutkan kembali setelah lokasi benar-benar kering.
i. Setelah waterproofing terpasang, maka di atas permukaannya
diberikan perlindungan screed (perbandingan 1PC : 3 PSR) setebal 3cm
dengan menggunakan tulangan susut firemesh yang terletak di tengah-
tengah adukan screed.
j. Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan sebelum
pelaksanaan lapisan pelindung, Penyedia harus melakukan pengujian
kebocoran.
k. Cara pengujian adalah dengan menuangkan air ke area yang tertutup
lapisan waterproofing hingga ketinggian air minimum 50 mm dan
dibiarkan selama 3x24 jam.
l. Penyedia wajib mengadakan pengamanan dan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran,
lecet permukaan atau kerusakan lainnya.
m. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian Penyedia
baik pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan maupun pada
saat pekerjaan telah selesai, maka Penyedia harus
memperbaiki/mengganti bagian yang rusak tersebu tsampai
dinyatakan dapat diterima oleh Direksi Teknis/Lapangan. Biaya yang
timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab Penyedia.

3.20. Perawatan dan Perlindungan Beton


(1) Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang
belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan

XII - 28
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk proses hidrasi semen serta pengerasan beton.
(2) Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai
dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit
dua minggu. Jika tidak ditentukan lain, suhu beton pada awal pengecoran
harus dipertahankan tidak melebihi 32°C.
(3) Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai
masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan
beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus atau dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau
dengan cara lain yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Penyedia harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak
diberi beban yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan. Setiap
kerusakan yang timbul akibat pembebanan yang terlalu dini atau
pembebanan berlebih harus diperbaiki oleh Penyedia atas biaya sendiri.

3.21. Cacat Pada Beton


(1) Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi
Teknis/Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton
yang cacat seperti berikut :
a. Konstruksi beton yang keropos
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan
atau posisinya tidak sesuai dengan gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang
direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
(2) Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus
dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi Teknis/Lapangan
menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang
ditimbulkan tersebut. Untuk itu Penyedia harus mengajukan usulan-usulan
perbaikan yang kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui bila
perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.

PASAL - 4. WATER STOP

4.1. Bahan.
(1) Bahan harus dapat menahan rembesan air pada sambungan pengecoran,
baik berbentuk membrane atau pasta, yang disesuaikan dengan ketebalan
dinding yang akan dicor.
(2) Dilarang menggunakan bahan sisa yang tercecer (sweeping)
(3) Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan laporan
pengujian terakhir dan sertifikat waterstop yang menerangkan bahwa
barang-barang yang akan dikirim ke tempat pekerjaan memenuhi
ketentuan standar yang berlaku di Indonesia.

4.2. Persyaratan Pelaksanaan.


(1) Sebelum bahan waterstop digunakan di lapangan, contoh dari tiap ukuran

XII - 29
dan bentuk bahan yang akan dipakai harus diserahkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan untuk disertujui. Contoh tersebut harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga bahan dan pengerjaannya menyerupai bahan
bantu (fitting) yang harus disediakan sesuai dengan kontrak. Contoh dari
fitting yang dibuat di lapangan (crosses T-stuck dan lain-lain) akan dipilih
secara acak oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk dicek.
(2) Cara memadai harus dilakukan untuk pengangkeran waterstop dan
pengisian sambungan dalam beton. Cara pemasangan waterstop yang
berbentuk membran dalam cetakan harus dilakukan sedemikian rupa,
sehingga waterstop tidak terlipat oleh beton pada waktu pengecoran.
Penyedia harus menyerahkan gambar detail pengangkeran waterstop dan
“joint filler” pada Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 5. BETON READY MIX


5.1. Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, Penyedia
harus bertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton memenuhi
persyaratan dalam spesifikasi ini termasuk pengontrolan mutu, keteraturan
pengiriman serta pemasukan beton secara berkesinambungan. Jika salah satu
dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi, Direksi Teknis/Lapangan
akan menarik kembali persetujuannya dan mengharuskan Penyedia mengganti
pemasok.
5.2. Penyedia harus menyediakan di batchingplant 1 timbangan dan saringan–
saringan standard dengan penggetar (shaker) untuk mengecek secara teratur
campuran yang sudah direncanakan.
5.3. Penyedia harus mengatur agar Direksi Teknis/Lapangan dapat memeriksa alat
pembuat beton ready mix bila mana diperlukan.
5.4. Penyedia harus membuat catatan-catatan yang diperlukan, catatan-catatan
mengenai semen, agaregat dan kadar air kedap tiap adukan harus diserahkan
kepada Direksi Teknis/Lapangan setiap hari. Berat semen dan agregat kasar
serta halus harus terus dicatat dalam dokumen pengiriman, serta dilakukan
pengujian secara periodik untuk menentukan kadar air agregat dan jumlah air
yang ditambahkan pada setiap adukan harus disesuaikan menurut hasil tes
tersebut.
5.5. Penyedia atau pemasok readymix harus mengatur setting time sedemikian rupa
sehingga beton yang akan dicorkan tidak mengalami setting (penggumpalan).
5.6. Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan catatan waktu pengadukan dan
penambahan air, dikirimkan bersama dengan pengemudi truk diparaf oleh
pencatat waktu yang bertanggung jawab di tempat pengadukan.
5.7. Di lapangan dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini :
a. Waktu kedatangan truk
b. Waktu registrasi truk dan nama depot
c. Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan
d. Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan oleh ukuran agregat maksimum.
e. Posisi dimana beton dicorkan
f. Tanda-tanda referensi dari kubus uji yang diambil dari pengiriman tersebut
g. Slump (atau faktur kompaksi)
XII - 30
5.8. Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam posisi akhirnya
dalam waktu maksimal 2 jam, dengan menggunakan truk mixer dan tidak
menggunakan additive, dari saat semen pertama kali bertemu dengan air
pengaduk. Buku catatan harus selalu tersedia untuk diperiksa oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
5.9. Apabila menggunakan bahan additive waktu maksimal yang diijinkan sesuai
dengan spesifikasi additive yang digunakan.
5.10. Jenis dan bahan
Pengambilan sampel untuk pembuatan kubus uji dilakukan oleh penyedia di
tempat pengecoran dengan disaksikan oleh Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 6. PEKERJAAN BEKISTING


6.1. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan semua
perhitungan dan gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan
bilamana diminta Direksi Teknis/Lapangan, sebelum pekerjaan dilapangan
dimulai. Dalam hal bekisting ini, walaupun Direksi Teknis/Lapangan telah
menyetujui untuk digunakannya suatu rencana bekisting dari penyedia, segala
sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penyedia.
6.2. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban konstruksi
dan getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi
maksimum dari Cetakan dan Acuan antara tumpuannya harus lebih kecil dari
1/400 bentang antara tumpuan tersebut.
6.3. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton harus
menggunakan multiplek 18 mm, papan tebal minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10,
8/10 dolken 8 - 12 cm atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
6.4. Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok kecil dan harus yang
kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika
beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu harus dibuat dari
kayu yang sudah diolah dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang
agar tidak terjadi kebocoran.
6.5. Tiang penyangga baik yang vertikal/miring harus dibuat sebaik mungkin untuk
memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa menimbulkan perpindahan
tempat, kerusakan dan overstress pada beberapa bagian konstruksi. Struktur
dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa
sehingga konstruksi bekisting benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang
berat sendiri dari beban-beban lain yang berada diatasnya selama pelaksanaan,
bila perlu Penyedia membuat perhitungan besar lendutan dan kekuatan dari
bekisting tersebut.
6.6. Untuk bekisting dinding vertikal diharuskan menggunakan alat (plastic cone)
untuk memastikan bahwa bekisting tersebut tidak mengalami lendutan.
6.7. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar
keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan P.B.I.
1971 NI-2.
6.8. Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka bekisting
harus dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah disetujui oleh Direksi
XII - 31
Teknis/Lapangan.
6.9. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran
beton, akan diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan, beton tidak boleh dicor
sebelum bekisting disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Untuk menghindari
kelambatan dalam mendapatkan persetujuan, sekurang - kurangnya 24 jam
sebelumnya, penyedia harus memberitahukan Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 7. BAJA TULANGAN


7.1. Kelas dan Mutu baja tulangan
(1) Sesuai dengan PBI 1971 klasifikasi dan mutu baja tulangan harus seperti
yang ditunjukan pada tabel berikut ;
Tabel Derajat-Kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di Izinkan

Tegangan Tegangan Izin Tegangan Ijin


Luluh Permanen Sementara
Jenis Macam
Karakteristik
(kg/cm2) (0,58 kg/cm2) (0,83 kg/cm2)

U22 Baja lemah 2.200 1.200 1.800


U24 Baja lemah 2.400 1.400 2.000
U32 Baja sedang 3.200 1.850 2.650
U39 Baja keras 3.900 2.250 3.200
U48 Baja keras 4.800 2.750 4.000

(2) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka
pada saat pemesanan baja tulangan Penyedia harus menyerahkan
sertifikat resmi dari laboratorium resmi.
(3) Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih, bebas
dari karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit giling serta
bahan lain yang melekat. Batang-batang baja tulangan harus disimpan
ditempat yang terlindung, ditumpuk dan tidak bolehmenyentuh tanah dan
dilindungi terhadap karat atau rusak karena cuaca.
7.2. Pengujian
(1) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian
periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan
1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja
tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan, akan ditentukan oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(2) Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus
dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84. Semua biaya
pengetesan tersebut ditanggung oleh Penyedia.
7.3. Penyimpanan
Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang beratap
tahan air dan diberi alas dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus
dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan karat.

XII - 32
7.4. Penekukan
(1) Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia harus mempersiapkan daftar
tekukan (Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan
dimensi yang memperlihatkan dalam gambar dan sesuai peraturan yang
berlaku. Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(2) Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan. Tulangan yang mempunyai lengkungan atau
tekukan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
(3) Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka
dikerjakan dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar
dengan diameter batang yang ditekuk.
7.5. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimun 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.

7.6. Pemasangan
(1) Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang diperlihatkan
pada gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai
dudukan beton atau gantungan logam menurut kebutuhan. Pada
persilangan diikat dengan kawat baja pada pilar dinding dengan diameter
tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan kebagian
tubuh utama beton.
(2) Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton
pada siar kontruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran
ditunda kecuali diperoleh persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
(3) Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti
dari beton yang sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin
menempel dari pengecoran sebelumnya. Sebelum pengecoran tulangan
yang sudah dipasang pada tiap pekerjaan harus disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Pemberitahuan kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk
melakukan pemeriksaan harus disampaikan dalam tenggang waktu
pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu batang termasuk sengkang
ke permukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian
pekerjaan.
(4) Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan P.B.I. 1971.

Toleransi Baja Tulangan

Diameter, ukuran sisi atau Variasi dalam Toleransi


jarak antara dua permukaan berat yang Diameter
yang berlawanan diperbolehkan
< 10 mm 7% 0,4 mm
10 < d < 16 mm 5% 0,4 mm
16 – 28 mm 5% 0,5 %
29 – 32 mm 4% -

XII - 33
7.7. Penyambungan

(1) Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan harus
ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini tidak memungkinkan
maka potongan dapat diijinkan apabila panjang batang yang disediakan
melebihi panjang yang ditunjukkan pada gambar-gambar.
(2) Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan dengan
cara-cara seperti ditunjukkan pada gambar-gambar kecuali jika dengan
cara lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Sambungan-
sambungan tidak diijinkan pada tempat-tempat yang terdapat tegangan
maksimun dan harus ditempatkan berselang-seling sehingga tidak lebih
dari 1/3 dari batang-batang yang disambung pada satu tempat.
(3) Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati (overlap)
satu sama lain, maka batang-batang harus didukung sehingga batang-
batang itu tidak berhubungan satu sama lain jika ruang mengijinkan.
Batang-batang itu hanya diikat dengan aman minimun pada dua tempat
persambungan.
(4) Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana.

PASAL - 8. PENGUJIAN STRUKTUR HIDROLIS


8.1. Umum
(1) Pada pengujian struktur hidrolis, semua dinding harus bersih dari
timbunan supaya kebocoran pada dinding dapat diketahui dengan jelas.
(2) Setiap konstruksi harus diisi air bersih dalam pengujian ini dan dibiarkan
terisi sekurang-kurangnya 48 jam. Ketinggian air selama waktu tersebut
harus diamati dan tidak boleh terlihat adanya penurunan muka air,
penurunan maksimum yang diijinkan selama 24 jam adalah 1 (satu) cm.
8.2. Perbaikan
(1) Setiap kebocoran yang diketahui harus diperbaiki sampai tidak terlihat lagi
adanya kebocoran.
(2) Bila kebocoran melebihi nilai penurunan maksimum yang diijinkan,
Penyedia harus mengadakan perbaikan secara menyeluruh atas biaya
sendiri, setelah perbaikan selesai, metoda pengujian hidrolis harus diulangi
sebagaimana diuraikan pada ayat ini.
(3) Perbaikan tempat yang mengalami kebocoran harus dikerjakan misalnya
dengan sumber air dari luar atau produk lain yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan.
(4) Semua bahan harus dipakai dan diterapkan tepat sesuai dengan petunjuk
pabrikan.

PASAL - 9. PEKERJAAN BAJA


9.1. Umum
Baja Profil maupun plat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah baja dari
jenis Mild Steel - 400 yang dijamin oleh sertifikat. Baja konstruksi harus
XII - 34
memenuhi syarat-syarat pengujian, pemilihan, pengukuran, penimbangan
pengujian tarik dan pengujian lentur dalam keadaan dingin. Jika dipandang
perlu Direksi Teknis/Lapangan dapat memerintahkan untuk dilakukan pengujian
terhadap baja konstruksi tersebut sesuai dengan persyaratan pengujian yang
berlaku.
9.2. Pabrikasi
Pekerja-pekerja yang digunakan adalah yang terlatih pada bidangnya
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknis/Lapangan. Direksi Teknis/Lapangan mempunyai kebebasan sepenuhnya
untuk setiap waktu melakukan pemeriksaaan pekerjaan dan tidak satupun
pekerjaan dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Setiap pekerjaan yang dianggap tidak memenuhi syarat
karena cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana, harus segera diperbaiki
dengan biaya sendiri. Penyedia harus menyediakan sendiri semua alat-alat yang
diperlukan serta perancah agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9.3. Pola (mal) pengukuran dan sebagainya
Semua pola (mal) dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk menjamin
ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Penyedia, semua pengukuran harus
dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui. Ukuran dari
pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap kurang pada suhu
25˚ (normal)
9.4. Meluruskan
Plat harus diperiksa kerataannya, semua batang harus diperiksa keseluruhannya
sebelum dilakukan dan semua bagian tersebut harus bebas dari puntiran dan
kalau perlu diadakan tindakan-tindakan perbaikan sehingga kalau plat itu
tersusun akan terlihat rapat seluruhnya.
9.5. Memotong
Kecuali diisyaratkan lain, pekerjaan baja dapat dipotong dengan cara
menggunting, menggergaji, atau dengan las pemotong. Permukaan yang
diperoleh dari pemotongan harus menyiku pada bidang yang dipotong tepat
dan rata menurut ukuran yang diperlukan. Penyelesaian pada permukaan
umumnya dilakukan oleh mesin atau gerinda. Bila digunakan las pemotong,
maka hanya permukaan yang merata dapat digerinda seperlunya. Ujung dari
plat penguat harus dipotong dan diselesaikan agar rapat dengan flens dari
gambar ujung dan batang tekan, dan gelagar-gelagar batang lain yang
disambung dengan plat penyambung dengan memakai paku keling atau baut
harus diratakan setelah pabrikasi agar rapat seluruhnya. Pada sambungan
batang tekan maka toleransi maksimum adalah 0.1 mm dan tidak untuk
sambungan batang tarik maksimum 0.2 mm untuk setiap titik sambungan.
9.6. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Mesin Gerinda
Kalau plat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, maka
pemotongan pada metal yang diperbolehkan untuk dibuang maksimal 3 mm
pada plat yang mempunyai tebal 12 mm, 6 mm untuk plat yang mempunyai
tebal 12 mm dan 6 mm untuk plat dengan tebal 24 mm.
9.7. Memotong dengan Las Pemotong
Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal

XII - 35
serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang dihasilkan oleh las
pemotong harus bersih serta lurus. Untuk menghaluskan tepi yang telah
dipotong tersebut tidak diperkenankan menggunakan las pemotong. Bila
dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan, dapat digerinda yang bergerak
searah dengan arah las pemotong tapi harus diselesaikan sehingga bebas dari
seluruh bekas kotoran tadi.
9.8. Pekerjaan Las
(1) Seluruh pelaksanaan pekerjaan pengelasan hanya diperkenankan dengan
menggunakan las listrik.
(2) Pekerjaan las yang harus dikerjakan oleh tukang las bersertifikat harus
diawasi langsung oleh Direksi Teknis/Lapangan yang mempunyai training
dan pengalaman yang sesuai untuk pekerjaan semacam itu. Penyedia
harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan dan mendapatkan
persetujuan dari contoh lain yang hendak dipakai.
(3) Detil-detil khusus yang menyangkut cara persiapan sambungan, cara
pengolahan, jenis dan ukuran elektrode, tebalnya bagian-bagian ukuran
dari las serta kekuatan arus listrik untuk las tersebut, harus diajukan oleh
Penyedia untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan
terlebih dahulu sebelum pekerjaan dengan las listrik dapat dilakukan.
(4) Ukuran elektrode, arus dan tegangan listrik dan kecepatan busur listrik
yang digunakan pada las listrik harus yang seperti yang disyaratkan dan
tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Teknis/Lapangan.
(5) Plat dan potongan yang hendak dilas harus bebas dari kotoran besi,
minyak, gemuk cat dan lainnya yang dapat mempengaruhi mutu
pengelasan. Bila terjadi retak, susut, retak pada bahan dasar , berlubang
dan kurang tetap letaknya, harus disingkirkan.
(6) Untuk pengerjaan las harus dilaksanakan secara menerus tidak boleh
terputus
(7) Laju pengelasan harus diatur sedemikian sehingga tidak terjadi peleburan
tidak sempurna, penetrasi kampuh yang tidak memadai dan peleburan
berlebihan.
(8) Apabila diperlukan pengelasan dalam beberapa lintasan las untuk
memperoleh ukuran las yang dikehendaki terak-terak yang ada harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum memulai lintasan yang baru.
(9) Hasil pengelasan harus dibersihkan dari kerak-kerak dan kotoran dengan
menggunakan gerinda, agar dapat terlihat kesempurnaan hasil las.
(10) Ditambahkan ukuran dan jenis kawat las.
9.9. Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan semua plat potongan-potongan dan sebagainya harus dijepit
bersama-sama untuk membuat lubang dan dibor menembus seluruh tebal
sekaligus. Bila menggunakan baut-baut pas pada salah satu lubang ini dibor
lebih kecil dan baru kemudian diperbesar untuk mencapai ukuran yang
sebenarnya. Cara lain adalah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri
dengan menggunakan mal. Setelah mengebor seluruh kotoran besi harus
XII - 36
disingkirkan, plat-plat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu.
9.10. Menuang dan Menempa
(1) Semua tuangan harus baik dari lubang-lubang sumbatan ataupun cacad-
cacad lain. Segera setelah tuangan dikeluarkan dari acuan maka Direksi
Teknis/Lapangan harus diberi tahu sehingga ia dapat melakukan
pemeriksaan. Hasil tuangan yang cacat tidak diperkenankan untuk
diperbaiki dan hasil tuangan tidak boleh cacat, bebas dari lubang
sumbatan dan lainnya. Tuangan dan tempaan harus disempurnakan
dengan mesin hubungan diselesaikan dan dicocokkan dengan
menggunakan mesin perkakas yang menghasilkan pekerjaan dengan mutu
tinggi.
(2) Tuangan dan tempaan yang terletak di atas beton bila menurut pendapat
Direksi Teknis/Lapangan dalam penyelesaian permukaan bawah yang akan
berhubungan dengan beton tidak cukup baik, maka harus diolah mesin
perkakas dan biaya-biaya untuk pekerjaan tersebut dibebankan atas resiko
Penyedia.
9.11. Penyediaan Untuk Pemasangan Akhir
(1) Penyedia harus menyediakan seluruh jumlah paku keling, mur, baut cincin
baut dan sebagainya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan di
lapangan sebanyak 10 % dari setiap ukuran paku keling ataupun ukuran
baut mur dan cincin baut. pada saat pengiriman, kepada Direksi
Teknis/Lapangan. Penyedia menyerahkan montase (kalau diperlukan pihak
ke 3) dua copy daftar paku keling dan bautnya yang menyatakan jumlah,
ukurang, kualitas serta letaknya dimana akan dipakai pada pekerjaan.
(2) Ukuran paku keling yang tertera pada gambar rencana adalah ukuran
sebelum dipanaskan. Kepala paku keling haruslah penuh, dibentuk dengan
cermat, konsentris dengan batangnya dan berhubungan langsung dengan
permukaan batang. Setiap paku keling harus cukup panjang membentuk
kepala dengan ukuran-ukuran standard serta cukup untuk lubang.
(3) Semua baut mur, hitam atau pas harus mempunyai kepala yang ditempa
tepat konsentris dan siku dengan batangnya dengan kepala serta mur yang
hexagonal (kecuali jika jenis kepala yang lain diisyaratkan dalam gambar).
Batang baut haruslah lurus dan baik. Bila dipakai baut pas diameternya
harus seperti diameter yang tertera dalam gambar rencana haruslah
dikelompokkan dengan cermat sesuai dengan ukuran panjang batangnya
yang tak berulir. Diameter lubang cincin baut adalah 1.50 mm lebih besar
dari diameter baut. Baut stall haruslah baut hitam yang 1,5 mm lebih kecil
dari diameter lubang dimana digunakan. Baut baja keras. Mur dan cincin
baut harus berukuran seperti yang tertera pada gambar rencana dan harus
memenuhi Acuan Normatif.

9.12. Pengangkutan dan Penanganan


Cara pengangkutan dan penanganan pekerjaan besi harus sesuai dengan cara
yang telah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Sebelum penyerahan untuk
pekerjaan, kalau dipakai pihak ketiga dalam pekerjaan pemasangan untuk
semua penyerahan dan bertanggung jawab untuk setiap kehilangan dan sewa
gudang yang dapat terjadi disebabkan oleh kelalaian dan kegagalan untuk

XII - 37
menerima pekerjaan baja. Segera setelah menerima penyerahan pekerjaan
baja, pihak ketiga akan segera menyampaikan secara tertulis kepada Direksi
Teknis/Lapangan setiap kerusakan atau cacat tanpa ditunda-tunda atau kalau
tidak demikian, dia harus memperbaiki setiap kerusakan, kehilangan serta yang
terjadi di luar dan sesudah penyerahan atas biaya sendiri.
9.13. Pemasangan
(1) Umum
Penyedia harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat yang
diperlukan dan mendirikannya ditempat pekerjaan, memasang dan
mengelingkan baut atau las seluruh pekerjaan baja. Pekerjaan baja tidak
boleh dipasang sebelum cara, alat dan sebagainya yang digunakan
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua bagian harus
dikerjakan secara hati-hati dan dipasang dengan teliti, Drift yang dipakai
mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter lubang paku keling
atau baut, dan digunakan untuk membawa bagian pada posisinya yang
tepat seperti diisyaratkan di bawah ini. Penggunaan martil yang berlebihan
yang dapat merusak atau menganggu material tidak diperkenankan. Setiap
kesalahan pada pekerjaan bengkel yang menyulitkan pekerjaan montase
serta menyulitkan pengepasan bagian-bagian pekerjaan dengan
menggunakan drift secara wajar harus dilaporkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan. Permukaan dengan mesin perkakas harus dibersihkan
sebelum dipasang. Kopel dan sambungan lapangan sebanyak 50 %
sebelum dikeling atau dibuat 2 lubang pada setiap diisi kurangnya 40 %
dari lubang diisi dengan baut. Selanjutnya sekurang-kurangnya 10 % dari
lubang pada suatu kelompok dikeling atau dibaut dengan permanen
sebelum baut montase atau drift diangkat (disingkirkan).
(2) Drift, Paku Keling Baut Stel dan Sebagainya
Penyedia harus menyediakan untuk digunakan sendiri, semua pararel drift
untuk montase yang mungkin diperlukan dan akan tetap menjadi miliknya
bila dipindahkan dari tempat pekerjaan atas biaya sendiri. Setelah selesai
pekerjaan semua stel, setiap paku keling dan baut yang berlebih akan
diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan atau biaya Penyedia.
(3) Drift Paralel Untuk Montase
Batang tak berulir dari drift paralel yang digunakan pada montase dibuat
sesuai dengan diameter yang diperlukan, dan panjangnya tidak kurang dari
jumlah tebal minimal yang akan dilalui oleh Drift itu ditambah satu kali
drift itu.
(4) Pemasangan Paku Keling
Semua pekerjaan harus dibuat secara wajar sehingga potongan-potongan
dapat berhubungan dengan rapat menyeluruh sebelum dimulainya
pemasangan paku keling. Drift dapat digunakan hanya untuk mendekatkan
pekerjaan pada posisinya dan tidak akan digunakan untuk menganggu
lubang-lubang. Menggunakan drift dengan ukuran yang lebih besar dari
diameter nominal lubang tidak diperkenankan. Dianjurkan paku keling
dipasang dengan menggunakan mesin atau alat tekan dari tipe yang telah
di setujui. Setiap paku keling harus cukup panjang untuk membentuk
kepala dengan ukuran standar dan harus bebas dari kotoran besi dengan
cara menggosokkannya pada permukaan sepotong logam. Paku keling
XII - 38
tetap berada dalam keadaan panas, merah menyeluruh pada saat
dimasukkan dan dikerjakan serta mengisi seluruh lubang selama masih
panas. Semua paku keling yang longgar serta paku keling yang retak
terbentuk jelek atau dengan kepala yang cacad atau dengan kepala yang
sangat eksentris terhadap batangnya harus dipotong dan diganti dengan
paku keling yang baik, membentuk kembali kepala paku keling tidak
diperkenankan. Kepal paku keling yang agak pipih dapat digunakan pada
tempat-tempat tertentu kalau ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
9.14. Penggunaan Baja Keras, Baut-baut untuk Pemasangan Akhir
(1) Pemasangan
Setiap sambungan dibuat bersama-sama dengan baut stel sehingga setiap
bagian serta plat berhubungan rapat dengan baut menyeluruh sebanyak
50% dari lubang harus diisi dengan baut stel dan minimal 10% atau pada
setiap potongan dan plat minimal 2 lubang diisi dengan drift paralel sesuai
dengan yang disyaratkan pada ”Paralel Drift untuk Montase” baut baja
kerja harus dipasang dengan cincin baut yang diperlukan, sebuah di bawah
kepala baut dan sebuah lagi di mur.
(2) Harus diperhatikan bahwa cincin baut itu terpasang dengan cekungnya
menghadap keluar.
(3) Memasukan dan mengencangkan baut baja keras dimulai sebelum
sambungan diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan atau
wakilnya. Bidang di bawah kepala baut tidak boleh menyimpang dari
bidang tegak lurus terhadap as baut lebih dari 3,5 derajat, memakai cincin
baut miring (tarped) dapat dilakukan kalau dipandang perlu, baut
menonjol melalui mur tidak kurang dari 1,5 mm tidak melebihi 4,5 mm.
(4) Baut stel yang digunakan untuk membuat permulaan awal pekerjaan
dapat seterusnya digunakan pada sambungan.
(5) Mengencangkan Baut
a. Baut baja keras dapat dikencangkan dengan tangan atau dengan kunci
yang digerakan dengan mesin.
b. Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan dapat menunjukan bila tercapai torque yang
disyaratkan telah tercapai.
(6) Galvanis
Bila ditentukan ada pekerjaan Galvanisasi maka yang dikehendaki adalah
Galvanisasi celup panas.
(7) Plat Baja yang digalvanisir
a. Bahan
Untuk melapisi talang cucuran antara dua sudut atap, untuk saluran air
hujan, bubungan dan pinggul pada atap sirap dan pada tempat lain
yang ditunjukan pada gambar harus dipakai baja yang digalvanisir
celup panas dari ukuran yang telah ditentukan, tebalnya lembaran plat
baja banyak seng pelindungnya, harus sesuai dengan tabel berikut :

XII - 39
Tabel Pelat Baja digalvanisir
2
BWG No. Tebal Plat Baja Berat Seng (gr/m )
22 0,71 534
24 0,56 534
26 0,46 380
28 0,36 380

b. Pemasangan
 Semua pekerjaan dari plat baja yang digalvanisir harus dibuat dan
dipasang menurut standar yang paling baik. Pinggiran dan gulungan
harus lurus dan tidak boleh ada lekukan, kelim patriannya harus
betul-betul kedap air dan tidak ada patrian yang tercecer atau
berlimpah.
 Satuan yang dibuat dari galvanis harus dipasang memakai paku
sekrup galvani atau dengan memakai lembaran penutup
(holderbats) yang bentuk dan ukurannya tertera dalam gambar.
c. Memateri
Solder mematri dengan mutunya paling baik yaitu terdiri dari ½ timah
hitam dan ½ timah putih. Muriatic acid harus dipergunakan sebagai
peleburnya kedua zat.
9.15. Pengecatan Baja
(1) Umum
a. Semua kontruksi baja yang akan dipasang perlu di cat di pabrik dengan
cat dasar yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang
dikerjakan dengan mesin perkakas misalnya pada perletakan cat
lapangan terdiri dari:
b. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang
telah dicat di bengkel, seperti yang telah diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Llapangan, karena telah rusak pada saat pengangkutan dan
pemasangan serta bidang-bidang lain yang diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
c. Pengecatan dari bahan yang sejenis dengan bahan yang di cat di semua
bagian yang disebutkan pekerjaan besi itu.
d. Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan tertentu,
untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.
(2) Pembersihan dan pelapisan epoxy
a. Semua permukaan dari pekerjaan baja harus bersih dan dikupas
dengan sand blasting atau cara lain yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan agar menjadi logam yang bersih dengan
menghilangkan seluruh gemuk, olie, karatan, lumpur atau lainnya yang
melengket padanya. Proses pelaksanaan pembersihan dengan sand
blasting harus disaksikan langsung oleh wakil Direksi Teknis/Lapangan.
b. Permukaan yang telah dibersihkan harus segera ditutup dengan epoxy
dengan ketebalan sesuai dengan yang disyaratkan
c. Ketebalan epoxy diukur dengan menggunakan alat ukur Coating
Thickness Gauge atau alat sejenis lainnya.

XII - 40
(3) Penggunaan Cat
a. Cat dapat digunakan dengan kuas tangan yang halus yang disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan. Pengecatan tak dapat dilakukan pada
cuaca berkabut, lembab, berdebu, atau pada cuaca lain yang jelek.
b. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tidak berdebu. Lapisan
berikutnya tidak boleh dikerjakan di atas cat dasar dalam tempo
kurang dari 6 bulan tetapi tidak boleh lebih cepat dari 48 jam setelah
pengecatan dasar. Bila terjadi demikian maka permukaan baja perlu
dibersihkan kembali atau dicat lagi seperti yang diuraikan di atas. Cat
(termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan) harus disapu dengan kuat pada permukaan baja,
sekitar paku keling pada setiap sudut, sambungan pada setiap bagian
yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air, bahan lain yang
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 10. PEKERJAAN PASANGAN


10.1. Bahan-bahan
(1) Semen Portland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang dipakai
pada beton dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera
pada Peraturan Semen Portland Indonesia NI-8.
(2) Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan
dengan tangan
b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %
c. Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida, akibat
adanya zat-zat organik tidak boleh lebih tua dari larutan normal atau
lariutan teh yang sedang kepekatannya.
d. Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih natrium
sulfat tidak boleh lebih dari 10 %
e. Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang mengandung
lebih dari 0,6 % alkali, dihitung sebagai natrium oksida pada pengujian
tidak boleh menunjukan sifat reaktif terhadap alkali.
f. Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengn adukan
pembanding yaitu yang menggunakan semen sama dengan pasir
normal tidak boleh kurang dari 65 % pada pengujian 7 hari.
g. Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan
h. Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.
(3) Batu Alam
Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari gunung),
batu belah atau batu karang asalkan harus memenuhi syarat-syarat sebagi
berikut:
a. Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta bentuknya
b. Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda
lapuk

XII - 41
c. Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda
dan tidak hitam, biru atau kecoklat-coklatan tanpa garis-garis
kelapukan, mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang patahnya
harus mempunyai kepadatan dan warna putih yang merata.
(4) Bata Merah
a. Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses
pembakaran, dapat digunakan produksi lokal dengan ukuran normal 6
cm x 12 cm x 24 cm dan ukuran diusahakan tidak jauh menyimpang.
b. Bata merah yang dipakai harus bata kualitas nomor 1 berwarna merah
tua yang merata tanpa cacat atau mengandung kotoran. Bata merah
minimum harus mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm²
c. Apabila blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus
terdiri dari 1 bagian Portland Cemen dan 5 bagian pasir dan batuan
yang dihaluskan.
d. Blok-blok semen yang baru dicetak harus dilindungi dari panas
matahari dan dirawat selama tidak kurang dari 10 hari dengan jalan
membasahi atau menutupi dengan memakai karung basah.
(5) Air
Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan boleh
dipakai semua seperti yang dipakai untuk pekerjaan beton
(6) Kapur
Kapur yang dipakai harus kapur aduk yang bermutu tinggi yang telah
disetujui Direksi Teknis/Lapangan
(7) Lain-lain
Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel
teraso, keramik dan lain-lain harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh
Direksi Teknis/Lapangan atau seperti yang disyaratkan pada saat rapat
penjelasan.
10.2. Adukan
(1) Mencampur
a. Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran,
mempunyai alas yang rata dan keras, tidak menyerap air yang
sebelumnya harus ada persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
b. Apabila tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh
dilakukan dengan tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya)
sampai diperlihatkan warna adukan yang merata.
(2) Komposisi
Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar
atau dalam uraian dan syarat-syarat ini.

Tabel Komposisi Adukan

Jenis Spesi
M1 1 pc : 1 kpr : 6 psr
atau 1 pc : 3 psr
M2 1 pc : 2 psr

XII - 42
M3 1 pc : 4 psr

10.3. Blok-blok Beton


(1) Tipe dari blok-blok
Karena tidak adanya kesamarataan produksi daerah yang satu dengan
daerah lainnya maka tidak diadakan penentuan mengenai ukuran asalkan
tidak melampaui batas dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Blok-
blok beton tersebut harus bersih, tidak menunjukan tanda-tanda retak
ataupun cacat lain yang dapat mengurangi mutu dari blok-blok tersebut.
(2) Campuran adukan
a. Apabila blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus
terdiri dari 1 bagian portland cement dan 5 bagian pasir dan batuan
yang dihaluskan.
b. Tegangan tekan minimum dari blok beton tidak boleh lebih kecil dari
30 kg/cm² pada umur 40 hari.
(3) Perawatan blok-blok beton
Blok-blok beton yang baru saja dibuat harus dilindungi dari matahari dan
dirawat untuk jangka waktu paling tidak 10 hari dengan jalan membasahi
atau menutupi dengan memakai karung basah.
(4) Tembok-tembok ventilasi
a. Blok-blok yang khusus ventilasi dapat dibuat dari campuran M1.
Pasangan ventilasi tersebut harus cukup baik dan antara satu dengan
yang lain harus lurus, seragam dengan menarik garis lurus di antara
kedua ujungnya.
b. Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok sesuai
dengan yang ditetapkan oleh Direksi Teknis/Lapangan.

10.4. Pasangan Batu Bata


(1) Bahan
Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Batu bata/hollowbrick harus memenuhi NI-10
b. Semen portland harus memenuhi NI-8
c. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
d. Air harus memenuhi PUBBI-1982 pasal 9 Pemasangan
(2) Syarat-syarat pelaksanaan
a. Batu bata/hollowbrick yang digunakan adalah batu bata setempat
dengan kualitas terbaik yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan, yaitu
siku dan sama ukurannya.
b. Sebelum digunakan batu bata/hollowbbrick harus direndam dalam bak
air atau drum hingga jenuh.
c. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram
air.
d. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari
XII - 43
(maksimal) 24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom praktis.
e. Bidang dinding bata 1/2 (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari
12 m3 harus ditambah kolom dan balok penguat (kolom praktis)
dengan ukuran 15 x 15 cm, dengan 4 buah tulangan pokok berdiameter
12 mm, beugel diameter 8-20 cm, jarak antara kolom maksimal 4 m.
f. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguatan stek-stek besi beton
diameter 8 mm. jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dalam
pasangan bata minimal 30 cm, kecuali ditentukan lain.
g. Pasangan batu bata merah untuk dinding 1/2 (setengah) batu harus
menghasilkan dinding finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu)
batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan
benar-benar tegak lurus.
h. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam di dalam dinding,
harus dibuat pahatan yang secukupnya pada pasangan bata (sebelum
diplester). Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup
dengan adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna,
dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh bidang tembok.
10.5. Plesteran
(1) Bahan
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat,
lumpur atau campuran-campuran lain.
b. Semen Portland
Semen portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang
membatu dan dalam sak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI-8.
c. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.
(2) Perbandingan campuran plesteran
a. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan pada dinding,
sedangkan untuk daerah basah digunakan plesteran dengan campuran
1 Pc : 2 Ps.
b. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air sampai
mencapai hasil kekentalan yang sempurna.
(3) Pelaksanaan
a. Permukaan dinding batu bata atau permukaan beton harus dibersihkan
dari noda debu, minyak cat, bahan-bahan lain yang dapat mengurangi
daya ikat plesteran.
b. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai
dengan yang diisyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran
harus dibuat terlebih dahulu "kepala plesteran" untuk dipergunakan
sebagai acuan.
c. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (ñ 20 mm) dan
diratakan dengan roskam kayu/besi dari kayu halus tersebut dan rata
permukaannya ataupun dengan profil aluminium dengan panjang

XII - 44
minimal 1,5, kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk
menghindarkan terjadinya retak akibat penyusutan yang mendadak.
d. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton
harus dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang
kuat antara permukaan beton dengan plesteran. Bilamana perlu
permukaan beton yang telah dikasarkan diberi bahan additive,
misalnya "Calbon".
e. Permukaan beton harus dibasahi air hingga jenuh.
f. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan
minimal 2 cm, tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus,
tetapi harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara
menempelkan adukan semen pada bagian yang akan diplester,
kemudian setelah mengering, dilakukan plesteran berikutnya dengan
adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan yang dikehendaki.
g. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan
ketebalan lebih dari 3 cm, sebagai akibat dari kesalahan pada waktu
pengecoran atau yang lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapis
dengan kawat ayam yang ditempelkan pada permukaan beton yang
akan diplester. Biaya penambahan kawat ayam tersebut menjadi
tanggungan Penyedia.
h. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki,
maka hasil akhir (finishing) dari pekerjaan tersebut harus dapat
menyamai pekerjaan yang telah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
10.6. Pasangan Batu
(1) Bahan
a. Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan yang
tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap
udara dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
b. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan
Pekerjaan sebelum digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan
saluran air sedapat mungkin harus berbentuk persegi.
c. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu
yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus tertahan
ayakan 10 cm.
(2) Adukan
Bila tidak ditentukan lain, adukan yang dipakai adalah 1 PC : 4 Pasir
(3) Syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran
dan bentuk-bentuk yang ditunjuk dalam gambar.
b. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga
hubungan semua batu melekat satu sama lain dengan sempurna.
Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ke
tempatnya hingga teguh. Adukan harus mengisi penuh rongga.

XII - 45
VII - C. PENGADAAN PIPA

PASAL - 1. PIPA PVC


1.1. Bahan baku utama pipa PVC harus Polyvinil Chloride tanpa pembentuk sifat
plastis dengan kandungan PVC murni harus lebih besar dari 92,5 %. Hasil akhir
produksi harus merupakan produk yang homogen, tahan serta tidak terurai
oleh air. Pipa PVC tidak boleh membahayakan bagi pemakai dimana bau dan
rasa tidak boleh terdeteksi. Penyedia jasa harus bertanggung jawab atas setiap
pengujian yang dilakukan oleh laboratorium independent terhadap kandungan
bahan baku PVC. Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan menyertakan
semua pipa dan fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material
penyambung dan bahan pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas
dan Bahan atau dalam gambar / drawing.
1.2. Penyedia barang/jasa harus menyediakan perpipaan dari semua material
sebagaimana ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa, fitting,
valve dan perlengkapan lainnya harus sesuai untuk pemakaian di daerah tropis,
o
beriklim lembab dan bersuhu udara 32 C.
1.3. Penyedia Jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik
pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan
yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia Jasa juga harus menyampaikan
tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan di pabrik dan
berlaku untuk semua jenis barang.
1.4. Standar
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri sesuai dengan
standar SNI 06-0084-2002.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material
bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang
ditentukan.
1.5. Standard yang dapat diberlakukan adalah :
 SNI 06-2548-1991 Metode Pengujian Diameter Luar Pipa PVC untuk
Air Minum dengan Jangka Sorong.
 SNI 06-2549-1991 Metode Pengujian Kekuatan Pipa PVC untuk Air
Minum terhadap Hidrostatik.
 SNI 06-2550-1991 Metode Pengujian Ketebalan Dinding Pipa PVC
untuk Air Minum.
 SNI 06-2551-1991 Metode Pengujian Bentuk dan Sifat Tampak Pipa
PVC untuk Air Minum
 SNI 06-2552-1991 Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC untuk
Air Minum
 SNI 06-2553-1991 Metode Pengujian Perubahan Panjang Pipa PVC
untuk Air Minum dengan Uji Tungku
 SNI 06-2554-1991 Metode Pengujian Ketahanan Pipa PVC untuk Air
Minum terhadap Metilen Khlorida
 SNI 06-2555-1991 Metode Pengujian Kadar PVC pada Pipa PVC Air
Minum dengan THF

XII - 46
 SNI 06-2556-1991 Metode Pengujian Diameter Luar Pipa PVC untuk
Air Minum dengan Pita Meter
 SNI 06-0084-2002 Pipa PVC untuk saluran air minum
 SNI 19-6783-2002 Spesifikasi desinfeksi perpipaan air bersih
1.6. Diameter Pipa
Diameter pipa yang dipakai sesuai dengan yang dirinci dan ditunjukkan dalam
daftar kuantitas bahan
1.7. Tekanan kerja
a. Tekanan kerja dari pipa minimal 100 m kolom air atau 10 kg/cm2 atau
menurut standar SNI yang berlaku dan tekanan pengujian minimal 2 (dua)
kali tekanan kerja pipa. Penyedia barang/jasa harus menyertakan tanda
bukti hasil pemeriksaan tekanan kerja dari pipa/fitting pipa yang ditawarkan
dan melakukan pengujian setelah pengiriman dilakukan dan sampai lokasi.
b. Bila dianggap perlu, atas permintaan Direksi Lapangan/Direksi Teknis,
Penyedia barangjasa harus melakukan pengujian kekuatan tekanan kerja
pipa/fitting pipa di lapangan pada pipa/fitting pipa yang dikirim ke lapangan
atas biaya Penyedia barang/jasa. Jumlah pipa/fitting pipa yang akan diuji di
lapangan akan ditentukan kemudian oleh Direksi Lapangan/Teknis. Bila
ternyata hasil pengujian tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi ini, maka
Penyedia barang/jasa harus menggantinya dengan yang baru sampai
memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan.
1.8. Kelas Pipa
a. Jenis pipa PVC dengan tekanan nominal 10 kg/cm2 menurut standard SNI
yang berlaku dan mempunyai panjang efektif 6 meter.
b. Ketebalan minimum dinding pipa dan outside diameter mengikuti tabel
berikut:

Tabel Diameter Luar Pipa Polyvinyl Chloride (PVC)

Nominal Diameter (mm) Rata-rata Diameter Luar (mm)


50 63
65 75
80 90
100 110
125 140
150 160
200 200
250 250
300 315

XII - 47
Diameter Luar Dan Ketebalan Dinding Pipa Polyvinyl Chloride (PVC)

Seri Pipa
Nominal Diameter
Tebal Dinding Nominal (mm)
(mm)
S 10 S 12,5
50 2.4 2.0
75 3.6 2.9
90 4.3 3.5
110 5.3 4.2
125 6.0 4.8
160 7.7 6.2
200 9.6 7.7
250 11.9 9.9
315 15.0 12.1

1.9. Jenis dan Macam Sambungan


a. Sambungan pipa dengan diameter ≤ 2 " memakai hubungan dengan
”solvent cement”, untuk diameter pipa > 2 " memakai hubungan dengan
”Rubber ring Joint”.
b. Untuk penyambungan pipa dengan solvent cement ini, Penyedia Jasa harus
menyediakan solvent cement sesuai dengan rekomendasi pabrik.
c. Sambungan tersebut harus mampu menahan resultante pergerakan
memanjang akibat dari perubahan suhu pipa sebesar 50ºC tanpa
mengganggu kekedapan terhadap air.
d. Pipa-pipa PVC dan pipa-pipa lengkung untuk hubungan-hubungan dengan
ring karet harus salah satu diakhiri dengan spigot dengan hubungan ring
karet yang bundar.
e. Ujung-ujung pipa yang rata harus dengan lengkung tidak lebih dari 15
derajat atau dipakai ketentuan-ketentuan dari pabrik pembuatnya sehingga
hubungan tersebut kedap air dan tidak bocor.
1.10. Fitting
a. Fitting sambungan harus sesuai dengan standar SNI-0084-1987 dan bila
tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka sistem
sambungan untuk dia. > 2” harus menggunakan rubber ring joint, untuk ≤ 2
” menggunakan solvent cement.
b. Semua fitting direncanakan mempunyai tekanan kerja 1.23 mpa (12.4
kg/cm2)
c. Kecuali ditentukan lain, semua fitting harus dari jenis injection molded atau
heat process (pencetakan atau proses panas) dan didesain dengan
karakteristik dan kekuatan yang sama dengan pipa yang disambung.
d. Bila fitting yang dispesifikasikan bukan terbuat dari PVC maka harus dari besi
tuang ductile (Ductile Cast Iron). Bell and Flange yang dispesifikasikan harus
mempunyai flange pada satu ujungnya dan push-on bell satu sambungan
jenis mekanikal pada ujung yang lain. Tee dengan cabang flange, jika

XII - 48
dispesifikasikan, harus berupa ujung-ujung dengan push-on dan ujung pipa
cabang dengan flange. Permukaan luar fitting tersebut harus dilapisi lapisan
pelindung dari bahan bitumen, yaitu coal tar atau aspheltic base, yang
mempunyai ketebalan kering tidak kurang dari 0,3 mm. Permukaan dalam
dari fitting tersebut harus dilapisi epoxy atau coal tar epoxy yang dipakai
untuk lining harus dari bahan yang tepat untuk pipa air minum dan
dilengkapi sertifikat dari instansi yang berwenang (public health authorities).
e. Baut dan mur yang akan dipakai untuk flange dan sambungan mekanikal
harus dari baja yang digalvanis.

PASAL - 2. PIPA HDPE


2.1. Polyethiline (PE) yang lebih dikenal dengan pipa plastis berisi PE merupakan
plastis yang dibuat melalui temperature tingggi, artinya pembuatan pipa baik
bentuk maupun dimensi dilakukan selama tahap pelelehan metarial resin.
2.2. Bahan utama pipa ini terbuat dari HDPE resin minimal 92,5 % (SII) ditambah
bahan pembantu.
2.3. Penyedia barang/jasa harus menyediakan perpipaan dari semua material
sebagaimana dirinci dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa,
fitting, valve dan perlengkapan lainnya harus sesuai dengan pemakaian di
o
daerah tropis, beriklim lembab dan bersuhu udara 32 C.
2.4. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik
pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan
yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/jasa juga harus
menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan
di pabrik, serta melakukan pengujian setelah pipa dikirim dan sampai di lokasi.
2.5. Standar
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan
standar SNI 06-4829-2005. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk
produk tertentu atau belum dibuat di dalam negeri, maka yang ditawarkan
dapat menggunakan standard lain, dengan syarat bahwa kualitas
keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan apa yang ditetapkan dalam
dokumen lelang ini.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material
bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang
ditentukan.
c. Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan menyertakan semua pipa dan
fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material penyambung dan
bahan pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas dan Bahan atau
dalam gambar / drawing.
2.6. Standard yang dapat diterima adalah :
 SNI 06-4829-2005 Pipa polietilena untuk air minum
 SNI 06-4821-1998 Metode pengujian dimensi pipa polietilena untuk
air minum
 SNI 06-2552-1991 Metoda pengambilan contoh uji pipa PVC untuk
air minum
 SNI 19-6783-2002 Spesifikasi desinfeksi perpipaan air bersih

XII - 49
 ISO 4427 :1996 Polyethylene pipes for water supply spesifications
 ISO 6964-1986 Polyolefin pipes and fittings – Determination of
carbon black content by calcinations pyrolysis –
Test method and basic spesification
 ISO / TR 10837 – 1991 Determination of the thermal stability of
polyetilene for us in gas pipes and fitting’s
 ISO 11420 : 1996 Method for the assesment of the degree of
carbon black dispersion in polyolefin pipes, fittings
and compound’s
 ISO 6259 / 1985 Pipe for polyethylene – Part 1 : Determination of
tensile properties
 ISO 3126 : 1974 Plastic pipe – measurement of dimension
 ISO 1167 : 1996 Thermoplastic pipes for the conveyance of fluids –
resistance to internal pressure – Test Method
 ISO 1133 : 1991 Plastic – Determination of the melt mass – flow
rate (MFR) and melt volume flow rate (MVR) of
thermoplastics
 ISO 2505 -1-1994 Thermoplastics pipe – Longitudinal reversion –
part 1 : determination methods
 ISO 3607 : 19977/E Tolerances on outside diameters and wall
thickenesses
 AS / NZS 4130 : 97 Polyethylene pipes for pressure aplication
 ASTM D 3350 – 1999 Standard spesification polyethylene plastics pipe
and fittings material
 JIS 6762 – 1998 Double wall polyethylene pipes for water supply.
2.7. Diameter Pipa
a. Diameter pipa yang dipakai sesuai dengan yang dirinci dan ditunjukkan
dalam daftar kuantitas bahan.
b. Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstrusi namun sebelum digulung harus
sesuai dengan kelas N.
c. Untuk diameter luar nominal ≤ 75, toleransi sama dengan (0,008dn + 1) mm,
dibulatkan menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2 mm
d. Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi ≤ 250, toleransi sama dengan
0,02dn, dibulatkan menjadi 0,1 mm
e. Untuk diameter luar nominal > 250, toleransi sama dengan 0,035dn,
dibulatkan menjadi 0,1 mm
f. Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18 dn
dan pipa jangan sampai menjadi kaku. Bagi pipa yang digulung, diperlukan
peralatan untuk penggulungan ulang
2.8. Tekanan kerja
Semua pipa dan alat penyambung harus didisain untuk menerima tekanan kerja
2
minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm ).
2.9. Kelas Pipa

XII - 50
a. Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang dari
persetujuan antara pemasok dan pengguna barang dengan toleransi ± 0,05
m. Diameter drum gulungan minimum harus 18 x dn.
b. Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06-4829-2005
tentang pipa PE untuk air minum.
c. Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan
sebagaimana tabel dibawah ini.

Ketahanan Hidrostatik Pipa

Tegangan Uji (Mpa)


Jenis Bahan 100 Jam Pada 165 Jam
1)
1000 Jam
0 0 0
20 c Pada 80 c Pada 80 c
Pe 100 12.4 5.5 5.0

Pe 80 9.0 4.6 4.0

Catatan :
1)
Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan

d. Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah
merupakan kegagalan. Jika pengujian dilaksanakan pada 165 jam ternyata
gagal dalam bentuk kenyal (ductile), uji ulang supaya dilaksanakan pada
tegangan yang lebih rendah. Tegangan uji yang baru, dan waktu kegagalan
minimum yang baru supaya dipilih sebagaimana tabel dibawah.

Ketahanan Hidrostatik Pada Kekuatan Suhu 80oc Kebutuhan Uji Ulang

PE 80 PE 100
Tegangan Waktu Kegagalan Tegangan Waktu Kegagalan
MPa Minumum (jam) MPa Minumum (jam)

4.6 165 5.5 165

4.5 219 5.4 233

4.4 283 5.3 332

4.3 394 5.2 476

4.2 533 5.1 688

4.1 727 5.0 1000

4.0 1000

2.10. Jenis dan Macam Sambungan


a. Sambungan mekanis
Mechanical-joint: sambungan plastik, injection( 20 mm-63 mm) imulded,
tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
b. Welding (heat fusion)

XII - 51
- Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
- Socket welding (20 mm – 125 m)
- Saddle welding
c. Electro welding (25 mm – 125 mm)
Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.

2.11. Fitting
a. Fitting sambungan harus sesuai dengan pipa yang akan dipasang seperti
yang tercantum dalam Bill of Quantity.
b. Semua fitting harus dari jenis injection molded atau heat process
(pencetakan atau proses panas) dan didesain dengan karakteristik dan
kekuatan yang sama dengan pipa yang disambung.
c. Semua fitting yang dapat digunakan harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pipa yang digunakan.

PASAL - 3. PIPA STEEL


3.1. Penyedia barang/jasa harus menyediakan perpipaan dari semua material
sebagaimana dirinci disini dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan.
Semua pipa, fitting, valve dan perlengkapan lainnya harus sesuai untuk
o
pemakaian di daerah tropis, beriklim lembab dan bersuhu udara 32 C.
3.2. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik
pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan
yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/jasa juga harus
menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan
di pabrik, serta melakukan pengujian setelah pipa dikirim dan sampai di lokasi.
3.3. Standar
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan
standar SNI 07-2255-1991. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk
produk tertentu atau belum dibuat di dalam negeri, maka yang ditawarkan
dapat menggunakan standard lain, dengan syarat bahwa kualitas
keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan apa yang ditetapkan dalam
dokumen lelang ini.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material
bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang
ditentukan.
c. Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan menyertakan semua pipa dan
fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material penyambung dan
bahan pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas dan Bahan atau
dalam gambar / drawing.
3.4. Standard yang dapat diterima adalah :
 SNI 07-0242-1989 Pipa Baja tanpa kampuh, mutu dan cara uji.
 SNI 07-0242-2000 Spesifikasi pipa baja yang dilas dan tanpa
sambungan dengan lapis hitam dan galvanis panas
 SNI 07-0822-1989 Baja Karbon strip canai panas untuk pipa.

XII - 52
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
 SNI 07-1769-1990 Penyambung pipa air minum bertekanan dari besi
yang kelabu.
 SNI 07-3080-1992 Penyambung pipa baja tahan karat dengan las
tumpu
 SNI 07-3025-1992 Persyaratan las Ketentuan Umum, Persyaratan
servis untuk sambungan berlas.
 SNI 07-3026-1992 Las, untuk pertimbangan untuk menjamin mutu
struktur las.
 SNI 07-3027-1992 Faktor-faktor yang harus di pertimbangkan dalam
penilaian perusahaan yang menggunakan las
sebagai cara utama pabrikasi.
 SNI 13-4184-1996 Kontrol korosi eksternal pada sistem perpipaan
metalik bawah tanah atau terendam
 SNI 13-4185-1996 Kontrol korosi internal saluran pipa baja dan sistem
perpipaan
 SNI 19-6783-2002 Spesifikasi desinfeksi perpipaan air bersih
3.5. Standar lain yang digunakan adalah :
 SII 2527-90 Water Supply Steel Pipe
 ISO 7/1 Pipe Threads Where Pressuretight Joins are Made
on The Threads
 ISO 1459 Metalic croating – Protection Against Corrosion by
Hot Dip Galvanzing Guilding Principles
 ISO 1461 Metalic Coating Hot-Dip Galvanized Coating on
Fabricated Ferrous Products Requirments
 ASTM A 283F Flow and Intermediate tensile Strenght Carbon
Steel Plates, Shapes and Bars
 ASTM A 570 Steel, Sheet and Strip, Carbon, Hot Rolled Structural
Quality
 AWWA C 200 Steel Water Pipi 6 Inches and Larger
 AWWA C 203 Coal-Tar Protective Coatings and Linings for Steel
Water Pipelines Enamel and Tape Hot Applied
 AWWA C 205 Cement Mortar Protective Lining and Coating for
Steel Water Pipe 4 Inches and Larger Shop Applied.
 AWWA C 208 Dimensions for Steel Water Pipe Fittings.
 AWWA Manual M11 Steel Pipe Design and Installation.
 AWWA C 210 Liquid Epoxy Coating System for he Interior and
Exterior Steel Water Pipe.
 JIS G 3101 Rolled Steel for General Structure.
 JIS G 3452 Carbon Steel Pipes for Ordinary Piping.
 JIS G 3457 Arc Welded Carbon Steel Pipe.
XII - 53
 JIS B 2311 Steel Butt-Welding Pipe Fitting for Ordinary Use.
 JIS G 3451 Fitting of Coating Steel Pipes for Water Service.
 JIS G 550 Spheroidal Graphite Iron Castings
 JIS G 5702 Blackheart Malleable Iron Castings
 JIS G 3445 Carbon Steel Tubes for Machine Structures
Purposes
 JIS G 3454 Carbon Steel Pipes for Pressure Service
 JIS K 6353 Rubber Goods Pipes for Water Works.
3.6. Diameter Pipa
Pipa dengan ukuran diameter nominal berikut ini harus mempunyai ukuran
diameter luar dan ketebalan dinding minimum sebelum dilapisi pelindung
dalam dan luar sebagai berikut :

Diameter Luar dan Ketebalan Dinding Pipa Baja

Diameter Nominal Diameter Luar Ketebalan Dinding Minimum


(mm) (mm) (mm)

100 113.3 ± 4.50


150 164.3 ± 4.85
200 219.1 ± 5.65
250 273.0 ± 6.35
300 323.8 ± 7.14
350 355.6 ± 7,92
400 406.4 ± 7.92

3.7 Tekanan Kerja


Semua pipa dan alat penyambung harus didisain untuk menerima tekanan kerja
2
minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm ).
3.8 Kelas Pipa
a. Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas keruntuhan
2
minimum tidak kurang dari 226 N/mmz (2300 kg/cm ) dan harus memenuhi
standard berikut :
 SNI 07-0949-1989 Pelat baja carbon untuk uap dan bejana tekan.
 SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas untuk pipa.
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
 ASTM A 283 Grade D
 ASTM A 570 Grade 33
 JIS G 3101 Class 2
 JIS G 3452 SGP
 JIS G 3457 STPY
b. Pabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI-07-0822-
1989 atau SNI 07-0039-1987 Medium atau SII 2527-90 atau ASTM A 53 atau
XII - 54
JIS G 3452 dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar pengelasan harus cukup
merata pada seluruh panjang pipa dan dibuat secara otomatis. pengelasan
harus dilakukan dengan menggunakan las listrik yang sesuai dengan
prosedur dan dilaksanakan oleh tukang las bersertifikat
c. Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las keliling
d. Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las keliling yang
dibuat dipabrik harus dengan pengelasan sudut (butt welded). Banyaknya
pengelasan pabrik maksimum yang diizinkan adalah satu pengelasan
memanjang dan tiga pengelasan keliling untuk setiap batang pipa. Panjang
setiap batang pipa adalah 6 (enam) meter atau kurang, kecuali ditentukan
lain.
e. Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-seling pada sisi yang
berlawanan untuk bagian yang berurutan. Tidak diizinkan adanya ring, pelat
ataupun pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar maupun pada bagian
dalam pipa.
3.7. Fitting
a. Semua fitting baja/steel harus dari bahan yang sama dan difabrikasi sesuai
dengan spesifikasi dan harus didisain dengan kekuatan yang sama dengan
pipanya. Ring penguat atau saddle penguat dapat dipasang pada bagian luar
bilamana perlu, sesuai dengan AWWA Manual M11 atau standar
pembuatan yang dapat disetujui. Ketebalan dinding minimum dan diameter
luar dinding fitting harus sesuai dengan persyaratan yang dispesifikasikan
dalam Bagian 3.2 dan standar berikut ini :
 Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil : JIS B 2311
 Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar : JIS B 2311 (sampai
dengan 500 mm) dan JIS G 3451. atau AWWA C 208.
b. "Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5 derajat dan lebih kecil
harus terdiri dari dua potongan bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi
lebih besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat harus difabrikasi
dengan menggunakan tiga potongan bend. Bend yang mempunyai sudut
defleksi lebih besar dari 45 derajat harus terdiri dari empat potongan bend.

VII - D. PEMASANGAN PIPA

PASAL - 1. PIPA PVC


1.1. Pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai kemasukan segala
macam jenis kotoran umpamanya bekas puing-puing/batu, alat-alat, bekas
pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat mengganggu kebersihan dan
kelancaran aliran air didalam pipa.
1.2. Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam galian harus langsung dipasang dan
distel sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang disetujui
oleh Direksi Lapangan/Teknis serta dipadatkan dengan sempurna, kecuali
pengurugan pada tempat-tempat sambungan pipa harus diperiksa terlebih
dahulu dan disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis. Setelah diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis baru diperbolehkan untuk diurug.
1.3. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya berhenti, harus
ditutup sehingga kotoran maupun air buangan tidak masuk kedalam pipa. Cara-

XII - 55
cara penutupan pada ujung pipa tersebut harus disetujui oleh Direksi
Lapangan/Teknis.
1.4. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) harus dilaksanakan dengan
penyambung bend/elbow atau yang sesuai. Begitu pula untuk percabangan
harus dengan tee, cross (sesuai dengan kebutuhan).
1.5. Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa
persetujuan pengguna barang/jasa atau konsultan pengawas.
1.6. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka jalan/tanah asal harus
diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan oleh Direksi
Lapangan/Teknis.
1.7. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai
kedudukan pipa agar yang dipasang betul-betul lurus serta pada peil yang benar
dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada benda keras yang
memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari.
1.8. Pada waktu pemasangan pipa, galian untuk perletakan pipa harus kering, tidak
boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus bersih. Penyambungan
pipa hanya dilakukan dalam keadaan kering.
1.9. Disekeliling pipa harus diberi pasir sesuai dengan gambar atau tidak dinyatakan
lain diberi lapisan pasir sedemikian rupa sehingga terdapat pasir minimal
setebal 10 cm dibawah, disamping, dan diatas pipa, kecuali untuk pipa-pipa
yang memotong jalan (crossing jalan) diurug segera dengan pasir penuh dan
tanah bekas galian harus disingkirkan agar dapat segera dapat dilalui
kendaraan-kendaraan. Dan khusus untuk jalan-jalan protocol (lalu lintas padat
dan kendaraan-kendaraan berat) harus dilindungi dengan pelat baja.
1.10. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend dan
sebagainya harus diberi blok-blok penahan dari beton (beton K-225).
1.11. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam
kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah
masuknya kotoran/benda-benda asing/air kotor kedalam pipa. Material yang
digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan bebas dari
minyak/oli, aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
1.12. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (beton K-225).
1.13. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan
pipa sesuai dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat yang tercantum
dalam syarat – syarat teknis pekerjaan ini.
1.14. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
a. Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti
terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa berada di
atas galian, segera sebelum pemasangannya pada posisi terakhir.
b. Ujung spigot harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang paling
mudah rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan yang rusak
harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi Lapangan/Teknis,
yang akan menentukan perbaikan atau dibuang.

XII - 56
1.15. Pembersihan Pipa
a. Semua kotoran, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus
disingkirkan dari ”bell”, ujung spigot setiap pipa dan bagian luar ujung
spigot, dan sebelum pipa dipasang bagian dalam ”bell” harus diseka sampai
bersih, kering dan bebas dari lemak.
b. Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting yang
telah terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda asing
dan kotoran. Tindakan pencegahan harus berupa pengguna kain pembersih
selama pemasangan dan penyumbatan kedap air semua bukaan/celah di
setiap akhir pekerjaan setiap hari.
c. Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari akhiran-
akhiran bell dan spigot. Tiap pipa, bagian luar, akhiran spigot dan bagian
dalam dari bell harus dibersihkan, kering dan bebas dari lemak dan minyak
sebelum pipa dipasang.
1.16. Penurunan Pipa Kedalam Galian
a. Perkakas, peralatan yang baik, dan fasilitas yang memenuhi syarat harus
disediakan dan digunakan oleh penyedia jasa bagi keamanan dan kelancaran
pekerjaan.
b. Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu
persatu dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau dengan perkakas
atau peralatan lainnya yang sesuai, sedemikian rupa untuk mencegah
kerusakan pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung luar dan
dalamnya.
c. Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan kedalam galian.
d. Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain dalam
penanganannya, kerusakan tersebut harus segera diberitahukan kepada
Direksi Lapangan/Teknis. Direksi Lapangan/Teknis akan menetapkan
perbaikan atau penolakan bahan yang rusak tersebut.
1.17. Peletakan Pipa
a. Harus dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam pipa ketika pipa
diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-bahan,
peralatan, pakaian atau barang-barang lain yang diletakkan di dalam pipa.
b. Pada waktu peralatan pipa dalam galian, letak akhiran spigot harus tepat
dengan bell dan dipasang dengan lintas dan sudut yang benar. Pipa harus
terletak dengan betul dan timbunan harus dipadatkan kecuali pada bagian
bell. Harus dijaga agar kotoran tidak masuk ke dalam ruang antara
sambungan.
c. Jika pasangan pipa berhenti pada suatu saat, ujung pipa harus ditutup
dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis.
1.18. Pemotongan Pipa
a. Pemotongan pipa diusahakan seminimum mungkin.Bila perlu pemotongan
harus dilakukan tegak lurus terhadap sumbu pipa dan rata. Pemotongan
harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai dengan rekomendasi pabrik.
b. Ujung potongan dan tepian yang kasar harus diperhalus dan dipotong
dengan alat yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut. Ujung potongan
serong harus sama dengan yang dibuat dipabrik. Perkakas bagi keperluan
pemotongan pipa dan membuat ujung potongan serong harus sesuai
XII - 57
dengan rekomendasi pabrik. Tanda kedalaman (garis melingkar yang jelas)
harus dibuat diujung spigot pipa yang dipotong dilapangan untuk
menandakan kedalaman penetrasi spigot yang benar kedalam sambungan
pipa.
1.19. Pemasangan Pipa
a. Pipa harus diletakkan agar diperoleh perletakan/tumpuan yang seragam dan
menerus sesuai jalur dan gradien yang diperlihatkan dalam gambar dan
sesuai dengan jadual perletakan yang ditentukan bagi pemasangan.
Sebelum menempatkan pipa ke posisinya gradien akhir harus dicek dengan
peralatan survey.
b. Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah benda asing masuk
kedalam pipa saat ditempatkan pada jalur pemasangannya. Selama
pemasangan, tidak boleh ada sampah, perkakas, kain, atau benda lainnya
yang diletakkan/ditinggalkan kedalam pipa.
c. Setiap batang pipa yang diletakkan dalam bagian ujung spigot harus
diletakkan ditengah bell, pipa didorong masuk dan ditempatkan pada jalur
dan gradien yang benar.
d. Pipa harus dimantapkan di tempatnya dengan bahan urugan yang
dipadatkan merata, kecuali pada bagian bellnya. Tindakan pencegahan
harus diambil untuk mencegah tanah atau kotoran lainnya masuk ke dalam
sambungan.
e. Pada saat tidak dilakukan pekerjaan penyambungan ujung terbuka pipa
harus ditutup dengan cara yang memadai yang disetujui oleh Direksi
Lapangan/Teknis.
f. Khususnya pada musim hujan, penyedia barang/jasa harus melakukan
tindakan untuk mencegah air hujan/atau sampah dan benda lainnya yang
tidak perlu masuk ke pipa yang telah dipasang, dan jangan sampai pipa
tersebut terapung.
g. Pemasangan pipa pada daerah tebingan sungai harus terlindung dari banjir
dan pipa dipasang pada tebing dengan perkuatan dengan clem, dyna bolt
atau bahan lainnya yang mampu menahan beban pipa.
1.20. Jenis dan Macam Sambungan
a. Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
penyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau berdasarkan
petunjuk-petunjuk dari Direksi Lapangan/Teknis.
b. Penyedia barang/jasa tidak boleh memulai pelaksanaan pekerjaan sebelum
alat-alat bantu yang diperlukan sudah tersedia dilapangan. Pipa harus
dipasang sesuai gambar-gambar, kecuali bila Direksi Lapangan/Teknis
menunjukkan lain.
 Push and Rubber Joint
- Gasket karet yang melingkar harus dipasang dan dimasukkan ke
dalam gasket pada bell socket. Lapisan tipis minyak gasket harus
dilapiskan baik pada permukaan bagian dalam dari gasket atau pada
akhiran spigot dari pipa atau keduanya. Minyak gasket harus berasal
dari persediaan yang diberikan pabrik dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Teknis, tidak diperkenankan mempergunakan bahan yang
tak disetujui.

XII - 58
- Pelaksanaan pemasukan pada sambungan pipa harus betul-betul
menjamin kesempurnaan sambungan dengan masukan karet/gasket
secara benar dalam maffell/lubang, sehingga tidak akan
memungkinkan timbulnya kebocoran-kebocoran air pada sambungan
pipa, semua pipa yang sudah disambung harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Lapangan/Teknis untuk
diperiksa, baru kemudian pengurugan dilakukan dan pelaksanaan
dapat dilanjutkan.
- Dalam hal jalur pipa agak melengkung, maka defleksi yang diizinkan
untuk tiap-tiap sambungan pipa harus diminta persetujuan dari
Direksi Lapangan/Teknis dan ketentuan-ketentuan dari pabriknya
harus diperhatikan, karena bila terdapat defleksi yang terlalu besar,
maka akan mengakibatkan timbulnya kebocoran-kebocoran pada
sambungan pipa tersebut.
 Solvent Semen
- Sebelum pipa dimasukan kedalam socket terlebih dahulu harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran tanah, kemudian spigot distel
kedalam socket pipa dengan terlebih dahulu dibersihkan dari segala
kotoran lainnya.
- Kemudian spigot dan socket dipoles dengan lem pipa (lubricant) yang
sama dengan yang dihasilkan pabrik pipa dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Teknis. Untuk memudahkan ujung pipa (spigot) masuk
kedalam socket maka pemasangan dilakukan dalam keadaan lurus.
- Bila ujung pipa sudah diratakan, cukup aman masuk kedalam socket
baru dilanjutkan dengan pekerjaan penyambungan lainya dengan
cara-cara yang sama.
- Kedalam masuknya spigot ditentukan tanda-tandanya, pipa-pipa
yang belum ada tandanya supaya diberi tanda untuk memastikan
masuknya pipa secara cukup.
- Defleksi pipa-pipa diijinkan untuk sambungan, besarnya ditentukan
sesuai instruksi pabrik yang memproduksi pipa ataupun petunjuk-
petunjuk langsung dari Direksi Lapangan/Teknis, dengan pedoman
bahwa defleksi pipa tersebut setelah pipa disambung secara utuh.
 Flange
- Sebelum dipasang flanges pipa harus sudah bersih permukaannya,
kemudian dipasang dan dibaut dengan putaran secukupnya.
- Sebelum pekerjaan pembautan, semua baut dan mur harus diberi
gemuk dengan sempurrna.
- Baut-baut harus dikunci dengan kunci-kunci khusus sehingga dapat
menjamin kesamarataan baut-baut pipa dengan kedudukan flens
pipa, sehingga terdapat tekanan yang sama pada seluruh permukaan
dari flens.
 Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti
yang tercantum dalam Bill of Quantity dan gambar,sesuai dengan jenis
pipanya.

XII - 59
 Thrust Blok
- Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan
aksesoris dalam menahan pergerakan dan terbuat dari
'
beton fc  20 MPa (≈ 200 kg/cm2) dan diletakkan langsung pada
tanah stabil dengan pondasi agregat dengan ketebalan minimum 200
mm.
- Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai dengan
rencana, maka perkuatan daya dukung dilakukan dengan
menggunakan cerucuk bambu atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi Lapangan/Teknis.
- Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar
dinding blok penahan sebagai akibat penggalian yang melampaui
ukuran yang ditetapkan, maka celah tersebut harus diisi dengan
kerikil yang dipadatkan dengan merata.
1.21. Valve
a. Penyedia barang/jasa harus melengkapi valve sesuai dengan yang
dibutuhkan dan menurut standar yang disetujui. Seluruh valve sesuai
dengan ukuran yang disebutkan dan bila mungkin dari jenis atau model yang
sama dan dikeluarkan oleh satu pabrik.
b. Seluruh valve pada badan bagian luar harus tercetak asli dari pabrik dan
dicor dengan huruf timbul yang dapat menunjukkan :
 Nama pemilik proyek
 Nama atau Merk Dagang Pembuatnya
 Tahun pembuatan (97 berarti 1997)
 Tekanan kerja
 Diameter nominal
 Arah panah aliran bila valve tersebut digunakan satu aliran
c. Valve dengan diameter lebih kecil 50 mm tersebut dari brass/kuningan,
kecuali untuk handwheel terbuat dari besi tuang atau besi tempa atau jenis
sambungan dari sambungan ulir.
d. Ulir valve harus sesuai dengan ISO 7/1 “Pipa threads where pressure tight
joint are made in the thread”.
e. Valve dengan diameter 50 mm keatas menggunakan sambungan sistem
dengan flange dan terbuat dari cast iron/besi tuang.
f. Ketebalan flange harus ditentukan berdasarkan tekanan kerja seperti yang
dispesifikasikan dan sesuai dengan standard internasional yang diakui.
g. Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka
seluruh Valve harus dibuat khusus untuk menerima tekanan kerja minimal
10 bar dan untuk flange harus mempunyai dimensi sesuai dengan standard
ISO 2531.
h. Seluruh unit yang beroperasi harus didesain untuk pembukaan berlawanan
arah jarum jam dan searah jarum jam untuk penutupan. Tanda panah harus
tertera untuk menunjukkan arah rotasi untuk membuka atau menutup
valve.
i. Semua lubang/bukaan sambungan pipa harus ditutup untuk mencegah
masuknya benda-benda asing.

XII - 60
j. Harga penawaran valve sudah termasuk perlengkapan untuk
penyambungan seperti gasket, mur, baut dan ring untuk satu sisi flange
dengan tambahan 10%.
k. Besar dan ukuran perlengkapan tersebut disesuaikan dengan spesifikasi
teknis dari flange valve, mur, baut dan ring dikirim dalam keadaan bukan
material bekas dan sudah tergalvanis dengan merata dan baik. Ketebalan
gasket minimal 3 mm terbuat dari karet sintetis.
l. Petunjuk pengoperasian valve harus disertakan seperti maksimum force
pada hardwheel, engkol (crank), T-bar dan perlengkapan lain sehingga tidak
menimbulkan kesulitan pada operator. Penyedia Jasa harus menyertakan
besarnya maksimum torque yang dibutuhkan untuk setiap valve yang
dikirim.
m. Valve harus bersih, kering dan bebas dari kotoran sebelum digunakan.
Coating dengan cara penyemprotan harus dilakukan di pabrik. Ketebalan
minimum coating setelah kering + 400 microns (16 mils). Material yang
berkontak dengan air harus harus dari jenis non toxic sedangkan bahan yang
dapat larut tidak boleh digunakan.
n. Petunjuk operasi (operating manual) harus disediakan untuk setiap jenis
valve dan perlengkapannya.
o. Penyedia barang/jasa harus menyertakan sertifikat dari pabrik yang
menerangkan bahwa setiap valve telah memenuhi persyaratan yang diminta
dalam spesifikasi ini.
1.22. Gate Valve
a. Bila tidak disebut dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), maka gate
valve yang ditawarkan adalah gate valve dari jenis “Non Rising Stem”.
b. Valve harus memenuhi standar “Gate Valve for Water and Other Liquids”
(AWWA C 500) atau standar internasional lain yang sama atau yang lebih
tinggi kualitasnya dan didesain khusus untuk tekanan kerja.
c. Penawaran gate valve adalah berikut hand wheel harus dilengkapi dengan
kunci T (Tee Key) minimal satu buah.Tee key tersebut dilengkapi dengan
pendongkel tutup surface box street cover dan terbuat dari baja ST 40 yang
telah digalvanis.
d. Bila dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) diperlukan extension spindle
maka material tersebut terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis. Harga
penawaran extension spindle sudah termasuk potongan pipa PVC untuk
melindungi extension spindle tersebut dari urugan tanah.
e. Badan dari gate valve, hand wheel/cap terbuat dari besi tuang kelabu atau
bahan dengan kualitas lebih tinggi.
f. Badan gate valve harus terbuat dari besi (iron body) dengan dudukan dari
logam perunggu, tangkai valve jenis non-rising dan dengan katup yang solid
(solid wedge gate). Valve harus cocok untuk pemasangan dengan posisi
tegak (vertikal mounting). Valve harus dirancang untuk saluran air yang
bebas hambatan yang mempunyai diameter tidak kurang dari diameter
nominal valve apabila dalam posisi terbuka.
g. Stuffing box harus terbuat dari bahan yang sama dengan badan valve seperli
telah dispesifikasikan diatas dan harus dalam posisi terbuka. Tinggi dari
stuffing box tidak boleh kurang dari diameter valve. Packing pada stuffing
box harus terbuat dari asbes atau bahan lain yang sesuai dan disetujui

XII - 61
engineer. Packing dari hemp atau jute (rami) tidak boleh digunakan. O-ring
stem seal dapat digunakan atas persetujuan engineer dan seal ini harus
terdiri dari 2 (dua) buah O-ring seal dan paling sedikit 1 (satu) buah
ditempatkan di atas stem-collar dan dapat dilakukan penggantian dalam
keadaan tekanan kerja penuh dimana valvenya dalam posisi terbuka penuh.
h. Stem terbuat dari perunggu atau stainless steel.
i. Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau perunggu.
j. Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari grey cast iron, rata dan
tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas yang
padat.
k. Joint antara tutup dengan badan bisa berupa engsel atau dihubungkan
dengan baut. Ukuran surface box disesuaikan dengan masing-masing
dimensi valve dan sudah dicoating dengan anti karat.
l. Valve dengan ukuran 80 mm atau lebih kecil mempunyai badan yang
terbuat dari perunggu, skrup bonnet (topi sekrup), gate valve memiliki solid
wedge (baji), skrup dalam dan tangkai pengungkit.
m. Gate valve perunggu harus didesain dan dibuat sesuai dengan JIS B 2011
atau ketentuan lain yang disetujui. Tekanan kerja besamya 0.98 Mpa (10
kglcm²). Valve harus dilengkapi dengan roda pemutar dan ujung berulir
(sekrup).
n. Badan Valve harus merupakan cetakan perunggu yang mengacu pada JIS H
5111, kelas 6 atau cetakan perunggu dengan daya rentang tidak kurang dari
2 2
196 N/mm (20 kg/m ). Piringan terbuat dari perunggu cetakan sesuai
spesifikasi di atas atau dari kuningan yang mengacu pada AS H 3250, kelas C
3711 atau dari tembaga yang mempunyai daya rentang tidak kurang dari
2 2
314 N/mm (32 kg/m ). Stem/tangkai harus terbuat dari tembaga sesuai
spesiflkasi di atas.
1.23. Chek Valve
a. Penyedia jasa harus menyediakan check valve jenis Swing Check VaIve/KIep
Tabok dengan sambungan flange.
b. Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank-flange) yang dapat
dibuka sewaktu-waktu bila diperlukan.
c. Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (tercetak) yang
dapat menunjukkan merk, atau dari pabrik mana yang membuatnya,
besamya diameter, tekanan kerja, dan arah aliran air.
d. Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi tuang.
e. Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber yang
berkualitas baik.
2
f. Tekanan kerja dari check valve mampu menahan 10 kg/cm .
g. Chek Valve harus didesain sedemikian rupa sehingga piringan, dudukan
cincin dan bagian-bagian dalam lainnya yang mungkin perlu untuk perbaikan
harus mudah diambil, mudah dipindahkan dan mudah diganti tanpa
menggunakan peralatan khusus atau harus memindahkan valve dari
jalumya.
h. Valve harus cocok untuk pengoperasian dalam posisi horizontal atau vertikal
dengan aliran keatas dan ketika terbuka penuh valve harus mempunyai
daerah aliran bersih (a net-flow area) tidak kurang dari luas diameter
nominal pipa dan ujung flange.
XII - 62
1.24. Air Realese Valve
a. Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti hal-hal
sebagai berikut :
 Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
 Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
 Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa.
 Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan.
 Aman terhadap vakum.
b. Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve lengkap
dengan mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai dengan yang
diberikan pada uraian pekerjaan.
c. Badan valve terbuat dart cast iron atau ductile iron dan pelampung dari
ebonit, stainlees steel atau Acrynolitrie Butediene Steel.
d. Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees steel, bronze atau
ABS.
e. Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan
tidak menunjukkan gejala kebocoran.
f. Juga tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum 0,1 bar.
g. Penyedia Jasa harus menyediakan katup penutup (isolating valve) secara
terpisah untuk setiap katup udara dengan jenis kupu-kupu (butterfly valve)
dengan spesifikasi sbb:
 Setiap badan valve terbuat dari cast iron atau ductile iron dengan
rubber seal, disc, valve shaft dan peralatan mekanisme operasional
yang mengikuti 'Standards for Rubber Seated Butterfly Valves' (AWWA
Designation C 504) atau standard Internasional lain yang disetujui yang
sama atau lebih tinggi kualitasnya dari yang disebutkan.
o
 Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut 90 dari
posisi terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran valve harus
horizontal.
 Mekanisme operasional harus terkait pada badan valve dan sesuai
dengan standard AWWA C 504,
 Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk pengawasan
dan perbaikan,
 Mekanisme operasional untuk pengoperasian valve secara manual
harus dapat mengunci sendiri sehingga tangga aliran air atau vibrasi
tidak mengakibalkan piringan berpindah dari lempatnya semula.
 Setiap valve didesain untuk tekanan melintang pada piringan (bila
tertutup rapat) sama dengan rate lekanan pada pipa.
 Seluruh valve harus mengikuti Spesifikasi dan harus dapat membuka
atau menutup bila tidak dioperasikan dalam periode yang lama.
 Badan valve dan flange terbual dari cast iron dan mengikuti
"Specification for Grey Iron Casting for Valves, Flanges and Pipe Fittings
kelas B(ASTM Designation A 126) alau ductile iron (ASTM 536). Flange
harus mengikuti standard JIS-8 2213.
h. Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang seharusnya.
i. Tipe air valve harus sesuai dengan spesifikasi di bawah ini yang tergantung
pada ukuran pipa yang dipasang.
XII - 63
Ukuran Pipa Diameter Nominal Air Valve
Tipe Air Valve
(mm) (mm)
300 dan lebih kecil Tipe dengan orifice 25 mm dan lebih kecil
kecil/tunggal
350 dan lebih besar Tipe dengan dua 75 mm dan lebih besar
Orifice atau kombinasi

j. Tipe air valve dengan lubang/orifice kecil


Air valve dengan lubang kecil didesain untuk pengoperasian secara
otomatis yang akan mengeluarkan udara yang terakumulasi bertekanan
pada saat aliran air dalam penuh.
k. Tipe air valve dengan dua lubang atau kombinasi
Air valve dengan dua lubang atau kombinasi didesain untuk dioperasikan
secara otomatis, sehingga akan :
 Terbuka pada kondisi bertekanan kurang dari tekanan atmosfer, dan
menampung banyak udara selama operasi pengurasan saluran pipa.
 Mengeluarkan banyak udara dan menutup, pada saat air dalarn kondisi
tekanan rendah, mengisi badan valve selama operasi pengisian.
 Tidak menutup aliran pada kondisi kecepatan pembuangan udara
tinggi, dan
 Mengeluarkan akumulasi udara bertekanan pada kondisi aliran air
penuh dalam pipa.
l. Pada jarak datar dipasang setiap jarak 500 m – 750 m, dipasang 1 buah air
valve assembly dan 1 buah blow off assembly.
m. Untuk permukaan tanah naik turun atau terdapat jembatan-jembatan pipa
dimana perletakan pipa terpaksa harus dinaikkan maka pemasangan pipa
mengikuti naik turunnya tanah dengan memasang air valve assembly pada
puncak tanjakan dan blow off pada penurunan (titik terendah).
n. Tiap blow off harus dibuat drain chamber seperti gambar standard
terlampir, tiap air valve di dalam tanah harus terlindung dalam air valve
chamber.
1.25. Perlintasan Pipa
a. Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya, kereta api dan
sungai, seperti yang telihat dalam gambar. Penyedia Jasa hendaknya
mendapatkan izin-izin yang diperlukan untuk membuat bangunan
perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
b. Untuk pipa-pipa yang melintasi badan air / sungai, bila diijinkan pipa-pipa
dapat digantungkan pada jembatan yang ada setelah gambar perencanaan
mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang. Pipa yang digunakan
untuk perlintasan ini adalah pipa baja. Apabila tidak memungkinkan
digantung pada jembatan yang ada maka harus diadakan jembatan pipa
tersendiri.
c. Jembatan pipa direncanakan mengunakan pipa baja seperti terlihat pada
gambar rencana. Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua tenaga, alat-
alat, dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan unutk
melaksanakan pekerjaan ini.

XII - 64
d. Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksankan pekerjaan
ini pembuatan pondasi saja, akan tetapi sekaligus melaksanakan
pemasangan pipanya dan penyambungan didalam tanah dengan dengan
pipa yang berdekatan dengan jembatan.
e. Penyedia Jasa harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada
didalam gambar sesuai dengan hasil survey yang dilakukan sendiri
dilapangan. Segala biaya yang timbul akibat kesalahan menghitung dari
pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
f. Pada setiap bentang jembatan pipa, pipa harus dipasang di atas bekisting
berbentuk melengkung. Besarnya chambering harus direncanakan sesuai
dengan jenis pipa, ketebalan dan diameter pipa yang digunakan, serta
apabila perancah dilepas maka bentang pipa menjadi lurus;
g. Gambar kerja yang memperlihatkan susunan rinci bahan pipa dan juga garis
pemotongan dan sudut masing-masing pipa untuk lawan lendut harus
disiapkan. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar yang
menunjukan semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi abutment, tiang
pancang dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan harus diserahkan
kepada Direksi Lapangan/Teknis untuk terlebih dahulu diperiksa dan
disetujui. Penyedia jasa tidak dibenarkan melaksanakan pemasangan
jembatan pipa sebelum gambar kerja disetujui Direksi Lapangan/Teknis
h. Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan per bagian
sebagaimana terlihat pada gambar. Ring support harus dibuat dari satu jenis
baja sesuai dengan standar yang ditentukan. Setelah semua clamp
pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki dilas pada sekeliling
pipa dan dicat.
i. Semua pipa baja yang terekspos, fitting, sambungan dan pipa yang akan
ditanam dalam tanah harus dilindungi sesuai dengan SNI yang berlaku untuk
pelapisan pipa baja mengenai lapisan pelindung luar dan lapisan
pelindungan dalam.
j. Konstruksi perlintasan pipa melalui rel kereta api harus memakai pelindung
pipa dengan bahan dari kontruksi beton atau kontruksi lainnya yang dapat
menahan beban dari kereta yang lewat, dan mendapat persetujuan dari PT.
Kereta Api Indonesia (PT. KAI)
k. Pelaksanakan pekerjaan perlintasan rel kereta api dibawah pengawasan
oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI).
1.26. Pengujian
a. Pengujian pada jalur pipa harus dilakukan setelah pemasangan pipa katup,
bangunan khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving),
perlintasan pipa dan perlengkapan lainnya, sesuai dengan standar ini.
b. Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa harus
dilakukan untuk menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya
dalam keadaan baik, kuat dan tidak bocor serta blok-blok penahan (thrust
block permanen) sanggup menahan tekanan sesuai dengan tekanan kerja
pipa.
c. Tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan
pengujian kebocoran, serta peralatan meter yang diperlukan untuk
penguatan tekanan dan kebocoran harus disediakan.
d. Bagian jaringan pipa yang diuji harus diisi penuh dengan air. Pengisian air
dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump) yang
XII - 65
dilengkapi meteran air dan harus dicegah terjadinya gelombang-gelombang
tekanan, semua udara didalam pipa dilepas, serta sebuah manometer
dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa
yang diuji. Apabila bagian dari pipa yang diuji tidak terdapat katup udara,
Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan mengusulkan cara
pengeluaran udara.
1.27. Pengujian Tekanan Air
a. Sebelum pengujian tekanan air dimulai, blok-blok bantalan penahan dan
semua konstruksi pengaman dari beton harus sudah berumur Iebih dari 7
hari.
b. Untuk pipa diameter 600 mm dan yang Iebih kecil, setiap bidang jalur pipa
harus diisi dengan air bersih dan diuji dengan tekanan 0,75 MPa (≈ 7,5
2
kg/cm ).
c. Untuk pipa diameter 700 mm dan yang lebih besar, pengujian dilakukan
dengan tekanan yang sama dengan memakai test band.
d. Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada bagian-bagian
sambungan dimana peralatan ini harus terlihat dan diamati pada waktu
penguatan berlangsung.
e. Jika penimbunan sebagian harus dilakukan karena masalah gangguan lalu
lintas atau keperluan lainnya, maka harus sesuai dengan petunjuk tenaga
ahli.
f. Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m, dapat
langsung diisolasi untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan uji
disesuaikan dengan jenis dan kelas pipa, kecuali bila ditetapkan lain.
g. Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian tekanan hidrostatis harus
disediakan dan terlebih dahulu harus diperiksa serta disetujui oleh tenaga
ahli. Jika hasil pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan gagal maka harus
dicari sumber kebocoran dan lalu diperbaiki, serta lakukan uji ulang hingga
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
h. Pada waktu dilakukan peningkatan tekanan hidrostatis pada pipa,
instrumen-instrumen harus dapat menahan tekanan uji tanpa menimbulkan
kerusakan pada elemen-elemennya, kalau tidak, atau instrumen tersebut
harus diangkat selama pengujian dan diganti sementara dengan
pasak/sumbat pipa dengan persetujuan Direksi Lapangan/Teknis.
1.28. Pengujian Tekanan (Pipa Diameter 600 mm dan yang Lebih Kecil)
a. Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa per bagian setelah galian
diurug, tetapi sebelum perbaikan kembali lantai keras. Sambungan sedapat
mungkin harus ditempatkan selama pengujian berlangsung.
b. Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata dengan air
bersih.
c. Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua katup,
memasang sumbat yang memadai pada bukaannya, dan membuka katup
udara sepanjang jalur pipa.
d. Bila di titik puncak tidak dipasang katup pelepas udara, maka harus dipasang
katup penguapan (evaporation) pembantu.
e. Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak katup, ujung
bidang pipa yang diuji harus dilindungi terhadap air yang bertekanan 0,75
2
MPa (≈7,5 kg/cm ).
XII - 66
f. Jalur pipa harus diisi dengan air bersih secara perlahan agar kantong-
kantong udara dapat dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada dalam
tekanan ringan yang harus dipertahankan untuk jangka waktu 24 jam.
Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus segera
diperbaiki.
g. Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu pengujian
tekanan dilakukan selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting sambungan, atau katup
yang rusak harus disingkirkan dan diganti. Pengujian harus diulang sampai
memuaskan.
h. Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran yang lebih
besar dari yang ditetapkan dalam Tabel, lokasi kebocoran harus ditetapkan,
lalu bahan atau sambungan yang rusak segera diperbaiki atau
diganti.Pengujian harus diulang sampai kebocoran berada dalam kisaran
yang diijinkan.

Kebocoran yang diijinkan bagi pipa dengan 100 sambungan

Diameter Jumlah Diameter Jumlah


(mm) kebocoran (mm) kebocoran
(L/jam) (L/jam)
75 2,55 300 9,12
100 3,04 350 10,64
125 3,80 400 12,16
150 4,56 450 13,68
200 6,08 500 15,20
250 7,60 600 18,24

CATATAN : L/jam = Liter per jam.

1.29. Pengujian Tekanan Dengan Test Band (Pipa Diameter 700 mm dan yang Lebih
Besar)
a. Test band dipakai untuk setiap sambungan dari bagian dalam pipa. Setiap
sambungan harus diuji segera setelah pekerjaan penyambungan selesai.
Jangka waktu pengujian tidak boleh kurang dari 5 menit dengan tekanan uji
dijaga agar tetap konstan.
b. Pada laporan, seluruh hasil pengujian harus memperlihatkan lokasi, waktu,
tanggal dan data setiap pengujian, termasuk peta lokasi pengujian.
c. Sambungan yang rusak harus segera dilepas dan disambung kembali, serta
lakukan lagi pengujian.
1.30. Penggelontoran Pipa
a. Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan penggelontoran
memakai air bersih. Penggelontoran dilakukan dengan membuka/menguras
cabang pembuang (drainase branch), mulai dari hulu dan secara bertahap ke
arah hilir.
b. Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
c. Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki apabila
ditemukan kebocoran selama penggelontoran, walaupun hasil pengujian
XII - 67
dinyatakan telah disetujui.
1.31. Pembersihan Pipa dan Desinfeksi
a. Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan berhasil,
kotoran dalam pipa harus dibersihkah dengan membuka semua katup
penguras (wash-out), membilas dan memberi desinfektan pada jaringan
pipa.
b. Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan mengalirkan air minum
yang mempunyai kecepatan tinggi yaitu di atas 0,75 cm/detik dan dalam
jangka waktu sampai air yang keluar dari katup penguras secara visual bersih
dan tidak mengandung sedimen.
c. Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yang dicampur dengan
chlor sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa. Setelah 24 jam sisa chlor harus
diperiksa dan bila hasil pemeriksaan tersebut ternayat sisa chlor lebih dari 5
mg/liter berarti pekerjaan desinfeksi tersebut sudah memenuhi persyaratan.
d. Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukan sisa chlor kurang dari 5
mg/liter, maka chlor haru ditambah dan dicampur dan selanjutnya ditunggu
selama 24 jam lagi dan pemeriksaan dilakukan kembali. Demikian
seterusnya sampai sisa chlor lebih dari 5 mg/liter.
e. Desinfeksi harus dilakukan sesuai dengan SNI 19-67.

PASAL - 2. PIPA HDPE


2.1. Pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai kemasukan segala
macam jenis kotoran umpamanya bekas puing-puing/batu, alat-alat, bekas
pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat mengganggu kebersihan dan
kelancaran aliran air didalam pipa.
2.2. Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam galian harus langsung dipasang dan
distel sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang disetujui
Direksi Lapangan/Teknis serta dipadatkan dengan sempurna kecuali
pengurugan pada tempat-tempat sambungan pipa harus diperiksa terlebih
dahulu dan disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis. Setelah diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis baru diperbolehkan untuk diurug.
2.3. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya berhenti, harus
ditutup sehingga kotoran maupun air buangan tidak masuk kedalam pipa. Cara-
cara penutupan pada ujung pipa tersebut harus disetujui oleh Direksi
Lapangan/Teknis.
2.4. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) harus dilaksanakan dengan
penyambung bend/elbow yang sesuai. Begitu pula untuk percabangan harus
dengan tee cross (sesuai dengan kebutuhan).
2.5. Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa
persetujuan Direksi Lapangan/Teknis.
2.6. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka jalan/tanah asal harus
diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan oleh Direksi
Lapangan/Teknis.
2.7. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai
kedudukan pipa agar yang dipasang betul-betul lurus serta pada peil yang benar

XII - 68
dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada benda keras yang
memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari
2.8. Pada waktu pemasangan pipa, galian untuk perletakan pipa harus kering, tidak
boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus bersih. Penyambungan
pipa hanya dilakukan dalam keadaan kering.
2.9. Disekeliling pipa harus diberi pasir sesuai dengan gambar atau tidak dinyatakan
lain diberi lapisan pasir sedemikian rupa sehingga terdapat pasir minimal
setebal 10 cm dibawah, disamping, dan diatas pipa atau menurut gambar,
kecuali untuk pipa-pipa yang memotong jalan (crossing jalan) diurug segera
dengan pasir penuh dan tanah bekas galian harus disingkirkan agar dapat
segera dilalui kendaraan-kendaraan. Dan khusus untuk jalan-jalan protokol (lalu
lintas padat dan kendaraan-kendaraan berat) harus dilindungi dengan pelat
baja.
2.10. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend dan
sebagainya harus diberi blok-blok penahan dari beton (beton K-175).
2.11. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam
kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah
masuknya kotoran/benda-benda asing/air kotor kedalam pipa. Material yang
digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan bebas dari
minyak/oli, aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
2.12. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (beton K-175).
2.13. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan
pipa sesuai dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat yang tercantum
dalam syarat-syarat teknis pekerjaan ini.
a. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
 Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti
terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa
berada di atas galian, segera sebelum pemasangannya pada posisi
terakhir.
 Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang paling
mudah rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan yang rusak
harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi
Lapangan/Teknis, yang akan menentukan perbaikan atau dibuang.
b. Pembersihan Pipa
 Semua kotoran, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus
disingkirkan dari ”bell”, ujung spigot setiap pipa dan bagian luar ujung
spigot, dan sebelum pipa dipasang bagian dalam ”bell” harus diseka
sampai bersih, kering dan bebas dari lemak.
 Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting yang
telah terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda
asing dan kotoran. Tindakan pencegahan harus berupa pengguna kain
pembersih selama pemasangan dan penyumbatan kedap air semua
bukaan/celah di setiap akhir pekerjaan setiap hari.
 Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari akhiran-
akhiran bell dan spigot. Tiap pipa, bagian luar, akhiran spigot dan bagian

XII - 69
dalam dari bell harus dibersihkan, kering dan bebas dari lemak dan
minyak sebelum pipa dipasang.
c. Penurunan Pipa Kedalam Galian
 Perkakas, peralatan yang baik, dan fasilitas yang memenuhi syarat harus
disediakan dan digunakan oleh penyedia barang/jasa bagi keamanan dan
kelancaran pekerjaan.
 Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu
persatu dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau dengan
perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai, sedemikian rupa untuk
mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung
luar dan dalamnya.
 Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan kedalam galian.
 Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain
dalam penanganannya, kerusakan tersebut harus segera diberitahukan
kepada Direksi Lapangan/Teknis. Direksi Lapangan/Teknis akan
menetapkan perbaikan atau penolakan bahan yang rusak tersebut.
 Pipa PE diameter kecil diproduksi dalam bentuk roll. Penurunan kedalam
galiannya dapat dengan 2 cara : baik dilepas dulu dari gulungannya baru
diturunkan atau diturunkan dulu kedalam galian dalam bentuk roll baru
dilepas. Pipa PE diameter besar diproduksi dalam bentuk batang.
 Semua pipa, ”Fitting” dan ”Valve” harus diturunkan kedalam galian satu
persatu, dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau dengan
perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai sedemikian rupa untuk
mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung
luar dan dalamnnya. Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh
dijatuhkan atau dilemparkan ke dalam galian.

d. Pemotongan Pipa
 Pemotongan pipa diusahakan seminimum mungkin.Bila perlu
pemotongan harus dilakukan tegak lurus terhadap sumbu pipa dan rata.
Pemotongan harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
 Ujung potongan dan tepian yang kasar harus diperhalus dan dipotong
dengan alat yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut. Ujung
potongan serong harus sama degnan yang dibuat dipabrik.
 Perkakas bagi keperluan pemotongan pipa dan membuat ujung
potongan serong harus sesuai denga rekomendasi pabrik. Tanda
kedalaman (garis melingkar yang jelas) harus dibuat diujung spigot pipa
yang dipotong dilapangan untuk menandakan kedalaman penetrasi
spigot yang benar kedalam sambungan pipa.
2.14. Jenis Cara Penyambungan
a. Cara sambungan pipa Polyetheline adalah sbb :
 Sambungan mekanis
Mechanical-joint: sambungan plastik, injection( 20 mm-63 mm) imulded,
tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
 Welding (heat fusion)

XII - 70
- Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
- Socket welding (20 mm – 125 m)
- Saddle welding
 Electro welding (25 mm – 125 mm)
Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
b. Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan oleh
Penyedia barang/jasa. Penyedia barang/jasa harus menyerahkan data teknis
dan contoh untuk persetujuan dari Direksi Lapangan/Teknis.
c. Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
penyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau berdasarkan
petunjuk-petunjuk dari Direksi Lapangan/Teknis.
d. Penyambungan Pipa dengan sambungan mekanis:
 Pipa dimasukkan kedalam sambungan lalu mur penekannya
dikencangkan.
 Penyambungan sistem mekanik lainnya juga sama seperti halnya
penyambungan-penyambungan yang biasa dilakukan.
e. Penyambungan pipa dengan Welding (heat fusion)
 Butt weldding
- Pipa diklem pada alat penekan. Kedua permukaan pipa harus
dibersihkan dan diratakan dengan pengetap.
- Setelah alat pengetap dilepaskan, plat pemanas dijepit diantara
kedua permukaan pipa dengan sedikit tekanan untuk beberapa detik.
- Kemudian plat pemanas dilepaskan. Tekan kedua pipa dengan
tekanan tertentu sampai mendapatkan lebar yang dikehendaki dari
bagian yang menyatu. Hilangkan tekanan untuk beberapa saat,
setelah dingin klem dapat dibuka.
- Peralatan yang harus disediakan unutk penyambungan ini adalah:
o Generator, digunakan untuk memberikan daya listrik kepada plat
pemanas, pemotong dan pompa hidrolik.
o Mesin butt fusion dilengkapi dengan pengencang pipa, pemotong
,plat pemanas, pompa hidrolik dan plat pengatur waktu.
o Roda penyangga pipa.
o Tenda pengelasan.
o Alat pembersih, katun atau handuk, kertas (tissue).
o Alat ukur sambungan.
o Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
o Pipa dan penutupnya.
o Papan landasan.
o Pemotong pipa.
o Thermometer temperatur udara.
o Spidol,
o Alat ukur waktu, Materan.
- Sebelum dimulai pengelasan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut
:

XII - 71
o Adanya bahan bakar yang cukup digenerator dan dalam
keandalan benar-benar berfungsi sebelum dihubungkan kemesin.
o Pemakaian generator harus disesuaikan dengan kapasitas mesin
welding.
o Perlengkapan mesin dan pompa hidrolik berfungsi dengan baik.
o Heatplate (plat pemanas) dalam keadaan bersih dan lakukan
pembersihan apabila sebelumnya sudah digunakan.
o Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan
dilakukan.
o Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
o Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungan
plat pada sumber listrik dan dibiarkan selama 20 menit pada
kondisi temperatur yang disarankan.
- Prosedur Penyambungan
o Tempatkan pipa pada (clamp) penjepit dimana ujung pipa
berhadapan dengan pemotong dalam posisi lurus.
o Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
o Kencangkan clamp (penjepit) untuk memegang dan membulatkan
kembali pipa.
o Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat
oleh masuknya udara kebagian dalm pipa.
o Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan
sehingga ujung pipa tepat berhadapan dengannya sampai
terjadinya pemotongan permukaan pipa yang kontinyu.Jaga alat
pemotong tetap nyala sementara klem (penjepit) dibuka untuk
menghindari permukaan yang tidak rata.
o Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan
dengan permukaan pipa.
o Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
o Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak, ulangi
proses pemotongan.
o Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara
permukaan potongan.
o Buka kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakan pipa bersama-sama secara
hidrolik.
o Pindahkan lempengan panas dari tempat pelindungnya. Periksa
bahwa plat tersebut bersih dan baik suhunya.
o Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya
bagian permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan.
Gunakan sistem hidrolik dengan menggunakan tekanan yang
ditentukan sebelumnya.
o Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan
lelehannya merata 1-6 mm terbentuk tiap ujungnya.
o Setelah lelehan awal muncul, tekananan sistem hidrolik harus
dilepas supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik
sedemikian sampai pertumbuhan lelehan terkontrol selama
XII - 72
waktu pemanasan. Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya di
clamp dan ujung pipa harus terus dijaga agar tetap kontak dengan
plat pemanasan.
o Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan pemanas
pastikan bahwa tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
o Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan
yang ada) dan ratakan permukaan yang sudah meleleh bersama
pada tekanan yang sudah ditentukan sebelumnya.
o Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal
sesuai yang diindikasikan pada table.
o Setelah itu pipa yang sambung bisa dipindahkan dari mesin tapi
tidak boleh dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada
waktu pendinginan diatas.
o Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragaman dan cek
bahwa lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data
semua sambungan dengan mengisi Butt Welding QA Sheet.
f. Socket Welding
 Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm
 Pipa dipotong tegak lurus sumbunya;
- Permukaan luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan
dengan cairan pembersih khusus;
- Jepit bagian ujung pipa yang sebelumnya telah diukur dengan mal
yang sudah ditetapkan;
- Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas dan socket sambungan
ke dalam spigot pemanas untuk beberapa detik;
- Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa harus segera dimasukkan ke
dalam socket sambungan;
- Biarkan beberapa saat sampai dingin;
g. Electro welding
 Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm.
 Las las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanasnya.
 Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan.
 Kontrol box khusus dengan tegangan yang harus sama dengan tegangan
dari spesifikasi sambungan yang ditetapkan oleh produsen sambungan
harus sudah disediakan.
 Mula-mula kedua permukaan yang akan disambung harus dibersihkan
dengan cairan pembersih.
 Sambung pipa dengan sambungan yang akan dilas;
 Kemudian kabel dari Kontrol box disambung ke dalam sambungan yang
tersedia.
 Hidupkan Kontrol box dan secara otomatis akan berhenti sendiri bila
proses penyambungan selesai;
 Sebagai kontrol material dari dalam akan ke luar dari lubang indikator
pada sambungan.

XII - 73
h. Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti yang
tercantum dalam Bill of Quantity dan gambar,sesuai dengan jenis pipanya.
i. Thrust Blok
 Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan
aksesoris dalam menahan pergerakan dan terbuat dari
beton fc
'
 20 MPa (≈ 200 kg/cm2) dan diletakkan langsung pada tanah
stabil dengan pondasi agregat dengan ketebalan minimum 200 mm.
 Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai dengan
rencana, maka perkuatan daya dukung dilakukan dengan menggunakan
cerucuk bambu atau dengan cara lain yang disetujui Direksi
Lapangan/Teknis.
 Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar dinding
blok penahan sebagai akibat penggalian yang melampaui ukuran yang
ditetapkan, maka celah tersebut harus diisi dengan kerikil yang
dipadatkan dengan merata.
j. Valve
 Penyedia barang/jasa harus melengkapi valve sesuai dengan yang
dibutuhkan dan menurut standar yang disetujui. Seluruh valve sesuai
dengan ukuran yang disebutkan dan bila mungkin dari jenis atau model
yang sama dan dikeluarkan oleh satu pabrik.
 Seluruh valve pada badan bagian luar harus tercetak asli dari pabrik dan
dicor dengan huruf timbul yang dapat menunjukkan :
- Nama pemilik proyek
- Nama atau Merk Dagang Pembuatnya
- Tahun pembuatan (97 berarti 1997)
- Tekanan kerja
- Diameter nominal
- Arah panah aliran bila valve tersebut digunakan satu aliran
 Valve dengan diameter lebih kecil 50 mm tersebut dari brass/kuningan,
kecuali untuk handwheel terbuat dari besi tuang atau besi tempa atau
jenis sambungan dari sambungan ulir.
 Ulir valve harus sesuai dengan ISO 7/1 “Pipa threads where pressure
tight joint are made in the thread”.
 Valve dengan diameter 50 mm keatas menggunakan sambungan sistem
dengan flange dan terbuat dari cast iron/besi tuang.
 Ketebalan flange harus ditentukan berdasarkan tekanan kerja seperti
yang dispesifikasikan dan sesuai dengan standard internasional yang
diakui.
 Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka
seluruh Valve harus dibuat khusus untuk menerima tekanan kerja
minimal 10 bar dan untuk flange harus mempunyai dimensi sesuai
dengan standard ISO 2531.
 Seluruh unit yang beroperasi harus didesain untuk pembukaan
berlawanan arah jarum jam dan searah jarum jam untuk penutupan.
Tanda panah harus tertera untuk menunjukkan arah rotasi untuk
membuka atau menutup valve.
XII - 74
 Semua lubang/bukaan sambungan pipa harus ditutup untuk mencegah
masuknya benda-benda asing.
 Harga penawaran valve sudah termasuk perlengkapan untuk
penyambungan seperti gasket, mur, baut dan ring untuk satu sisi flange
dengan imbuhan 10%.
 Besar dan ukuran perlengkapan tersebut disesuaikan dengan spesifikasi
teknis dari flange valve, mur, baut dan ring dikirim dalam keadaan bukan
material bekas dan sudah tergalvanis dengan merata dan baik. Ketebalan
gasket minimal 3 mm terbuat dari karet sintetis.
 Petunjuk pengoperasian valve harus disertakan seperti maksimum force
pada hardwheel, engkol (crank), T-bar dan perlengkapan lain sehingga
tidak menimbulkan kesulitan pada operator. Penyedia Jasa harus
menyertakan besarnya maksimum torque yang dibutuhkan untuk setiap
valve yang dikirim.
 Valve harus bersih, kering dan bebas dari kotoran sebelum digunakan.
Coating dengan cara penyemprotan harus dilakukan di pabrik. Ketebalan
minimum coating setelah kering + 400 microns (16 mils). Material yang
berkontak dengan air harus harus dari jenis non toxic sedangkan bahan
yang dapat larut tidak boleh digunakan.
 Petunjukk operasi (operating manual) harus disediakan untuk setiap
jenis valve dan perlengkapannya.
 Penyedia Jasa harus menyertakan sertifikat dari pabrik yang
menerangkan bahwa setiap valve telah memenuhi persyaratan yang
diminta dalam spesifikasi ini.
k. Gate Valve
 Bila tidak disebut dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), maka gate
valve yang ditawarkan adalah gate valve dari jenis “Non Rising Stem”.
 Valve harus memenuhi standar “Gate Valve for Water and Other Liquids”
(AWWA C 500) atau standar internasional lain yang sama atau yang lebih
tinggi kualitasnya dan didesain khusus untuk tekanan kerja.
 Penaawaran gate valve adalah berikut hand wheel harus dilengkapi
dengan kunci T (Tee Key) minimal satu buah.Tee key tersebut dilengkapi
dengan pendongkel tutup surface box street cover dan terbuat dari baja
ST 40 yang telah digalvanis.
 Bila dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) diperlukan extension
spindle maka material tersebut terbuat dari baja ST 40 yang lelah
digalvanis. Harga penawaran extension spindle sudah termasuk
potongan pipa PVC untuk melindungi extension spindle tersebut dari
urugan tanah.
 Bada dari gate valve, hand wheel/cap terbuat dari besi tuang kelabu atau
bahan dengan kualitas lebih tinggi.
 Badann gate valve harus terbuat dari besi (iron body) dengan dudukan
dari logam perunggu, tangkai valve jenis non-rising dan dengan katup
yang solid (solid wedge gate). Valve harus cocok untuk pemasangan
dengan posisi tegak (vertikal mounting). Valve harus dirancang untuk
saluran air yang bebas hambatan yang mempunyai diameter tidak
kurang dari diameter nominal valve apabila dalam posisi terbuka.

XII - 75
 Stuffing box harus terbuat dari bahan yang sama dengan badan valve
seperli telah dispesifikasikan diatas dan harus dalam posisi terbuka.
Tinggi dari stuffing box tidak boleh kurang dari diameter valve. Packing
pada stuffing box harus terbuat dari asbes atau bahan lain yang sesuai
dan disetujui engineer. Packing dari hemp atau jute (rami) tidak boleh
digunakan. O-ring stem seal dapat digunakan atas persetujuan engineer
dan seal ini harus terdiri dari 2 (dua) buah O-ring seal dan paling sedikit 1
(satu) buah ditempatkan di atas stem-collar dan dapat dilakukan
penggantian dalam keadaan tekanan kerja penuh dimana valvenya
dalam posisi terbuka penuh.
 Stem terbuat dari perunggu atau stainless steel.
 Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau perunggu.
 Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari grey cast iron, rata
dan tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas
yang padat. Tutup harus disertakan pada surface box tersebut dan diberi
cetakan “PDAM -................." pada bagian atasnya.
 Joint antara tutup dengan badan bisa berupa engsel atau dihubungkan
dengan baut. Ukuran surface box disesuaikan dengan masing-masing
dimensi valve dan sudah dicoating dengan anti karat.
 Valve dengan ukuran 80 mm atau lebih kecil mempunyai badan yang
terbuat dari perunggu, skrup bonnet (topi sekrup), gate valve memiliki
solid wedge (baji), skrup dalam dan tangkai pengungkit.
 Gate valve perunggu harus didesain dan dibuat sesuai dengan JIS B 2011
atau ketentuan lain yang disetujui. Tekanan kerja besamya 0.98 Mpa
(10.0 kglcm²). Valve harus dilengkapi dengan roda pemutar dan ujung
berulir (sekrup).
 Badan Valve harus merupakan cetakan perunggu yang mengacu pada JIS
H 5111, kelas 6 atau cetakan perunggu dengan daya rentang tidak
2 2
kurang dari 196 N/mm (20 kg/m ). Piringan terbuat dari perunggu
cetakan sesuai spesifikasi di atas atau dari kuningan yang mengacu pada
AS H 3250, kelas C 3711 atau dari tembaga yang mempunyai daya
2 2
rentang tidak kurang dari 314 N/mm (32 kg/m ). Stem/tangkai harus
terbuat dari tembaga sesuai spesiflkasi di atas.
l. Check Valve
 Penyedia jasa harus menyediakan check valve jenis Swing Check
VaIve/KIep Tabok dengan sambungan flange.
 Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank-flange) yang dapat
dibuka sewaktu-waktu bila diperlukan.
 Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (tercetak) yang
dapat menunjukkan merk, atau dari pabrik mana yang membuatnya,
besarnya diameter, tekanan kerja, dan arah aliran air.
 Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi
tuang.
 Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber yang
berkualitas baik.
2
 Tekanan kerja dari check valve mampu menahan 10 kg/cm .
 Chek Valve harus didesain sedemikian rupa sehingga piringan, dudukan
cincin dan bagian-bagian dalam lainnya yang mungkin perlu untuk

XII - 76
perbaikan harus mudah diambil, mudah dipindahkan dan mudah diganti
tanpa menggunakan peralatan khusus atau harus memindahkan valve
dari jalumya.
 Valve harus cocok untuk pengoperasian dalam posisi horizontal atau
vertikal dengan aliran keatas dan ketika terbuka penuh valve harus
mempunyai daerah aliran bersih (a net-flow area) tidak kurang dari luas
diameter nominal pipa dan ujung flange.
m. Air Realese Valve
 Air Realese Valve / Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis
dan mengikuti hal-hal sebagai berikut :
- Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
- Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
- Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa.
- Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan.
- Aman terhadap vakum.
 Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve lengkap
dengan mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai dengan yang
diberikan pada uraian pekerjaan.
 Badan valve terbuat drat cast iron atau ductile iron dan pelampung dari
ebonit, stainlees steel atau Acrynolitrie Butediene Steel.
 Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees steel, bronze atau
ABS.
 Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan
tidak menunjukkan gejala kebocoran.
 Tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum 0,1 bar.
 Penyedia Jasa harus menyediakan katup penutup (isolating valve) secara
terpisah untuk setiap katup udara dengan jenis kupu-kupu (butterfly
valve) dengan spesifikasi sbb:
- Setiap badan valve terbuat dari cast iron atau ductile iron dengan
rubber seal, disc, valve shaft dan peralatan mekanisme operasional
yang mengikuti 'Standards for Rubber Seated Butterfly Valves'
(AWWA Designation C 504) atau standard Internasional lain yang
disetujui yang sama atau lebih tinggi kualitasnya dari yang
disebutkan.
o
- Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut 90
dari posisi terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran valve
harus horizontal.
- Mekanisme operasional harus terkait pada badan valve dan sesuai
dengan standard AWWA C 504.
- Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk
pengawasan dan perbaikan.
- Mekanis operasional untuk pengoperasian valve secara manual harus
dapat mengunci sendiri sehingga tangga aliran air atau vibrasi tidak
mengakibalkan piringan berpindah dari lempatnya semula.
- Setiap valve didesain untuk tekanan melintang pada piringan (bila
tertutup rapat) sama dengan rate tekanan pada pipa.

XII - 77
- Seluruh valve harus mengikutl Spesifikasi dan harus dapat membuka
atau menutup bila tidak dioperasikan dalam periode yang lama.
- Badan valve dan flange terbual dari cast iron dan mengikuti
"Specification for Grey Iron Casting for Valves, Flanges and Pipe
Fittings kelas B (ASTM Designation A 126) atau ductile iron (ASTM
536). Flange harus mengikuti standard JIS-8 2213.
 Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang seharusnya.
 Tipe air valve harus sesuai dengan spesifikasi di bawah ini yang
tergantung pada ukuran pipa yang dipasang.

Ukuran Pipa Tipe Air Valve Diameter Nominal Air


(mm) Valve
300 dan lebih kecil Tipe dengan orifice (mm)
25 mm dan lebih kecil
kecil / tunggal
350 dan lebih besar Tipe dengan dua 75 mm dan lebih besar
Orifice atau kombinasi
m dan lebih besar
- Tipe air valve dengan lubang/office kecil
Air valve dengan lubang kecil didesain untuk pengoperasian secara
otomatis yang akan mengeluarkan udara yang terakumulasi
bertekanan pada saat aliran air dalam penuh.
- Tipe air valve dengan dua lubang atau kombinasi
Air valve dengan dua lubang atau kombinasi didesain untuk
dioperasikan secara otomatis, sehingga akan :
o Terbuka pada kondisi bertekanan kurang dari tekanan atmosfer,
dan menampung banyak udara selama operasi pengurasan
saluran pipa.
o Mengeluarkan banyak udara dan menutup, pada saat air dalarn
kondisi tekanan rendah, mengisi badan valve selama operasi
pengisian.
o Tidak menutup aliran pada kondisi kecepatan pembuangan udara
tinggi, dan
o Mengeluarkan akumulasi udara bertekanan pada kondisi aliran air
penuh dalam pipa.
 Pada jarak datar dipasang setiap jarak 500 m – 750 m, dipasang 1 buah
air valve assembly dan 1 buah blow off assembly.
 Untuk permukaan tanah naik turun atau terdapat jembatan-jembatan
pipa dimana perletakan pipa terpaksa harus dinaikkan maka
pemasangan pipa mengikuti naik turunnya tanah dengan memasang air
valve assembly pada puncak tanjakan dan blow off pada penurunan (titik
terendah).
 Tiap blow off harus dibuat drain chamber seperti gambar standard
terlampir, tiap air valve di dalam tanah harus terlindung dalam air valve
chamber.
2.15. Perlintasan Pipa
a. Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya, kereta api dan
sungai, seperti yang telihat dalam gambar. Penyedia Jasa hendaknya

XII - 78
mendapatkan izin-izin yang diperlukan untuk membuat bangunan
perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
b. Untuk pipa-pipa yang melintasi badan air / sungai, bila diijinkan pipa-pipa
dapat digantungkan pada jembatan yang ada setelah gambar perencanaan
mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang. Pipa yang digunakan
untuk perlintasan ini adalah pipa baja. Apabila tidak memungkinkan
digantung pada jembatan yang ada maka harus diadakan jembatan pipa
tersendiri.
c. Jembatan pipa direncanakan mengunakan pipa baja seperti terlihat pada
gambar rencana. Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua tenaga, alat-
alat, dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan unutk
melaksanakan pekerjaan ini.
d. Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksankan pekerjaan
ini pembuatan pondasi saja, akan tetapi sekaligus melaksanakan
pemasangan pipanya dan penyambungan didalam tanah dengan dengan
pipa yang berdekatan dengan jembatan.
e. Penyedia Jasa harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada
didalam gambar sesuai dengan hasil survey yang dilakukan sendiri
dilapangan. Segala biaya yang timbul akibat kesalahan menghitung dari
pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
f. Pada setiap bentang jembatan pipa, pipa harus dipasang di atas bekisting
berbentuk melengkung. Besarnya chambering harus direncanakan sesuai
dengan jenis pipa, ketebalan dan diameter pipa yang digunakan, serta
apabila perancah dilepas maka bentang pipa menjadi lurus;
g. Gambar kerja yang memperlihatkan susunan rinci bahan pipa dan juga garis
pemotongan dan sudut masing-masing pipa untuk lawan lendut harus
disiapkan. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar yang
menunjukan semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi abutment, tiang
pancang dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan harus diserahkan
kepada Direksi Lapangan/Teknis untuk terlebih dahulu diperiksa dan
disetujui. Penyedia jasa tidak dibenarkan melaksanakan pemasangan
jembatan pipa sebelum gambar kerja disetujui Direksi Lapangan/Teknis.
h. Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan per
sebagaimana terlihat pada gambar. Ring support harus dibuat dari satu jenis
baja sesuai dengan standar yang ditentukan. Setelah semua clamp
pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki dilas pada sekeliling
pipa dan dicat.
i. Semua pipa baja yang terekspos, fitting, sambungan dan pipa yang akan
ditanam dalam tanah harus dilindungi sesuai dengan SNI yang berlaku untuk
pelapisan pipa baja mengenai lapisan pelindung luar dan lapisan
pelindungan dalam.
j. Konstruksi perlintasan pipa melalui rel kereta api harus memakai pelindung
pipa dengan bahan dari kontruksi beton atau kontruksi lainnya yang dapat
menahan beban dari kereta yang lewat, dan mendapat persetujuan dari PT.
Kereta Api Indonesia (PT. KAI)
k. Pelaksanakan pekerjaan perlintasan rel kereta api dibawah pengawasan
oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI).
2.16. Pengujian
XII - 79
a. Pengujian pada jalur pipa harus dilakukan setelah pemasangan pipa induk,
katup, bangunan khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving),
perlintasan pipa dan perlengkapan lainnya selesai dikerjakan sesuai dengan
standar .
b. Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa harus
dilakukan untuk menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya
dalam keadaan baik, kuat dan tidak bocor serta blok-blok penahan (thrust
block permanen) sanggup menahan tekanan sesuai dengan tekanan kerja
pipa.
c. Tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan
pengujian kebocoran, serta peralatan meter yang diperlukan untuk
penguatan tekanan dan kebocoran harus disediakan.
d. Bagian jaringan pipa yang diuji harus diisi penuh dengan air. Pengisian air
dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump) yang
dilengkapi meteran air dan harus dicegah terjadinya gelombang-gelombang
tekanan, semua udara didalam pipa dilepas, serta sebuah manometer
dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa
yang diuji. Apabila bagian dari pipa yang diuji tidak terdapat katup udara,
tenaga ahli harus menetapkan cara pengeluaran udara.
2.17. Pengujian Tekanan Air
a. Sebelum pengujian tekanan air dimulai, blok-blok bantalan penahan dan
semua konstruksi pengaman dari beton harus sudah berumur Iebih dari 7
hari.
b. Untuk pipa diameter 600 mm dan yang Iebih kecil, setiap bidang jalur pipa
harus diisi dengan air bersih dan diuji dengan tekanan 0,75 MPa (≈ 7,5
2
kg/cm ).
c. Untuk pipa diameter 700 mm dan yang lebih besar, pengujian dilakukan
dengan tekanan yang sama dengan memakai test band.
d. Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada bagian-bagian
sambungan dimana peralatan ini harus terlihat dan diamati pada waktu
penguatan berlangsung.
e. Jika penimbunan sebagian harus dilakukan karena masalah gangguan lalu
lintas atau keperluan lainnya, maka harus sesuai dengan Direksi
Lapangan/Teknis.
f. Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m, dapat
langsung diisolasi untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan uji
disesuaikan dengan jenis dan kelas pipa, kecuali bila ditetapkan lain.
g. Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian tekanan hidrostatis harus
disediakan dan terlebih dahulu harus diperiksa serta disetujui oleh tenaga
ahli. Jika hasil pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan gagal maka harus
dicari sumber kebocoran dan lalu diperbaiki, serta lakukan uji ulang hingga
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
h. Pada waktu dilakukan peningkatan tekanan hidrostatis pada pipa,
instrumen-instrumen harus dapat menahan tekanan uji tanpa menimbulkan
kerusakan pada elemen-elemennya, kalau tidak, atau instrumen tersebut
harus diangkat selama pengujian dan diganti sementara dengan
pasak/sumbat pipa dengan persetujuan tenaga ahli.
2.18. Pengujian Tekanan

XII - 80
a. Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa per bagian setelah galian
diurug, tetapi sebelum perbaikan kembali lantai keras. Sambungan sedapat
mungkin harus ditempatkan selama pengujian berlangsung.
b. Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata dengan air
bersih.
c. Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua katup,
memasang sumbat yang memadai pada bukaannya, dan membuka katup
udara sepanjang jalur pipa.
d. Bila di titik puncak tidak dipasang katup pelepas udara, maka harus dipasang
katup penguapan (evaporation) pembantu.
e. Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak katup, ujung
bidang pipa yang diuji harus dilindungi terhadap air yang bertekanan 0,75
2
MPa (≈7,5 kg/cm ).
f. Jalur pipa harus diisi dengan air minum secara perlahan agar kantong-
kantong udara dapat dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada dalam
tekanan ringan yang harus dipertahankan untuk jangka waktu 24 jam.
Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus segera
diperbaiki.
g. Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu pengujian
tekanan dilakukan selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting sambungan, atau katup
yang rusak harus disingkirkan dan diganti. Pengujian harus diulang sampai
memuaskan.
h. Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran yang lebih
besar dari yang ditetapkan dalam Tabel, lokasi kebocoran harus ditetapkan,
lalu bahan atau sambungan yang rusak segera diperbaiki atau diganti.
i. Pengujian harus diulang sampai kebocoran berada dalam kisaran yang
diijinkan.

Kebocoran yang diijinkan bagi pipa dengan 100 sambungan

Diameter Jumlah kebocoran Diameter Jumlah kebocoran


(mm) (L/jam) (mm) (L/jam)
75 2,55 300 9,12
100 3,04 350 10,64
125 3,80 400 12,16
150 4,56 450 13,68
200 6,08 500 15,20
250 7,60 600 18,24

CATATAN : L/jam = Liter per jam.

2.19. Pengujian tekanan dengan test band (pipa diameter 700 mm dan yang lebih
besar)
a. Test band dipakai untuk setiap sambungan dari bagian dalam pipa.
b. Setiap sambungan harus diuji segera setelah pekerjaan penyambungan
selesai. Jangka waktu pengujian tidak boleh kurang dari 5 menit dengan
tekanan uji dijaga agar tetap konstan.

XII - 81
c. Pada laporan, seluruh hasil pengujian harus memperlihatkan lokasi, waktu,
tanggal dan data setiap pengujian, termasuk peta lokasi pengujian.
d. Sambungan yang rusak harus segera dilepas dan disambung kembali, serta
lakukan lagi pengujian.
e. Penggelontoran Pipa
 Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan penggelontoran
memakai air bersih. Penggelontoran dilakukan dengan
membuka/menguras cabang pembuang (drainase branch), mulai dari
hulu dan secara bertahap ke arah hilir.
 Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
 Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki apabila
ditemukan kebocoran selama penggelontoran, walaupun hasil pengujian
dinyatakan telah disetujui.
2.20. Pembersihan Pipa dan Desinfeksi
a. Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan berhasil,
kotoran dalam pipa harus dibersihkah dengan membuka semua katup
penguras (wash-out), membilas dan memberi desinfektan pada jaringan
pipa.
b. Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan mengalirkan air minum
yang mempunyai kecepatan tinggi yaitu di atas 0,75 cm/detik dan dalam
jangka waktu sampai air yang keluar dari katup penguras secara visual
bersih dan tidak mengandung sedimen.
c. Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yang dicampur dengan
chlor sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa. Setelah 24 jam sisa chlor harus
diperiksa dan bila hasil pemeriksaan tersebut ternayat sisa chlor lebih dari 5
mg/liter berarti pekerjaan desinfeksi tersebut sudah memenuhi persyaratan.
d. Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukan sisa chlor kurang dari 5
mg/liter, maka chlor haru ditambah dan dicampur dan selanjutnya ditunggu
selama 24 jam lagi dan pemeriksaan dilakukan kembali. Demikian
seterusnya sampai sisa chlor lebih dari 5 mg/liter.
e. Desinfeksi harus dilakukan sesuai dengan SNI 19-67.

PASAL - 3. PIPA STEEL


3.1. Pipa baja/steel harus dibuat dari pelat atau lembaran baja dan sambungannya
menggunakan pengelasan tumpul (arc-welded) atau pengelasan listrik,
dikerjakan di pabrik, dites dan dibersihkan.
3.2. Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas keruntuhan minimum
tidak kurang dari 226 N/mmz ( 2300kg/cm² ).
3.3. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
a. Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti
terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa berada di
atas galian, segera sebelum pemasangannya pada posisi terakhir.
b. Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang paling
mudah rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan yang rusak
harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi Lapangan/Teknis,
yang akan menentukan perbaikan atau dibuang.
3.4. Pembersihan Pipa
XII - 82
a. Semua lepuhan, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus
disingkirkan dari spigot setiap pipa dan bagian luar ujung spigot, dan
sebelum pipa dipasang bagian dalam harus diseka sampai bersih, kering dan
bebas dari lemak.
b. Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting yang
telah terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda asing
dan kotoran. Tindakan pencegahan harus berupa pengguna kain pembersih
selama pemasangan dan penyumbatan kedap air semua bukaan/celah di
setiap akhir pekerjaan setiap hari.
3.5. Penurunan Pipa Kedalam Galian
a. Perkakas, peralatan yang baik, dan fasilitas yang memenuhi syarat harus
disediakan dan digunakan oleh kontraktor bagi keamanan dan kelancaran
pekerjaan.
b. Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu
persatu dengan menggunakan kan secara hati-hati kedalam galian, dengan
batasan diameter memakai “crane”, Derek, tali, atau dengan mesin,
perkakas, atau peralatan, lainnya yang sesuai, dengan cara sedemikian rupa
agar mencegah kerusakan terhadap bahan, lapisan pelindung luar
(protective coating) serta lapisan pelindung dalam (Linning). Bahan tersebut
sama sekali tidak diperkenankan dijatuhkan atau dilemparkan kedalam
galian.
c. Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan kedalam galian.
d. Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain dalam
penanganannya, kerusakan tersebut harus segera diberitahukan kepada
Direksi Lapangan/Teknis. Direksi Lapangan/Teknis harus menetapkan
perbaikan atau penolakan bahan yang rusak tersebut.
3.6. Pemasangan Pipa
a. Harus dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam pipa ketika pipa
diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-bahan,
peralatan, pakaian atau barang-barang lain yang diletakkan di dalam pipa.
b. Pada waktu peralatan pipa dalam galian, letak akhiran spigot harus tepat
dengan bell dan dipasang dengan sudut yang benar. Pipa harus terletak
dengan betul dan timbunan harus dipadatkan kecuali pada bagian bell.
Harus dijaga agar kotoran tidak masuk ke dalam ruang antara sambungan.
c. Jika pasangan pipa berhenti pada suatu saat, ujung pipa harus ditutup
dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis.
3.7. Pemotongan Pipa
a. Pemotongan pipa untuk menyisipkan ”Tee”, ”Bend” atau ”Valve” atau
tujuan lainnya, harus dilakukan dengan mesin potong yang sesuai dengan
cara yang rapih dan baik, tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa maupun
lapisan pelindung dalamnya dan menghasilkan ujung yang halus pada sudut
yang tepat terhadap sumbu pipa.
b. Pemotongan pipa baja harus dikerjakan dengan mesin pemotong yang
sesuai menghasilkan potongan yang halus pada sudut yang benar atau sudut
yang diminta terhadap sumbu pipa.
c. Pemotongan perlu dijaga agar jangan sampai merusak lapisan pelindung luar
maupun lapisan pelindung pipa dalam. Ujung potongan pipa yang dipotong
XII - 83
tersebut, harus dipotong serong (Beveled) dengan ukuran yang sama
sebagaimana yang ditentukan dalam spesifikasi.
d. Tidak boleh ada ”fitting” seperti ”Bend”, ”Tee”, dan ”flange dan spigot”
dipotong untuk pekerjaan pemasangan pipa, sejauh tidak ada instruksi
tertulis yang diberikan kepada penyedia barang/jasa dari Direksi
Lapangan/Teknis.
3.8. Jenis dan Macam Sambungan
Penyambungan pipa baja dan aksesoris untuk sambungan secara mekanis
dilaksanakan sesuai dengan SNI 19-6782-2002, dan penyambungan dengan cara
sambungan las dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6405-2000;
a. Flange
 Sebelum dipasang flanges pipa dibersihkan permukaannya, kemudian
dipasang dan dibaut dengan putaran secukupnya.
 Sebelum pekerjaan pembautan, semua baut dan mur harus diberi gemuk
dengan sempurna.
 Baut-baut harus dikunci dengan kunci-kunci khusus sehingga dapat
menjamin kesamarataan baut-baut pipa dengan kedudukan flens pipa,
sehingga terdapat tekanan yang sama pada seluruh permukaan dari
flens.
b. Pengelasan
 Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus dibersihkan dari
debu, tanah dan karat dengan menyikat dan mengasah (grinding).
 Bilaa pipa akan dipotong di lapangan, lapisan pelindung dalam maupun
lapisan pelindung luar pada kedua ujung pipa, harus dikupas minimum
10 cm, kemudian ujung pipa dibuat alur sebagaimana yang ditentukan.
 Fitting tidak boleh dipotong di lapangan.
 Alas pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama pekerjaan
pengelasan, harus terus menerus (berlanjut) dari bagian dasar ke bagian
atas pinggiran pipa.
 Bila pengelasan dilakukan di lapangan, Penyedia barang/jasa harus
memperhatikan keadaan cuaca seperti hujan, temperatur, kelembaban
dan angin. Pekerjaan tidak boleh dilakukan dalam kondisi hujan tanpa
perlindungan atau persetujuan dari Direksi Lapangan/Teknis.
 Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan yang
berlebihan, tumpang tindih dan ketidak rataan.
 Pengelasan pipa baja di lapangan harus disesuai dengan persyaratan
yang ditentukan berikut ini. Hal-hal yang tidak dijelaskan dalam
spesifikasi ini, mengacu pada standar ataupun pedoman (code) berikut
ini.
- Codes of Japanese Waterworks Steel Pipes Manufactures’ Association
(WSP)
- Codes of Welding Engineering Standard (WES), Japan
 Bila pengelasan dilakukan dalam galian, galian harus dilebarkan dan
dibuat lebih dalam agar memungkinkan pengelasan sebagaimana
diminta.
 Pengelasan yang diminta oleh pengguna barang/jasa harus diuji dengan
cara pengujian hasi pengelasan yang umum dipakai.

XII - 84
 Untuk jembatan pipa, harus diuji sepanjang seluruh pinggiran setiap
sambungan, dengan cara pengujian radiografi kecuali ditentukan lain.
 Penyambungan dengan pengelasan harus dilakukan baik dengan
sambungan dengan las tumpul tunggal (singgle-welded butt joint) atau
las-tumpul ganda (double-welded butt joint) sesuai yang ditentukan.
 Penyedia Jasa harus memasukkan pengalaman dan kualifikasi juru las
yang diusulkan untuk persetujuan pengguna barang/jasa atau konsultan
pengawas.
 Juru las tersebut harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup
bagi pekerjaan pengelasan, dan memegang sertifikat atau ijazah yang
dikeluarkan oleh badan berwenang.
 Batang las harus sesuai persyaratan yang ditentukan dalam JIS Z 3211
dan 3212 atau yang memiliki kuat tarik yang setara atau lebih baik dari
logam dasar bahan pipa.
 Batang las yang menyerap lengas (moisture) tidak boleh digunakan dan
tingkat lengas harus lebih kecil dari 2,5 % untuk batang yang diiluminasi
(illuminated rod) dan 0,5 % untuk batang yang hydrogennya rendah (low
hydrogenous rod).
 Mesin las, harus mesin pengelasan busur nyala (Arc Welding Machine)
dengan arus AC atau pengelasan busur nyala DC, sebagaimana yang
ditentukan dalam JIS C 9301 atau pada standar yang lain yang ditentukan
oleh pengguna barang/jasa atau konsultan pengawas.
 Ujung pipa seluruhnya harus mempunyai alur menyudut/serong (bewel)
yang sesuai sebelum pengelasan. Kecuali ditentukan lain atau disetujui
oleh pengguna barang/jasa atau konsultan pengawas, alur tersebut
harus dibuat pada bagian permukaan luar (exterior) untuk pipa dengan
diameter 700 mm dan yang lebih kecil dan pada permukaan dalam
(interior) untuk pipa dengan diameter 800 mm dan yang lebih besar.
c. Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti yang
tercantum dalam Bill of Quantity dan gambar,sesuai dengan jenis pipanya.
d. Thrust Blok
 Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan
aksesoris dalam menahan pergerakan dan terbuat dari
f '  20
beton c MPa (≈ 200 kg/cm2) dan diletakkan langsung pada tanah
stabil dengan pondasi agregat dengan ketebalan minimum 200 mm.
 Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai dengan
rencana, maka perkuatan daya dukung dilakukan dengan menggunakan
cerucuk bambu atau dengan cara lain yang disetujui Direksi
Lapangan/Teknis.
 Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar dinding
blok penahan sebagai akibat penggalian yang melampaui ukuran yang
ditetapkan, maka celah tersebut harus diisi dengan kerikil yang
dipadatkan dengan merata.
e. Valve
 Penyedia Jasa harus melengkapi valve sesuai dengan yang dibutuhkan
dan menurut standar yang disetujui. Seluruh valve sesuai dengan ukuran

XII - 85
yang disebutkan dan bila mungkin dari jenis atau model yang sama dan
dikeluarkan oleh satu pabrik.
 Seluruh valve pada badan bagian luar harus tercetak asli dari pabrik dan
dicor dengan huruf timbul yang dapat menunjukkan :
- Nama pemilik proyek
- Nama atau Merk Dagang Pembuatnya
- Tahun pembuatan (97 berarti 1997)
- Tekanan kerja
- Diameter Nominal
- Arah panah aliran bila valve tersebut digunakan satu aliran
 Valve dengan diameter lebih kecil 50 mm tersebut dari brass/kuningan,
kecuali untuk handwheel terbuat dari besi tuang atau besi tempa atau
jenis sambungan dari sambungan ulir.
 Ulir valve harus sesuai dengan ISO 7/1 “Pipa threads where pressure
tight joint are made in the thread”.
 Valve dengan diameter 50 mm keatas menggunakan sambungan sistem
dengan flange dan terbuat dari cast iron/besi tuang.
 Ketebalan flange harus ditentukan berdasarkan tekanan kerja seperti
yang dispesifikasikan dan sesuai dengan standard internasional yang
diakui.
 Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka
seluruh Valve harus dibuat khusus untuk menerima tekanan kerja
minimal 10 bar dan untuk flange harus mempunyai dimensi sesuai
dengan standard ISO 2531.
 Seluruh unit yang beroperasi harus didesain untuk pembukaan
berlawanan arah jarum jam dan searah jarum jam untuk penutupan.
Tanda panah harus tertera untuk menunjukkan arah rotasi untuk
membuka atau menutup valve.
 Semua lubang/bukaan sambungan pipa harus ditutup untuk mencegah
masuknya benda-benda asing.
 Harga penawaran valve sudah termasuk perlengkapan untuk
penyambungan seperti gasket, mur, baut dan ring untuk satu sisi flange
dengan imbuhan 10%.
 Besar dan ukuran perlengkapan tersebut disesuaikan dengan spesifikasi
teknis dari flange valve, mur, baut dan ring dikirim dalam keadaan bukan
material bekas dan sudah tergalvanis dengan merata dan baik. Ketebalan
gasket minimal 3 mm terbuat dari karet sintetis.
 Petunjuk pengoperasian valve harus disertakan seperti maksimum force
pada hardwheel, engkol (crank), T-bar dan perlengkapan lain sehingga
tidak menimbulkan kesulitan pada operator. Penyedia Jasa harus
menyertakan besarnya maksimum torque yang dibutuhkan untuk setiap
valve yang dikirim.
 Valve harus bersih, kering dan bebas dari kotoran sebelum digunakan.
Coating dengan cara penyemprotan harus dilakukan di pabrik. Ketebalan
minimum coating setelah kering + 400 microns (16 mils). Material yang
berkontak dengan air harus harus dari jenis non toxic sedangkan bahan
yang dapat larut tidak boleh dgiunakan.

XII - 86
 Petunjukk operasi (operating manual) harus disediakan untuk setiap
jenis valve dan perlengkapannya.
 Penyedia Jasa harus menyertakan sertifikat dari pabrik yang
menerangkan bahwa setiap valve telah memenuhi persyaratan yang
diminta dalam spesifikasi ini.
f. Gate Valve
 Bila tidak disebut dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), maka gate
valve yang ditawarkan adalah gate valve dari jenis “Non Rising Stem”.
 Valve harus memenuhi standar “Gate Valve for Water and Other Liquids”
(AWWA C 500) atau standar internasional lain yang sama atau yang lebih
tinggi kualitasnya dan didesain khusus untuk tekanan kerja.
 Penawaran gate valve adalah berikut hand wheel harus dilengkapi
dengan kunci T (Tee Key) minimal satu buah.Tee key tersebut dilengkapi
dengan pendongkel tutup surface boxlstreet cover dan terbuat dari baja
ST 40 yang telah digalvanis.
 Pekerjaan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) diperlukan
extension spindle maka material tersebut terbuat dari baja ST 40 yang
lelah digalvanis. Harga penawaran exlension spindle sudah termasuk
potongan pipa PVC untuk melindungi extension spindle tersebut dari
urugan tanah.
 Badan dari gate valve, hand wheel/cap terbuat dari besi tuang kelabu
atau bahan dengan kualitas lebih tinggi.
 Badan gate valve harus terbuat dari besi (iron body) dengan dudukan
dari logam perunggu, tangkai valve jenis non-rising dan dengan katup
yang solid (solid wedge gate). Valve harus cocok untuk pemasangan
dengan posisi tegak (vertikal mounting). Valve harus dirancang untuk
saluran air yang bebas hambatan yang mempunyai diameter tidak
kurang dari diameter nominal valve apabila dalam posisi terbuka.
 Stuffing box harus terbuat dari bahan yang sama dengan badan valve
seperli telah dispesifikasikan diatas dan harus dalam posisi terbuka.
Tinggi dari stuffing box tidak boleh kurang dari diameter valve. Packing
pada stuffing box harus terbuat dari asbes atau bahan lain yang sesuai
dan disetujui engineer. Packing dari hemp atau jute (rami) tidak boleh
digunakan. O-ring stem seal dapat digunakan atas persetujuan engineer
dan seal ini harus terdiri dari 2 (dua) buah O-ring seal dan paling sedikil 1
(satu) buah ditempatkan di atas stem-collar dan dapat dilakukan
penggantian dalam keadaan tekanan kerja penuh dimana valvenya
dalam posisi terbuka penuh.
- Stem terbuat dari perunggu alau stainless steel.
- Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau
perunggu.
- Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari grey cast iron, rata
dan tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban lalu
lintas yang padat.
- Joint antara tutup dengan badan bisa berupa engsel atau
dihubungkan dengan baut. Ukuran surface box disesuaikan dengan
masing-masing dimensi valve dan sudah dicoating dengan anti karat.

XII - 87
- Valve dengan ukuran 80 mm atau lebih kecil mempunyai badan yang
terbuat dari perunggu, skrup bonnet (topi sekrup), gate valve
memiliki solid wedge (baji), skrup dalam dan tangkai pengungkit.
- Gate Valve perunggu harus didesain dan dibuat sesuai dengan JIS B
2011 atau ketentuan lain yang disetujui. Tekanan kerja besamya 0.98
Mpa (10.0 kglcmr). Valve harus dilengkapi dengan roda pemutar dan
ujung berulir (sekrup).
- Badan Valve harus merupakan cetakan perunggu yang mengacu pada
JIS H 5111, kelas 6 atau cetakan perunggu dengan daya rentang tidak
kurang dari 196 N/mm2 (20 kg/m2). Piringan terbuat dari perunggu
cetakan sesuai spesifikasi di atas atau dari kuningan yang mengacu
pada AS H 3250, kelas C 3711 atau dari tembaga yang mempunyai
daya rentang tidak kurang dari 314 N/mm2 (32 kg/m2). Stem/tangkai
harus terbuat dari tembaga sesuai spesiflkasi di atas.
g. Check Valve
 Penyedia jasa harus menyediakan check valve jenis Swing Check VaIve /
KIep Tabok dengan sambungan flange.
 Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank-flange) yang dapat
dibuka sewaktu-waktu bila diperlukan.
 Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (tercetak) yang
dapat menunjukkan merk, atau dari pabrik mana yang membuatnya,
besamya diameter, tekanan kerja, dan arah aliran air.
 Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi
tuang.
 Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber yang
berkualitas baik.
 Tekanan kerja dari check valve mampu menahan 10 kg/cm2.
 Chek Valve harus didesain sedemikian rupa sehingga piringan, dudukan
cincin dan bagian-bagian dalam lainnya yang mungkin perlu untuk
perbaikan harus mudah diambil, mudah dipindahkan dan mudah diganti
tanpa menggunakan peralatan khusus atau harus memindahkan valve
dari jalumya.
 Valve harus cocok untuk pengoperasian dalam posisi horizontal atau
vertikal dengan aliran keatas dan ketika terbuka penuh valve harus
mempunyai daerah aliran bersih (a net-flow area) tidak kurang dari luas
diameter nominal pipa dan ujung flange.
h. Air Realese Valve
 Air Realese Valve / Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis
dan mengikuti hal-hal sebagai berikut :
 Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
 Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
 Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa.
 Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan.
 Aman terhadap vakum.
 Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve lengkap
dengan mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai dengan yang
diberikan pada uraian pekerjaan.

XII - 88
 Badan valve terbuat drat cast iron atau ductile iron dan pelampung dari
ebonit, stainlees steel atau Acrynolitrie Butediene Steel.
 Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees steel, bronze atau
ABS.
 Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan
tidak menunjukkan gejala kebocoran.
 Tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum 0,1 bar.
 Penyedia Jasa harus menyediakan katup penutup (isolating valve) secara
terpisah untuk setiap katup udara dengan jenis kupu-kupu (butterfly
valve) dengan spesifikasi sbb:
- Setiap badan valve terbuat dari cast iron atau ductile iron dengan
rubber seal, disc, valve shaft dan peralatan mekanisme operasional
yang mengikuti 'Standards for Rubber Seated Butterfly Valves'
(AWWA Designation C 504) atau standard Internasional lain yang
disetujui yang sama atau lebih tinggi kualitasnya dari yang
disebutkan.
o
- Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut 90
dari posisi terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran valve
harus horizontal.
- Mekanisme operasional harus terkait pada badan valve dan sesuai
dengan standard AWWA C 504.
- Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk
pengawasan dan perbaikan.
- Mekanis operasional untuk pengoperasian valve secara manual harus
dapat mengunci sendiri sehingga tangga aliran air atau vibrasi tidak
mengakibalkan piringan berpindah dari lempatnya semula.
- Setiap valve didesain unluk lekanan melintang pada piringan (bila
tertutup rapat) sama dengan rate lekanan pada pipa.
- Seluruh valve hams mengikutl Spesifikasi iii dan harus dapat
membuka atau merwlup bila lidak dioperasikan dalam periode yang
lama.
- Badan valve dan flange terbual dari cast iron dan mengikuti
"Specification for Grey Iron Casting for Valves, Flanges and Pipe
Fittings kelas B(ASTM Designation A 126) alau ductile iron (ASTM
536). Flange harus mengikuti standard JIS-8 2213.
- Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang
seharusnya.
- Tipe air valve harus sesuai dengan spesifikasi dl bawah ini yang
tergantung pada ukuran pipa yang dipasang.

Ukuran Pipa Diameter Nominal Air Valve


Tipe Air Valve
(mm) (mm)

300 dan lebih kecil Tipe dengan orifice 25 mm dan lebih kecil
kecil / tunggal
350 dan lebih besar Tipe dengan dua 75 mm dan lebih besar
Orifice atau kombinasi

XII - 89
- Tipe air valve dengan lubang/orifice kecil
Air valve dengan lubang kecil didesain untuk pengoperasian secara
otomatis yang akan mengeluarkan udara yang terakumulasi
bertekanan pada saat aliran air dalam penuh.
- Tipe air valve dengan dua lubang atau kombinasi
Air valve dengan dua lubang atau kombinasi didesain untuk
dioperasikan secara otomatis, sehingga akan :
o Terbuka pada kondisi bertekanan kurang dari tekanan atmosfer,
dan menampung banyak udara selama operasi pengurasan
saluran pipa.
o Mengeluarkan banyak udara dan menutup, pada saat air dalarn
kondisi tekanan rendah, mengisi badan valve selama operasi
pengisian.
o Tidak menutup aliran pada kondisi kecepatan pembuangan udara
tinggi, dan
o Mengeluarkan akumulasi udara bertekanan pada kondisi aliran air
penuh dalam pipa.
- Pada jarak datar dipasang setiap jarak 500 m – 750 m, dipasang 1
buah air valve assembly dan 1 buah blow off assembly.
- Untuk permukaan tanah naik turun atau terdapat jembatan-
jembatan pipa dimana perletakan pipa terpaksa harus dinaikkan
maka pemasangan pipa mengikuti naik turunnya tanah dengan
memasang air valve assembly pada puncak tanjakan dan blow off
pada penurunan (titik terendah).
- Tiap blow off harus dibuat drain chamber seperti gambar standard
terlampir, tiap air valve di dalam tanah harus terlindung dalam air
valve chamber.
3.9. Perlintasan Pipa
a. Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya, kereta api dan
sungai, seperti yang telihat dalam gambar. Penyedia Jasa hendaknya
mendapatkan izin-izin yang diperlukan untuk membuat bangunan
perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
b. Untuk pipa-pipa yang melintasi badan air / sungai, bila diijinkan pipa-pipa
dapat digantungkan pada jembatan yang ada setelah gambar perencanaan
mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang. Pipa yang digunakan
untuk perlintasan ini adalah pipa baja. Apabila tidak memungkinkan
digantung pada jembatan yang ada maka harus diadakan jembatan pipa
tersendiri.
c. Jembatan pipa direncanakan mengunakan pipa baja seperti terlihat pada
gambar rencana. Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua tenaga, alat-
alat, dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan unutk
melaksanakan pekerjaan ini.
d. Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksankan pekerjaan
ini pembuatan pondasi saja, akan tetapi sekaligus melaksanakan
pemasangan pipanya dan penyambungan didalam tanah dengan dengan
pipa yang berdekatan dengan jembatan.

XII - 90
e. Penyedia Jasa harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada
didalam gambar sesuai dengan hasil survey yang dilakukan sendiri
dilapangan. Segala biaya yang timbul akibat kesalahan menghitung dari
pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
f. Pada setiap bentang jembatan pipa, pipa harus dipasang di atas bekisting
berbentuk melengkung. Besarnya chambering harus direncanakan sesuai
dengan jenis pipa, ketebalan dan diameter pipa yang digunakan, serta
apabila perancah dilepas maka bentang pipa menjadi lurus;
g. Gambar kerja yang memperlihatkan susunan rinci bahan pipa dan juga garis
pemotongan dan sudut masing-masing pipa untuk lawan lendut harus
disiapkan. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar yang
menunjukan semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi abutment, tiang
pancang dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan harus diserahkan
kepada Direksi Lapangan/Teknis untuk terlebih dahulu diperiksa dan
disetujui. Penyedia jasa tidak dibenarkan melaksanakan pemasangan
jembatan pipa sebelum gambar kerja disetujui Direksi Lapangan/Teknis .
h. Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan per
sebagaimana terlihat pada gambar. Ring support harus dibuat dari satu jenis
baja sesuai dengan standar yang ditentukan. Setelah semua clamp
pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki dilas pada sekeliling
pipa dan dicat.
i. Semua pipa baja yang terekspos, fitting, sambungan dan pipa yang akan
ditanam dalam tanah harus dilindungi sesuai dengan SNI yang berlaku untuk
pelapisan pipa baja mengenai lapisan pelindung luar dan lapisan
pelindungan dalam.
j. Konstruksi perlintasan pipa melalui rel kereta api harus memakai pelindung
pipa dengan bahan dari kontruksi beton atau kontruksi lainnya yang dapat
menahan beban dari kereta yang lewat, dan mendapat persetujuan dari PT.
Kereta Api Indonesia (PT. KIA)
k. Pelaksanakan pekerjaan perlintasan rel kereta api dibawah pengawasan
oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI).
3.10. Pengujian
a. Pengujian pada jalur pipa harus dilakukan setelah pemasangan pipa induk,
katup, bangunan khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving),
perlintasan pipa dan perlengkapan lainnya, sesuai dengan standar ini.
b. Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa harus
dilakukan untuk menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya
dalam keadaan baik, kuat dan tidak bocor serta blok-blok penahan (thrust
block permanen) sanggup menahan tekanan sesuai dengan tekanan kerja
pipa.

c. Tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan
pengujian kebocoran, serta peralatan meter yang diperlukan untuk
penguatan tekanan dan kebocoran harus disediakan.
d. Bagian jaringan pipa yang diuji harus diisi penuh dengan air. Pengisian air
dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump) yang
dilengkapi meteran air dan harus dicegah terjadinya gelombang-gelombang
tekanan, semua udara didalam pipa dilepas, serta sebuah manometer
dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa
XII - 91
yang diuji. Apabila bagian dari pipa yang diuji tidak terdapat katup udara,
tenaga ahli harus menetapkan cara pengeluaran udara.
e. Pengujian Tekanan Air
 Sebelum pengujian tekanan air dimulai, blok-blok bantalan penahan dan
semua konstruksi pengaman dari beton harus sudah berumur Iebih dari
7 hari.
 Untuk pipa diameter 600 mm dan yang Iebih kecil, setiap bidang jalur
pipa harus diisi dengan air minum dan diuji dengan tekanan 0,75 MPa (≈
7,5 kg/cm2).
 Untuk pipa diameter 700 mm dan yang lebih besar, pengujian dilakukan
dengan tekanan yang sama dengan memakai test band.
 Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada bagian-bagian
sambungan dimana peralatan ini harus terlihat dan diamati pada waktu
penguatan berlangsung.
 Jika penimbunan sebagian harus dilakukan karena masalah gangguan
lalu lintas atau keperluan lainnya, maka harus sesuai dengan petunjuk
tenaga ahli.
 Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m,
dapat langsung diisolasi untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan uji
disesuaikan dengan jenis dan kelas pipa, kecuali bila ditetapkan lain.
 Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian tekanan hidrostatis
harus disediakan dan terlebih dahulu harus diperiksa serta disetujui oleh
tenaga ahli. Jika hasil pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan gagal
maka harus dicari sumber kebocoran dan lalu diperbaiki, serta lakukan
uji ulang hingga memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
 Pada waktu dilakukan peningkatan tekanan hidrostatis pada pipa,
instrumen-instrumen harus dapat menahan tekanan uji tanpa
menimbulkan kerusakan pada elemen-elemennya, kalau tidak, atau
instrumen tersebut harus diangkat selama pengujian dan diganti
sementara dengan pasak/sumbat pipa dengan persetujuan tenaga ahli.
f. Pengujian Tekanan
 Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa per bagian setelah
galian diurug, tetapi sebelum perbaikan kembali lantai keras. Sambungan
sedapat mungkin harus ditempatkan selama pengujian berlangsung.
 Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata dengan
air bersih.
 Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua
katup, memasang sumbat yang memadai pada bukaannya, dan
membuka katup udara sepanjang jalur pipa.
 Bila di titik puncak tidak dipasang katup pelepas udara, maka harus
dipasang katup penguapan (evaporation) pembantu.
 Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak katup, ujung
bidang pipa yang diuji harus dilindungi terhadap air yang bertekanan
0,75 MPa (≈7,5 kg/cm2).
 Jalur pipa harus diisi dengan air minum secara perlahan agar kantong-
kantong udara dapat dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada
dalam tekanan ringan yang harus dipertahankan untuk jangka waktu 24

XII - 92
jam. Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus segera
diperbaiki.
 Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu
pengujian tekanan dilakukan selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting
sambungan, atau katup yang rusak harus disingkirkan dan diganti.
Pengujian harus diulang sampai memuaskan.
 Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran yang
lebih besar dari yang ditetapkan dalam Tabel 6, lokasi kebocoran harus
ditetapkan, lalu bahan atau sambungan yang rusak segera diperbaiki
atau diganti.
 Pengujian harus diulang sampai kebocoran berada dalam kisaran yang
diijinkan.

Kebocoran yang diijinkan bagi pipa dengan 100 sambungan

Diameter Jumlah kebocoran Diameter Jumlah kebocoran


(mm) (L/jam) (mm) (L/jam)
75 2,55 300 9,12
100 3,04 350 10,64
125 3,80 400 12,16
150 4,56 450 13,68
200 6,08 500 15,20
250 7,60 600 18,24

CATATAN : L/jam = Liter per jam.

g. Pengujian tekanan dengan test band (pipa diameter 700 mm dan yang lebih
besar)
 Test band dipakai untuk setiap sambungan dari bagian dalam pipa.
 Setiap sambungan harus diuji segera setelah pekerjaan penyambungan
selesai. Jangka waktu pengujian tidak boleh kurang dari 5 menit dengan
tekanan uji dijaga agar tetap konstan.
 Pada laporan, seluruh hasil pengujian harus memperlihatkan lokasi,
waktu, tanggal dan data setiap pengujian, termasuk peta lokasi
pengujian.
 Sambungann yang rusak harus segera dilepas dan disambung kembali,
serta lakukan lagi pengujian.

h. Penggelontoran pipa
 Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan penggelontoran
memakai air minum. Penggelontoran dilakukan dengan
membuka/menguras cabang pembuang (drainase branch), mulai dari
hulu dan secara bertahap ke arah hilir.
 Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
 Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki apabila
ditemukan kebocoran selama penggelontoran, walaupun hasil pengujian
dinyatakan telah disetujui.
XII - 93
i. Pembersihan Pipa dan Desinfeksi
 Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan berhasil,
kotoran dalam pipa harus dibersihkah dengan membuka semua katup
penguras (wash-out), membilas dan memberi desinfektan pada jaringan
pipa.
 Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan mengalirkan air
minum yang mempunyai kecepatan tinggi yaitu di atas 0,75 cm/detik
dan dalam jangka waktu sampai air yang keluar dari katup penguras
secara visual bersih dan tidak mengandung sedimen.
 Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yang dicampur
dengan chlor sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa. Setelah 24 jam sisa
chlor harus diperiksa dan bila hasil pemeriksaan tersebut ternayat sisa
chlor lebih dari 5 mg/liter berarti pekerjaan desinfeksi tersebut sudah
memenuhi persyaratan.
 Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukan sisa chlor kurang dari 5
mg/liter, maka chlor haru ditambah dan dicampur dan selanjutnya
ditunggu selama 24 jam lagi dan pemeriksaan dilakukan kembali.
Demikian seterusnya sampai sisa chlor lebih dari 5 mg/liter.
 Desinfeksi harus dilakukan sesuai dengan SNI 19-6783-2002.

1.1. BANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM


A. Penjelasan peralatan dan prosesnya.

Rancang bangun instalasi pengolahan air bersih meliputi proses :

 Koagulasi
 Flokulasi
 Sedimentasi
 Filtrasi
 Desinfeksi

Bangunan instalasi pengolahan dibuat pre-fabrikasi dengan konstruksi besi baja dimana plat besi baja
yang digunakan harus disand blast dan dicat dengan primer coat serta dicat finishing 2 (dua) kali dan
bagian dalam (yang terkena air) harus disand blasting sebelumnya dan dicat dengan non toxic paint
jenis epoxy.

Setelah semua pemasangan selesai seluruh permukaan luar dicat dengan warna biru untuk
memudahkan pengangkutan dan pemeliharaan unit IPA dapat dipisah dalam beberapa unit. Tangki-
tangki dibuat dari plat baja dengan ketebalan sesuai dengan perhitungan tekanan yang bekerja pada
dinding dan dasar tangki (minimum 6 mm untuk dinding dan 8 mm untuk plat dasar)

Proses Pengolahan

 Proses Koagulasi (pegaduk cepat)


Proses Koagulasi yang direkomundasikan untuk modul kecil ( < 40 l/dtk) adalah gravitasi dan hidrolis.
Sistem propeller dan atau padle (mekanis) tidak direkomendasikan. Waktu kontak untuk proses ini 1-3
detik. Nilai gradien kecepatan . >750 l/dtk.

 Proses Flokulasi (pengaduk lambat)

XII - 94
Proses Flokulasi yang diizinkan ( untuk modul kecil, < 40 l/dtk) adalah grafitasi hidrolis (up and down
flow). Bentuk bak segi empat, segi enam atau selinder. Nilai gradien kecepatan 80–20 l/dtk. Waktu
tinggal 40-20 menit.

 Proses Sedimentasi
Proses Sedimentasi yang diizinkan adalah plate / tube settler dengan high rate sedimentation.
Pembebanan permukaan 0,01 – 0,04 cm/dtk. Kemiringan terhadap horizontal 45-60 derjat, dan jarak
antara plat 25-50 mm. Waktu detensi minimum dalam proses ini adalah 1 – 2 jam. Kedalaman berkisar
2,5 3 m. pengurasam lumpur secara hidrostatik.

 Proses Filtrasi
Proses Filtrasi yang diizinkan adalah sistem filtrasi saringan pasir cepat (SPC), type grafitasi, dan
terbuka d3engan jenis media penyaringan ganda atau tunggal.

Kecepatan filtrasi 6-11 m/jam (operasi normal) dan 9-16.5 m/jam (selama pencucuian). Sistem
pencucuian adalah hidrolis grafitasi dengan/tanpa blower atau surfacewash.

Ketebalan media penyaringan baik bersifat media tunggal maupun ganda berkisar 70-150 cm. Ukuran
efektif media pasir 0,3 – 0,7 mm, koefesien ketidak seragaman 1.2 – 1.4, berat jenis 2,65 kg/m³,
porosittas 0.5.

 Proses Desinfektan
Proses Desinfektan yang dapat digunakan :

Gas Khlor (Cl2); kandungan khlor aktif minimal 99%.


Kaporit atau kalsium hipoklorit, (CaOCl2) x H2O kandungan khlor aktif 60-70%.
Sodium Hipoklorit (NaOCl), kandungan khlor aktif 15%.
Ozon O3.

 Peralatan Perlengakapan
Peralatan perlengakapan dalam sistem ini dimaksudkan sebagai kelengkapan yang harus diadakan
sehingga sistem utama (instalasi) dapat bekerja dengan baik dan kelengkapan-kelengakapan lainnya
yang memudahkan pengendalian, operasi perawatan, suku cadang dan lain-lain.

Peralatan yang ditawarkan harus dilengkapai brosur berikut spesifikasinya lengkap.

a. Alat Ukur
Alat ukur yang harus termasuk dalam instalasi pengolahan air ini sangat tergantung dari
sistem yang ditawarkan pemborong akan tetapi alat ukur pokok yang harus ada yaitu :

- Alat ukur debit air baku yang masuk ke setiap sistem.


- Alat ukur debit air bersih yang dipompakan ke jaringan distribusi.
b. Pompa Dozing Kimia
Pompa pembubuh (dosing pump) bahan kimia yang digunakan adalah jenis piston atau
diafragma pump dengan dosing rate yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan pembubuh
maksimum, yaitu pada keadaan kualitas air baku yang terburuk.

Brusur berikut spesifikasi yang lengkap harus dilampirkan dalam dokumen penawaran.

c. Bak Pelarut Bahan Kimia


Bak kimia terdirid ari 2 bagian yaitu pelarut dan 2 bagian yaitu bak pelarut dan pembubuh.
Material bak harus fibre glass tebal minimal 6 mm. Bak pelarut dan pembubuh bahan kimia
harus didesain untuk kebutuhan 24 jam pada kapasitas proses maksimum dan pembubuhan

XII - 95
kimia maksimum (maximum plant flow dan maximum dose level) untuk memenuhi
kebutuhan 24 jam, kontraktor harus menyediakan kebutuhan untuk setiap jam 8.

 Peralatan Elektronik/Mekanis
semua peralatan elektronik/mekanis harus merupakan unit standar, artinya tidak perlu modiofikasi
khusus untuk keperluan instalasi. Dalam hal terdapat kerusakan sehingga memerlukan penggantian,
maka naik suku cadang maupun unitnya secara keseluruhan harus mudah diperoleh di Indonesia.

 Bak Pelarut Bahan Kimia


Bak Pelarut Bahan Kimia harus di disign untuk kebutuhan 8 jam dan pembubukan kimia maksimum.
Dilengakapi dengan pompa dosing.

 Plat From dan Tangga

untuk memudahkan operasi dan pemeliharaan, maka unit proses harus dilengakapi dengan tangga
dan plat from yang menghubungkan setiap unit yang ada.

 Pipa dan Valve


Pipa baja yang digunakan harus dicoating dengan cat epoxy atau digalvanis. Setiap pipa dan
peralatannya seperti gate valve, check valve dan sebagainya harus sesuai dengan standar SII/SNI, ISO
atau yang sama. Untuk diameter 40,100 dan 150 mm peralatan pipa harus dari klas pn 12,5 (tekanan
kerja max 12,5). Untuk penggunaan pengaliran larutan bahan kimia dipakai pipa PVC atau sejenis

 Reservoir (bak penampung air bersih).


Reservoir dibuat dari konstruksi beton dan dipasang di atas permukaan tanah dengan pondasi yang
mendukung beban. Resevoir terpasang dalam kondisi terisi air sesuai dengan kapasitas. Perletakan
dan ukuran dari kontruksi reservoir disesuaikan dengan sisa tekan air dari IPA.

 Peralatan Laboratorium
Setiap instalasi pengolahan air harus dilengkapi dengan peralatan laboratorium test kit harus dalam
kotak yang dapat dikunci dan dilengkapi dengan dua (2) buah kunci dan terdiri dari peralatan-
peralatan yang dapat dipakai untuk memeriksa sebagai berikut :

Jar test terdiri dari :


- Breaker glass 100 ml – 6 bh
- Pengaduk dengan sistem shaft
Test kid A
- Alkalinity / kesadahan air
- CO
- Unsur-unsur organik
- Chlorine
- pH
- Nitrit / Amonia
- Besi
- Imhoff core
- Tabung-tabung reaksi secukupnya (botol), 10 buah @ 10 ml lengkap dengan dudukan.
Petunjuk Operasional Instalasi (Operasi Manual)

Pemborong diwajibkan membuat petunjuk singkat cara operasional yang dapat ditempel pada dinding
dengan baik dan terlihat.

XII - 96
WATER METER
Water meter harus type woltman, dry dengan penggerak kopling magnetik serta dirancang untuk
pemakaian daerah tropis. Cara sambungan dengan flange pada kedua sisi ujungnya dan dilengkapi
dengan strainer. Pembacaan langsung dengan angka pembancaan 6 digit.

UJI COBA OPERASI IPA


Setelah seluruh pekerjaan selesai dikerjakanm selanjutnya kontraktor diharuskan untuk melakukan uji
coba operasi selama minimum 100 jam ( termasuk pelatihan operator) dan disaksikan oleh Direksi,
bahan-bahan kimia atau biaya lainnya selama uji coba ditanggung oleh kontraktor. Sekaligus
menyerahkan buku – buku petujuk operasional

GARANSI
Para rekanan harus menyampaikan surat jaminan pabrik, khususnya untuk pengadaan Pompa Dozing,
Mixer dan Pompa Air Baku Jenis Submersible Non Clogging serta peralatan/perlengkapan lain yang
diminta selama 2 tahun. Unit IPA harus dijamin menghasilkan standard kualitas air bersih sesuai
dengan standard yang telah ditentukan baik kualitas fisika, kimia dan mikro biologi.

Tampung Septic Tank Bio :


Type B 01 = 1.200 Liter ( 1.2 M3 )
Dimensi = 100 cm X 100 cm X 140 cm
Daya Tampung = 4 - 6 Orang

Type B 02 = 2.200 Liter ( 2.2 M3 )


Dimensi = 130 cm X 130 cm X 170 cm
Daya Tampung = 7 - 10 Orang

Type B 03 = 3.200 Liter ( 3.2 M3 )


Dimensi = 150 cm X 150 cm X 170 cm
Daya Tampung = 11 - 15 Orang

Ukuran Septic Tank Bio Dengan Spesifikasi Dan Daya Tampung Septic Tank nya, Dengan Ketentuan Pengguna
Berapa Orang Ditiap Rumah Yang Memakainya.
Untuk Ukuran Daya tampung septic tank sangat bervariasi yang dapat dipilih sesuai keinginan pemakainya.
Ada juga yang memilih karena bentuknya, walau sama sama daya tampungnya namun berbeda bentuknya.
Untuk Itulah kami produk septic tank dengan bentuk berbeda Type BHT Atau septic tank biohitech karena lebih
eleghan dan lebih sempurna dalam pengolahan limbahnya.

XII - 97

Anda mungkin juga menyukai