Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah satu
ancaman terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang
dibawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur.
Tubuh mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas
tertentu. Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat
sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem
pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi
dan mengalahkan kuman – kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit
itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak atau padaorang
dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah
kuman itu berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat
yang membawa kepada cacat atau kematian.
Apabila Imunisasi dasar belum pernah diberikan pada usia yang
seharusnya tetapi belum mencapai usia 8 tahun, perlu diberikan 4 dosis DPT
(1-3 berselang 1-2 bulan dan yang ke-4 diberikan enam bulan kemudian).
Apabila umur anak sudah menginjak lebih dari 8 tahun, dapat diberikan TD
(ADT=adult),vaksin difteri untuk dewasa), sebagai pengganti DT yang
diberikan 3 dosis interval 1-2 bulan dengan booster TD maupun TT sepuluh
tahun kemudian (Ranuh, 2001).
Pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan untung
rugi. Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan
kerugian. Keuntungan pada imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi.
Mungkin pula secara langsung dirasakan, anak yang tidak mendapat
imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit infeksi dan menular.
Penyakit ini mungkin menyebabkan cacat seumur hidup, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan dapat berakhir dengan
kematian.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari imunisasi ?
2. Apa tujuan dari pemberian imunisasi?
3. Apa jenis-jenis imunisasi?
4. Apa macam-macam imunisasi?
5. Kapan jadwal pemberian imunisasi?
6. Apa saja teknik-teknik pemberian imunisasi?
7. Bagaimana Reaksi dari Imunisasi?
8. Apa cold chain?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian imunisasi.
2. Mengetahui tujuan pemberian imunisasi.
3. Mengetahui jenis-jenis imunisasi.
4. Mengetahui macam-macam imunisasi.
5. Mengetahui jadwal pemberian imunisasi.
6. Mengetahui teknik-teknik pemberian imunisasi.
7. Mengetahui reaksi imunisasi.
8. Mengetahui cold chain.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil
menurunkan morbiditas(angka kesakitan) dan mortalitas(angka kematian)
penyakit infeksi pada bayi dan anak. (Hidayat, 2005)
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT,
campak dan melalui mulut seperti vaksin polio. (IGN Ranuh, 2008).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari
penyakit.
Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan
penyakit merupakan upayaterpenting dalam pemeliharaan kesehatan
anak (Supartini, 2004, hlm.173)

2.2 Tujuan Imunisasi


Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.beberapa
penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B,
campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan
lain sebagainya.
Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-penyakit
menular yang bahkan bisa membahayakan jiwa. Di Indonesia, imunisasi
bayi dan anak dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama berisi jenis
imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah melalui program pengembangan
imunisasi (PPI). kelompok imunisasi yang diwajibkan ini dibiayai

3
seluruhnya oleh pemerintah. oleh karena itu vaksin-vaksin tersebut bisa
diperoleh masyarakat luas secara gratis di Puskesmas dan Posyandu.
Kelompok kedua adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam kelompok ini belum diwajibkan
pemerintah.

2.3 Jenis-jenis Imunisasi


Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
2.3.1 Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon
spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.

2.3.2 Imunisasi pasif


Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan
cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia
(kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam
tubuh yang terinfeksi (Atikah, 2010, hlm.10-11).

2.4 Macam-macam Imunisasi


2.4.1 Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovisyang dibiak berulang selama 1-3 tahun
sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih
mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas
terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberculosis tetapi
mengurangi risiko terjadi tuberculosis berat seperti meningitis TB
dan tuberkulosis milier (Ranuh, 2008, hlm.132).

4
2.4.1.1 Cara pemberian dan dosis :
o Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu. Melarutkan dengan mengggunakan alat
suntik steril Auto Distruct Scheering (ADS) 5 ml.
o Dosisi pemberian: 0,05 ml.
o Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan
atas (insertion musculus deltoideus). Dengan
menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
o Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum
lewat 3 jam.

2.4.1.2 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

2.4.1.3 Kontra indikasi :


o Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti:
eksim, furunkulosis dan sebagainya.
o Mereka yang sedang menderita TBC.

2.4.1.4 Kemasan :
o Kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box berisi 10
ampul vaksin
o Setiap 1 ampul vaksin dengan 4 ml pelarut

2.4.1.5 Efek samping


Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat
umum seperti deman. Setelah 1-2 minggu akan timbul
indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak
secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan
atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan

5
demam.perlu pengobatan, akan sembuh Reaksi ini normal,
tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan
sendirinya (Departemen Kesehatan RI, 2006, hlm.21-22).

2.4.2 Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)


Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang
terdiri dari toxoid difteridan tetanusyang dimurnikan serta bakteri
pertusis yang telah diinaktivasi (Departemen Kesehatan RI, 2006,
hlm.23 )
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheria.Difteri bersifat ganas, mudah menular
dan menyerang terutama saluran nafas bagian atas.Penularannya bisa
karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk
atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang
terkontaminasi bakteri difteri.
Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih
kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat
pseudomembranputih keabu-abuan di faring, laring, atau tonsil.
Pertusi smerupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman
Bordetella Pertusis.Kuman ini mengeluarkan toksin yang
menyebabkan ambang rangsang batuk yang hebat dan
lama.Serangan batuk lebih sering pada malam hari, batuk terjadi
beruntun dan akhir batuk menarik nafas panjang, biasanya disertai
muntah.Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itupertusis
disebut juga dengan “batuk seratus hari”.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
kuman Clostridium tetani.Kuman ini bersifat anaerob, sehingga
dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen).
Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa.
Pada bayipenularan disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa
alatyang steril atau dengan cara tradisional dimana alat pemotong

6
dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora kuman
tetanus.
Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka
yang kotor atau luka terkontaminasi spora tetanus. Kuman ini paling
banyak terdapat di usus kuda berbentuk spora yang tersebar luas di
tanah (Atikah, 2010, hlm.42-48).
Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan Program Eliminasi
Tetanus Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT atau TT
dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan
sebagai berikut:
a. Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun.
Dengan 3 dosis toksoid tetanuspada bayi dihitung setara dengan
2 dosis pada anak yang lebih besar atau dewasa.
b. Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan
memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7
tahun. Dengan 4 dosis toksoid tetanuspada bayi dan anak
dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa
(Sudarti,2010,pp.150-151).

2.4.2.1 Cara pemberian dan dosis :


o Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih
dahulu agar suspensi menjadi homogen.
o Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian
0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada
umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan
interval paling cepat 4 minggu (1 bulan) (Departemen
Kesehatan RI, 2006, hlm.23).
o Cara memberikan vaksin ini, sebagai barikut:
1) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas
pangkuan ibu dengan seluruh kaki terlentang.
2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk

7
4) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui
kulit sehingga masuk kedalam otot (Atikah, 2010,
hlm.48)

2.4.2.2 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap
difteri, pertusis, dan tetanus.

2.4.2.3 Kontra indikasi :


Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi
baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada syaraf
merupakan kontraindikasi pertusis.Anak-anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama,
komponen pertussis harus dihindarkan pada dosis kedua,
dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

2.4.2.4 Kemasan :
o 1 box vaksin DPT – Hepatitis B vial terdiridari 10 vial
@5 dosis
o Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT

2.4.2.5 Efek samping :


Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas,
demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya
terjadi 24 jam setelahimunisasi (Departemen Kesehatan RI,
2006, hlm.23)

8
2.4.3 Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B adalahvaksin virus rekombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorph) menggunakan
teknologi DNA rekombinan.
2.4.3.1 Cara pemberian dan dosis :
o Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih
dahulu agar suspensi menjadi homogen.
o Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml,
pemberiansuntikan secara intramuskuler sebaiknya
pada anterolateral paha.
o Pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan
pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan).

2.4.3.2 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan virus hepatitis B. Imunisasi menurunkan angka
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada balita.

2.4.3.3 Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya
seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.

2.4.3.4 Kemasan :
o Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan
o 1 box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID

9
2.4.4 Polio
2.4.4.1 Indikasi :
Untuk memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.

2.4.4.2 Kontraindikasi :
Pada individu yang menderita ”immune deficiency”.
Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit.Namun jika
ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis
ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

2.4.4.3 Cara pemberian dan dosis :


o Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2
(dua) tetes sebnayak 4 kali (dosis) pemberian, dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu.
o Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetas
(dropper) yang baru.

2.4.4.4 Kemasan :
o 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
o 1 vial berisi 10 dosis
o Vaksin polio adalah vaksin yang berbentuk cairan
o Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes
(dropper) terbuat dari bahan plastik

2.4.4.5 Efek Samping


Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek
samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin
sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull
WHO 66;1988).

10
2.4.5 Campak
2.4.5.1 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak.

2.4.5.2 Kontra indikasi :


Individu yang mengidap penyakit Immuno Deficiency
atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun
karena leukemia, lymphoma.

2.4.5.3 Cara pemberian dan dosis :


o Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu
harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah
tersedia yang berisi 4 ml cairan pelarut dosis
o Pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada
lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan

2.4.5.4 Kemasan :
o 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
o 1 vial berisi 10 dosis
o 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml
o Vaksin ini berbentuk beku kering

2.4.5.5 Efek Samping


Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan
dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari
setelah vaksinasi.

11
2.5 Jadwal imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak

2.6 Teknik Pemberian Imunisasi


1. Hepatitis B
a) Umur : Mulai umur 0 bulan
b) Dosis : 0, 5 cc / pemberian
c) Cara : Suntikan IM pada bagian luar
d) Jumlah suntikan :3x
e) Selang pemberian : 3 dosis dengan jarak suntikan 1 bulan dan 5
bulan.

2. Polio
a) Umur : 0 – 11 bln
b) Dosis : 2 tetes
c) Cara : Meneteskan ke dalam mulut
d) Selang waktu : Berikan 4 x dengan jarak minimal 4
minggu.

3. BCG
a) Umur : imunisasi BCG dapat diberikan segera
setelah lahir hingga sebelum bayi berumur 3 bulan
b) Dosis : 0,05 Cc
c) Cara : Intracutan, lengan kanan
d) Jumlah suntikan : 1 kali

12
4. DPT Atau DTP
a) Umur : 2 – 11 bulan
b) Dosis : 0,5 cc
c) Cara : Intramuskular atau Subcutan
d) Jumlah suntikan : 3 kali
e) Selang pemberian : minimal 4 minggu

5. Campak
1) Umur : 9 bulan
2) Dosis : 0, 5 cc
3) Cara : Suntikan secara IM di lengan kiri atas
4) Jumlah suntikan :1x
5) Anak-anak mungkin panas selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu
penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak
ringan.

Jadwal Pemberian Imunisasi


1) Vaksin pemberian imunisasi selang waktu dan umur
2) BCG diberikan segera setelah lahir hingga sebelum bayi berumur 3
bulan,umumnya diberikan pada saat bayi berumur 1 bulan 0,05 ml
3) DPT : 3 x (1, 2, 3) 4 mgg 2 – 11 bulan
4) Polio : 4x (1, 2, 3, 4) 4 mgg 0 – 11 bulan
5) Campak : 1 x 9 – 11 bulan
6) Hep. B : 3 x (1, 2, 3) 4 mgg 0 – 11 bulan

2.7 Reaksi Imunisasi


1) Hepatitis B
Demam, rasa lelah pada anak, gatal -gatal, kulit menjadi kemerahan,
bengkak pada wajah
2) Polio
Gatal, kulit kemerahan, susah bernafas atau menelan

13
3) BCG
Benjolan pada bagian yang disuntik pada kulit dan alergi
4) DTP atau DPT
Rasa nyeri, demam, mual
5) Campak
Flu, batuk, sakit tenggorokan, merah pada kulit.

2.8 Cold Chain


1) Penerapan Cold Chain pada Imunisasi Bayi dan Anak
Rangkaian sejuk (Cold Chain) adalah satu system untuk
penyimpanan dan penghantaran vaksin dalam keadaan daripada
pengeluar sehingga kepada individu yang diimunisasikan. Rantai dingin
merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan
baik atau tidak rusak, sehingga mempunyai kemampuan atau efek
kekebalan bagi penerimanya. Jika vaksin di luar temperatur yang
dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya. Cold Chain
adalah Pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga
vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.
a. Peralatan Rantai Vaksin
Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk
menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan. Sarana rantai
vaksin atau cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi
vaksin dan setiap jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
1. Lemari Es
Setiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es sesuai standar
program (buka atas) Pustu potensial secara bertahap juga
dilengkapi dengan lemari es.

14
2. Mini Freezer
Sebagai sarana untuk membekukan cold pack di setiap
puskesmas diperlukan 1 buah freezer.

3. Vaccine Carrier
Vaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan
untuk pengambilan vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah
yang sulit vaccine carrier sangat cocok digunakan ke lapangan,
mengingat jarak tempuh maupun sarana jalan, sehingga
diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu
relatif lebih lama.

4. Thermos
Thermos digunakan untuk membawa vaksin ke
lapangan/posyandu. Setiap thermos dilengkapi dengan cool
pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya tahan untuk
mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka
thermos sangat cocok digunakan untuk daerah yang
transportasinya mudah dijangkau.

5. Cold Box
Cold Box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam
keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama,
atau lemari es sedang mengalami kerusakan yang bila
diperbaiki memakan waktu lama.

6. Freeze Tag/Freeze Watch


Freeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke
puskesmas pada waktu membawa vaksin, serta dari puskesmas
sampai lapangan/posyandu dalam upaya peningkatan kualitas
rantai vaksin.

15
7. Kotak dingin cair (Cool Pack)
Kotak dingin cair (Cool Pack) adalah wadah plastik berbentuk
segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang
kemudian didinginkan pada suhu +2ºC dalam lemari es selama
24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong
plastik bening.
8. Kotak dingin beku (Cold Pack)
Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk
segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang
kemudian pada suhu -5ºC − 15ºC dalam freezer selama 24 jam.
Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik
bening.

b. Pengelolaan Vaksin
1. Penerimaan pengambilan vaksin (transportasi)
a) Pengambilan vaksin dari Puskesmas ke kabupaten/kota
dengan menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah
ditentukan. Misalnya: cold box atau vaccine carrier.
b) Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan
jumlah vaksin yang akan diambil.
c) Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa,
periksa indikator vaksin (VVM). Vaksin yang boleh
digunakan hanya bila indikator VVM tingkat A atau B.
Sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D tidak usah
diterima karena tidak dapat digunakan lagi.
d) Masukkan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat
pembawa dan di bagian tengah diletakkan thermometer
Muller, untuk jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia
dapat dimasukkan ke dalam alat pembawa.
e) Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama
perjalanan dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh
kena sinar matahari langsung.

16
f) Catat dalam buku stok vaksin : tanggal menerima vaksin,
jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

c. Penyimpanan Vaksin
a) Vaksin disimpan pada suhu +2ºC − +8ºC.
b) Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool
pack) sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu
c) Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator.
d) Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari
tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik.
e) Letakkan 1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari
es. Penyimpanan vaksin harus dicatat 2 kali sehari pada grafik
suhu yaitu saat datang pagi hari dan menjelang pulang
siang/sore hari.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembasan masalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian
dari Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang dan dari
pembahasan di atas adalah mampu mengetahui imunisasi, jenis-jenis
imunisasi, penyakit yang dapat di vaksinasi , cara pemberiannya dan
komplikasi dari pemberian imunisasi.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan :
1. Perlu peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang imunisasi di
kalangan paramedis sehingga pelayanan kesehatan khususnya imunisasi
dapat diberikan sesuai dengan standar asuhan pelayanan kesehatan.
2. Perlu pemberian pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang
sebenarnya tentang pentingnya imunisasi dan hal-hal yang berkaitan
sehingga masyarakat tidak perlu takut membawa anaknya imunisasi.
3. Bagi setiap Ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus
selalu aktif ke posyandu atau tenaga kesehatan terdekat. Karena dengan
di beri Imunisasi dapat mencegah bayi dalam berbagai penyakit.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, alimul A. 2012. PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN ANAK1.


(Jakarta: Salemba Medika).

Muhadir, Andi. 2009. Buku Acuan Imunisasi Dasar bagi Pelaksana


Imunisasi/Bidan. (Departemen Kesehtan RI)

Wahab, A. Samik dan Madarina Julia. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan
Penyakit Imun. (Jakarta : Widya Medika).

19

Anda mungkin juga menyukai