Anda di halaman 1dari 24

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBARAN UMUM KEGIATAN

SPESIFIKASI TEKNIS

1. Penyedia Jasa harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas paten, lisensi, serta hak cipta yang
melekat pada barang bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan oleh Penyedia jasa untuk
pelaksanaan pekerjaan.

2. Apabila ada perbedaan antara standar yang diisyaratkan dengan standar yang diajukan oleh
Penyedia jasa, penyedia jasa harus menjelaskan secara tertulis kepada Direksi pekerjaan,
sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi pekerjaan menetapkan setuju atau tidak.

3. Dalam hal Direksi pekerjaan menetapkan bahwa standar yang diajukan Penyedia Jasa tidak
menjamin secara substansif sama atau lebih tinggi dari standar yang diisyaratkan, maka penyedia
jasa harus tetap memenuhi ketentuan standar yang diisyaratkan dalam dokumen kontrak.

4. Satu perangkat spesifikasi yang tepat dan jelas merupakan kebutuhan awal bagi para calon
penawar untuk dapat menyusun penawaran realistis dan kompetitif, sesuai dengan kebutuhan
pemilik tanpa catatan atau persyaratan lain dalam penawaran mereka.

5. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak spesifikasi harus mensyaratkan bahwa semua barang dan
bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan baru, belum digunakan, dari tipe/model yang
terakhir diproduksi/dikeluarkan, dan termasuk semua penyempurnaan yang berlaku terhadap
desain dan bahan yang digunakan.

6. Dalam spesifikasi agar menggunakan sebanyak mungkin Standar Nasional (SNI, SII, SKSNI,
dsb) dan Norma Standar Pedoman Manual (NSPM) yang dikeluarkan Oleh Departemen
Kimpraswil untuk barang, bahan dan jasa / pengerjaan / fabrikasi dari edisi atau revisi terakhir,
atau Standar Internasional ( ISO,DSB ) /Standar Negara Asing ( ASTM, dsb ) pendanaannya
(eqivalennya) yang secara substansif sama atau lebih tinggi dari Standar Nasional yang
diisyaratkan. Apabila standar nasional untuk barang, bahan dan Pengerjaan/jasa/febrikasi tentu
belum ada, dapat digunakan Standar Internasional atau Standar Negara Asing.

7. Standar satuan pada ukuran yang digunakan pada dasarnya adalah MKS, sedangkan penggunaan
Standar satuan ukuran lainnya, apat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakan.

8. Spesifikasi dapat terdiri dari tetapi tidak terbatas pada :


1) Lingkup Pekerjaan, termasuk ketentuan angka 7 diatas
2) Pekerjaan-pekerjaan yang tidak termasuk dalam kontrak
3) Spesifikasi Umum :
a) Peraturan serta undang-undang terkait misalnya
- UU Tentang Lingkungan Hidup
- UU Tentang Keselamatan Kerja
- UU Tentang Jasa Konstruksi
- UU / PP / SK Bersama / KPTS tentang Tenaga Kerja
- Perda Terkait dsb.
b) Dokumen Acuan (berupa standar-standar) dengan memperhatikan ketentuan
tersebut pada angka 6 dan 7 diatas.
c) Alinyemen dan Survey
d) Hari Kerja dan Jam Kerja
e) Gangguan dan Keadaan Darurat
f) Pengendalian lingkungan
4) Spesifikasi Khusus :
a) Lapangan
b) Bangunan / Desain / Pengerjaan Spesifikasi
c) Bangunan-bangunan Umum dan Fasilitas-fasilitas public
d) Pengaturan Lalulintas
e) Pengendalian Lingkup Pekerjaan
5) Spesifikasi Untuk Masing-masing Mata Pekerjaan
a. Apabila salah satu bagian Pekerjaan menggunakan dasar standar pengerjaan atau
standar paprikasi tertentu dengan beberapa perobahan, maka pertama-tama harus
dicantumkan ketentuan sebagai berikut :

PERUBAHAN
Perubahan ini didasarkan pada standar ……………………
( satu atau lebih standar pengerjaan atau standar pabrikan )
Perubahan-perubahan dari ketentuan dasar tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

i. Kata-kata yang merupakan tambahan dari standar dan merupakan bagian dari
spesifikasi, akan ditampilkan dalam huruf Kursif Italic
ii. Kata-kata yang akan di hapus dari standar dan bukan merupakan bagian
dari spesifikasi, akan ditampilkan dalam huruf yang di coret ( Strike out )
iii. Sehingga kata-kata / kalimat asli dari standar yang digunakan masih dapat di baca.
b. Lingkup pekerjaan
c. Dokumen acuan ( standar-standar ) yang digunakan
d. Uraian ketentuan-ketentuan untuk mata pekerjaan yang bersangkutan, apabila tidak
digunakan standar tertentu

GAMBARAN UMUM KEGIATAN

Spesifikasi Umum

1. Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas paten, lisensi, serta hak cipta yang
melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan Kontraktor untuk
pelaksanaan pekerjaan.

2. Apabila ada perbedaaan antara standar yang disyaratkan dengan standar yang diajukan oleh
kontraktor, Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, sekurang-
kurangnya 28 hari sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan setuju atau tidak.

3. Dalam hal Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa standar yang diajukan Kontraktor tidak
menjamin secara substantif sama atau lebih tinggi dari standar yang disyaratkan, maka
Kontraktor harus tetap memenuhi ketentuan standar yang diisyaratkan dalam dokumen Kontrak.

4. Satu perangkat spesifikasi yang tepat dan jelas merupakan kebutuhan awal bagi para calon
penawar untuk dapat menyusun Penawaran realitis dan kompetitif, sesuai dengan kebutuhan
Pemilik tanpa catatan atau persyaratan lain dalam Penawaran mereka.

5. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, spesifikasi harus mensyaratkan bahwa semua barang dan
bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan baru, belum digunakan dan tipe/model yang erakhir
diproduksi/dikeluarkan, dan termasuk semua penyempurnaan yang berlaku terhadap desain dan
bahan yang digunakan.

6. Dalam spesifikasi agar menggunakan sebanyak mungkin standar nasional (SNI, SII, SKSNI,
dsb.) untuk barang, bahan dan jasa/pengerjaan/fabrikasi dan edisi atau revisi terakhir, atau
standar internasional (ISO, dsb), standar negara asing (ASTM, dsb) padanannya (eqivalennya)
yang secara substantif sama atau lebih tinggi dari standar nasional yang diisyaratkan. Apabila
standar nasional untuk barang, bahan dan pengerjaan/jasa/fabrikasi tertentu belum ada, dapat
digunakan standar internasional atau standar negara asing.

7. Standar satuan ukuran yang digunakan pada dasarnya adalah MKS, sedangkan penggunaan
standar satuan ukuran lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
8. Spesifikasi dapat terdiri dari :
8.1 Lingkup Pekerjaan, termasuk ketentuan angka 7 diatas
8.1.1 Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan terletak di Kota Padang yang dapat ditempuh dengan kendaraan
roda empat selama± 25 menit dari pusat kota Padang

8.1.2 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan Pembangunan Turab Gedung Kuliah B Kampus III Sungai Bangek
terdiri dari :
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
B. PEKERJAAN KONSTRUKSI

8.1.3 Kondisi Lahan


Lokasi pekerjaan mempunyai topografi dan kemiringan relatif extrim dengan kondisi
kemiringan 45 sampai 60 derajat dan mempunyai elevasi ± 15 M.

Spesifikasi Teknis

1. Ruang Lingkup Pekerjaan

a. Dalam maksud memberi pembayaran untuk kegiatan-kegiatan atau pada permulaan


pelaksanaan konstuksi, suatu bagian pekerjaan dengan jumlah yang pasti harus
dimasukkan kedalam rencana anggaran biaya untuk membayar mobilisasi dan pekerjaan-
pekerjaan persiapan. Uraian dalam mobilisasi dan pekerjaan persiapan dimaksudkan untuk
memberi ganti rugi pada kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk ( tetapi tidak
mutlak ) keperluan-keperluan untuk :

- Mendatangkan tenaga kerja, Alat-alat kerja, perlengkapan – perlengkapan dan


kegiatan-kegiatan ditempat pekerjaan.
- Pembuatan dan penggunaan jalan penghubung sementara ke lokasi.
- Mendirikan kantor-kantor, bangunan-bangunan, gudang-gudang dan fasilitas
lain ditempat pekerjaan.
- Biaya-biaya yang diperlukan unyuk pembayaran peralatan termasuk biaya pembelian
dan biaya pemindahannya.
- Biaya yang diperlukan untuk pembayaran setiap pekerjaan lain yang diperlukan untuk
pembayaran setiap pekerjaan lain yang harus dilakukan atau pekerjaan-pekerjaan
yang tidak terduga peda permulaan pelaksanaan pekerjaan diproyek
yang mana pembayarannya tidak disebutkan dalam kontrak.
- Pengendalian Air sungai dan Dewatering (Pengeringan) dalam pelaksanaan
pekerjaan.
- Pembersihan tempat kerja pada akhir pekerjaan serta pemulangan tenaga kerja
dan peralatan lainnya.

b. Semua fasilitas, alat kerja dan peralatan yang dibuat atau dibawa ketempat-tempat kerja,
harus dianggap sebagai subjek untuk melengkapi paragraph ini, jika ketua direksi tidak
memberikan secara khusus dan tertulis, cara-cara lain untuk suatu bagian-bagian pekerjaan
atau bagian khusus pekerjaan. Kontraktor harus bertanggung jawab sendiri atas
kelengkapan, efisiensi, penggunaan, perlindungan, pemeliharaan, perbaikan dan
pengamanan semua fasilitas alat kerja dan peralatan-peralatan lainnya.
Fasilitas, alat kerja dan peralatan-peralatan yang termasuk dalam paragraph ini tidak
boleh dibongkar atau dipindahkan dari tempat kerja terutama yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam kontrak, tanpa izin tertulis dari ketua direksi.

c. Semua fasilitas, alat kerja dan peralatan-peralatan dalam tempat kerja juga harus menjadi
subjek sesuai hak Employer untuk memiliki dan membuat fasilitas-fasilitas dalam maksud
menyelesaikan pekerjaan selama kontrak. Kontraktor setuju dan memberikan pernyataan
yang diterima ketua direksi.

2. Jalan Penghubung Sementara

Jika tidak terdapat jalan penghubung untuk mencapai lokasi pekerjaan, Kontraktor harus
membuat dan memelihara jalan penghubung sementara kearah lokasi tersebut pada tempat yang
disetujui Direksi. Kontraktor juga harus membuat fasilitas yang diperlukan untuk melintasi
sungai, aliran atau jalan air yang ada atau harus memperbaiki dan memperkuat suatu fasilitas
yang ada untuk digunakan menuju lokasi pekerjaan, jika diperlukan.
Kontraktor boleh menggunakan jalan umum, jalan desa dan jalan inspeksi pada turab yang ada
dengan persetujuan Direksi. Kontraktor boleh menggunakan jalan penghubung sementara yang
dibuat oleh Kontraktor lain yang bekerja pada Proyek turab Sumatera Barat. Dalam hal ini,
Kontraktor harus membayar pembuatan, pemeliharaannya dan perbaikannya berdasarkan
perjanjian bersama antar Kontraktor. Direksi atau Pemberi Tugas tidak akan menerima
tuntutan terhadap pemakaian bersama pada jalan penghubung yang dibuat oleh Kontraktor.
Semua biaya yang dikeluarkan Kontraktor yang dipergunakan sesuai dengan persyaratan dalam
Klausul ini dan Klausul berkaitan dalam Spesifikasi Umum harus dianggap sudah termasuk
dalam harga Lump Sum di dalam Daftar Kuantitas dan Harga berikut semua kompensasi yang
diperlukan diluar batas tanah DMI yang ditentukan oleh Pemberi Tugas untuk pekerjaan-
pekerjaan dan pekerjaan sementara, jika ada.

3. Fasilitas Sementara Kontraktor


Semua biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor dalam memenuhi persyaratan dalam Spesifikasi
Umum harus dianggap termasuk dalam harga satuan yang terkait dalam Daftar Kuantitas dan
Harga untuk fasilitas sementara Kontraktor.

4. Laboratorium dan Peralatan Laboratorium


Semua bagian yang dikeluarkan oleh Kontraktor dalam rangka melengkapi persyaratan ini pada
Spesifikasi Umum, termasuk biaya yang habis dipakai, harus sudah dianggap termasuk dalam
harga satuan pada harga satuan yang terkait dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

5. Fasilitas Kesehatan
Semua biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor dalam memenuhi persyaratan ini pada
Spesifikasi Umum, termasuk pengadaan, operasi dan pengangkutan dengan ambulance semua
pegawai yang terluka atau sakit ke Rumah Sakit Pemerintah di Padang atau tempat lainnya
harus dianggap termasuk dalam harga satuan pada bagian yang terkait, dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.

6. Mobilisasi dan Demobilisasi


Semua biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor untuk mobilisasi dan demobilisasi ( kalau ada )
dibuat berdasarkan harga Lumpsum didalam Daftar Kuantitas dan Harga, sudah termasuk
pemasangan dan pembongkaran peralatan pelaksanaan.

7. Bantuan Kepada Staf Direksi, Pemasangan Patok, Trase turab / Kantong


Lumpur
Semua biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor dalam memenuhi persyaratan Klausul pada
Spesifikasi Umum pengadaan dan pemasangan patok hektometer dan kilometer harus sudah
dianggap termasuk harga satuan pada bagian terkait dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

8. Pemasangan Patok Hektometer, dan Sebagainya


Kontraktor harus mengadakan semua material dan membuat atau memasang patok Hektometer,
Kilometer sepanjang saluran, Papan nama dan Nomenklatur seperti yang tercantum pada
gambar atau mengikuti petunjuk Direksi. Metode pelaksanaan dan kemampuan tenaga kerja
harus sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak kecuali bila ditentukan lain oleh
Direksi. Semua biaya yang dikeluarkan kecuali biaya Nomenklatur harus dibayar oleh
Kontraktor, sudah dianggap termasuk dalam harga satuan terkait dalam Daftar Kuantitas dan
harga.

9 Asuransi
Semua biaya asuransi dibayar oleh Kontraktor dalam memenuhi persyaratan Klausul ini dalam
syarat-syarat Umum Kontrak sudah dianggap termasuk dalam harga satuan pekerjaan terkait,
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

10 Laporan – laporan dan Photo


Tidak ada pembayaran tersendiri yang akan dibuat untuk penyiapan semua dokumen,
korespondensi, laporan dan sebagainya, yang disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan
kepada Direksi atau Pemberi Tugas berdasarkan ketentuan Kontrak. Photo dan filmnya menjadi
milik Pemberi Tugas. Biaya pengadaan photo yang dikeluarkan oleh Kontraktor, dianggap
sudah termasuk dalam harga satuan pada pekerjaan terkait dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

11 Peil Pokok Dan Ukuran


Letak dan Peil pokok ditetapkan oleh direksi, letak dan kedudukan situasi dan tinggi peil
dari bangunan-bangunan harus disetujui/disahkan direksi. Pengukuran detail seluruh bangunan
harus dilakukan dengan teliti dan sesuai dengan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar.
Jika ukuran tinggi/panjang tidak tercantum, tidak dibenarkan memperbandingkan dengan skala,
untuk ini harus diminta penyelesaian dari direksi.

12 Titik Tetap Pembantu dan Uizetin Kembali


Uitzetten atau pengukuran ulang dilapangan dari gambar rencana untuk dilaksanakan (staking
out) dari saluran dan/atau bangunan harus dilakukan oleh pemborong dan harus disetujui
direksi. Direksi akan memeriksa hasil Uitzetten ini. Biaya untuk pengecekanpengecekan
tersebut akan dibebankan pemborong. Titik tetap (Neut) pembantu harus disiapkan oleh
pemborong untuk dipakai sebagai titik utama dalam pelaksanaan dan untuk pemeriksaan.
Banyaknya titik tetap yang dibutuhkan 2 (dua) buah untuk turap, 1 (satu) buah untuk setiap
bangunan. Titik tetap pembantu untuk saluran induk sebanyak 1 (satu) buah dan setiap 100 m
(patok BM), untuk R.O.W. Kiri kanan (2 buah) setiap 50 m pada seluruh saluran, terkecuali
saluran tersier.
Patok-patok pembantu tersebut bisa terbuat dari kayu atau dari beton bertulang K175 dengan
ukuran sebagai berikut :

- Untuk turap : 10 x 10 x 100 (ukuran cm)


- Untuk bangunan-bangunan saluran : 4 x 6 x 80 (ukuran cm)
Titik tetap pembantu tidak boleh berubah kedudukannya maupun ketinggiannya dan
peilnya ditentukan dari titik tetap yang sudah ada yang diberikan oleh direksi. Titik tetap
pembantu harus cukup jelas dan mudah dilihat. Patok-patok sumbu saluran dapat dibuat
dari kayu yang mudah dikontrol dengan patok-patok pembantu. Lebih lanjut supaya dapat
dipedomani gambar-gambar rencana. Apabila terdapat perbedaan antara rencana dengan
pengukuran ulang dilapangan oleh kontraktor maka harus dilakukan penyesuaian desain
dilapangan oleh kontraktor dan harus dibuatkan gambar shop drawing, semua harus
berdasarkan persetujuan direksi teknis.

13. Pembuatan dan Pemasangan Bowplank


Bouwplank dibuat dari papan meranti, dengan sebelah atas terus menerus halus dan rata.
Bouwplank ini dipakukan pada tiang-tiang dari kasau yang tertanam dengan kokoh dengan
jarak maksimum 1,50 m, pengukuran/pemasangan bouwplank harus dilaksanakan dengan
menggunakan instrument water pass ( Theodolite ). Tinggi peil bouwplank harus ditulis pada
papan bouwplank dengan meni, demikian juga tempat pondasi harus diberi tanda yang jelas
pada papan bouwplank. Bouwplank dipasang keliling pondasi dengan keliling daerah
pembersihan.

14. Pengendalian Air Limpahan Bukit


13.1 Umum
Kontraktor harus menyediakan semua bahan, tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan
selama pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan pengendalian air limpahan bukit pada
saat pekerjaan konstruksi turap dilaksanakan. Pekerjaan tersebut dilaksanakan pada
waktu akan dimulainya pekerjaan konstruksi turap sampai selesainya pekerjaan tersebut.
Kontraktor harus mengantisipasi alur air limpahan bukit dan mengalirkan ke saluran
sementara agar tak mengganggu pekerjaan turap. Segala kerusakan yang timbul pada
pekerjaan ini selama pelaksanaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
Kontraktor harus merencanakan dewatering system, dalam melaksanakan pengendalian
air limpahan bukit dan perencanaan tersebut harus atas persetujuan direksi dan direksi
tidak bertanggung jawab bila kontraktor tidak dapat mengatasi alur air limpahan bukit
tersebut.

13.2 Pelaksanaan Pengendalian Air Limpahan Bukit


a) Kontraktor harus mengajukan rencana sistem pengendalian air limpahan bukit
selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan konstruksi turap beserta bangunan
pelengkapnya dan pekerjaan lain yang terganggu oleh adanya air kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum memulai
pekerjaan.
b) Kontraktor harus, melaksanakan dan memelihara bangunan yang berada berdekatan
dengan konstruksi turap. Kontraktor harus menyediakan semua material yang
dibutuhkan seperti : pompa-pompa (type: submerge pump), karung pasir dan
peralatan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
c) Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala kerusakan yang timbul selama
pelaksanaan pengendalian alur air limpahan bukit ini dan tidak ada biaya tambahan
untuk memperbaiki adanya kerusakan tersebut.

14. Pembersihan Akhir


Ketika pekerjaan-pekerjaan menurut kotrak telah diselesaikan, kontraktor harus memindahkan
semua fasilitas alat kerja dan perlengkapan dari tempat kerja yang tidak menjadi bagian dari
pekerjaan-pekerjaan permanen. Tempat pekerjaan harus dibersihkan dari segala sampah, bahan-
bahan yang tidak digunakan dan segala macam fasilitas sementara serta ditinggal dalam
keadaan rapi dan bersih yang dapat diterima oleh direksi. Dan semua bangunan yang ada
dilokasi pekerjaan, bila perlu akan tetap dilokasi atas permintaan direksi.

BAGIAN I
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. FOTO DOKUMENTASI, PENGUKURAN ULANG DAN PENGGAMBARAN

FOTO DOKUMENTASI
- Penyedia jasa diwajibkan mengambil foto dokumentasi setiap pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Dengan pengambilan foto : sebelum dilaksanakan ( 0% ), sedang dilaksanakan
(50%) dan selesai dilaksanakan (100%) dengan arah dan posisi yang sama. Foto-foto tersebut
dicetak dengan ukuran 4R, disusun dalam album dalam 6 (enam) rangkap dan
diserahkan kepada Direksi sebelum Penyerahan pertama dilaksanakan
- Dalam pengambilan foto dokumentasi penyedia jasa diwajibkan memakai kamera digital/SLR
dan menyerahkan file-file foto berbentuk CD kepada Direksi Setiap pengambilan hasil
prestasi pekerjaan
PENGUKURAN ULANG
Pekerjaan pengukuran tersebut dimaksud dalam rangka menentukan kemiringan ideal turap
dengan pemanfaatan sisi kemiringan tanah yang sudah di cut/potong juga untuk mengukur
potongan memanjang dan potongan melintang Turab, penentuan dasar pondasi dan
pengambilan jarak turap dari sisi bangunan misalnya : penempatan pondasi, kemiringan turab
serta lokasi saluran dan lain-lain, semua ini dilakukan untuk melakukan perhitungan volume
pelaksanaan Pekerjaan Mutual Check Nol (MC.0) dan Actual Check (MC.100).
- Penyedia jasa diwajibkan menyiapkan gambar soft drawing (MC.0), Asbuild Drawing
(MC.100)dan keperluan lain selama berlangsungnya proyek.
- Dari data ketinggian penyedia jasa harus memeriksa semua titik tetap lainnya yang akan
dipakai dalam pengukuran pekerjaan dan harus memuat titik tambahan lainnya sedemikian
rupa sehingga jarak antara dua titik tetap tidak boleh lebih dari 250 m. Titik tetap tambahan
diatas dibangun diatas tanah Proyek/Negara.
Atas persetujuan Direksi, penyedia jasa harus memberikan kepada Direksi dalam rangkap 3
(tiga), semua data yang ada dalam form usulan yang memberi detail lokasi dan elevasi tiap-tiap
titik tetap yang dipakai atau dibangun atau dibuat oleh penyedia jasa.
Ketinggian harus dicocokan pada titik tetap dengan ketelitian 10 V L mm, dengan penjelasan
adalah jarak dari titik-titik ( sircuit ) yang diambil ketinggiannya tersebut (dalam kilometer).
Metoda pengukuran dipakai atas persetujuan Direksi. Buku-buku lapangan dan tabel data
tersedia dan dirawat dengan baik guna pemeriksaan, pengecekan oleh Direksi apabila
diperintahkan.
Pengukuran asbuild Drawing dilakukan setelah pekerjaan dinyatakan selesai semuanya (sebelum
serah terima pertama) gambar-gambar ini diserahkan pada saat penyerahan pekerjaan Ke-I (satu)
/ PHO, biaya pengukuran dan penggambaran Asbuild Drawing ini tidak termasuk dalam biaya
pengukuran Trase dan Crossection diawal pekerjaan, biaya pengukuran dan biaya penggambaran
ini harus sudah dimasukan kedalam Harga Satuan Pekerjan (HSP) lainnya secara Proporsional.

PENGGAMBARAN
1. Gambar untuk keperluan kontrak
a. Gambar kontrak merupakan gambar yang dapat dijadikan referensi
b. Gambar untuk pelaksanaan pekerjaan didasarkan atas pengukuran MC.0 yang dibuat
oleh Penyedia Jasa dan diketahui / disetujui oleh Direksi
c. Gambar-gambar konstruksi dibuat dan diukur oleh penyedia jasa yang diawasi
langsung oleh direksi dan harus mendapat persetujuan dari direksi terlebih dahulu
sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
2. Gambar-gambar yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa
Penyedia jasa sebelum melaksanakan kegiatan harus menyerahkan kepada direksi,
gambar rencana pelaksanaan / gambar konstruksi dan penyedia jasa harus melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan gambar yang disetujui oleh direksi, tanpa ada tambahan
pembayaran apapun. Jika kontraktor memperkirakan bahwa perubahan-perubahan
tersebut akan menambah tanggung jawab penyedia jasa menurut kontrak , maka
penyedia jasa harus menyampaikan pernyataan tertulis kepada direksi dalam waktu 7
(tujuh) hari setelah menerima perubahan- perubahan tersebut dan harus menentukan hal-
hal khusus yang dirasakan memberatkan. Direksi akan mempertimbangkan masalah
tersebut.
3. Persetujuan atas gambar
Pemeriksaan atau pertimbangan tentang usulan-usulan, gambar-gambar atau dokumen
atau direksi yang diserahkan oleh penyedia jasa untuk memperoleh persetujuan direksi
maupun persetujuan yang berkenaan dengan hal tesebut, baik dengan atau tanpa
perubahan- perubahan, tidak boleh dibebaskan penyedia jasa dari suatu tanggung jawab
atas kekurangan yang dibebankan kepada penyedia jasa sesuai ketentuan kontrak.
Sekiranya terdapat gambar- gambar yang tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan
kontrak setelah persetujuan diberikan oleh direksi terhadap gambar-gambar yang
diserahkan terdahulu, maka berbagai perubahan dan tambahan yang dianggap perlu oleh
direksi harus dilakukan penyedia jasa dan pekerjaan tersebut harus dilaksanakan
penyedia jasa tanpa ada tambahan pembayaran.
4. Gambar Asbuilt Drawing
Gambar asbuilt drawing dibuat apabila pekerjaan sudah selesai 100 % ( setelah serah
terima pertama ). Untuk mendapatkan ukuran dan elevasinya perlu dilakukan pengukuran
terakhir yang mengambil bentuk kondisi lapangan yang sesungguhnya dan telah siap
dilaksanakan. Gambar asbuilt drawing dibuat rangkap 5 ( lima ) . Pembayaran khusus
untuk pembuatan gambar tidak ada, semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
pembuatan gambar-gambar tersebut diatas secara proporsional sudah harus dimasukkan
dalam harga satuan pekerjaan yang dilaksanakan.

2. PENGADAAN PELAPORAN, ASBUILT DRAWING DAN SHOPDRAWING


PELAPORAN
- Penyedia jasa diwajibkan membuat semua bentuk dokumen administrasi, diantaranya RMK,
Time/Re Schedule, Addendum, Laporan Harian, Laporan Mingguan, Back Up Termin, MC0,
MC.100, Asbuilt Drawing, Shop Drawing, dll dan diserahkan kepada Direksi dalam bentuk
hard copy dan soft copy sebelum Penyerahan pertama dilaksanakan dalam 5 (lima) rangkap.
3. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI :
Kontraktor diwajibkan menggunakan mobilisasi dan demobilisasi peralatan ( kalau ada ) yang
akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan. Biaya mobilisasi dan demobilisasi adalah biaya
yang dibutuhkan untuk mendatangkan dan pengambilan alat ke dan dari lokasi pekerjaan
Pemindahan segala peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini keluar dari lokasi
pekerjaan sebelum pekerjaan selesai harus mendapatkan persetujuan Direksi.

BAGIAN II
PEKERJAAN KONSTRUKSI

1. PEKERJAAN GALIAN TANAH CADAS DAN BATU ( DENGAN ALAT BERAT )

Yang dimaksud dengan pekerjaan galian adalah semua pekerjaan galian yang ditunjukkan dalam
gambar konstruksi baik dengan menggunakan peralatan mekanis maupun dengan tenaga manusia
( manual ), hasil galian dibuang kelokasi dimana tempat tersebut tidak mengganggu lokasi
pekerjaan konstruksi dan hasil buangan harus dirapikan. Penyedia Jasa harus menyerahkan
rencana pelaksanaan pekerjaan galian kepada Direksi sebelum kegiatan di atas dilaksanakan.
Apabila menurut hasil-hasil investigasi geologi menunjukkan bahwa semua material yang digali
tidak cocok untuk dimanfaatkan sebagai bahan timbunan, maka material tersebut harus dibuang
di tempat pembuangan ( Disposal Area ) yang akan ditunjukkan oleh Direksi. Semua galian harus
dikerjakan sesuai dengan garis-garis dan elevasi yang tercantum pada gambar atau garis dan
elevasi tertentu sesuai dengan petunjuk Direksi. Kontraktor harus merapikan semua galian sesuai
garis-garis dan elevasi yang tercantum pada gambar atau petunjuk Direksi.
Bila galian berikut perapiannya telah selesai dikerjakan, Direksi harus diberitahu untuk
melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan. Sebelum diperiksa dan disetujui Direksi, galian tidak
diperkenankan ditimbun kembali atau ditutup dengan beton. Kontraktor boleh melanjutkan
pekerjaan tahap berikutnya setelah mendapat ijin tertulis dari Wakil Direksi.
Semua akibat penggalian atau kelebihan penggalian yang dikerjakan oleh Kontraktor untuk
tujuan dan alasan tertentu kecuali atas perintah Direksi adalah menjadi beban Kontraktor. Jika
diperlukan untuk mengatasi semua akibat penggalian dan kelebihan galian tersebut, diisi dengan
tanah yang dipadatkan, pasir, kerikil atau beton atau bahan lain yang ditetapkan oleh Direksi atas
biaya Kontraktor.
Besarnya penggalian pada bangunan diukur sesuai dengan garis-garis dan elevasi yang tercantum
pada gambar atau jika tidak tercantum pada gambar, sesuai dengan garis-garis dan elevasi
berdasarkan pada ketentuan yang disebut dalam Spesifikasi Teknik. Tanpa memperhatikan
volume yang dikerjakan sebenarnya. Besarnya pembayaran penggalian atau pembongkaran
material di luar ukuran yang sudah dijelaskan, kecuali penggalian atau pembongkaran tertentu
atas perintah Direksi. Pada pekerjaan galian tanah dibagi atas 2 (dua) jenis kegiatan :
a. Galian tanah type I, galian type ini pekerjaannya disesuaikan dengan panjang
jangkauan peralatan.
b. Galian tanah type II, galian type ini dalam 1 m3 memerlukan lebih dari satu kegiatan (
estafet ). Semua hasil galian harus dibuang keluar lokasi pekerjaan atau ditentukan oleh
owner, sesuai dengan gambar rencana teknik.

2. TIMBUNAN TANAH BEKAS GALIAN


Pekerjaan timbunan turap dilaksanakan pada bagian yang dibutuhkan, sesuai petunjuk
direksi dengan memakai bahan hasil galian yang telah mendapat persetujuan direksi. Pekerjaan
timbunan dilakukan sesuai garis dan batas yang tertera pada gambar atau atas perintah Direksi.
Bahan-bahan untuk timbunan tidak boleh mengandung material berupa, abu, alang-alang sisa
akar, gumpalan dan material lain yang dapat membusuk kecuali ditentukan lain oleh direksi.
Pekerjaan timbunan dibuat 5 % lebih tinggi dari rencana. Pekerjaan ini menggunakan peralatan
manual seperti cangkul, skop, keranjang, gerobak dorong dan beralatan lain yang gunanya juga
untuk pembentukan pekerjaan konstruksi dan perapiannya.

3. PEKERJAAN PONDASI DAN STRUKTUR BETON TURAP

PEKERJAAN PONDASI PLAT BETON DAN PONDASI BATU KALI


1. Bahan – Bahan
1) Semen
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland cement type I sesuai dengan
persyaratan NI-2 Bab 3 Standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-
150 an produksi dari satu merk/pabrik
b. Kontraktor pelaksana harus menempatkan semen dalam gudang untuk mencegah
terjadinya kerusakan dan tidak boleh ditaruh langsung diatas tanah tanpa alas kayu
c. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur kotoran atau terkena air / lembab
tidak diijinkan digunakan dan harus segera dikelurkan dari proyek dalam batas 3 x
24 jam
d. Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang, tidak
boleh dilakukan diatas tumpukan yang telah ada, dan pemakaian semen yang
dilakukan menurut urutan pengirimannya. Bila diperlukan dapat dilakukan
penomoran semen dalam gudang yang didahulukan untuk dibuat campuran
pasangan yang sesuai nomor urut datangnya oleh logistic gudang
2) Agregat halus
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu
dan harus bersih dari bahan organic, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung
lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton atau NI-2 pasal 3 bab 3.
b. Pasir laut tidak diperkenankan digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-
partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi
3) Agregat kasar
a. Dapat menggunakan kerikil alam atau kerikil yang dihasilkan dari mesin pemecah
batu ( split ) dan harus bersih dari bahan organic, lumpur, zat-zat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton atau NI-2 pasal
4 bab 3.
3) Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih, tidak mengandung minyak atau garam serta
zat-zat yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya digunakan
air bersih yang dapat diminum, atau seperti NI-2 Bab 3

2. Lingkup Pekerjaan Pasangan


- Pasangan pondasi batu kali 1 : 4
- Pekerjaan Plesteran dan Acian

2.1 Pasangan Pondasi Plat Beton ( poor )


2.1.1) Pondasi Plat Beton dibuat dengan standar beton K. 225 dengan ukuran dan
penampang tertera pada gambar bestek.
2.1.2) Perletakan dan penempatan pondasi plat beton harus melalui persetujuan direksi,
serta kedalaman pondasi di sesuaikan dengan gambar bestek

2.2. Pekerjaan pasangan pondasi batu kali


2.2.1) Pekerjaan ini meliputi pasangan pondasi batu kali, saluran batu kali dan
pasangan dinding turap batu kali.
2.2.2) Material batu kali harus batu kali utuh yang keras, tidak lapuk/tidak porous
2.2.3) Pada tiap bidang dinding turap dipasang pipa suling dia. 2” AW yang disaring
menggunakan lapisan ijuk dan kerikil untuk mengalirkan dan menyaring air
tanah ukuran dan penempatan disesuai dengan RAB dan gambar bestek.
2.2.4) Adukan untuk pasangan pondasi adalah 1 PC : 4 Pasir bentuk dan ukuran
penampang pondasi harus sesuai dengan gambar kerja
2.3. Pekerjaan Plesteran dan Acian
2.3.1) Pekerjaan ini meliputi memplester timbul siar dinding turap, memplester saluran
batu kali serta acian permukaaan beton.
2.3.2) Plesteran dan acian beton harus rapi dan rata.
2.3.3) Adukan plesteran pasangan dinding turap 1PC : 3PS, dan untuk saluran 1PC :
4PS.

PEKERJAAN BETON BERTULANG


1. Ketentuan Umum
1) Persyaratan-persyaratan kontruksi beton , istilah teknis dan syarat-syarat pelaksanaan
beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini.
Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton
harus sesuai dengan referensi di bawah ini :
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991)
b. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
c. American Society of Testing and Materials (ASTM)
d. Standar Industri Indonesia (SII)
e. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-
2006
2) Bilamana ada ketidak sesuaian antara peraturan-peraturan tersebut diatas, maka
peraturan- peraturan di Indonesia yang menentukan
3) Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pekerjaan ini dengan tepatan serta
kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis, gambar rencana dan instruksi-
instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas untuk pekerjaan yang tidak
memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya Kontraktor
Pelaksana sendiri
4) Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas
5) Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan kontraktor pelaksana bertanggungjawab atas segala biayanya. Semua
material yang tidak disetujui oleh konsultan pengawas harus segera dikeluarkan
dari proyek/lapangan pekerjaan dalam waktu 3 x 24 jam .

2. Lingkup Pekerjaan
1) Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton sesuai
dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pemasangan semua
penulangan, pengujian dan peraturan pembantu
2) Pekerjaan beton bertulang terdiri beton bertulang struktur dan beton bertulang praktis
a. Beton bertulang struktur dikerjakan pada turap antara lain:
- Pondasi plat beton 20x80x80
- Beton Sloof turap 20/30
- Beton sloof turap 20/50
- Beton Kolom turap 20/30
- Beton Lantai Kerja tebal 5cm

3. Bahan – bahan
1) Semen
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland cement type I sesuai dengan
persyaratan NI-2 Bab 3 Standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-
150 dan produksi dari satu merk/pabrik
b. Kontraktor pelaksana harus menempatkan semen dalam gudang untuk mencegah
terjadinya kerusakan dan tidak boleh ditaruh langsung diatas tanah tanpa alas kayu
c. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur kotoran atau terkena air / lembab
tidak diijinkan digunakan dan harus segera dikelurkan dari proyek dalam batas 3 x
24 jam
d. Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang,
tidak boleh dilakukan diatas tumpukan yang telah ada, dan pemakaian semen yang
dilakukan menurut urutan pengirimannya. Bila diperlukan dapat dilakukan
penomoran semen dalam gudang yang didahulukan untuk dibuat campuran
pasangan yang sesuai nomor urut datangnya oleh logistic gudang

2) Agregat Pasir dan Kerikil


a. Bahan agregat pasir dan kerikil harus didatangkan dari tempat-tempat yang telah
disetujui mutunya olek Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi
syarat-syarat PBI.1991, SKSNI T-15-1991-03 dan SNI 03-2847-2002
b. Bahan agregat pasir dan kerikil ditempatkan sedemikan rupa sehingga tidak
tercampur dengan bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan
terpisah hingga terhindar dari bercampurnya antara kedua jenis agregat tersebut,
sebelum pemakaian
c. Besar butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada
diantara ayakan 4 mm – 3,15 mm
d. Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila kadar
lumpur tersebut lebih dari 1 persen, maka agregat kerikil harus di cuci
e. Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada diantara
ayakan 0,063 – 4 mm
f. Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila kadar
lumpur tersebut lebih dari 5 persen, maka agregat kerikil harus di cuci
g. Untuk membuktikan banyaknya kadar lumpur di lapangan, maka dapat
dilaksanakan dengan menggunakan gelas ukur. Gelas ukur tersebut diisi dengan
pasir atau kerikil sampai garis angka 100. Kemudian isikan

3) Air
a. Air yang digunakan harus bersih dan jernih, tidak mengandung minyak atau garam
serta zat zat yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya
digunakan air bersih yang dapat diminum, atau seperti NI-2 Bab 3
b. Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai menurut penilaian direksi
pekerjaan, maka contoh air tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah
tanggungjawab kontraktor
c. Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran beton,
maka air tersebut tidak boleh dipakai

4) Baja tulangan:
a. Baja tulangan yang digunakan terdiri dari baja polos dengan mutu U24 untuk
pekerjaan struktur dengan penggunaan besi diamerter 8mm dan 12mm, sesuai
dengan standard PBI.1971/ atau SKSNI T-15-1991-03. Bila dianggap perlu
Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas dapat menginstruksikan untuk
melakukan pengujian test tegangan tarik-putus dan “bending” untuk setiap 10 ton
baja tulangan, atas biaya Kontraktor Pelaksana
b. Sebelum baja tulangan didatangkan ke lokasi proyek, maka kontraktor harus
menyerahkan dahulu contoh-contoh baja tulangan yang dipakai kepada Konsultan
Pengawas. Contoh baja tulangan pada masing-masing diameter sebanyak 5 batang
dengan panjang 1 meter
c. Batang-batang baja tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara
langsung dan dihindari dari penimbunan baja tulangan di udara terbuka dan harus
dilindungi dari genangan air /air hujan
d. Baja tulangan yang dibengkokkan sama dengan atau lebih dari 90 derajat, hanya
diperkenankan sekali pembengkokkan
e. Baja tulangan harus bersih dari karat yang menganggu kekuatan beton bertulang.
Hal ini disesuaikan dengan PBI. 1991/SKSNI T-15-1991-03
f. Kawat beton berukuran minimal 1 mm dengan mutu tinggi standar SII
g. Batang-batang baja tulangan yang berlainan ukurannya harus disimpan pada
tempat terpisah dan diberi tanda yang jelas

5) Bahan pencampur :
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari konsultan pengawas dan Konsultan Perencana
b. Apabila akan digunanakan bahan pencampur, Kontraktor Pelaksana harus
mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari
penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut

6) Cetakan Beton :
a. Dapat menggukan kayu bekisitng kelas II, multiplek dengan tebal minimal 9 mm
atau 12mm, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam
PBI NI-2 pasal 1 Bab 5, dan apabila oleh konsultan pengawas dinyatakan rusak,
maka tidak boleh dipakai lagi untuk pekerjaan berikutnya
b. Tiang – tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran 5/7 cm atau
kayu dolken Ø 8 – 10 cm dengan jarak maksimum 0,5 meter

4. Mutu Beton
1) Untuk beton bertulang yang bersifat struktur mutu beton yang digunakan K-225 dimana
beton harus mempunyai kekuatan tekan karakteristik sebesar 225 kg/cm2 (minimal)
2) Untuk mutu beton yang bersifat non strukur, mutu yang digunakan K-100 ( lantai kerja
) dan K-175 dimana beton harus mempunyai kekuatan tekan karakteristik sebesar 175
kg/cm2 (minimal) dengan campuran beton yang disyaratkan adalah 1 pc : 2 ps : 3 Kr

5. Pengadukan dan Perataannya


a. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengatasi jumlah takaran dari masing-masing
bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas
b. Pengaturan dan pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-material
harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan
diawasi terus menerus oleh seorang inspector yang berpengalaman dan
bertanggungjawab
c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton
d. Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan
selanjutnya, dan harus dicuci bila tidak dgunakan lebih dari 30 menit
e. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1.5 menit sesduah
semua bahan ada dalam mixer
f. Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata
waktu pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan
dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus
seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan
g. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan, air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan.
Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki

6. Persiapan Pengecoran
a. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan
ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing
dan perlengkapanperlengkapanlain)
b. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi
dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik
c. Sesaat sebelum beton di cor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi
mortar
d. Kontraktor Pelaksana harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh konsultan pengawas
e. Apabila pengecoran tidak memakai bekisting kayu, maka dasar permukaan yang akan
dicor harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 Ps : 5 Kr setebal 5 cm (lantai kerja)

7. Acuan / Cetakan Beton / Bekisting


a. Rencana cetakan beton menjadi tanggungjawab Kontraktor Pelaksana sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran, batas-batas, dan bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadnya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyanggan harus menggunakan
multiplex
b. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-
lubang atau terjadi endutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam
arah horosontal dan vertical, terutama untuk permukaan beton yang tidak di “difinish”
(expose concrete)
c. Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi pintu untuk
memasukkan spesi beton, sehingga terhindar terjadinya sarang-sarang semut kerikil
d. Tiang-tiang penyangga harus drencanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang sperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress” atau perpindahan tempat
pada beberapa bagian konsruksi yang dibebani
e. Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan. Cetakan harus diteliti untuk memastika
kebenaran letaknya, cukup kuat dan tdak terjadi punurunan atau pengembangan pada
saat beton dituangkan
f. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi “form oil”
untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati aar
tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton
dengan baja tulangan. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
- Bagian sisi balok 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 hari
g. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila
hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya,
telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan
oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan tanggungjawab
Kontraktor Pelaksana terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan
h. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh atas
struktur-struktur yang dicetak
i. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor
Pelaksana wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali
j. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa batu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah. Cetakan haru dicabut dan dibersihkan sebelum
penggurukan dilakukan
k. Untuk permukaan beton yang diharuskan exposed, maka Kontraktor Pelaksana wajib
memfinishnya tanpa pekerjaan tambah

8. Pengujian
- Bahan-bahan kerikil, pasir dan air setelah dipakai harus diadakan tes labor (mix design) yang
dikeluarkan oleh instansi pemerintah atau badan yang mempunyai wewenang dan izin untuk
mengeluarkan hasil tes labor bahan
- Sebelum pelaksanaan pengecoran dibuat terlebih dahulu kubus beton untuk dilakukan
pengetesan labor, jika mutu beton diketahui memenuhi persyaratan yang diminta baru boleh
dilanjutkan pekerjaan pengecoran, jika belum di dapat mutu yang diinginkan
diambil/dilakukan lagi pengetesan kubus kedua.

9. Pengangkutan dan Pengecoran


a) Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara
pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor
b) Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihin waktu yang ditentukan,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan
Konsultan Pengawas
c) Kontraktor Pelaksana harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya
2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan
pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan
baja tulangan serta bukti bahwa kontraktor pelaksana akan dapat melaksanakan
pengecoran tanpa gangguan
d) Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan
Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu
e) Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan
dengan aat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas
dari sisa-sisa beton yang mengeras
f) Adukan tidak boleh dijatuhan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter. Bila
memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya
terbenam dan adukan yang baru dituang
g) Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “initial set”
atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena
getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton
h) Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai kerja setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah
penyerapan air semen oleh tanah / pasir secara langsung
i) Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjadi keras dan
tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen
(laitance) dan patikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup,
sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan
yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan
j) Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pegecoran
suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak
dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada
malam hari dengan ketentuan bahwa system penerangan sudah disiapkan dan
memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadinya hujan

10. Pemadatan Beton


a) Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna
pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton
yang padat tanpa perlu penggetaran secara berebihan
b) Pemadatan beton seluruhnya hars dilaksanakan “Mechanical Vibrator” dan
sioperasikan oleh orang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar
tidak mengakibatkan “over vibration” dan tidak diperkenankan melakuan penggetaran
dengan maksud untuk mengalirkan beton. Hasil beton harus merupakan massa yang
utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos
c) Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekuensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik
d) Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton tidak boleh melebihin12,5 cm
e) Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam aduka vertical, tetapi dalam keadaan
khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara
horizontal
f) Alat penggetar tidak boleh disentuhkan kepada tulangan-tulangan, terutama pada
tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak
minimal 5 cm dari bekisitng ) Setelah sekitar jarum tampak mengkilap, maka secara
perlahanlahan harus diarik, hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal)

11. Penyambungan Konstruksi


a) Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu konstruksi
secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak sambungan konstruksi (Construction
joints). Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Konsultan Pengawas dapat merubah
letak “construction joints” tersebut
b) Permukaan “Construction joints” harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas
seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat
c) “Construction joints” harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin
dihindarkan adanya “Construction joints” tegak, kalaupun diperlukan harus dimintakan
persetujuan dari Konsultan Pengawas
d) Bila “Construction joints” tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian
rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit
e) Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan
“grout” segera sebelum beton dituang
f) Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus dimuka titik tumpuan
(kolom) yang sudah di cord an maksimal 0,15 bentang balok
g) Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive
“Bonding Agent” (lem beton) yang disetujui Konsultan Pengawas

12. Penyelesaian Beton


a) Semua permukaan, pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian yang
membekas. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus bernetuk penuh dan tajam
b) Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang dan tidak memenuhi persyaratan haru
segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan
beton yang sesuai baik kekutan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila
diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau
gurinda
c) Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan
pada permukaan lantai tidak boleh melampui 1 cm dalam jarak 10 m. tidak dibenarkan
untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap
kelebihan air

13. Perawatan dan Perlindungan beton


a) Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Setelah pengecoran dan penyelesaian permukaan beton yang
tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi
secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari
b) Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan beton
belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1) dan tidak
boleh tertindih barang atau teriak langsung pada permukaan beton
c) Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama
masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya
celah-celah pada sambungan
d) Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak tersebut diatas, harus dirawat
dengan jalan membasahi atau menutupi dengan membrane yang basah
PENUTP

1). Meskipun dalam Spesifikasi dan Syarat – Syarat Teknis ini pada uraian pekerjaan dan uraian
bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan tidak
disebutkan dalam penjelasan pekerjaan pemborongan ini, perkataan tersebut di atas tetap
dianggap ada dan dimuat dalam Spesifikasi dan Syarat – syarat ini.

2). Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari Pekerjaan Pembangunan Turab Gedung
Kuliah B Kampus III Sungai Bangek ini, tetapi tidak diuraikan atau Dimuat dalam Rencana
Teknis Pekerjaan ini, tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh Penyedia Jasa, harus dianggap
seakan-akan pekerjaan itu diuraikan dan dimuat dalam Spesifikasi Teknis ini, untuk menuju ke
penyerahan yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan Direksi.

Padang, Juli 2018


Pejabat Pembuat Komitmen

TTD

Drs. Mardius, M, MM
NIP. 19690215 199303 1 001

Anda mungkin juga menyukai