Anda di halaman 1dari 6

Adi Suryo Jatmiko -- 165020307111024

Ferian Lazuardy --165020307111023

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA

Lembaga keuangan syariah telah berkembang cukup signifikan dan pesat, termasuk di
Indonesia sendiri sudah banyak kita jumpai banyaknya lembaga keuangan syariah yang salah
satunya adalah bank syariah Lembaga keuangan syariah itu sendiri adalah sebuah lembaga
keuangan yang prinsip operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Dalam
Operasionalnya, lembaga keuangan syariah harus menghindar dari riba, gharar dan maisir. Hal-
hal terssebut sangat diharamkan dan sudah diterangkan dalam Al-Quran dan Al-Hadist.

Kehadiran lembaga keuangan syariah di Indonesia pada dasarnya bermaksud untuk


menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya pelayanan perbankan yang bebas dari unsur
riba yang secara jelas dilarang oleh Islam serta adanya kebutuhan ekonomi yang tumbuh di
tengah-tengah masyarakat yang begitu pesat. Seperti halnya dengan bank syariah yang
memberikan pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh pembiayaan yang tidak hanya
bergantung pada satu jenis bank dengan produk-produknya, namun masyarakat bebas memilih
lembaga dan produk mana yang paling sesuai dengan kapasitas yang dimiliki dan kondisi
usaha yang dijalankan.

Transaksi yang terdapat pada lembaga keuangan syariah itu sendiri sangat berkaitan
dengan kegiatan ekonomi yang kita sendiri pernah lakukan. Misalnya kami pernah melakukan
transaksi menggunakan akad muamalah, diantaranya seperti:

 Transaksi dengan menggunakan akad musyarakah.

“Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan
bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.”

Contohnya: saya dalam rangka membuka atau menjalani bisnis kos-kosan mengalami
kekurangan modal untuk bisnis tersebut. Kemudian, saya mengajak teman saya untuk
menjalani bisnis tersebut dengan memberikan tambahan modal sesuai kesepakatan
bersama. Dan hasil dari bisnis tersebut dibagi rata sesuai dengan kesepakatan bersama
juga.

 Transaksi dengan menggunakan akad salam

“Salam dapat diartikan kegiatan seperti orang yang memesan menyerahkan harta
pokoknya dalam majelis, atau kegiatan menyerahkan uangnya terlebih dahulu sebelum

Page | 1
menerima barang dagangnya. Salam termasuk kategori jual beli yang sah jika
memenuhi persyaratan keabsahan jual beli pada umumnya. Secara terminologis adalah
transaksi terhadap suatu yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan dalam suatu tempo
dengan harga yang diberikan kontan ditempat transaksi”

Contohnya: Dalam rangka “harbolnas 12.12” beberapa hari yang lalu, saya telah
melakukan transaksi jual beli online. Dikatakan akad salam karena pada saat itu saya
memesan sebuah barang dan menyerahkan uang terlebih dahulu sebelum menerima
barangnya.

Dalam setiap transaksi lembaga keuangan syariah yaitu tidak mengenal bunga baik
dalam menghimpun tabungan investasi masyarakat ataupun dalam pembiayaan bagi. Jika tidak
ada bunga, maka akan meningkatkan keadilan antara penyedia dana dan pengusaha. Masing-
masing akan diberikan “keadilan” yang telah disepakati kedua pihak baik dari segi keuntungan
maupun kerugian. Ditambah lagi, tidak adanya penjaminan dengan laju keuntungan di didepan
meski kenyataannya usaha tersebut tidak menguntungkan. Bunga yang tinggi akan membuat
pengusaha sengsara yang nantinya akan menghambat investasi sehingga menimbulkan
penurunan produktivitas dan kesempatan kerja serta laju pertumuhan yang rendah. Sedangkan
bunga yang rendah akan menimbulkan ketidaksama-ratakan pendapatan dan akan mendorong
investasi yang tidak produktif kembali yang akan membuat kelangkaan modal dan menurun
tingkat investasi

Dalam bank konvensional itu sendiri menerapkan sistem pinjam dengan menggunakan
bunga dimana ini tidak sesuai dengan syariah. Dalam hal ini, baik untung maupun rugi, maka
yang meminjam harus membayar bunga sesuai dfengan yang ditetapkan oleh. Sementara pada
bank syariah, sistem yang diterapkan yaitu kerjasama atau jual beli dimana dalam pembagian
keuntungan atau kerugian akan dilakukan sesuai dengan proporsi yang disepakati. Atau dalam
murabahah, bank dapat menjual suatu barang dengan mengambil margin keuntungan,
kemudian dicicil dengan cicilan tetap. Perbedaan pokok antara sistem bank Konvensional
dengan sistem bank Islam secara ringkas dapat dilihat dari 4 (empat) aspek seperti terlihat
pada tabel berikut ini :

No Aspek Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah  Tidak berdasarkan atas  Berdasarkan atas bunga


bunga, spekulasi dan

Page | 2
ketidakjelasan
2 Operasional  Dana masyarakat berupa  Dana masyarakat berupa
titipan dan investasi yang baru simpanan yang harus dibayar
akan mendapatkan hasil jika bunganya pada saat jatuh tempo
diusahakan terlebih dahulu  Penyaluran pada sektor yang
 Penyaluran pada sektor usaha menguntungkan, aspek halal tidak
yang halal dan menjadi pertimbangan utama
menguntungkan
3 Sosial  Dinyatakan secara eksplisit  Tidak tersirat secara tegas
dan tegas yang tertuang
dalam Visi & Misi perusahaan
4 Organisasi  Harus memiliki Dewan  Tidak memiliki Dewan Pengawas
Pengawas Syariah (DPS). Syariah.

Namun, apakah lembaga keuangan syariah (LKS) saat ini sudah sesuai dalam
praktiknya dengan hukum syariah?. Transaksi dan praktik keuangan di LKS sebenarnya tidak
boleh dimaksudkan untuk hanya sekedar trik untuk menghalalkan praktik riba, Maisir dan
gharar. Bahwa LKS tidak melaksanakan kegiatan membeli barang melainkan hanya
memberikan uang tunai dengan kesepakatan tanpa memperdulikan bagaimana kesepakatan
Seolah-olah uang itu akan dibelikan barang sesuai yang diajukan dan tidak ada pengawasan
langsung tentang bagaimana proses pembeliannya serta apakah sudah sesuai dengan
kesepakatan atau tidak. Ini mengindikasikan bisa saja LKS tidak langsung menjual kepada
nasabahnya tapi hanya melakukan suatu trik riba atau kecurangan lainnya.

Banyak praktek LKS yang bertentangan dengan fatwa DSN MUI sehingga tidak sesuai
dengan prinsip syariah. Salah satu contohnya adalah

1. DSN-MUI telah menerbitkan fatwa no: 07/DSNMUI/IV/2000, “LKS (lembaga Keuangan


Syariah) sebagai penyedia dana, menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun, kecuali
diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.”

Page | 3
Jika LKS menerapkan ketentuan ini, sudah pasti banyak masyarakat akan datang ke LKS untuk
mengajukan pembiayaan dengan skema mudharabah. Hal ini akan membuat LKS akan
langsung menungguli sistem konvensional dalam waktu singkat. Faktanya, masih banyak
pelaku usaha yang mengembalikkan modal secara utuh, walaupun dia mengalami kerugian.

Selain yang diatas, menurut keresahan kami disaat waktu senggang, kami
mempertanyakan tentang sistem KPR syariah atau lembaga yang menawarkan pembelian
rumah yang bebas riba. Karena pada dasanya, kita melakukan peminjaman dengan tambahan
bunga dimana hal ini sama dengan sistem konvensional. Ilustrasinya yaitu setelah melakukan
proses administrasi, biasanya kita akan membayar uang muka atau DP sebesar 20%.
Kemudian bank akan melunasi sisa pembayaran 80%.

Disini bank meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah yang menghasilkan manfaat
(riba) dan juga menjual sesuatu yang belum dimiliki bank. Banyak bank syariah yang melanggar
dimana tugas bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana bukan menjadikan bank sebagai bisnis untuk mendapatkan keuntungan
semata. Kesimpulannya KPR syariah ini bermasalah karena hal hal:

 Uang yang digunakan untuk melunasi pembelian rumah statusnya utang (pinjaman)
dari bank.
 Nasabah berkewajiban membayar cicilan, melebihi pinjaman bank.
 Jika bank syariah menganggap telah membeli rumah tersebut maka dalam sistem
KPR yang mereka terapkan, pihak bank melanggar larangan menjual barang yang
belum mereka terima sepenuhnya.

Terlepas dari permasalahan yang ada, akad muamalah dipraktikan pada kehidupan
sehari-sehari kita maka akan sangat berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan dan
pertumbuhan ekonomi. Karena tujuan dari fiqh muamalah ini adalah mengedukasi masyarakat
agar menciptakan kondisi yang rahmatan lil aalamin menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dan
juga dengan adanya fiqih muamalah masyarakat yang tadinya tidak tahu tentang adanya
keuangan syariah menjadi tahu karena terdapat banyak pengetahuan tentang LKS, dengan
adanya fiqih muamalah masyarakat bisa meningkatkan kesejahteraan mereka masing2 dengan
cara menghindar dari riba atau kecurangan yang ada di konvensional.

Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, dalam pengembangan
ekonomi dan keuangan syariah,yang diharapkan menjadi salah satu upaya dalam memperkuat

Page | 4
struktur ekonomi dan pasar keuangan global. Ekonomi dan keuangan syariah memiliki potensi
yang besar sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru dan untuk memperbaiki defisit
transaksi berjalan. Bank Indonesia mendukung penuh dalam pengembangan ekonomi dan
keuangan syariah Indonesia dengan memfokuskan dalam 3 strategi utama yaitu:

 Pemberdayaan dan penguatan ekonomi syariah melalui pengembangan rantai nilai


halal;
 Pendalaman pasar keuangan syariah untuk mendukung pembiayaan syariah
 Memperkuat penelitian, penilaian dan pendidikan ekonomi dan keuangan syariah
untuk meningkatkan literasi publik mengenai ekonomi dan keuangan syariah.

Untuk meningkatkan peran dan kontribusi ekonomi keuangan syariah secara global,
diperlukan peran dari semua pihak baik dari pelaku ekonomi, pembuat kebijakan sampai pihak
pendidikan. Upaya yang dilakukan untuk mengedukasi masyarakat bahwa keuangan lembaga
syariah sudah berkembang di Indonesia dengan cara mengadakan seminar nasional maupun
internasional untuk kalangan menengah keatas sampai menegah kebawah. Selain itu dapat
juga melakukan edukasi sosialisasi dengan membuat stand-stand tentang lembaga keuangan
syariah, atau melakukan iklan pelayanan masyarakat tentang pentingnya kesadaran tentang
keberadaan lembaga keuangan syariah

Page | 5
DAFTAR PUSTAKA

 Nurhayati, Sri, dan Wasilah, 2009, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta:


Selemba Empat

 Mardani, Fiqih Muamalah, 2012, Jakarta: Kencana

 Fatwa Dewan Syariah Nasional no : 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan


mudharabah

 Budiono, Arief, 2017, Penerapan Prinsip Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah

 Abdul Ghofur, Ruslan, 2012, Kontruksi Akad

 Data dari Website Bank Indonesia, https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-


terbaru/Pages/Pengembangan-Ekonomi-Keuangan-Syariah-untuk-Mendukung-
Pertumbuhan-Ekonomi-Berkelanjutan.aspx diakses pada 16/12/2018

 Data dari Website,


https://indonesiana.tempo.co/read/120280/2017/12/10/muhammadasidcky02/lemba
ga-keuangan-syariah diakses pada 16/12/2018

 Data dari website, https://konsultasisyariah.com/10563-hukum-kpr-syariah.html,


diakses pada 16/12/2018

Page | 6

Anda mungkin juga menyukai