Oleh :
Oleh :
HERU GUNADI
NIM P1337420218144
Era globalisasi sekarang ini sering kali kita jumpai masalah yang harus kita hadapi, masalah tersebut bisa berdasar
dari faktor eksternal maupun internal dan tidak semua individu memiliki koping yang efektif. Peristiwa-peristiwa
traumatik seperti bencana dan konflik berkepanjangan yang di alami masyarakat telah meninggalkan dampak yang
serius. Mereka harus mengalami kehilangan baik pekerjaan, harta benda, bahkan nyawa. Dampak kehilangan
tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan dirinya, yang berakibat dapat mengganggu harga diri
seseorang (Farida, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2013), jumlah penderita gangguan jiwa diseluruh dunia mencapai hampir
450 juta orang, dimana sepertiganya berdomisili di negara-negara berkembang. Di Indonesia terjadi peningkatan
proporsi gangguan jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas (2018) cukup signifikan jika dibandingkan dengan
Riskesdas (2013), naik dari 1,7% menjadi 7%. Gangguan jiwa berat terbanyak di Bali, DIY, NTB, Aceh dan Jawa Tengah.
Prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 5 % dari seluruh populasi yang ada.
Berdasarkan data rekam medik di Puskesmas Karanganyar Kabupaten Kebumen jumlah pasien yang mengalami
gangguan jiwa pada tahun 2018 sebanyak 126 orang, diantaranya 65 orang mengalami halusinasi, 33 orang
mengalami perilaku kekerasan, 17 orang mengalami harga diri rendah, 7 orang mengalami isolasi sosial dan 4 orang
mengalami defisit perawatan diri.
Klien harga diri rendah akan timbul gejala tidak bersemangat untuk beraktivitas. Terapi okupasi atau terapi kerja akan
membimbing klien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Terapi okupasi atau terapi kerja
adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang untuk membentuk
seseorang agar menjadi mandiri dan tidak tergantung pada pertolongan orang lain. Tujuan terapi ini adalah untuk
mengembalikan fungsi mental yang menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Faktor yang
mempengaruhi Trauma
harga diri
Faktor yang
memengaruhi
identitas diri
Faktor Biologis
PSIKOPATOLOGI TERJADINYA
HARGA DIRI RENDAH
TANDA DAN GEJALA
Terapi Okupasi
INTERVENSI
TERAPI OKUPASI
1. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
2. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
3. Memberikan arahan ketrampilan kerja yang akan dibuat.
4. Menyiapkan alat dan bahan.
5. Mendampingi mulainya ketrampilan kerja dan ajak bicara klien dengan memberikan
arahan.
6. Menilai hasil yang sudah dibuat apakah sudah benar atau belum
METODE PENELITIAN
PENGKAJIAN
Menurut Muhith (2015) Tanda dan gejala harga diri rendah antara
lain merasa malu, kurang percaya diri, merendahkan martabat dan
memiliki gangguan hubungan sosial. Oleh karena itu penulis
mengangkat diagnosa harga diri rendah sebagai diagnosa prioritas
karena merupakan masalah kesehatan yang aktual sebagai dasar
untuk upaya pencegahan terjadinya akibat yang fatal.
12
PERENCANAAN
Berdasarkan perumusan masalah penulis merumusan rencana
tindakan keperawatan pada kasus yang dialami Tn.S dan Ny.R
menggunakan Nursing Intervention Classification (NIC)
peningkatan harga diri yang mengacu pada teori Bulechek,
Butcher, Dochtherman, dan Wagner (2016) dalam Buku
Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Keenam.
Rencana tindakan keperawatan peningkatan harga diri dapat
membantu klien untuk meningkatkan penilaian pribadi
mengenai harga diri sehingga klien dapat mencapai tingkat
aktualisasi diri yang maksimal dan menyadari potensi yang
dimilikinya. Selain menggunakan Nursing Intervention
Classification (NIC) penulis juga menggunakan strategi
pelaksanaan harga diri rendah dan terapi okupasi membuat
kerajinan tangan tasbih dari manik-manik.
13
TINDAKAN KEPERAWATAN
Implementasi pada Tn.S dan Ny.R dilakukan selama tiga kali pertemuan. Pelaksanaan yang penulis
lakukan berpedoman pada teori Bulechek, Butcher, Dochtherman, dan Wagner (2016)
menggunakan Nursing Intervention Classification (NIC) yaitu peningkatan harga diri, strategi
pelaksanaan harga diri dan terapi okupasi. Klien harga diri rendah akan timbul gejala tidak
bersemangat untuk beraktivitas. Terapi okupasi atau terapi kerja akan membimbing klien untuk
beraktivitas sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan tidak disalurkan selama ini. Aktivitas
yang disukai dan berhasil dilaksanakan dengan baik oleh klien yang disertai dengan pujian akan
meningkatkan semangat dan meningkatkan harga diri klien. Dalam hal ini terapis memilih aktivitas
membuat kerajian tangan berupa tasbih dari bahan manik-manik.
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) terapi okupasi berfokus pada pengenalan
kemampuan yang masih ada pada seseorang untuk membentuk seseorang agar menjadi
mandiri dan tidak tergantung pada pertolongan orang lain. Tujuan terapi ini adalah untuk
mengembalikan fungsi mental yang menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya
14
EVALUASI
Berdasarkan evaluasi yang telah penulis lakukan selama tiga hari, dapat disimpulkan
bahwa hasil akhir evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan menggunakan
Nursing Intervention Classification (NIC), strategi pelaksanaan harga diri rendan dan
terapi okupasi masalah teratasi. Kriteria hasil verbalisasi penerimaan diri (skala akhir
4), mempertahankan kontak mata (skala akhir 4), komunikasi terbuka (skala akhir 4),
tingkat kepercayaan diri (skala akhir 4) dan perasaan tentang penilaian diri (skala akhir
4). Berdasarkan kriteria hasil yang terdiri dari lima indikator diatas dapat disimpulkan
masalah teratasi dan tujuan intervensi yang dilakukan terhadap kedua klien sudah
tercapai.
Hal tersebut dibuktikan dengan respon subjektif dan objektif dari masing-
masing klien yaitu Tn.S sudah tidak merasa minder, Tn.S mulai merasa
percaya diri jika bertemu dengan orang lain dan Tn.S merasa berguna dan
tidak menjadi beban bagi istrinya. Sedangkan Ny.R sudah tidak merasa malu
karena kehilangan pekerjaanya, tidak merasa minder, dan mulai sedikit
percaya diri jika bertemu dengan orang lain. Sedangkan berdasarkan data
objektif Tn.S sudah tidak menunduk, berani menatap lawan bicara dan bicara
dengan nada suara sedang. Ny.R sudah tidak terlihat diam dan menyendiri,
sudah berani menatap lawan bicara dan tidak sering menunduk.
15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
•Setelah dilakukan asuhan keperawatan menggunakan Nursing Intervention Classification
(NIC) peningkatan harga diri, strategi pelaksanaan dan terapi okupasi terdapat respon
yang berbeda antara dua klien. Masalah sudah teratasi dan tujuan telah tercapai.