Anda di halaman 1dari 53

SPESIFIKASI TEKNIS

PEMBUATAN DED DAN RAB LANJUTAN PEMBANGUNAN


PUSAT INFORMASI / TIC DAN PERLENGKAPANNYA
DI CAROCOK ANAU - KECAMATAN KOTO XI TARUSAN

DIVISI I
PEKERJAAN PERSIAPAN

PASAL 1
PERSIAPAN PERMUKAAN LAHAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


1.1 Penggalian/ cut dan pengurugan tapak, termasuk mendatangkan tanah dari luar site atau membuang tanah
keluar site.
1.2 Pembuatan saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar areal pekerjaan selalu dalam keadaan kering.
1.3 Pengadaan air untuk keperluan pekerja dan pekerjaan, kualitas air harus baik dan memenuhi persyaratan
kerekatan. Pengadaan listrik kerja dan pembuatan tempat pembuangan air kotor sementara.
2.0. STANDAR/RUJUKAN
2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.3 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.
3.0. PROSEDUR UMUM.
3.1. Umum.
3.1.1. Contoh bahan untuk seluruh pekerjaan ini harus diserahkan terlebih dahulu kepada Manajer Proyek,
untuk diuji dan disetujui. Kontraktor juga harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan jika diminta
oleh Manajer Proyek.
3.1.2. Kontraktor harus mempelajari dengan seksama dan mengikuti semua detail/potongan, elevasi, bentuk,
dimensi dan kerataan yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Bila dimensi dalam Gambar Kerja
meragukan, Kontraktor harus menyampaikannya kepada Manajer Proyek sebelum memulai pekerjaan.
Kesalahan atau kelalaian yang dilakukan Kontraktor akan menjadi tanggung-jawabnya dan biaya
perbaikan yang diakibatkan karena hal tersebut menjadi tanggung-jawab Kontraktor dan tidak dapat
ditagihkan kepada Pemilik Proyek.
3.1.3. Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada Manajer Proyek yang ditanda-tangani oleh
wakil yang ditunjuk, dimana dan kapan memulai suatu bagian pekerjaan dan harus disetujui Manajer
Proyek.
3.1.4. Kontraktor harus menyerahkan kepada Manajer Proyek jadwal pekerjaan setiap 2 (dua) minggu dan
akan meliputi hal-hal berikut:
- Daftar peralatan,
- Daftar tenaga kerja,
- Volume yang harus diselesaikan.
Jadwal tersebut di atas harus disetujui Manajer Proyek, sebelum memulai setiap pekerjaan.

Spesifikasi Teknis Page 1


3.1.5. Kontraktor tidak diijinkan mengganti setiap peralatan atau tenaga kerja yang sudah dialokasikan untuk
pekerjaan dalam daftar yang telah disetujui, kecuali bila telah dilakukan pertimbangan sebelum
melakukan pergantian dan dengan persetujuan Manajer Proyek.
3.1.6. Kontraktor harus mendapatkan semua ijin dari yang berwenang dan persyaratan lain yang dibutuhkan
untuk pekerjaan ini. Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan karena penyelesaian surat ijin tidak
dapat dijadikan alasan untuk memperpanjang waktu pelaksanaan pekerjaan.
3.1.7. Kontraktor tidak diijinkan bekerja dalam cuaca buruk dan/atau hujan atau bila tanah yang akan
dikerjakan dalam keadaan basah, kecuali bila ditentukan lain oleh Manajer Proyek.
3.1.8. Tidak diijinkan bekerja pada malam hari, kecuali bila disetujui Manajer Proyek.
3.2. Pemeriksaan dan Pengujian.
3.2.1. Tim pengukuran harus berada di lokasi selama berlangsungnya pekerjaan.
3.2.2. Pemeriksaan harus dilakukan pada tahapan berikut:
- Sebelum memulai pekerjaan.
- Sebelum menghentikan pekerjaan sehari-hari.
3.2.3. Semua peralatan dan alat pengukuran yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus diperiksa dan
diuji sebelum pekerjaan dimulai.
3.3. Pembersihan dan Pembongkaran.
Lahan di atas tanah asli harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan seperti pohon, kecuali pohon-pohon
tertentu yang harus tetap dibiarkan tumbuh pada
tempatnya, batang pohon, bonggol, akar-akar pohon yang tertimbun, semak, umput, rerumputan dan bahan
lain yang mengganggu, dalam batas sesuai ketentuan Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer Proyek.
Lahan di bawah permukaan tanah asli dalam batas yang ditentukan, harus dibongkar sampai kedalaman
secukupnya untuk membuang semua bonggol, akar-akar besar, batang yang tertimbun dan bahan lain yang
mengganggu.
3.4. Pengupasan dan Penumpukan Tanah Lapisan Atas.
Tanah lapisan atas harus terdiri dari tanah yang bebas dari campuran tanah lapisan bawah, sampah, bonggol,
akar-akar, batuan, belukar, rerumputan atau pertumbuhan tanaman.
Pengupasan tanah lapisan atas harus meliputi penggalian bahan yang sesuai yang
berasal dari lapisan penutup tanah asli pada daerah yang ditentukan atau sesuai
petunjuk Manajer Proyek.
Tanah lapisan atas harus dipisahkan dan ditumpuk di lokasi yang ditentukan untuk digunakan dalam pekerjaan
lansekap dan/atau reklamasi.
4.0. BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Umum.
5.1.1. Elevasi akhir penimbunan yang merupakan elevasi akhir lapisan pendukung, harus tidak lebih tinggi dan
tidak lebih rendah dari 100mm terhadap ketinggian yang ditentukan dan harus dapat mengalirkan air
permukaan.
Kemiringan sisi harus diselesaikan dengan baik sesuai petunjuk Gambar Kerja.

Spesifikasi Teknis Page 2


5.1.2. Kontraktor bertanggung-jawab menjaga keseimbangan semua timbunan dan mengganti bagian yang
rusak atau yang salah penempatannya karena kelalaian Kontraktor atau karena keadaan cuaca
seperti badai.
5.1.3. Semua susunan yang tidak diperlukan seperti pohon, parit, saluran dan struktur sementara yang
tidak boleh berada di tempat harus dibongkar dan dibuang pada kedalaman 900mm di bawah elevasi
permukaan akhir dan lubang tersebut harus segera ditimbun dan dipadatkan.
5.1.4. Semua bahan konstruksi tidak diijinkan disimpan di lokasi yang disediakan sampai pekerjaan
persiapan dan perataan diserah-terimakan seluruhnya dan disetujui Manajer Proyek.
5.1.5. Sebelum memulai pekerjaan persiapan lahan dan perataan, semua tanah lapisan atas, pembersihan
dan pembongkaran harus telah selesai dikerjakan dan disetujui Manajer Proyek.
5.1.6. Peralatan yang digunakan untuk persiapan lahan dan perataan harus dari jenis alat yang disetujui,
yang disesuaikan dengan kondisi tanah pada lokasi dimaksud.
5.1.7. Bagian pekerjaan yang telah selesai yang diketahui tidak stabil atau di bawah kelas yang ditentukan
dan tidak sesuai ketentuan, harus diperbaiki dan diratakan kembali oleh Kontraktor tanpa tambahan
biaya.
5.1.8. Semua patok pengukuran harus berada di tempatnya, tidak boleh dipindahkan dan tidak boleh
diganti.
5.1.9. Setelah semua pekerjaan selesai, semua tonggak atau tiang pengamat yang hancur atau rusak
harus diperbaiki sesuai petunjuk Manajer Proyek.
5.1.10. Semua perataan akhir harus dilakukan oleh operator yang ahli agar dicapai hasil yang sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Teknis ini, kecuali bagian-bagian yang harus dipadatkan dengan alat pemadat
tangan.
5.1.11. Pada setiap akhir pekerjaan, semua lubang harus ditutup atau ditimbun dan lahan yang terdiri dari
tanah lepas harus diratakan dan dipadatkan.
5.2. Pembersihan dan Pembongkaran.
Batas pembersihan dan pembongkaran harus sesuai petunjuk Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer
Proyek. Umumnya pembersihan dan pembongkaran berada pada lahan yang akan dibangun, lokasi
penyimpanan bahan, dan lahan lain seperti ditentukan dalam Gambar Kerja.
Pembersihan dan pembongkaran harus dilakukan sebelum pekerjaan perataan.
5.3. Pengupasan dan Penumpukan Tanah Lapisan Atas.
5.3.1. Kontraktor harus membuang tanah lapisan atas dan bahan permukaan yang tidak sesuai dari bagian
daerah pelaksanaan yang elevasi permukaannya akan diubah, minimal pada kedalaman 300mm
atau lebih, sesuai petunjuk Manajer Proyek.
5.3.2. Kontraktor harus menggali tanah lembek yang ditemukan selama pengupasan kecuali bila tanah lembek
ini berada pada lahan yang membutuhkan penggalian dalam untuk konstruksi.
5.3.3. Tanah lapisan atas harus dipisahkan dan ditumpuk untuk digunakan dalam pekerjaan lansekap
dan/atau reklamasi.
5.3.4. Pengupasan dibutuhkan pada lokasi rawa. Tanah harus dikupas sampai dasar tanah organik dan
akar sesuai petunjuk Manajer Proyek.

Spesifikasi Teknis Page 3


5.3.5. Tanah lapisan atas yang akan digunakan kembali harus diseleksi dan ditumpuk sesuai jenisnya
dengan kemiringan tidak lebih dari 3 : 1 pada lokasi yang ditentukan sedemikian rupa untuk
memudahkan pengukuran volume.

PASAL 2
PEMBERSIHAN LAHAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini meliputi semua pengupasan tanah lapisan atas dan penumpukan sesuai dengan lokasi, tinggi dan jarak
seperti ditentukan Manajer Proyek.
Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak dibatasi pada hal-hal berikut :
- Menyediakan peralatan yang dibutuhkan dan perlengkapannya.
- Menyediakan operator berpengalaman, tenaga kerja terlatih dan pekerja serta enjinir dengan latar belakang
pekerjaan tanah.
- Memuat, mengangkut dan membuang tumpukan tanah ke suatu tempat yang ditentukan Manajer Proyek.
2.0. STANDAR/RUJUKAN
Semua standar dan peraturan yang berlaku, yang terkuat yang berlaku.
3.0. PROSEDUR UMUM
3.1. Tanah lapisan atas harus terdiri dari tanah organik yang bebas dari campuran tanah bawah, sampah, bonggol,
akar-akar, batu-batuan, kayu, alang-alang atau tumbuh-tumbuhan.
Pengupasan tanah lapisan atas meliputi penggalian bahan yang sesuai dari permukaan tanah asli pada bagian
dari lokasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer Proyek.
Tanah lapisan atas harus dipisah dan ditumpuk di lokasi tertentu untuk digunakan dalam pekerjaan lansekap
dan/atau reklamasi.
3.2. Manajer Proyek akan menentukan titik-titik lokasi yang akan dikerjakan, dan Kontraktor harus memasang
tonggak-tonggak acuan dari titik-titik ini.
3.3. Setelah pemasangan tonggak, daerah sesungguhnya harus diukur bersama Manajer Proyek dan Kontraktor
dan akan diterbitkan oleh Manajer Proyek untuk pelaksanaan.
Hasil pengukuran tersebut tidak berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung-jawab atas kesalahan dan
kelalaian yang dibuatnya.
3.4. Kontraktor harus merencanakan dan menempatkan penumpukan pada setiap jarak 50 meter dan ditempatkan
pada sisi jalan untuk memudahkan pengangkutan.
3.5. Semua bahan galian yang harus dibuang harus diangkut ke daerah yang ditentukan Manajer Proyek.
3.6. Kontraktor harus membiarkan tanah tidak dikupas sedalam 50 sampai 70mm sesuai petunjuk Manajer Proyek
untuk keperluan pemadatan dan keseimbangan harus seluruhnya atau sebagian dipotong seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
Kelebihan pemotongan harus diperbaiki.
3.7. Pada lokasi-lokasi khusus terjadinya tekanan rendah menurut anggapan Manajer Proyek, harus diisi dengan
tanah galian dan dipadatkan sampai kepadatan tanah maksimal yang disyaratkan.
4.0. BAHAN-BAHAN.
Tidak ada.

Spesifikasi Teknis Page 4


5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Kedalaman pengupasan tanah lapisan atas 200mm, kecuali bila ditentukan lain oleh Manajer Proyek.
Jarak/radius pengupasan minimal 50meter atau sesuai petunjuk Manajer Proyek.
5.2. Bahan-bahan yang mengganggu seperti ranting, akar dan batuan besar tidak boleh tercampur pada tempat
penumpukan. Bahan-bahan yang tidak sesuai harus dipisahkan dan dibuang ke tempat yang ditentukan
Manajer Proyek.
5.3. Sistem drainase sementara yang berfungsi dengan baik harus disediakan di sekeliling lokasi penumpukan.
5.4. Untuk pekerjaan pengupasan hanya dozer ringan atau motor scraper yang boleh digunakan. Penggantian
peralatan harus digunakan dengan persetujuan Manajer Proyek.
5.5. Sebelum menghentikan pekerjaan, semua lubang dan tanah lepas harus diisi atau ditutup, digilas dan
diratakan dengan elevasi permukaan. Perataan sementara dan drainase yang diperlukan harus dibuat dan
dirawat oleh Kontraktor untuk menjaga lokasi pekerjaan dari genangan air.
5.6. Tempat penumpukan tanah lapisan atas harus dilengkapi dengan pencegahan erosi dan harus dibuat sesuai
petunjuk Manajer Proyek.

Spesifikasi Teknis Page 5


DIVISI II
PEKERJAAN TANAH

PASAL 1
PEKERJAAN GALIAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
- Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja yang cukup untuk
menyelesaikan semua pekerjaan termasuk pelat turap sementara dan bendungan sementara jika
diperlukan.
- Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan semua pekerjaan yang membutuhkan galian dan/atau
urugan kembali seperti jalan, saluran terbuka, gorong-gorong, jalur utilitas, pondasi dan lainnya seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
- Membuang semua bahan-bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan ke suatu tempat pembuangan yang
telah ditentukan.
- Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat galian.
- Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini.
2.0. STANDAR/RUJUKAN.
2.1. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.3. Semua peraturan dan standar lokal yang berlaku.
3.0. PROSEDUR UMUM.
3.1. Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
sesuai petunjuk Manajer Proyek. Lebar galian harus dibuat cukup lebar untuk memberikan ruang gerak dalam
melaksanakan pekerjaan.
3. 2. Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan Manajer Proyek dapat
menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
3. 3. Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada Manajer Proyek untuk
diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
3. 4. Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan lepas, bersih dan
dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer Proyek sebelum
menempatkan bahan urugan.
3..5. Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana, Kontraktor harus melakukan
penggalian tambahan sesuai petunjuk Manajer Proyek, sampai kedalaman di mana daya dukung yang sesuai
tercapai.
3. 6. Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum pekerjaan berikutnya siap
dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan lainnya tidak merusak permukaan galian.
Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang dinding penahan tanah sementara untuk
mencegah longsornya tanah ke dalam lubang galian. Kontraktor harus melindungi galian dari genangan air
atau air hujan dengan menyediakan saluran pengeringan sementara atau pompa.
3. 7. Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Kontraktor harus diperbaiki sesuai
petunjuk Manajer Proyek tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

Spesifikasi Teknis Page 6


Diasumsikan bahwa penggalian pada lokasi kerja dapat dilakukan dengan peralatan standar seperti
power shovel, bulldozer, excavator ataupun dilakukan secara manual.
Bila ditemukan batu-batuan, Kontraktor harus memberitahukannya kepada Manajer Proyek yang akan
mengambil keputusan, sebelum penggalian dilanjutkan. Sesudah setiap pekerjaan penggalian selesai,
Kontraktor harus memberitahu Manajer Proyek, dan pekerjaan dapat dilanjutkan kembali setelah
Manajer Proyek menyetujui kedalaman penggalian dan sifat lapisan tanah pada dasar penggalian tersebut.
4.0. BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1 Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi yang ditentukan
dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Manajer Proyek.
5.2 Semua bahan galian harus dikumpulkan dan/atau ditumpuk pada tempat tertentu sesuai petunjuk
Manajer Proyek. Bila disetujui Manajer Proyek, bahan galian tersebut dapat digunakan untuk bahan urugan
atau dibuang dari lokasi proyek.
5.3 Bila terjadi kelebihan penggalian di luar garis batas dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar
Kerja atau petunjuk Manajer Proyek, yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor, kelebihan penggalian
tersebut tidak dapat dibayar dan Kontraktor harus memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas
biaya Kontraktor.
5.4 Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak patok-patok pengukuran atau
pekerjaan lain yang telah selesai. Semua kerusakan yang disebabkan karena pekerjaan penggalian menjadi
tanggung- jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan atau waktu.
5.5 Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan pada daerah elevasi akhir pada kedalaman
minimal 150 mm di bawah elevasi akhir rencana. Batuan dapat berupa batu atau serpihan keras dalam
batuan dasar asli, dan batu besar dengan volume lebih dari 0,5 cm3 atau berukuran lebih besar dari 100 cm,
yang harus disingkirkan dengan alat khusus dan/atau diledakkan.

PASAL 2
PEKERJAAN URUGAN KEMBALI

1.0. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
- Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja yang cukup untuk
menyelesaikan semua pekerjaan.
- Pengurugan kembali semua pekerjaan yang membutuhkan urugan kembali seperti jalan, saluran terbuka,
gorong-gorong, jalur utilitas, pondasi dan lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
- Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini.
2.0. STANDAR/RUJUKAN.
2.1. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.3. Semua peraturan dan standar lokal yang berlaku.
3.0. PROSEDUR UMUM.

Spesifikasi Teknis Page 7


3.1. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan lokasi pengerjaan
urugan/timbunan telah disetujui Manajer Proyek.
3. 2. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum pekerjaan terdahulu disetujui
Manajer Proyek.
3. 3. Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat disimpan oleh Kontraktor di tempat
penumpukan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan selama pekerjaan pengurugan dan
penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan harus disetujui Manajer Proyek.
3. 4. Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton minimal 14 hari, dan ketika
pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah mendapat persetujuan dari Manajer Proyek.
4.0. BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5. 1. Bahan Urugan.
- Bahan urugan harus bebas dari bahan organik, gumpalan besar, kayu, bahan-bahan lain yang
mengganggu dan butiran batu lebih besar dari 100 mm dan memiliki gradasi sedemikian rupa
agar pemadatan berjalan lancar.
- Semua bahan galian kecuali tanah tidak dijinkan digunakan sebagai bahan urugan kecuali
disetujui oleh Manajer Proyek seperti disebutkan dalam butir 5.1.2 dari Spesifikasi Teknis ini.
- Bahan urugan yang disimpan di dekat tempat kerja untuk waktu lebih dari 12 jam harus dilindungi
dengan lembaran plastik agar tidak terjadi penyimpangan pada bahan urugan yang telah disetujui
tersebut.
- Setiap lapisan bahan urugan, bila kering, harus dibasahi merata sampai tercapai kadar air
tertentu untuk mendapatkan kepadatan yang disyaratkan.
5..2. Persiapan.
- Sebelum penempatan bahan urugan, pekerjaan-pekerjaan berikut harus sudah dikerjakan sebelumnya :
- Kontraktor harus memberitahu Manajer Proyek sebelum memulai penempatan bahan urugan
dan Manajer Proyek akan memeriksa kondisi lokasi yang telah disiapkan untuk maksud tersebut.
- Lokasi yang akan diberi bahan urugan/timbunan harus dikeringkan dahulu dari genangan air
menggunakan pompa atau alat lain yang disetujui Manajer Proyek.
5. 3. Penempatan Bahan Urugan.
- Bahan urugan tidak boleh dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan.
- Bahan urugan di dalam atau di luar lokasi timbunan harus ditempatkan lapis demi lapis dengan
ketebalan maksimal 200 mm (keadaan lepas) dan harus dipadatkan dengan baik.
- Untuk timbunan di luar lokasi timbunan, urugan harus dipadatkan sampai kepadatan yang sebanding
dengan daerah sekitarnya atau sesuai ketentuan dalam butir 5.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
- Untuk timbunan di dalam lokasi timbunan, urugan harus dipadatkan sesuai nilai kepadatan yang
ditentukan dalam butir 5.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
- Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau syarat khusus, alat pemadat tangan tidak
diijinkan sebagai pengganti alat pemadat mekanis.
- Kontraktor tidak boleh menempatkan lapisan baru bahan urugan sebelum pemadatan lapisan
terdahulu disetujui Manajer Proyek.

Spesifikasi Teknis Page 8


- Pengurugan tidak boleh dikerjakan tanpa persetujuan dari Manajer Proyek.

PASAL 3
PEKERJAAN PEMADATAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
- Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja yang cukup untuk
menyelesaikan semua yang diperlukan.
- Semua pekerjaan yang membutuhkan pemadatan seperti jalan, Tapak Bangunan, pondasi dan lainnya seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
- Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini.
2.0. STANDAR/RUJUKAN.
2.1. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.3. Semua peraturan dan standar lokal yang berlaku.
3.0. PROSEDUR UMUM.
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk memadatkan urugan maupun
daerah galian. Untuk pemadatan tanah kohesif digunakan self propelled tamping rollers atau towed sheep
roller. Pemadatan dengan menyiram dan menyemprot tidak diijinkan.
Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai tercapai nilai pemadatan yang
disyaratkan. Bahan yang ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus disingkirkan dan
harus dipadatkan kembali sesuai petunjuk Manajer Proyek.
4.0. BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Umum.
- Jika diperlukan, setiap lapisan sebelum dipadatkan harus memiliki kadar air yang sesuai dengan
ketentuan agar dihasilkan pemadatan dengan nilai kepadatan yang sesuai. Bahan harus memiliki
kadar air yang seragam pada seluruh lapisan bahan yang akan dipadatkan.
5. 2. Pengawasan Kelembaban.
- Pada saat pemadatan yang membutuhkan nilai kepadatan tinggi, bahan urugan dan permukaan
yang akan menerima bahan urugan harus memiliki kadar air yang disyaratkan. Kontraktor tidak diijinkan
melakukan pemadatan sampai dicapai kadar air sesuai dengan yang disyaratkan

Spesifikasi Teknis Page 9


DIVISI III
PEKERJAAN PONDASI

PASAL 1
PASANGAN BATU KALI

1.0. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini meliputi konstruksi yang dibuat dari pasangan batu kali seperti pasangan pondasi dan lainnya
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer Proyek,
Pekerjaan ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada pengadaan bahan, tenaga kerja dan semua pekerjaan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan batu kali, sesuai batas, tingkat, bagian dan dimensi seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
2.0. STANDAR/RUJUKAN.
2.1 Batu kali
Batu kali harus memiliki sisi terpanjang maksimal 150mm, dan memiliki minimal 3 bidang kontak.
Batu kali harus keras, bersifat kekal dan tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak.
2.2 Adukan
Adukan dan pelesteran harus memenuhi ketentuan Divisi 4 Pekerjaan Pelesteran.
3.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1 Umum.
Semua peralatan seperti alat pencampur beton harus disetujui Manajer Proyek sebelum pelaksanaan
pekerjaan. Alat harus dalam keadaan baru, dengan mesin
cadangan atau suku cadang yang mudah diperoleh.
Semua peralatan pengoperasian, alat-alat dan lainnya, harus dalam keadaan baru dan berkualitas baik.
Semuanya harus disetujui Manajer Proyek.
5.2 Pemilihan dan Penempatan Bahan.
- Bila pasangan batu kali akan ditempatkan di atas pondasi yang telah disediakan, pondasi tersebut harus
kokoh dan padat, normal terhadap dinding dan harus disetujui Manajer Proyek. Perhatian khusus harus
diberikan untukmencegah rangkaian yang terdiri dari batu-batu kecil atau batu-batu berukuran sama.
Batu-batu besar digunakan untuk pasangan pada bagian daar dan batubatu besar yang terpilih
digunakan pada bagian sudut.
- Semua batu harus dibersihkan secara menyeluruh dan dibasahi sebelum dipasang dan bagian yang
akan menerima batu-batu tersebut harus dibersihkan, bebas dari bahan-bahan anorganik, dan harus
dilembabkan terlebih dahulu sebelum diberi adukan. Batu-batu harus diletakkan dengan bagian
terpanjang menghadap arah horisontal dengan adukan penuh, dan sambungan-sambungan harus
ditutup dengan adukan.
- Permukaan ekspos batu-batu individual harus dipasang paralel dengan permukaan dinding di mana batu
tersebut dipasang.
- Selama konstruksi, batu-batu harus diperlakukan sedemikian rupa agar tidak mengganggu atau merusak
batu-batu yang telah terpasang. Peralatan yang sesuai harus disediakan untuk memasang batu-batu
berukuran lebih besar dari 2 pasangan. Tidak diijinkan menggulingkan atau memutar batu-batu yang
telah terpasang. Bila sebuah batu terlepas setelah adukan mengeras, maka harus segera disingkirkan,
adukannya dibersihkan dan diganti dengan adukan baru.

Spesifikasi Teknis Page 10


- Toleransi elevasi akhir saluran harus bervariasi tidak lebih dari 10mm di atas atau di bawah elevasi
desain pada setiap titik.
5.3 Alas/Landasan dan Sambungan.
Tebal alas/landasan untuk permukaan batu harus bervariasi dari 20 mm sampai 50 mm dan tidak boleh lebih
dari lima batu pada garis lurus. Tebal sambungan dapat bervariasi dari 20 mm sampai 50mm dan tidak boleh
lebihdari 2 batu pada garis lurus.
Semua harus membentuk sudut dengan bidang vertikal dari 0o sampai 450.
Permukaan batu harus mengikat minimal 150mm pada arah longitudinal dan 50mm pada arah vertikal. Tidak
boleh terjadi sudut dari 4 buah batu saling bersebelahan satu sama lain.
Alas melintang untuk permukaan vertikal harus rata, dan untuk dinding miring, alas bisa bervariasi dari rata
sampai tegak lurus terhadap permukaan.
5.4 Headers.
Header atau saluran pembagi harus didistribusi secara seragam ke seluruh struktur dinding sehingga
membentuk 1/5 dari permukaan ekspos.
Saluran tersebut harus memiliki panjang sedemikian rupa dari permukaan dinding ke dalam minimal 300 mm.
Bila tebal dinding 45mm atau kurang, saluran pembagi harus memiliki panjang penuh dari permukaan muka ke
belakang.
5.5 Backing.
Backing atau penumpu harus dibuat dari batu-batu berukuran besar dan harus dipasang dengan cara yang
rapi. Batu-batu yang membentuk dinding penumpu arus terikat baik dengan batu-batu yang membentuk
permukaan dinding. Semua celah atau bukaan kecil harus diisi dengan adukan. Batu-batu berupa pecahan
kecil harus digabungkan dan dikelilingi dengan adukan, dipadatkan kedalam celah.
5.6 Batas.
Sambungan alas dan vertikal harus diisi dengan adukan dan penyelesaian harus rata dengan permukaan batu
ekspos.
5.7 Perlindungan terhadap Cuaca.
Semua pasangan batu harus dilindungi terhadap cuaca pada bagian atasnya dengan menambahkan lapisan
adukan setebal 20 mm sehingga diperoleh permukaan yang rata seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan
diselesaikan dengan tepi berbentuk miring.
5.8 Lubang Drainase.
Semua dinding penahan tanah harus dilengkapi dengan lubang drainase. Kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Kerja, lubang drainase harus dibuat dari pipa PVC dan ditempatkan pada titik terendah pada bagian
yang leluasa dan dipasang pada setiap jarak tidak lebih dari 200 cm dengan diameter maksimal 50 mm.
Batu pecah yang sesuai untuk penyaring harus ditempatkan di belakang setiap lubang drainase.
5.9 Pembersihan Permukaan.
Segera setelah adukan ditempatkan, semua permukaan pasangan batu kali yang terlihat harus dibersihkan
secara menyeluruh dari cipratan adukan dan harus dijaga sedemikian rupa sampai pekerjaan selesai.
5.10 Perawatan.
Pasangan batu kali harus dilindungi dari cahaya matahari dan secara terus-menerus harus dibasahi dengan
cara yang disetujui selama 3 (tiga) hari setelah pekerjaan selesai.

Spesifikasi Teknis Page 11


DIVISI IV
PEKERJAAN BETON

PASAL 1
BAJA TULANGAN

1.0 LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan penulangan beton yang sesuai Gambar Kerja. Pekerjaan ini termasuk
semua mesin, peralatan, tenaga kerja, dan pemasangan bahan penulangan beton.
Spesifikasi ini akan lebih kuat dari pada Gambar Kerja bila ada perbedaan detail yang mungkin terjadi.
2.0 STANDAR/RUJUKAN.
2.1. Standar Nasional IndonesiaSNI):
- SNI 07-2052-2002 - Baja Tulangan Beton.
- SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
2.2. American Concrete Institute (ACI):
- ACI 318 - Building Code Requirements for Reinforced Concrete.
2.3. American Welding Society (AWS):
- AWS D1.4 - Structural Welding Code - Reinforcing Steel.
2.4. Spesifikasi Teknis 03300 - Beton Cor di Tempat.
3.0 PROSEDUR UMUM.
3.1. Contoh Bahan dan Sertifikat Pabrik.
3.1.1. Kontraktor harus menyerahkan kepada Manajer Proyek, contoh bahan beserta sertifikat pabrik
bahan penulangan beton untuk disetujui.
3.1.2. Sebelum pengadaan bahan, semua daftar bahan dan daftar pemotongan harus disiapkan oleh
Kontraktor dan diserahkan kepada Manajer Proyek untuk disetujui.
Persetujuan yang diberikan tidak berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung-jawabnya untuk
memastikan kebenaran daftar pemesanan dan daftar pemotongan.
Setiap penyimpangan dari daftar bahan dan daftar penulangan yang telah disetujui menjadi
tanggung jawab Kontraktor untuk menggantinya atas biayanya.
3.2. Gambar Detail Pelaksanaan.
3.2.1. Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan oleh Kontraktor kepada Manajer Proyek
untuk disetujui :
- Daftar penulangan yang menunjukkan pembengkokan, ukuran kait, lewatan, sambungan
dan lainnya yang memenuhi ACI 315 dan/atau SNI 03-2847-2002.
- Gambar harus menunjukkan spasi tulangan, selimut dan jarak antara, pasak besi dan
penahan jarak/gelang-gelang.
3.2.2. Kontraktor diijinkan mengganti ukuran rencana penulangan beton yang ditunjukkan dalam
Gambar Kerja selama penggantian tersebut dianalisa dengan teliti dan Kontraktor telah
memeriksa bahwa kekuatan yang dinginkan tetap terpenuhi. Penggantian harus disetujui
Manajer Proyek sebelum pelaksanaan pekerjaan.
3.3. Pengiriman dan Penyimpanan.

Spesifikasi Teknis Page 12


Bahan-bahan untuk penulangan beton setiap waktu harus dilindungi dari kerusakan dan harus
ditempatkan di atas balok-balok untuk mencegah menempelnya lumpur atau benda asing lainnya
pada tulangan beton. Tempat penyimpanan harus dinaikkan agar aman dari air permukaan.
4.0 BAHAN - BAHAN.
4.1. Umum.
Semua bahan untuk penulangan beton harus dalam keadaan baru, tidak berkarat atau memiliki cacat
lainnya serta harus memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi Teknis ini.
4.2. Baja Tulangan Polos.
Kecuali ditentukan lain, baja tulangan polos harus dari baja mutu BjTP-24 dengan tegangan leleh minimal
2400 kg/cm² (fy 240 Mpa), dan memenuhi ketentuan SNI 07-2052-2002. Diameter yang digunakan harus
sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
4.3. Baja Tulangan Berulir.
Kecuali ditentukan lain, baja tulangan berulir harus dari mutu BjTS-40 dengan tegangan leleh minimal
4000kg/cm² (fy = 400 Mpa), dan memenuhi ketentuan SNI 07-2052-2002. Diameter yang digunakan harus
sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
4.4. Aksesori.
Penahan jarak, gelang-gelang dan lainnya harus memiliki ukuran dan bentuk yang memadai untuk
menumpu penulangan.
5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Kait dan Pembengkokkan.
Penulangan harus dilengkapi dengan kait/bengkokan minimal sesuai ketentuan SNI 03-2847-2002, atau
sesuai petunjuk Manajer Proyek dan/atau Gambar Kerja.
5.2. Pemotongan.
Panjang tulangan beton yang melebihi ketentuan Gambar Kerja (kecuali lewatan) harus dipotong
dengan alat pemotong besi atau alat pemotong yang disetujui Manajer Proyek.
Pada bagian yang membutuhkan bukaan untuk dudukan mesin, peralatan dan alat utilitas lainnya,
tulangan beton harus dipotong sesuai dengan besar atau ukuran bukaan.
5.3. Penempatan dan Pengencangan.
5.4.1. Sebelum pemasangan, tulangan beton harus bebas dari debu, karat, kerak lepas, oli, cat dan
bahan asing lainnya.
5.4.2. Semua tulangan beton harus dipasang dengan baik, sesuai dengan mutu, dimensi dan lokasi
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Penahan jarak dengan bentuk balok persegi atau
gelang-gelang harus dipasang pada setiap m² atau sesuai petunjuk Manajer Proyek. Batu bata
atau kayu tidak diijinkan digunakan sebagai penahan jarak atau sisipan.
Semua penahan jarak atau sisipan harus diikat dengan kawat no. AWG 16 (1,62 mm) atau
yang setara. Las titik dapat dilakukan pada baja lunak pada tempat-tempat yang disetujui
Manajer Proyek.
5.4. Pengecoran Beton.
Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis Pasal 2 BAB II.

Spesifikasi Teknis Page 13


PASAL 2
BETON BERTULANG

1.0 LINGKUP PEKERJAAN.


Lingkup pekerjaan ini meliputi struktur beton yang dilaksanakan sesuai dengan garis, mutu dan dimensi sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja. Semua pekerjaan, bahan dan unjuk kerja yang berkaitan dengan beton cor di
tempat harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis ini dan Spesifikasi Teknis dan standar terkait.
Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
- Seluruh pekerjaan beton struktural seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
- Beton tumbuk, lantai kerja dan beton ringan serta beton non-struktural lainnya seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
2.0 STANDAR/RUJUKAN.
2.1. Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 15-2049-2004 - Semen Portland, Mutu dan Cara Uji Semen.
- SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
2.2. American Concrete Institute (ACI) :
- ACI 318 - Building Code Requirements for Reinforced Concrete
- ACI 347 - Formwork for Concrete.
2.3. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) :
- AASHTO M6 - Standard Specification for Concrete Aggregates.
- AASHTO M213 - Performed Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural Construction.
- AASHTO T11 - Amount of Material Finer than 0.075mm (No. 200) Sieve in Aggregate.
- AASHTO T27 - Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregate.
- AASHTO T112 - Clay Lumps and Friable Particles in Aggregate.
- AASHTO T113 - Lightweight Pieces in Aggregate.
2.4. American Society for Testing and Materials (ASTM) :
- ASTM C33 - Specification for Concrete Aggregate.
- ASTM C 94 – Specification for Ready-Mixed Concrete.
- ASTM C150 - Specification for Portland Cement.
- ASTM C260 - Standard Specification for Air-Entraining Admixtures for Concrete.
- ASTM C494 - Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete.
- ASTM C685 - Specification for Concrete Made by Volumetric Batching and Continuous
Mixing.
2.5. Spesifikasi Teknis :
- Uji Beton.
- Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
- Baja Tulangan.
3.0 PROSEDUR UMUM.
3.1. Gambar Detail Pelaksanaan.
Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan Kontraktor kepada Manajer Proyek untuk
disetujui, dan harus meliputi:

Spesifikasi Teknis Page 14


- Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait, lewatan,
sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
- Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran, sambungan, sisipan dan pekerjaan
lainnya yang terkait.
- Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja, peralatan dan alat- alat kerja.
3.2. Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian.
3.2.1. Pemeriksaan Lapangan.
- Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian pendahuluan tersebut di bawah akan
dilakukan oleh Manajer Proyek dengan biaya Kontraktor. Pengujian tambahan harus
dilakukan bila diperlukan.
Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran percobaan dan estimasi yang
akan digunakan dalam pekerjaan ini.
- Kontraktor harus membantu Manajer Proyek dalam pelaksanaan pengambilan
contoh dan pengujian. Pengujian pendahuluan akan meliputi penentuan hal-hal berikut:
· Keawetan.
· Karakteristik batu pecah.
· Tipe dan kualitas semen.
· Pemilihan dan dosis bahan tambahan.
· Perbandingan kelas batu pecah dalam campuran.
· Kekuatan semen.
· Faktor air semen.
· Pengujian slump.
· Karakteristik berbagai campuran beton segar.
· Kuat tekan.
· Kerapatan air.
· Ketahanan terhadap cuaca.
· Ketahanan terhadap reaksi bahan kimia.
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai diperoleh campuran yang sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Teknis ini.
3.2.2. Pengambilan Contoh dan Pengujian.
Semua pengambilan contoh dan pengujian harus dilakukan oleh Kontraktor tanpa tambahan
biaya. Pekerjaan ini akan berlangsung terus selama pelaksanaan pekerjaan beton.
Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh Manajer Proyek, seperti tersebut
di bawah:
- Semen.
Semen harus memiliki sertifikat dari pabrik pembuat, yang menunjukkan berat per zak,
bahan alkali yang sesuai.
- Agregat.
Agregat harus sesuai dan diuji menurut standar ASTM C 33. Pengujian dimulai 30 hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan beton.
- Beton.

Spesifikasi Teknis Page 15


Minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai, Kontraktor harus membuat
percobaan campuran untuk pengujian, bahan-bahan yang akan digunakan, dan metode
yang akan digunakan untuk pekerjaan ini. Percobaan campuran harus sesuai ketentuan
dalam butir 3.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
- Bahan Tambahan.
Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai standar ASTM C 260 dan ASTM
C 494 minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai. Bahan tambahan tidak diijinkan
digunakan tanpa persetujuan Manajer Proyek.
3.3. Pengujian Campuran/Campuran Percobaan.
3.3.1. Kontraktor harus melakukan pengujian campuran beton, setiap tipe dan kuat tekan yang
diaplikasikan, sebelum pelaksanaan pengecoran beton.
3.3.2. Desain campuran harus mengindikasikan rasio air-semen, kadar air, kadar bahan
tambahan, kadar semen, kadar agregat, gradasi agregat, slump, kadar udara dan kuat tekan.
Untuk nilai slump minimal dan maksimal tertentu untuk setiap tipe dan kuat tekan beton berat
normal, harus dibuat 4 pengujian campuran, dengan menggunakan rasio air-semen yang
bervariasi.
3.3.3. Pengujian campuran dilakukan ketika contoh benda uji yang dirawat dan diuji dalam kondisi
lab, kuat tekannya akan melebihi kuat tekan yang diperlukan. Untuk setiap pengujian
campuran, buat 6 contoh benda uji untuk kuat tekan umur 7 hari dan 28 hari. Kuat tekan
umur 7 hari harus memiliki nilai minimal 65% dari kuat tekan umur 28 hari.
Pengujian beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
3.3.4. Laporan hasil pengujian harus diserahkan kepada Manajer Proyek untuk disetujui, dan
penempatan beton di lokasi tidak diijinkan tanpa hasil pengujian yang memuaskan.
4.0 BAHAN-BAHAN.
4.1. Beton.
4.1.1. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer Proyek, beton
dikelompokkan dalam kelas yang berbeda yang terdiri dari :
- Mutu beton K-250 Ready Mix,untuk Pelat Decker Trotoar, dimana ketentuannya harus
sesuai dengan ASTM C 94.
- Mutu beton K-175 untuk sloof, kolom praktis, balok praktis, dan beton pengisi.
- Mutu beton K-125 untuk lantai kerja.
4.1.3. Komposisi beton, baik berat atau volume, harus ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan
harus memenuhi kondisi berikut :
- Slump harus ditentukan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
- Campuran alternatif harus digunakan sebelum disetujui Manajer Proyek.
- Tanpa air yang berasal dari batu pecah.
4.2. Semen.
Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 atau ASTM C 150. Semen harus
berasal dari satu merek dagang, seperti Semen Padang, Indocement, Holcim, atau Gresik.
4.3. Air.

Spesifikasi Teknis Page 16


Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari unsur-unsur yang
merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan anorganik lainnya. Air dari kualitas yang dikenal dan
untuk konsumsi manusia tidak perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali
yang telah disebutkan di atas, harus diuji dan memenuhi ketentuan AASHTO T26 dan/atau disetujui
Manajer Proyek.
4.4. Agregat Halus.
4.4.1. Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus disetujui Manajer Proyek.
Agregat halus harus memenuhi ketentuan berikut :
METODA UJI
(%)
JENIS BAHAN BERAT
MAKSIMAL
(AASHTO)
Gumpalan tanah liat T 112 0.5
Batu bara dan bahan terbakar T 113 0.5
Bahan lolos saringan no. 200 T 11 3

4.4.2. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan anorganik, asam, alkali dan bahan lain
yang merusak.
Agregat halus harus merata digradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasi berikut :
% BERAT YANG LOLOS
SARINGAN
(AASHTO T 27)
3/8” 100
No. 4 (9.5 mm) 95 – 100
No. 16 (1.18 mm) 45 – 80
No. 50 (0.300 mm) 10 – 30
N0. 100 (0.150 mm) 2 - 10
4.5. Agregat Kasar.
4.5.1. Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran, batu pecah atau bahan lainnya
yang disetujui yang memiliki karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari bahan-
bahan yang tidak diinginkan.
Bahan-bahan lain yang merusak harus tidak lebih dari batas persentase yang ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis ini dan/atau disetujui Manajer Proyek.
4.5.2. Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM A 33:
4.5.3. Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan ukuran lain dengan
perbandingan berat atau volume untuk menghasilkan batuan yang memenuhi persyaratan
gradasi yang ditentukan.
4.6. Bahan Perawatan.
Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut:

DESKRIPSI METODE UJI

Tikar Katun untuk perawatan beton AASHTO M 73


Lembaran kain dari serat/ goni AASHTO M 182

Spesifikasi Teknis Page 17


Kertas kedap air untuk perawatan beton (ASTM 171) AASHTO M 139

Lapisan cairan untuk perawatan beton AASHTO M 148


Lembaran polyethylene putih untuk perawatan beton AASHTO M 171

Metoda lain untuk perawatan beton harus disetujui Manajer Proyek.


4.7. Bahan Tambahan.
4.7.1. Bahan tambahan untuk menahan gelembung udara untuk semua beton ekspos harus
memenuhi ketentuan ASTM C 260.
4.7.2. Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat pengerasan beton, bila dibutuhkan,
harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe B dan D.
4.7.3. Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton, bila diperlukan, harus memenuhi
ketentuan ASTM C 494 tipe C.
4.7.4. Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan air pada beton, jika dibutuhkan dan
diinstruksikan oleh Manajer Proyek, harus memenuhi BS 1881: Part 122 untuk
penyerapan air atau ASTM C 494 tipe A, seperti Everdure Caltite buatan Cementaid,
Plastocrete-N buatan Sika atau yang setara.
4.7.5. Superplasticiser harus dari tipe-tipe berikut :
- Tipe non-retarding harus sesuai ASTM C494 tipe F,
- Tipe slump-retaining harus sesuai ASTM C494 tipe G,
- Tipe retarding harus sesuai ASTM C494 tipe G, dari BASF, Cementaid, Fosroc atau Sika.
Tipe superplasticiser yang akan digunakan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat
bahan tambahan dan disetujui Manajer Proyek.
5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Perancah dan Acuan.
5.1.1. Perancah harus dibuat di atas pondasi dengan kekuatan yang memadai untuk menerima beban
tanpa penurunan.
5.1.2. Perancah yang berdiri di atas tanah lembek harus didukung dan diperkuat dengan perancah
tambahan yang sesuai. Sebelum menempatkan perancah, gambar rancangan
pemasangan/penempatan perancah harus diserahkan kepada Manajer Proyek untuk disetujui.
5.1.3. Acuan harus memenuhi ketentuan berikut :
- Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang pembersihan yang memadai untuk
pemeriksaan dan pembersihan setelah pemasangan baja tulangan.
- Bahan acuan harus dari papan kayu tebal minimal 20mm, kayu lapis tebal minimal 12mm,
baja pelat lembaran tebal minimal 0,6 mm, atau bahan lain yang disetujui.
Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus dan di-ekspos harus
menggunakan acuan kayu lapis.
- Desain dan konstruksi acuan, penopang dan penguat menjadi tanggung- jawab
Kontraktor.
- Acuan harus rapat dan kaku agar tidak terjadi distorsi yang diakibatkan oleh tekanan
alat penggetar dan beban beton atau lainnya.

Spesifikasi Teknis Page 18


- Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa kemampuan konstruksinya sebelum
pengecoran.
- Semua sudut sambungan/pertemuan harus kaku untuk mencegah terbukanya
acuan selama pekerjaan pengecoran berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab untuk
acuan dan penopangnya yang memadai.
- Ikatan metal, penunjang, baut dan batang harus disusun sedemikian rupa sehingga ketika
acuan dibuka, semua metal harus berada tidak kurang dari 50mm dari permukaan beton
ekspos.
- Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila diijinkan, harus disingkirkan
sampai kedalaman minimal 25 mm dari permukaan beton tanpa merusak.
- Kerucut yang sesuai harus disediakan. Cekungan-cekungan harus diisi dengan adukan
dan permukaan harus tetap halus, rata dan seragam dalam warna.
5.1.4. Bila dasar acuan sukar dicapai, dinding bagian bawah acuan harus dibiarkan terbuka, atau
perlengkapan lain harus disediakan sehingga bahan-bahan asing dapat disingkirkan dari acuan
dengan mudah sebelum penempatan beton.
5.2. Perlakuan Permukaan Acuan.
Semua dinding acuan harus diberi lapisan oli yang disetujui sebelum penempatan baja tulangan, dan
acuan dari kayu harus dibasahi dengan air sebelum penempatan beton. Bahan pelapis yang akan
menyebabkan perubahan warna asli beton tidak boleh digunakan.
5.3. Penempatan Pipa Drainase (Weep Hole), Konduit dan Talang Hujan.
5.3.1. Pipa-pipa drainase (weep hole), serta pipa drainase, harus dipasang sebelum pengecoran,
dengan tanpa mengurangi kekuatan beton. Pipa-pipa tersebut harus dilindungi sehingga
tidak akan terisi adukan beton sewaktu pengecoran.
5.3.2. Pipa-pipa drainase harus diadakan pada semua dinding beton penahan tanah atau sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja.
Kecuali dinyatakan lain, pipa-pipa drainase harus ditempatkan pada jarak merata, setiap
jarak 2000 mm.
5.3.3. Pipa drainase, harus dari bahan pipa PVC yang mempunyai tekanan kerja 8kg/cm²
yang memenuhi ketentuan SNI 06-0084-2002, seperti Wavinsafe buatan Wavin, Vinilon,
Pralon. Diameter pipa PVC harus sesuai ketentuan Gambar Kerja.
5.4. Papan Polystyrene dan Premolded Joint Filler.
Lembaran polystyrene mengembang dan premolded joint filler harus digunakan untuk membentuk celah
kosong antara bidang pengecoran.
5.5. Toleransi.
Kontraktor harus menjaga dan menyetel acuan untuk memastikan, setelah pembongkaran acuan dan
sebelum pekerjaan akhir, bahwa tidak ada bagian beton yang melebihi toleransi yang diijinkan dalam
Gambar Kerja. Variasi ketinggian lantai harus diukur sebelum pembongkaran pelindung dan penumpu.
Toleransi harus memenuhi ketentuan ACI 347 dan/atau disetujui Manajer Proyek.
5.6. Perbandingan dan Campuran Beton.
5.6.1. Perbandingan bahan ditentukan dengan penimbangan atau dengan metoda yang disetujui
Manajer Proyek.

Spesifikasi Teknis Page 19


Perbandingan volume tidak diijinkan tanpa persetujuan Manajer Proyek.
5.6.2. Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu pencampuran harus sesuai dengan
petunjuk kapasitas alat pencampur.
5.6.3. Slump yang diijinkan minimal 65 mm dan maksimal 75mm. Pencampuran beton tidak
boleh dimulai tanpa memastikan persediaan bahan yang memadai, dalam batas
yang aman, agar pengecoran beton dapat dilaksanakan.
5.6.4. Bila pengecoran tidak dapat dihentikan, Kontraktor harus menyediakan peralatan
tambahan yang memadai yang disetujui Manajer Proyek.
5.6.5. Beton ready-mixed harus dicampur dan didatangkan sesuai ketentuan ASTM C 685.
5.7. Penempatan Beton.
5.7.1. Beton tidak boleh ditempatkan sampai semua acuan, penulangan, sisipan, block out dan
lainnya telah disetujui Manajer Proyek. Acuan harus dibersihkan, bebas dari guncangan,
celah, mata kayu, kotoran dan bengkokan sebelum pengecoran.
5.7.2. Metoda dan urutan pengecoran harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis ini dan petunjuk
Gambar Kerja. Bagian yang dipersiapkan dan disetujui untuk dicor tidak boleh lebih luas dari
16,83 m² setiap bloknya.
Pada setiap pelaksanaan, pengecoran harus dilakukan blok demi blok.
5.7.3. Bagian luar permukaan beton harus dikerjakan dengan baik selama pengecoran.
Penggetaran terus-menerus pada jarak 380-500mm harus tetap terjaga untuk mencegah
kropos dan untuk mendapatkan permukaan yang halus. Selama penggetaran beton, tangkai
penggetar harus dipegang tegak lurus terhadap permukaan horisontal beton segar.
5.8. Corong dan Saluran.
5.8.1. Beton harus ditempatkan sedemikian rupa untuk mencegah terpisahnya bahan-bahan
dan bergesernya baja tulangan.
Bila dibutuhkan kemiringan yang tajam, corong harus dilengkapi dengan papan-papan
berukuran pendek yang mengubah arah gerakan. Semua corong, saluran dan pipa
harus dijaga agar bebas dari beton yang mengeras dengan cara menyiram air setiap kali
setelah penuangan. Siraman air harus jauh dari beton yang baru saja selesai ditempatkan.
5.8.2. Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1500 mm kecuali melalui corong
tertutup atau pipa. Setelah ikatan awal beton, acuan tidak boleh digetarkan dan tekanan
tidak boleh dilakukan pada ujung pelindung tulangan. Beton harus diangkat dari mesin
pengaduk dan diangkut dalam waktu 1 jam ke lokasi akhir yang disetujui Manajer Proyek.
Hal ini untuk memastikan bahwa beton sesuai dengan mutu yang disyaratkan pada waktu
penempatan dan Kontraktor harus menjaga pengangkutan beton yang menerus/tidak terputus-
putus.
5.8.3. Semua peralatan, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan ini harus bersih,
dan bekerja dengan baik. Bila memungkinkan, sebuah unit pengganti atau suku cadang harus
disediakan di lokasi.
5.8.4. Bila digunakan, jalur pompa harus diletakkan sedemikian rupa sehingga aliran beton tidak
terganggu. Benda-benda tajam harus disingkirkan.

Spesifikasi Teknis Page 20


5.8.5. Kadar air dan ukuran partikel batuan harus diawasi dengan teliti ketika beton dipompa untuk
mencegah pemampatan.
Kemiringan saluran untuk mengalirkan beton segar harus dipilih dengan tepat sehingga beton
dengan kadar air rendah dapat mengalir dalam aliran seragam tanpa pemisahan semen dan
batuan.
5.8.6. Bila beton ditempatkan langsung di atas tanah, alas atau dasar harus bersih dan padat, dan
bebas dari air atau aliran air.
Permukaan lantai kerja yang akan diberi beton harus benar-benar bersih dari lumpur, batu
lepas, kotoran dan bahan lapisan lain yang mengganggu. Untuk mencegah perembesan air
ke beton, tempatkan lapisan kedap air berupa bahan lembaran plastik polyethylene
warna hitam tebal minimal 0,5 mm pada permukaan lantai kerja, kecuali bila ditentukan
dalam Gambar Kerja harus menggunakan lapisan kedap air yang harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis.
Prosedur ini harus diketahui dan disetujui Manajer Proyek.
5.9. Sambungan Konstruksi.
Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat-tempat sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Manajer Proyek. Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tekanan dan
umumnya ditempatkan pada titik-titik minimal gaya geser pada sambungan konstruksi horisontal. Batang
pasak, alat penyalur beban dan alat pengikat yang diperlukan harus ditempatkan pada tempat-
tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
5.10. Sambungan Terbuka.
Sambungan terbuka harus dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dengan menyisipkan dan
kemudian mencabut kepingan kayu, pelat metal atau bahan lain yang disetujui. Penyisipan dan
pencabutan cetakan harus dilakukan tanpa merusak pinggiran atau sudut beton. Penulangan tidak boleh
melewati sambungan terbuka kecuali bila ditentukan lain.
5.11. Pengisi Sambungan.
5.11.1. Sambungan muai yang diisi harus dibuat serupa dengan sambungan terbuka. Bila
ditentukan pembentukan ulang sambungan muai, ketebalan pengisi yang dipasang sesuai
dengan ketentuan Gambar Kerja. Pengisi sambungan harus dipotong dengan bentuk dan
ukuran yang sama dengan permukaan yang akan disambung.
5.11.2. Pengisi harus dipasang dengan kuat terhadap permukaan beton yang telah ditempatkan
dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak bergeser bila disampingnya ditempatkan beton.
5.11.3. Bila diperlukan penggunaan lebih dari 1 lembar pengisi untuk mengisi sambungan,
lembaran harus ditempatkan secara rapat dan celah di antaranya diisi dengan aspal kelas
18kg, dan salah satu sisinya harus ditutup dengan aspal panas agar tersimpan dengan
baik.
5.11.4. Segera setelah pembongkaran acuan, sambungan muai harus diperiksa dengan teliti.
5.11.5. Beton atau adukan yang menutup sambungan harus dipotong dengan rapih dan dibuang.
Bila, selama pelaksanaan, bukaan sebesar 3 mm atau lebih muncul pada sambungan
yang akan dilalui lalu lintas, bukaan tersebut harus ditutup dengan ter panas atau aspal
sesuai petunjuk Manajer Proyek.

Spesifikasi Teknis Page 21


5.12. Sambungan Besi dan Waterstop.
Sambungan besi dan waterstop harus ditempatkan pada semua sambungan konstruksi yang
berhubungan langsung dengan tanah atau air bawah tanah dan tempat-tempat lain sesuai Gambar
Kerja dan/atau sesuai petunjuk Manajer Proyek. Waterstop harus ditempatkan secara menerus dan teliti,
dan harus ditumpu dengan aman untuk mencegah perubahan posisi. Sambungan harus dilakukan sesuai
rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
5.13. Pembongkaran Acuan.
Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Manajer Proyek. Persetujuan Manajer
Proyek tidak membebaskan Kontraktor dari keamanan pekerjaan tersebut. Jadwal pembongkaran harus
ditentukan oleh Manajer Proyek.
5.14. Perbaikan Beton.
5.14.1. Kontraktor harus meminta Manajer Proyek untuk memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan, garis, detail atau elevasi yang telah ditentukan atau yang rusaknya
berlebihan. (Jangan menambal, mengisi, memulas, memperbaiki atau mengganti beton
ekspos kecuali atas petunjuk Manajer Proyek).
5.14.3. Semua beton yang membentuk permukaan harus memiliki penyelesaian cor di tempat
menggunakan acuan khusus.
Lubang pengikat harus ditutup. Permukaan ekspos dan permukaan yang akan dicat harus
bersih dari tambalan, memiliki sirip-sirip dan tetesan adukan yang tersikat halus, dan
memiliki permukaan yang bebas dari lapisan penutup dan debu.
5.14.4. Keropos, lubang atau sambungan dingin harus diperbaiki segera setelah
pembongkaran acuan. Bahan tambalan harus kohesif, tidak berkerut dan melebihi kekuatan
beton.
5.14.5. Singkirkan cacat, karat, noda atau beton ekspos yang luntur warnanya atau beton yang
akan dicat dengan :
- Semprotan pasir ringan.
- Pembersihan dengan larutan lembut sabun deterjen dan air yang
diaplikasikan dengan menggosok secara keras dengan sikat lembut, kemudian disiram
dengan air.
Hilangkan noda karat dengan mengaplikasikan pasta asam oksalid, biarkan
sejenak, dan sikat dengan kikir yang disetujui.
- Pembersihan dengan larutan asam muriatik yang mengandung tidak kurang dari
2 % dan tidak lebih dari 5 % asam dalam volume, yang diaplikasikan pada
permukaan yang sebelumnya telah dilembabkan dengan air bersih.
- Hilangkan asam. Lindungi bahan metal atau lainnya yang dapat rusak karena
asam.
- Tambalan kapur.
- Mengikir dan menggerinda.
5.15. Penyelesaian Beton.
Kecuali ditentukan lain, permukaan beton harus segera diselesaikan setelah pembongkaran dan harus
diselesaikan sesuai tingkat dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Spesifikasi Teknis Page 22


5.16. Pengurukan.
Bahan urukan ditempatkan lapis demi lapis setebal maksimal 20 cm dan dipadatkan secara menerus
segera setelah uji beton menunjukkan kekuatan 28 hari. Semua bahan urukan harus disetujui
Manajer Proyek sebelum memulai pekerjaan pengurukan, seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis
ini.
5.17. Perawatan dan Perlindungan.
Ketentuan-ketentuan berikut harus diperhatikan untuk melindungi beton segar yang baru dicor
terhadap matahari, angin dan hujan sampai beton mengeras dengan baik, dan untuk mencegah
pengeringan yang terlalu cepat:
- Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab sampai saat pembongkaran.
selama 14 hari selelah pengecoran.
Perhalian khusus harus diberikan pada permukaan lanlai alap yang akan dilulup dengan karung
lembab alau dilindungi lerhadap kekeringan dengan bahan lain yang sesuai. Tidak diijinkan
menyimpan bahan-bahan di alas belon alau melinlas di alas konslruksi, yang menurut
pendapat Manajer Proyek, belum cukup mengeras.

PASAL 3
UJI BETON

1.0 LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini mencakup prosedur yang harus dilakukan guna pengambilan contoh beton selama pelaksanaan
pekerjaan pengecoran beton. Pekerjaan ini mencakup penyedian peralatan seperti :
1.1. Alat-alat laboratorium dan peralatan yang dibutuhkan.
1.2. Perlengkapan penyimpanan.
1.3. Landasan pencampur dekat lokasi gudang.
1.4. Cetakan kedap air dengan alas, dengan dimensi Φ 150 mm x tinggi 300 mm untuk bentuk silinder dan
150 mm x 150 mm x 150 mm untuk bentuk kubus.
1.5. Batang besi untuk memadatkan contoh adukan beton dengan Φ 16 mm (5/8"), panjang 600 mm
1.6. Kerucut slump.
1.7. Sekop dan sendok tangan.
1.8. Kotak-kotak untuk pengangkutan silinder.
2.0 STANDAR/RUJUKAN.
2.1. Standar Nasional Indonesia (SNI):
- SNI 03-1972-2008 - Metode Pengujian Slump.
- SNI 03-1974-1990 - Metode pengujian kuat tekan beton
- SNI 03-2458-2008 - Tata cara pengambilan contoh uji beton segar.
- SNI 03-2492-2002 - Metode pengambilan dan pengujian beton inti
- SNI 03-2493-1991- Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium.
- SNI 03-3403-1994 - Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran
- SNI 03-4810-1998 - Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan.
2.2. American Society of Testing and Materials (ASTM):

Spesifikasi Teknis Page 23


- ASTM C31 - Test Method of Making and Curing Concrete Test Specimens in the Field.
- ASTM C39 - Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens.
- ASTM C42 - Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of
Concrete.
- ASTM C143 - Test Method for Slump of Hydraulic Cement Concrete.
- ASTM C172 - Practice of Sampling Freshly Mixed Concrete.
- ASTM C231 - Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure
Method.
2.3. American Concrete Institute (ACI):
- ACI 308 - Standard Practice for Curing Concrete.
2.4. Spesifikasi Teknis Pasal 2 BAB II - Beton Cor di Tempat.
3.0 PROSEDUR UMUM.
3.1. Contoh adukan beton harus diambil sesuai dengan prosedur ASTM C 172 dan/atau SNI 03-2458-1991
atau seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini.
3.2. Contoh adukan beton harus mewakili setiap kelompok pencampuran dan terdiri dari berbagai
perbandingan dari tempat yang berbeda dalam kelompok pencampuran. Komposisi contoh harus terdiri
tidak kurang dari 28,320 cm3 (1 cu.ft.).
3.3. Sebanyak minimal 3 (tiga) buah benda uji, atau 1 (satu) benda uji untuk setiap mutu beton untuk
setiap volume 5 m3 beton harus dibuat selama penggunaan setiap kelompok pencampuran kecuali
pada awal dan akhir pencampuran, dan menempatkannya pada sebuah tempat metal seperti kereta
dorong. Tingkat penggunaan kelompok pencampuran ditentukan oleh tingkat kecepatan alat pencampur
dan bukan oleh ukuran bukaan pintu. Pengambilan contoh dilakukan dengan menempatkan wadah atau
menuangkan campuran beton ke dalam kereta dorong. Harus diperhatikan agar aliran campuran beton
tidak menyebabkan terpisahnya bahan-bahan beton.
3.4. Contoh harus diaduk menyeluruh dengan sekop untuk memperoleh keseragaman. Uji slump contoh harus
dilakukan segera setelah pengambilan contoh.
4.0 BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Uji Slump.
Uji slump harus dilakukan setiap kali pembuatan contoh uji beton. Metode harus memenuhi standar SNI
03-1972-2008, ASTM C 143 atau dengan cara sebagai berikut:
- Kerucut slump harus dibersihkan dengan baik dan dibasahi.
- Isi kerucut dengan adukan beton dengan ketebalan setiap lapis 1/3 dari ketinggian kerucut.
- Sebelum ditambah dengan lapisan berikutnya, terlebih dahulu lapisan yang pertama
dipadatkan dengan cara menusuk-nusukan batang besi dengan hati-hati dan merata sebanyak 25 (dua
puluh lima) kali.
- Ratakan puncak kerucut dengan perlahan sehingga kerucut slump terisi penuh.
- Bersihkan adukan beton yang berserakan di sekitar alas kerucut.
- Angkat kerucut slump dari adukan beton dan biarkan selama 5 (lima) detik, dan kerucut harus
diangkat hanya ke arah vertikal.

Spesifikasi Teknis Page 24


- Pengukuran nilai slump harus dilakukan segera. Nilai slump adalah perbedaan antara
tinggi kerucut slump dengan tinggi contoh adukan beton.
Nilai slump harus sesuai dengan persyaratan yang tersebut dalam SNI 03-1972-2008 dan/atau ASTM
C143.
5.2. Pembuatan Benda Uji Beton
Benda uji beton dapat berupa silinder atau kubus sesuai ASTM C31 atau SNI 03-4810- 1998. Contoh
diusahakan tidak berubah pada saat pengangkutan. Bila bahan akan diangkut ke tempat yang jauh dari
tempat pengambilan contoh, beton harus diaduk dengan sekop sebelum dimasukkan ke dalam cetakan.
Caranya sebagai berikut :
- Letakkan cetakan di atas pelat dasar yang rata, bersih dan kuat, disarankan dibuat dari pelat besi.
- Isi cetakan dengan adukan beton sebanyak 3 (tiga) lapis.
- Tiap lapis adukan ini harus dipadatkan dengan menggunakan batang besi Φ 16 mm yang ditusuk-
tusukkan pada adukan tersebut dengan merata dan berhati-hati sebanyak 25 (dua puluh lima) kali.
- Ratakan permukaan dengan perlahan dan tutup dengan kaca atau pelat metal agar tidak terjadi
penguapan air. Jangan sekali-sekali menggunakan kayu.
5.3. Perawatan Benda Uji di Laboratorium
5.3.1. Benda uji berbentuk kubus harus dibuat, dirawat dan diuji sesuai ketentuan SNI 03-2493-
1991.
5.3.2. Benda uji berbentuk silinder harus dibuat, dirawat dan diuji sesuai ketentuan ASTM C31,
ASTM C39 dan SNI 03-2493-1991.
5.4. Penyimpanan dan Pengiriman Benda Uji Beton.
5.4.1. Perawatan benda uji harus memenuhi standar ASTM C 31.
5.4.2. 24 jam pertama setelah pembuatan silinder sangatlah penting. Benda uji hanya boleh
dipindahkan dari tempat pencetakkan ke gudang penyimpan, dan dijaga harus tetap dalam
posisi vertikal dan hindarkan dari getaran dan benturan. Benda uji boleh disimpan di tempat
yang tertutup rapat, kotak kayu yang kuat, atau bangunan sementara selama temperatur
di sekitarnya berkisar antara 15,6 0C - 26,7 0C dan penguapan dari contoh dapat dicegah.
5.4.3. Pada umur 1 (satu) hari setiap kelompok benda uji harus diperiksa untuk perawatan dan
pengujian. Tempatkan benda uji pada kotak yang kuat untuk pengiriman. Jarak antara
benda uji dan kotak harus diisi dengan pasir basah atau serbuk gergaji. Setiap kelompok
benda uji harus dilengkapi dengan catatan waktu/tanggal pembuatan benda uji.
5.4.4. Bila memungkinkan mengirim benda uji yang baru berumur 1 (satu) hari, benda uji harus
dilembabkan terus menerus dengan pasir basah sampai akhir periode 24 jam, dan harus tetap
lembab pada temperatur 21 0C - 24,50C sampai saat pengiriman. Benda uji harus dikirim
secepat mungkin dan paling lambat beberapa hari sebelum periode 7 (tujuh) hari tercapai,
karena laboratorium harus menerima benda uji-benda uji tersebut sehari atau lebih sebelum
pengujian 7 (tujuh) hari.
5.4.5. Kontraktor harus menyediakan tempat terlindung dan kotak berisolasi yang dapat dikunci
dalam ukuran yang memadai, untuk menyimpan peralatan dan merawat benda uji di lokasi
pekerjaan dan menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk mempersiapkan contoh benda
uji.

Spesifikasi Teknis Page 25


5.5. Pengujian Benda Uji.
5.5.1. Laboratorium penguji resmi harus diadakan oleh Kontraktor dan harus disetujui
Manajer Proyek. Pengujian semen dan batu pecah dapat dilakukan untuk
memastikan kesesuaiannya dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknis ini.
5.5.2. Pengujian kandungan udara dilakukan setiap kali penyiapan satu set benda uji untuk uji kuat
tekan. Pengujian harus sesuai ketentuan ASTM C231.
5.5.3. Kontraktor harus bekerjasama dengan laboratorium penguji untuk melaksanakan
pengujian. Kontraktor harus memberitahu laboratorium penguji dan Manajer Proyek
minimal 24 jam sebelum penempatan beton, untuk diperiksa dan pengujian beton di lokasi
pencampuran dan lokasi proyek, dan untuk pemeriksaan acuan dan penulangan. Kontraktor
harus menyediakan tempat terlindung dan kotak berisolasi yang dapat dikunci dalam ukuran
yang memadai untuk menyimpan peralatan dan contoh benda uji di lokasi proyek, dan segala
yang dibutuhkan tenaga kerja dalam menyiapkan contoh benda uji.
5.5.4. Pengambilan, pembuatan, pengiriman, penyimpanan, perawatan, pemeriksaan dan
pengujian benda uji harus dilakukan hanya oleh staf laboratorium penguji.
5.5.5. Pemeriksaan dan pengujian di tempat pembuatan campuran beton harus mencakup ketentuan
minimal berikut:
- Pengambilan contoh dan pengujian bahan-bahan campuran beton.
- Mempelajari dan memeriksa campuran desain usulan Kontraktor.
- Pemeriksaan instalasi dan peralatan untuk pengukuran, pencampuran dan pengiriman
beton.
- Pemeriksaan pengoperasian batching dan pencampuran.
- Pemeriksaan campuran beton
5.5.6. Pengujian dan pemeriksaan lapangan harus mencakup ketentuan minimal sebagai berikut:
- Memeriksa nomor truk dan/atau bukti pengiriman dari tempat pembuat campuran
beton.
- Memeriksa jumlah air yang ditambahkan ke dalam campuran beton, jika
diijinkan, di lapangan.
- Membuat uji slump sesuai ASTM C143.
- Membuat contoh benda uji untuk uji kuat tekan di laboratorium.
- Mencatat temperatur beton saat dicampur, saat disimpan, dan pada saat perawatan
beton.
- Mencatat temperatur selama penempatan dan perawatan beton.
- Memeriksa prosedur penempatan dan perawatan beton.
3
Pengujian lapangan harus dilakukan untuk setiap 30m atau setiap kedatangan truk.
5.5.7. Pengujian laboratorium dan pemeriksaan harus termasuk ketentuan minimal sebagai berikut:
- Pengujian kuat tekan sesuai ASTM C39:
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium untuk kekuatan umur 7 (tujuh)
hari.
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium untuk kekuatan umur 28
(duapuluh delapan) hari.

Spesifikasi Teknis Page 26


· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di lokasi untuk kekuatan umur 7 (tujuh) hari.
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di lokasi untuk kekuatan umur 28 (duapuluh
delapan) hari.
· Uji kuat tekan lainnya sesuai kebutuhan.
· 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium dan lapangan untuk
kekuatan 3 (tiga) hari dan kekuatan pada hari yang ditentukan di mana kuat tekan telah
mencapai kekuatan yang ditentukan, bila menggunakan bahan tambahan percepatan
pengerasan.
- Penimbangan semua contoh benda uji.
5.5.8. Pengujian inti pada beton yang telah keras harus dilakukan sebagai berikut:
- Pengujian inti beton harus dilakukan bila uji kuat beton laboratorium tidak memuaskan
atau bila diketahui adanya kesalahan pengecoran beton.
- Manajer Proyek berhak meminta/menentukan bahwa contoh diambil dari bagian
pekerjaan untuk tujuan pemeriksaan dan pengujian. Peralatan pemotong dan metode
pengambilan inti harus disetujui Manajer Proyek. Contoh inti beton harus diambil dan
diuji sesuai ketentuan ASTM C42. Pengambilan inti beton dari suatu pekerjaan harus
dibuat dengan baik dan disetuji Manajer Proyek.
- Biaya pengujian inti beton yang dibutuhkan karena kesalahan pengujian benda uji, atau
karena kegagalan pengujian inti beton, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
5.5.9. Bila pengujian dan laporan mengindikasikan bahwa beton yang dibuat tidak sesuai kuat tekannya,
Manajer Proyek akan memberi peringatan tertulis kepada Kontraktor. Manajer Proyek boleh
meminta perawatan tambahan dan modifikasi campuran desain beton untuk sisa pekerjaan beton
yang belum terlaksana; atau meminta pembuangan dan penggantian beton; dan semua biaya
yang ditimbulkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pengecoran beton tidak boleh dilakukan selama hujan atau ketika diperkirakan akan hujan kecuali bila
pekerjaan dapat dilindungi dari hujan dan/atau aliran air permukaan.

Spesifikasi Teknis Page 27


DIVISI V
PEKERJAAN LOGAM

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


1.1. Meliputi pangadaan dan pengerjaan, berikut tenaga kerjanya, peralatan, bahan - bahan perlengkapan serta
pemasangan dari semua pekerjaan dari logam-logam sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
1.2. Mengadakan koordinasi kerja dengan disiplin pekerjaan lain yang berhubungan / berkaitan kerja dengan
pekerjaan pasangan logam / baja.
1.3. Spesifikasi ini meliputi syarat – syarat perencanaan, pabrikasi dan pemasangan tentang konstruksi baja untuk
balok, kolom dan kap dan sebagainya.
2.0. STANDAR/RUJUKAN
2.1. Bahan logam untuk pekerjaan struktur / konstruksi.
- Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil, pelat dan kisi-kisi untuk tujuan semua konstruksi
dibuat atau di las harus baja karbon yang memenuhi persyaratan
- ASTM A36 atau yang setara dan harus mendapat persetujuan Pengawas / MK.
- Kecuali harus diatur secara tersendiri pipa-pipa untuk konstruksi dengan las harus dari baja karbon yang
memenuhi persyaratan ASTM A53 type E atau S.
- Pipa-pipa tersebut harus dilas baik dan rata.
- Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi spesifikasi " American Institute of
Steel Construction (AISC) " dan PPBBI Mei 1984.
2.2. Pengikat-pengikat : baut-baut, mur-mur / sekerup-sekerup dan ring-ring harus sebagai berikut :
- Untuk sambungan bukan baja ke baja :
- Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A370 dan harus digalvanisir.
- Untuk sambungan baja ke baja :
- Pengikat-pengikat harus baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A335 dan atau ASTM A490 dan
harus terlapis Cadmium.
- Untuk sambungan logam yang berlainan (tidak sama) pengikat-pengikat harus baja tahan korosi memenuhi
persyaratan ASTM A276 type 321 atau type lainnya dari baja tahan korosi.
- Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memnuhi ANSI B27 type A.
2.3. Bahan-bahan las : bahan - bahan las harus memenuhi persyaratan dari "Welding Society " (AWS D1.0-69 :
Code for Welding in Building Construction).
2.4. Baut angkur dan sekrup-sekrup / mur-mur harus memnuhi persyaratan ASTM A36 atau A324.
2.5. Lapisan seng : baja terlapis seng harus memenuhi ASTM A123. Lapisan seng untuk produksi uliran sekrup
harus memenuhi ASTM A153.
2.6. Baut dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM A307 dan harus biasanya type segi
enam (hexoagon-bolt tupe)
2.7. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang belum pernah
dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus disertai Untuk sambungan komponen
instruksi baja yang tidak dapat dihindarkan berlaku ketentuan sebagai berikut :
2.8. Peraturan-peraturan dan standar atau publikasi yang dipakai : Peraturan-peraturan dan standar dibawah ini atau
publikasi yang dapat dipakai harus dipertimbangkan serta merupakan bagian dari spesifikasi ini.

Spesifikasi Teknis Page 28


Dalam hal ada pertentangan, spesifikasi ini menentukan :
a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) Mei 1984.
b. American Institute of Steel Construction (AISC) "Manual of Steel Contrusction - 7 th Edition".
c. American National Standards Institute (ANSI) "B27.265 Plain Washers".
d. American Sosiety for Testing and Materials (ASTM) spectifications :
- A 36 - 70a Structural Steel.
- A 53 - 72a Welded and Seamless Steel Pipe.
- A152 - 71 Zink Caoting (hot dip) on Iron and Steel Hardware.
- A307 – 68 Carbon Steel Externally Threaded Standard Fasteners.
- A325 - 71a High Strength Bolts for / structural Steel Joint, Including Suitableand Plain Hardened
Washers.
- A490 – 71 Quenched and Tempered Alloy Steel Bolts for Structural Steel Joints.
3.0. PROSEDUR UMUM
3.1. Perencanaan dan Pengawasan
a. Sebelum pekerjaan di pabrik dimulai, Kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar kerja yang menunjukkan
detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang serta ukuran las, jumlah, ukuran serta tempat baut-
baut serta detail-detail lain yang lazimnya diperlukan untuk fabrikasi.
b. Ukuran-ukuran.
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran yang tercantum
pada gambar kerja.
c. Kelurusan tidak lebih dari 1/1000 untuk semua komponen.
d. Pemeriksaan dan lain-lain.
Seluruh pekerjaan di pabrik harus merupakan pekerjaan yang berkualitas tinggi, seluruh pekerjaan harus
dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat dipasang dengan tepat
di lapangan. Pengawas mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan di pabrik pada saat yang
dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim ke lapangan sebelum diperiksa dan disetujui
Pengawas. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau spesifikasi ini akan
ditolak dan bila terjadi demikian, harus diperbaiki dengan segera.
3.2. Pengelasan
a. Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar konstruksi dan harus mengikuti prosedur yang
berlaku seperti AWS atau AISC Spesification.
b. Pekerjaan pengelasan harus dibawah pengawasan personil yang memiliki persiapan teknis untuk pekerjaan
tersebut.
c. Penyambungan bagian-bagian konstruksi baja harus dilakukan dengan las listrik
serta pengelasannya sudah melalui ujian (test) dan harus memiliki ijazah yang menetapkan kualifikasi serta
jenis pengelasan yang diperkenankan kepadanya.
d. Bagian konstruksi yang segera akan di las harus dibersihkan dari bekas-bekas cat, karat, lemak dan
kotoran-kotoran lainnya.
e. Pengelasan konstruksi baja, baik secara keseluruhan maupun merupakan pengelasan-pengelasan
bagian - bagiannya hanya boleh dilakukan setelah diperiksa bahwa hubungan -hubungan yang akan di
las sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk konstruksi itu.

Spesifikasi Teknis Page 29


f. Kedudukan konstruksi baja yang segera akan di las harus menjamin situasi yang paling aman bagi
pengelas dan kualitas hasil pengelasan yang dilakukan.
g. Pada pekerjaan las , maka sebelum mengadakan las ulangan, baik bekas lapisan pertama, maupun
bidang-bidang benda kerja harus dibersihakan dari kerak (slag) dan kotoran lainnya.
h. Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka lapisan yang terdahulu harus
dibersihkan dari kerak (slag) dan percikan-percikan logam sebelum memulai dengan lapisan las yang
baru . Lapisan las yang berpori-pori, rusak atau retak harus dibuang sama sekali.
i. Tempat pengelasan dan juga bidang konstruksi yang di las, harus terlindung dari hujan dan angin
kencang.
3.3. Lubang-lubang Baut
Lubang baut untuk baut harus dilaksanakan dengan bor. Lubang baut harus lebih besar 2.0 mm dari pada
diameter luar baut.
Pembuatan lubang baut harus dilaksanakan di pabrik dan harus dikerjakan dengan alat bor.
3.4. Sambungan
a. Hanya diperkenankan satu sambungan.
b. Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul / full penetraltion butt weld.
3.5. Pemasangan Percobaan / Trial Erection
Bila dipandang perlu oleh Pengawas. Pemborong wajib melaksanakan pemasangan percobaan dari
sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi. Komponen yang tidak cocok atau yang tidak sesuai dengan
gambar dan spesifikasi dapat ditolak oleh pengawas dan pemasangan percobaan tidak boleh dibongkar tanpa
persetujuan Pengawas.
3.6. Pengecatan
a. Semua bahan konstruksi baja harus di cat.
b. Cat dasar adalah cat zink dan pengecatan dilakukan satu kali di pabrik dan satu kali di lapangan.
Baja yang akan ditanam didalam beton tidak boleh di cat.
c. Untuk lubang baut kekuatan tinggi / high strengthbolt permukaan baja tidak boleh dicat. Pengecatan harus
dilakukan setelah baut selesai dipasang.
3.7. Pemasangan akhir / final erection
a. Alat-alat untuk pemasangan harus sesuai untuk pekerjaannya dan harus dalam keadaan baik. Bila dijumpai
bagian-bagian konstruksi yang tidak dapat dipasang atau ditempatkan sebagaimana mestinya sebagai
akibat dari kesalahan pabrikasi atau perubahan bentuk yang disebabkan penanganan, maka keadaan itu
harus segera dilaporkan kepada Pengawas disertai usulan cara perbaikannya.Cara perbaikan tersebut harus
mendapat persetujuan dari Pengawas sebelum dimulainya pekerjaan tersebut. Perbaikan harus dilakukan
dihadapan Pengawas MK.
Biaya tambahan yang timbul akibat pekerjaan perbaikan tersebut adalah menjadi tanggungan Kontraktor.
Meluruskan pelat dan besi siku atau bentuk lainnya harus dilaksanakan dengan cara yang disetujui.
Pekerjaan baja harus kering sebagaimana mestinya, kantong air pada konstruksi yang tidak terlindung
dari cuaca harus diisi dengan bahan " Waterproof " yang disetujui. Sabuk pengaman dan tali-tali harus
digunakan oleh para pekerja pada saat bekerja di tempat yang tinggi, disamping pengaman yang berupa
"platform" atau jaringan ("net").

Spesifikasi Teknis Page 30


b. Setiap komponen diberi kode / marking dengan gambar pemasangan. Komponen harus diberi kode
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan.
c. Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara harus digunakan untuk
mencegah tegangan-tegangan yang melewati tegangan izin.
Sambungan-sambungan sementara dari las maupun baut harus diberikan kepada bagian konstruksi
untuk menahan beban mati, angin dan tegangan - tegangan selama pembangunan.
d. Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus disediakan dan harus dipasang
sebagaimana mestinya sesuai dengan gambar detail.
Baut kekuatan tinggi harus dikencangkan dengan kunci momen ( torque wrench).
e. Pelat dasar kolom untuk kolom penunjang dan pelat perletakan untuk balok, balok penunjang dan yang
sejenis harus dipasang dengan luas perletakan penuh pendukung ditempatkan secara baik dan
tegak. Daerah dibawah pelat harus diberi adukan lembab/kering yang tidak susut dan disetujui Konsultan
/Pengawas/MK.
f. Toleransi
Penyimpanan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari 1/500 tinggi vertikal kolom.
4.0. BAHAN -BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1. Cara pelaksanaan pekerjaan baja untuk struktur, secara umum sebagai berikut :
a. Pengerjaan harus bertaraf kelas satu, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari puntiran, tekukan
dan hubungan terbuka. Semua bagian harus mempunyai ukuran dengan tepat sehingga dalam memasang
tidak akan memerlukan pengisi lagi kecuali bila gambar detail menunjukkan hal tersebut.
b. Semua detail dan sambungan harus dibuat dengan teliti dan dipasang dengan hati-hati untuk menghasilkan
tampak yang rapi sekali. Semua perlengkapan atau barang / pekerjaan yang perlu demi kesempurnaan
pemasangan walau tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau dipersyaratkan disini, harus
diadakan dan disediakan, kecuali jika diperlihatkan atau dipersyaratkan lain.
c. Pemborong diwajibkan mengambil ukuran-ukuran sesungguhnya ditempat pekerjaan dan tidak hanya dari
gambar-gambar kerja untuk memasang pekerjaan pada tempatnya, terutama pada bagian-bagian yang
terhalang oleh benda lain.
d. Setiap bagian pekerjaan yang buruk yang tidak memenuhi ketentuan diatas akan ditolak dan harus diganti.
Pekerjaan yang selesai harus bebas dari puntiran- puntiran, bengkokan-bengkokan dan sambungan yang
menganga.
e. Konstruksi baja yang telah dikerjakan, harus segera dilindungi terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan
dan lain-lain dengan cara-cara yang memenuhi syarat.
f. Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian pekerjaan yang perlu sudah
diberi lobang, dan sudah dibersihkan dari tahi besi, maka bagian-bagian itu harus diperiksa dalam
keadaan dicat.
g. Pengelasan harus dilaksanakan dengan hati-hati, logam yang dipakai mengelas harus bebas dari retak dan
cacat -cacat lainnya yang dapat mengurangi kekuatan sambungan, dan permukaannya harus halus, sama,
rata dan kelihatan teratur dan rapi, las-las yang menunjukkan cacat, harus dipotong dan dilas kembali atas
biaya Pemborong.

Spesifikasi Teknis Page 31


h. Pekerjaan las / pengelasan sebanyak mungkin dilakukan didalam bengkel dan tidak diperkenankan
melakukan pekerjaan las dalam keadaan basah atau hujan.
i. Untuk menyambung las, lumer, permukaan yang akan dilas harus bebas dari kotoran minyak, cat dan lain-
lain. Cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku atau disetujui oleh Ahli. Las yang
dipakai yaitu las sudut dan las tumpul. Mutu las minimal harus sama dengan mutu dari logam / profil yang
bersangkutan. Pekerjaan pengelasan yang tampak harus dihaluskan sehingga sama dengan permukaan
sekitarnya.
j. Macam las yang dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik), dengan ketebalan minimal 3,5mm,
panjang las minimal 40 mm dan panjang las maksimal 40 x tebalnya. Kekuatan bahan las yang dipakai,
paling kecil sama dengan kekuatan baja yang dipakai, klas E60XX dan E70XX atau Grade SAW-1 sesuai
ASTM-A 233.
k. Sambungan baut atau paku keling harus menggunakan bahan dengan kekuatan profil yang disambung.
Lubang-lubang untuk sambungan baut harus di bor dan tidak boleh di pons, dengan toleransi tidak boleh
lebih dari 1mm terhadap diameter baut. Sambungan harus benar-benar kokoh, serta mempunyai kekokohan
yang merata antara satu dengan yang lain.
l. Pengawas berhak mengadakan test terhadap hasil penyambungan dengan las, baut dan paku keling di
Balai Penelitian Bahan-bahan menurut standard yang berlaku di Indonesia.
Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih sekali, tidak diperbolehkan terdapat
bekas-bekas jalur, beram-beram dan lain-lain. Bila bekas pemotongan / pembakaran dengan mesin
irisan, maka bagian tersebut harus dibuang sekurang - kurangnya 2,5 cm, kecuali kalau keadaannya
sebelum dibuang setebal 2,5 cm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur.
m. Melengkungkan dalam keadaan dingin boleh dilakukan pada bagian-bagian non struktural. Untuk
melengkungkan harus digunakan gilingan - gilingan rol yang lengkung. Melengkungkan pelat dalam
keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh kurang dari 3 x tebal pelat, demikian pula untuk batang-
batang pelat badannya. Melengkungkan batang-batang menurut jari-jari kecil harus dilakukan dalam
keadaan panas. Melengkungkan dan memukul dengan martil tidak boleh dilakukan, setelah bahan yang
dipanaskan tidak lagi merah menyinarkan cahaya.
5.2. Hal-hal khusus dan pekerjaan logam non struktur
a. aksesoris dari logam / alumunium harus diangker dengan memakai ramset power actuated fastener
berjarak maksimum 76 cm satu dengan yang lain. Untuk bentang kosen melebihi 90 cm, bagian atas
kosen ( dorpel ) harus dilakukan. Tiang-tiang kosen harus menerus melebihi / menembus permukaan
lantai dan diikat satu sama lain pada plat kaki dengan kawat baja yang dilengkapi dengan expansion
bolt dan angle clip atau sesuai persyaratan pabrik.
b. Dimana alumunium kena plesteran, pasangan bata atau beton, alumunium ini harus dicat dengan "alkali"
resistant bituminous paint atau methacrylate lecquer. Dimana alumunium kena pasangan kayu atau
bahan penghisap air lainnya, bahan-bahan yang sering basah / lembab tersebut harus dilapis dengan
alumunium pigment bituminous paint dan hubungan - hubungan itu harus ditutup dengan caulking
compound ditempat kontaknya dengan alumunium.
c. Sebelum pengiriman dari pabrik, permukaan alumunium dan logam-logam lain yang telah di " finish " harus
diberi lapisan pelindung disamping cat lecquer yang dipersyaratkan. Pelindung ini tidak boleh terlepas oleh

Spesifikasi Teknis Page 32


cuaca, merupakan pelindung terhadap perubahan warna dan kerusakan selama pengankutan,
penyimpanan dan pemasangan.
Lapisan pelindung harus mudah dilepas tanpa merusak " permukaan finish '" dan bisa berupa " adhesive
paper ", water proofing tape atau stripable palstic.
Permukaan yang akan kena sealant cukup dibersihkan dengan lecquer solvent sebelum sealant
dipasang.
d. Untuk melindungi kerangka alumunium atau logam arsitektur lainnya dari pengotoran / noda yang
disebabkan oleh semen, adukan, plesteran dan lain-lain sebelum pemasangan, kerangka harus dilabur
dahulu dengan lanosol ex Seal Well atau bahan yang setaraf dengan ketentuan pemakaian seperti
dinyatakan oleh pabrik pembuatnya.

Spesifikasi Teknis Page 33


DIVISI VI
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1.0. STANDAR/RUJUKAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-alat bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua
pekerjaan penutup atap pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
1.1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan rapih.
1.2. Pekerjaan ini meliputi pengadaan, penyetelan dan pemasangan penutup atap termasuk bahan pelengkap hingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2.0. STANDAR/RUJUKAN
2.1. Pekerjaan Atap mengaju kepada semua Standar yang berlaku.
3.0. PROSEDUR UMUM
3.1. Seluruh bahan-bahan yang digunakan untuk membuat rangka atap menggunakan kayu kelas II.
3.2. Semua bahan harus mempunyai persyaratan mutu kayu
3.3. Setiap Sambungan kayu harus harus kuat menggunakan baut sebagai pengunci sesuai gambr kerja.
3.4. Penutup atap mengunakan
3.5. Bahan pendukung menggunakan tali pengikat sesuai dengan gambar kerja ataupun pengawas.
3.6. Sedangkan untuk warna bahan ditentukan/disesuaikan dengan gambar rencana dan menurut petunjuk
Pengawas.
4.0. BAHAN - BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1 Persiapan Pelaksanaan.
Kontraktor harus membuat Shop Drawing untuk persetujuan perencanaan yang dibuat berdasarkan gambar
rencana yang tersedia. Shop Drawing menggambarkan detail hubungan-hubungan dan sambungan-sambungan,
pengangkeran konstruksi dan pemasangan semua komponen lengkap dengan ukuran-ukurannya.
4.2 Penyelesaian Penutup Atap.
Memasang atap memerlukan keahlian khusus. Memastikan sudut kemiringan atap sesuai gambar rencana dan
tidak kurang dari 30 derajat. Kurang daripada itu sangat memungkinkan terjadinya kebocoran. Jika tidak, atap
tidak akan bertahan lama karena pada waktu musim hujan, air tertahan terlalu lama sehingga mempercepat
proses korosi atap.
4.3 Pengukuran Hasil Kerja
Pengukuran hasil kerja dapat dinilai sebagai kemajuan pekerjaan.
Kontraktor wajib menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak, meskipun ada kekeliruan
dalam perhitungan volume, dan dalam hal ini kontraktor tidak dapat mengajukan claim.

Spesifikasi Teknis Page 34


DIVISI VII
PEKERJAAN DINDING

PASAL 1
PASANGAN BATU BATA

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-alat bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua
pasangan bata merah pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
1.1 Pasangan Batu Bata
1.2 Dan/atau seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
2.0. STANDAR/RUJUKAN
Batu Bata yang dipakai adalah :
21. Standar Nasional Indonesia (SNI):
- SNI 15-2094-2000 – Bata merah pejal untuk pasangan dinding
22. American Society for Testing and Materials (ASTM).
23. Spesifikasi Teknis:
- Beton Cor di Tempat.
- Adukan dan Plesteran.
- Penutup dan Pengisi Celah.
24. Batu Bata Merah dari mutu yang terbaik, dengan pembakaran sempurna dan merata serta memenuhi
persyaratan SII 0021-78/NI-10.
25. Batu Bata harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam
3.0. BAHAN - BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
4.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Sebelum Pemasangan, Batu Bata harus di rendam dalam air bersih sehingga jenuh. Pada saat diletakan tidak
boleh ada genangan Air di atas permukaan Batu Bata tersebut.
3.2. Aduk perekat/spesi harus di usahakan agar selalu segar atau belum mengeras pada waktu pemakaian.
3.3. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat/spesi harus sama 1 cm.
3.4. Pelaksanaan pemasangan Batu Bata rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola ikatan harus terjaga baik di
seluruh pekerjaan.
3.5. Pengukuran dengan Tiang Lot, harus di ukur tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5
mm untuk setiap jarak 2M vertical dan horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar/memperbaiki.
Biaya untuk pekerjaan ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat di klaim sebagai pekerjaan tambah.

PASAL 2
PLESTERAN DAN ACIAN
1.0. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1.1. Plesteran

Spesifikasi Teknis Page 35


1.2. Plesteran halus/aci halus
1.3. Afweking Kolom
1.4. Dan/atau seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Pekerjaan Plesteran dan acian ini juga untuk semua permukaan Batu Bata serta permukaan Beton yang terlihat, di
nyatakan tampak ataupun yang di perlukan untuk di finish.
2.0. STANDART/RUJUKAN
Persyaratan bahan Semen, Pasir dan Air lihat Divisi II Bab III Pekerjaan Beton .
3.0. BAHAN - BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
4.0. PERSYARATAN PELAKSANAAN
3.1. Campuran Plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume cara pembuatannya menggunakan Mixer
selama 3 Menit.
3.2. Plesteran adalah campuran 1 PC : 3 PSR
Aduk Plesteran ini untuk menutup semua permukaan Dinding pasangan Batu.
3.3. Plesteran halus/Aci halus adalah campuran PC dengan Air yang di buat sedemikian rupa sehingga
mendapatkan campuran yang homogen.
Plesteran halus ini adalah pekerjaan Finishing yang dilaksanakan setelah aduk Plesteran sebagai lapisan
dasar berumur 7 hari ( sudah kering benar )
3.4. Semua jenis Aduk Plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikan rupa sehingga selalu segar, belum
mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.
3.5. Terkecuali untuk berapen, permukaan semua Aduk Plesteran harus diratakan. Permukaan Plesteran tersebut
khususnya Plesteran halus harus rata, tidak bergelombang, penuh & padat, tidak berongga serta berlubang,
tidak mengandung kerikil ataupun benda lain yang membuat cacat.
3.6. Sebelum pelaksanaan pekerjaan Plesteran pada permukaan pasangan Batu, harus di bersihkan.
3.7. Plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan Batu yang akan di finish dengan Cat.
3.8. Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya Keramik Keramik dan lainnya, permukaan
plesterannya harus di beri alur garis horizontal untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material
finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan finishing tersebut cat.
3.9. Ketebalan minimal 1,5 cm, Maximal 2,5 cm.Jika ketebalan melebihi 3 cm, maka diharuskan menggunakan
Kawat Ayam yang diikatkan ke permukaan pasangan Batu yang bersangkutan untuk memperkuat daya lekat
plesteran.
3.10. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5
mm, untuk setiap jarak 2 M.
3.11. Kelembaban Plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar, tidak secara tiba – tiba.
Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari
terik matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan Air secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram
dengan Air Sekurang kurangnya dua kali sehari sampai jenuh.
Jika terjadi keretakan, Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai hasilnya di nyatakan di terima
MK/Perencana/Pemberi Tugas.
3.12. Tidak Dibenarkan pekerjaan Finishing permukaan Plesteran berumur lebih dari dua ( 2 ) minggu.

Spesifikasi Teknis Page 36


DIVISI VIII
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA, ALUMINIUM

1.0. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, daun pintu dan jendela dengan
bahan-bahan dari Aluminium, Jalusi / Sun screen aluminium, louver, baja penguat termasuk menyediakan bahan,
tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini.
2.0. STANDAR/RUJUKAN
2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur.
2.2 British Standard (BS)
- BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration
- BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration
- BS 5368 (Part 3) – Structural Performance
2.3 American Society for Testing and Materials (ASTM).
- ASTM B221M-91 – Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars, Rods, Wire
2.4 Shapes and Tubes.
- ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan Curtain Wall
- ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan Curtain Wall
- ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan Curtain Wall
2.5 American Architectural Manufactures Association (AAMA).
- AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium
2.6 Japanese Industrial Standard (JIS)
- JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi
- JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium
2.7 Spesifikasi Teknis
- Dimensi : 4” x 1 ¾”2 dan 3”
- Tebal profil : 1.2 mm
- Ultimate strength : 28.000 pci
- Yield strength : 22.000 pci
- Shear strength : 17.000 pci
- Anodizing ketebalan lapisan di seluruh permukaan alumunium adalah 18 mikron
2.8 Kriteria Perencanaan
a. Faktor Pengaman
Kecuali disebutkan lain, bagian – bagian alumunium termasuk ketahanan kaca, memenuhi faktor
keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang disyaratkan.
b. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan atau ketahanan dari
material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.
c. Pergerakan Karena Temperatur

Spesifikasi Teknis Page 37


Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara maupun terjadi
patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang tidak merekat dan hal – hal lain.
Sambungan kedap air harus mampu menampung pergerakan ini.
d. Persyaratan Struktur
Defleksi : AAMA = Defleksi yang diijinkan maksimum L / 175 atau 2 cm. Beban Hidup : Pada bagian –
bagian yang menerima hidup terutama pada waktu perawatan, seperti : meja (stool) dan cladding
diharuskan disediakan penguat dan angkur dengan kemampuan menahan beban terpusat sebesar 62 kg
tanpa terjadi kerusakan.
e. Kebocoran Udara
ASTM E – 283 – Kebocoran udara tidak melebihi 2,06 m3/hari pada setiap m’ unit panjang penampang
bidang bukaan pada tekanan 75 Pa.
f. Kebocoran Air
ASTM E – 331 – Tidak terlihat kebocoran air masuk ke dalam interior bangunan sampai tekanan 137 Pa
dalam jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air minimum 3,4 L/m2/minimal.
3.0. PROSEDUR UMUM
3.1 Contoh Bahan dan Data Teknis
a. Contoh profil dan penyelesaian permukaan yang harus meliputi tipe alumunium ekstrusi, pelapisan,
warna dan penyelesaian, harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum
pengadaan bahan kelokasi pekerjaan.
b. Contoh bahan produk alumunium harus diuji di laboratorium yang ditunjuk Konsultan Pengawas atau
harus dilengkapi dengan data-data pengujian.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk :
- Ketebalan lapisan,
- Keseragaman warna,
- Berat,
- Karat,
- Ketahanan terhadap air dan angin minimal 100kg/m2 untuk masing-masing tipe.
- Ketahanan terhadap udara minimal 15m3/jam,
- Ketahanan terhadap tekanan air minimal 15kg/m2.
c. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3.2 Gambar Detail Pelaksanaan.
a. Gambar detail pelaksanaan yang harus meliputi detail-detail, pemasangan rangka dan bingkai,
pengencangan dan sistem pengukuran seluruh pekerjaan, harus disiapkan oleh Kontraktor dan
diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum pelaksanaan pekerjaan.
b. Semua dimensi harus diukur dilokasi pekerjaan dan di tunjukkan dalam Gambar Detail Pelaksanaan.
c. Kontraktor bertanggung jawab atas setiap perbedaan dimensi dan akhir penyetelan semua pekerjaan lain
yang diperlukan untuk menyempurnakan pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi Teknis ini, sehingga
sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja.
3.3 Pengiriman dan Penyimpanan
a. Pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus diadakan sesuai ketentuan Gambar Kerja, bebas dari
bentuk puntiran, lekukan dan cacat.

Spesifikasi Teknis Page 38


b. Segera seteklah didatangkan, pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus ditumpuk dengan baik
ditempat yang bersih dan kering dan dilindungi terhadap kerusakan dan gesekan, sebelum dan setelah
pemasangan. Semua bagian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari ceceran adukan, plesteran, cat
dan lainnya.
3.4 Garansi
Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek, garansi tertulis yang meliputi kesempurnaan
pemasangan, pengoperasian dan kondisi semua pintu, jendela dan lainnya seperti ditunjukkan dalam
spesifikasi ini untuk periode selama 1 tahun setelah pekerjaan yang rusak dengan biaya Kontraktor.
4.0. BAHAN-BAHAN
4.1 Aluminium
a. Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy
yang memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang
dikerjakan di pabrik, dengan lapisan clear anodized minimal 18 mikron yang diberi lapisan warna akhir
polish snolok di pabrik dalam warna sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian. Tebal profil minimal
1,2 mm, setara produk Indal atau Alexindo dengan ukuran dan bentuk sesuai Gambar Kerja. Dimensi
profil dapat berubah tergantung jenis profil yang nanti disetujui.
b. kecuali ditentukan lain, semua pintu dan jendela harus dilengkapi dengan perlengkapan standar dari
pabrik pembuatan.
c. Semua kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela maupun profil curtain wall adalah dengan
finishing powder coating 200 micron warna putih tulang.
4.2 Alat Pengencang dan Aksesori.
a. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala
tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan.
b. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm.
c. Penahan udara dari bahan vinyl.
d. Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat
4.3 Gasket
Nomor Produk : 9K-20216, 9K-20219
Bahan : EPDM
Sifat Material : Tahan terhadap perubahan cuaca
4.4 Sealant Dinding (Tembok)
Bahan : Single komponen
Type : Silicone Sealant
4.5 Screw
Nomor Produk : K-6612A, CP-4008, dan lain – lain
Bahan : Stainless Steel (SUS)
4.6 Joint Sealer
Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah
sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara.
Nomor Produk : 9K-20284, 9K-20212
Bahan : Butyl Rubber

Spesifikasi Teknis Page 39


4.7 Pengisi daun pintu rangka aluminium kecuali kaca 8 mm adalah panel MDF 8 mm finish cat duco.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1 Fabrikasi
Pekerjaan febrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum Gambar Detail Pelaksanaan yang
diserahkan Kontraktor dan disetujui Konsultan Pengawas.
5.2 Semua komponen harus difebrikasi dan dirakit secara tepat sesuai bentuk dan ukuran aktual dilokasi serta
dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.
5.3 Pemasangan
Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan Pengawas sebagai acuan dan contoh untuk
pemasangan berikutnya.
5.4 Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-komponen. Bila suatu sambungan tidak
digambarkan dalam Gambar Kerja, swambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan dan dibuat
sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan tersebut dappat meneruskan beban dan menahan tekanan
yang harus diterimanya.
5.5 Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan.
5.6 Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai harus dilengkapi dengan angkur pada jarak
setiap 500mm.
5.7 Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen atau adukan harus dilindungi dengan cat
transparan atau lembaran plastik Lacquer film.
5.8 Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan elemen baja harus dilapisi dengan cat khusus yang
direkomendasikan pabrik pembuat, untuk mencegah kerusakan komposisi alumunium.
5.9 Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada bagian alumunium harus trdiri dari bahan
yang tidak menimbulkan reaksi elektronik, seperti baja anti karat, nilon, neoprene dan lainnya.
5.10 Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
5.11 Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran yang dikerjakan sebelum pelaksanaan
anokdisasi.
5.12 Semua pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, pintu dan jendela Aluminium harus dilakukan oleh
pabrik penghasil dari bahan yang dipergunakan dengan memperoleh persetujuan konsultan Pengawas.
5.13 Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela aluminium, boleh dibawa kelapangan/halaman pekerjaan jikalau
pekerjaan konstruksi benar-benar mencapai tahap pemasangan kusen, pintu dan jendela.
5.14 Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun.
5.15 Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis) halus dan rata, serta bersih dari
goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan.
5.16 Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari goresangoresan serta cacat
yang mempengaruhi permukaan.
5.17 Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur serta persyaratan teknis yang
benar.
5.18 Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan sifatnya harus diberi “sealent”.
5.19 Pertemuan pengisi rangka daun pintu aluminium baik dengan kaca atau panel MDF harus disealent poliuretant
dengan rapi dan rapat.

Spesifikasi Teknis Page 40


5.20 Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam galvanized sedemikian rupa sehingga
hair line dari tiap sambungan harus kedap air.
5.21 Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama pengerjaan harus tetap dilindungi dengan “Lacquer
Film”.
5.22 Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kosen; alumunium telah terpasang maka
kosen tersebut harus tetap terlindungi oleh Lacquer Film atau plastic tape agar kosen tetap terjamin
kebersihannya.
5.23 Kecuali disebutkan atau ditunjukkan dalam gambar detail, pemasangan kusen aluminium dipasang pada posisi
tengah/center terhadap tebal dinding.

Spesifikasi Teknis Page 41


DIVISI IX
PEKERJAAN PLAFOND

1.0. LINGKUP PEKERJAAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-alat bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua
pekerjaan lantai pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
1.1. Pekerjaan Rangka Plafond
1.2. Pekerjaan Penutup Palfond
2.0. STANDAR / RUJUKAN
2.1. Pekerjaan Plafond mengacu kepada standar yang berlaku.
3.0. PROSEDUR UMUM
3.1. Semua bahan rangka plafond menggunakan kayu kelas III
3.2. Material Penutup Palfond yang digunakan harus di buat dari bahan baku yang terbaik sesuai dengan
persyaratan standar bahan Indonesia dengan ketentuam yang tercantum dalam gambar rencana.
4.0. BAHAN - BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1 Persiapan Pelaksanaan
Kontraktor harus membuat Shop Drawing untuk persetujuan perencanaan yang dibuat berdasarkan gambar
rencana yang tersedia. Shop Drawing menggambarkan detail hubungan-hubungan dan sambungan-sambungan,
dan pemasangan semua komponen lengkap dengan ukuran-ukurannya.
4.2 Sebelum Pelaksanaan wajib diperiksa gambar kerja dan mengkoodinasikan dengan disiplin lain yaitu : Elektrikal,
Mekanikal, dan Sanitasi.
4.3 Tidak diperkenankan memasang penutup plafond sebelum rangka plafond disetujui oleh konsultan pengawas /
Direksi
4.4 Pengukuran Hasil Kerja
Pengukuran hasil kerja dapat dinilai sebagai kemajuan pekerjaan.
Kontraktor wajib menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak, meskipun ada kekeliruan
dalam perhitungan volume, dan dalam hal ini kontraktor tidak dapat mengajukan claim.

Spesifikasi Teknis Page 42


DIVISI X
PEKERJAAN LANTAI

1.0. LINGKUP PEKERJAAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-alat bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua
pekerjaan lantai pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
1.1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan rapih.
1.2. Pekerjaan ini meliputi pengadaan, penyetelan dan pemasangan Lantai termasuk bahan pelengkap hingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2.0. STANDAR / RUJUKAN
2.1. Pekerjaan Lantai mengacu kepada standar yang berlaku
3.0. PROSEDUR UMUM
3.1. Semen Portland/PC, Pasir , Air harus memenuhi persyaratan bahan seperti terurai dalam pekerjaan beton.
3.2. Tanah urug sebahai lapisan dasar karus mencapai kepadatan yang disyaratkan
3.3. Pola pemasangan lantai harus sesuai dengan gambar kerja
3.4. Sedangkan untuk warna bahan ditentukan/disesuaikan dengan gambar rencana dan menurut petunjuk
Pengawas.
4.0. BAHAN-BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1 Persiapan Pelaksanaan
Kontraktor harus membuat Shop Drawing untuk persetujuan perencanaan yang dibuat berdasarkan gambar
rencana yang tersedia. Shop Drawing menggambarkan detail pemasangan lengkap dengan ukuran-
ukurannya.
4.2 Pola pemasangan harus sama , teratur dan rapi

Spesifikasi Teknis Page 43


DIVISI XI
PEKERJAAN DINDING PENAHAN TANAH

1.0 LINGKUP PEKERJAAN.


Lingkup pekerjaan ini meliputi struktur beton yang dilaksanakan sesuai dengan garis, mutu dan dimensi sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja. Semua pekerjaan, bahan dan unjuk kerja yang berkaitan dengan beton cor di
tempat harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis ini dan Spesifikasi Teknis dan standar terkait.
Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
- Beton lantai t r o t o a r seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
- Afwerking pada permukaan Kolom seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
2.0 STANDAR/RUJUKAN.
2.1. Standar Nasional Indonesia (SNI):
- SNI 15-2049-2004 - Semen Portland, Mutu dan Cara Uji Semen.
- SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
2.2. American Concrete Institute (ACI):
- ACI 318 - Building Code Requirements for Reinforced Concrete
- ACI 347 - Formwork for Concrete.
2.3. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO):
- AASHTO M6 - Standard Specification for Concrete Aggregates.
- AASHTO M213 - Performed Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural Construction.
- AASHTO T11 - Amount of Material Finer than 0.075mm (No. 200) Sieve in Aggregate.
- AASHTO T27 - Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregate.
- AASHTO T112 - Clay Lumps and Friable Particles in Aggregate.
- AASHTO T113 - Lightweight Pieces in Aggregate.
2.4. American Society for Testing and Materials (ASTM):
- ASTM C33 - Specification for Concrete Aggregate.
- ASTM C 94 – Specification for Ready-Mixed Concrete.
- ASTM C150 - Specification for Portland Cement.
- ASTM C260 - Standard Specification for Air-Entraining Admixtures for Concrete.
- ASTM C494 - Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete.
- ASTM C685 - Specification for Concrete Made by Volumetric Batching and Continuous
Mixing.
3.0 PROSEDUR UMUM.
3.1. Gambar Detail Pelaksanaan.
Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan Kontraktor kepada Manajer Proyek untuk
disetujui, dan harus meliputi:
- Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja, peralatan dan alat- alat kerja.

3.2. Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan engujian.


3.2.1. Pemeriksaan Lapangan.

Spesifikasi Teknis Page 44


- Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian pendahuluan tersebut di bawah akan
dilakukan oleh Manajer Proyek dengan biaya Kontraktor. Pengujian tambahan harus
dilakukan bila diperlukan.
Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran percobaan dan estimasi yang
akan digunakan dalam pekerjaan ini.
- Kontraktor harus membantu Manajer Proyek dalam pelaksanaan pengambilan
contoh dan pengujian. Pengujian pendahuluan akan meliputi penentuan hal-hal berikut:
· Keawetan.
· Karakteristik batu pecah.
· Tipe dan kualitas semen.
· Pemilihan dan dosis bahan tambahan.
· Perbandingan kelas batu pecah dalam campuran.
· Kekuatan semen.
· Faktor air semen.
· Pengujian slump.
· Karakteristik berbagai campuran beton segar.
· Kuat tekan.
· Kerapatan air.
· Ketahanan terhadap cuaca.
· Ketahanan terhadap reaksi bahan kimia.
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai diperoleh campuran yang sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Teknis ini.
3.2.2. Pengambilan Contoh dan Pengujian.
Semua pengambilan contoh dan pengujian harus dilakukan oleh Kontraktor tanpa tambahan
biaya. Pekerjaan ini akan berlangsung terus selama pelaksanaan pekerjaan beton.
Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh Manajer Proyek, seperti tersebut
di bawah:
- Semen.
Semen harus memiliki sertifikat dari pabrik pembuat, yang menunjukkan berat per zak,
bahan alkali yang sesuai.
- Agregat.
Agregat harus sesuai dan diuji menurut standar ASTM C 33. Pengujian dimulai 30 hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan beton.
- Beton.
Minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai, Kontraktor harus membuat
percobaan campuran untuk pengujian, bahan-bahan yang akan digunakan, dan metode
yang akan digunakan untuk pekerjaan ini. Percobaan campuran harus sesuai
ketentuan dalam butir 3.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
- Bahan Tambahan.

Spesifikasi Teknis Page 45


Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai standar ASTM C 260 dan ASTM
C 494 minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai. Bahan tambahan tidak diijinkan
digunakan tanpa persetujuan Manajer Proyek.
3.3. Pengujian Campuran/Campuran Percobaan.
3.3.1. Kontraktor harus melakukan pengujian campuran beton, setiap tipe dan kuat tekan yang
diaplikasikan, sebelum pelaksanaan pengecoran beton.
3.3.2. Desain campuran harus mengindikasikan rasio air-semen, kadar air, kadar bahan
tambahan, kadar semen, kadar agregat, gradasi agregat, slump, kadar udara dan kuat tekan.
Untuk nilai slump minimal dan maksimal tertentu untuk setiap tipe dan kuat tekan beton berat
normal, harus dibuat 4 pengujian campuran, dengan menggunakan rasio air-semen yang
bervariasi.
3.3.3. Pengujian campuran dilakukan ketika contoh benda uji yang dirawat dan diuji dalam kondisi
lab, kuat tekannya akan melebihi kuat tekan yang diperlukan.
3.3.4. Benda uji untuk uji kekuatan setiap mutu beton yang dicor setiap hari harus diambil dari tidak
kurang dari sekali sehari, atau tidak kurang dari sekali untuk setiap 110 m3 beton, atau tidak
kurang dari sekali untuk setiap 460 m2 luasan permukaan lantai atau dinding.
3.3.5. Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total adalah sedemikian hingga frekuensi
pengujian yang disyaratkan hanya akan menghasilkan jumlah uji kekuatan beton kurang dari
lima untuk suatu mutu beton, maka benda uji harus diambil dari paling sedikit lima adukan yang
dipilih secara acak atau dari masing-masing adukan bilamana jumlah adukan yang digunakan
adalah kurang dari lima.
3.3.6. Suatu uji kekuatan tekan harus merupakan nilai kekuatan tekan rata‐rata dari paling sedikit dua
silinder 150 kali 300 mm dibuat dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 28
hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan fc’.
3.3.7. Laporan hasil pengujian harus diserahkan kepada Manajer Proyek untuk disetujui, dan
penempatan beton di lokasi tidak diijinkan tanpa hasil pengujian yang memuaskan.
4.0 BAHAN-BAHAN.
4.1. Beton.
4.1.1. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer Proyek, beton
dikelompokkan dalam kelas yang berbeda yang terdiri dari:
- Mutu beton K-175 untuk lantai trotoar dan lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
4.1.2. Beton yang digunakan adalah site mix dan harus memenuhi ketentuan ASTM C 94.
4.1.3. Komposisi beton, baik berat atau volume, harus ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan
harus memenuhi kondisi berikut :
- Slump harus ditentukan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
- Campuran alternatif harus digunakan sebelum disetujui Manajer Proyek.
- Tanpa air yang berasal dari batu pecah.
4.2. Semen.
Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 atau ASTM C 150. Semen harus
berasal dari satu merek dagang, seperti Semen Padang, Indocement, Holcim, Gresik atau yang setara.
4.3. Air.

Spesifikasi Teknis Page 46


Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari unsur-unsur
yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan anorganik lainnya. Air dari kualitas yang
dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua
air kecuali yang telah disebutkan di atas, harus diuji dan memenuhi ketentuan AASHTO T26 dan/atau
disetujui Manajer Proyek.
4.4. Agregat Halus.
4.4.1. Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus disetujui Manajer
Proyek. Agregat halus harus memenuhi ketentuan berikut :

JENIS BAHAN METODA UJI BERAT %


AASHTO MAKSIMAL
Gumpalan tanah liat T 112 0.5%
Batubara dan bahan terbakar T 113 0.5
Bahan lolos saringan no. 200 T 11 3.0

4.4.2. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan anorganik, asam, alkali dan bahan lain
yang merusak. &
Agregat halus harus merata digradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasi berikut:

SARINGAN % BERAT YANG LOLOS (AASHTO T 27)

3/8” (9,5 mm) 100

No. 4 (4,75mm) (1,18 95 – 100


No. 16 mm) 45 – 80
No. 50
No. 100 (0,150mm)
(0,300mm) 2 –– 10
10 30
4.5. Agregat Kasar.
4.5.1. Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran, batu pecah atau bahan lainnya yang
disetujui yang memiliki karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari bahan-
bahan yang tidak diinginkan.
Bahan-bahan lain yang merusak harus tidak lebih dari batas persentase yang ditentukan
dalam Spesifikasi Teknis ini dan/atau disetujui Manajer Proyek.
4.5.2. Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM A 33
4.5.3. Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan ukuran lain dengan
perbandingan berat atau volume untuk menghasilkan batuan yang memenuhi persyaratan
gradasi yang ditentukan.
4.6. Bahan Perawatan.
Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut:

DESKRIPSI METODA UJI

Tikar katun untuk perawatan beton AASHTO M 73


Lembaran kain dari serat/goni AASHTO M 182

Spesifikasi Teknis Page 47


Kertas kedap air untuk perawatan beton AASHTO M 139
(ASTM C 171)
Lapisan cairan untuk perawatan beton AASHTO M 148
Lembaran polyethylene putih untuk perawatan beton AASHTO M 171

Metoda lain untuk perawatan beton harus disetujui Manajer Proyek.


4.7. Bahan Tambahan.
4.7.1. Bahan tambahan untuk menahan gelembung udara untuk semua beton ekspos harus
memenuhi ketentuan ASTM C 260.
4.7.2. Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat pengerasan beton, bila dibutuhkan,
harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe B dan D.
4.7.3. Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton, bila diperlukan, harus
memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe C.
4.7.4. Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan air pada beton, jika dibutuhkan
dan diinstruksikan oleh Manajer Proyek, harus memenuhi BS 1881: Part 122 untuk
penyerapan air atau ASTM C 494 tipe A, seperti Everdure Caltite buatan Cementaid,
Plastocrete-N buatan Sika atau yang setara.
5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Perancah dan Acuan.
5.1.1. Perancah harus dibuat dengan kekuatan yang memadai untuk menerima beban.
5.1.2. Sebelum menempatkan perancah, gambar rancangan pemasangan/ penempatan perancah
harus diserahkan kepada Manajer Proyek untuk disetujui.
5.1.3. Acuan harus memenuhi ketentuan berikut:
- Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang pembersihan yang memadai untuk
pemeriksaan dan pembersihan setelah pemasangan baja tulangan.
- Bahan acuan harus dari papan kayu tebal minimal 20mm, kayu lapis tebal minimal 12
mm, baja pelat lembaran tebal minimal 0,6 mm, atau bahan lain yang disetujui.
- Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus dan di-ekspos harus
menggunakan acuan kayu lapis.
- Desain dan konstruksi acuan, penopang dan penguat menjadi tanggung- jawab
Kontraktor.
- Acuan harus rapat dan kaku agar tidak terjadi distorsi yang diakibatkan oleh tekanan
alat penggetar dan beban beton atau lainnya.
- Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa kemampuan konstruksinya sebelum
pengecoran.
- Semua sudut sambungan/pertemuan harus kaku untuk mencegah terbukanya
acuan selama pekerjaan pengecoran berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab untuk
acuan dan penopangnya yang memadai.
5.1.4. Bila dasar acuan sukar dicapai, dinding bagian bawah acuan harus dibiarkan terbuka, atau
perlengkapan lain harus disediakan sehingga bahan-bahan asing dapat disingkirkan dari acuan
dengan mudah sebelum penempatan beton.

Spesifikasi Teknis Page 48


5.2. Toleransi.
Kontraktor harus menjaga dan menyetel acuan untuk memastikan, setelah pembongkaran acuan dan
sebelum pekerjaan akhir, bahwa tidak ada bagian beton yang melebihi toleransi yang diijinkan dalam
Gambar Kerja. Variasi ketinggian lantai harus diukur sebelum pembongkaran pelindung dan penumpu.
Toleransi harus memenuhi ketentuan ACI 347 dan/atau disetujui Manajer Proyek.
5.3. Pembongkaran Acuan.
Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Manajer Proyek. Persetujuan Manajer
Proyek tidak membebaskan Kontraktor dari keamanan pekerjaan tersebut. Jadwal pembongkaran harus
ditentukan oleh Manajer Proyek.
5.4. Penyelesaian Beton.
5.4.1. Kecuali ditentukan lain, permukaan beton harus segera diselesaikan setelah pembongkaran
dan harus diselesaikan sesuai tingkat dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
5.5. Perawatan dan Perlindungan.
Ketentuan-ketentuan berikut harus diperhatikan untuk melindungi beton segar yang baru dicor
terhadap matahari, angin dan hujan sampai beton mengeras dengan baik, dan untuk mencegah
pengeringan yang terlalu cepat:
- Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab sampai saat pembongkaran
selama 14 hari selelah pengecoran.

Spesifikasi Teknis Page 49


DIVISI X
PEKERJAAN PEMASANGAN FIBREGLASS REINFORCED PLASTICS (FRP)

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


a. Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini secara lengkap sesuai yang tercantum dalam gambar kerja,
hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam penggunaannya.
b. Pekerjaan pemasangan fibreglass reinforced plastics (frp) ini sesuai yang dinyatakan/ditunjukkan dalam detail
gambar, uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.
2.0 ISTILAH DAN DEFINISI
a. Fibreglass Reinforced Plastics (FRP) atau yang biasa disebut dengan fiberglas adalah produk yang terdiri dari
resin, bahan penguat fiberglass dan additive (bahan tambahan) yang digabung dan diproses agar dapat
performance yang spesifik, sesuai kebutuhan.Pekerjaan pemasangan fibreglass reinforced plastics (frp) ini
sesuai yang dinyatakan/ditunjukkan dalam detail gambar, uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.
b. Resin adalah suatu jenis bahan padat atau semi padat dari alam maupun sintetisumumnya dengan berat yang
tinggi. Bahan ini sangat reaktif bila dioleskan pada serat glass akan cepat bereaksi dan menjadi satu kesatuan
yang padat. Bahan ini dipasaran banyak berbagai merek dagang dan sesuai standar mutu yang diinginkan.
Contoh :
- Resin Yukalak
- Resin Kode 138
- Resin Kode 157
- Resin Kaca ( bening )
c. Reinforcement adalah suatu material yang memberikan perkuatan untuk memperbaiki sifat mekanis resin.
d. Katalis adalah bahan mempercepat proses kimia, dalam hal ini adalah proses pengeringan.
e. Reinforcing Mat adalah lembaran fiberglass yang dibuat dari potongan benang fiberglass yang direkat dengan
suatu binder/pengikat dan seratnya tidak beraturan, warna putih.
- Continuoes strand mat
- Chopped strand mat
- Combination mat.
Yang umumnya jenis Chopped Strand mat yang ada dipasaran mempunyai ukuran sebagai berikut :
- 200 gram/m²
- 300 gram/m²
- 450 gram/m²
- 600 gram/m²
- 900 gram/m²
e. Roving adalah seikat/sekumpulan dari benang fiber.
f. Wonen Roving adalah lembaran yang terbuat dari anyaman rovingmenyerupai tikar. Dipasaran Wonen Roving
tersedia dalam berbagai ukuran yaitu :
- 300 gram/m² ( cloth )
- 400 gram/m²
- 600 gram/m²

Spesifikasi Teknis Page 50


- 900 gram/m²
g. Talk (Powder) adalah serbuk/bubuk putih bahan pembuat dempul.
h. Kubalt/ Accelerator adalah bahan untuk mengaktifkan katalis, sehingga proses pengeringan lebih cepat pada
suhu kamar.
i. Pigment adalah pewarna dempul dan gelcoth.
j. Contact Molding adalah suatu cara pembuatan/pabrikasi dimana serat penguat glass fiber (fiberglass
reinforcement) dalam bentuk chopped strand mat (CSM) atau woven roving (WR) diletakkan di dalam suatu
cetakan (molding). Untuk selanjutnya resin sebagai pembentuk matriks dituangkan diatasnya dan diratakan
dengan cara menggunakan kuas, roller, atau spray gun. Pemadatan laminate komposit dilakukan dengan rolling
k. Laminate adalah suatu produk yang terbuat dari gabungan dua atau lebih lapisan material yang saling
memperkuat.
3.0 ACUAN NORMATIF
a. ASTM C 582, Standard specification for contact-molded reinforced thermosetting plastic
b. (RTP) laminates for corrosion resistant equipment
c. ASTM D 638, Standard test method for tensile properties of plastics
d. ASTM D 790, Standard test method for flexural properties of unreinforced and reinforced
e. plastics and electrical insulating materials
f. ASTM D 695 REV A, Standard test method for compressive properties of rigid plastics
4.0 PERSYARATAN TEKNIS
1. Persyaratan Material
1.1. Material utama
a. resin sesuai dengan ASTM C 582:
1) polyester resin unsaturated type Ortho polyester;
2) iso polyester dan
3) vinyl ester;
b. reinforcing:
1) chopped strand mat dari tipe E-glass;
2) roving cross mat (woven roving) dari tipe E-glass;
Struktur pelapisan fiberglass, lihat Gambar 1.

Gambar 1 Struktur lapisan fibreglass


1.2. Material pendukung

Spesifikasi Teknis Page 51


a. pasta pigment/warna dari oil-based;
b. katalisator sebagai hardener dari unsur methyl ethyl ketone peroxide (MEKPO);
c. cobalt sebagai promotor.
1.3. Laminate
Struktur laminate tipe I harus sesuai Tabel 1 dan laminate tipe II sesuai Tabel 2 berikut ini.
Tabel 1 Komposisi laminate standar tipe Ia

A Kandungan glass, untuk semua ketebalan sebesar 25% sampai 30%, diukur dalam berat
B Tebal yang dihitung dalam perencanaan ditentukan sebagai berikut :
V = mat permukaan – 0,25 mm/ply saat jenuh dengan resin.
M = mat 459 g/m2 – 1,1 mm/ply saat jenuh dengan resin.
C Tebal tidak boleh kurang dari 90% dari tebal yang dihitung seperti tertera pada tabel di atas.
D Corrosion barrier (plies 1, 2, dan 3) harus berwujud gel sebelum plies struktural ditambahkan.
E Struktur lapisan atas dapat dipotong asalkan panjang interval cukup untuk mengeluarkan panas jika
diharuskan oleh prosedur proses laminate dan pemotongan struktur laminate untuk mengeluarkan panas
harus mengikuti instruksi pada Tabel 2 dan Tabel 3 untuk tipe laminate tertentu. Ply akhir dari perkuatan
sebelum pemotongan untuk mengeluarkan panas harus mat dengan 459 g/m2 atau ekivalen dengan
chopped roving. Ply awal dari laminate berikutnya, harus dengan mat 459 g/m2 atau ekivalen dengan
chopped roving.
Tabel 2 Komposisi laminate standar tipe IIa

A Tebal yang dihitung dalam perencanaan ditentukan sebagai berikut :


V = surfacing mat – 0,25 mm/lapisan saat jenuh dengan resin.
M = 459 g/m2 mat = 1,1 mm/lapisan saat jenuh dengan resin.
R = 832 g/m2 mat 5 x 4 woven roving = 0,84 mm/ lapisan saat jenuh dengan resin.
B Tebal tidak boleh kurang dari 90% dari tebal yang dihitung seperti tertera pada tabel.

Spesifikasi Teknis Page 52


C Corrosion barrier (lapisan 1, 2, dan 3) harus berwujud gel sebelum lapisan struktural ditambahkan.
D Lay-up struktural dapat digunakan sepanjang exotherm tertentu ditutup dengan lapisan ”M”
2. Sifat Fisik dan Mekanis
a) komposisi laminate standar tipe I sesuai Tabel 1 dan tipe II sesuai Tabel 2;
b) persyaratan sifat mekanis untuk laminates tipe I dan II sesuai Tabel 3.
Tabel 3 Sifat Laminate Standar

A Barcol hardness harus minimum 90% dari cast resin hardness.


B Test method D 638
C Test method D 790.
D Test method D 695
E Tebal tidak boleh kurang dari 90% dari ketebalan yang dihitung.
5.0 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Sebelum memulai pelaksanaan pemasangan, kontraktor agar meneliti gambar-gambar dan kondisi di lapangan.
b. Kontraktor agar terlebih dahulu membuat shop drawing lengkap dengan petunjuk dari Direksi/Pengawas
Lapangan/Pengawas meliputi gambar denah lokasi, ukuran, bentuk dan kualitas.
c. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukan kepada Perencana/Pengawas beserta persyaratan/ketentuan
pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
d. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, penggantian harus disetujui Direksi/Pengawas
Lapangan/Pengawas berdasarkan contoh yang dilakukan Kontraktor.
e. Sebelum pemasangan dimulai, kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan,
termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-
detail sesuai dengan gambar kontrak.
f. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar dengan spesifikasi dan
sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Pengawas.
g. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disatu tempat bila ada kelainan/perbedaan ditempat itu sebelum
kelainan tersebut diselesaikan.
h. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil pekerjaan dan
fungsinya.
i. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan
dan masa garansi, atas biaya kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

Spesifikasi Teknis Page 53

Anda mungkin juga menyukai