Anda di halaman 1dari 48

LATIHAN

1. Tentukan peubah, derajat dan suku konstanta dari suku banyak berikut ini:
a) 5t  t  2
4

b) x( x  4)( x  3)
c) (2 y  y  2)( y  1)( y  1)
2

2. Tentukan syarat jika dua lingkaran:


a) sepusat
b) lingkaran yang satu di dalam lingkaran yang lain
c) berpotongan di dua titik
d) saling lepas
e) bersinggungan dalam
f) bersinggungan luar
g) saling lepas

3. Diketahui persamaan lingkaran L1  ( x  3)  y  9 dan lingkaran


2 2

L2  ( x  3)2  ( y  6)2  25 . Hubungan kedua lingkaran tersebut


adalah….

4. Diberikan dua suku banyak:


f ( x )  x 4  (a  1) x 2  8
g( x )  ax 4  (b  3) x 3  (2c  1) x 2  (c  d )
Jika kedua suku banyak itu adalah suku banyak yang sama ( f ( x )  g( x ) )
Maka nilai abcd  ....

5. Tentukan hasil bagi dan sisa jika suku banyak:


a) x  2 x  x  1 dibagi x  1
4 3

b) 3 x  x  6 x  9 dibagi x  x  1
3 2 2

6. Tentukan sisa jika suku banyak x( x


10
 3 x 8 )  x 2  5 dibagi x  1 .

7. Tentukan nilai p jika:


a) Suku banyak x  4 x  px  8 habis dibagi x  2 .
3 2

b) ( 2 x  1) adalah faktor dari ( p  1) x  x  2


2

c) Suku banyak x  px  12 jika dibagi ( x  3) menghasilkan sisa 3.


4 2

1
8. Tentukan semua nilai x bilangan real yang memenuhi persamaan:
a) 3 x  x  4  0 .
2

b) x  x  0 .
3

c) 2 x  11 x  7 x  6  0
3 2

d) x  9  ( x  3)( x  3)
2

9. Tentukan faktor-faktor linear dari suku banyak x  7 x  18 .


2

10. Diketahui bahwa ( x  4) adalah salah satu faktor dari suku banyak
x 2  (b  2) x  (b  12) . Maka faktor lainnya adalah….

11. Benar atau salahkah pernyataan-pernyataan berikut ini?


a) Diketahui p( x ) suku banyak berderajat 3, dan q( x ) suku banyak berderajat 1.
Maka suku banyak p( x )q( x ) berderajat 4.
b) Apabila suku banyak ( x 2  5 x  6) dibagi dengan ( x  1) didapatkan hasil
bagi ( x  4) dan sisa 2 . Dalam bentuk persamaan, dapat ditulis:
( x 2  5 x  6)
 ( x  4)  2 .
( x  1)
c) Sisa dari pembagian suku banyak f ( x )  x 5  x 4  10 x 3  x 2  x  1
dengan ( x  5) adalah sama dengan f (5).

12. Jika suku banyak P ( x ) dibagi ( x  4) sisanya –13, sedangkan jika dibagi
( x  1) sisanya 2. Jika P ( x ) dibagi oleh ( x 2  3 x  4) sisanya sama dengan
….

2
Bonus: (silahkan dibaca jika berminat)

Mukjizat Para Nabi

Dalam artikel ini, disebutkan salah satu atau lebih mukjizat beberapa nabi, yaitu:
1. Nabi Nuh 5. Nabi Dawud
2. Nabi Ibrahim 6. Nabi Sulaiman
3. Nabi Yusuf 7. Nabi Isa
4. Nabi Musa 8. Nabi Muhammad
Selamat menyimak…

1. Nabi Nuh
Nabi Nuh disebut juga “bapak seluruh manusia” (Abul Basyar) selain Nabi
Adam, karena semua manusia setelah kejadian banjir di zaman Nabi Nuh
adalah anak keturunan beliau. Banjir Nabi Nuh terjadi pada seluruh dunia
sehingga tidak ada manusia yang selamat kecuali yang berada di atas kapal
bersama nabi Nuh.

Banjir nabi Nuh terjadi di seluruh dunia

Allah menurunkan banjir sampai-sampai gunung yang tinggi tidak bisa


menjadi tempat berlindung. Salah satuaAnak Nabi Nuh tidak bisa selamat
dari banjir padahal ia berlindung di atas gunung.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana


gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat
yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan
janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya
menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini
dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang
menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk
orang-orang yang ditenggelamkan” (Huud : 42-43).

Seluruh orang kafir yang tidak beriman di muka bumi akan terkena banjir
sehingga tidak tersisa sedikit pun, sebagaimana doa nabi Nuh:

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di


antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi” (Nuh : 26).

3
Semua yang tersisa di bumi yaitu yang tidak naik perahu nabi Nuh
tenggelam. Allah berfirman,

“Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam


kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan
orang-orang yang tersisa.” (Asy-Syuara 119-120).

Hanya Anak Keturunan Nabi Nuh yang berlanjut

Beberapa ulama Menjelaskan bahwa terdapat anak Nabi Nuh yang


berimana bersama beliau di atas kapal. Bersama itu pula ada orang-orang
yang beriman bersama Nabi Nuh di atas kapal. Hanya saja Allah
mentakdirkan yang terus mempunyai keturunan adalah Nabi Nuh dan
anaknya saja. Dalam riwayat lainnya, yang manusia yang selamat selain
Nabi Nuh dan anaknya meninggal karena wabah sehingga mereka tidak
mempunya keturunan.

Jadilah nabi Nuh adalah “bapak seluruh manusia” setelah nabi Adam. Allah
berfirman,

“Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan”


(As-Shaffat: 77).

Ahli tafsir di kalangan tabi’in, Imam Qatadah, menafsirkan,

“Manusia semuanya adalah keturunan Nuh ‘alaihssalam” 1.

Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab sejarah Al-Bidayah wan Nihayah,

“Allah tidak menjadikan seorangpun yang bersama Nabi Nuh dari orang-
orang yang beriman anak dan keturunan kecuali Nuh ‘alaihis salam saja…
Semua yang ada di muka bumi sekarang dinisbatkan kepada ketiga anak
Nabi Nuh yaitu Sam, Ham dan Yafidz”2.

Al-Hamawi menjelaskan,

“Orang pertama yang turun kapal adalah Nuh ‘alaihis salam, ketika beliau
keluar dari kapal, beliau bersama 80 manusia. Mereka membangun tempat
tinggal di tempat itu dan menetap di sana. Kemudian mereka tertimpa wabah
penyakit, sehingga 80 orang tersebut meninggal kecuali Nuh ‘alaihis salam
dan anaknya. Maka beliau adalah Abul Basyar (bapak seluruh manusia)” 3.

***
Artikel Muslim.or.id

4
2. Nabi Ibrahim
Kalau satu bukti kebesaran Allah Ta’ala adalah pada doa Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam ketika membawa Hajar dan Ismail ke tanah ka’bah
Masjidil Haram di Mekkah. Daerah sekitar Ka’bah tidak ada tanaman dan
tandus bahkan sampai sekarang sulit untuk ditanami tanaman. Meskipun
tahu dan mengakui dalam doanya bahwa tanah Mekkah demikian, tetapi
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tetap berdoa agar daerah tersebut diberi rezeki
buah-buahan oleh Allah. Doa Nabi Ibrahim terkabulkan, saat ini buah-
buahan di tanah Mekkah sangat banyak, berlimpah dan beraneka ragam,
buah-buahan tersebut didatangkan dari berbagai daerah di dunia.

Manusia yang terlalu pakai logika, tentu saat itu berpikir mustahil berdoa
seperti itu, tidak ada tumbuhan tapi minta agar ada buah-buahan, akan
tetapi tidak ada yang namanya mustahil dengan doa. Selama doa itu adalah
kebaikan, Allah Maha Mampu mengabulkannya. Ini bukti bahwa manusia
tidak bisa mengandalkan logika dan pikiran saja, karena logika manusia
terbatas. Perlu bimbingan wahyu agar manusia bahagia hidup dunia-akhirat.

Berikut doa Nabi Ibrahim tersebut. Beliau ‘alaihis salam berdoa,

“ Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian


keturunanku di lembah yang TIDAK MEMPUNYAI TANAM-TANAMAN di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari BUAH-
BUAHAN, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37).

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan bahwa tanah Mekkah memang


tidak bisa digunakan untuk menanam, beliau berkata:

“Yaitu tanah Mekkah yang tidak cocok/layak untuk menanam


tumbuhan” [Tafsir As-Sa’diy]

Ibnu Katsir menjelaskan ini adalah bentuk terkabulnya doa Nabi Ibrahim,
beliau berkata:

“Ini adalah bentuk kelembutan, kedermawanan, kasih sayang dan


keberkahan Allah, bahwa di tanah haram Mekkah tidak ada pohon berbuah,
akan tetapi didatangkan buah-buahan dari sekitarnya, untuk mengabulkan
doa kekasih-Nya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.” [Tafsir Ibnu Katsir]

Syaikh Abdurraham As-Sa’diy menjelaskan bahwa buah-buahan yang ada


saat ini, bukan hanya sedikit, tetapi berlimpah ruah dan beraneka ragam.
Beliau berkata,

5
“Allah mengabulkan doa nabi Ibrahim dan didatangkan buah berbagai jenis.
Engkau lihat sekarang di Mekkah semua macam buah-buahan yang banyak
berlimpah ruah.” [Tafsir As-Sa’diy]

Satu pelajaran dari doa Nabi Ibrahim adalah agar kita yakin dengan doa kita
dan jangan menganggap tidak mungkin atau sulit dikabulkan, karena Allah
Maha Mampu Mengabulkan doa.

Hendaknya kita yakin dengan doa kita dan optimis. Rasulullah shallalahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

“JANGANLAH seseorang di antara kalian yang berdo’a dengan ucapan : ‘Ya


Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki’, atau berdo’a :’Ya Allah,
rahmatilah aku jika Engkau menghendaki’, tetapi hendaklah meminta dengan
SUNGGUH-SUNGGUH karena sesungguhnya Allah tidak ada sesuatupun
yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu” (HR. Bukhari & Muslim)

Doa kita pasti dikabulkan oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Rabbmu berfirman:“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan


Kuperkenankan bagimu.Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina
dina.” (Al Mukmin: 60).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh Allah malu untuk mengembalikan tangan yang dipanjatkan


kepadanya dalam kondisi kosong”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau
hasankan)

***
Artikel Muslim.or.id

3. Nabi Yusuf

Yusuf ‘Alaihissalam Bermimpi

Pada suatu malam ketika Yusuf masih kecil, ia bermimpi dengan mimpi yang
menakjubkan. Ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan
bersujud kepadanya. Ketika ia bangun, maka ia langsung mendatangi
ayahnya, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun
langsung memahami takwilnya, dan bahwa akan terjadi pada anaknya suatu
urusan yang besar. Maka ayahnya segera mengingatkan Yusuf agar tidak

6
menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya yang nantinya setan
akan merusak hubungan mereka dan berhasad kepadanya atas pemberian
Allah itu. Yusuf pun menaati saran ayahnya.

Saudara-saudara Yusuf Berniat Buruk Kepada Yusuf

Nabi Ya’qub ‘alaihissalam sangat sayang kepada Yusuf sehingga membuat


saudara-saudaranya merasa iri dengannya. Mereka pun berkumpul untuk
membuat makar kepadanya agar Yusuf dijauhkan dari ayahnya dan kasih
sayang itu beralih kepada mereka.

Salah seorang di antara mereka mengusulkan untuk membunuh Yusuf atau


membuangnya ke tempat yang jauh agar perhatian ayahnya hanya tertumpah
kepada mereka saja, setelah itu mereka bertobat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, akan tetapi di antara mereka ada yang menolak usulan dibunuhnya
Yusuf, ia hanya mengusulkan agar Yusuf dimasukkan ke dalam sumur yang
berada jauh agar nanti ditemukan oleh kafilah yang lewat, lalu mereka
mengambil dan menjualnya. Ternyata usulan inilah yang dipandang baik dan
diterima mereka. Dengan demikian, kesimpulan kesepakatan mereka adalah
hendaknya Yusuf diasingkan dan dijauhkan dari tengah-tengah mereka.
Mulailah mereka berpikir bagaimana caranya agar rencana mereka itu dapat
terlaksana dengan baik. Setelah itu, mereka pun menemukan caranya. Mereka
pun datang kepada ayah mereka dan berkata, “Wahai ayah kami, apa
sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan
baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat)
bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti
menjaganya.”

Nabi Ya’qub berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf sangat


menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan
kamu lengah darinya.”

Mereka menjawab, “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami


golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang
yang rugi.” (QS. Yusuf: 11-14)
Yusuf Dimasukkan ke Dalam Sumur

Maka pada pagi hari, mereka keluar membawa Yusuf ke gurun sambil
menggembala kambing-kambing mereka. Setelah mereka berada jauh dari
ayah mereka, maka mulailah mereka melakukan rencana itu, mereka berjalan

7
hingga tiba di sumur, lalu mereka melepas baju Yusuf dan melempar Yusuf ke
dalamnya. Ketika itu, Allah mewahyukan kepada Yusuf, “Sesungguhnya kamu
akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tidak
ingat lagi.” (QS. Yusuf: 15)
Setelah mereka berhasil memasukkan Yusuf ke sumur, maka mereka berpikir
kembali tentang apa yang akan mereka katakan nanti di hadapan ayah mereka
ketika ayahnya bertanya tentang Yusuf, hingga akhirnya mereka sepakat untuk
mengatakan bahwa seekor serigala memakannya, dan untuk menguatkan
pernyataan mereka itu, mereka sembelih seekor kambing lalu darahnya
mereka lumuri ke baju Yusuf.

Di malam hari, mereka pulang menemui ayahnya dalam keadaan pura-pura


menangis. Nabi Ya’qub pun melihat mereka dan ternyata Yusuf tidak ada di
tengah-tengah mereka, lalu mereka memberitahukan secara dusta, bahwa
ketika mereka pergi untuk pergi berlomba-lomba dan mereka tinggalkan
Yusuf di dekat barang-barangnya, lalu Yusuf dimakan serigala. Selanjutnya
mereka mengeluarkan gamisnya yang berlumuran darah untuk menguatkan
pernyataan mereka.

Tetapi Nabi Ya’qub melihat gamisnya dalam keadaan tidak robek, karena
mereka lupa merobeknya, lalu Ya’qub berkata kepada mereka, “Sungguh aneh
serigala ini, mengapa ia bersikap sayang kepada Yusuf, ia memakannya tanpa
merobek pakaiannya.” Maka Ya’qub berkata kepada mereka menerangkan
kedustaan mereka, “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik
perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku).
Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu
ceritakan.” (QS. Yusuf: 18).

Yusuf Dikeluarkan dari Sumur dan Dibawa ke Mesir

Adapun Yusuf, maka ia tetap berada dalam sumur menunggu adanya orang
yang mau menolongnya. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba datang
sebuah kafilah yang hendak menuju Mesir, lalu mereka ingin menambahkan
persediaan mereka, kemudian mereka mengutus salah seorang dari mereka ke
sumur untuk membawakan air. Ketika ia menurunkan timbanya, maka Yusuf
bergantung kepadanya, lalu orang itu melihat ke isi sumur, ternyata dilihatnya
seorang anak muda yang tampan berpegangan dengannya. Orang ini pun
merasa senang dan memberitahukan kepada kawan-kawannya yang lain, lalu
mereka mengeluarkan Yusuf dan membawanya bersama mereka menuju
Mesir untuk dijual.

8
Pada suatu hari, Al ‘Aziz berkeliling di pasar untuk membeli seorang anak buat
dirinya, karena ia tidak punya anak. Kemudian kafilah itu menawarkan Yusuf
kepadanya, lalu raja Al ‘Aziz membelinya dengan harga beberapa dirham saja.

Kemudian Al Aziz pulang ke istrinya dalam keadaan senang karena membeli


seorang anak. Ia juga menyuruh istrinya memuliakan anak tersebut dan
berbuat baik kepadanya, mungkin saja ia dapat bermanfaat bagi keduanya
atau dijadikan sebagai anak angkat. Demikianlah Allah memberikan kekuasaan
kepada Yusuf di bumi sehingga ia hidup di bawah kasih sayang Al ‘Aziz dan
pengurusannya.

Istri Al Aziz Menggoda Yusuf

Waktu pun berlalu dan Yusuf semakin dewasa, ia tumbuh sebagai pemuda
yang kuat dan sangat tampan. Istri Al ‘Aziz selalu memperhatikan Yusuf setiap
harinya dan tertarik kepadanya, mulailah ia menampakkan rasa sukanya
melalui isyarat dan sindiran, tetapi Yusuf berpaling darinya dan tidak peduli
terhadapnya, maka mulailah wanita ini berpikir bagaimana caranya agar dapat
merayu Yusuf.

Suatu hari, ketika suaminya pergi meninggalkan istana, istrinya memanfaatkan


kesempatan itu, ia berhias dan memakai pakaian yang indah, mengunci pintu
rumahnya dan mengajak Yusuf untuk masuk ke kamarnya serta memintanya
melakukan perbuatan keji dengannya.
Akan tetapi Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan sifat ‘iffah (menjaga diri) dan
sucinya menolak ajakannya, ia berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh
tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang
yang zalim tidak akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)
Lalu Yusuf segera pergi menuju pintu untuk keluar dari tempat itu, namun istri
Al ‘Aziz tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia segera menarik Yusuf dari
belakang untuk menghalanginya keluar dan menahan gamisnya hingga robek.
Tiba-tiba, suaminya yaitu Al Aziz (mentri Mesir) pulang, suasana pun semakin
kritis, istri Al ‘Aziz segera meloloskan diri dari keadaan kritis itu di hadapan
suaminya dan menuduh Yusuf sebagai orang yang khianat serta berupaya
menzaliminya, ia pun berkata kepada suaminya, “Apakah pembalasan terhadap
orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan
atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (QS. Yusuf: 25)

Terhadap tuduhan itu Nabi Yusuf segera membela diri dan berkata, “Dialah
yang merayu diriku.”

9
Maka suaminya meminta penyelesaian kepada salah seorang keluarganya, lalu
aggota keluarga itu berkata tanpa ragu, “Lihatlah! Jika baju gamisnya koyak di
depan, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.–
Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita Itulah yang dusta, dan
Yusuf termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Yusuf: 26-27)

Lalu suaminya menoleh kepada istrinya, dan berkata


kepadanya, “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu,
sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.” (QS. Yusuf: 28)
Selanjutnya Al ‘Aziz meminta Yusuf untuk membiarkan masalah ini dan tidak
membicarakannya di depan seorang pun, lalu suaminya meminta istrinya
meminta ampun kepada Allah atas dosa dan kesalahannya.

Penduduk Mesir meskipun mereka menyembah patung, namun mereka tahu


bahwa yang dapat mengampuni dan menyiksa hanyalah Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Oleh karenanya Al ‘Aziz menyuruh istrinya meminta ampun kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berkumpulnya Wanita-wanita Mesir Atas Undangan Istri Al ‘Aziz

Semua pihak pun sepakat untuk menyembunyikan masalah ini, namun


demikian ternyata berita merayunya istri Al ‘Aziz kepada Yusuf telah tersebar
di istana, dan wanita-wanita kota itu pun telah membicarakannya, yakni bahwa
istri Al ‘Aziz menggoda pelayannya, yaitu Yusuf.

Istri Al ‘Aziz pun mengetahui keadaan itu hingga ia marah dan ingin
menunjukkan alasan terhadap tindakannya itu kepada kaum wanita yang
membicarakan dirinya, dan bahwa ketampanan Yusuf itulah yang membuat
dirinya melakukan hal itu.

Maka istri Al ‘Aziz mengundang kaum wanita kepadanya dan ia telah


mempersiapan untuk mereka tempat yang istimewa, ia juga telah memberikan
masing-masing mereka sebilah pisau beserta buahnya, lalu istri Al ‘Aziz
menyuruh Yusuf keluar.

Yusuf pun keluar menuruti perintah majikannya, maka ketika kaum wanita
melihatnya, mereka semua terpesona dengan ketampanannya dan tanpa sadar
mereka melukai tangan mereka dengan pisau, sampai-sampai mereka semua
mengira bahwa Yusuf adalah seorang malaikat. Istri Al ‘Aziz pun berkata,
“Itulah orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan
sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku)

10
akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang
aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan
termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Yusuf: 32)

Yusuf Memilih di Dalam Penjara

Maka kaum wanita pun menerima alasan istri Al ‘Aziz, dan ketika Yusuf
melihat keadaan seperti itu, ia berdoa, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku
sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau
hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk
(memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang
bodoh.” (QS. Yusuf: 33)
Hampir saja terjadi fitnah di Madinah karena rasa cinta kaum wanita kepada
Yusuf, maka pihak berwenang memandang bahwa Yusuf perlu dipenjarakan
sampai waktu tertentu.

Mereka pun memenjarakan Yusuf dan tinggallah Yusuf di penjara selama


beberapa waktu, dan ternyata ada pula dua orang yang masuk penjara
bersamanya, yang satu sebagai tukang roti, sedangkan yang satu lagi tukang
pemberi minum raja. Keduanya melihat akhlak Nabi Yusuf yang begitu mulia
dan ibadah yang dilakukannya yang mengagumkan sehingga keduanya
mendatangi Yusuf dan menceritakan mimpi keduanya kepada Yusuf
sebagaimana yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya, “Berkatalah salah
seorang di antara keduanya, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku
memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi,
bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.”
berikanlah kepada kami takwinya; sesungguhnya kami memandang kamu
termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan mimpi).” (QS. QS. Yusuf: 36)
Maka Nabi Yusuf menakwil mimpi keduanya, namun sebelumnya Nabi Yusuf
mengajak mereka beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadah
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Selanjutnya, Ia
menakwil mimpi mereka berdua, bahwa di antara mereka berdua ada yang
akan keluar dari penjara dan kembali bekerja seperti semula memberi minum
kepada raja, sedangkan yang satu lagi akan disalib dan burung akan memakan
kepalanya.

Sebelum pemberi minum dikeluarkan dari penjara, Nabi Yusuf meminta


kepadanya agar menyampaikan masalah dirinya kepada raja bahwa dia
tidaklah bersalah dan bahwa dia dipenjara secara zalim agar Ia dimaafkan dan
dikeluarkan dari penjara, tetapi setan membuat tukang pemberi minum raja ini
lupa tidak menyebutkan masalah Yusuf kepada raja sehingga Yusuf tetap

11
tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Maka berlalulah waktu dan
terjadilah apa yang ditakwikan Yusuf itu terhadap keduanya.

Kesedihan Ya’qub Semakin Bertambah Namun Tetap Tidak


Berputus Asa

Maka ayah mereka pergi meninggalkan anak-anaknya dan mulai menangisi


Yusuf dan saudaranya sampai matanya buta karena rasa sedih yang
mendalam, lalu anak-anak mereka berkata, “Demi Allah, kamu senantiasa
mengingat Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau
termasuk orang-orang yang binasa”.
Yakni sehingga badannya semakin kurus dan kekuatannnya semakin lemah.

Ya’qub menjawab, “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan


kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu
tidak mengetahuinya.”

Maka Nabi Ya’qub meminta mereka mencari Yusuf dan saudaranya, ia


menyadari sebagai seorang mukmin bahwa dirinya tidak boleh berputus asa
dari rahmat Allah. Selanjutnya anak-anaknya pergi menuju Mesir pada
kesekian kalinya untuk mencari saudara mereka dan mencari sebagian
makanan dengan membawa barang-barang yang kurang berharga. Ketika
mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata, “Wahai al-Aziz! Kami dan
keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa
barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk
kami, dan bersedekahlah kepada Kami, sesungguhnya Allah memberi balasan
kepada orang-orang yang bersedekah.”

Yusuf Memberitahukan Jati Dirinya

Lalu Yusuf menimpali kata-kata mereka secara tiba-tiba dengan ucapan ini,
“Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap
Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu
itu?”.
Mereka pun balik menjawab, “Mereka berkata, “Apakah kamu ini benar-benar
Yusuf?”.

Yusuf menjawab, “Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barang siapa yang
bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang berbuat baik.”

12
Maka saudara-saudaranya pun meminta maaf kepadanya dan mengakui
kesalahannya, lalu Yusuf memaafkannya dan memintakan ampunan kepada
Allah untuk mereka, lalu Yusuf bertanya kepada mereka tentang ayahnya. Dari
berita yang disampaikan, Yusuf mengetahui bahwa ayahnya telah buta
matanya karena kesedihannya atas kehilangan Yusuf, lalu Yusuf berkata
kepada mereka, “Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu
letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah
keluargamu semuanya kepadaku.”

Kemudian mereka membawa gamisnya dan keluar dari Mesir menuju


kampung mereka di Palestina. Di tengah perjalanan, sebelum kafilah itu
datang, Nabi Ya’qub telah merasakan wangi Nabi Yusuf, ia berkata,
“Sesungguhnya aku mencium wangi Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku
lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)“.
Keluarganya berkata, “Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam
kekeliruanmu yang dahulu.”

Pertemuan Yusuf dengan Ayahnya

Setelah berlalu beberapa hari, saudara-saudara Yusuf kembali kepada ayahnya


dan memberitahukan kabar gembira tentang saudara mereka Yusuf, lalu
mereka mengeluarkan gamis Yusuf dan meletakkan ke wajah ayahnya, maka
penglihatannya pun kembali normal.

Ketika itu, saudara-saudara Yusuf meminta kepada ayahnya agar memintakan


ampunan untuk mereka kepada Allah, maka Nabi Ya’qub menjanjikan akan
memintakan ampunan untuk mereka nanti di waktu sahur, karena waktu
tersebut lebih mustajab.

Selanjutnya Ya’qub beserta anak-anaknya (Bani Israil) pergi meninggalkan


Palestina menuju Mesir, dan saat mereka masuk ke negeri Mesir, maka mereka
disambut dengan sambutan yang besar. Yusuf juga memuliakan kedua orang
tuanya dan menempatkannya di kursinya. Ketika itu, Ya’qub dan istrinya
beserta sebelas anaknya tidak sanggup menahan dirinya untuk sujud sebagai
penghormatan kepada Yusuf, dan ingatlah Yusuf akan mimpinya terdahulu
ketika ia masih kecil; dan bahwa matahari dan bulan adalah ibu dan bapaknya,
sedangkan sebelas bintang adalah saudara-saudaranya. Yusuf berkata, “Wahai
ayahku Inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah
menjadikannya suatu kenyataan. dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat
baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika
membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan

13
(hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Yusuf: 100)

Ketika Nabi Yusuf memegang pemerintahan Mesir, maka Yusuf menggunakan


kesempatan itu untuk mengajak rakyatnya menyembah Allah dan setelah
selesai urusannya dan ia merasa bahwa hidupnya tidak lama, ia pun berkata
sambil mengakui nikmat Allah, menyukurinya dan berdoa agar tetap di atas
Islam sampai akhir hayat, Yusuf berkata, ” Wahai Tuhanku, sesungguhnya
Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah
mengajarkan kepadaku sebahagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta
langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah
aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang
saleh.” (QS. Yusuf: 101)

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang orang yang paling mulia? Beliau
menjawab, “Yaitu orang yang paling bertakwa.” Maka para sahabat berkata,
“Bukan ini maksud pertanyaan kami?” Beliau pun bersabda, “Yaitu Yusuf
seorang Nabi Allah putera Nabi Allah putera Nabi Allah putera kekasih Allah.”
Kisah Nabi Yusuf ini secara panjang lebar disebutkan Allah dalam surah Yusuf.

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa


nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

***
Artikel kisahmuslim.com

4. Nabi Musa
Maka berangkatlah Musa menuju Mesir bersama keluarganya, sehingga ketika
mereka merasakan kegelapan, mereka duduk beristirahat agar dapat
melanjutkan perjalanan lagi. Ketika itu, cuaca sangat dingin sekali, maka Musa
pun mencari sesuatu untuk dapat menghangatkan badannya, ia pun melihat
api dari jauh, lalu meminta keluarganya menunggu di situ agar ia dapat
mengambil sesuatu untuk menghangatkan badan. Maka Musa pun pergi
mendatangi api itu dengan membawa tongkatnya.

Lebih dari seorang mufassir baik dari kalangan salaf maupun khalaf berkata,
“Nabi Musa pergi menuju api yang dilihatnya itu dan setelah sampai di sana,

14
didapatinya api itu menyala-nyala di sebuah pohon hijau, yaitu pohon Ausaj
(jenis pohon yang berduri), apinya semakin menyala, kehijaun pohon itu juga
semakin bertambah, maka Musa berdiri dalam keadaan takjub dan ketika itu
pohon tersebut di kaki gunung di sebelah Barat dan berada di sebelah kanan
Nabi Musa sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan tidaklah kamu (Muhammad)
berada di sisi yang sebelah Barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada
Musa, dan tidak pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan.” (QS. Al
Qashshash: 44)

Saat itu Musa berada di lembah yang bernama Thuwa, sambil menghadap
kiblat, sedangkan pohon itu berada di kanannya di sebelah Barat, lalu
Tuhannya memanggilnya,

“Wahai Musa.–sesungguhnya aku Inilah Tuhanmu, maka lepaskanlah kedua


sandalmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci; Thuwa.– Dan Aku
telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
(kepadamu).–Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.– Segungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku
merahasiakan (waktunya) agar setiap diri itu dibalas dengan apa yang ia
usahakan.–Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh
orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa
nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa.” (QS. Thaahaa: 11-16)

Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla bertanya kepadanya tentang tongkat yang


dipegangnya –dan Dia lebih tahu-, Musa menjawab, “Ini adalah tongkatku, aku
bersandar kepadanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan
bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” (QS. Thaahaa: 18)

Maka Allah menyuruhnya untuk melempar tongkatnya. Musa pun


melemparnya, maka tongkat itu berubah menjadi ular yang besar dan
bergerak dengan cepat, lalu Musa berpaling lari karena takut, lalu Allah
menyuruhnya kembali dan tidak takut, karena ular itu akan kembali menjadi
tongkat seperti sebelumnya, kemudian Musa mengulurkan tangannya ke ular
itu untuk mengambilnya, ternyata ular itu langsung berubah menjadi tongkat.

Nabi Musa kulitnya berwarna coklat, lalu Allah memerintahkan kepadanya


untuk memasukkan tangannya ke dalam bajunya kemudian mengeluarkannya,
Musa pun melakukannya, lalu tampaklah warna putih yang jelas. Keduanya
Allah jadikan sebagai mukjizat untuk Nabi Musa ‘alaihissalam di samping

15
mukjizat-mukjizat yang lain untuk menguatkan kerasulannya ketika
berhadapan dengan Fir’aun dan para pembesarnya.

Dakwah Nabi Musa ‘Alaihissalam kepada Fir’aun

Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi Musa pergi


mendatangi Fir’aun untuk mendakwahinya, maka Nabi Musa mau
memenuhinya, akan tetapi sebelum ia berangkat, ia berdoa kepada Tuhannya
meminta taufiq dan meminta kepada-Nya bantuan, Musa berkata, “Ya
Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku–Dan mudahkanlah untukku
urusanku,–Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,–Agar mereka mengerti
perkataanku,–Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,–
(yaitu) Harun, saudaraku,–Teguhkanlah dengannya kekuatanku,–Dan
jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku,–agar kami banyak bertasbih kepada
Engkau,–dan banyak mengingat Engkau.–Sesungguhnya Engkau adalah Maha
melihat (keadaan) kami.” (QS. Thaahaa: 25-35)

Maka Allah mengabulkan permohonannya, lalu Musa ingat bahwa ia pernah


membunuh orang Mesir, ia takut kalau nanti mereka membunuhnya, maka
Allah menenangkannya, bahwa mereka tidak akan dapat menyakitinya
sehingga Musa pun tenang (lihat Al Qashash: 35).

Musa pun melanjutkan perjalanannya ke Mesir dan memberitahukan kepada


Harun apa yang terjadi antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala agar
Harun ikut serta menyampaikan risalah kepada Fir’aun dan kaumnya dan
membantunya mengeluarkan Bani Israil dari Mesir, maka Harun pun
bergembira atas berita itu, ia pun ikut berdakwah bersama Musa.
Fir’aun adalah seorang yang kejam dan berlaku zalim terhadap Bani Israil,
sehingga Nabi Musa dan Nabi Harun berdoa kepada Allah agar
menyelamatkan keduanya dari tindakan aniaya dari Fir’aun, lalu
Allah Ta’ala berfirman meneguhkan hati keduanya, “Janganlah kamu berdua
khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat”.–Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan Katakanlah,
“Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani
Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya
kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami)
dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti
petunjuk.–Sesungguhnya telah diwahyukan kepada Kami bahwa siksa itu
(ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.” (QS.
Thaahaa: 46-48)

16
Maka ketika Musa dan harun berangkat, mulailah keduanya mengajak mereka
kepada Allah dan berusaha membawa Bani Israil dari penindasan Fir’aun, akan
tetapi Fir’aun mengejek keduanya dan mengolok-olok apa yang mereka
berdua bawa serta mengingatkan Musa, bahwa dirinyalah yang mengurus
Musa di istananya dan terus membesarkannya hingga ketika dewasa Musa
membunuh orang Mesir dan pergi melarikan diri.

Maka Nabi Musa ‘alaihissalam berkata, “Aku telah melakukannya, sedang aku
di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.–Lalu aku lari meninggalkan
kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku
ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.—Budi baik
yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah
memperbudak Bani Israil.” (Lihat Asy Syu’araa: 20-22)

Fir’aun pun bertanya, “Siapa Tuhan semesta alam itu?”

Musa menjawab, “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-
Nya”.

Fir’aun berkata kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya, “Apakah kamu


tidak mendengarkan?”

Musa berkata (pula), “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu
yang dahulu”.

Fir’aun berkata, “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian


benar-benar orang gila.”

Musa berkata, “Tuhan yang menguasai Timur dan Barat dan apa yang ada di
antara keduanya; (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.”

Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selainku, aku akan
menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.” (Lihat Asy Syu’araa: 23-
29)

Kemudian Nabi Musa menawarkan kepadanya bukti yang membenarkan


kerasulannya. Maka Fir’aun meminta ditunjukkan buktinya jika Musa memang
benar. Nabi Musa pun melempar tongkatnya dan berubahlah tongkat itu
menjadi ular yang besar sehingga orang-orang terkejut dan takut terhadap
ular itu. Kemudian Musa menjulurkan tangannya ke ular itu, maka ular itu

17
kembali seperti biasa menjadi tongkat. Kemudian Musa memasukkan
tangannya ke leher bajunya, lalu ia keluarkan, tiba-tiba tampak warna putih
berkilau.

Perlawanan Nabi Musa ‘Alaihissalam dengan Para Penyihir dan


Masuk Islamnya Para Penyihir

Ketika ditunjukkan bukti-bukti itu, Fir’aun malah menuduhnya sebagai


penyihir, lalu ia meminta untuk dikumpulkan para penyihirnya dari segenap
tempat untuk melawan Musa. Maka ditetapkanlah hari raya sebagai hari
pertunjukan itu yang dimulai pada waktu dhuha di tempat yang lapang di
hadapan Fir’aun. Fir’aun juga mengumumkan pertemuan itu kepada kaumnya
agar mereka semua hadir menyaksikan.

Tibalah hari pertunjukan itu dalam keadaan ramai dihadiri oleh banyak
manusia, mereka ingin melihat apakah Musa yang menang ataukah para
penyihir?

Sebelum Fir’aun keluar mendatangi Musa, ia berkumpul terlebih dahulu


dengan para penyihir dan memberikan dorongan kepada mereka, dimana jika
mereka menang, maka ia akan memberikan berbagai kesenangan berupa
harta dan kedudukan.

Sesaat kemudian, Fir’aun keluar menuju lapangan pertandingan, sedangkan di


belakangnya terdapat para penyihir, lalu ia duduk di tempat khusus baginya
dengan didampingi para pelayannya, kemudian para penyihir berdiri di
hadapan Nabi Musa dan Harun.

Selanjutnya Fir’aun mengangkat tangannya untuk memberitahukan bahwa


pertandingan siap dimulai, lalu para penyihir menawarkan dua hal kepada
Musa, yaitu apakah Musa yang pertama kali melempar tongkatnya ataukah
merela lebih dulu? Maka Nabi Musa membiarkan mereka dulu yang memulai.

Para penyihir pun melempar tali dan tongkat, sambil menyihir mata manusia
sehingga menurut pandangan manusai bahwa tongkat dan tali tersebut
berubah menjadi ular yang gesit dan bergerak di hadapan mereka, sehingga
orang-orang takut terhadapnya, bahkan Nabi Musa dan Harun merasa takut
terhadapnya, lalu Alllah memberikan wahyu kepada Musa agar ia tidak takut
dan melempar tongkatnya, maka Nabi Musa dan saudaranya (Nabi Harun)
tenang karena perintah Allah itu.

18
Nabi Musa pun melempar tongkatnya, maka tongkat itu berubah menjadi ular
yang besar yang menelan tali para penyihir dan tongkat mereka. Ketika para
penyihir melihat apa yang ditunjukkan Nabi Musa ‘alaihissalam, maka mereka
pun mengakui, bahwa itu adalah mukjizat dari Allah dan bukan sihir.
Kemudian Allah melapangkan hati mereka untuk beriman kepada Allah dan
membenarkan apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam, mereka pun
akhirnya hanya bersujud kepada Allah sambil menyatakan keimanan mereka
kepada Tuhan Musa dan Harun.

Ketika itulah Fir’aun semakin geram dan mulai mengancam para penyihir, ia
berkata kepada mereka, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa)
sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah
pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya
aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara
bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada
pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di
antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.” (QS. Thaahaa: 71)

Meskipun begitu, para penyihir tidak takut terhadap ancaman itu setelah Allah
mengaruniakan keimanan kepada mereka, mereka berkata, “Kami sekali-kali
tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat)
yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan
kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya
kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.–
Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami
melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).–
Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa,
maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan
tidak (pula) hidup.–Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan
beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka Itulah
orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),–(yaitu)
surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di
dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan
kemaksiatan).” (QS. Thaahaa: 72-76)

***
Artikel kisahmuslim.com

19
5. Nabi Daud

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami
berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang
bersama Daud," dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju
besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang
saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. 34:10-11)

Abdullah bin Amru berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata


kepadaku: "Puasa yang paling Allah cintai adalah puasa Nabi Daud Alaihissalam,
yaitu dia berpuasa satu hari dan berbuka satu hari dan shalat yang paling Allah
sukai adalah shalatnya Nabi Daud Alaihissalam pula, yaitu dia tidur hingga
pertengahan malam lalu bangun mendirikan shalat pada sepertiga malam dan tidur
lagi di akhir seperenam malamnya". (HR. Bukhari) No. 3167. Shahih.

Dari Abu Hurairah radliallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Telah dimudahkan bagi Nabi Daud alaihi salam membaca al-Qur an (Kitab
Zabur). Dia pernah memerintahkan agar pelana hewan-hewan tunggangannya
disiapkan, maka dia selesai membaca Kitab sebelum pelana hewan tunggangannya
selesai disiapkan, dan dia tidak memakan sesuatu kecuali dari hasil usaha
tangannya sendiri". Musa bin Uqbah meriwayatkan dari Shafwan dari Atha bin
Yasar dari Abu Hurairah radliallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.
(HR. Bukhari) No. 3164 / 3417 Fathul Bari. Shahih

6. Nabi Sulaiman

Kisah Nabi Sulaiman Menyembelih Kuda Karena Allah, Lalu Allah


Menggantinya dengan (Anugerah) Angin yang Tunduk Kepadanya

Allah Ta’ala berfirman,


“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Tuhannya). (Ingatlah) ketika
dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat

20
waktu berlari pada waktu sore, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai
kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat
Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. “Bawalah semua kuda itu
kembali kepadaku”. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu.” (Shaad: 30-33).

Allah menyebutkan, bahwa Dia menganugerahkan kepada Daud putera


bernama Sulaiman `alaihis salam. Allah memuji Sulaiman bahwa dia banyak
kembali kepada-Nya, lalu Allah menyebutkan perkaranya tentang kuda.

Berikut ini kisahnya:

Sulaiman `alaihis salam begitu cintanya kepada kuda untuk digunakan jihad di
jalan Allah. Beliau memiliki kuda-kuda yang kuat, cepat dan bersayap. Kuda-
kudanya berjumlah 20 ribu. Ketika ia memeriksa dan mengatur kuda-kuda
tersebut, ia ketinggalan shalat Ashar karena lupa, bukan di sengaja. Saat ia
mengetahui bahwa ia ketinggalan melakukan shalat karena kuda-kuda
tersebut, ia pun bersumpah, ‘Tidak, demi Allah, janganlah kalian (kuda-kudaku)
melalaikanku dari menyembah Tuhanku.’ Lalu beliau memerintahkan agar
kuda-kuda itu disembelih. Maka beliau memukul leher-leher dan urat-urat
nadi kuda-kuda tersebut dengan pedang. Ketika Allah mengetahui hamba-
Nya yang bernama Sulaiman menyembelih kuda-kuda tersebut karena Diri-
Nya, karena takut dari siksa-Nya serta karena kecintaan dan pemuliaan
kepada-Nya, karena dia sibuk dengan kuda-kuda tersebut sehingga habis
waktu shalat.

Sebab hal tersebut, Allah lalu menggantikan untuknya sesuatu yang lebih baik
dari kuda-kuda tersebut, yakni angin yang bisa berhembus dengan
perintahnya, sehingga akan menjadi subur daerah yang dilewatinya,
perjalanannya sebulan dan kembalinya juga sebulan. Dan tentu, ini lebih cepat
dan lebih baik daripada kuda. Karena itu, benarlah sabda Rasulullah shallallahu
`alaihi wasallam,
“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada
Allah kecuali Allah akan memberimu (sesuatu) yang lebih baik daripadanya.”
(HR. Ahmad dan Al-Baihaqi, hadits shahih).

***
Artikel kisahmuslim.com

21
7. Nabi Isa

Lahirnya Nabi Isa bin Maryam

Nabi Isa adalah di antara nabi dan rasul Allah. Berbeda dengan manusia
lainnya, Nabi Isa terlahir tanpa seorang ayah. Dan ibunya adalah seorang
wanita suci dan shalihah. Demikianlah jika Allah menghendaki sesuatu terjadi,
maka ia akan terjadi.

Adam, Allah ciptakan tanpa perantara ayah dan ibu. Hawa lahir tanpa campur
tangan wanita. Dan Isa hanya dari seorang ibu.

Maryam Melahirkan Manusia Mulia

Maryam adalah seorang wanita shalihah yang menjaga diri dan kehormatan.

Berita tentang kelahiran Nabi Isa menyebar perlahan. Satu per satu orang
tahu, bahwa Maryam yang tak bersuami melahirkan anak laki-laki. Saat hendak
melahirkan putranya, Maryam menyendiri di ujung timur Masjid al-Aqsha.

“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan


kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Quran: Maryam Ayat 22).

Lahirlah Nabi Isa di tempat tersebut.

Maryam menyepi dan menyendiri. Ia takut beredar fitnah tentang dirinya di


masyarakat. Tentu mereka akan bertanya dari mana ia peroleh anak itu? Mana
suamimu? Apakah dari zina? Siapakah bapaknya? Dan tuduhan lainnya. Ia
takut akan semua gunjingan itu. Peristiwa ini sangat berat baginya. Seorang
wanita tak akan tahan jika kehormatannya dijadikan hina. Maryam adalah
wanita shiddiqah. Ahli ibadah. Ia mengabdikan diri di tempat yang suci. Di
tanah yang mulia dan qudus.

Disebutkan, keluarganya pun menanyakan tentang putranya. Tentang Isa bin


Maryam. Mereka bertanya, “Apakah bisa tanaman tumbuh tanpa benih?” “Bisa.
Siapakah yang pertama menciptakan tanaman? Jawab Maryam, retoris.

22
Mereka kembali bertanya, “Bisakah pohon tumbuh tanpa air?” “Bisa. Siapakah
yang menciptakan pohon pertama kali?” jawab Maryam. Mereka bertanya lagi
untuk yang ketiga kali, “Bisakah seorang anak lahir tanpa seorang ayah?”
Maryam menjawab, “Bisa. Sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah
dan ibu”. Mereka pun diam.

Keluarga Maryam adalah orang yang mencintai dan mengenalnya Mereka pun
tetap mempertanyakan. Timbul sebersit rasa di hati mereka. Lalu bagaimana
pula dengan orang-orang yang jauh, orang-orang fasik, apa yang akan mereka
katakan?

Manusia dalam keadaan Nabi Isa ini terbagi menjadi tiga:

Pertama: Orang-orang Yahudi. Mereka menuduhnya sebagai anak zina, karena


menurut mereka Maryam berzina dengan Yusuf an-Najjar.

Kedua: Orang-orang Nasrani. Mereka menganggap Isa sebagai anak Allah.


Dan Maha Suci Allah dari yang demikian.

Ketiga: Orang-orang Islam. Mereka memuliakan Nabi Isa sebagai seorang nabi
dan rasul. Namun tidak berlebih-lebihan terhadapnya, dengan mengimaninya
sebagai hamba Allah.

Maryam pergi ke Betlehem. Saat sampai di sana ia berucap,

“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang
yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (Quran: Maryam Ayat 23).

Ia berharap seandainya mati, karena beratnya keadaan. Lalu Allah menghibur


Maryam dengan,

“Maka menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati,
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan
goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan
menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan
bersenang hatilah kamu.” (Quran: Maryam Ayat 24-26).

23
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menyeru Maryam dalam
ayat ini. Said bin Jubair, adh-Dhahhak, Amr bin Maimun dll. menyatakan
bahwa itu Jibril. Mujahid, al-Hasan, dll. menyatakan bahwa Nabi Isa berbicara
kepada Maryam. Ia menghiburnya, ‘Wahai Ibu, janganlah bersedih’. Sang anak
menunjukkan bahwa kelahirannya adalah mukjizat dan karunia dari Allah ‫ﷻ‬.
Maryam pun menjadi tenang.

Maryam Bertemu Kaumnya

Setelah merasakan ketenangan, Maryam pulang dan bertemu kaumnya.


Mereka berkata,

Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya.


Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu
yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali
bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”.
(Quran: Maryam Ayat 27-28).

Berbeda dengan keluarganya yang mempertanyakan keadaannya, orang-


orang fasik langsung menuduh Maryam. Mereka cerca Maryam dengan telah
melakukan sesuatu yang sangat mungkar, yakni perzinahan. Mereka bawa-
bawa kedua orang tuanya yang baik-baik, agar Maryam semakin malu.

Mereka tuduh Nabi Zakariya lah yang menzinainya. Tanpa pengadilan, mereka
hakimi Zakariya dengan membunuhnya. Di antara mereka juga ada yang
menuduh Yusuf an-Najjar, sepupu Maryam, adalah bapaknya Isa.

Isa, Bayi Yang Penuh Berkah


Maryam mengetahui, anaknya mampu berbicara dan bersaksi untuk mereka. Ia
pun mengatakan,

“…maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana


kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” (Quran:
Maryam Ayat 29).

24
Isa memberikan jawaban dan persaksian, membantah tuduhan keji yang
dilemparkan pada ibunya.

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil)
dan Dia menjadikan aku seorang nabi,” (Quran: Maryam Ayat 30).

Kalimat pertama dari lisan Isa menegaskan bahwa dia adalah hamba Allah ‫ﷻ‬,
bukan anak Tuhan. Sekaligus juga membantah tuduhan kaumnya terhadap
ibunya. Ia membantah orang yang mengatakannya anak Allah atau anak zina.

“…dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,
dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari
aku dibangkitkan hidup kembali”. (Quran: Maryam Ayat 31-33).

Penjelasan Al-Quran tentang Nabi Isa:

“Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang
mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah
mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka
Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.” (Quran: Maryam
Ayat 34-35).

Kedudukan Nabi Isa ‘alaihissalam Dalam Islam

Di dalam Alquran, Allah telah menjelaskan kedudukan Nabi


Isa ‘alaihissalam yang sesungguhnya, bahwa beliau adalah salah satu
hamba terbaik pilihan Allah dan juga utusan-Nya yang memiliki kedudukan
tinggi dan mulia di sisi-Nya. Bukan sebagaimana yang diyakini oleh orang-
orang Yahudi yang mengatakan beliau adalah anak zina. Bukan pula orang-
orang Nasrani bahwa beliau adalah Allah atau anak Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah keyakinan buruk mereka ini


dalam firman-Nya,

25
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat
kepadanya dan Kami jadikan Dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah)
untuk Bani lsrail.” (Az-Zukhruf: 59)

“Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah,


kalimat-Nya yang Ia kirimkan kepada Maryam, dan juga roh (ciptaan) dari-
Nya.” (An-Nisaa’: 171)

Syaikh Abdurrahman bin Hasan mengatakan bahwa maksud dari Isa adalah
kalimat Allah yaitu Allah menciptakan beliau dengan kalimat-Nya, “”‫ك ن‬.
Sedangkan maksud dari Roh ialah Isa ‘alaihissalam merupakan salah satu
dari sekian banyak roh yang telah Allah ciptakan. 3 Dan beliau bukanlah roh
kudus, karena roh kudus itu ialah Jibril ‘alaihissalam sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh para ahli tafsir dari kalangan sahabat dan yang setelah
mereka.4

Dari ayat ini, kita dapati betapa mulia dan agungnya kedudukan Nabi
Isa ‘alaihissalam di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga Allah sebutkan beliau
sebagai kalimat dan juga roh-Nya. Dan idhafah (penyandaran) pada ayat ini
merupakan bentuk penghormatan kepada beliau.

Dakwah Nabi Isa ‘alaihissalam

Dakwah beliau tidak berbeda dengan dakwahnya para Nabi dan Rasul yang
lain, yaitu mengajak manusia untuk beriman dan beribadah hanya kepada
Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya saja, Nabi Isa ‘alaihissalam diutus khusus
kepada Bani Israil. Berbeda dengan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam yang diutus kepada semua makhluk, dari kalangan jin dan
manusia.

“Dan (Allah jadikan Isa) sebagai Rasul (yang diutus) kepada Bani Israil (dan
berkata kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu
dengan membawa ayat (mukjizat) dari Rabb-mu.” (Al-Quran Surat Ali ‘Imran:
49)

Di antara yang beliau serukan kepada Bani Israil adalah apa yang Allah
abadikan dalam kitab-Nya,

“Dan (Isa) Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabb-ku dan
juga Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah (dalam ibadahnya), maka Allah haramkan surga untuknya,
dan tempat kembalinya ialah neraka. Dan orang-orang zalim itu tidak
memiliki seorang penolong pun (yang akan menolongnya dari siksa api
neraka).” (Al-Quran Surat Al-Maaidah: 72)

“Sesungguhnya Allah itu Rabb-ku dan juga Rabb kalian, maka beribadahlah
kepada-Nya. Inilah jalan yang lurus.” (Al-Quran Surat Ali-‘Imran: 51)

26
Walau Allah telah menganugerahi banyak mukjizat yang menunjukkan
kenabian beliau, dan membenarkan kerasulan beliau, hanya sebagian saja
yang menyambut dan menerima dakwah beliau. Mereka adalah al-
hawariyyun yang menjadi pengikut dan penolong setia beliau.

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah


sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya
yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk
menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata,
“Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.” Maka (dengan begitu),
segolongan dari Bani Israil beriman (al-hawariyyun) dan segolongan lain
kafir.” (Al-Quran Surat Ash-Shaff: 14)

Siapa yang disalib???

Sejak zaman Nabi Musa ‘alaihissalam, Bani Israil telah menunjukkan sikap-
sikap melampaui batas. Mereka telah dikenal sebagai kaum yang sombong,
berhati keras, pembangkang, suka berbohong dan ingkar janji, selalu
mengingkari nikmat dan ayat-ayat Allah serta hobi mengakal-akali perintah
dan larangan Allah. Karenanya, Allah selalu mengutus para Nabi kepada
mereka untuk membimbing dan menuntun mereka ke jalan yang benar, serta
menegakkan hukum Allah di tengah-tengah mereka.

Akan tetapi, ketika ada Nabi yang diutus kepada mereka, selalu saja
mendapat ancaman kejahatan tangan-tangan mereka. Dan mereka tidak
segan-segan membunuh para Nabi yang diutus kepada mereka. Di antara
Nabi yang Allah utus kepada mereka adalah Isa ‘alaihissalam.

Tidak berbeda dengan nabi-nabi yang lain, Isa ‘alaihissalam juga mendapat
perlakuan yang sama dari Bani Israil berupa pendustaan, pengingkaran,
gangguan, dan permusuhan.

Tatkala Allah mengutusnya kepada mereka dengan bukti-bukti dan juga


petunjuk, mulailah mereka iri dan dengki terhadap beliau karena kenabian
dan mukjizat-mukjizat luar biasa yang Allah berikan kepada beliau. Karena
dasar kedengkian itulah mereka mengingkari kenabian Isa ‘alaihissalam dan
kemudian memusuhi serta menyakiti beliau.

Betapa besar permusuhan yang mereka sulutkan sehingga tidak


membiarkan beliau ‘alaihissalam menetap di negeri bersama mereka.
Bahkan beliau bersama ibunya selalu berkelana, berpindah-pindah tempat
karena ulah orang-orang Yahudi tersebut.

Tidak sampai di sini. Karena kedengkian telah tertancap dan


mendarahdaging, mereka berusaha membuat konspirasi untuk membunuh
beliau dengan menghasut Raja Damaskus saat itu yang beragama
penyembah bintang-bintang. Mereka membuat fitnah-fitnah serta tuduhan
dusta tentang Nabi Isa ‘alaihissalam, sehingga Raja yang mendengar hal itu

27
menjadi marah dan memerintahkan perwakilannya di al-Quds/Yerussalem
untuk menyalibnya.

Setelah menerima perintah dari raja, wakil raja yang berada di al-Quds itu
langsung berangkat bersama sekelompok Yahudi menuju rumah yang
sedang ditempati oleh Nabi Isa ‘alaihissalam dan kemudian mengepungnya.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Mereka telah merancang tipu muslihat,
dan Allah juga membuat tipu muslihat (terhadap mereka). Sedangkan Allah
adalah sebaik-baik perancang tipu muslihat.” (Ali ‘Imran: 54)

Dalam keadaan demikian, Nabi Isa ‘alaihissalam menanyakan kepada


murid-muridnya tentang siapa yang bersedia diserupakan wajahnya seperti
wajah beliau. Dan beliau menjanjikan surga bagi siapa yang bersedia. Maka,
salah seorang pemuda di antara mereka ada yang merespon beliau dengan
jawaban, “Saya bersedia”. Kemudian Allah serupakan wajahnya dengan
wajah Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah itu, Nabi Isa tertidur dan diangkat Allah
ke langit dari rumah tersebut dalam keadaan demikian. Tatkala para murid
beliau keluar dari rumah itu, orang-orang Yahudi yang telah mengepung
sejak sore menangkap dan menyalib lelaki tersebut.5 Setelah itu mereka
berkata, “Sesungguhnya kami telah membunuh Isa putra Maryam, yaitu
utusan Allah” (An-Nisaa’: 157)

Namun, Allah membantah perkataan mereka ini pada ayat yang sama, “Dan
mereka sama sekali tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. Akan
tetapi, (orang yang mereka salib itu) adalah yang diserupakan (wajahnya
dengan Isa) untuk mereka.”

Dalam satu riwayat, disebutkan bahwa sebelum menangkap lelaki tersebut,


mereka menghitung jumlah orang-orang yang keluar dari rumah itu karena
mendengar bahwa Isa telah diangkat ke langit. Setelah dihitung, ternyata
mereka mendapatkan ada satu orang yang kurang. Sehingga mereka ragu
apakah yang mereka tangkap itu benar-benar Isa atau bukan?6

Inilah mengapa Allah sebutkan di akhir ayat, “Dan sungguh, orang-orang


yang berselisih padanya (urusan pembunuhan Isa) benar-benar dalam
keraguan. Mereka itu tidak memiliki ilmu yang pasti tentangnya. Dan mereka
tidak membunuhnya dalam keadaan yakin (bahwa yang dibunuh itu benar-
benar Isa).” (An-Nisaa’: 157)

Keberadaan Beliau Saat Ini

Para ulama telah sepakat tentang keberadaan beliau saat ini, yaitu di langit
dalam keadaan masih hidup dan sama sekali belum mati. Dan hal ini telah
disebutkan Allah dalam firman-Nya,

28
“Mereka tidak membunuhnya dalam keadaan yakin. Akan tetapi
(sebenarnya), Allah telah mengangkatnya (Isa) kepada-Nya. Dan Allah itu
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Quran Surat An-Nisaa’: 157-158)

Pengangkatan Nabi Isa ‘alaihissalam terjadi ketika beliau dikepung oleh


orang-orang Yahudi untuk ditangkap dan disalib, sebagaimana yang telah
disebutkan di atas. Allah mengangkat beliau kepada-Nya, yaitu ke langit.

Allah Ta’ala juga berfirman,

“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan


mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku serta membersihkanmu dari
orang-orang yang kafir tersebut.” (Al-Quran Surat Ali-‘Imran: 55)

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud wafat pada ayat ini
adalah tidur. Maksudnya, Allah menjadikan beliau tertidur sebelum diangkat
ke langit.7

Imam Ath-Thabari meriwayatkan dari al-Hasan bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam berkata kepada orang Yahudi, “Sesungguhnya Isa itu
belum mati. Dan ia akan kembali kepada kalian sebelum hari kiamat nanti.”

Dan sangat banyak hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang


menunjukkan bahwa beliau saat ini masih hidup dan berada di langit.

Di antara hadis-hadis tersebut adalah kisah perjalanan mikraj


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dalam kisah tersebut, beliau bertemu
dengan Nabi Isa ‘alaihissalam di langit yang menyapa dan memberikan
salam penghormatan kepada beliau.

Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam di Akhir Zaman

Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam ke dunia pada akhir zaman nanti


merupakan perkara yang pasti akan terjadi dan merupakan salah satu tanda-
tanda besar dekatnya hari kiamat. Tidak ada satu orang pun dari ulama
kaum muslimin yang mengingkari kejadian ini. Bahkan mereka menganggap
perkara tersebut termasuk perkara yang wajib diyakini oleh setiap muslim.

Hal itu dikarenakan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengisyaratkannya


dalam Alquran. Begitu pula dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang telah mengabarkan akan terjadinya kejadian itu.

Allah Ta’ala berfirman,

“Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa
alaihissalam) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan
menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisaa: 159)

29
Imam As-Saffarini menjelaskan bahwa mereka benar-benar akan beriman
kepada Nabi Isa ‘alaihissalam sebelum wafatnya. Dan hal itu terjadi ketika
beliau turun dari langit pada akhir zaman nanti, sehingga hanya akan ada
satu agama, yaitu agama Ibrahim yang lurus.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya,

“Demi Allah, sungguh hampir tiba saatnya putra Maryam itu turun di tengah-
tengah kalian sebagai seorang hakim yang adil.”

Bagaimana Beliau Turun??

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Nabi


Isa ‘alaihissalam akan turun di dekat ‘menara putih’ yang berada di bagian
timur Damaskus dengan mengenakan pakaian yang
dicelupkan wars12 dan za’faran.13 Saat turun, beliau meletakkan kedua
telapak tangannya di sayap dua malaikat. Ketika beliau menundukkan
kepala, maka akan menetes. Dan ketika beliau mengangkatnya, maka akan
bercucuran air yang sangat bening seperti mutiara. Tidak ada seorang kafir
pun yang mencium aroma nafas beliau kecuali ia akan mati. Sedangkan
nafas beliau itu menjangkau jarak yang sangat panjang, sejauh matanya
memandang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan bahwa ketika turun,


Nabi Isa ‘alaihissalam akan disambut oleh Imam Mahdi beserta kaum
muslimin, dan kemudian sholat bersama mereka.

“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku ini yang selalu berperang
menampakkan kebenaran sampai hari kiamat tiba. Maka turunlah Isa
alaihissalam, dan pemimpin mereka (Imam Mahdi) akan berkata
(kepadanya), ‘Kemarilah anda dan sholatlah bersama kami (maksudnya
jadilah imam dalam sholat kami-red).’ Kemudian ia menjawab, ‘Tidak,
sungguh sebagian kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lain sebagai
bentuk penghormatan Allah terhadap umat ini.’”

Apa Yang Beliau Bawa Ketika Diturunkan dan Untuk Apa Beliau
Turun??

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menetapkan suatu hal melainkan ia


mempunyai misi tersendiri untuk itu. Dan Dia juga telah menetapkan misi
khusus diturunkannya Nabi Isa ‘alaihissalam di akhir zaman nanti. Di
antaranya adalah apa yang disebutkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam dalam sabdanya,

“Demi Allah, sungguh hampir tiba saatnya putra Maryam itu turun di tengah-
tengah kalian sebagai seorang hakim yang adil. Maka ia akan menghancur-
kan salib, membunuh babi, menghapus jizyah/upeti. Dan (saat itu) harta

30
benda berhamburan sampai-sampai tidak ada seorang pun yang bersedia
menerimanya (harta pemberian).” (HR. Bukhari no. 2222, Muslim no. 155)

Misi lain dari turunnya Isa ‘alaihissalam adalah untuk membunuh Dajjal.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Dajjal akan keluar di tengah-tengah umatku dan akan menetap selama 40


–salah seorang perawi berkata, aku tidak tahu apakah itu 40 hari, 40 bulan,
atau 40 tahun–. Maka Allah utus Isa putra Maryam. Kemudian beliau
mencarinya dan akan berhasil membinasakannya.”

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah beliau turun bukan sebagai Nabi
yang membawa syariat baru setelah syariat Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam. Akan tetapi, sebagai imam kaum muslimin atau hakim yang
adil sebagaimana yang disebutkan dalam hadis di atas.

Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan bahwa Nabi Isa


‘alaihissalam beribadah dengan syariat Nabi kita Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam, baik dalam perkara-perkara pokok maupun cabang. Bukan
dengan syariat beliau yang dahulu. Sebab, syariat tersebut telah dihapus.

Dengan demikian, beliau turun ke bumi sebagai khalifah bagi Nabi


kita shallallaahu ‘alaihi wasallam, sekaligus sebagai hakim bagi umatnya.17

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Dan Isa itu masih hidup di langit
dan sama sekali belum mati. Dan ketika turun nanti, ia tidak akan
menerapkan hukum kecuali dengan hukum kitab dan sunah, bukan dengan
yang menyelisihi itu.”

Inilah sedikit tentang hal-hal yang wajib kita yakini seputar Nabi
Isa ‘alaihissalam. Semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi
setiap orang yang ingin mengambil manfaat darinya.

Wallaahu a’lam.

muslim.or.id
kisahmuslim.com

31
8. Nabi Muhammad

Seberkas Sinar Awal Mula Kenabian Muhammad


shallallahu ‘alaihi wa sallam

Awal Mula Diturunkannya Wahyu

Al-Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam Shahih mereka mencantumkan


sebuah kisah agung yang sarat dengan pelajaran dan ibrah, bersumber
dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, dia bercerita bahwa:

Awal mula diturunkannya wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam adalah dengan diperlihatkannya kepada beliau mimpi yang baik. Dan
tidaklah beliau bermimpi melainkan mimpi itu seperti terangnya waktu subuh.
Lalu timbul kesenangan untuk berkhalwah (menyepi), maka beliau pun
menyendiri di Gua Hira.

Beliau beribadah beberapa malam di sana sebelum kembali kepada


keluarganya dan meminta bekal secukupnya, setelah itu beliau pun kembali
kepada Khadijah radhiallahu ‘anha, dan berbekal kembali secukupnya sampai
datang al-haq kepadanya ketika beliau berada di Gua Hira.
Maka datanglah seorang malaikat seraya mengatakan, “Bacalah!” beliau
menjawab, “Saya tidak dapat membaca.” Lalu dia (malaikat) menarikku dan
mendekapku dengan erat hingga aku merasa kepayahan, lalu ia melepasku.
Kembali ia mengatakan, “Bacalah!” beliau menjawab, “Saya tidak dapat
membaca.” Lalu dia (malaikat) menarikku untuk kedua kalinya dan
mendekapku dengan erat hingga aku merasa kepayahan lalu ia melepaskanku.
Dia tetap memerintahkan, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Saya tidak bisa
membaca.” Lalu dia (malaikat) menarikku untuk ketiga kalinya dan
mendekapku dengan erat hingga aku merasa kepayahan, lalu melepaskanku
kemudian mengatakan,

32
“Bacalah dengan (menyebut) Nama Robbmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Robbmulah yang
Maha pemurah.” (Quran: Al-‘Alaq : 1-3)

Kemudian beliau pulang dalam keadaan hatinya gemetar ketakutan.


Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Khadijah binti Huwailid seraya
berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Maka beliau pun diselimuti hingga hilang
dari diri beliau rasa takut tersebut. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
bercerita kepada Khadijah tentang kejadian yang dialaminya, beliau
mengadukan: “Sungguh aku mengkhawatirkan diriku,” jawab khodijah
menenangkan: “Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala, janganlah engkau merasa
khawatir, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah akan merendahkanmu
selamanya, sesungguhnya engkau adalah seorang yang menyambung tali
silaturahmi, engkau telah memikul beban orang lain, engkau suka membantu
seorang yang kesulitan, engkau menjamu para tamu, dan selalu membela
kebenaran.”

Lalu ia mengajak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Waroqoh


bin Naufal bin Asad bin Abdil Uzza anak paman Khadijah, dan beliau adalah
seorang Nashrani pada masa jahiliyyah. Waroqoh pandai menulis kitab
dengan bahasa Ibrani, maka Ia pun menulis Injil dengan bahasa Ibrani sesuai
dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Waroqoh adalah seorang yang
telah lanjut usia lagi buta, maka Khadijah berkata kepada beliau: “Wahai anak
pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh anak saudaramu
(keponakan) ini,” lalu Ia mengatakan: “Wahai keponakanku, kejadian apa yang
telah engkau lihat? Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
semua peristiwa yang beliau alami? Mendengar penuturan itu lantas Waroqoh
mengatakan: sesungguhnya dia adalah Namus yang dahulu juga telah
mendatangi Musa. Aduhai seandainya di saat-saat itu aku masih muda, dan
seandainya kelak aku masih hidup tatkala engkau diusir oleh kaummu.”

Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Apakah mereka


akan mengusirku..?!!” Ia menjawab, “Benar, tidaklah datang seorang pun yang
membawa ajaran seperti apa yang engkau bawa melainkan ia akan diusir, dan
seandainya aku menjumpai hari itu, aku akan menolongmu dengan sekuat

33
tenaga.” Tidak berselang lama Waroqoh pun meninggal dunia, dan wahyu
tengah terputus.

Pelajaran Kisah

Sebelum diturunkannya wahyu kepada Nabi kita Muhammad shallallahu


‘alaihi wa sallam, maka terlebih dahulu diperlihatkan kepada beliau mimpi
yang benar. Dalam riwayat lain, mimpi baik yang demikian untuk meneguhkan
jiwa beliau sebelum datang wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya.
Al-Qodhi berkata, “Sebelum diturunkannya wahyu, maka dimulailah dengan
adanya mimpi-mimpi yang baik. Yang demikian agar nantinya beliau tidak
merasa kaget tatkala didatangi malaikat dan agar cahaya kenabian tidak
datang secara spontan, hingga jiwa manusia merasa berat dan akan
tergoncang. Maka dimulailah dengan salah satu perangai dan karomah
kenabian berupa kebenaran dalam hal mimpi. Dan juga sebagaimana telah
datang keterangan dalam hadis-hadis yang lain seperti beliau melihat cahaya
terang, mendengar suara dan salamnya batu, pohon serta yang selainnya dari
tanda-tanda kenabian. (Syarh Shahih Muslim, 1:349)

Kemudian setelah itu timbul rasa kesenangan untuk berkholwah (menyepi),


dan kholwah adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang sholih dan
hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa ingat kepada-Nya.
Abu Sulaiman al-Khottobi radhiallahu ‘anha berkata, “Timbul kesenangan
untuk berkholwah pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena
dengan hal tersebut akan timbul ketenangan hati, memudahkan dalam
berfirkir, dan hal itu pula berarti meninggalkan kebiasaan buruk kebanyakan
manusia, serta akan menjadikan hati menjadi Khusyu.”
(Syarh Shahih Muslim, 1:349)

Maka beliau pun berkholwah di sebuah gua yang dikenal dengan Gua Hira.
Gua Hira adalah sebauh gua di suatu bukit yang terletak kurang lebih 3 mil
dari Mekah.

Setelah beliau berkholwah dan beribadah di Gua Hira selama beberapa hari,
datanglah Jibril membawa wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala seraya
mengatakan “Bacalah!”. Namun beliau adalah seorang yang ummi yang tidak

34
bisa baca dan tulis. Oleh karena itu, beliau menjawab “Saya tidak dapat
membaca.” Kemudian Jibril mendekapnya dengan erat dan memerintahkan
agar beliau membaca kembali.

Hikmah dari dekapan Jibril sebagaimana dijelaskan para ulama adalah untuk
memusatkan perhatian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan agar beliau
berkonsentrasi dengan menghadirkan hati sepenuhnya terhadap apa yang
akan dibacakan kepadanya. Jibril mengulanginya tiga kali, hal itu menunjukkan
kesungguhan dalam menggugah perhatiannya. Dari sini selayaknya bagi
seorang mu’aliim (pengajar) sebelum ia mengajarkan ilmu, hendaklah benar-
benar mengkondisikan para muridnya untuk memperhatikan pelajaran dan
menghadirkan hati dengan sepenuhnya. Wallahu a’lam.
Setelah beliau mendapatkan pengajaran dari Jibril, beliau pulang dalam
keadaan gemetar ketakutan dan meminta kepada sang pendamping setianya
untuk menyelimuti hingga hilang rasa takutnya tersebut.

Al-Qodhi berkata, “Gemetar dan ketakutannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam tidak berarti beliau ragu terhadap apa yang telah Allah Subhanahu wa
Ta’ala turunkan kepadanya, akan tetapi karena beliau khawatir tidak kuasa
mengemban perkara tersebut dan tidak mampu membawa amanat wahyu
Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut sehingga bergetar jiwanya.” (Syarah
Shahih Muslim, 1:350)

Kemudian Khadijah membawanya menemui anak pamannya yaitu Waroqoh


bin Naufal bin Asad dan menceritakan peristiwa yang telah terjadi pada diri
suaminya. Waroqoh pun menanggapi bahwa dia adalah Namus yang juga
telah datang kepada Musa ‘alaihissalam.

Kata Namus artinya pembawa rahasia kebaikan sedangkan Jasus artinya


pembawa rahasia kejelekan. Adapun yang dimaksud oleh beliau adalah Jibril
sang pembawa wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Al-Harawi berkata, “Beliau (Jibril) dinamakan dengan demikian karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengkhususkannya sebagai pembawa wahyu
dan perkara ghaib.” (Syarh Shahih Muslim, 1:350)

35
Kemudian Waroqoh memberi semangat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk tetap tegar di atas jalan yang telah dilalui oleh nabi Musa dan
para nabi yang lainnya. Dia mengatakan: “Seandainya pada hari tatkala engkau
telah diutus menjadi seorang rasul dan tatkala kaummu mengusirmu
sedangkan aku masih gagah dan berusia muda, atau sekurang-kurangnya
apabila aku masih hidup, maka aku akan menolongmu mati-matian.”
Namun takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala menentukan lain, Waroqoh
meninggal dunia setelah waktu berlalu dan wahyu Allah Subhanahu wa
Ta’ala tengah berhenti. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati kita
semua dan juga Waroqoh bin Naufal bin Asad. Wallahul Muwaffiq.

Mutiara Kisah
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisah di atas adalah:
1. Selayaknya bagi seorang pengajar untuk menggugah perhatian para
murid dan memerintahkan untuk menghadirkan hati dan tidak lalai dari
ilmu yang disampaikan. Seperti yang dilakukan Jibril kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala mendekap dan
mengulang-ulang perintahnya untuk membaca.
2. Kisah ini sangat jelas menunjukkan bahwa ayat yang pertama kali
diturunkan adalah ayat-ayat di awal surat al-Alaq sebagaimana telah
disepakati oleh para ulama salaf dan khalaf dan tidak sebagaimana yang
diyakini oleh sebagian orang yang mengatakan bahwa yang pertama
diturunkan adalah surat al-Mudatstsir.
3. Dalam kisah di atas nampak beberapa akhlak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di masa-masa sebelum beliau diangkat menjadi nabi
seperti menyambung tali silaturahmi, memikul beban orang lain yang
kepayahan, membantu orang yang kesulitan, menjamu tamu, dan lain
sebagainya dari akhlak-akhlak terpuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
4. Kebaikan akhlak seseorang merupakan sebab terjaganya diri dari
perkara-perkara jelek yang akan menimpanya. Sebagaimana hiburan
yang disampaikan Khadijah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tatkala beliau mengkhawatirkan dirinya.
5. Dibolehkan memuji seseorang langsung di hadapannya bila yang
demikian mengandung maslahat. Seperti yang dilakukan Khadijah
tatkala ia menyebutkan kebaikan-kebaikan yang selama ini dilakukan

36
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka untuk
meneguhkan hati beliau yang tengah dirundung ketakutan.
6. Kisah di atas menunjukkan kesempurnaan dan kecerdikan Khadijah,
kemapanan jiwa, ketegunan hati, dan mengetahui kondisi dan keadaan,
sehingga beliau menjadi pendamping hidup yang selalu memberikan
dorongan di kala sang suami membutuhkannya. Maka perhatikanlah
dengan baik wahai para istri, dan semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala senantiasa meneguhkan kita semua di atas jalan yang haq.
7. Merupakan adab, apabila seorang yang lebih muda memanggil orang
yang lebih tua maka dengan panggilan “Ya Ammi” (wahai paman), untuk
menghormati dan memuliakannya. Sebagaimana hal itu adalah
kebiasaan baik yang dilakukan oleh masyarakat Arab bahkan sebelum
datang cahaya Islam menerangi dunia ini.
8. Kebenaran tetap harus dipegang sekalipun kebanyakan manusia
meninggalkannya. Oleh karenanya, kita jangan terperdaya dengan
banyaknya manusia yang tersesat dan jangan berkecil hati dengan
sedikitnya pengikut kebenaran. Di awal mula diutusnya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi, banyak manusia
yang mengingkarinya bahkan mengusir beliau. Namun, kebenaran
tersebut suatu saat akan nampak dan manusia akan mengakui
kebenaran tersebut. Wallahu a’lam.

Mukjizat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam :


Keluarnya Air dari Jari-Jari nya

Keluarnya air dari jari-jemari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam merupakan salah satu bukti kebenaran risalah beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Kejadian itu disaksikan oleh banyak orang dan terjadi diluar
kemampuan manusia. Di antara hadits yang menerangkan peristiwa itu, ialah
seperti diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim:

“Saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ketika itu waktu
Ahsar telah tiba. Lalu manusia mencari air untuk berwudhu, tetapi tidak

37
memperolehnya. Lalu ada seseorang membawakan air untuk berwudhu. Maka
beliau meletakkan tangannya ke dalam bejana tempat air itu, dan menyuru
semua orang berwudhu dari situ.” Anas bin Malik Radiyallahu Anhu berkata:
“Saya melihat air keluar dari jari-jari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga semua orang dapat berwudhu dengan air itu.” (HR. Bukhari, 3573,
dalam kitab Manaqib, Bab: Alamat Nubuwwah fil-Islam, dan Muslim, 2279)

Pada suatu hari saat peperangan Hudaibaiyyah, orang-orang mengalami


kehausan. Mereka tidak mendapatkan air untuk minum dan berwudhu kecuali
sedikit yang ada di wadah minum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, lalu manusia berebut
untuk mendapatkan air karena sangat sedikitnya air, sehingga
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah yang terjadi dengan
kalian?” Mereka menjawab, “Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan
minum melainkan yang engkau miliki.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam meletakkan tangannya di sebuah tempat, lalu air memancar dari jari-
jari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti mata air. Kemudian kamipun
minum dan berwudhu.

Kemudian perawi hadits, Salim bin Abi Ja’d bertanya kepada Jaabir bin
Abdillah: “Berapakah jumlah kalian?” Jaabir menjawab, “Seandainya jumlah
kami seratus ribu, pastikan akan mencukupi. Akan tetapi jumlah kami hanya
lima ratus orang).” (HR. Al-Bukhari no. 3576, dan Muslim no. 1856)

Qadhi Iyadh berkata, “Kisah yang diriwayatkan oleh orang-orang


yang tsiqah (dipercaya) ini dari kalangan jamaah yang banyak, sanadnya
sampai kepada para sahabat. Dan peristiwa itu terjadi di tempat-tempat
berkumpulnya sebagian mereka, di tempat keramaian, dan di tempat
berkumpulnya pasukan perang. Tidak ada satu pun yang mengingkari perawi
tersebut. Sehingga hal ini merupakan sebuah tambahan yang menjelaskan
tentang kenabiannya.” (Fathul-Bari, 6/676)

Ibnu Abdil Barr menukil perkataan Imam Al-Muzani, bahwasanya ia berkata:


“Keluarnya air dari jari-jemari Rasulullah itu merupakan mukjizat yang lebih
agung ketimbang keluarnya air dari batu ketika Nabi Musa memukulkan
tongkatnya yang kemudian memancarkan air darinya. Karena keluarnya air

38
dari batu merupakan perihal yang telah dimengerti dan dikenal, berbeda
dengan keluarnya air di antara daging dan darah.” (Fathul-Bari, 6/677)
Sebuah syair berbunyi:

“Kalaupun dahulu Musa ‘alaihis salam dapat memancarkan air dengan


tongkatnya, maka dari tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sungguh air menjadi meluap.”

Mukjizat Terbelahnya Bulan

Peristiwa terbelahnya bulan adalah di antara mukjizat Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam. Mukjizat ini adalah jawaban atas tantangan orang-orang kafir
Quraisy. Bagaimana peristiwa ini bisa terjadi? Simak kisahnya berikut ini.

Alquran Lebih Ajaib Dibanding Terbelahnya Bulan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang sangat
menginginkan agar kaumnya mendapatkan hidayah. Beliau juga adalah orang
yang paling semangat agar mereka selamat dari adzab Allah. Walaupun beliau
tahu kisah umat-umat terdahulu. Bagaimana para rasul didustakan. Dan
bagaimana akhir dari orang-orang yang mendustakan peringatan para rasul-
rasul tersebut. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan,

“Orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


‘Mintalah pada Rabbmu agar menjadikan bukit Shafa emas untuk kami. Pasti
kami beriman padamu’. Nabi berkata, ‘Kalian akan lakukan itu (beriman)?’ ‘Iya’,
jawab mereka. Nabi pun berdoa. Kemudian Jibril menemui beliau dan berkata,
‘Sesungguhnya Rabmu Azza wa Jalla mengirim salam untukmu dan berfirman,
‘Kalau kau mau Shafa akan menjadi emas untuk mereka. Siapa yang kufur
setelah itu, Aku akan mengadzabnya dengan suatu adzab yang tidak pernah
ditimpakan pada seorang pun di alam semesta ini. Tapi jika engkau mau, Aku
bukakan pintu taubat dan rahmat untuk mereka’. Nabi menjawab, ‘Aku lebih
memilih pintu taubat dan rahmat’.” (HR. Ahmad 2166. Syu’aib al-Arnauth
mengatakan, “Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim. Al-Hakim 7601,
ia mengatakan hadits ini shahih).

39
Hadits ini menunjukkan bahwa pintu maaf Allah dan rahmat-Nya jauh lebih
bernilai dibanding gunung emas. Hakikat keduanya lebih agung dari emas
walau sebesar gunung. Meskipun manusia lebih suka pada apa yang tidak
mereka miliki (gunung emas). Dibanding kenikmatan besar yang tersedia
untuk mereka.

Pelajaran lainnya adalah di antara metode yang digunakan ahlul batil dalam
mendebat adalah meminta perkara-perkara ajaib semisal mukjizat. Tujuannya
bukan untuk merenungkan kemudian beriman. Bukan pula membuat tenang
hati mereka dengan kebenaran. Mereka hanya ingin menghalangi manusia
dari jalan Allah. Mereka hanya ingin mendebat saja. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah mendatangkan sebuah mukjizat yang besar dan kekal
untuk mereka. Sebuah mukjizat yang dinalar oleh orang-orang Arab sebagai
sesuatu yang hebat dan istimewa. Yaitu Alquran. Bahkan Allah tantang mereka
dengan firman-Nya,

Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat


yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain”. [Quran, Al-Isra: 88].

Bahkan Allah tantang dengan suatu yang lebih ringan, sebagaimana dalam
Surat Hud:

Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”,


Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang
dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu
sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar”. [Quran: Hud ayat 13].

Dan juga firman-Nya,

Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-buatnya”.


Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan
sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu

40
panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar”.
[Quran, Yunus: 38]

Orang-orang Quraisy tidak mampu menjawab tantangan ini. Walaupun hanya


dengan satu kali percobaan. Mereka tidak mampu menjawab tantangan
Alquran. Mereka sadar mereka lemah dan tak kuasa menjawab tantangan
Alquran, tapi mereka masih saja menantang dengan tantangan yang lain.
Tujuannya adalah debat kusir dan cari-cari alasan saja.

Demikianlah kaum muslimin, kalau Alquran tak mampu membuat kita sadar,
maka mukjizat terbelahnya bulan, gunung menjadi emas, dll. seandainya ada,
juga tak akan mampu membuat kita sadar.

Mukjizat Terbelahnya Bulan


Mereka meminta agar bulan dibelah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdiri. Kemudian mengarahkan tangannya ke bulan. Bulan pun terbelah dua.
Satu bagian di atas gunung. Bagian lainnya di gunung yang lain.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu:

“Penduduk Mekah meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar


mendatangkan mukjizat. Beliau perlihatkan pada mereka terbelahnya bulan.”
(HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Manaqib 3438 dan lafadz ini milik al-Bukhari.
Muslim dalam Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2802)

Dalam riwayat lain juga dari Anas, ia berkata,

“Beliau perlihatkan kepada mereka bulan terbelah. Sampai mereka lihat Hira
(nama tempat) di antara keduanya.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-
Shahabah 3655).

Dalam riwayat lain,

“Terbelah dua. Satu belahan di atas gunung. Belahan lainnya di sisi yang
berbeda.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir Surat al-Qamar 4583).

Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

41
“Bulan terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Saksikanlah!’” (HR. al-
Bukhari dalam Kitab al-Manaqib 3437 dan Muslim dalam Kitab Sifat al-
Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2800).

Peristiwa ini terjadi dua kali. Bukan sekali saja. Hal ini berdasarkan riwayat dari
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Ia berkata,

“Dua kali beliau perlihatkan bulan terbelah.” (HR. Muslim dalam Kitab Sifat al-
Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2802 dan Ahmad 13177).

Peristiwa pertama terjadi di Mina. Yaitu ucapan Anas:

“Bulan terbelah. Saat itu kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di
Mina.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah 3656).

Dan kejadian kedua terjadi di Mekah. Yaitu sebagaimana diriwayatkan


Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu:

“Bulan terbelah di Mekah.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah


3656)

Meskipun peristiwa besar ini terjadi dua kali, para pendusta itu berkata,
“Muhammad telah menyihir kalian.”

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

“Orang-orang Mekah meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk


mendatangkan sebuah mukjizat. Bulan pun terbelah dua kali di Mekah.
Turunlah firman Allah: ‘Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah
bulan. [Quran, Al-Qamar: 1]

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

“Aku melihat bulan terbelah menjadi dua bagian sebanyak dua kali. Peristiwa
ini terjadi di Mekah sebelum hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu
potongan di atas Gunung Abu Qubais dan potongan lainnya di atas as-

42
Suwaida. Mereka berkata, ‘Bulan telah disihir’. Turunlah firman-Nya: ‘Telah
dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan’.” (HR. al-Hakim 3757.)

Mereka mencari-cari alasan untuk mendustkan mukjizat ini. Sampai-sampai


mereka bertanya pada orang-orang yang baru datang dari safar. Dengan
sangkaan, kalau seandainya ini sihir, maka sihir itu tidak punya pengaruh pada
orang-orang yang berada di luar Mekah, yang sedang bersafar. Para musafir
ini menjawab bahwa mereka melihat bulan terbelah pada malam dan waktu
yang sama saat mereka melihatnya terbelah. Mendengar jawaban tersebut,
mereka malah berseloroh, “Ini adalah sihir yang terus-menerus.” Ini
menunjukkan, memang sejak awal niat mereka bukan untuk membenarkan
dan beriman. Mereka hanya ingin mendebat dan menghalangi manusia dari
kebenaran.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

“Bulan terbelah di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang


Quraisy berkata, ‘Ini adalah sihirnya Ibnu Abi Kabsyah (mereka gelari
Rasulullah dengan sebutan demikian)’. Kata mereka, ‘Tunggulah kedatangan
orang-orang yang bersafar. Karena Muhammad tak akan mampu menyihir
semua orang’. Kemudian datanglah orang-orang dari safar. Mereka malah
mengatakan seperti itu.” (HR. Abu Dawud 293. As-Saqaf berkata, “Riwayat Abu
Dawud ath-Thayalisi dengan sanad yang shahih).

Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,

“Bulan terbelah di Mekah hingga menjadi dua bagian. Orang-orang kafir


Mekah berkata, ‘Ini adalah sihir. Ibnu Abi Kabsyah menyihir kalian. Tunggulah
orang-orang yang bersafar tiba. Kalau mereka melihat seperti apa yang kalian
lihat, maka Muhammad benar. Kalau mereka tidak melihat apa yang kalian
lihat, maka Muhammad telah menyihir kalian’. Mereka bertanya pada para
muasafir yang datang dari berbagai penjuru. Kata mereka, ‘Kami melihatnya’.”
(HR. al-Baihaqi dalam Dala-il an-Nubuwah, 2/266-267. Abu Nu’aim al-
Ashbahani dalam Dala-il an-Nubuwah Hal: 281).

43
Permintaan Bodoh
Akhirnya, orang-orang musyrik mengajukan permintaan bodoh kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana dikisahkan Alquran:

Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu
memancarkan mata air dan bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah
kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang
deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami,
sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-
malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah
rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan
mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab
yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya
seorang manusia yang menjadi rasul?” [Quran, Al-Isra: 90-93]

Semua permintaan yang mereka ajukan tersebut lebih rendah keadaannya


dibandingkan keajaiban Alquran. Permintaan mereka itu hanya mencari-cari
alasan. Hanyalah penolakan dan kekalahan argument. Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyifati mereka:

“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari
(pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentulah
mereka berkata: “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan
kami adalah orang orang yang kena sihir”. [Quran Al-Hijr: 14-15].

Demikian juga firman-Nya:

“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa


sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat, pastilah mereka beriman
kepada-Nya. Katakanlah: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada
di sisi Allah”. Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila
mukjizat datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami
memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah
beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. Kalau sekiranya Kami turunkan
malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan

44
mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka,
niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [Quran, Al-An’am: 109-111].

Meskipun demikian keadaan mereka. Penolakan mereka. Keadaan mereka


yang mencari-cari alasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap
bersemangat mendakwahi mereka. Tetap berkeinginan agar mereka
mendapatkan hidayah. Beliau tetap berusaha agar mereka selamat dari adzab
Allah. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:

“Orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


‘Mintalah pada Rabbmu agar menjadikan bukit Shafa emas untuk kami. Pasti
kami beriman padamu’. Nabi berkata, ‘Kalian akan lakukan itu (beriman)?’ ‘Iya’,
jawab mereka. Nabi pun berdoa. Kemudian Jibril menemui beliau dan berkata,
‘Sesungguhnya Rabmu Azza wa Jalla mengirim salam untukmu dan berfirman,
‘Kalau kau mau Shafa akan menjadi emas untuk mereka. Siapa yang kufur
setelah itu, Aku akan mengadzabnya dengan suatu adzab yang tidak pernah
ditimpakan pada seorang pun di alam semesta ini. Jika engkau mau, Aku
bukakan pintu taubat dan rahmat untuk mereka’. Nabi menjawab, ‘Aku lebih
memilih pintu taubat dan rahmat’.” (HR. Ahmad 2166. Syu’aib al-Arnauth
mengatakan, “Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim. Al-Hakim 7601,
ia mengatakan hadits ini shahih).

Dalam riwayat lain, juga dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia berakta,

“Penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


untuk merubah bukit Shafa menjadi emas dan agar gunung-gunung diratakan
bagi mereka sehingga mereka bisa bercocok tanam. Bila mereka kufur, mereka
akan dibinasakan sebagaimana umat-umat sebelum mereka yang telah
dibinasakan. Beliau bersabda, ‘Tidak, akan tetapi aku menangguhkan mereka’.
Lalu Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan ayat: Dan sekali-kali tidak ada
yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda
(kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh
orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu
(sebagai mukjizat) yang dapat dilihat…”

45
[Quran, Al-Isra: 59] (HR. an-Nasai 11290. Ahmad 2333 dan ini lafadz dalam
riwayat Ahmad. Syu’aib al-Arnauth mengatakan, “Sanadnya shahih sesuai
dengan syarat al-Bukhari dan Muslim)

kisahmuslim.com

46
KESAMAAN PERKATAAN PARA NABI

Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi


peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu
Allah (saja), bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya
Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan
kamu[1516] sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya
ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau
kamu mengetahui."
(Al-Quran Surat Nuh ayat 2-4)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri


ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak
cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku,
sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan
daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang
mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
(Al-Quran Surat Ibrahim ayat 35-36)

“Dan (Isa) Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabb-
ku dan juga Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka Allah haramkan surga untuknya, dan
tempat kembalinya ialah neraka. Dan orang-orang zalim itu tidak
memiliki seorang penolong pun (yang akan menolongnya dari siksa api
neraka).”
(Al-Quran Surat Al-Maaidah: 72)

[Keterangan: “mempersekutukan Allah” artinya menyembah Allah dan juga


menyembah selain Allah, baik berupa batu, pohon, gunung, nabi, malaikat
ataupun yang lainnya]

“Sesungguhnya Allah itu Rabb-ku (Tuhanku) dan juga Rabb kalian,


maka beribadahlah kepada-Nya. Inilah jalan yang lurus.”
(Al-Quran Surat Ali-‘Imran: 51)

47
Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka
bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang
berserah diri.”
(Al-Quran Surat Yunus : 84)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah


(Nabi Muhammad) , ‘Dosa apakah yang paling besar?’ Beliau
menjawab, “Engkau mempersekutukan Allah padahal Dia yang
telah menciptakanmu.” Kemudian aku bertanya lagi, ‘Kemudian dosa
apa lagi?’ Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena takut
ia makan bersamamu.” Aku bertanya lagi ‘Kemudian dosa apa lagi?’
Beliau pun menjawab, “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.”
(Hadits shahih al-Bukhari Muslim)

48

Anda mungkin juga menyukai