Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REVIEW

Nama : Nia Tesalonika Barus


Nim : 3171122011
Kelas : Daniel Harapan Perlindungan Simanjuntak, S,Sos.,M,si
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Kasih dan
karunianya, sehingga saya mendapat kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan oleh dosen kami
Bapak Daniel yang bertujuan untuk memenuhi tugas Cbr
Semoga resensi saya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dan dapat menjadi
panduan bagi semua orang yang membutuhkan. Ada pun banyak keliruan atau pun kesalahan
dalam resum saya ini, saya mohon kritik dan saran agar Cbr ini menjadi resum yang benar –
benar berguna bagi para pembaca.
Medan, Maret 2019

Nia tesalonika

BAB I

RESUME BUKU

BAB I : “DIDAKTIK DAN DESAIN DALAMSISTEM INSTRUKSIONAL”

A.Pendahuluan

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia panjang hidup dan selalu berubah lantaran
mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan buadaya masyarakat. Pendidikan dari masa
ke masa mengalami kemajuan yang sangat pesat, demikian juga piranti pendidikan yang
canggih, oleh sebab itu perubahan yang terjadi ditengah masyarakat adalah akibat oleh
majunya dunia pendidikan, pendidikan tidak hanya meramba dunia nyata akan tetapi
merambah ke dunia maya, yang menurut pemikiran lama masih dalam bentuk kenyataan.
Guru dan dosen dalam dunia pendidikan ibarat seorang pengemudi pada kendaraan, apakah
legalitas pengemudinya sudah diakui sesuai dengan armadannya.

B. Pengertian Didaktik

Istilah didaktik dan methodik suatu istilah yang saling terkait dan tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Adapun istilah didaktik secara Ethimologis
berasal dari bahasa Yunani, yakni ;didaskein, memiliki arti : mengajar. Sedangkan pengertian
didaktik dari segi terminologi memiliki arti : Ilmu untuk menanamkan pengetahuan kepada
siswa dan mahasiswa dengan cara cepat dan tepat, sehingga siswa dan mahasiswa mudah
memahami dan mengetahuinnya.

Istilah didaktik telah muncul pada abad ke 17 oleh seseorang yang bernama Johan
Amos Comenius (1592-1671). Ia juga dijuluki seorang didaktikus. Dilahirkan di Moravia
(1592) dan meninggal di Amesterdam (1671). Pengertian didaktik telah mengalami
pergeseran dari masa silam ke masa sekarang, sekarang didaktik diartikan suatu ilmu yang
membicarakan tentang proses pembelajaran siswa secara konduksif sesuai dengan jenjang
satuan pendidikan.

Didaktik menguraikan tentang masalah belajar dan mengajar, seperti membicarakan


tentang tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dengan mempergunakan azas-azas
didaktik, terutama yang berkaitan dengan komunikasi pembelajara; peran komunikator
(menyampaikan pesan), bahan (materi pembelajaran), media (alat pengajaran), penerima
pesanb (siswa dan mahasiswa), dan umpan balik (evaluasi ). Didaktik terbagi kepada didaktik
umum dan didaktik khusus, didaktik umum membicarakan garis-garis umum atau prinsip-
prinsip umum dalam proses pembelajaran. Didaktik khusus yang pada umumnya disebut
dengan Methodik adalah bagian dari didaktik yang membicarakan tentang pelaksanaan cara
mengajar, dan cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada siswa.

Methodik Umum dan Methodik Khusu dapat dibedakan pada pelaksanaan cara
mengajar, cara menyajikan bahan kepada siswa dan mahasiswa yang bersifat umum dan
khusus, misalnya pelaksanaan cara mengajar yang untuk satu mata pelajaran saja dan
berl;aku untuk semua sekolah. Sedangkan Methodik khusus pelaksanaan cara mengajar yang
dikhususkan untuk satu mata pelajaran saja., misalnya Methodik khusus Matematika,
Akuntansi, Praktik Ibadah, Praktik Lbor, dan lain-lain sebagainya.

Methodik umum dan khusus pada dasarnya membicarakan desain pembelajaran,


perencanaan pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan proses pembelajaran, media (alat
pembelajaran), evaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya.

Didaktik membicarakan :

a. Tujuan pembelajaran,
b. Materi pembelajaran,
c. Metode pembelajaran (methodik).

Methodik membicarakan :

a. Aturan-aturan umum untuk mengajar (methodik umum),


b. Aturan-aturan mengajar untuk tiap-tiap mata pelajaran (methodik khusus).

Kaidah-kaidah pokok dalam didaktik adalah :

a. Motivasi,
b. Pengajaran berupa,
c. Penyusunan pengalaman,
d. Kerja sendiri jasmani dan rohani,
e. Sesuai dengan bakat dan tingkat kemajuan,
f. Ulangan yang mendalam,
g. Konsetrasi.

C. Didaktik dan Prose Belajar Mengajar

Didaktik diartikan juga ilmunproses belajar mengajar yaitu ilmu yang


mengkondisikan peserta didik untuk belajar secara konduksif dan mandiri, pembelajaranyang
dilakukan secara tradisional berbeda dengan pembelajaran modern, pembelajaran modern
yang menekankan pada proses, guru sebagai fasilitator dan peserta didik yang lebih aktif
untuk belajar. Pandangan belajar tradisional, belajar adalah usaha untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan. Pandangan belajar modern, belajar adalah proses perubahan p0erilaku
yang diakibatkan boleh interaksi dengan lingkungan.
Menurut John Locke (1632-1704) mengatakan, bahwa pengalaman melalui alat dria
jalan satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan. Dan menurut Jean Jacques Rousseau
(1712-1778) mengatakan bahwa segala sesuatu yang datang dari tangan Tuhan, baik, akan
tetapi menjadi rusak dalam tangan Manusia. Anak-anak yang datang dari Tuhan harus pula
dihormati dan diperlakukan dengan ramah.

D. Manfaat Didaktik

Menurut Oemar Hamalik ada beberapa manfaat Didaktik yaitu :

a. Didaktik memberikan petunjuk tentang membuat perencanaan.


b. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara membuat tujuan-tujuan yang
diinginkan,
c. Didaktik memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyampaikan pengalaman
dan pengetahuan dengan cara efektif,
d. Didaktik memberikan memberikan petujuk tentang cara mempelajari sesuatu dengan
berhasil.
e. Didaktik memberikan petujuk tentang bagaimana mengadakan penilaian secara
efektif.

Manfaat didaktik tidak hanya berlaku dan proses pembelajaran disekolah, akan tetapi
didaktik ini sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, didaktik dipergunakan
dalam komunikasi umum, massa, organisasi, interpersonal, dan kelompok, mengetahui,
dan mengerti tentang topik yang dibicarakan.

E. Desain Pembelajaran

Desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipahami untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Desain pembelajaran terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu : Siswa,
Mertode, tujuan, dan evaluasi.

Latar belakang akademis meliputi :

a. Umur,
b. Minat terhadap mata pelajaran,
c. Harapan dan cita-cita,
d. Lapangan kerja yang diinginkan,
e. Bakat istimewa,
f. Keterampilan yang dimiliki,
g. Semangat kerja.

F. Unsur Desain Pembelajaran

Unsur desain pembelajaran meliputi sepuluh yaitu :

1. Kajian kebutuhan belajar beserta tujuan pencapaiannya, kendala, dan periotisa yang
harus diketahui.
2. Pemilihan pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan berdasarkan tujuan umum
yang akan dicapai.
3. Mengenali ciri siswa.
4. Menentukan Isi pelajaran dan unsur tugas berdasarkan tujuan.
5. Menentukan tujuan belajar yang akan dicapai beserta tugas.
6. Desain kegiataan belajar mengajar untuk mencapai tujuan (pengembangan silabus).
7. Memilihkan media yaang akan dipergunakan.
8. Memilihkan pelayanan penunjang yang diperlukan.
9. Memilihkan evaluasi hasil belajar siswa.
10. Memilihkan uji awal kepada siswa.

BAB II : ‘TUJUAN INSTRUKSIONAL”

A.Pendahuluan

Tujuan instruksional dalam pengembangan silabus ini harus tergambar dalam


kompetensi dasar dan indikator yang dipergunakan kata kerja operasional. Indikator adalah
mempergunakankata kerja operasional khusus yang terukur. Medesain pembelajaran harus
dilakukan oleh guru-guru sebelum memassuki kelas, terutama yang berkenaan dengan
rumusan tujuan instruksional, rumusan instruksional akan dapat menentukan strategi dan
metode yang harus diterapkan guru didepan kelas untuk menyampaikan atau
mengkomunikasikan materi pembelajarankepada siswa-siswa.

B. Fungsi Tujuan Instruksional


Tujuan instruksional suatu keharusan dibuat oleh seoranhg guru, nantinya dapat
dipergunakan sebagai alat control oleh kepala sekolah, sebaliknya sebagian kepada sekolah
tidak terlalu mengerti tentang rumusan tujuan instruksional yang telah dirumuskan oleh para
ahli.

C. Arti Tujuan Instruksional

Seorang guru yang mengajar tanpa menetapkan tujuan instruksional terlebih dahulu
dan mengajar tanpa terpedoman pada tujuan instruksional. Berikut ini beberapa definisi
tujuan instruksional yang telah dikembangkan oleh para ahli yaitu :

Pertama, menurut Robert F. Mager (1962). Tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi.

Kedua, menurut Eduard L. Dejnozka dan E. Kapel (1981). Tujuan Instruksional adalah suatu
peryataan yang spesifik yang diyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Ketiga, menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984). Tujuan instruksional suatu
peryataan yang jelas menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang
diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

Manfaat tujuan instruksional dan indikator adalah sebagai berikut :

1) Menyusun instrumen tes (pre-tes dan pos-tes).


2) Merancang strategi instruksional.
3) Menyusun spesifikasi dan memilih media yang cocok.
4) Melaksanakan proses belajar.

D. Taksonomi Tujuan Instruksional

Taksonomi bloom sangat dikenal di Indonesia dibandingkan dengan taksonomi


bloom Gagne, dan Merill.btaksonomi bloom menyusun kategori enam level. Keenam level
tersebut diurut dari tingkat intelektual yang rendah (tingkat pengetahuan) ketingkat yang
paling komplek (tingkat evaluasi). Keenam level ini bersifat hirarkis, tingkatb level yang
tertinggi dapat dicapai melalui level sebelumnya, masing-masing level diurut secara prosedur.

Pretest

Ciri-ciri
Taksonomi disini diartikan bsebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional
secara berjenjang dan progresif ketingkat yang lebih tinggi. Sampai saat saat ini taksonomi
tersebut banyak dipakai sebagai dasar pengembangan tujuan instruksional diberbagai
kegiatan latihan dan pendidikan, secara singkat masing-masing isi kawasan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :

1.Kawasan Kognitif (pemahaman)

Kawasan kognitif dan efektif adaalah dua dari tiga kawasan tujuan instruksional yng
memiliki klasifikasi atau rincian yang paling detail, sehingga seolah-olah merupakan suatu
sistewm tersendiri. Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “:berfikir”, mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut. Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan asfek belajar yang berbeda-
beda diantaranya :

a. Tingkat pengetahuan (knowledge).


b. Tingkat pemahaman (comprehension).
c. Tingkat penerapan (aplication).
d. Tingkat analisis (analysis).
e. Tingkat sintesis ( synthesis).
f. Tingkat evaluasi (evaluation).

Guru dituntut agar mendesain program satuan pembelajaran, rencana pembelajaran


yang sesuai dengan tujuan inswtruksional/kompetensi dasar dan harus banyak melakukan
latihan terelebih dahulu.

2. Kawasan Afektif (sikap dan perilaku)

Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaaan, emosi,


sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
Tujuan afektif terdiri yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek
yang merupakan faktor internal seseorang. Dalam literatur ini yujuan afektif disebut sebagai
minat, sikap mengghargai, sistem nilai serta kecenderungan emosi. Kawasan afektif terdiri
dari lima kawasan yaitu diantaranya :

a. Tingkat menerima.
b. Tingkat tanggapan.
c. Tingkat menilai.
d. Tinghkat organisasi.
e. Tingkat karakterisasi.

3. Kawasan Psikomotor (psyhomotor domain).


Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otot.

BAB III : “KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR”

A.Pendahuluan

Kegiatan belajar mengajar dikelas dilakukan oleh seseorang guru sesuai dengan gaya
mengajarnya, sebagian guru membuka buku pelajaran dan menjelaskan materi yang terdapat
didalam buku tersebut. Kegiatan belajar mengajar merupakan langkah ketiga dari empat
langkah desain pembelajaran; siswa, sasaran, kegiatan belajar, evaluasi. Kegiatan belajar
menurut Jerrold E. Kemp (1985; 100), kegiatan belajar yang baik bagi seorang guru dan
sekelompok siswa bisa saja menjadi tidak memuaskan dalam situasi lain. Metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi tercapainya sasaran belajar,
oleh sebab itu guru perlu memilih metode yang tepat dari sekian banyak metode
pembelajaran.

B. Pendekatan Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan proses yang sistematik, artinya proses yang
dilakukan oleh seorang guru dan siswa ditempat belajar dengan melibatkan sub-sub, bagian,
komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Pada penerapan Kurikulum 2006 (KTSP) menekankan pada pendekatan proses dan
bukan pemaksaan pencapaian materi, akan tetapi pendalaman materi melalui proses, oleh
sebab itu pembelajaran yang dilaksanakan adalah melibatkan aktivitas siswa atau peserta
didik, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran.

C. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum

Struktur kurikulum merupakan suatu pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegaiatan pembelajaran. Kedalam muatan kurikulum
pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang dituangkan dalam kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantumdalam
struktur kurikulum.
D. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,


kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Struktur kurikulum pendidikan
kejuruan dalam hal ini Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Mata pelajaran wajib terdiri dari Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,


Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, dan
Keterampilan/kejuruan. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya sekaligus manusia kerja.

Sedangkan mata pelajaran kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang
bertujuan untuk menunjang membentuk kompetensi kejuruan dan pengembangan
kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.

Muatan lokal merupakan suatu kegiatan kurikulum untuk menggembangkan


kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas daerah, potensi daerah, dan prospek
pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinyatidak dapat
dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh
satuan pendidikan.

BAB IV : “BELAJAR MANDIRI”

A.Pendahuluan

Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) menuntutkan aktivasi dan partisipasi para siswa
yang lebih banyak dalam prosespembelajaran, struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan
berbedadari kurikulum sebelumnya, KTSP dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada
lagi jam efektif yang begitu mencolok banyaknya.

B.Defenisi Belajar Mandiri

Sebagian fakar mengatakan bahwa belajar mandiri samaa dengan belajar individual.
Brookfield (1984), mendefinisikan belajar mandiri adalah upaya individu secara otonomi
untuk mencapai kemampuan akademis. Belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan oleh
siswa secara bebas dalam menentukan tujuan belajarnya, arah belajarnya, merencanakan
proses belajarnya, strategi belajarnya, menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya,
membuat keputusan-keputusan akademik, dan melakukan kegiatan-kegiatab untuk
tercapainya tujjuan belajarnya.

Belajar mandiri adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk menggembangkan diri
masing-masing individu yang tidak terkait dengan kehadiran guru, dosen, pertemuan tatap
muka di dalam kelas, kehadiran, kehadiran teman sekolah. Belajar mandiri merupakan belajar
dalam menggembangkan diri, keterampilan dengan cara tersendiri. Peran guru dan dosen
sebagai fasilitator dan konsultan sebagaimana yang diamankan dalam KTSP.

Dalam belajar mandiri membutuhkan motivasi, keuletan, keseriusan, kedisplinan,


tanggungjawab, kemauan, dan keingintahuan untuk berkembang dan maju dalam
pengetahuan. Belajar mandiri artinya belajar yang bebas menentukan arah, rencana, sumber,
dsan keputusan untuk mencapai akademik bukan bebas dari aturan-aturan keagamaan, aturan-
aturan negara, aturan-aturan adat atau masyarakat.

C. Manfaat Belajar Mandiri

Dalam belajar tatap muka di dalam kelas belumlah cukup untuk menciptakan siswa
cerdas dan terampiltanpa dibarengin dengan belajar terstruktur dan belajar mandiri, belajar
terstruktur berbeda dengan belajar mandiri, belajar terstruktur adalah para siswa belajar
sesuai dengan tujuan, rencana, bahan, sumber yang ditentukan oleh guru. Para guru harus
memberi dorongan kepada siswa-siswa untuk belajar mandiri, dan menghindari pemberian
materi otokratis yang akan menciptakan siswa pasif atau menerim saja atau belajar hafalan.
Belajar mandiri memiliki manfaat yang banyak terhadap kemampuan kognisi, afeksi, dan
psikomotorik siswa, manfaaat tersebut antara lain :

 Memupuk tanggungjawab
 Meningkatkan keterampilan
 Memecahkan masalah
 Mengambil keputusan
 Berfikir kreatif
 Berfikir kritis
 Percaya diri yang kuat
 Menjadi guru baginya sendiri.
D. Proses Belajar Mandiri

Belajar mandiri bukanlah belajar individual, akan tetapi yang menuntut kemandirian
seorang siswa atau mahasiswa untuk belajar. Belajar mandiri pemberian otonomi kepada
siswa dan mahasiswa dalam menentukan arah/tujuan belajar, sumber belajar, program
belajar, materi yang dipelajarinya, dan bagaimana mempelajarinya, tanpa diatur secara ketat
oleh guru atau pe3raturan. Belajar mandiri adalah upaya mengembangkan kebebasan kepada
siswa dalam mendapat informasi dan pengetahuan yang tidak dikendalikan oleh oranglain.

Dalam menciptakan belajar mandiri menurut Paulina Pannen (1997; 6-7), perlu
diperhatikan beberapa hal, diantaranya :

1. Guru dan dosen harus mampu merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan
teliti, termasuk beraneka ragam tugas yang dapat dipilih untuk dikerjakan oleh siswa
dan mahasiswa.
2. Perencanaan kegiatan pembelajaran dan tugas-tugasnya harus dilakukan berdasarkan
kemampuan dan karakteristik awal siswa dan mahasiswa.
3. Guru dan dosen, dalam rangka penerapan belajar mandiri, perlu memperkaya dirinya
terus menerus dengan pengetahuan dan keterampilan yang belum dimiliki dan
dikuasainya dan juga dengan pengetahuan dan keterampilan yang baru dalam bidang
ilmunya.
4. Selain keterampilan guru dan dosen dalam hal penguasaan ilmu dan perencanaan
pembelajaran, belajar mandiri juga menuntut adanya sarana dan sumber belajar yang
memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, studio, dan lain sebagainya.

BAB V : “BELAJAR TUNTAS”

A.PENDAHULUAN

Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan
terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar
(pengajaran klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa,
dan bergunakan untuk menciptakan kecepatan belajar.

B. Prinsip Belajar Tuntas


Pada dasarnya belajar tuntas akan menciptakan peserta didik memiliki kemampuan dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan antara anak cerdas
dengan anak yang tidak cerdas. Belajar tuntas menciptakan anak didik dapat mencapai tujuan
pembelajaan. Menurut John B. Carrol (1953) bahwa peserta didik yang berbakat tinggi
memerlukan waktu yang relatif sedikit untuik mencapai tarap penguasaan bahan
dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah.

C. Strategi Belajar Tuntas

Belajar tuntas bilamana dilakukan dalam kondisi yang tepat dengan semua peserta didik
mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi
yang dipelajari. Supaya pembelajaran terstruktur, Winkel (1996 : 413) menyarankan sebagai
berikut :

a. Tujuan-tujuan pembelajaran yang hsrus dicapai ditetapkansecara tegas.


b. Pertama siswa dituntut supaya siswa mencapai tujuan pembelajaran yang lebih
dahulu, sebelum soiswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk
mencapai tujuan pembelajaran, dan yang kedua ; tujuan pembelajaran kedua harus
tercapai lebih dahulu, sebelum siswa maju lebih lanjut dan seterusnya.
c. Ditingkatkan motivasi belajar siswa dan efektivitas usaha belajar siswa, dengan
memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu.
d. Diberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan
pada saat-saat yang tepat.

Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, terutama pada level mikro yaitu mengembangkan individu dalam proses belajar
dikelas.

BAB VI : “METODE PEMBELAJARAN”

A.Pendahuluan

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode


pembelaajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajika, menguraikan, memberi contoh, dan
memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Banyak metose pembelajaran
yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa-siswa, seperti metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, demotrasi, penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran
terprogram, latihan sesama teman, simulasi, karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi
kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar, bermain peran, proyek, praktikum, dan lain-
lain, masing-masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam proses belajar
mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode yang
telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapaiu
tujuan pembelajaran.

1.Tujuan Pembelajaran

Penetapann tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih
metode yang akan digunakan didalam menyajikan materi pengajaran., tujuan pembelajaran
merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus
dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode
pembelajaran.

2. Pengetahuan Awal Siswa

Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa,
ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.

3. Bidang Studi/Pokok Bahasan/aspek.

4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang.

5. Jumlah Siswa.

6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar.

B. Metode-Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah

Metode ceramah yang berasal dari kata lecture, memiliki arti dosen atau metode
dosen, metode ini lebih banyak dipergunakan dikalangan dosen, karena dosen memberikan
kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan dosen berhadapan
dengan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Metode ceramah ini membentuk
penjelasan konsep, prinsip, dan fakta, pada akhir perkuliahan ditutup dengan tanyak jawab
antara dosen dan mahasiswa.
2. Ceramah Demotrasi dan Eksperimen

Penggunaan metode demotrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian


untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentuseperti
kegiatan yang sesungguhnya.

3. Metode Tanya Jawab

a. meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa memusatkan lagi
perhartian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga
mereka dapat melanjutkan pelajarannya.
b. menyeligiu pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau dengan
perkataan lain untuk mengikuti serta menyertakan mereka.
c. mengarahkan pengamatan dan pemikiran tersebut.

4.Metode Penampilan

Metode penampilan adalah berbentuk pelaksanaan praktik oleh siswa dibawah


bimbingan dari dekat oleh pengajaran.

5.Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru
untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau
permasalahan tertentu.

6.Metode Studi Mandiri

Metode studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa
tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.

7. Metode Pratikum

Metode pratikum dapat dilakukan kepada siswa guru memberikan arahan, aba-aba,
petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk pratik dengan mempergunakan
alat-alat tertentu.
BAB VII : “MEDIA PEMBELAJARAN”

A.Media dalam Komunikasi dan Pendidikan

1. Media dalam Komunikasi

Media adalah kata jamak dari medium berasal dari kata latin memiliki arti perantara.
Secara definisi media adalah suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
kepenerimaan informasi. Media dalam komunikasi merupakan bagian dari komponen yang
tidak dapat tidak mesti ada, yaitu komunikator adalah seseorang yang menyampaikan
informasi, komunikan adalah seseorang yang menerima informasi, pesan merupakan isi yang
disampaikan dalam berkomunikasi, dan media merupakat perangkat penyalur informasi.

2. Media dalam Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, konsep komunikasi tidakn banyak berbeda kecuali dalam apek
kontek berlangsungnya komunikasi itu. Dalam proses pembelajaran, sumber informasi adalah
dosen, guru, mahasiswa, siswa, bahan bacaan, dan lain sebagainya.

B.Manfaat Media dalam Kegiatan Pembelajaran

Menurut Kemp dan Dayton (1985), mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam
pembelajaran, diantaranya ;

1. penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.


2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif.
4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi.
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.
6. Proses belajar dapat terjad dimana saja dan kapan saja.
7. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran siswa maupun belajar terhadap proses
belajar itu sendiri dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dan produktif.
C.Macam-macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang cukup sering digunakan didalam kelas. Media yang sering
digunakan di dalam kelas yaitu Overhead Projector, gambar, model, papan tulis, dan buku.
Sedangkat media lain seperti ; video, film, kaset audio, atau film bingkai relatif jarang
digunakan, meskipun benda-benda ini tidak asing lagi bagi kebanyakan guru-guru.

Menurut Bertz (1971) membagi media menjadi tiga macam yaitu ; suara, media bentuk
visual, dan media gerak. Media bentuk visual dibedakan menjadi tiga yaitu ;gambar visual,
garis (grafis), dan simbol verbal.

BAB II

PENILAIAN PEMBACA

Menurut saya mengenai isi buku tersebut yaitu : Daftar isi buku sesuai dengan tujuan
isi buku tersebut, dan daftar isi buku dengan isi materi dalam setiap bab sangat sesuai.
Dimana ada materi yang menyangkut dengan tujuan isi buku yang ketiga ini dengan judul :
“Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan”. Dalam setiap bab yang
diresume kan berdasarkan diatas, memuat beberapa materi yang sangat penting dibaca oleh
setiap kalangan mahasiswa khususnya bagi para calon Guru semua.

Dimana agar para calon guru tersebut dapat mengetahui desain-desain pembelajaran
dalam mengajar kepada siswa. Adapun tujuan isi buku kedua ini (Desain Pembelajaran
Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan) yaitu : untuk dapat lebih menambah literatur dikalangan
mahasiswa, fakultas pendidikan, para guru, para pendidik, dan para pemerhatian pendidikan.

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Menurut penulis, bahwa isi buku tersebut di dicetak pada enam (6) tahun yang lalu
dan buku ini masih layak dipakai dan dibaca untuk para pembaca khususnya untuk para calon
guru nantinya. Akan tetapi dibalik buku halaman terakhir di bagian daftar pustaka tersebut
dimana penjelasannya mengenai Desain Pembelajaran ada beberapa pendapat para ahli atau
pendapat lainnya dimana di tahunnya ada 19 tahun yang lalu, 17 tahun yang lau, dan paling
lama yaitu 25 tahun yang lalu lamanya.

Anda mungkin juga menyukai