Anda di halaman 1dari 10

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri

sendiri atau kemampuan diri. Menurut Yosep dan Sutini (2014) p.98 harga

diri rendah yaitu adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal

karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal. Menurut Stuart

(2013) p.25 harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu

yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif

mengenai berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan dan perubahan).


Menurut Wilkinson (2012) p.47 harga diri rendah situasional

merupakan perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai

respons seseorang terhadap situasi yang sedang terjadi. Dari beberapa

definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah situasional

adalah keadaan dimana individu memiliki persepsi negatif terhadap situasi

yang sedang dialami.

2. Etiologi
Menurut Stuart (2013) p.28 faktor-faktor yang memengaruhi harga diri

rendah antara lain :

a. Faktor predisposisi
7

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang

tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang

berulang, kurang memiliki tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

2) Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran

gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya serta nilai-

nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh individu.

3) Faktor yang memengaruhi identitas diri meliputi ketidakpercayaan

orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur

sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan

anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil

keputusan dan dihentikan rasa bersalah ketika akan melakukan

sesuatu.

4) Faktor Biologis

Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon

secara umum yang dapat pula berdampak pada keseimbangan

neurotransmitter di otak.

b. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus dapat berasal dari sumber internal ataupun

eksternal antara lain sebagai berikut:


8

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.


2) Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga

jenis transisi peran:


a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang

berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan

norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk

menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau

berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau

kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari

keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan

oleh: kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,

penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang

berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis

dan keperawatan.

3. Psikopatologi

Faktor Pedisposisi

Mempengaruhi harga diri Mempengaruhi Mempengaruhi identitas


penampilan peran peran
 Penolakan orang tua
 Harapan orang tua yang Stressor presipitasi Ketidakpercayaan
Tidak reaslistis orang tua
9

 Kegagalan yang berulang Trauma ketegangan peran


 Kurang mempunyai Tekanan dari
Tanggung jawab personal Penilaian terhadap stressor kelompok sebaya
 Ketergantungan pada
Orang lain Sumber-sumber koping Perubahan struktur
 Ideal diri yang tidak sosial
Realistis Integritas ego

Mekanisme koping

Jangka pendek Jangka panjang Berorientasi ego

Konstruktif Destruktif
Rentang respon konsep diri
Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Difusi Depersonalisasi


Diri rendah

Gambar 2.1 Psikopatologi (Stuart, 2013 p.30)

4. Tanda dan Gejala


Menurut (Keliat, 2011) p. 28, tanda dan gejala harga diri rendah yaitu

mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang

pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain tanda dan gejala diatas, dapat juga mengamati penampilan

seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan

perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani

menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan

nada suara rendah.


5. Penatalaksanaan
a. Nursing Intervention Classification (NIC)
Menurut Bulechek dkk (2016) p.7 Nursing Intervention

Classification (NIC) adalah bahasa standar komprehensif yang

menggambarkan intervensi atau rencana tindakan yang dilakukan


10

perawat terhadap pasien. Nursing Intervention Classification (NIC)

untuk pasien harga diri rendah situasional antara lain:


1) Latihan Asertif
Latihan asertif dapat membantu mengekspresikan perasaan,

kebutuhan dan ide dengan efektif tetapi tetap menghargai hak-hak

orang lain.
2) Peningkatan Harga Diri
Peningkatan harga diri dapat membantu pasien untuk meningkatkan

penilaian pribadi mengenai harga diri sehingga pasien dapat

mencapai tingkat aktualisasi diri yang maksimal dan menyadari

potensi yang dimilikinya


b. Terapi Okupasi
Terapi okupasi yaitu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi

seseorang dalam melaksanakan suatu tugas terpilih yang telah

ditentukan dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan keahlian

yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan

(Kusumawati & Hartono, 2010 p.127)


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal yang perlu dikaji pada pasien harga diri rendah situasional

menurut Azizah (2011) p.56 adalah sebagai berikut :

a. Identitas klien meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,

tanggal pengkajian, nomor rekam medik.

b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor

biologis, faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetik.

c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap

persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa

gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,


11

kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala

stress. Pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang

penuh dengan stres seperti kehilangan yang mempengaruhi

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan

menyebabkan ansietas.

d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan sosial

dan spiritual.

e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas

motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,

persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat

kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.

f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun

maladaptif.

g. Aspek medis yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis.

2. Pohon Masalah
Pohon masalah menurut Yosep dan Sutini (2014) p.100 sebagai berikut:

Isolasi Sosial Effect

Harga Diri Rendah Situasional Problem

Koping Individu Tidak efektif Cause

Gambar 2.2 Pohon Masalah Harga Diri Rendah

3. Diagnosa Keperawatan
12

a. Harga Diri Rendah Situasional


4. Rencana Tindakan
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) p.32 langkah untuk mengatasi

masalah pasien dengan harga diri rendah adalah dengan menetapkan

beberapa tindakan keperawatan.


a. Tindakan Keperawatan Pasien
1) Terapi Okupasi
a) Pengertian
Terapi okupasi yaitu ilmu dan seni untuk mengarahkan

partisipasi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas terpilih

yang telah ditentukan dengan maksud mempermudah belajar

fungsi dan keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian

diri dengan lingkungan (Kusumawati & Hartono, 2010 p.46)


b) Tujuan
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto

(2009) p. adalah:

(1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat

mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan

dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.

(2) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan

kondisinya.

(3) Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di

rumah.

(4) Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan

meningkatkan kemampuan yang dimiliki.


13

(5) Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien

untuk mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan,

kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.

(6) Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan

setelah klien kembali di lingkungan masyarakat.

c) Indikasi
Riyadi dan Purwanto (2009) p.35, menyatakan bahwa

indikasi dari terapi okupasi adalah klien dengan kelainan

tingkah laku, seperti klien harga diri rendah yang disertai

dengan kesulitan berkomunikasi, klien yang mengalami

kemunduran, klien dengan cacat tubuh disertai gangguan

kepribadian, orang yang mudah mengekspresikan perasaan

melalui aktivitas.
d) Prosedur
(1) Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat

digunakan.
(2) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang

akan dilatih.
(3) Memberikan arahan ketrampilan kerja yang akan dibuat.
(4) Menyiapkan alat dan bahan.
(5) Mendampingi mulainya ketrampilan kerja dan ajak bicara

klien dengan memberikan arahan.


(6) Menilai hasil yang sudah dibuat apakah sudah benar atau

belum (Kusumawati & Hartono, 2010 p.43).


e) Waktu
Terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode individual

maupun kelompok dengan frekuensi kegiatan per sesi 2-3 kali

dalam seminggu. Setiap kegiatan dibagi menjadi 2


14

bagian, pertama: ½-1 jam yang terdiri dari tahap persiapan dan

tahap orientasi, kedua: 1-1/2 jam yang terdiri dari tahap kerja

dan tahap terminasi (Riyadi dan Purwanto, 2009 p.36).


2) NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …X 24 jam

diharapkan harga diri pasien meningkat dengan kriteria hasil


NOC: Harga Diri (1205):
Tabel 2.1 Indikator kriteria hasil NOC: Harga Diri (1205)

Indikator Skala

Awal Tujuan

1.Verbalisasi penerimaan diri - 4

2. Mempertahankan kontak mata - 4

3. Komunikasi terbuka - 4

4. Tingkat kepercayaan diri - 4

5. Perasaan tentang nilai diri - 4

Keterangan:
1. Tidak pernah positif 4: Sering positif
2. Jarang positif 5: Konsisten positif
3. Kadang-kadang positif
3) NIC
a) Latihan asertif (4340):
(1) Bantu pasien memperjelas area masalah terkait dengan

hubungan interpersonal.
(2) Bantu pasien mengenali ekspresi pikiran dan perasaan baik

positif maupun negatif.


(3) Instruksikan pasien mengenai strategi untuk berlatih

berperilaku asertif.
(4) Fasilitasi kesempatan berlatih, menggunakan diskusi,

pemodelan dan bermain peran.


(5) Puji upaya untuk mengekspresikan perasaan dan ide.
b) Peningkatan harga diri (5400):
15

(1) Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri.


(2) Dukung (melakukan) kontak mata pada saat berkomunikasi

dengan orang lain.


(3) Bantu pasien untuk mengatasi bullying atau ejekan.
(4) Bantu pasien untuk mengatur tujuan yang realistik dalam

rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi.


(5) Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang akan

meningkatkan harga diri dengan melakukan terapi okupasi

yaitu dengan membuat ketrampilan kerja sesuai kemampuan

yang dimiliki pasien seperti membuat kerajinan tangan,

melakukan pekerjaan yang ditekuni.


5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada

respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi dapat

dilakukan menggunakan pendekatan SOAP yaitu subjektif, objektif,

analisa, perencanaan pada klien dan perawat (Keliat, 2010 p.48).


Evaluasi keperawatan pada pasien harga diri rendah meliputi :
a. Evaluasi kemampuan pasien
1) Meningkatkanya harga diri klien sehingga klien dapat mencapai

tingkat aktualisasi diri yang maksimal dan menyadari potensi yang

dimilikinya.
2) Klien menunjukan kemajuan dalam berinteraksi dengan orang lain

dan lingkungan sekitar.


3) Klien mampu menunjukan rasa percaya diri yang ditandai dengan

pasien mau bekerja sama secara aktif dalam melaksanakan

program terapi.
b. Evaluasi kemampuan keluarga
Keluarga mampu merawat pasien dengan harga diri rendah.

Anda mungkin juga menyukai