Anda di halaman 1dari 92

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

NOMOR: SK. 2681/AP.005/DRJD/2006

TENTANG

PENGOPERASIAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Menimbang : a. bahwa dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 52


Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan
Penyeberangan telah diatur mengenai Pengoperasian
Pelabuhan Penyeberangan;

b. bahwa sehubungan dengan butir a, perlu ditetapkan peraturan


Direktur Jenderal tentang Pengoperasian Pelabuhan
Penyeberangan;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480);

2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3494);

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi


Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2004 No. 125, Tambahan
Lembaran Negara No. 4437);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang


Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun
1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang


Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
187, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3907);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang


Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145);

8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang


Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 32 Tahun 2001


tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan;

10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 53 Tahun 2002


tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional;

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2004


tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan;

12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 43 Tahun 2005


tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


DARAT TENTANG PENGOPERASIAN PELABUHAN
PENYEBERANGAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di


sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat
barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi;
2. Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk kegiatan
angkutan penyeberangan;

3. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang
digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah;

4. Keadaan darurat adalah keadaan dimana prosedur yang berlaku dalam


pelayanan pelabuhan tidak berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku;

5. Kepala Pelabuhan adalah Kepala pelabuhan penyeberangan;

6. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan Penyeberangan adalah wilayah


perairan dan daratan pada pelabuhan penyeberangan yang dipergunakan
secara langsung untuk kegiatan pelabuhan penyeberangan;

7. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Penyeberangan adalah


wilayah perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan
Penyeberangan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan
pelayaran;

8. Penyelenggara Pelabuhan Penyeberangan adalah Unit Pelaksana


Teknis/Satuan Kerja Pelabuhan Penyeberangan atau Badan Usaha
Pelabuhan Penyeberangan;

9. Badan Usaha Pelabuhan Penyeberangan adalah Badan Usaha Milik


Negara atau Badan Usaha Milik Daerah yang khusus didirikan untuk
mengusahakan segala bentuk jasa pelayanan di Pelabuhan
Penyeberangan;

10. Badan Hukum Indonesia adalah badan usaha yang dimiliki oleh negara
dan/atau swasta dan/atau koperasi;

11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat;

12. Kepala Dinas Propinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota adalah Kepala
Dinas yang bertanggung jawab di bidang pelabuhan penyeberangan;
BAB II
PENGORGANISASIAN

Pasal 2
(1) Pelabuhan penyeberangan dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan dan
dibantu oleh petugas sesuai fungsi yang ada.
(2) Besaran organisasi pelabuhan ditentukan berdasarkan tugas dan fungsi yang
berada di pelabuhan yang bersangkutan.

Pasal 3

Untuk mewujudkan perannya, maka pelabuhan penyeberangan mempunyai fungsi


sebagai berikut:

a fungsi Pemerintahan :
1) keselamatan pelayaran;
2) bea cukai, imigrasi dan karantina untuk pelabuhan antar negara;
3) kemanan dan ketertiban;
4) pendataan penumpang, kendaraan serta muatannya;
5) pelaporan.
b fungsi Pengusahaan jasa kepelabuhanan :
1) usaha pokok yang meliputi pelayanan terhadap penumpang, kendaraan
dan muatannya serta kapal;
2) usaha penunjang yang meliputi kegiatan :
a) penyediaan perkantoran untuk kepentingan pengguna jasa
pelabuhan;
b) penyediaan kawasan pertokoan;
c) penyediaan tempat bermain dan rekreasi;
d) jasa pariwara;
e) kegiatan perawatan dan perbaikan kapal;
f) penyediaan fasilitas penampungan dan/atau pengolahan limbah;
g) kegiatan perhotelan,
h) restoran, pariwisata,
i) pos dan telekomunikasi;
j) penyediaan sarana umum lainnya.
Pasal 4

(1) Untuk terwujudnya fungsi pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,


dilakukan kegiatan penataan, pengaturan dan pengawasan.

(2) Kegiatan penataan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a. penataan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan


penyeberangan di daratan dan di perairan;
b. penyusunan dan penataan jadwal pelayanan kapal (kedatangan dan
keberangkatan);
c. penyusunan jadwal dan pembagian petugas di pelabuhan.

(3) Kegiatan pengaturan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a. koordinasi antar instansi;


b. operasional pelabuhan;
c. penanganan darurat.

(4) Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi


pengawasan terhadap :

b. fasilitas pokok dan fasilitas penunjang pelabuhan penyeberangan di


daratan dan di perairan;
c. lapangan/operasional;
d. keamanan dan ketertiban.

BAB III
OPERASIONAL PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN
Bagian Pertama
Macam Dan Jenis Fasilitas Pelabuhan

Pasal 5

(1) Pelayanan pelabuhan penyeberangan dapat dilakukan apabila fasilitas


pelabuhan penyeberangan telah siap untuk dioperasikan.

(2) Fasilitas pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari :

a. fasilitas daratan;
b. fasilitas perairan.
(3) Fasilitas daratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a terdiri
dari:

a. fasilitas pokok, meliputi:

1) terminal penumpang;
2) penimbangan kendaraan bermuatan;
3) jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way);
4) perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa;
5) fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker);
6) instalasi air, listrik dan telekomunikasi;
7) akses jalan dan/atau jalur kereta api;
8) fasilitas pemadam kebakaran;
9) tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal.

b. fasilitas penunjang, meliputi:

1) kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan


jasa kepelabuhanan;
2) tempat penampungan limbah;
3) fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan
penyeberangan;
4) areal pengembangan pelabuhan;
5) fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan
kesehatan).

(4) Fasilitas perairan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b terdiri
dari:
a. fasilitas pokok, meliputi:

1) alur pelayaran;
2) fasilitas sandar kapal;
3) fasilitas bongkar muat;
4) perairan tempat labuh;
5) kolam pelabuhan.

b. fasilitas penunjang, meliputi:

1) perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;


2) perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan
kapal;
3) perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);
4) perairan untuk keperluan darurat;
5) perairan untuk kapal pemerintah.
Bagian Kedua
Fungsi Fasilitas Pelabuhan

Pasal 6

(1) Fasilitas pokok daratan pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berfungsi:

a. Terminal penumpang merupakan bangunan gedung sebagai tempat


untuk ruang tunggu penumpang sebelum diperkenankan memasuki
kapal.
b. Jembatan timbang sebagai tempat untuk menimbang kendaraan beserta
muatannya dalam rangka keselamatan fasilitas pelabuhan dan
pelayaran;
c. jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way); sebagai tempat untuk
memisahkan akses penumpang dan akses kendaraan dengan
menggunakan jalan / jembatan yang diberi pagar yang langsung
menyambung pada dek kapal sehingga melancarkan sistem transportasi
di pelabuhan;
d. perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa sebagai
tempat untuk kegiatan administrasi pemerintahan seperti pengelolaan
dan pengawasan pelabuhan;
e. fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker); sebagai tempat untuk
menyimpan dan menyediakan bahan bakar kapal;
f. instalasi air, listrik dan telekomunikasi:
1) instalasi air untuk menyediakan air bersih yang digunakan untuk
keperluan kapal;
2) instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf
k untuk memasok tenaga listrik guna mendukung kegiatan bongkar
muat di pelabuhan;
3) telekomunikasi untuk memudahkan komunikasi intern pelabuhan
dan ekstern.
g. akses jalan dan/atau jalur kereta api untuk meghubungkan antar fasilitas
dalam pelabuhan;
h. fasilitas pemadam kebakaran; sebagai fasilitas untuk menanggulangi
bahaya kebakaran dapat berupa hydrant, tabung kebakaran, dan alarm
pendeteksi kebakaran dan unit mobil pemadam kebakaran;
i. tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal dan sebagai
tempat untuk menampung kendaraan baik untuk istirahat, menunggu
proses administrasi (ticketing) maupun menunggu mendapatkan giliran
masuk untuk boarding ke dalam kapal.

(2) Selain fasilitas sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dibangun terminal
penumpang diluar Daerah Lingkungan Kerja pelabuhan penyeberangan
dengan jarak sekurang-kurangnya 200 m diukur dari batas luar Daerah
Lingkungan Kerja.

(3) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakan


simpul transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan
penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.

Pasal 7

Fasilitas penunjang daratan pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b berfungsi:

a. kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa


kepelabuhanan;
b. tempat penampungan limbah sebagai tempat penampungan limbah dan
pengolahan limbah agar tidak mencemari perairan;
c. fasilitas usaha untuk menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan;
d. areal pengembangan pelabuhan sebagai cadangan untuk pengembangan
pelabuhan;
e. fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan kesehatan) untuk
memenuhi keperluan penumpang.

Pasal 8
Fasilitas pokok perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf a
berfungsi:
a. alur pelayaran untuk keluar masuk kapal dari dan keluar pelabuhan;
b. fasilitas sandar untuk sandar kapal dalam rangka bongkar muat kapal;
c. fasilitas bongkar muat kapal untuk naik turun kendaraan beserta
muatannya;
d. perairan tempat labuh untuk lego jangkar kapal yang sedang istirahat,
docking ringan atau sedang menunggu antrian sebelum masuk kolam
pelabuhan;
e. kolam pelabuhan untuk kebutuhan manuver (olah gerak) kapal pada saat
merapat, sandar atau lepas sandar.
Pasal 9
(1) Fasilitas sandar kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dapat
berupa :
c. quaywall;
d. dolphin; atau
e. jetty.
(2) Fasilitas bongkar muat kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c
dapat berupa :
a. Ponton;
b. Plengsengan;atau
c. Movable bridge.
(3) Prosedur pengoperasian movable bridge, sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) secara rinci sebagaimana dalam contoh 1 lampiran I peraturan ini.

Bagian Ketiga
Tugas dan Tanggung Jawab Pengelola Pelabuhan

Pasal 10
(1) Pengelola pelabuhan mempunyai tugas dan tanggung jawab dibidang:
a. administrasi;
b. operasional.
(2) Bidang Administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a meliputi
kegiatan :
a. keuangan;
b. ketata usahaan;
c. kepegawaian;
d. pengusahaan jasa kepelabuhanan;
e. pelaporan.
(3) Bidang operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi kegiatan
untuk :
a. pelayanan penumpang;
b. pelayanan kendaraan;
c. pelayanan kapal;
d. pengecekan fasilitas pelabuhan;
e. kelancaran lalu lintas;
f. pemeliharaan;
g. perbaikan;
h. Keamanan dan ketertiban.
(4) Rincian tugas dan tanggung jawab serta kualifikasi pendidikan pengelola
pelabuhan sebagaimana dalam contoh 2 dan contoh 3 lampiran I Peraturan
ini.

BAB IV
PROSEDUR PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN
Bagian Pertama
Pelayanan

Pasal 11
(1) Pelabuhan penyeberangan diselenggarakan untuk pelayanan terhadap :

a. penumpang;
b. kendaraan beserta muatannya;
c. kapal.

(2) Selain pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di pelabuhan


penyeberangan disediakan pelayanan kegiatan penunjang.
(3) Pelayanan pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dalam keadaan darurat.

Pasal 12
Pelayanan pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
diatur sebagai berikut :
a. Pihak pengelola pelabuhan harus memberikan papan informasi bagi
penumpang dipelabuhan;
b. pihak pengelola pelabuhan harus memasang tanda/papan pengumuman
yang sekurang-kurangnya berisi nama dan jadwal keberangkatan kapal serta
tarif di tempat yang mudah terlihat;
c. pihak pengelola pelabuhan/petugas pelabuhan yang sedang bertugas harus
memakai pakaian dan atribut yang telah ditentukan sesuai dengan aturan
yang berlaku;
d. pihak pengelola pelabuhan harus memberikan pelayanan dan menyediakan
jasa fasilitas pelabuhan sejak penumpang masuk area pelabuhan sampai
dengan masuk ke kapal;
e. pihak pengelola pelabuhan harus menyiapkan petugas selama jam dinas dan
setiap pergantian petugas, harus diadakan serah terima dan membuat daftar
absensi.

Pasal 13
(1) Pelayanan pelabuhan penyeberangan untuk penumpang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a, meliputi :

a. Keberangkatan penumpang;
b. kedatangan penumpang.

(2) Pelayanan pelabuhan penyeberangan untuk keberangkatan penumpang


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi :
a. sistem penjualan tiket meliputi :
1) tiket sekali jalan;
2) tiket pulang pergi;
3) tiket berlangganan/abonemen.
b. Memberikan pelayanan sesuai dengan fasilitas yang ada di
pelabuhan;
c. Pemberitahuan keberangkatan kapal.

(3) Pelayanan pelabuhan penyeberangan untuk kedatangan penumpang


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi :

a. Memberikan informasi alur keluar penumpang;


b. Pemberitahuan kedatangan kapal.

(4) Prosedur pelayanan untuk penumpang sebagaimana dimaksud ayat (1)


secara rinci dalam contoh 1 Lampiran II Peraturan ini.

Pasal 14
(1) Pelayanan pelabuhan penyeberangan untuk kendaraan beserta muatannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, diatur sebagai berikut :
a. kendaraan penumpang;
b. kendaraan barang;
c. kendaraan angkutan alat berat.
(2) Pelayanan untuk kendaraan penumpang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a meliputi :
a. pengaturan arus kedatangan kedaraan;
b. penjualan tiket di loket;
c. pengaturan di area parkir;
d. pengaturan masuk ke kapal.

(3) Pelayanan untuk kendaraan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b meliputi :

a. pengaturan arus kedatangan kedaraan;


b. penimbangan kendaraan serta muatan;
c. penjualan tiket di loket;
d. pengaturan di area parkir;
e. pengaturan masuk ke kapal.

(4) Pelayanan untuk kendaraan angkutan alat berat sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) huruf b meliputi :

a. pembatasan berat maksimum yang tidak melebihi kemampuan MB dan


cardeck kapal;
b. pengaturan arus kedatangan kedaraan;
c. penimbangan kendaraan serta muatan;
d. penjualan tiket di loket;
e. pengaturan di area parkir;
f. pengaturan dan pengamanan masuk ke kapal.

(5) Prosedur pelayanan untuk kendaraan sebagaimana dimaksud ayat (1)


dalam contoh 2 Lampiran II peraturan ini.

Pasal 15
(1) Pelayanan pelabuhan penyeberangan terhadap kapal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, diatur sebagai berikut :

a. sandar dan bongkar muat kapal;


b. pengaturan jadwal kapal;
c. pengisian BBM dan air tawar;
d. pembuangan limbah kapal;
e. komunikasi kapal dengan pelabuhan dan SBNP.
(2) Prosedur pelayanan terhadap kapal sebagaimana dimaksud ayat (1)
sebagaimana dalam contoh 3 lampiran II peraturan ini.

Pasal 16
(1) Pelayanan pelabuhan penyeberangan untuk kegiatan penunjang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) terdiri dari:
a. kegiatan penyediaan perkantoran untuk kepentingan pengguna jasa
pelabuhan;
b. kegiatan penyediaan kawasan pertokoan;
c. kegiatan penyediaan tempat bermain dan rekreasi;
d. kegiatan penyediaan tempat pengaduan bagi pengguna jasa
pelabuhan yang kehilangan sesuatu di areal pelabuhan;
e. jasa pariwara;
f. kegiatan perawatan dan perbaikan kapal;
g. penyediaan fasilitas penampungan dan/atau pengolahan limbah;
h. penyediaan angkutan dari dan ke kapal di pelabuhan;
i. jasa pembersihan dan pemeliharaan gedung dan kantor;
j. kegiatan perhotelan, restoran, pariwisata, pos dan telekomunikasi;
k. penyediaan sarana umum lainnya.
(2) Usaha kegiatan penunjang pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilaksanakan oleh:
a. Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan pada pelabuhan penyeberangan
yang diselenggarakan oleh pemerintah;
b. Badan Usaha Pelabuhan Penyeberangan, untuk pelabuhan
penyeberangan yang diusahakan;
c. Badan Hukum Indonesia atau Warga Negara Indonesia, atas
persetujuan Unit Pelaksana Teknis atau Badan Usaha Pelabuhan.
(3) Pelayanan kegiatan penunjang di pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 17
(1) Pelaksana usaha kegiatan penunjang pelabuhan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2) dalam melaksanakan kegiatan di dalam daerah
lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan,
diwajibkan:
a. Menjaga ketertiban dan kebersihan wilayah pelabuhan yang
dipergunakan;
b. Menghindarkan terjadinya gangguan keamanan dan hal-hal lain yang
dapat mengganggu kelancaran kegiatan operasional pelabuhan;
c. Bertanggung jawab untuk menjaga keamanan fasilitas yang dimiliki
dan ketertiban di lingkungan kerja masing-masing;
d. Melaporkan kepada petugas yang berwenang di pelabuhan apabila
mengetahui telah terjadi peristiwa yang dapat mengganggu
keamanan, ketertiban dan kelancaran operasional pelabuhan;
e. Menjaga kelestarian lingkungan.
(2) Pelaksana usaha kegiatan penunjang pelabuhan yang tidak mematuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikenakan sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 18
(1) Untuk memenuhi kebutuhan angkutan, dapat dilakukan peningkatan
kapasitas pelayanan pelabuhan penyeberangan,
(2) Peningkatan kapasitas pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (1),
dilakukan dengan cara:
a. meningkatkan jumlah trip kapal;
b. usulan penggantian/penambahan jumlah kapal;
c. penambahan waktu operasi pelabuhan penyeberangan;
d. usulan penambahan jumlah dermaga.
(3) Usulan sebagaimana dimaksud ayat (2) disampaikan kepada instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 19
(1) Prosedur pelayanan pelabuhan Penyeberangan pada keadaan darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) terbagi dalam dua
peristiwa, yaitu :
a. keadaan darurat di perairan;
b. keadaan darurat di darat.
(2) keadaan darurat di perairan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a
meliputi:
a. keadaan darurat yang terjadi di kapal;
b. akibat cuaca buruk.
(3) keadaan darurat di darat sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:
a. kebakaran di pelabuhan;
b. kemacetan lalu lintas di pelabuhan;
c. kerusuhan masal di pelabuhan;
d. penanganan bahan peledak/ancaman terorisme di pelabuhan.

(4) Prosedur pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam


contoh 4 lampiran II peraturan ini.

Bagian Kedua
Pelaporan dan Administrasi pelayanan di Pelabuhan

Pasal 20
(1) Pengelola pelabuhan harus menyampaikan laporan mengenai kinerja
pelabuhan secara berkala.

(2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud ayat (1) memuat sekurang-


kurangnya:

a. Jenis fasilitas yang dimiliki;


b. Petugas;
c. Kondisi pelabuhan.

(3) laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur sebagai berikut:

a. Untuk pelabuhan penyeberangan yang diselenggarakan oleh


Pemerintah Pusat, Kepala unit Pelaksana Teknis Pelabuhan melaporkan
kepada Direktur Jenderal dan Kepala Dinas Propinsi sekurang-
kurangnya setiap 1 (satu) bulan dan disampaikan selambat-lambatnya
pada tanggal 10, bulan berikutnya;

b. Untuk pelabuhan penyeberangan yang diselenggarakan oleh


Pemerintah Daerah, Kepala unit Pelaksana Teknis Pelabuhan
melaporkan kepada Bupati/Wali kota dengan tembusan Direktur
Jenderal dan Kepala Dinas Propinsi sekurang-kurangnya setiap 1 (satu)
bulan dan disampaikan selambat-lambatnya pada tanggal 10, bulan
berikutnya;

c. Untuk pelabuhan penyeberangan yang diusahakan, Kepala pelabuhan


melaporkan kepada Direksi PT. (Persero) ASDP dengan tembusan
disampaikan lepada Direktur Jenderal dan Kepala Dinas Propinsi
sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) bulan dan disampaikan selambat-
lambatnya pada tanggal 10, bulan berikutnya.

(4) Bentuk formulir laporan sebagaimana contoh 5 lampiran II peraturan ini.


Pasal 21
(1) Administrasi pelayanan di pelabuhan meliputi :
a. Pendapatan Negara Bukan Pajak
b. Pelayanan Tiket Terpadu;
c. Klaim tiket penumpang dan kendaraan;
d. Pelayanan Kendaraan Pribadi;
e. Pelayanan Penumpang;
f. Pelayanan Kendaraan Barang;
g. Pelayanan Jasa Pelayanan Sandar Kapal;
h. Menyuplai BBM;
i. Pengisian BBM;
j. Permohonan BBM;
k. Pengisian BBM dan Air Tawar;
l. Penagihan Pendapatan;
m. Jasa non Tiket (Sandar dan listrik).

(2) Prosedur Administrasi Pelabuhan Penyeberangan sebagaimana dimaksud


ayat (1) seperti contoh 6 dalam lampiran II Peraturan ini.

BAB V

PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Bagian Pertama

Pembinaan

Pasal 22

(1) Pembinaan teknis tehadap pelaksanaan pengoperasian pelabuhan


penyeberangan dilakukan oleh Direktur Jenderal.
(2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi kegiatan:
a. menetapkan kebijakan;
b. memberikan bimbingan dan petunjuk ;
c. mengawasi, mengarahkan dan mengambil tindakan korektif;
d. menetapkan kualifikasi teknis pengelola pelabuhan;
e. memberikan rekomendasi dan/atau sanksi administrasi
f. memberikan penghargaan
g. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
Bagian Kedua

Pengendalian Operasional Pelabuhan

Pasal 23
(1) Pengendalian operasional di pelabuhan terdiri dari:
a. pengendalian operasional untuk penumpang dan barang bawaannya;
b. pengendalian operasional untuk kendaraan dan muatannya di
pelabuhan;
c. pengendalian operasional untuk fasilitas pelabuhan;
d. pengendalian operasional yang berkaitan dengan keamanan
pelabuhan.
(2) Pengendalian operasional yang berkaitan dengan penumpang dan barang
bawaannya, kendaraan dan muatannya serta fasilitas pelabuhan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, b dan c dipimpin oleh kepala
pelabuhan.
(3) Pengendalian operasional yang berkaitan dengan keamanan pelabuhan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d, komando pengendalian dipimpin
kepala pelabuhan berkoordinasi dengan instansi terkait.
(4) Prosedur pengendalian operasional di pelabuhan sebagaimana lampiran III
peraturan ini.

Bagian Ketiga

Pengawasan

Pasal 24

(1) Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan pelabuhan penyeberangan,


secara periodik dilakukan pengawasan serta evaluasi kinerja
pengoperasian.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
melaporkan mengenai kinerja pengoperasian pelabuhan penyeberangan
setiap 6 (enam) bulan sekali.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada
Direktur Jenderal c.q. Direktur LLASDP.
(4) Direktur Jenderal c.q. Direktur LLASDP pada keadaan tertentu dalam
melakukan pengawasan dapat meminta bantuan kepada Dinas Propinsi
setempat.
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Direktur
Jenderal c.q. Direktur LLASDP melakukan evaluasi.
(6) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dijadikan bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan lebih lanjut.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 4 September 2006

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


ttd

Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc.


NIP. 120 092 889

Salinan Peraturan ini disampaikan kepada :


1. Menteri Perhubungan;
2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Direktur Jenderal dan Kepala
Badan di lingkungan Departemen Perhubungan;
3. Para Gubernur dan Bupati/Walikota;
4. Dirjen Perhubungan Laut;
5. Direktur PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero);
6. Para Kepala Dinas Perhubungan Propinsi dan Kabupaten/Kota;
7. Para Kepala UPT Ditjen Perhubungan Darat.
Lampiran I: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Nomor : SK.2681/AP.005/DRJD/2006

Tanggal : 4 September 2006

Contoh 1

Prosedur pengoperasian Movable Bridge

a. Umum
Bisa digerakkan mengikuti pasang-surutnya air laut, sehingga dapat memindahkan
kendaraan yang ada di kapal ferry ke daratan ataupun sebaliknya.
Posisi lantai Movable Bridge dan Rampdoor Kapal yang telah diletakkan di atas lantai
Movable Bridge harus diusahakan mendekati garis lurus (membentuk sudut 180°)
Posisi lantai Movable Bridge dengan Ramp door ferry sebagai sketsa berikut ;

Sketsa Posisi MB dan Ramp Door

1
Ada beberapa tombol, lampu display (tampilan) dan meteran pada meja kontrol seperti
terlihat pada gambar berikut :

KETERANGAN MEJA KONTROL

11 6
4 2 3

9 10

7 8

1
12 5

Keterangan gambar :
1. Tombol power listrik.
2. Lampu penunjuk aliran listrik 3 phase (Merah, Hijau dan Kuning).
3. A.C. Volt meter.
4. A.C. Ampere meter.
5. Bel tanda kesalahan.
6. Tombol dan Lampu reset (tombol Merah)
7. Tombol start pompa hidrolik (tombol hijau).
8. Tombol stop pompa hidrolik (tombol merah).
9. Tombol jembatan naik (tombol hijau).
10. Tombol jembatan turun (tombol hijau).
11. Lampu penunjuk kesalahan kiri & kanan.
12. Lubang Tombol Power Listrik (NFB).

Gambar Potongan Melintang MB

RUANG KONTROL

HYDROLIC/
TACKLE
ELECTRIC

MOVABLE BRIDGE

HWS

LWS

SEABED

Gambar Potongan Melintang Movable Bridge Tackle

2
Keterangan gambar :
1. Jembatan
2. Engsel
3. Ruang Operasi
4. Lampu Penerangan
5. Tackle
6. Hanger Fix beam
7. Fix beam
8. Menara Kolom
9. Rel pengarah
10. Roda penyearah
11. Rem pengaman

b. Pelaksanaan Pengoperasian MB Hidrolik


Pada dasarnya sistem kerja hidrolik untuk Movable bridge terdiri atas 2 (dua) macam yaitu

3
:
1. Dengan menggunakan motor elektrik
Motor elektrik digerakkan oleh genset/PLN. Lalu menggerakkan pompa hidrolik
yang terdapat di power unit. Lalu pompa mensuplai oli sehingga silinder dapat
digerakkan naik turun.
2. Dengan emergency diesel
Emergency diesel digunakan apabila genset/PLN tidak berfungsi, emergency diesel
akan menggerakkan pompa hidrolik lalu mensuplai oli sehingga silinder bisa naik
turun, (sama seperti motor elektrik). Untuk kedua sistem hidrolik diatas proses
penyuplaian oli yang mengakibatkan silinder bergerak naik atau turun pada
dasarnya sama.

c. Pelaksanaan Pengoperasian MB Tackel

KETERANGAN MEJA KONTROL

11 6
4 2 3

9 10

7 8

1
12 5

Keterangan gambar :
1). Tombol power listrik.
2). Lampu penunjuk aliran listrik 3 phase (Merah, Hijau dan Kuning).
3). A.C. Volt meter.
4). A.C. Ampere meter.
5). Bel tanda kesalahan.
6). Tombol dan Lampu reset (tombol Merah)
7). Tombol start pompa hidrolik (tombol hijau).
8). Tombol stop pompa hidrolik (tombol merah).
9). Tombol jembatan naik (tombol hijau).
10). Tombol jembatan turun (tombol hijau).
11). Lampu penunjuk kesalahan kiri & kanan.
12). Lubang Tombol Power Listrik (NFB).

d. Sumber listrik
1. Tombol power listrik

4
Tombol power listrik (MCB) berada di dalam Box yang dapat dibuka dengan
menaikkan tombol pembuka (nomor 8). Untuk memasukkan arus listrik pada meja
kontrol MCB tersebut harus pada posisi ON.
2. Source light
Pada setiap pengoperasian harus ada aliran listrik yang masuk pada meja kontrol
yang ditandai dengan indicator Source Light warna kuning (nomor 3) yang
menyala.

e. Pengoperasian pada posisi normal


Posisi normal berarti pergerakan naik dan turun Movable Bridge sebelah kiri dan sebelah
kanan sama (sinkron).
1. Switch reset – Norm Posistion
Switch tersebut (nomor 1) menunjukkan posisi NORM POSITION (II).
2. Menaikkan jembatan
Tekan tombol NORM POSITION ; UP – L/R (nomor 5).
Movable bridge akan naik dengan pergerakan ke kiri dan kanan sama yang ditandai
dengan menyalannya lampu light up warna merah (nomor 4)
3 Menurunkan Jembatan
Tekan tombol NORM POSITION ; UP – L/R (nomor 10).
Movable bridge akan turun dengan pergerakan ke kiri dan kanan sama yang
ditandai dengan menyalannya lampu light down warna hijau (nomor 4)
Hal penting yang harus diperhatikan:
Setelah ketinggian posisi lantai Movable bridge dengan ramp door kapal telah
sesuai maka hanger fix beam dipasang pen pengaman dengan fix beam pada
sebelah kiri dan kanan kemudian posisi rantai tackle dikendurkan sehingga rantai
tackle sudah tidak menahan beban.
Pada keadaan demikian baru kendaraan diperbolehkan melewati lantai Movable
Bridge.

f. Pengoperasian pada posisi tidak normal


Posisi tidak normal berarti pergerakan naik turun Movable Bridge sebelah kiri dan sebelah
kanan tidak sama (tidak sonkron).
1. Switch reset – Norm Posistion

5
Switch tersebut (nomor 1) menunjukkan posisi RESET UP/DOWN L/R (I).
2. Gerakan sebelah kiri
a. Arahkan tombol 6 pada posisi RESET UP/DOWN – LEFT (I). hal ini berarti
bahwa pergerakan hanya pada electric tackle sebelah kiri.
b. Untuk menaikkan jembatan tekan tombol RESET; UP – L/R (nomo 2) maka
electric tackle sebelah kiri akan naik yang ditandai dengan menyalanya lampu
light up warna merah (nomor 4).
c. Untuk menurunkan jembatan tekan tombol RESET; DOWN – L/R (nomo 7)
maka electric tackle sebelah kiri akan turun yang ditandai dengan menyalanya
lampu light down warna merah (nomor 9).
3 Gerakan sebelah kanan
a. Arahkan tombol 6 pada posisi RESET UP/DOWN – RIGHT (I). hal ini berarti
bahwa pergerakan hanya pada electric tackle sebelah kanan.
b. Untuk menaikkan jembatan tekan tombol RESET; UP – L/R (nomo 2) maka
electric tackle sebelah kanan akan naik yang ditandai dengan menyalanya
lampu light up warna merah (nomor 4).
c. Untuk menurunkan jembatan tekan tombol RESET; DOWN – L/R (nomo 7)
maka electric tackle sebelah kanan akan turun yang ditandai dengan
menyalanya lampu light down warna merah (nomor 9).

Contoh 2

6
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLA PELABUHAN

I. Fungsi Administrasi

a. keuangan;

1) Mengelola anggaran kegiatan operasional dan pemeliharaan


pelabuhan.
2) Melakukan pelaporan kegiatan pengoperasian secara rutin dan
periodik kepada Kepala Pelabuhan.
3) Melakukan pelaporan keuangan pemerintah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, meliputi:
a. Sistem Akuntasi Keuangan;
b. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara, berupa : jenis fasilitas yang
dimiliki, petugas, kondisi pelabuhan (Pasal 21 ayat (2)).
4) Membuat rencana anggaran biaya kegiatan pengoperasian.

b. ketata usahaan;

1) menyusun statistik dan pelaporan;


2) urusan tatausaha kepegawaian,
3) surat menyurat, kearsipan, ekspedisi dan penggandaan.

c. kepegawaian;

1) merencanakan kebutuhan SDM


2) menempatkan SDM sesuai dengan kebutuhan pelabuhan dan
kualifikasi pendidikan
3) Meningkatkan kemampuan pegawai
4) Merencanakan dan melaksanakan program kepegawaian dan
menyusun anggaran biayanya.
5) Melaksanakan pengendalian tugas kepegawaian di dalam daerah
lingkungan kerja pelabuhan.

d. pengusahaan jasa kepelabuhanan;

1) Menyusun rencana kerja, mengawasi dan mengontrol kegiatan


pelayanan jasa kepelabuhanan.

7
2) membuat analisa keadaan terhadap kegiatan pengusahaan jasa
kepelabuhan.
3) Membuat rencana anggaran biaya kegiatan pengusahaan jasa
kepelabuhan.
4) Mengawasi dan mengontrol kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan.

e. pelaporan.

1) Membuat berita acara tiket penumpang dan kendaraan setiap


keberangkatan kapal.
2) Pengecekan nomor seri tiket yang terjual.
3) Pengecekan tiket kendaraan yang terjual sedang kendaraan bellum
sempat naik kapal agar hasil pengecekan tiket dimintakan ke regu lain.
4) Membuat rekapitulasi tiket kendaraan yang terjual selama 12 jam.
5) Membuat laporan setoran bank.
6) Membuat perhitungan kendaraan/penumpang selama 24 jam.
7) Melakukan pelaporan kegiatan pengoperasian secara rutin dan periodik
kepada Kepala Pelabuhan.
8) Membuat berita acara tiket penumpang dan kendaraan setiap
keberangkatan kapal.
9) Membuat perhitungan kendaraan/penumpang selama 24 jam.
10) melaporkan hasil penjualan pas masuk/parkir kepada petugas stok tiket

II. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Operasional

a. Pelayanan penumpang;

1) Memungut jasa pelabuhan bagi orang-orang yang masuk wilayah kerja


pelabuhan.
2) Mencatat nomor seri awal tiket penumpang/kendaraan.
3) Melayani penjualan tiket penumpang/kendaraan sesuai dengan
golongan dan jumlah penumpangnya
4) Membuat berita acara hasil penjualan tiket penumpang setiap
pemberangkatan kapal.
5) Membuat berita acara rekapitulasi hasil penumpang/kendaraan selama
12 (dua belas) jam ke GS

8
6) Mengarahkan penumpang yang akan naik kapal agar melewati
gangway.
7) Memberi informasi tentang keberangkatan kapal.
8) Mempersilakan calon penumpang yang akan membeli tiket agar antri
dengan tertib dan menyediakan uang pas untuk mempermudah
pelayanan.
9) Memberikan informasi kepada penumpang agar waspada dengan
barang bawaannya.
10) Mempersilahkan calon penumpangnya yang sudah mempunyai tiket
segera masuk kapal.
11) Mencatat stok tiket dan nomor seri penjualan.
12) Pengecekan nomor seri tiket sehabis serah terima dengan regu lain
agar bila ada kesalahan mudah terdeteksi.
13) Menjual tiket penumpang sesuai permintaan pemakai jasa sesuai
kapasitas kapal.
14) Membuat berita acara hasil penjualan tiket penumpang setiap
pemberangkatan kapal.
15) Membuat berita acara rekapitulasi hasil penjualan tiket selama 12 jam.
16) Menyerahkan hasil penjualan tiket penumpang ke GS.
17) Mengawasi para calon penumpang agar dapat antri membeli tiket
dengan tertib.
18) Mengatur kelancaran penumpang yang keluar/menuju kapal.
19) Melarang penumpang berada di gangway sebelum kapal sandar.
20) Melarang bila ada pedagang asongan di area ruang tunggu.
21) Mengawasi penumpang yang menginap di ruang tunggu agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
22) Mengatur kelancaran penumpang yang turun/masuk kapal.

b. Pelayanan kendaraan;

1) Memungut jasa pelabuhan bagi kendaraan yang tidak menyeberang


yang masuk wilayah kerja pelabuhan.
2) Pengecekan nomor seri pas masuk dan parkir agar tidak terjadi
kesalahan.

9
3) Memberikan penjelasan kepada kendaraan pribadi tentang prosedur
kendaraan yang akan menyeberang.
4) Menertibkan arus lalu lintas kendaraan yang masuk atau keluar
pelabuhan.
5) Melarang orang-orang yang tidak berkepentingan di sekitar loket tiket
kendaraan di pintu masuk pelabuhan.
6) Melaporkan berat timbangan pada petugas lain yang menanganinya.
7) Mengeluarkan truk barang yang bermasalah ke tempat yang
disediakan.
8) Menimbang kendaraan barang dan alat berat.
9) Bagi kendaraan yang tidak bermasalah dibuatkan lembar bukti
timbang sesuai dengan berat muatan.
10) Bagi kendaraan yang bermasalah harus dapat menunjukkan surat dari
instansi yang berwenang.
11) Mencatat seluruh jenis barang yang akan menyeberang.
12) Menerima lembar bukti dari petugas lain yang menanganinya.
13) Mengisi perhitungan biaya yang harus dibayar oleh pemakai jasa ke
dalam lembaran SA, sesuai dengan jenis golongan kendaraan, dan
jumlah muatannya.
14) Mencatat nomor seri awal tiket kendaraan.
15) Menerima pembayaran dari pemakai jasa sesuai tarif yang tercantum
dalam SA.
16) Mencantumkan cap/stempel lunas pada SA setelah selesai
pembayarannya.
17) Menerima pembayaran retribusi daerah sesuai SPKB.
18) Mengatur lalu lintas kendaraan yang melewati tollgate.
19) Mengatur kebersihan kendaraan yang melewati tollgate.
20) Menjaga kebersihan di lingkungan kerja.
21) Memeriksa truk dari lapangan parkir menuju parkir siap muat, apakah
sudah memiliki bukti pembayaran.
22) Menjaga agar kendaraan tidak keluar jalur masuk daerah siap muat
sebelum waktunya.
23) Mengatur agar kendaraan yang masuk parkir siap muat keluar satu
persatu secara berurutan dimulai jalur pertama.
24) Bertanggung jawab terhadap lingkungan kerjanya.
25) Memeriksa bukti pembayaran dan karcis penumpang kendaraan
10
pribadi.
26) Mengarahkan kendaraan pribadi masuk ke antrian siap kendaraan
pribadi.
27) Mengatur agar kendaraan pribadi masuk kapal satu per satu dengan
tertib.
28) Mengatur kelancaran kendaraan pribadi yang turun/ masuk ke kapal.

c. Pelayanan kapal;

1) Mengoperasikan side ramp door sesuai petunjuk.


2) Mengatur kelancaran kendaraan pribadi yang turun/ masuk ke kapal.
3) Segera menarik side ramp door bila sandar kapal habis waktunya.
4) Segera melaporkan kepada perwira bila terjadi kerusakan.
5) Memeriksa dan mengawasi kebersihan ruangan muat kendaraan.
6) Memeriksa tiket di pintu masuk (ramp door) setiap kendaraan yang
masuk ke kapal.
7) Menempatkan kendaraan/parkir diatas kapal sesuai dengan petunjuk
rencana muat.
8) Memberikan petunjuk kepada setiap sopir jika meninggalkan
kendaraannya agar kendaraannya terlebih dahulu diperiksa dan
aman/terkunci.

9) Mengatur kendaraan yang akan turun dari kapal secara bergilir.

d. pengecekan fasilitas pelabuhan;


1) Melakukan penilikan dan pemeliharaan bangunan, alur, perambuan,
pengelolaan terminal, dan dermaga serta fasilitas pelabuhan lainnya.
2) Pendataan ulang fasilitas pelabuhan.
3) Menyusun rencana kerja dan rencana anggaran biaya untuk kegiatan
pengecekan fasilitas pelabuhan.
4) membuat analisa keadaan fasilitas pelabuhan untuk dapat segera
diambil tindakan yang dianggap perlu.

e. kelancaran lalu lintas;

1) Mengatur lalu lintas kendaraan barang yang akan ditimbang agar tepat
berada diatas jembatan.

11
2) Mengatur lalu lintas kendaraan yang melewati tollgate.
3) Menjaga agar kendaraan tidak keluar jalur masuk daerah siap muat
sebelum waktunya.
4) Mengatur agar kendaraan yang masuk parkir siap muat keluar satu
persatu secara berurutan dimulai jalur pertama.
5) Mengarahkan kendaraan pribadi masuk ke antrian siap kendaraan
pribadi.
6) Mengatur agar kendaraan pribadi masuk kapal satu per satu dengan
tertib.
7) Mengatur kelancaran kendaraan pribadi yang turun/ masuk ke kapal.

f. pemeliharaan;

1) Menyusun rencana kerja pemeliharaan fasilitas dan sarana pelabuhan


triwulan.
2) Memberikan jadwal pemeliharaan dan arahan kepada petugas teknik
yang menjadi pelaksana pemeliharaan dan supervisi sebagai
pengawas pemeliharaan.
3) Mengkoordinir pelaksanaan pemeliharaan rutin dan memberikan
jadwal pemeliharaan dan arahan pelaksanaannya kepada petugas
teknik yang menjadi pelaksana pemeliharaan dan supervisor
pemeliharaan sebagai pengawas.
4) membuat analisa keadaan terhadap tingkat kerusakan dan akibat
yang ditimbulkannya dan melaporkan kepada Kepala Pelabuhan.
5) membuat rencana anggaran biaya dan melaporkan kepada Kepala
Pelabuhan dan segera melakukan langkah-langkah perbaikan apabila
kerusakan fasilitas dan sarana tersebut bersifat penting dan

mengganggu kelancaran operasional pelabuhan.


6) koordinator dalam pelaksanakan perbaikan yang sedang berlangsung
dan apabila perbaikan tersebut mengganggu kegiatan oprasional
pelabuhan maka atas persetujuan Kepala Pelabuhan harus
dilaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.

12
g. perbaikan.

1) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan perbaikan sarana dan


prasarana pelabuhan
2) merencanakaan anggaran biaya perbaikan
3) Pemeliharaan dilaksanakan secara periodik/ berkala sesuai jadwal
agar kerusakan atau berkurangnya efisiensi suatu bagian fasilitas dan
sarana dapat secepatnya diketahui.
4) Harus mampu melaksanakan perbaikan terhadap kerusakan-
kerusakan yang terjadi di bawah pengawasan supervisi masing-
masing bagian (alur dan dermaga atau sarana dan terminal).

h. Keamanan dan ketertiban

1) Menjaga dan melaksanakan kegiatan pengamanan di wilayah kerja


pelabuhan penyeberangan.
2) Melakukan pelaporan kegiatan pengamanan dan ketertiban secara
rutin dan periodik kepada Kepala Pelabuhan.
3) Membuat rencana anggaran biaya kegiatan keamanan dan
ketertiban.

Contoh 3

KOMPETENSI DAN KUALIFIKASI


PEJABAT PELABUHAN PENYEBERANGAN

I. Kepala Pelabuhan Penyeberangan


A. Kompetensi yang dipersyaratkan :
13
1. Memiliki pengetahuan peraturan perundang-undangan di bidang LLASDP.
2. Memiliki pengetahuan di bidang jaringan dan lintas transportasi SDP.
3. Memiliki pengetahuan di bidang sarana angkutan SDP.
4. Memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis mengenai operasional pelabuhan
SDP.
5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis lalu lintas dan angkutan SDP.
6. Memiliki pengetahuan di bidang pengendalian operasional Pelabuhan
Penyeberangan.
7. Memiliki kemampuan koordinasi dan komunikasi dengan unit kerja terkait.

B. Kualifikasi pendidikan, diklat teknis dan persyaratan lainnya :


1. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 2000 orang/hari
dan kendaraan > 500 unit/hari, waktu operasi > 12 jam dan frekwensi > 12
trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik atau Sosial.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Kepelabuhanan SDP atau Diklat
LLASDP atau yang disetarakan.
c. Memiliki pengalaman operasional pelabuhan atau angkutan
penyeberangan minimal 8 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di lingkup kepegawaian.
2. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 1000-2000
orang/hari dan kendaraan > 250-500 unit/hari, waktu operasi > 6-12 jam dan
frekwensi > 6-12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal D3 Teknik atau Sosial.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Kepelabuhanan SDP atau Diklat
LLASDP atau yang disetarakan.
c. Memiliki pengalaman operasional pelabuhan atau angkutan
penyeberangan minimal 6 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
3. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan < 1000 orang/hari
dan kendaraan < 250 unit/hari, waktu operasi < 6 jam dan frekwensi < 6 trip/hari
:
a. Kualifikasi pendidikan minimal SMU atau sederajat.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai kepelabuhanan SDP atau diklat
LLASDP atau yang disetarakan.
c. Memiliki pengalaman operasional pelabuhan atau angkutan
penyeberangan minimal 4 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
II. Bidang Keuangan
A. Kompetensi yang dipersyaratkan bagi pejabat pemegang fungsi keuangan sebagai
berikut :
a. Memiliki pengetahuan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan
negara.

14
b. Memiliki kemampuan teknis tentang proses usulan anggaran dan pertanggung
jawaban pelaksanaan anggaran.
c. Memiliki pengetahuan di bidang administrasi keuangan negara.
d. Memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis di bidang verifikasi dan
perbendaharaan keuangan negara.
B. Kualifikasi pendidikan, diklat teknis dan persyaratan lainnya :
1. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 2000
orang/hari dan kendaraan > 500 unit/hari, waktu operasi > 12 jam dan
frekwensi > 12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal S1 Ekonomi
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai manajemen keuangan negara
atau Bendaharawan A/B atau manajemen proyek atau diklat
pengadaan barang dan jasa.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang keuangan minimal 6 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
2. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 1000-2000
orang/hari dan kendaraan > 250-500 unit/hari, waktu operasi > 6-12 jam dan
frekwensi > 6-12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal D3 Ekonomi
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai manajemen keuangan negara
atau perbendaharaan A/B atau manajemen proyek atau diklat
pengadaan barang dan jasa.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang keuangan minimal 4 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
3. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan < 1000
orang/hari dan kendaraan < 250 unit/hari, waktu operasi < 6 jam dan
frekwensi < 6 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal SMU atau sederajat.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai manajemen keuangan negara
atau perbendaharaan A/B atau manajemen proyek atau diklat
pengadaan barang dan jasa.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang keuangan minimal 3 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
III. Bidang Tata Usaha
A. Kompetensi yang dipersyaratkan bagi pejabat pemegang fungsi tata usaha sebagai
berikut :
a. Memiliki pengetahuan di bidang Administrasi Perkantoran.
b. Memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidang Tata Persuratan.
c. Memiliki pengetahuan di bidang Kearsipan.
d. Memiliki pengetahuan di bidang Pengadaan Barang dan Jasa.
e. Memiliki pengetahuan di bidang Statistik dan Pelaporan.
B. Kualifikasi pendidikan, diklat teknis dan persyaratan lainnya :

15
1. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 2000 orang/hari dan
kendaraan > 500 unit/hari, waktu operasi > 12 jam dan frekwensi > 12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal S1 Ilmu Sosial atau Ekonomi
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Perkantoran atau
Pengadaan Barang dan Jasa pada instansi pemerintah atau badan usaha.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang administrasi perkantoran minimal 6 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
2. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 1000-2000
orang/hari dan kendaraan > 250-500 unit/hari, waktu operasi > 6-12 jam dan
frekwensi > 6-12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal D3 Ilmu Sosial atau Ekonomi
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Perkantoran atau
Pengadaan Barang dan Jasa pada instansi pemerintah atau badan usaha.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang administrasi perkantoran minimal 4 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
3. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan < 1000 orang/hari dan
kendaraan < 250 unit/hari, waktu operasi < 6 jam dan frekwensi < 6 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal SMU atau sederajat.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Perkantoran atau
Pengadaan Barang dan Jasa pada instansi pemerintah atau badan usaha.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang administrasi perkantoran minimal 3 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
IV. Bidang Kepegawaian
A. Kompetensi yang dipersyaratkan bagi pejabat pemegang fungsi kepegawaian
sebagai berikut :
a. Memiliki pengetahuan peraturan perundang-undangan di bidang Kepegawaian
dan Ketenaga Kerjaan.
b. Memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidang Administrasi Kepegawaian.
c. Memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidang Perencanaan dan
Pengembangan Pegawai.
d. Memiliki pengetahuan di bidang Pengadaan dan Penempatan Pegawai.
B. Kualifikasi pendidikan, diklat teknis dan persyaratan lainnya :
1. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 2000 orang/hari
dan kendaraan > 500 unit/hari, waktu operasi > 12 jam dan frekwensi > 12
trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal S1 Ilmu Sosial atau Ekonomi
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Kepegawaian atau
Administrasi Perkantoran.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang administrasi kepegawaian minimal 6
tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

16
2. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 1000-2000
orang/hari dan kendaraan > 250-500 unit/hari, waktu operasi > 6-12 jam dan
frekwensi > 6-12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal D3 Ilmu Sosial atau Ekonomi
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Kepegawaian atau
Administrasi Perkantoran.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang administrasi kepegawaian minimal 4
tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
3. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan < 1000 orang/hari
dan kendaraan < 250 unit/hari, waktu operasi < 6 jam dan frekwensi < 6 trip/hari
:
a. Kualifikasi pendidikan minimal SMU atau sederajat.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Kepegawaian atau
Administrasi Perkantoran.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang administrasi kepegawaian minimal 3
tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
V. Bidang Pengusahaan Jasa Kepelabuhanan
A. Kompetensi yang dipersyaratkan bagi pejabat pemegang fungsi pengusahaan jasa
kepelabuhanan sebagai berikut :
a. Memiliki pengetahuan di bidang pertanggungjawaban Keuangan Negara.
b. Memiliki pengetahuan dan kemampuan analisis terhadap kegiatan
kepengusahaan jasa kepelabuhanan.
c. Memiliki pengetahuan di bidang Tata Usaha Keuangan.
d. Memiliki pengetahuan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak).

B. Kualifikasi pendidikan, diklat teknis dan persyaratan lainnya :


1. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 2000 orang/hari dan
kendaraan > 500 unit/hari, waktu operasi > 12 jam dan frekwensi > 12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal S1 Ekonomi
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Keuangan dan atau
Manajemen Operasional Pelabuhan.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang pengusahaan jasa kepelabuhanan minimal
6 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
2. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 1000-2000
orang/hari dan kendaraan > 250-500 unit/hari, waktu operasi > 6-12 jam dan
frekwensi > 6-12 trip/hari :

17
a. Kualifikasi pendidikan minimal D3 Ekonomi.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Keuangan dan atau
Manajemen Operasional Pelabuhan.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang pengusahaan jasa kepelabuhanan minimal
4 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
3. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan < 1000 orang/hari dan
kendaraan < 250 unit/hari, waktu operasi < 6 jam dan frekwensi < 6 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal SMU atau sederajat.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Administrasi Keuangan dan atau
Manajemen Operasional Pelabuhan.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang pengusahaan jasa kepelabuhanan minimal
3 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
VI. Bidang Pelaporan
A. Kompetensi yang dipersyaratkan bagi pejabat pemegang fungsi pembuatan laporan
kegiatan pelabuhan sebagai berikut :
a. Memiliki pengetahuan di bidang Tata Naskah.
b. Memiliki pengetahuan dan kemampuan analisis data.
c. Memiliki pengetahuan dan kemampuan penyusunan laporan.
d. Memiliki pengetahuan di bidang Statistik.
B. Kualifikasi pendidikan, diklat teknis dan persyaratan lainnya :
1. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 2000 orang/hari
dan kendaraan > 500 unit/hari, waktu operasi > 12 jam dan frekwensi > 12
trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik/Sosial
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Statistik.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang pelaporan kegiatan kepelabuhanan
minimal 6 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
2. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 1000-2000
orang/hari dan kendaraan > 250-500 unit/hari, waktu operasi > 6-12 jam dan
frekwensi > 6-12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal D3 Teknik/Sosial.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Statistik.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang pelaporan kegiatan kepelabuhanan
minimal 4 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
3. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan < 1000 orang/hari
dan kendaraan < 250 unit/hari, waktu operasi < 6 jam dan frekwensi < 6
trip/hari :

18
a. Kualifikasi pendidikan minimal SMU atau sederajat.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Statistik.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang pelaporan kegiatan kepelabuhanan
minimal 3 tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
VII. Bidang Operasional Pelabuhan
A. Kompetensi yang dipersyaratkan bagi pejabat pemegang fungsi operasional
pelabuhan sebagai berikut :
a. Memiliki pengetahuan peraturan perundang-undangan di bidan LLASDP.
b. Memiliki pengetahuan di bidang Teknik Perkapalan.
c. Memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis Operasional Pelabuhan.
d. Memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis Pengaturan Lalu Lintas dan
Angkutan Penyeberangan.
e. Memiliki pengetahuan di bidang Pengendalian Operasional Pelabuhan.
B. Kualifikasi pendidikan, diklat teknis dan persyaratan lainnya :
1. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 2000 orang/hari
dan kendaraan > 500 unit/hari, waktu operasi > 12 jam dan frekwensi > 12
trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Kepelabuhanan atau diklat LLASDP
atau diklat Teknik Kapal Penyeberangan.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang operasional kepelabuhanan minimal 6
tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

2. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan > 1000-2000


orang/hari dan kendaraan > 250-500 unit/hari, waktu operasi > 6-12 jam dan
frekwensi > 6-12 trip/hari :
a. Kualifikasi pendidikan minimal D3 Teknik.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Kepelabuhanan atau diklat
LLASDP atau diklat Teknik Kapal Penyeberangan.
c. Memiliki pengalaman dalam bidang operasional kepelabuhanan minimal 4
tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
3. Untuk Pelabuhan Penyeberangan dengan volume angkutan < 1000 orang/hari
dan kendaraan < 250 unit/hari, waktu operasi < 6 jam dan frekwensi < 6 trip/hari
:
a. Kualifikasi pendidikan minimal SMU atau sederajat.
b. Telah mengikuti diklat teknis mengenai Kepelabuhanan atau diklat
LLASDP atau diklat Teknik Kapal Penyeberangan.
19
c. Memiliki pengalaman dalam bidang operasional kepelabuhanan minimal 3
tahun.
d. Memiliki kepangkatan minimal yang dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

ttd

Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc.


NIP. 120092889

Lampiran II: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat


Nomor : SK.2681/AP.005/DRJD/2006

Tanggal : 4 September 2006

Contoh 1

Prosedur Pelayanan untuk Penumpang

a. Prosedur Pelayanan Untuk Kedatangan Penumpang dari Kapal


1. Penumpang yang tidak membawa atau mengendarai kendaraan turun melalui
gangway, melewati ruang tunggu. Setelah itu langsung menuju pintu keluar dari
terminal yang telah disediakan. Jika hendak menaiki taksi atau angkutan umum

20
lainnya langsung menuju tempat parkir angkutan umum yang ada.
2. Bagi penumpang yang membawa atau mengendarai kendaraan sendiri turun dari
kapal bersama dengan kendaraannya (menaiki kendaraannya). Setelah itu
langsung menuju pintu keluar dari terminal yang telah disediakan.
3. Bagi penumpang yang mengendarai angkutan penumpang turun bersama
angkutan masing-masing (menaiki angkutannya). Setelah itu langsung menuju
pintu keluar dari terminal yang telah disediakan.

Bagan Alir Pelayanan Kedatangan Penumpang Dari Kapal

Jika hendak naik angkutan


Penumpang yang tidak Melalui gangway, menuju
umum menuju ruang parkir Keluar terminal
menaiki kendaraan ruang tunggu
angkutan umum

Penumpang menaiki Keluar bersama


Keluar terminal
kendaraan pribadi kendaraan masing-masing

Penumpang menaiki Keluar bersama angkutan


Keluar terminal
angkuran penumpang masing-masing

b. Prosedur Pelayanan Keberangkatan Penumpang


1. Calon penumpang melalui pintu gerbang utama pelabuhan.

2. Penumpang dari kendaraan penumpang turun di terminal, melewati coridor


menuju loket sesuai rambu/petunjuk. Bagi penumpang kendaraan penumpang
tidak perlu membayar tiket lagi karena tiket sudah mencakup tiket
penumpangnya.

3. Bagi penumpang kendaraan pribadi terus saja bersama kendaraannya


masing-masing menuju tollgate

4. Bagi pengunjung yang tidak menyeberang, hanya membeli pas pelabuhan,


bayar pas pelabuhan dan sampai di ruang tunggu

5. Bila pengunjung yang akan menyeberang, menuju loket yang menjual pas
pelabuhan, tiket pelayaran dan asuransi (terpadu)

21
6. Pada saat pembelian tiket pemakai jasa harus diingatkan untuk membaca
peraturan yang ada di balik tiket maupun di papan pengumuman yang sudah
dipasang di tollgate (gerbang tol) tentang kewajiban penumpang dan
peraturan lainnya

7. Calon penumpang masuk ruang tunggu, dan menunggu naik kapal yang akan
diberitahu oleh petugas, jika sesuai jadwal maka penumpang tidak perlu
menunggu, langsung naik kapal melalui pemeriksaan pintu

8. Sebelum penumpang naik ke kapal, petugas pelayaran dibantu petugas


pelabuhan merobek bagian tiket pada potongan yang sesuai peruntukannya
yang diperlukan sebagai lampiran berita acara penagihan dari perusahaan
pelayaran. Kemudian penumpang dipersilahkan naik ke kapal bersama sisa
robekan yang nantinya sebagai bukti pemeriksaan tiket di atas kapal.

9. Bagi calon penumpang yang hendak menyeberang kendaraan pribadinya


dapat menunggu di tempat parkir saja bersama kendaraan masing-masing.

Bagan Alir Prosedur Pelayanan Keberangkatan Penumpang

22
Penumpang dari
Penumpang non
Kendaraan pribadi kendaraan Non penumpang
kendaraan
penumpang

Turun di terminal
Gerbang Utama Gerbang Utama Gerbang Utama
menuju koridor

Loket yang menjual Melewati loket tanpa


Loket yang menjual
tiket terpadu harus membayar, Loket yang menjual
tiket terpadu
(kendaraan dan nanti tiket akan pas pelabuhan
(penumpang saja)
penumpang) dibagikan

Menunggu saat
menyeberang bersama Ruang tunggu Ruang tunggu Ruang tunggu
kendaraan

Naik ke kapal melalui Naik ke kapal melalui


jalur yang disediakan/ jalur yang disediakan/
gangway gangway

Petugas merobek Petugas merobek


karcis di pintu karcis di pintu
pemeriksaan pemeriksaan

Naik kapal bersama


Naik ke kapal Naik ke kapal
kendaraannya

c. Prosedur Berlangganan Tiket Pergi Pulang


1. Pemakai jasa mengisi form permohonan berlangganan tiket pergi pulang.
Karyawan yang membutuhkan juga boleh mengajukan permohonan seperti
ini. Tiket berlangganan roundtrip ini berlaku untuk waktu 3 bulan.

2. Pemakai jasa menyetor uang abonemen melalui Petugas Tata Usaha


ataupun petugas yang ditunjuk untuk memegang uang.

3. Pengajuan atau penyetoran dilakukan melalui bagian operasi pelabuhan

4. Tiket berlangganan diterima pemakai jasa.

Bagan Alir Prosedur Pelayanan Tiket Berlangganan Roundtrip

23
Pemakai jasa mengisi form
permohonan untuk 3 bulan

Pemakai jasa menyetor abonemen


ke bagian tata usaha

Tiket berlangganan diterima


pemakai jasa

d. Prosedur Pelayanan Tiket Berlangganan/ Abonemen


1. Pemakai jasa mengisi form permohonan. Karyawan yang membutuhkan
juga boleh mengajukan permohonan seperti ini. Tiket berlangganan ada
yang berlaku untuk waktu 1, 3, 6 bulan atau 1 tahun.

2. Pemakai jasa menyetor uang abonemen melalui Petugas Tata Usaha


ataupun petugas yang ditunjuk untuk memegang uang.

3. Pengajuan atau penyetoran dilakukan melalui bagian operasi pelabuhan.

4. Tiket berlangganan diterima pemakai jasa.

Bagan Alir Prosedur Pelayanan Tiket Berlangganan

Pemakai jasa mengisi form


permohonan untuk 1, 3, 6 bln atau 1
thn

Pemakai jasa menyetor uang


abonemen ke Tata Usaha

Tiket berlangganan diterima pemakai


jasa

24
Contoh 2

Prosedur Pelayanan untuk Kendaraan

a. Kendaraan penumpang
1. Pemakai Jasa mengantri untuk menunggu giliran atau ambil nomor antrian jika ada.

2. Petugas di pintu masuk pelabuhan memberikan nomor antrian (jika ada).

3. Semua penumpang turun dari kendaraan, melapor pada petugas pelabuhan lalu
menunggu antrian.

4. Kendaraan membayar tiket terpadu untuk penumpang dan kendaraan.

5. Kendaraan penumpang menuju lapangan parkir siap muat dan diparkir menurut
antrian.

6. Petugas pelayaran mencatat identitas kendaraan dan memotong tiket.

7. Kendaraan melalui MB/ Ponton masuk kapal yang diarahkan petugas.

8. Di dalam kapal, kendaraan diatur oleh petugas kapal yang akan menyampaikan
hal-hal yang perlu diperhatikan.

Diagram Alir Prosedur Pelayanan Kendaraan Penumpang

25
Kendaraan penumpang
mengantri

Semua penumpang turun dari


kendaraan, melapor pada
petugas dan mengantri

Petugas memberi nomor


antrian jika ada

Kendaraan membeli tiket


terpadu untuk kendaraan
dan penumpang

Kendaraan menuju lap


parkir siap muat dan
diparkir menurut antrian

Petugas mencatat identitas


kendaraan

Pemotongan tiket oleh petugas


pelayaran

Kendaraan masuk
kapal yang diarahkan
petugas

b. Kendaraan barang dan kendaraan angkutan alat berat


1. Petugas melaporkan kedatangan truk bermuatan.

2. Petugas mencatat kemudian diberi nomor antrian jika ada dan sesuai giliran untuk
ditimbang.

3. Jika tonase melebihi berat muatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, truk
dikeluarkan untuk mengurangi muatan. Untuk tonase yang sesuai, dapat dibuatkan
bukti timbang (struk).

4. Jika muatan tidak melampaui berat yang ditentukan maka truk berhak membeli tiket

26
penyeberangan.

5. Pemakai jasa membayar biaya melalui loket Produksi disetor kepada petugas yang
berwenang.

6. Tanda bukti pembayaran diterima pemakai jasa.

7. Kendaraan menuju dermaga.

8. Bukti timbangan dan potongan tiket diambil MB sekaligus siap naik kapal.

Diagram Alir Prosedur Pelayanan Kendaraan Barang

Petugas melaporkan
kedatangan truk bermuatan

Petugas mencatat lalu diberi


nomor antrian untuk
ditimbang

Melebihi berat yang


Jika tonase sesuai
ditentukan
Dikeluarkan untuk
Truk dftimbang
mengurangi muatan

Dibuatkan bukti timbang/


struk

Truk membeli tiket


penyeberangan di loket
produksi

Kendaraan menuju
dermaga

Bukti timbangan dan


potongan tiket diambil
petugas

Naik kapal

27
c. Prosedur Kedatangan Kendaraan di Pelabuhan (Kendaraan Turun)
1. Semua jenis kendaraan keluar melalui MB.
2. Kemudian langsung menuju jalan keluar pelabuhan.

Prosedur Kedatangan Kendaraan di Pelabuhan

Keluar dari kapal melalui


Semua jenis kendaraan Keluar pelabuhan
MB

d. Prosedur Pelayanan Fasilitas Parkir


1. Parkir Kendaraan satu sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit disuatu tempat
kegiatan.
a.
Membentuk sudut 90o
Pola parkir ini mempunyai daya tampung yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan pola parkir paralel, tetapi kemudahan dan
kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke
ruangan parkir lebih sedikit jika dibandingkan dengan pola parkir dengan
sudut yang lebih kecil dari 90o.

POLA PARKIR TEGAK LURUS

b.
Membentuk sudut 30 o, 45 o,60o
Pola parkir ini mempunyai daya tampung yang lebih banyak jika dibandingkan

28
dengan pola parkir paralel, dan kemudahan dan kenyamanan pengemudi
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut 90o.

POLA PARKIR SUDUT

2. Parkir Kendaraan Dua Sisi


Pola Parkir ini diterapkan apabila ketersedian ruang cukup memadai.
a.
Membentuk sudut 90o
Pada pola parkir ini, arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah
atau dua arah.

POLA PARKIR TEGAK BERHADAPAN

b.
Membentuk sudut 30 o, 45 o,60o

29
POLA PARKIR SUDUT BERHADAPAN

3. Pola Parkir Pulau


Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas.
a.
Membentuk sudut 90o

POLA PARKIR TEGAK LURUS DENGAN 2 GANG

b.
Membentuk sudut 45 o

30
Parkir bersudut dengan 2 gang

POLA PARKIR SUDUT DENGAN 2 GANG

31
Contoh 3

Prosedur Pelayanan Terhadap Kapal

I. Prosedur Pelayanan Pelabuhan Untuk Sandar dan bongkar muat Kapal


1. Pemakai jasa/kapal merapat di dermaga sesuai jadwal
2. Movable Bridge disiapkan Petugas
3. Sandar sesuai jadwal
4. Selesai bongkar/muat diberangkatkan keluar dermaga
5. Data dan waktu sandar yang digunakan dicatat oleh petugas Movable Bridge
6. Data kapal sandar ditanda tangani petugas yang berwenang
7. Kelengkapan surat kapal (SIB : Surat Ijin Berlayar), salinannya harus ada di bagian
operasi untuk lampiran klaim subsidi, bagi kapal yang bersubsidi.

Bagan Alir Prosedur Pelayanan Jasa Sandar Kapal

Pemakai jasa/kapal merapat

Petugas menyiapkan MB

Kapal sandar sesuai jadwal

Selesai kapal bongkar muat


diberangkatkan dari dermaga

Petugas MB mencatat data dan waktu


sandar

Petugas yang berwenang


menandatangan data kapal tambat

32
II. Prosedur Pelayanan Pelabuhan Untuk pengaturan jadwal kapal
Jadwal keberangkatan kapal diatur dengan memperhatikan :
a. Jarak Lintasan;
b. Jumlah, besar dan kapasitas kapal;
c. Jumlah dan kapasitas dermaga;
d. Volume angkutan;
e. Keterpaduan antar moda.

33
III. Prosedur Pelayanan Pengisian BBM dan Air Tawar

a. Pelayanan Pelabuhan Terhadap Penyuplai BBM dan Air Tawar


1. Sounding tangki air tawar atau BBM untuk menentukan tempat penerimaan dan
catat dalam Log Book.
2. Petugas memeriksa kondisi sambungan / ikatan hosepipe / selang sebelum air
tawar atau BBM dialirkan ke dalam tangki untuk mencegah terjadinya kebocoran.
3. Periksa kondisi air tawar atau BBM yang di salurkan, jika kotor/tidak baik lapor
nahkoda.
4. Periksa jumlah air tawar atau BBM yang diterima, jika sesuai petugas harus
menandatangani bukti penerimaan dan dibubuhkan stempel kapal.
5. Nahkoda menyampaikan laporan air tawar atau BBM & pelumas berdasarkan
form kepada direktur usaha melalui Kepala Pelabuhan paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
6. Masa retensi arsip laporan diatas adalah 1 (satu) tahun.

Bagan Alir Prosedur Pelayanan Terhadap Penyuplai BBM

Sounding tangki air tawar /BBM untuk menentukan


tempat penerimaan dan catat di Log Book

Petugas memeriksa kondisi sambungan sebelum


BBM/air tawar dialirkan ke dalam tangki

baik Periksa kondisi Tidak baik


Dimasukkan ke dalam
BBM / air tawar Lapor nakhoda
tangki
yang akan disupply

Tidak Periksa jumlah bbm sesuai Bukti penerimaan


Disesuaikan / air tawar yang ditandatangan dan
diterima. diberi stempel kapal

Ka pelabuhan menerima
laporan nahkoda untuk
disampaikan pada dir
usaha selambat2nya tgl
10 bln berikut

34
b. Pelayanan Pelabuhan Untuk Pemilik Kapal yang Mengisi BBM dan Air Tawar
1. Pemakai jasa membuat permintaan BBM dan air tawar.
2. Jika persediaan air tawar atau BBM masih mencukupi, lampiri permohonan
pengisian BBM atau air tawar.
3. Jika tidak ada persediaan maka pemakai air tawar atau BBM membayar terlebih
dahulu termasuk biaya administrasi atas persetujuan Kepala Pelabuhan, dan
dibayarkan melalui bagian Tata Usaha/Administrasi selanjutnya di setor ke Bank.
4. Petugas jaga (mesin), KKM selaku penanggung jawab pengisian air tawar atau
BBM dan nahkoda membubuhkan paraf pada form yang ditetapkan.
5. KKM menandatangani bukti penerimaan air tawar atau BBM dan dibubuhi stempel
kapal.
6. Semua kegiatan dicatat dalam Log Book.
7. Periksa spesifikasi pelumas yang di supply, jika tidak sesuai lapor kepada
nahkoda, nahkoda berhak menolak setiap pengiriman yang tidak sesuai & berhak
meminta ganti.
8. Siapkan perlengkapan / alat pencegah pencemaran.
9. Periksa jumlah pelumas yang diterima sesuai surat penyerahan barang.
10. Semua kegiatan dicatat dalam Log Book.

35
Bagan Alir Prosedur Pelayanan Terhadap Pemohon BBM

Pemakai jasa membuat permintaan


BBM / air tawar

Membayar biaya
administrasi atas Tdk mencukupi mencukupi Lampiri permohonan
persetujuan kepala Lihat persediaan pengisian BBM / air
pelabuhan, melalui tata tawar
usaha

Perwira jaga ,
KKM menandatangani
penanggung jawab
bukti penerimaan air
pengisian dan nahkoda
tawar / bbm dan diberi
menandatangani form
stempel kapal
yg ditetapkan

Petugas mencatat
kegiatan dalam
Logbook

Lapor pada nahkoda.


Periksa spesifikasi Tidak sesuai Nahkoda punya hak
pelumas yg menolak jika tidak
disupply sesuai dan meminta
ganti

sesuai

Siapkan
perlengkapan
pencegah
pencemaran

Semua kegiatan
dicatat petugas
dalam Log Book

36
IV. Pembuangan Limbah Kapal

1. Penanganan Sampah/Limbah di Kapal


a. Sampah/limbah harus ditampung sesuai dengan jenisnya;
b. Jenis tempat penampungan sampah/limbah yang diperlukan di kapal:
1). Sludge tank/drum untuk penampungan minyak kotor;
2). Tempat sampah/limbah padat yang bertuliskan:
“TEMPAT SAMPAH PADAT”
3). Tempat sampah/limbah sisa makanan yang bertuliskan:
“TEMPAT SAMPAH DAPUR/SISA MAKANAN”
2. Pembuangan Sampah/Limbah
a. Jenis sampah padat yang akan dibuang ke darat dimasukkan ke dalam
kantong-kantong plastik atau tempat penampungan limbah lainnya,
setibanya di pelabuhan tujuan diserahkan kepada petugas darat dengan
bukti tanda terima dan/atau Berita Acara selanjutnya di tempatkan di
fasilitas yang telah disediakan sebelum diangkut oleh Dinas Kebersihan
Pemda setempat;
b. Pembuangan minyak kotor dari kapal ke darat (penampungan limbah)
diterima oleh petugas darat dengan bukti tanda terima dan/atau Berita
Acara selanjutnya di tempatkan di fasilitas yang telah disediakan sebelum
diangkut keluar dari dalam area pelabuhan.

37
V. Prosedur Pelayanan komunikasi kapal dengan pelabuhan dan SBNP

a. Komunikasi Pelabuhan Dengan Kapal Dalam Kondisi Normal


1. Untuk kapal yang menempuh waktu layar diatas 4 jam, selama pelayaran stasiun
radio di kapal standby di frekuensi 6125 KHZ dan 2182 KHZ khusus atau difekuensi
lainnya yang diperbolehkan untuk komunikasi dengan stasiun darat, hal ini
bertujuan untuk memonitoring jika ada pesan-pesan dari perusahaan untuk
kepentingan operasional.
2. Dan pada jam-jam tertentu (XX.00-XX.03 / XX.30-XX.33) sesuai dengan aturan
komunikasi stasiun radio kapal harus standby di frekuensi 6215 KHZ dan 2182 KHZ
dengan tujuan memonitoring berita-berita bahaya, segera dan keamanan yang
dipancarkan oleh stasiun kapal lainnya atau stasiun darat.
3. Untuk kapal yang berlayar kurang dari 4 jam, selama pelayaran stasiun radio harus
standby di frekuensi VHF Channel 16.
4. Tugas jaga markonis diatur sesuai dengan peraturan radio internasional dan
perusahaan.
5. Berita yang berasal dari darat atau stasiun kapal lainnya harus dicatat dalam buku
jurnal radio dan jika berita tersebut menyangkut operasional kapal, keselamatan
atau mengenai keadaan cuaca segera disampaikan kepada nahkoda/pimpinan
jaga.
6. Nahkoda wajib mengetahui dan menandatangani buku jurnal radio dan harus
melakukan pemantauan pelaksanaan komunikasi tersebut sesuai dengan aturan
yang berlaku.
7. Jika kapal menerima berita bahaya, harus segera dilaporkan kepada nahkoda dan
dicatat di buku jurnal radio.

b. Komunikasi Pelabuhan Dengan Kapal Dalam Kondisi Keadaan Darurat


1. Setiap komunikasi yang berkaitan dengan kondisi darurat harus segera
mendapatkan prioritas utama dari semua kegiatan komunikasi.
2. Jika kapal dalam keadaan darurat, berita keadaan darurat dipancarkan melalui
radio kapal atas perintah nahkoda pada frekuensi bahaya internasional yaitu : 2182
KHZ, 6215 KHZ, 8291 KHZ, 156.8 MHZ atau frekuensi radio lainnya yang
diperbolehkan untuk digunakan sebagai komunikasi darurat sesuai dengan
peraturan radio.
3. Kapal yang dilengkapi dengan fasilitas GMDSS dapat berhubungan langsung
dengan petugas di darat.

38
c. Stasiun Radio Di Darat
1. Kepala Pelabuhan harus menyiapkan personil didarat untuk memonitor pelayaran
kapal yang menjadi tanggung jawabnya mulai kapal berangkat dari pelabuhan tolak
hingga tiba di pelabuhan tujuan.
2. Stasiun radio di darat standby di frekuensi 9158.5 KHZ digunakan untuk
berkomunikasi dengan kantor pusat atau dengan stasiun cabang lainnya serta
memantau operasional kapal.
3. untuk memonitor berita dari kapal lakukan koordinasi dengan stasiun radio pantai,
jika kapal dilengkapi dengan fasilitas GMDSS petugas radio darat dapat langsung
berhubungan dengan kapal.
4. Berita yang diterima harus dicatat dibuku jurnal radio, apabila menerima berita
yang berkaitan dengan keselamatan kapal, petugas radio darat harus segera
memberitahukan kepada Kepala Pelabuhan / tim tanggap darurat.
5. Kepala Pelabuhan wajib memantau pelaksanaan kegiatan komunikasi ini dengan
memberikan paraf pada buku jurnal radio di darat minimal sekali dalam sebulan.

39
Contoh 4

Pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Dalam Keadaan Darurat

I. Keadaan Darurat di Perairan

a. Keadaan Darurat Kapal


Prosedur umum penanganan keadaan darurat yang terjadi di kapal:
1. Di pelabuhan terdekat yang mendapat kabar, petugas komunikasi
memberitahukan kepada Kepala Bagian Operasi yang bertugas.
2. Kepala Bagian Operasi segera menghubungi SAR dan petugas yang
berwenang sesuai jenis keadaannya untuk berjaga-jaga
3. Juga disiapkan tempat penampungan dan pengobatan sementara bagi
yang terluka
4. Jika kapal tak bisa diselamatkan segera mengirim tim SAR untuk mencari
dan menyelamatkan penumpang.

40
Bagan Alir Prosedur Keadaan Darurat di Kapal

Identifikasi jenis keadaan darurat


di kapal

Melakukan analisa dan evaluasi


tentang kejadian kecelakaan di
kapal

Identifikasi kerusakan

Jika terjadi masalah pada kapal


Jika terjadi kebakaran, siapkan menginstruksikan untuk meninggalkan kapal
dan lakukan pemadaman api sesuai prosedur jika kapal tidak bisa
diselamatkan.

Jika kerusakan fatal dan tidak dapat ditangani


sendiri, maka nahkoda melakukan koordinasi dengan
SAR, stasiun pantai atau kapal sekitarnya mengikuti
prosedur komunikasi yang berlaku

Di pelabuhan, petugas komunikasi memberitahu


manajer operasi tentang keadaan darurat yang terjadi

Manajer Operasi segera menghubungi SAR dan


petugas yang berwenang sesuai jenis keadaannya
untuk berjaga-jaga

Menyiapkan tempat penampungan dan pengobatan


sementara bagi yang terluka

Jika kapal tak bisa diselamatkan segera mengirim


tim SAR untuk mencari dan menyelamatkan
penumpang.

41
b. Cuaca Buruk
Prosedur penanganan keadaan darurat akibat cuaca buruk di pelabuhan adalah:
1. Melakukan koordinasi dengan pihak kapal yang beroperasi
2. Koordinasi dengan pihak terkait.
3. Jika akibat cuaca buruk kapal tidak beroperasi maka kepada penumpang
diinformasikan dan diarahkan ke ruang tunggu.
4. Apabila ruang tunggu penuh, maka disiapkan tenda penampungan. Jika
diperlukan, memberikan hiburan.
5. Untuk kendaraan, apabila areal parkir penuh, maka kepada pengguna
kendaraan diinformasikan dan diarahkan ke kantong parkir penampungan.
6. Namun jika pada cuaca buruk kapal tetap lanjut beroperasi maka dilakukan
rescheduling.

Bagan Alir Prosedur Pada Keadaan Darurat Akibat Cuaca Buruk di Pelabuhan

Koordinasi dengan kapal yang


beroperasi

Koordinasi dengan pihak terkait

Jika akibat cuaca buruk kapal


tidak beroperasi penumpang
diinformasikan dan diarahkan ke
ruang tunggu

Bila ruang tunggu penuh,


disiapkan tenda penampungan
dan hiburan bila perlu

Bila areal parkir penuh,


pengguna kendaraan
diinformasikan dan diarahkan ke
kantong parkir penampungan

Jika pada cuaca buruk kapal


tetap lanjut beroperasi maka
dilakukan rescheduling

42
II. Keadaan Darurat di Darat

Prosedur umum rencana penanganan keadaan darurat di darat yang terjadi di pelabuhan:
1. Identifikasi jenis keadaan darurat di pelabuhan
2. Pemberitahuan keadaan darurat kepada Pengawas Lapangan/Kepala bagian
Pengoperasian/Kepala Pelabuhan tentang keadaan darurat yang terjadi di
pelabuhan.
3. Pelaksanaan penanganan keadaan darurat di pelabuhan yang dipimpin Kepala
Pelabuhan sesuai dengan penanganan keadaan darurat pelabuhan.
4. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait (Pemadam kebakaran, KPPP,
Polres, Dishub).
5. Melakukan analisa dan evaluasi tentang kejadian kecelakaan di pelabuhan.

Bagan Alir Prosedur Keadaan Darurat di Darat

Identifikasi keadaan darurat

Memberitahu keadaan darurat kepada


Pengawas Lapangan, Kepala Seksi
Pengoperasian atau Kepala
Pelabuhan

Penanganan keadaan darurat oleh


Kepala Pelabuhan

Melakukan koordinasi dengan


instansi terkait

Analisa dan evaluasi tentang


kecelakaan yang terjadi

43
a. Kebakaran
Prosedur penanganan keadaan darurat jika terjadi kebakaran di pelabuhan adalah:
1. Karyawan yang mengetahui kejadian tersebut memberitahukan ke Pengawas
Lapangan/Kepala bagian Pengoperasian/Kepala Pelabuhan.
2. Regu pemadam yang dipimpin Kepala Pelabuhan melakukan penanganan awal
dengan melokalisir area kebakaran, memadamkan api dan mengevakuasi
pelanggan ke lokasi yang aman.
3. Jika api dapat dipadamkan, kemudian dicek apakah ada korban. Jika ada korban
maka dilakukan evakuasi dan identifikasi korban ke rumah sakit terdekat. Namun
jika api tidak dapat dipadamkan, maka dilakukan koordinasi dengan dinas
pemadam kebakaran dan jika ada korban maka dilakukan evakuasi dan identifikasi
korban ke rumah sakit terdekat.

Bagan Alir Prosedur Ketika Terjadi Kebakaran Di Darat

Karyawan/Petugas yang mengetahui


kejadian melapor pada pengawas
lapangan/Kepala Seksi Operasi/
Kepala Pelabuhan

Regu Pemadam Kebakaran dengan


dikomandoi Kepala Pelabuhan
melakukan tindakan melokalisir area
kebakaran, memadamkan api, dan
evakuasi ke tempat aman

Melakukan koordinasi dengan dinas Tidak Api dapat


pemadam kebakaran dipadamkan?

Ya

Tidak
Ada korban

Ya

Evakuasi dan identifikasi korban ke


SELESAI
RS terdekat

b. Kemacetan Lalu Lintas


Prosedur penanganan keadaan darurat jika terjadi kemacetan lalu lintas di pelabuhan

44
adalah:
1. Melakukan identifikasi penyebab macet.
2. Jika akibat kepadatan volume angkutan, maka frekeunsi trip ditingkatkan. Jika
akibat dermaga rusak, maka dilakukan pengalihan arus muatan ke dermaga lain
dan kemudian meningkatkan frekuensi trip. Jika akibat cuaca buruk maka
dilakukan koordinasi dengan Kepala Pelabuhan dan kemudian hal ini
diinformasikan ke penumpang.
3. Jika setelah dilakukan tindakan di atas namun tetap terjadi kemacetan, maka
disiapkan areal parkir cadangan dan dilakukan koordinasi dengan instansi terkait
(DLLAJR dan Polres).

Bagan Alir Prosedur Jika Terjadi Kemacetan Lalu Lintas

Identifikasi penyebab
Cuaca buruk Dermaga rusak
macet

Koordinasi dengan BMG/


Syahbandar
Padatnya volume
angkutan

Pengalihan arus muatan


Informasi ke pelanggan Tingkatkan frekuensi trip
ke dermaga lain

Lalu lintas lancar?

Koordinasi dengan
Areal parkir cadangan instansi terkait (DLLAJR/
POLRES)

SELESAI

c. Kerusuhan Masal di Pelabuhan


Prosedur penanganan keadaan darurat jika terjadi kemacetan lalu lintas di pelabuhan
adalah:

45
1. Karyawan yang mengetahui kejadian tersebut memberitahukan ke Pengawas
Lapangan/Kepala Bagian Pengoperasian/Kepala Pelabuhan.
2. Kepala Pelabuhan melakukan tindakan awal dengan melokalisir area kerusuhan,
mengevakuasi pelanggan ke lokasi yang aman, dan melakukan koordinasi dengan
aparat setempat (KP3, Keamanan Pelabuhan).
3. Jika kondisi masih belum aman, maka Kepala Pelabuhan melakukan koordinasi
dengan aparat keamanan (Polres, Brimob).
4. Kepala Pelabuhan bersama dengan aparat keamanan kemudian melakukan
tindakan identifikasi/pengamanan pelaku, evakuasi dan identifikasi korban ke RS
terdekat dan identifikasi kerusakan fasilitas pelabuhan.

Bagan Alir Prosedur Jika Terjadi Kerusuhan Masal di Pelabuhan

Karyawan/Petugas yang mengetahui


kejadian melapor pada pengawas
lapangan/Kepala Seksi Operasi/
Kepala Pelabuhan

Kepala Pelabuhan memimpin


tindakan awal berupa melokalisir area
kerusuhan, evakuasi pelanggan ke
lokasi aman dan melakukan
koordinasi dengan aparat setempat
(KP3, Petugas Pengaman Pelabuhan)

Identifikasi/pengamanan
pelaku, evakuasi dan
identifikasi korban ke RS
terdekat, identifikasi kerusakan
fasilitas pelabuhan

Kondisi aman?

Tidak Koordinasi dengan aparat


keamanan (Polres, Brimob)
Ya

Kondisi aman

SELESAI

d. Penanganan Bahan Peledak di Pelabuhan/ancaman terorisme di pelabuhan


Prosedur penanganan keadaan darurat untuk penanganan bahan peledak di pelabuhan
adalah:

46
1. Karyawan yang mengetahui kejadian tersebut memberitahukan ke Pengawas
Lapangan/Kepala Bagian Pengoperasian/Kepala Pelabuhan.
2. Kepala Pelabuhan melakukan tindakan awal dengan melokalisir area kerusuhan,
mengevakuasi pelanggan ke lokasi yang aman, dan melaporkan ke Polres
setempat. Kemudian Polres melakukan tindakan pengamanan.
3. Jika terjadi ledakan, maka dilakukan evakuasi dan identifikasi korban ke RS
terdekat, identifikasi kerusakan fasilitas pelabuhan dan pemberhentian operasional
sementara.
Bagan Alir Prosedur Untuk Penanganan Bahan Peledak di Pelabuhan

Karyawan/Petugas yang mengetahui


kejadian melapor pada Pengawas l
Lapangan/Kepala Seksi Operasi/
Kepala Pelabuhan

Kepala Pelabuhan memimpin


tindakan awal berupa melokalisir area
kerusuhan, evakuasi pelanggan ke
lokasi aman dan melaporkan ke
Polres setempat

Polres melakukan
tindakan pengamanan

Ya
Kondisi aman?

Tidak

Tidak
Terjadi ledakan?
Kondisi aman
Ya

Identifikasi/pengamanan
pelaku, evakuasi dan
identifikasi korban ke RS
terdekat, identifikasi kerusakan
fasilitas pelabuhan

SELESAI

47
Contoh 5

LAPORAN KEPEGAWAIAN PELABUHAN PENYEBERANGAN.........

NO PANGKAT/ STATUS PEGAWAI PENDIDIKAN KHUSUS/


NAMA/NIP PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN KET
GOLONGAN PNS HONORARIUM DIKLAT YANG PERNAH DIIKUTI
1.
2.

…….., …………………
KEPALA KANTOR PELABUHAN
PENYEBERANGAN………………

NAMA JELAS
NIP

48
REKAPITULASI KEHADIRAN PEGAWAI
KANTOR PELABUHAN PENYEBERANGAN………..

POSISI BULAN …………


HARI DINAS TUGAS
NO NAMA/NIP
KERJA LUAR
CUTI
BELAJAR
MANGKIR CEPAT PULANG LAMBAT DATANG SAKIT IJIN KET
1
2

…….., …………………
KEPALA KANTOR PELABUHAN
PENYEBERANGAN………………

NAMA JELAS
NIP

49
LAPORAN JENIS FASILITAS YANG DIMILIKI PADA PELABUHAN PENYEBERANGAN.........
FASILITAS PERAIRAN
NO STATUS FASILITAS KONDISI
JENIS FASILITAS KET
ADA JUMLAH TIDAK ADA BAIK JUMLAH KURANG BAIK JUMLAH RUSAK JUMLAH
1. a. DERMAGA
¾ Dermaga Quaywall
¾ Jetty
¾ Fender
¾ Frontal Frame
b. Dolphin
¾ Dophin
¾ Fender
¾ Frontal Frame
¾ Catwalk
¾ Railing
2. Penghubung Dermaga ke Kapal
¾ Movable Bridge
¾ Ponton dan Deck Ponton
¾ Jembatan Penghubung
Ponton
¾ Plensengan
¾ Side Ramp
¾ Passenger Bridge Acces
¾ Gangway
3. Penghubung Dermaga ke Darat
¾ Trestel
¾ Causeway
¾ Bolder
4. Kolam Pelabuhan
5. Alur Pelayaran
6. Breakwater
7. Retaining Wall
8. Rambu Suar, Beacon Dan Bouy
9. *)
*) isi dengan fasilitas lain yang ada pada pelabuhan bersangkutan yang belum tercantum .

50
FASILITAS DARAT
NO STATUS FASILITAS KONDISI
JENIS FASILITAS TIDAK KURANG KET
ADA JUMLAH BAIK JUMLAH JUMLAH RUSAK JUMLAH
ADA BAIK
1. Bangunan Gedung
¾ Kantor
¾ Terminal
¾ Ruang Tunggu Penumpang
2. Jalan
3. Areal Parkir
4. Fasilitas Pembuangan Limbah Oli
5. Fasilitas Pembuangan Limbah
Domestik
6. Pagar Pelabuhan
7. Pos Pengawasan Dan Pelayanan
8. Jembatan Timbang
9. Workshop/Bengkel Teknik
10. Instalasi Listrik
11. Instalasi Hydrant
12. Instalasi Air
13. Fasilitas Pemadam Kebakaran
14. Instalasi Bahan Bakar Minyak (BBM)
15. Instalasi Penerangan Jalan
16. *)

*) isi dengan fasilitas lain yang ada pada pelabuhan bersangkutan yang belum tercantum .

…….., …………………
KEPALA KANTOR PELABUHAN
PENYEBERANGAN………………

NAMA JELAS
NIP

51
REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN LAPORAN BULANAN
BULAN ..........TAHUN....... KANTORPELABUHANPENYEBERANGNAN.......
KAB/KOTA………
PROVINSI ..........

BELANJA PEGAWAI NON BELANJA PEGAWAI JUMLAH


NO UNIT KERJA % KET
PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KANTOR PELABUHAN
1 PENYEBERANGAN........

MENGETAHUI: ...........,...............
KEPALA KANTOR PELABUHAN BENDAHARA PENGELUARAN
PENYEBERANGAN………………

NAMAJELAS NAMA JELAS


NIP NIP

52
DAFTAR REALISASI KEUANGNAN
BULAN........TAHUN....

NON BELANJA PEGAWAI


BELANJA PEGAWAI
UNIT PELAKSANA JUMLAH
NO KET
TEKNIS S/D BULAN
BULAN INI TOTAL S/D BULAN LALU BULAN INI TOTAL
LALU
1 2 3 4 5 6 7 8 9

KANTOR
PELABUHAN
1 PENYEBERANGAN....
....

MENGETAHUI:
...........,...............
KEPALA KANTOR PELABUHAN BENDAHARA PENGELUARAN
PENYEBERANGAN………………

NAMAJELAS NAMA JELAS


NIP NIP

53
REALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
TAHUN ANGGARAN :
TARGET 1 (SATU) TAHUN : Rp
BULAN :...........TAHUN......

PENERIMAAN/PENYETORAN S/D
NO URAIAN MAP BULAN LALU BULAN INI KET
BULAN.......TAHUN.....
1 JASA TANDA MASUK 0549
2 JASA PEMELIHARAAN DERMAGA 0549
3 JASA SANDAR 0549
4 SEWA RUANGAN 0532
5 LAIN-LAIN

MENGETAHUI: ...........,...............
KEPALA KANTOR PELABUHAN BENDAHARA PENERIMA
PENYEBERANGAN………………

NAMAJELAS NAMA JELAS


NIP NIP

54
LAPORAN PENERIMAAN DAN PENYETORAN
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNB)
MELALUI BENDAHARAWAN PENERIMA PENYETOR

KANTOR : PELABUHAN PENYEBERANGAN.............


TAHUN ANGGARAN : ......
TARGET : Rp
BULAN : .......TAHUN...

MATA URAIAN PENERIMAAN PENYETORAN KE KPPN........MELALUI BANK........ KET


ANGGARAN JENIS PENERIMAAN S/D BULAN S/D BULAN INI JUMLAH S/D BULAN LALU S/D BULAN INI JUMLAH
NO
PENERIMAAN PUNGUTAN LALU (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(MAP)
1 0549 JASA TANDA MASUK
2 JASA PEMELIHARAAN
0549
DERMAGA
3 0549 JASA SANDAR
4 0532 SEWA RUANGAN
5 LAIN-LAIN

JUMLAH

MENGETAHUI: ...........,...............
KEPALA KANTOR PELABUHAN BENDAHARA PENERIMA
PENYEBERANGAN………………

NAMAJELAS NAMA JELAS


NIP NIP

55
VOLUME KEPADATAN PENUMPANG, BARANG DAN KENDARAAN
KM. ........(NAMA KAPAL)

POSISI BULAN:.......TAHUN.....
TURUN/BONGKAR DIPELABUHAN .......... NAIK/MUAT DIPELABUHAN .......... KET
BRG BRG
PENUMPANG KENDARAAN/UNIT PENUMPANG KENDARAAN/UNIT
NO TANGGAL TON TON
ORANG GOLONGAN ALAT BERAT ORANG GOLONGAN ALAT BERAT
DWS ANAK I II III IV V R.KRT R.BS DWS ANAK I II III IV V R.KRT R.BS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

MENGETAHUI:
...........,...............
KEPALA KANTOR PELABUHAN FUNGSIONAL LALU LINTAS DAN JASA
PENYEBERANGAN…………… KEPELABUHANAN

NAMAJELAS NAMA JELAS


NIP NIP

56
KECELAKAAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN
......................
PELABUHAN PENYEBERANGAN.............
BULAN......TAHUN.......

MENINGGAL DUNIA JUMLAH KECELAKAAN


JENIS
ANGKUTAN LUKA BERAT LUKA RINGAN KERUGIAN
KECELAKAAN BULAN KET
PENYEBERANGAN SEKARANG BULAN BULAN MATERIAL
AKIBAT LALU SEKARANG SEKARANG
LALU LALU
1. TABRAKAN
2. TENGGELAM
3. KEBOCORAN
LINTASAN......... 4. KANDAS
5. KEBAKARAN
6. ALAM

MENGETAHUI: ...........,...............
KEPALA KANTOR PELABUHAN FUNGSIONAL SARANA DAN KETERTIBAN
PENYEBERANGAN………………

NAMAJELAS NAMA JELAS


NIP NIP

57
Contoh 6

Prosedur Administrasi Pelabuhan Penyeberangan

a. Prosedur Administrasi Pendapatan Negara Bukan Pajak


1) Pemungutan tarif jasa pelabuhan dilakukan oleh petugas yang ditunjuk
2) Petugas dalam melaksanakan pemungutan wajib memberikan karcis
sebagai tanda bukti pembayaran, sesuai dengan pelayanan yang akan
diberikan
3) Hasil penerimaan tarif jasa sandar, jasa tanda masuk pelabuhan (pas), jasa
pemeliharaan dermaga, jasa timbang kendaraan, jasa penumpukan barang,
serta sewa tanah dan bangunan/ruangan merupakan penerimaan Negara
dan seluruh hasil penerimaan disetor ke rekening kas Negara pada bank
pemerintah atau bank lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai
bank persepsi atau giro pos.
4) Penyetoran seluruh hasil penerimaan ke rekening kas Negara dilaksanakan
sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu bagi bendaharawan
penerima/penyetor.
5) Kepala Unit Pelaksana Teknis wajib melaporkan secara berkala hasil
pelaksanaan penerimaan di wilayah kerjanya, kepada:
a. Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan up. Kepala Biro
Keuangan Departemen Perhubungan;
b. Direktur Jenderal Perhubungan Darat up Kepala Bagian
Keuangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;
c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan setempat
6) Laporan sebagaimana dimaksud huruf 5 meliputi:
a. Laporan bulanan, yang harus dikirimkan selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya;
b. Laporan tahunan yang merupakan rekapitulasi dari laporan
bulanan dan harus dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 10
januari tahun berikutnya

58
b. Prosedur Administrasi Tiket Terpadu

1. Untuk surat permohonan tiket terpadu diterima Kepala Pelabuhan, disetujui atau
tidak, diserahkan ke bagian Operasi Pelabuhan.
2. Bagian Operasi Pelabuhan memproses permohonan sekaligus menghitung
kewajiban abonemen dan masa berlaku.
3. Bagian Tata Usaha mengisi data pemakai jasa, membuat nota tagihan pemakai
jasa dan menyerahkannya untuk diselesaikan biaya abonemen di Bagian Tata
Usaha dan mencatat masa berlaku baik untuk orang maupun kendaraan.
4. Bagian Tata Usaha menyerahkan kepada Bagian Produksi untuk ditanda tangani
Kepala Pelabuhan sebelum diserahkan kepada pemakai jasa.
5. Bagian Tata Usaha yang menerima setoran membuat bukti setor ke Bank untuk
ditransfer ke rekening Pengelola Pelabuhan.
6. Aplikasi transfer diterima Bagian Tata Usaha dan bukti setor dari Bank sebagai
laporan kepada Pengelola Pelabuhan.

59
Bagan Alir Prosedur Administrasi Tiket Terpadu

c. Prosedur Administrasi Claim Tiket Penumpang dan Kendaraan


1. Dalam penyelenggaraan sistem tiket terpadu, petugas-petugas yang terlibat adalah
bagian Operasi, Pengawas Lapangan, Petugas-petugas Loket, BagianTata Usaha
dan Bagian Keuangan.
2. Perusahaan Pelayaran mengajukan claim dengan melampirkan potongan tiket
penumpang dan kendaraan yang telah disusun rapih dilampirkan “Nota Tagihan”
setiap kapal.
3. Pengawas Lapangan menerima claim tiket penumpang dan kendaraan dari
Perusahaan Pelayaran berupa potongan tiket yang terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu
lembar asuransi dan lembar pelayaran.
4. Menghitung dan mencocokan lembar tiket yang diclaim berdasarkan kelas maupun
tiket kendaraan dengan memperhatikan nomor seri dan tanggal penjualan yang

60
beredar saat itu.
5. Menolak claim Perusahaan Pelayaran apabila potongan tiket penumpang tidak
dengan nomor seri yang beredar pada hari itu (kadaluarsa).
6. Menghitung dan menandatangani Berita Acara hasil claim. Penandatanganan
Berita Acara dilakukan oleh bagian Operasi, Bagian Keuangan dan Bank.
7. Memotong tiket penumpang dan kendaraan yang telah selesai diperiksa (lembar
pelayaran dikembalikan kepada Perusahaan Pelayaran dan lembar asuransi
disimpan).
8. Pengawas Lapangan / Petugas Gedung Sentral di terminal membuat posisi stok
tiket, laporan tiket terjual dan tertagih, rekapitulasi pendapatan pelayaran,
pelabuhan dan asuransi setiap hari, kemudian ditujukan kepada Kepala
Produksi/Kepala Bagian Tata Usaha.
Bagan Alir Prosedur Administrasi Claim Tiket Penumpang dan Kendaraan
Laporan Produksi tiket oleh Pengiriman Berita Acara
Bagian Tata Usaha/Bagian Jasa Jasa Jasa
Operasi Pelabuhan Angkutan Pelabuhan Asuransi

Berita Acara
Bagian Produksi

Pengawas di terminal
Berita Acara

Loket penjualan tiket Rekapitulasi tiket yang


penumpang dan kendaraan ditandatangani oleh
Kepala Seksi Operasi,
Bagian Keuangan, dan
Bank

Pengawas Lapangan
menerima bonggol tiket,
menerima uang, menerima
laporan hasil/trip,
merekapitulasi pendapatan/
kapal/shift, dan uang

Bagian Tata Usaha/Keuangan

Bank Kepala Pelabuhan

Penerimaan Uang oleh


Perusahaan Pelayaran
Perusahaan Asuransi

d. Prosedur Administrasi Untuk Pelayanan Kendaraan Pribadi


1. Kepala Bagian Operasi pelabuhan menyetor hasil penjualan tiket kepada bagian

61
Tata Usaha yang akan menyetor ke bank. bagian produksi mengawasi dan
mengontrol pelaksanaan penjualan tiket dan melaporkan hal-hal menyangkut
perbaikan dan pelanggaran jika ada.
2. Kepala Pelabuhan menandatangani nota transfer, bank menerima uang dan
menandatangani nota transfer yang diajukan bagian Tata Usaha.
3. Kepala Bagian Operasi pelabuhan membuat laporan produksi ditandatangani
Kepala Pelabuhan dan dikirim kepada pemerintah atau pengelola pelabuhan
bersama-sama dengan nota transfer dan posisi keuangan, serta evaluasi terhadap
target RKA.
4. Bagian Tata Usaha membuat laporan penyetoran pendapatan sekaligus bukti
transfer masing-masing pihak yang ditanda tangani Kepala Pelabuhan sebagai
laporan kepada pengelola pelabuhan.

Bagan Alir Administrasi Pelayanan Kendaraan Pribadi

Dinas produksi mengawasi


dan mengontrol pelaksanaan
Kepala seksi operasi pelabuhan menyetor hasil
penjualan tiket kepada bagian Tata Usaha/Administrasi penjualan tiket dan
melaporkan hal-hal
yang akan menyetor ke bank. menyangkut perbaikan dan
pelanggaran

kepala pelabuhan menandatangani nota transfer,

Bagian Tata Usaha/Administrasi mengajukan nota


transfer pada bank yang menandatangani nota dan
menerima uang

Kepala seksi operasi pelabuhan membuat laporan


produksi ditandatangani kepala pelabuhan

Laporan produksi dikirim kepada pemerintah atau


pengelola pelabuhan bersama-sama dengan nota
transfer dan posisi keuangan, serta evaluasi terhadap
target RKA.

Bagian Tata Usaha/Administrasi membuat laporan


penyetoran pendapatan sekaligus bukti transfer masing-
masing pihak yang ditanda tangani kepala pelabuhan

Bagian Tata Usaha mengirim laporan dan bukti transfer


kepada pengelola pelabuhan.

e. Prosedur Administrasi Untuk Pelayanan Kendaraan Penumpang


1. Bagian Operasi pelabuhan menghitung pendapatan, bersama uang diserahkan

62
pada Bagian Tata Usaha untuk ditransfer/diserahkan sesuai dengan pendapatan
perusahaan terkait. Bagian produksi mengawasi dan mengontrol pelaksanaan
penjualan tiket dan melaporkan hal-hal menyangkut perbaikan dan pelanggaran jika
ada
2. Jika disetor ke bank, maka bank membuat rekapitulasi pendapatan dan bukti setor
diterima oleh bagian Tata Usaha.
3. Copy setoran diterima Bagian Operasi pelabuhan.
4. Bagian Tata Usaha membuat laporan penyetoran pendapatan sekaligus bukti
transfer masing-masing pihak yang ditanda tangani Kepala Pelabuhan sebagai
laporan.

Bagan Alir Prosedur Administrasi untuk Pelayanan Kendaraan Penumpang

Dinas produksi mengawasi


Bagian Operasi pelabuhan menghitung pendapatan, dan mengontrol pelaksanaan
bersama uang diserahkan pada Bagian Tata Usaha/ penjualan tiket dan
Administrasi untuk ditransfer/diserahkan sesuai dengan melaporkan hal-hal
pendapatan perusahaan terkait. menyangkut perbaikan dan
pelanggaran

Jika disetor ke bank, maka bank membuat rekapitulasi


pendapatan dan bukti setor diterima oleh bagian Tata
Usaha/Administrasi.

Copy setoran diterima seksi operasi pelabuhan

Bagian Tata Usaha/Administrasi membuat laporan


penyetoran pendapatan sekaligus bukti transfer masing-
masing pihak yang ditanda tangani kepala pelabuhan

Bagian Tata Usaha mengirim laporan dan bukti transfer


kepada pengelola pelabuhan.

f. Prosedur Administrasi Untuk Pelayanan Kendaraan Barang


1. Membuat laporan dan penjualan sekaligus menyerahkan hasil penjualan kepada
Tata Usaha melalui bagian Operasi Pelabuhan.

63
2. Bagian Tata Usaha menyetor uang ke Bank atas persetujuan Kepala Pelabuhan,
masing-masing bagian terkait membuat laporan kegiatan secara periodik kepada
Kepala Pelabuhan sebagai laporan produksi 10 harian dan bulanan, sekaligus
evaluasi realisasi terhadap rencana masing-masing seksi.
3. Bagian Produksi membuat daftar hasil penerimaan jasa pelabuhan dan rekapitulasi
hasil penerimaan jasa pelabuhan sebagai laporan kepada bagian Operasi
Pelabuhan.
4. Bagian Tata Usaha memeriksa daftar hasil penerimaan jasa pelabuhan dan
membuat rekapitulasi hasil penerimaan jasa pelabuhan sebagi laporan ke Bagian
Operasi Pelabuhan.
5. Bank mengeluarkan bukti transfer ke rekening pengelola pelabuhan.
6. Bagian Tata Usaha mengadakan pengecekan dan aplikasi transfer.

Bagan Alir Prosedur Administrasi Untuk Pelayanan Kendaraan Barang

Dinas produksi mengawasi


seksi operasi Pelabuhan membuat laporan dan dan mengontrol pelaksanaan
penjualan sekaligus menyerahkan hasil penjualan penjualan tiket dan
melaporkan hal-hal
kepada Tata Usaha/Administrasi menyangkut perbaikan dan
pelanggaran

Bagian Tata Usaha/Administrasi menyetor uang ke Bank


atas persetujuan kepala pelabuhan

Melaporkan laporan produksi masing-


Masing-masing bagian membuat masing bagian 10 harian dan bulanan,
laporan kegiatan secara periodik juga evaluasi perwujudan terhadap
kepada kepala pelabuhan rencana masing-masing bagian ke
pengelola pelabuhan

Dinas Produksi membuat daftar hasil penerimaan jasa


pelabuhan dan rekapitulasi hasil penerimaan jasa
pelabuhan sebagia laporan kepada seksi operasi
Pelabuhan.

Bagian Tata Usaha/Administrasi memeriksa daftar hasil


penerimaan jasa pelabuhan dan membuat rekapitulasi
hasil penerimaan jasa pelabuhan sebagi laporan ke
seksi operasi Pelabuhan.

Bank mengeluarkan bukti transfer untuk pengelola


pelabuhan

Bagian Tata Usaha mengecek dan aplikasi transfer

64
g. Prosedur Administrasi Untuk Jasa Pelayanan Sandar Kapal
1. Petugas Movable Bridge, mencatat data dan waktu yang digunakan.
2. Data kapal sandar ditanda tangani Bagian Prasarana.
3. Waktu sandar yang digunakan kapal dievaluasi Bagian Operasi Pelabuhan.
4. Perhitungan waktu sandar pelabuhan dibuat dan dihitung Bagian Operasi
Pelabuhan dan ditanda tangani oleh Kepala Pelabuhan.
5. Bagian Operasi Pelabuhan membuat nota tagihan ke perusahaan pelayaran yang
telah dikoreksi dan ditandatangani Kepala Pelabuhan.
6. Perusahaan pelayaran bayar bea sandar dengan cara pemotongan pendapatan
dari tiket terpadu.

7. Uang diterima bagian Tata Usaha disetor ke bank dan sekaligus transfer ke
rekening Pengelola Pelabuhan, tanda bukti setor dilaporkan kepada Kepala
Pelabuhan.
8. Bank mengeluarkan bukti setor dan transfer.
9. Bagian Tata Usaha menerima bukti setor, aplikasi cocok atau tidak dan sebagai
laporan bulanan kepada Pengelola pelabuhan.

Bagan Alir Administrasi Untuk Pelayanan Jasa Sandar Kapal

65
Petugas Movable Bridge
mencatat data dan waktu yang digunakan

Data kapal tambat ditanda tangani komandan Plug

Waktu tambat yang digunakan kapal dievaluasi dinas


produksi

Perhitungan waktu tambat pelabuhan dibuat dan dihitung


seksi operasi pelabuhan dan ditanda tangani oleh
Kepala Pelabuhan

seksi operasi pelabuhan membuat nota tagihan ke


perusahaan pelayaran yang telah dikoreksi dan
ditandatangani Kepala pelabuhan

Uang diterima bagian Tata Usaha/Administrasi disetor ke


bank dan sekaligus transfer ke rekening pengelola
pelabuhan, tanda bukti setor dilaporkan kepada Kepala
Pelabuhan

Bank mengeluarkan bukti setor dan transfer

Bagian Tata Usaha mengirim laporan dan bukti transfer


kepada pengelola pelabuhan.

h. Prosedur Administrasi Untuk Penyuplai BBM


1. Nahkoda menyampaikan laporan BBM & pelumas dan laporan air tawar sesuai
form kepada direktur usaha melalui Kepala Pelabuhan paling lambat pertengahan
bulan berikutnya
2. Masa retensi arsip laporan diatas adalah 1 (satu) tahun

66
Bagan Alir Prosedur Administrasi Untuk Pelayanan Bagi penyuplai BBM

Nahkoda menyampaikan laporan BBM & pelumas dan


laporan air tawar sesuai form kepada Bagian Tata Usaha
melalui Kepala Pelabuhan paling lambat pertengahan
bulan berikutnya

Masa retensi laporan adalah 1 tahun

i. Prosedur Administrasi Untuk Pelayanan Pengisian BBM


1. Petugas jaga (mesin), KKM selaku penanggung jawab pengisian BBM dan nahkoda
membubuhkan paraf pada form yang ditetapkan.
2. KKM menandatangani bukti penerimaan BBM dan dibubuhi stempel kapal.
3. Periksa spesifikasi pelumas yang di supply, jika tidak sesuai lapor kepada nakhoda,
nakhoda berhak menolak setiap pengiriman yang tidak sesuai & berhak meminta
ganti.
4. Siapkan perlengkapan / alat pencegah pencemaran.
5. Periksa jumlah pelumas yang diterima sesuai surat penyerahan barang.
6. Semua kegiatan dicatat dalam Log Book.

Bagan Alir Prosedur Administrasi Pengisian BBM


Perwira jaga (mesin), KKM selaku penanggung jawab
pengisian BBM dan nahkoda membubuhkan paraf pada
form yang ditetapkan

KKM menandatangani bukti penerimaan BBM dan


dibubuhi stempel kapal

Periksa spesifikasi pelumas yang di supply, jika tidak


sesuai lapor kepada nahkoda, nahkoda berhak menolak
setiap pengiriman yang tidak sesuai & berhak meminta
ganti

Siapkan perlengkapan / alat pencegah pencemaran

Periksa jumlah pelumas yang diterima sesuai surat


penyerahan barang

Petugas mancatat semua kegiatan dalam logbook

67
j. Prosedur Administrasi Untuk pelayanan Permohonan BBM
1. Pemakai jasa membuat permintaan BBM.
2. Bagian Operasi memeriksa stock BBM dan dilaporkan kepada Kepala Pelabuhan.
3. Jika persediaan BBM masih mencukupi, lampiri permohonan pengisian BBM.
4. Jika tidak ada persediaan maka pemakai BBM membayar terlebih dahulu termasuk
biaya administrasi atas persetujuan Kepala Pelabuhan, dan dibayarkan melalui
bagian Tata Usaha selanjutnya di setor ke Bank.
5. Bagian Operasi memeriksa BBM ke Pertamina melalui Bagian Tata Usaha setelah
disetujui Kepala Pelabuhan.
6. Bagian Operasi membeli BBM ke Pertamina.
7. Bagian Operasi memeriksa BBM yang ada dalam tangki penampungan (DO yang
telah dimiliki) dan melaporkan secara berkala minimal sekali seminggu kepada
Kepala Pelabuhan.
8. Bank mengeluarkan bukti setoran pembayaran BBM dan diterima bagian Tata
Usaha.
9. Transfer ke rekening Pengelola Pelabuhan pendapatan dari BBM atas persetujuan
Kepala Pelabuhan.
10. Bagian Tata Usaha melakukan aplikasi cocok atau tidak.

Bagan Alir Prosedur Administrasi Untuk Pelayanan Permohonan BBM

68
Pemakai jasa membuat permintaan BBM

seksi operasi memeriksa stock BBM dan dilaporkan


kepada kepala pelabuhan

Pemakai BBM membayar termasuk Ya


biaya administrasi atas persetujuan Tidak Persediaan
kepala pelabuhan melalui bagian Tata BBM Lampiri form permohonan BBM
Usaha/Administrasi selanjutnya di setor mencukupi?
ke Bank.

seksi operasi memeriksa BBM ke Pemakai BBM membayar termasuk


Pertamina lewat Bagian Tata Usaha/ biaya administrasi atas persetujuan
Administrasi setelah disetujui kepala kepala pelabuhan melalui bagian Tata
pelabuhan Usaha/Administrasi selanjutnya di setor
ke Bank.

seksi operasi membeli BBM ke


Pertamina

Bank mengeluarkan bukti setoran


pembayaran BBM dan diterima
bagian Tata Usaha/Administrasi

Transfer ke rekening pengelola


pelabuhan pendapatan dari BBM atas
persetujuan kepala pelabuhan.

Bagian Tata Usaha/Administrasi


melakukan aplikasi cocok atau tidak.

k. Prosedur Administrasi pengisian BBM dan air tawar


1. Jadwal rencana pengisian BBM & pelumas dibuat berdasarkan perhitungan jarak
tempuh, kecepatan kapal, jumlah jam kerja mesin, dan trip yang akan dilayani.
2. Jadwal rencana pengisian air tawar dibuat berdasarkan jarak tempuh, kebutuhan
crew, dapur, cuci kapal, & penumpang.
3. Lakukan persiapan sesuai check list.
4. Periksa spesifikasi BBM yang di supply, jika tidak sesuai lapor kepada nahkoda,
nahkoda berhak menolak setiap pengiriman yang tidak sesuai & berhak meminta
ganti.
5. Atur posisi parkir kendaraan.
6. Siapkan perlengkapan / alat pencegah pencemaran.
7. Periksa setiap sambungan / ikatan hosepipe / selang untuk mencegah terjadi

69
tumpahan minyak.
8. Selama proses pengisian lakukan sesuai check list.
9. Periksa jumlah minyak yang diterima sesuai surat penyerahan barang.
10. Bila terjadi tumpahan minyak, lakukan penanganan sesuai instruksi kerja.

Bagan Alir Prosedur Administrasi Pengisian BBM dan Air Tawar

Lakukan persiapan sesuai check list

Periksa spesifikasi pelumas yang di supply, jika tidak


sesuai lapor kepada nahkoda, nahkoda berhak menolak
setiap pengiriman yang tidak sesuai & berhak meminta
ganti

Atur posisi parkir kendaraan

Siapkan perlengkapan / alat pencegah pencemaran

Periksa setiap sambungan / ikatan hosepipe / selang


untuk mencegah terjadi tumpahan minyak

Periksa jumlah minyak yang diterima sesuai surat


penyerahan barang

Bila terjadi tumpahan minyak, lakukan penanganan


sesuai instruksi kerja

Selama proses pengisian lakukan sesuai check list

70
l. Prosedur Administrasi Penagihan Pendapatan Jasa Non Tiket (Sandar,
Listrik)
1. Bagian terkait membuat nota trasnfer untuk masing-masing Perusahaan Pelayaran
yang menggunakan fasilitas sandar, listrik dan air.
2. Kepala Bagian Operasi pelabuhan mengoreksi perhitungan penagihan dan
disampaikan kepada Kepala Pelabuhan.
3. Kepala Pelabuhan memeriksa dan menandatangani nota penagihan.

Bagan Alir Prosedur Administrasi Penagihan Pendapatan Jasa Non Tiket

Bagian terkait membuata nota trasnfer untuk masing-


masing Perusahaan Pelayaran yang menggunakan
fasilitas sandar, listrik dan air.

Kepala Seksi Operasi/Pejabat Setingkat pelabuhan mengoreksi


perhitungan penagihan dan disampaikan kepada
Kepala Pelabuhan

Kepala Pelabuhan memeriksa dan menandatangani


nota penagihan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

ttd

Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc.


NIP. 120092889

Lampiran III: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat

71
Nomor : SK.2681/AP.005/DRJD/2006
Tanggal : 4 September 2006

Pengendalian Operasional di Pelabuhan Penyeberangan

I. Pengendalian Keamanan Penumpang dan barang bawaannya


Pengendalian keamanan penumpang di pelabuhan penyeberangan meliputi kegiatan
pengendalian:
a. Kegiatan pembelian tiket oleh penumpang.
b. Melakukan pengawasan terhadap penumpang beserta barang bawaannya
secara visual dan dengan CCTV, apabila ada kecurigaan maka diharapkan
supaya dapat dilakukan pemeriksaan terhadap penumpang yang dicurigai.
c. Penumpang diarahkan menuju ruang tunggu dengan diawasi oleh bagian
security dan informasi.
d. Selama di ruang tunggu penumpang dan barang bawaannya diawasi secara
visual dan dengan CCTV oleh bagian security dan informasi.
e. Setelah kapal siap muat penumpang diarahkan ke kapal yang diawasi
petugas gangway dan portir.
f. Bila ada kecurigaan dilakukan pemeriksaan terhadap penumpang beserta
barang bawaannya.
g. Operator melakukan pengawasan secara visual terhadap penumpang dan
barang bawaannya yang naik/turun, apabila ada kecurigaan maka security
kapal dapat melakukan pemeriksaan terhadap penumpang bersangkutan.
h. Apabila terbukti barang bawaannnya adalah barang terlarang, yang
bersangkutan diserahkan kepada pihak kepolisian di pelabuhan tujuan untuk
diproses lebih lanjut.
i. Apabila karena alasan dinas yang bersangkutan harus membawa senjata,
selama pelayaran senjata tersebut harus dititipkan kepada nakhoda dan
peluru harus dikosongkan.
j. Selama dalam pelayaran nakhoda/perwira jaga harus melakukan
pengawasan keliling kapal sesuai peraturan perusahaan.

Sketsa Pengamanan Pelabuhan Penyeberangan Bagi Penumpang

72
RUANG
SECURITY

CCTV

LOKET KARCIS

PENYEBERANGAN
KAPAL
LOKET KARCIS
RUANG TUNGGU
PENUMPANG

LOKET KARCIS

LOKET KARCIS

II. Pengendalian Keamanan Kendaraan dan muatannya


Pengendalian keamanan kendaraan di pelabuhan penyeberangan meliputi kegiatan
pengendalian:
a. Kegiatan penimbangan dan pembelian tiket oleh kendaraan.
b. Pengemudi kendaraan harus menyebutkan barang yang dibawa saat
ditimbang.
c. Jika menemukan muatan mencurigakan petugas timbangan harus melapor
kepada petugas keamanan untuk diteruskan kepada polisi.
d. Melakukan pengawasan terhadap penumpang beserta barang bawaannya
secara visual dan dengan CCTV, apabila ada kecurigaan maka diharapkan
supaya dapat dilakukan pemeriksaan terhadap penumpang yang dicurigai.
e. Kendaraan diarahkan menuju ruang parkir tunggu menunggu giliran muat.
f. Selama kendaraan di lapangan parkir tunggu dapat diawasi oleh bagian
security dan informasi.
g. Setelah mendapat giliran muat, kendaraan dialihkan ke lapangan parkir siap
muat selama di lapangan parkir siap muat kendaraan diiawasi secara isual
dan dengan CCTV oleh bagian security.
h. Bila ada kecurigaan dilakukan pemeriksaan terhadap penumpang dengan
melibatkan aparat kepolisian dengan menggunakan anjing pelacak atau
biosensor.
i. Setiap kendaraan dilakukan pengecekan menggunakan Mirror Detection.
j. Operator melakukan pengawasan secara visual terhadap kendaraan yang

73
naik/turun, apabila ada kecurigaan maka security kapal dapat melakukan
pemeriksaan terhadap penumpang bersangkutan.
k. Apabila terbukti barang bawaannnya adalah barang terlarang, nakhoda
dapat menginformasikan ke pelabuhan tujuan tentang kejadian yang
dimaksud selanjutnya pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan
diserahkan kepada pihak kepolisian di pelabuhan untuk diproses lebih lanjut.
l. Selama dalam pelayaran nakhoda/perwira jaga harus melakukan
pengawasan keliling kapal sesuai peraturan perusahaan.

Sketsa Pengamanan Pelabuhan Penyeberangan Bagi Kendaraan

JEMBATAN
TIMBANG

TOLL TOLL TOLL TOLL


GATE GATE GATE GATE LAPANGAN PARKIR
PENGANTAR &
PENJEMPUT

KAPAL
PENYEBERANGAN

CCTV MOVABLE
BRIDGE

LAPANGAN LAPANGAN PARKIR


PARKIR SIAP MUAT
TUNGGU
UNTUK TRUK

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

ttd

Ir. ISKANDAR ABUBAKAR, MSc.

NIP. 120092889

74

Anda mungkin juga menyukai