Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Kasih dan
karunianya, sehingga saya mendapat kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan oleh dosen kami
Bapak Daniel yang bertujuan untuk memenuhi tugas Cbr
Semoga resensi saya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dan dapat menjadi
panduan bagi semua orang yang membutuhkan. Ada pun banyak keliruan atau pun kesalahan
dalam resum saya ini, saya mohon kritik dan saran agar Cbr ini menjadi resum yang benar –
benar berguna bagi para pembaca.
Medan, Maret 2019
Nia tesalonika
BAB I
RESUME BUKU
A.Pendahuluan
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia panjang hidup dan selalu berubah lantaran
mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan buadaya masyarakat. Pendidikan dari masa
ke masa mengalami kemajuan yang sangat pesat, demikian juga piranti pendidikan yang
canggih, oleh sebab itu perubahan yang terjadi ditengah masyarakat adalah akibat oleh
majunya dunia pendidikan, pendidikan tidak hanya meramba dunia nyata akan tetapi
merambah ke dunia maya, yang menurut pemikiran lama masih dalam bentuk kenyataan.
Guru dan dosen dalam dunia pendidikan ibarat seorang pengemudi pada kendaraan, apakah
legalitas pengemudinya sudah diakui sesuai dengan armadannya.
B. Pengertian Didaktik
Istilah didaktik dan methodik suatu istilah yang saling terkait dan tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Adapun istilah didaktik secara Ethimologis
berasal dari bahasa Yunani, yakni ;didaskein, memiliki arti : mengajar. Sedangkan pengertian
didaktik dari segi terminologi memiliki arti : Ilmu untuk menanamkan pengetahuan kepada
siswa dan mahasiswa dengan cara cepat dan tepat, sehingga siswa dan mahasiswa mudah
memahami dan mengetahuinnya.
Istilah didaktik telah muncul pada abad ke 17 oleh seseorang yang bernama Johan
Amos Comenius (1592-1671). Ia juga dijuluki seorang didaktikus. Dilahirkan di Moravia
(1592) dan meninggal di Amesterdam (1671). Pengertian didaktik telah mengalami
pergeseran dari masa silam ke masa sekarang, sekarang didaktik diartikan suatu ilmu yang
membicarakan tentang proses pembelajaran siswa secara konduksif sesuai dengan jenjang
satuan pendidikan.
Methodik Umum dan Methodik Khusu dapat dibedakan pada pelaksanaan cara
mengajar, cara menyajikan bahan kepada siswa dan mahasiswa yang bersifat umum dan
khusus, misalnya pelaksanaan cara mengajar yang untuk satu mata pelajaran saja dan
berl;aku untuk semua sekolah. Sedangkan Methodik khusus pelaksanaan cara mengajar yang
dikhususkan untuk satu mata pelajaran saja., misalnya Methodik khusus Matematika,
Akuntansi, Praktik Ibadah, Praktik Lbor, dan lain-lain sebagainya.
Didaktik membicarakan :
a. Tujuan pembelajaran,
b. Materi pembelajaran,
c. Metode pembelajaran (methodik).
Methodik membicarakan :
a. Motivasi,
b. Pengajaran berupa,
c. Penyusunan pengalaman,
d. Kerja sendiri jasmani dan rohani,
e. Sesuai dengan bakat dan tingkat kemajuan,
f. Ulangan yang mendalam,
g. Konsetrasi.
D. Manfaat Didaktik
Manfaat didaktik tidak hanya berlaku dan proses pembelajaran disekolah, akan tetapi
didaktik ini sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, didaktik dipergunakan
dalam komunikasi umum, massa, organisasi, interpersonal, dan kelompok, mengetahui,
dan mengerti tentang topik yang dibicarakan.
E. Desain Pembelajaran
Desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipahami untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Desain pembelajaran terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu : Siswa,
Mertode, tujuan, dan evaluasi.
a. Umur,
b. Minat terhadap mata pelajaran,
c. Harapan dan cita-cita,
d. Lapangan kerja yang diinginkan,
e. Bakat istimewa,
f. Keterampilan yang dimiliki,
g. Semangat kerja.
1. Kajian kebutuhan belajar beserta tujuan pencapaiannya, kendala, dan periotisa yang
harus diketahui.
2. Pemilihan pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan berdasarkan tujuan umum
yang akan dicapai.
3. Mengenali ciri siswa.
4. Menentukan Isi pelajaran dan unsur tugas berdasarkan tujuan.
5. Menentukan tujuan belajar yang akan dicapai beserta tugas.
6. Desain kegiataan belajar mengajar untuk mencapai tujuan (pengembangan silabus).
7. Memilihkan media yaang akan dipergunakan.
8. Memilihkan pelayanan penunjang yang diperlukan.
9. Memilihkan evaluasi hasil belajar siswa.
10. Memilihkan uji awal kepada siswa.
A.Pendahuluan
Seorang guru yang mengajar tanpa menetapkan tujuan instruksional terlebih dahulu
dan mengajar tanpa terpedoman pada tujuan instruksional. Berikut ini beberapa definisi
tujuan instruksional yang telah dikembangkan oleh para ahli yaitu :
Pertama, menurut Robert F. Mager (1962). Tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi.
Kedua, menurut Eduard L. Dejnozka dan E. Kapel (1981). Tujuan Instruksional adalah suatu
peryataan yang spesifik yang diyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Ketiga, menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984). Tujuan instruksional suatu
peryataan yang jelas menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang
diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Pretest
Ciri-ciri
Taksonomi disini diartikan bsebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional
secara berjenjang dan progresif ketingkat yang lebih tinggi. Sampai saat saat ini taksonomi
tersebut banyak dipakai sebagai dasar pengembangan tujuan instruksional diberbagai
kegiatan latihan dan pendidikan, secara singkat masing-masing isi kawasan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
Kawasan kognitif dan efektif adaalah dua dari tiga kawasan tujuan instruksional yng
memiliki klasifikasi atau rincian yang paling detail, sehingga seolah-olah merupakan suatu
sistewm tersendiri. Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “:berfikir”, mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut. Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan asfek belajar yang berbeda-
beda diantaranya :
a. Tingkat menerima.
b. Tingkat tanggapan.
c. Tingkat menilai.
d. Tinghkat organisasi.
e. Tingkat karakterisasi.
A.Pendahuluan
Kegiatan belajar mengajar dikelas dilakukan oleh seseorang guru sesuai dengan gaya
mengajarnya, sebagian guru membuka buku pelajaran dan menjelaskan materi yang terdapat
didalam buku tersebut. Kegiatan belajar mengajar merupakan langkah ketiga dari empat
langkah desain pembelajaran; siswa, sasaran, kegiatan belajar, evaluasi. Kegiatan belajar
menurut Jerrold E. Kemp (1985; 100), kegiatan belajar yang baik bagi seorang guru dan
sekelompok siswa bisa saja menjadi tidak memuaskan dalam situasi lain. Metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi tercapainya sasaran belajar,
oleh sebab itu guru perlu memilih metode yang tepat dari sekian banyak metode
pembelajaran.
Proses belajar mengajar merupakan proses yang sistematik, artinya proses yang
dilakukan oleh seorang guru dan siswa ditempat belajar dengan melibatkan sub-sub, bagian,
komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Pada penerapan Kurikulum 2006 (KTSP) menekankan pada pendekatan proses dan
bukan pemaksaan pencapaian materi, akan tetapi pendalaman materi melalui proses, oleh
sebab itu pembelajaran yang dilaksanakan adalah melibatkan aktivitas siswa atau peserta
didik, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran.
Struktur kurikulum merupakan suatu pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegaiatan pembelajaran. Kedalam muatan kurikulum
pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang dituangkan dalam kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantumdalam
struktur kurikulum.
D. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Sedangkan mata pelajaran kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang
bertujuan untuk menunjang membentuk kompetensi kejuruan dan pengembangan
kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.
A.Pendahuluan
Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) menuntutkan aktivasi dan partisipasi para siswa
yang lebih banyak dalam prosespembelajaran, struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan
berbedadari kurikulum sebelumnya, KTSP dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada
lagi jam efektif yang begitu mencolok banyaknya.
Sebagian fakar mengatakan bahwa belajar mandiri samaa dengan belajar individual.
Brookfield (1984), mendefinisikan belajar mandiri adalah upaya individu secara otonomi
untuk mencapai kemampuan akademis. Belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan oleh
siswa secara bebas dalam menentukan tujuan belajarnya, arah belajarnya, merencanakan
proses belajarnya, strategi belajarnya, menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya,
membuat keputusan-keputusan akademik, dan melakukan kegiatan-kegiatab untuk
tercapainya tujjuan belajarnya.
Belajar mandiri adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk menggembangkan diri
masing-masing individu yang tidak terkait dengan kehadiran guru, dosen, pertemuan tatap
muka di dalam kelas, kehadiran, kehadiran teman sekolah. Belajar mandiri merupakan belajar
dalam menggembangkan diri, keterampilan dengan cara tersendiri. Peran guru dan dosen
sebagai fasilitator dan konsultan sebagaimana yang diamankan dalam KTSP.
Dalam belajar tatap muka di dalam kelas belumlah cukup untuk menciptakan siswa
cerdas dan terampiltanpa dibarengin dengan belajar terstruktur dan belajar mandiri, belajar
terstruktur berbeda dengan belajar mandiri, belajar terstruktur adalah para siswa belajar
sesuai dengan tujuan, rencana, bahan, sumber yang ditentukan oleh guru. Para guru harus
memberi dorongan kepada siswa-siswa untuk belajar mandiri, dan menghindari pemberian
materi otokratis yang akan menciptakan siswa pasif atau menerim saja atau belajar hafalan.
Belajar mandiri memiliki manfaat yang banyak terhadap kemampuan kognisi, afeksi, dan
psikomotorik siswa, manfaaat tersebut antara lain :
Memupuk tanggungjawab
Meningkatkan keterampilan
Memecahkan masalah
Mengambil keputusan
Berfikir kreatif
Berfikir kritis
Percaya diri yang kuat
Menjadi guru baginya sendiri.
D. Proses Belajar Mandiri
Belajar mandiri bukanlah belajar individual, akan tetapi yang menuntut kemandirian
seorang siswa atau mahasiswa untuk belajar. Belajar mandiri pemberian otonomi kepada
siswa dan mahasiswa dalam menentukan arah/tujuan belajar, sumber belajar, program
belajar, materi yang dipelajarinya, dan bagaimana mempelajarinya, tanpa diatur secara ketat
oleh guru atau pe3raturan. Belajar mandiri adalah upaya mengembangkan kebebasan kepada
siswa dalam mendapat informasi dan pengetahuan yang tidak dikendalikan oleh oranglain.
Dalam menciptakan belajar mandiri menurut Paulina Pannen (1997; 6-7), perlu
diperhatikan beberapa hal, diantaranya :
1. Guru dan dosen harus mampu merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan
teliti, termasuk beraneka ragam tugas yang dapat dipilih untuk dikerjakan oleh siswa
dan mahasiswa.
2. Perencanaan kegiatan pembelajaran dan tugas-tugasnya harus dilakukan berdasarkan
kemampuan dan karakteristik awal siswa dan mahasiswa.
3. Guru dan dosen, dalam rangka penerapan belajar mandiri, perlu memperkaya dirinya
terus menerus dengan pengetahuan dan keterampilan yang belum dimiliki dan
dikuasainya dan juga dengan pengetahuan dan keterampilan yang baru dalam bidang
ilmunya.
4. Selain keterampilan guru dan dosen dalam hal penguasaan ilmu dan perencanaan
pembelajaran, belajar mandiri juga menuntut adanya sarana dan sumber belajar yang
memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, studio, dan lain sebagainya.
A.PENDAHULUAN
Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan
terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar
(pengajaran klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa,
dan bergunakan untuk menciptakan kecepatan belajar.
Belajar tuntas bilamana dilakukan dalam kondisi yang tepat dengan semua peserta didik
mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi
yang dipelajari. Supaya pembelajaran terstruktur, Winkel (1996 : 413) menyarankan sebagai
berikut :
Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, terutama pada level mikro yaitu mengembangkan individu dalam proses belajar
dikelas.
A.Pendahuluan
1.Tujuan Pembelajaran
Penetapann tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih
metode yang akan digunakan didalam menyajikan materi pengajaran., tujuan pembelajaran
merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus
dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode
pembelajaran.
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa,
ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
5. Jumlah Siswa.
B. Metode-Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yang berasal dari kata lecture, memiliki arti dosen atau metode
dosen, metode ini lebih banyak dipergunakan dikalangan dosen, karena dosen memberikan
kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan dosen berhadapan
dengan banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Metode ceramah ini membentuk
penjelasan konsep, prinsip, dan fakta, pada akhir perkuliahan ditutup dengan tanyak jawab
antara dosen dan mahasiswa.
2. Ceramah Demotrasi dan Eksperimen
a. meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa memusatkan lagi
perhartian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga
mereka dapat melanjutkan pelajarannya.
b. menyeligiu pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau dengan
perkataan lain untuk mengikuti serta menyertakan mereka.
c. mengarahkan pengamatan dan pemikiran tersebut.
4.Metode Penampilan
5.Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru
untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau
permasalahan tertentu.
Metode studi mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa
tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.
7. Metode Pratikum
Metode pratikum dapat dilakukan kepada siswa guru memberikan arahan, aba-aba,
petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk pratik dengan mempergunakan
alat-alat tertentu.
BAB VII : “MEDIA PEMBELAJARAN”
Media adalah kata jamak dari medium berasal dari kata latin memiliki arti perantara.
Secara definisi media adalah suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
kepenerimaan informasi. Media dalam komunikasi merupakan bagian dari komponen yang
tidak dapat tidak mesti ada, yaitu komunikator adalah seseorang yang menyampaikan
informasi, komunikan adalah seseorang yang menerima informasi, pesan merupakan isi yang
disampaikan dalam berkomunikasi, dan media merupakat perangkat penyalur informasi.
Dalam dunia pendidikan, konsep komunikasi tidakn banyak berbeda kecuali dalam apek
kontek berlangsungnya komunikasi itu. Dalam proses pembelajaran, sumber informasi adalah
dosen, guru, mahasiswa, siswa, bahan bacaan, dan lain sebagainya.
Menurut Kemp dan Dayton (1985), mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam
pembelajaran, diantaranya ;
Media pembelajaran yang cukup sering digunakan didalam kelas. Media yang sering
digunakan di dalam kelas yaitu Overhead Projector, gambar, model, papan tulis, dan buku.
Sedangkat media lain seperti ; video, film, kaset audio, atau film bingkai relatif jarang
digunakan, meskipun benda-benda ini tidak asing lagi bagi kebanyakan guru-guru.
Menurut Bertz (1971) membagi media menjadi tiga macam yaitu ; suara, media bentuk
visual, dan media gerak. Media bentuk visual dibedakan menjadi tiga yaitu ;gambar visual,
garis (grafis), dan simbol verbal.
BAB II
PENILAIAN PEMBACA
Menurut saya mengenai isi buku tersebut yaitu : Daftar isi buku sesuai dengan tujuan
isi buku tersebut, dan daftar isi buku dengan isi materi dalam setiap bab sangat sesuai.
Dimana ada materi yang menyangkut dengan tujuan isi buku yang ketiga ini dengan judul :
“Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan”. Dalam setiap bab yang
diresume kan berdasarkan diatas, memuat beberapa materi yang sangat penting dibaca oleh
setiap kalangan mahasiswa khususnya bagi para calon Guru semua.
Dimana agar para calon guru tersebut dapat mengetahui desain-desain pembelajaran
dalam mengajar kepada siswa. Adapun tujuan isi buku kedua ini (Desain Pembelajaran
Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan) yaitu : untuk dapat lebih menambah literatur dikalangan
mahasiswa, fakultas pendidikan, para guru, para pendidik, dan para pemerhatian pendidikan.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Menurut penulis, bahwa isi buku tersebut di dicetak pada enam (6) tahun yang lalu
dan buku ini masih layak dipakai dan dibaca untuk para pembaca khususnya untuk para calon
guru nantinya. Akan tetapi dibalik buku halaman terakhir di bagian daftar pustaka tersebut
dimana penjelasannya mengenai Desain Pembelajaran ada beberapa pendapat para ahli atau
pendapat lainnya dimana di tahunnya ada 19 tahun yang lalu, 17 tahun yang lau, dan paling
lama yaitu 25 tahun yang lalu lamanya.