Skripsi
Oleh
ASRIANA SULTAN
NIM 70100106003
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika
dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat
oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
Penulis,
Asriana Sultan
NIM 70100106003
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
terhadap Kadar Ketoprofen yang Terdisolusi dalam Sistem Dispersi Padat”, yang
pada Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan
dipertahankan dalam ujian sidang yang diselenggarakan pada hari Rabu, tanggal
diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana dalam Fakultas Ilmu
DEWAN PENGUJI
Diketahui oleh :
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah swt. karena atas rahmat dan
skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam
bantuan, arahan, dan dukungan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
1. Orang tua tercinta, Drs. H. Sultan Bani, M.Si. dan Ratnawati P. (Alm.) yang
telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan
pengorbanan serta dukungan materi, nasehat, dan doa yang tulus sehingga
memperlancar penyelesaian skripsi ini, juga kepada kakak dan adikku tercinta
yang menjadi inspirasi penulis dan seluruh keluarga yang terus memberikan
dukungannya.
2. Nur Ida, S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama dan Isriany Ismail,
S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing kedua yang penuh kasih sayang, sabar,
iv
3. Nursalam Hamzah, S.Si., Apt. selaku penguji utama dan Drs. Lomba Sultan,
4. Gemy Nastity Handayany, S.Si., M.Si, Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi
5. Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Apt. atas segala dukungan dan masukkannya yang
sangat berguna dalam penyelesaian skripsi ini dan Dra. Hj. Faridha Yenny
penelitian ini.
10. A. Armisman Edy Patturusi, S.Farm. dan Muhammad Rusdy, S.Farm. selaku
v
11. Zul Rahmat, S.Farm. atas berbagai informasi yang telah diberikan dan Rizky
dukungannya.
sahabat suka dan duka, Jayadi, Arie, Uni, Wahid, Hermin, Jume, Auliyaa,
Dian, Nisa, Budhy, Arul, Munifah, dan lain-lain yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah dan akan terus memberikan semangat serta
skripsi ini.
Dalam skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh
karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
penyempurnaan skripsi selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi yang telah dibuat
dapat menjadi inspirasi dan memberikan manfaat untuk masa depan, baik bagi
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……………………………………………………………… i
B. Disolusi ………………………………………… 22
vii
E. Tinjauan Pengobatan dalam Islam …………………… 30
A. Hasil …………………………………………………. 42
B. Pembahasan …………………………………………. 43
A. Kesimpulan …………………………………………. 47
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
Tabel 11 Nilai rata-rata yang diurutkan mulai dari yang terbesar ke
terkecil ………………………………………………….. 62
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
ABSTRAK
NIM : 70100106003
Dispersi Padat
xiii
ABSTRACT
NIM : 70100106003
System
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efek teraupetik suatu obat ditentukan oleh proses melepasnya bahan obat
dalam cairan tubuh dan terabsorpsi ke dalam aliran darah. Suatu obat yang dapat
diabsorpsi, pertama kali harus dapat terlarut (terdispersi molekular) dalam cairan
dimana obat tersebut akan diabsorpsi (Saifullah, 2008). Laju pelarutan obat-obat
dalam saluran cerna akan mengendalikan laju absorpsi sistemik obat dan menjadi
penentu bioavailibilitas obat. Jika suatu obat diabsorpsi secara sempurna setelah
pelarutan, maka akan menghasilkan konsentrasi obat dalam plasma yang lebih
Pada tahun 1897, Noyes dan Whitney menunjukkan bahwa kelarutan obat
dalam air merupakan faktor utama yang menentukan laju disolusi. Sebenarnya,
beberapa studi telah menunjukkan bahwa data kelarutan bahan obat dapat
obat dapat diabsorpsi oleh tubuh bila sudah dalam bentuk terdistribusi secara
untuk meningkatkan laju disolusi bahan obat dengan kelarutan yang buruk dan
telah dibuktikan dapat meningkatkan jumlah obat terlarut pada daerah absorpsi
dan Obi pada tahun 1961 memperkenalkan teknik ini dengan tujuan untuk
memperkecil ukuran partikel, meningkatkan laju disolusi dan absorpsi obat yang
tidak larut dalam air. Pada tahun 1965, konsep tersebut dikembangkan Tachibana
dan dispersi dibuat melalui metode pelarutan (Leuner, 2000, Serajuddin, 1999).
Sekiguchi dan Obi menyatakan bahwa obat berada dalam bentuk campuran
melaporkan bahwa semua obat dalam dispersi padat tidak hanya dalam bentuk
polimer yang dapat mengontrol drug delivery. Polimer sintetik menjadi pilihan
matriks untuk sistem dispersi padat karena sifatnya yang inert, peka, mengontrol
anti inflamasi nonsteroid yang digunakan secara luas untuk mengurangi nyeri, dan
(Tan, 2003). Namun, ketoprofen praktis tidak larut dalam air, sehingga kecepatan
dispersi padat.
sampingnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan laju
disolusi obat agar cepat memberikan efek dan tereliminasi, sehingga obat tidak
lama tinggal dalam tubuh yang mungkin dapat memberikan efek yang lebih
buruk. Hal ini sesuai dengan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw.,
“Barangsiapa meminum racun, maka kelak racun itu ada di tangannya dan
“Rasulullah saw. melarang khabits” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibn Majah).
Para ‘ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan khabits adalah racun.
Terjemahnya :
Fikri Alatas, Sundani Nurono S., dan Sukmadjaja Asyarie (2006) telah
ketoprofen-PEG 6000 (Arias, 1995) dan Kollicoat IR dengan matriks PVA – PEG
matriks polimer PEG telah terbukti dapat meningkatkan laju disolusi ketoprofen.
Berdasarkan hal tersebut, untuk menambah data valid dari dispersi padat
ketoprofen, maka dalam penenlitian ini akan dikembangkan pola dispersi padat
B. Rumusan Masalah
ketoprofen terdisolusi?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
formulasi baru dari ketoprofen yang memiliki efek yang lebih cepat dan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dispersi Padat
hidrofilik dan bahan obat hidrofobik. Matriks dapat berupa kristal atau
Keterangan :
sempurna pada keadaan cair dan dengan kelarutan padat yang dapat
dibawah ini
Larutan cair
Padatan A + Padatan B
A ( 100% ) E B ( 100% )
adalah:
(3) Tidak adanya agregasi dan aglomerasi antara kristal halus zat
(4) Terdispersi dan terbasahinya zat aktif karena kristal tunggal zat
(5) Zat aktif terdapat dalam bentuk kristal yang metastabil setelah
b. Larutan Padat
pelarut oleh karena itu diameter atom zat terlarut harus kurang
c. Larutan Gelas
dan Riegelman. Keadaan seperti gelas atau kaca ini diperoleh dengan
campuran senyawa.
kompleks (DnCm) antara obat (D) dan pembawa inert yang larut
berikut :
DnCm ( Padatan )
K1
K2
obat, pada level molekular, dimana matriks dan obat secara umum agak
kristalisasi atau bentuk kluster obat amorf sulit untuk dikontrol dan tidak
sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini telah diakui oleh salah satu
penelitian pertama pada dispersi padat bahwa pemisahan fase yang luas
molekular yang lambat dari matriks dan obat selama pemisahan. Pada
a. Metode Peleburan
b. Metode Pelarutan
c. Metode Peleburan-pelarutan
dan metode pelarutan, tetapi metode ini secara praktis hanya dapat
partikel.
cara mengurangi sudut kontak dari bahan yang didispersikan (tidak ada
dari obat.
18
tinggi dari bulk subtansi obat, bentuk energi tinggi dari obat dapat
Pastinya, untuk tujuan itu banyak teknik yang cocok yang dapat
secara lengkap.
padat.
dinano-sizekan.
B. Disolusi
dalam air, hal ini sangat menambah tantangan bagi para formulator dalam
Bahan yang sukar larut air secara klasik didefinisikan sebagai suatu
bahan yang larut dalam kurang dari 1 bagian dalam 10000 bagian air.
larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer,
23
melepasnya suatu obat dari bentuk di mana obat tersebut diberikan (Martin,
1993).
sistemik agaknya bergantung pada laju disintegrasi dari bentuk sediaan dan
yang membatasi atau tahap yang mengontrol laju bioabsorpsi obat-obat yang
tahapan yang paling lambat dari berbagai tahapan yang ada dalam
laju dimana solut berubah dari kristal, serbuk, cairan, atau bentuk lain
dalam waktu yang singkat. Laju disolusi bergantung pada banyak faktor,
disolusi.
Pada umumnya zat aktif bentuk garam lebih larut dalam air
dari pada bentuk asam atau basanya. Dalam lambung, garam ini akan
terionisasi dan asam yang tidak larut akan mengendap sebagai partikel
1971).
lebih besar dan disolusi yang lebih cepat daripada bentuk hidratnya.
25
Hidrat dan solvat dapat terbentuk sendiri baik pada waktu sintesa
1971).
a. Pengadukan
(1) pH media
suhu.
(3) Viskositas
media disolusi.
molekul ketoprofen 254,3 dengan titik lebur 93°C - 96°C, praktis tidak
larut dalam air, larut dalam etanol, kloroform, eter dan metanol
27
2004 ), sedangkan jika pelarutnya adalah Metanol 75% maka λ max berada
2. Stabilitas
dalam larutan etil asetat yang disimpan selama beberapa minggu pada
98°C selama 30 menit dalam larutan asam pH 1. Akan tetapi jika larutan
ketoprofen dalam air terpapar sinar UV 254 nm, atau sinar matahari
(siang hari) selama 1 jam pada temperatur kamar, maka akan mengalami
3. Farmakologi
(Tatro, 2003).
ulcer. Ulcer yang terjadi dapat berupa perdarahan yang serius dan atau
pada gastrointestinal (GI), maka obat ini sebaiknya tidak diberikan pada
2003).
D. Uraian Bahan
Rumus molekul : C 16 H 14 O 3
29
Rumus struktur :
O
OH
Rumus molekul : (C 2 H 4 O) n
Rumus struktur :
CH 2 CH
OH
n
sampai cream.
konsekwensi kesusahan, yaitu sabar. Hal ini bisa terjadi dengan Allah
musibah, penderitaan dan penyakit merupakan hal yang lazim bagi manusi
dan semua itu pasti menimpa mereka, untuk mewujudkan peribadahan kepada
Allah semata, serta untuk melihat siapa yang paling baik amalnya (Yazid,
2010).
31
Terjemahnya :
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. (Q..S. Al Mulk (67) : 2)
Penyakit merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-
menetapkan sesuatu, baik berupa takdir kauni (takdir yang pasti berlaku di
alam semesta ini) atau syar’i, melainkan di dalamnya terdapat hikmah yang
amat besar, sehingga tidak mungkin bisa dinalar oleh akal manusia. Berbagai
menyerang manusia. Penyakit tertentu ada yang sudah diketahui obatnya dan
ada pula yang belum diketahui. Namun, Allah tidak memberikan cobaan
penyakit pasti ada obatnya, seperti sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan
Artinya :
Artinya :
fisik dan mental yang buruk/penyakit hati. Alquran memuat tentang doa
makanan yang haram dan tidak sehat, serta tidak makan dalam jumlah yang
Terjemahnya :
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S. Al-
Israa` (17) : 82)
lain pada masa Rasulullah, perawatan medis yang diamati Rasul, prosedur
menyumbangkan dua buah buku kesehatan, yaitu kitab al Tibb dan kitab al
Mardha (Kasule, 2008). Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Al-
2T
setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri dengan
pengobatan, agar tidak keluar dari syariat Islam. Terapi pengobatan dan doa
34
Namun, doa saja tentu tidak cukup tetapi harus ada upaya pengobatan,
kepadanya dan memukulkan secara perlahan pada bagian yang sakit tersebut
Pergilah kepada Al-Harith Ibnu Kaladah, saudara Thaqif. Dia seseorang yang
Terjemahnya :
Obat sintetik dianggap racun dalam tubuh manusia karena efek sampingnya.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan laju disolusi
obat agar cepat memberikan efek dan tereliminasi, sehingga obat tidak lama
tinggal dalam tubuh yang mungkin dapat memberikan efek yang lebih buruk.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw.,
“Barangsiapa meminum racun, maka kelak racun itu ada di tangannya dan
“Rasulullah saw. melarang khabits” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibn
Majah). Para ‘ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan khabits adalah
racun.
36
Terjemahnya :
Alquran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini. (Q.S. Al-Jaatsiyah (45) : 20)
terhadap makhluk menurut kadar hak-hak yang didapatkan serta berbuat baik
yang dianjurkan yaitu apa yang lebih dari itu berupa mencurahkan potensi
dengan menekan efek samping. Peningkatan disolusi dan kelarutan obat ini
Soal penyakit adalah salah satu bentuk ujian dan cobaan dari Allah.
2T
Ujian ini antara lain bermaksud agar setiap orang menyadari, bahwa manusia
adalah hamba Allah, yang tidak bisa melepaskan diri dari genggaman-Nya.
Tidak semua pasien yang sembuh dari penyakit yang dideritanya, betapapun
kualitas obat yang diberikan, dan betapapun ahlinya dokter yang merawatnya.
Ini sebagai bahan renungan kepada setiap hamba, bahwa ada Maha Kekuatan
37
yang abstrak yang Maha Mengatur dan Maha Menetapkan segala urusan.
Terjemahnya :
2T
menunjuki aku. Dan Tuhanku; Yang Dia memberi makan dan minum
kepadaku. 'Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku'.
Dan yang akan mematikan aku, dan akan menghidupkan aku
(kembali)." (Q.S. Asy-Syu'araa (26) : 78-91). 2T
BAB III
METODE PENELITIAN
cawan petri, desikator, karet pengisap, kertas indikator pH, pipet volume
1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; dan 5,0 ml, spektrofotometer UV-VIS (Jenway
laboratorium.
B. Metode Kerja
1:4
2. Campuran fisik ketoprofen : PVA 1:1
1:2
1:4
pelarutan dalam perbandingan ketoprofen dan PVA, yaitu 1:1; 1:2 dan
dalam air suling (1:5) dengan pemanasan diatas magnetik stirer pada
Uji intervensi PVA dalam dispersi padat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
tanpa pepsin yang dibuat dengan cara melarutkan 2,0 g natrium klorida P
dalam 7,0 ml asam klorida pekat dan dicukupkan volume dengan air
suling hingga 100,0 ml. Diukur larutan pada pH 1,2 (Anonim, 1979).
larutan contoh dilakukan pada menit ke 10, 20, 30, 45, dan ke-60 masing-
2. Penetapan kadar
A. Hasil
B. Pembahasan
sehingga dapat memberikan efek teraupetik yang lebih cepat. Jenis matriks dari
golongan polimer larut air paling umum digunakan dalam memformulasi dispersi
padat karena kelarutannya yang baik dan bersifat inert. Polimer yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu polivinil alkohol (PVA). PVA termasuk golongan
polimer yang larut dalam air, tetap stabil pada perubahan pH, tidak memiliki
batas toksisitas pemakaian, dan inert (Kibbe, 2000). Matriks yang digunakan
sebagai bahan pembawa obat dalam dispersi padat tidak boleh menyebabkan
pergeseran panjang gelombang akibat reaksi antara bahan obat dengan pembawa.
44
yang dapat menyebabkan perubahan sifat fisika-kimia suatu molekul senyawa. Uji
menunjukkan bahwa dispersi padat dan campuran fisik ketoprofen – PVA tidak
yang hampir sama dengan ketoprofen baku. Dispersi padat dan campuran fisik
pelarutan, metode ini dipilih karena lebih efisien dimana pelarut PVA mudah
bercampur dengan pelarut ketoprofen. Selain itu, PVA memiliki titik lebur yang
dalam media cairan lambung buatan tanpa pepsin yang bertujuan untuk membuat
suatu kondisi yang sama dimana ketoprofen memiliki kelarutan yang rendah
dapat diabsorbsi melintasi membran fisiologis. Dari hasil disolusi yang dilakukan
dengan alat uji disolusi diperoleh kadar ketoprofen yang terdisolusi tiap satuan
waktu yang diuji dari dispersi padat dan campuran fisik ketoprofen – PVA
PVA. Kadar ketoprofen yang terdisolusi paling besar terlihat pada dispersi padat.
ketoprofen dan matriks PVA sebagian tidak tercampur, tetapi keoprofen telah
yang lebih besar. Namun, penentuan tipe dispersi padat diatas belum dapat
antara dispersi padat dengan campuran fisik dan ketoprofen baku dalam
terdisolusi terbesar ditunjukkan oleh dispersi padat. Hal ini terjadi karena bahan
obat dan mariks yang dibuat dalam bentuk dispersi padat telah berada dalam
perlakuan khusus, sehingga masih berada dalam keadaan partikulat. Suatu obat
yang dapat diabsorpsi, pertama kali harus dapat terlarut (terdispersi molekular)
dalam cairan dimana obat tersebut akan diabsorpsi (Saifullah, 2008). Laju
sistemik obat dan menjadi penentu bioavailibilitas obat. Jika suatu obat diabsorpsi
Data menunjukan perbedaan yang sangat signifikan. Oleh karena itu, dilanjutkan
uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mencari perbandingan yang paling baik
dalam memberikan kadar ketoprofen yang terdisolusi. Dari hasil uji ditunjukkan
yang signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dispersi padat yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa :
1. Polivinil alkohol (PVA) dalam sistem dispersi padat maupun campuran fisik
B. Implikasi Penelitian
dari dispersi padat yang memiliki laju disolusi tercepat dan dapat diformulasi
Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV, Jakarta: Penerbit
UI Press, 1989
Leuner, C. and Dressman, J. Improving drug solubility for oral delivery using
solid dispersion. Eur. J. Pharm. Biopharm., 2000 (50, 47-60)
Martin, Alfred S. Farmasi Fisik edisi II, Jakarta: UI-Press, 1993 (845-846)
Tan H. Tjay, dan Raharja K. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1986
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pentingnya Penyembuhan dengan Al-Qur’an dan
As-Sunnah, (http://www.almanhaj.or.id/content/2416/slash/0,
Diakses 13 Juli 2010), 2010
51
Keterangan :
∗ Pada perbandingan ketoprofen : PVA (10 : 0) atau ketoprofen murni diukur
serapannya dalam larutan dapar fosfat pH 7,4.
Keterangan :
Persamaan garis y = a + bx
y adalah serapan
x adalah konsentrasi (bpj)
Keterangan :
a : Ketoprofen : PVA (1:0) (ketoprofen murni)
b : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:1)
c : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:2)
d : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:4)
e : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:1)
f : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:2)
g : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:4)
54
Tabel 7. Kadar Ketoprofen yang Terdisolusi (mg) dari Campuran Fisik dan
Dispersi Padat Ketoprofen – PVA dalam Media Disolusi Cairan
Lambung Buatan Tanpa Pepsin yang Dilepaskan Tiap Satuan Waktu
Keterangan :
a : Ketoprofen : PVA (1:0) (ketoprofen murni)
b : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:1)
c : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:2)
d : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:4)
e : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:1)
f : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:2)
g : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:4)
55
1.4
y = 0.0618x + 0.0126
1.2 R² = 0.9988
1
Absorban
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)
35
Ketoprofen murni
30
Dispersi padat
(Ketoprofen : PVA)
1:1
Persen Ketoprofen Terdisolusi
25
Dispersi padat
(Ketoprofen : PVA)
1:2
20
Dispersi padat
(Ketoprofen : PVA)
1:4
15
Campuran Fisik
(Ketoprofen : PVA)
1:1
10
Campuran Fisik
(Ketoprofen : PVA)
1:2
5
Campuran Fisik
(Ketoprofen : PVA)
1:4
0
10 20 30 45 60
t (menit)
LAMPIRAN 1
Ketoprofen PVA
dihaluskan
Perbandingan
1:1; 1:2; dan 1:4 diayak dengan
pengayak mesh 60
Pembahasan hasil
Kesimpulan
58
LAMPIRAN 2
Contoh Perhitungan Kadar (mg) dan Jumlah (%) Ketoprofen yang Terdisolusi
Tiap Satuan Waktu dengan Persamaan Garis Kurva Baku
y = a + bx
y = 0,0126 + 0,0618x
sehingga :
–
x=
dimana :
x = konsentrasi
y = serapan
r = 0,999
59
Tabel 8. Perhitungan kadar (mg) dan persen terdisolusi ketoprofen dari dispersi
padat dan campuran fisik ketoprofen – PVA dalam cairan lambung
buatan
LAMPIRAN 3
Keterangan :
a : Ketoprofen : PVA (1:0) (ketoprofen murni)
b : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:1)
c : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:2)
d : Campuran Fisik Ketoprofen : PVA (1:4)
e : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:1)
f : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:2)
g : Dispersi Padat Ketoprofen : PVA (1:4)
61
Fk = = 11140,59
= 19171,66 – 11140,59
= 8031,07
= 7863,88
= 7205,60
= 381,02
= 277,26
= 8031,07 – 7863,88
= 167,19
62
Sumber F tabel
DB JK KT F hitung
Keragaman 1% 5%
Perlakuan 34 7863,88
Formula 6 7205,60 1200,93 251,41 3,35 2,36
Waktu 4 381,02 95,26 19,94 3,89 2,63
F*T 24 277,26 11,55 2,42 2,35 1,82
Galat 35 167,19 4,78
Total 69 8031,07
= 2,797 2 (4,78)
2
= 2,797 . 2,186
= 6,12
Tabel 11. Nilai rata-rata yang diurutkan mulai dari yang terbesar ke terkecil
Formula Rata-rata
f 25,62
e 25,00
g 21,94
d 5,47
c 4,65
b 4,24
a 1,38
63
Beda (selisih)
Rata-rata
BNT
Formula formula
1%
(x r ) (x r - a) (x r - b) (x r - c) (x r - d) (x r - g) (x r - e)
Keterangan :
Tanda * : selisih yang lebih besar dari BNT 1% = 6,12
Formula a b c d e f g
a - NS NS NS S S S
b NS - NS NS S S S
c NS NS - NS S S S
d NS NS NS - S S S
e S S S S - NS NS
f S S S S NS - NS
g S S S S NS NS -
Keterangan :
NS : Non signifikan
S : Signifikan
RIWAYAT HIDUP
(SMA) Negeri 1 Palu pada tahun 2006. Setelah mengikuti ujian Seleksi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada bulan September tahun 2006.
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan selama 4 tahun dan menyelesaikan skripsi pada
tahun 2010 ini untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.). Selama penyusunan
skripsi ini, penulis telah menyumbangkan segenap tenaga, pikiran dan materi
untuk memberikan hasil yang terbaik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan
mengharapkan sambutan yang baik dari para pembaca, kiranya dapat memberikan