Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN

KETERKAITAN CURRENT ISSUE “SUICIDE” DENGAN TEORI


KEPRIBADIAN DAN PENGUKURAN KESEHATAN

OLEH :
KELOMPOK 7
CITRA RACHMAWATI 101611133010
RIPHYANA NOVAYANTI 101611133031
FRANSISCA PUTRI I. D. 101611133155
FITRI AZZAHRAH 101611133202

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I

PEMAPARAN ISSUE

1.1 Pengertian Bunuh Diri

Ide bunuh diri (suicide ideation) merujuk kepada gagasan, khayalan, pemikiran
mendalam, kekhawatiran akan kematian, mencelakai diri sendiri, kematian yang
ditimbulkan diri sendiri. Niat bunuh diri (suicide intent) merujuk kepada keinginan
pasien dan komitmen untuk mati dengan bunuh diri. Rencana bunuh diri (suicide plan)
merupakan suatu strategi personal termasuk kerangka waktu dan sarana untuk
menyelesaikan tindakan bunuh diri. Pada beberapa orang terdapat jarak antara
pikiran/ide bunuh diri dengan tindakan bunuh diri. Mereka memikirkan ide ini dalam
beberapa waktu, ada yang beberapa hari beberapa minggu, beberapa tahun dan tidak
pernah melakukan, sedangkan beberapa lain melakukannya dengan impulsif.

Bridge, Goldstein, dan Brent (2006) merangkum beberapa terminologi yang


sering digunakan dalam memahami definisi bunuh diri. Ide bunuh diri mengacu pada
pikiran-pikiran tentang menyakiti atau membunuh diri sendiri. Percobaan bunuh diri
adalah suatu tindak-an yang tidak fatal, menyakiti diri sendiri dengan maksud eksplisit
untuk kematian. Tindakan bunuh diri adalah tindakan menyakiti diri sendiri yang
bersifat fatal dengan maksud eksplisit untuk mati.

Crosby, Ortega, Melanson (2011) menyatakan bahwa percobaan bunuh diri


adalah perilaku yang tidak fatal, diarahkan pada diri sendiri dan berpotensi melukai diri
sendiri dengan keinginan untuk mati, dan suatu percobaan bunuh diri dapat atau tidak
dapat menghasilkan luka. Silverman et al. (2007) menyatakan bahwa percobaan bunuh
diri adalah perbuatan yang ditimbulkan oleh diri sendiri, suatu perilaku yang berpotensi
melukai diri sendiri dengan hasil yang tidak fatal dan ada bukti baik itu eksplisit
ataupun implisit dari keinginan untuk mati.

1.2 Riwayat Personal yang Mempengaruhi Percobaan Bunuh Diri


1. Peristiwa hidup (Stressor)
Peristiwa hidup didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang
menyebabkan perubahan dan penyesuaian yang substansial dari aktivitas
seharihari seseorang. Sedangkan menurut Ian M. Good peristiwa hidup
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang permulaan dan akhirannya dapat
diidentifikasi dan berpotensi mengubah keadaan mental dan fisik seseorang.

Peristiwa hidup dibagi menjadi peristiwa hidup yang positif dan


peristiwa hidup yang negatif. Peristiwa hidup yang positif adalah pengalaman
yang menyebabkan meningkatnya kepuasan dan kualitas hidup seseorang.
Sedangkan peristiwa hidup yang negatif adalah suatu insiden atau rangkaian
insiden yang dianggap sebagai penyebab rasa sakit fisik dan psikologis

2. Sikap terhadap bunuh diri (Attitude to Suicide)


Sikap seseorang merupakan suatu hal yang penting dalam model
sosiopsikologis untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan
konstruksi sosial dari dunia di sekitar kita. Sikap seseorang didefinisikan
sebagai kognitif berkepanjangan, emosional dan predisposisi yang aktif
terhadap objek tertentu.

Sikap terhadap bunuh diri pertama kali dikenalkan oleh Bayet pada
tahun 1922. Bayet mendefinisikan sikap terhadap bunuh diri menjadi dua garis
besar yaitu: morale simple yaitu merupakan sikap yang menggambarkan
ketidaksetujuan terhadap bunuh diri dalam keadaan apapun, sedangkan morale
nonceé merupakan sikap yang lebih menyambut dan lebih permisif, yaitu
memahami tindakan bunuh diri dalam keadaan tertentu.

3. Dukungan sosial (Perceived social)

Dukungan sosial dibedakan menjadi empat jenis yaitu:

a. Dukungan emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang
yang bersangkutan.
b. Dukungan penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain
itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, misalnya
orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga
diri).
c. Dukungan instrumental
Mencakup bantuan langsung, misalnya orang memberi pinjaman uang
kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan memberi
pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan
d. Dukungan informative
Mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta
petunjuk.

4. Relasi dengan teman dan sahabat (Relational Self Constructual)


Hubungan seseorang dengan teman dan sahabat merupakan hal yang
penting dalam perilaku bunuh diri, meskipun terdapat pertentangan mengenai
apakah hal tersebut merupakan faktor protektif atau faktor risiko dikarenakan
hubungan yang dekat dapat memberikan dukungan, tetapi juga dapat mengubah
kepribadian individu dan menyebabkan perilaku yang merugikan diri sendiri.

5. Religiusitas (Religious Coping)


Religiusitas merupakan aspek inti dari identitas seseorang di beberapa
kebudayaan. Religiusitas memainkan peran penting dalam pembentukan
perilaku dan kepercayaan seseorang.
Religiusitas juga kadang berhubungan dengan peningkatan risiko bunuh
diri. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi pola dari “negative religious
coping” yang mencakup: menangguhkan tanggung jawab kepada tuhan, merasa
diabaikan oleh tuhan, menyalahkan tuhan untuk cobaan yang diberikan,
mengalami keraguan dalam beragama atau mengalami konflik dan kesulitan
dengan tuhan.

1.3 Bunuh Diri di Indonesia

Di Indonesia belum ada data secara nasional mengenai kejadian bunuh diri pada
anak dan remaja. Namun berdasarkan data pada tahun 2012, WHO memperkirakan
kejadian bunuh diri di Indonesia adalah 4,3% per 100.000 populasi (WHO, 2012).
Kemudian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI pada tahun
2014 melakukan penelitian ekstrapolasi dan menunjukkan angka kejadian bunuh diri
di Indonesia adalah 1,77 per 100.000 penduduk (Depkes, 2016). Komisi Nasional
Perlindungan Anak (KPAI) pada tahun 2014 melaporkan ada 89 kasus bunuh diri pada
anak dan remaja. Sembilan kasus pada rentang usia 5sampai 10 tahun. Sementara 12
hingga 15 tahun ada 39 kasus. Sedangkanyang berusia di atas 15 tahunada 27 kasus
BAB II

ANALISIS KETERKAITAN KASUS DENGAN TEORI KEPRIBADIAN

2.1 Fungsi dari Metode Bunuh Diri

Pada berita “Wanita Tewas Loncat di Emporium Mall, Polisi: Frustrasi Belum
Dapat Kerja”, yang kita ambil merupakan salah satu kasus bunuh diri. Secara umum,
bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan
“cidium” yang berarti pembunuhan. Bunuh diri merupakan perilaku pemusnahan
secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh individu tersebut yang memandang
bahwa bunuh diri adalah solusi terbaik dari sebuah isu/ masalah yang dimiliki,
(Schneidman dalam Adam, 2012). Schneidman dalam Adam menjelaskan bahwa
keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri setelah mengalami rasa
sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat
bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa
menghentikan rasa sakit yang dirasakan.

Maris dkk. (2000) menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri yaitu :

1. Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan intensi mati.
2. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki
makna khusus atau simbolisasi dari individu. Secara umum, metode bunuh diri
terdiri dari 6 kategori utama yaitu:
a. obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap),
b. menggantung diri (mencekikdan menyesakkan nafas),
c. senjata api dan peledak,
d. menenggelamkan diri,
e. melompat dari gedung, dan
f. memotong (menyayat dan menusuk).
Pada berita kasus “Wanita Tewas Loncat di Emporium Mall, Polisi: Frustrasi
Belum Dapat Kerja”, ini apabila dilihat dari teori diatas metode bunuh diri yang
digunakan ialah melompat dari gedung mall. Apabila dilihat dari hasil wawancara
tehadap pihak keluarga korban maka dapat dilihat pelaku bunuh diri tersebut memiliki
gangguan. Gangguan yang dihadapi adalah gangguan kepribadian dari diri sendiri.
Gangguan kepribadian merupakan gangguan-gangguan yang banyak terjadi dalam
masyarakat atau individu yang perilakunya akan memberikan dampak atau dinilai
negatif oleh masyarakat/ orang lain, sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang
parah dalam kehidupan penderitanya. Gangguan ini merupakan kelompok gangguan
yang sangat heterogen. Faktor penyebab terjadinya bunuh diri merupakan faktor yang
sangat berkaitan dengan faktor lain yang tidak termasuk faktor tunggal pada kasus ini,
setiap faktor yang ada saling berinteraksi. Namun demikian, tidak berarti bahwa
seorang individu yang melakukan bunuh diri memiliki semua karakteristik di bawah
ini. Menurut Maris dkk., 2000 menyebutkan beberapa faktor penyebab bunuh diri yang
didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di
antaranya yaitu :

a. Major-depressive illness, affective disorder


b. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh
c. memiliki level alkohol dalam darah yang positif)
d. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri
e. Sejarah percobaan bunuh diri
b. Sejarah bunuh diri dalam keluarga
c. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
d. Hopelessness dan cognitive rigidity
e. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal)
f. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
g. Rendahnya tingkat 5-HIAA
h. Key symptoms (kecemasan / panik, insomnia global, halusinasi perintah)
i. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan persiapan bunuh diri)
j. Akses pada media untuk melukai diri sendiri
k. Penyakit fisik dan komplikasinya
l. Repetisi dan komorbid antara faktor- faktor di atas

Berdasarkan uraian di atas maka beberapa faktor- faktor penyebab bunuh diri
antara lain adalah stres dan depresi, faktor penyakit, faktor keturunan, dan karena faktor
sosial. Faktor penyebab dari berita kasus bunuh diri diatas termasuk dalam kategori
faktor bunuh dir yang sudah dipersiapkan atau secara sadar memiliki pikiran bunuh
diri. Karena adanya penolakan, Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah
pekerjaan, pernikahan, seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan,
berhubungan dengan kelompok teman yang suicidal), dan Suicidality (frekuensi,
intensitas, durasi, rencana dan persiapan bunuh diri).

2.2 Tipologi Kepribadian Manusia

Menurut Jung dalam Sunaryo (2004) membedakan tiga tipe kepribadian,


bergantung pada sikapnya terhadap dunia luar dan dunia batiniah sendiri yaitu tipe
ekstrovert, tipe introvert dan ambivert.

a. Ekstrovert, merupakan tipe kepribadian yang menyangkut hubungannya


dengan perilaku suatu individu khususnya dalam hal kemampuan mereka
menjalinhubungan dengan dunia luar. Karakteristik kepribadian ini dapat
dilihat melalui luasnya hubungan suatu individu dengan lingkungan sekitar dan
sejauh mana kemampuan mana mereka menjalin hubungan dengan individu
yang lain, khususnya ketika berada di lingkungan yang baru.
b. Introvert, kecenderungan atau suka akan “perenungan atau pemikiran,
sebagai lawan terhadap kecenderunga” “bertindak”; lebih cenderung untuk
“menyendiri” daripada “turut serta aktif ditengah-tengah sekumpulan orang
atau masyarakat” dan kecenderungan untuk “mencari” atau membayangkan
kesukaran dalam hidupnya (Sunaryo, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, berita “Wanita Tewas Loncat di Emporium Mall,
Polisi: Frustrasi Belum Dapat Kerja” merupakan termasuk tipe Kepribadian introvert
yang selalu ambisius, senantiasa dikejarkejar tugas, cepat gelisah, mudah tersinggung,
cepat kecewa dan sebagainya akan mendorong seseorang cepat stres dan frustasi.
Akibatnya, orang tersebut mudah berpikir untuk bunuh diri. Perlu melewati fase
perkembangan yang akan menentukan tipe kepribadian individu tersebut.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepribadian

Kepribadian Menurut Sabri (2001) dalam mempelajari kepribadian perlu


mengetahui bagaimana sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian itu terbentuk dan bagaimana
proses perkembangannya, siapa-siapa dan apa saja peristiwa-peristiwa yang
mempengaruhi perkembangannya. Dalam hubungan ini ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, pembentukan/perkembangan, kepribadian, yaitu:
a. keturunan,
b. pengalaman,
c. kebudayaan.
Ide bunuh diri muncul pada keadaan darurat psikiatri karena individu berada
dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan mekanisme penyesuaian diri yang
salah. Bunuh diri merupakan tindakan merusak integrasi diri atau mengakhiri
kehidupan, dimana keadaan ini didahului oleh respon maladaptif dan kemungkinan
keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Wangmuba,
2009).

Menurut Durkheim (dalam Mahendro, 2011) indikasi kegilaan dan stres


sesungguhnya disebabkan oleh lemahnya kohesifitas dengan lingkungan sosialnya
(social circumstance). Dengan begitu, bunuh diri pun sesungguhnya merupakan
gambaran dari lemahnya hubungan pelaku dengan komunitasnya. Durkheim melihat
penyebab orang lebih cenderung melakukan bunuh diri dengan beberapa indikator
yang terkait dengan kehidupan sosial, seperti masyarakat rural-urban, agama, dan
juga status sosial.
BAB III

ANALISIS KETERKAITAN DENGAN PENGUKURAN KESEHATAN

3.1 Pengukuran Kesehatan untuk Depresi Yang Berakibat Bunuh Diri


Beberapa ahli telah menetapkan beberapa instrumen mengenai pengukuran
yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat depresi seseorang
tersebut yang mengakibatkan ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri
dengan cara bunuh diri di sebuah pusat perbelanjaan. Pengukuran dengan
menggunakan kuesioner ini dimaksudkan sebagai langkah awal untuk mendeteksi
dini gangguan depresi yang terjadi pada seseorang tersebut. Dibawah ini
merupakan salah satu contoh instrument pengukuran untuk gangguan depresi.

1. Beck Depression Inventory (BDI)


Menurut Selvya Widiarsono (2013) alat ukur depresi didapat dan
diterjemahkan dari Beck Depression Inventory (BDI) yang terdiri dari 21
pertanyaan yang masing-masing menggambarkan manifestasi depresi yang
spesifik dari 4 pertanyaan yang menggambarkan tinkat intensitas gejala.
Kriteria yang dipakai adalah diagnosa psikiatrik. Adapun uraian mengenai kisi-
kisi instrumen depresi ialah sebagai berikut:

Tabel 1. Instrumen Pengukuran Depresi


No. Dimensi Indikator Jumlah
1. Emosi Keadaan sedih
Menangis
Mudah tersinggung
Perasaan pesimis
Perasaan tidak puas
Perasaan bersalah
2. Kognitif Gagal
Kebencian terhadap diri sendiri
Menyalahkan diri sendiri
Bimbang
Penyimpangan citra tubuh
3. Motivasi Keinginan untuk bunuh diri
Menarik diri dari lingkungan
sosial
Tidak mampu mengambil
keputusan
Kemunduran dalam pekerjaan
4. Vegetatif dan Gangguan tidur
Fisik Kelelahan
Kehilangan selera makan
Penurunan berat bedan
Gejala psikosomatis
Kehilangan libido

Menurut Selvya Widiarsono (2013) cara pengisian alat ukur ini yaitu
dengan cara meminta kesediaan responden untuk menjawab semua item
pertanyaan yang diajukan dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari
empat pilihan jawaban yang tersedia disetiap pertanyaan yang sesuai dengan
individu tersebut. Setiap gejala memiliki intensitas sebagai berikut:
a=0 : tidak ada gejala
b = 1 : ada gejala ringan
c=2 : ada gejala sedang
d = 3 : ada gejala berat
Penilaian jawaban dari responden dilakukan dengan cara menjumlahkan
seluruh skor yang dilakukan responden. Total jumlah nilai yang diperoleh
responden akan menunjukkan tingkat depresi yang dimiliki oleh responden
yang bersangkutan. Nilai total berkisar dari 0 – 63. Indikasinya adalah:
a. Jumlah nilai 0 – 13 : minimal/normal
b. Jumlah nilai 14 – 19 : depresi ringan
c. Jumlah nilai 20 – 28 : depresi sedang
d. Jumlah nilai 29 – 63 : depresi berat

Berikut ini merupakan salah satu contoh kuesioner penelitian Beck


Depression Inventory (BDI) yang dikemukakan oleh Intan Mundiartasari
(2014) yang digunakan untuk mengukur seberapa bear tingkat depresi
seseorang:

KUISIONER PENELITIAN

BECK DEPRESSION INVENTORY (BDI)

PETUNJUK PENGISIAN
A. Pilihlah satu pernyataan dalam masing-masing kelompok
yang paling melukiskan perasaan Anda saat ini.
B. Berilah tanda silang pada huruf di depan penyataan yang
Anda pilih.

Setelah mengalami sakit stroke:

No. Intensitas Keterangan


1. 0 Saya tidak merasa sedih
1 Saya merasa sedih
2 Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
menghilangkannya
3 Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi
2. 0 Saya tidak merasa berkecil hati terhadap masa depan saya
1 Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan saya
2 Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
3 Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan dan
segala sesuatunya tidak dapat diperbaiki

3. 0 Saya tidak merasa gagal


1 Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan saya
2 Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
3 Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan dan
segala sesuatunya tidak dapat diperbaiki

4. 0 Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti


biasanya
1 Saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan daripada
orang lain
2 Kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang saya lihat
hanyalah kegagalan
3 Saya merasa menjadi pribadi yang gagal total

5. 0 Saya tidak merasa bersalah


1 Saya cukup sering merasa bersalah
2 Saya sering merasa sangat bersalah
3 Saya merasa bersalah sepanjang waktu

6. 0 Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum


1 Saya merasa bahwa saya mungkin dihukum
2 Saya mengharapkan agar dihukum
3 Saya merasa bahwa saya sedang dihukum

7. 0 Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri


1 Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
2 Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri
3 Saya membenci diri saya sendiri

8. 0 Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
1 Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan atau
kekeliruan saya
2 Saya menyalahkan diri saya sendiri sepanjang waktu atas
kesalahan – kesalahan saya
3 Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang
terjadi

9. 0 Saya tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri


1 Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak
akan melaksanakannya
2 Saya ingin bunuh diri
3 Saya akan bunuh diri kalau ada kesempatan

10. 0 Saya tidak menangis lebih dari biasanya


1 Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya
2 Sekarang saya menangis lebih dari biasanya
3 Saya tidak dibuat jengkel oleh hal – hal yang biasanya
menjengkelkan saya
11. 0 Sekarang saya tidak merasa lebih jengkel daripada
sebelumnya
1 Saya lebih mudah jengkel atau marah daripada biasanya
2 Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
3 Saya tidak dibuat jengkel oleh hal – hal yang biasanya
menjengkelkan saya

12. 0 Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain


1 Saya kurang berminat pada orang lain dibandingkan dengan
biasanya
2 Saya kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang
lain
3 Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain

13. 0 Saya mengambil keputusan – keputusan sama baiknya dengan


sebelumnya
1 Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya
2 Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil
keputusan daripada sebelumnya
3 Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apa pun

14. 0 Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada
biasanya
1 Saya merasa cemas jangan – jangan saya tua atau tidak
menarik
2 Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan tetap pada
penampilan saya yang membuat saya kelihatan tidak menarik
3 Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek
15. 0 Saya dapat bekerja dengan baik sebelumnya
1 Saya membutuhkan usaha istimewa untuk mulai mengerjakan
sesuatu
2 Saya harus memaksa diri saya untuk mengerjakan sesuatu
3 Saya sama sekali tidak dapat mengerjakan apa – apa

16. 0 Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya


1 Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya
2 Saya bangun 2-3 jam lebih awal dari biasanya dan sukar tidur
kembali
3 Saya bangun beberapa jam lebih awal daripada biasanya dan
tidak dapat tidur kembali

17. 0 Saya tidak lebih mudah lelah dari biasanya


1 Saya lebih mudah lelah dari biasanya
2 Saya hampir selalu merasa lelah dalam mengerjakan segala
sesuatu
3 Saya merasa terlalu lelah untuk mengerjakan apa apa

18. 0 Nafsu makan saya masih seperti biasanya


1 Nafsu makan saya tidak sebesar biasanya
2 Sekarang nafsu makan saya jauh lebih berkurang
3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali

19. 0 Saya tidak mencemaskan kesehatan saya melebihi biasanya


1 Saya cemas akan masalah kesehatan fisik saya
2 Saya sangat cemas akan masalah kesehatan fisik saya dan sulit
memikirkan hal – hal lain
3 Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak
dapat berpikir mengenai hal – hal lain

20. 0 Saya tidak lagi merasa kecapaian


1 Saya menjadi lebih mudah lelah disbanding biasanya
2 Saya terlalu lelah untuk melakukan segala sesuatu dibanding
dahulu
3 Saya terlalu lelah untuk melakukan sebagian pekerjaan
dibanding dahulu

21. 0 Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap
seks akhir – akhir ini
1 Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan
sebelumnya
2 Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks
3 Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks

LEMBAR JAWABAN BECK DEPRESSION INVENTORY


NAMA :
Jenis kelamin : P/L
Tanggal lahir :
Tanggal tes :

NO 0 1 2 3 NILAI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
JUMLAH TOTAL

KRITERIA :
DAFTAR PUSTAKA

Adam, M. (2012). Kajian Bunuh Diri. Slide Share E-book . Akses 8 Mei 2019
Komara, Indra. https://news.detik.com/berita/d-4535344/wanita-tewas-loncat-di-
emporium-mall-polisi-frustrasi-belum-dapat-kerja diakses pada 8 mei 2019,
pukul 18.53
Mahendro, Yudo. 2011. Bunuh Diri dalam Perspektif Sosiologi Durkheimian.
http://yudomahendro.wordpress.com/. Akses 6 Mei 2019
Maris, Dkk, 2000, “Ilmu Kedokteran Jiwa”, Airlangga University Press, Surabaya.
Akses 8 Mei 2019
Mundiartasari, Intan. 2014. Perbedaan Kejadian Depresi Pada Pasien Stroke
Iskemik Lesi Hemisfer Kiri dan Hemisfer Kanan Di RSUD Kabupaten
Kudus. Skripsi. Sukoharjo: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ninik, Sunarti. 2012. Tipe Kepribadian, Tingkat Pendidikan, Status Sosial
Ekonomi Dan Ide Bunuh Diri. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Akses 7 Mei 2019
Sabri, M.A. 2001. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Pedoman Ilmu
Jaya. Jakarta. Akses 6 Mei 2019
Valentina, T. D. dan Helmi, A. F. 2016. “Ketidakberdayaan dan Perilaku Bunuh Diri:
Meta-Analisis”. Buletin Psikologi. Vol. 24 No. 2.

Wahyudiyanta, Imam. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4540338/ironi-ibu-


dan-anak-bunuh-diri-minum-racun-ikan-karena-himpitan-ekonomi diakses pada
8 Mei 2019, pukul 19.12

Wangmuba. 2009. Bunuh Diri dan Psikologi.


http://wangmuba.com/2009/04/13/bunuh-diri-danpsikologi/. Akses 8 Mei 2019
Widiarsono, Selvya. 2013. Hubungan Antara Depresi Degan Kualitas Hidup
Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) (Studi Korelasi
Terhadap Penderita HIV/AIDS di Rumah Cemara Bandung. Skripsi.
Bandung: Universitas Pendidikan Bandung
Woelandarie, A. M. 2017. “Faktor yang Mempengaruhi Percobaan Bunuh Diri Pada
Santri di Pesantren X, Bogor”. Skripsi

Anda mungkin juga menyukai