Anda di halaman 1dari 5

Dalam wawasan pengembangan kemanusiaan.

Merumuskan

pelayanan kesehatan reproduksi yang sangat penting mengingat dampaknya

juga terasa pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh mana seseorang

dapat menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat

sesungguhnya tercermin dari kondisi. kesehatan selama siklus

kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga

masa pasca usia reproduksi.

Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus

didahului oleh hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan

reproduksi adalah meningkatkan ksesadaran kemandiriaan wanita dalam

mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan

seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada

akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya

Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia memperlihatkan

peningkatan yang semakin pesat dengan akselerasi yang semakin

menghawatirkan. Peningkatan prevalensi HIV/AIDS meningkatkan resiko

tenaga kesehatan akan terpapar oleh infeksi yang secara potensial dapat

membahayakan dirinya. Pencegahan dan penanganan IMS/HIV/AIDS serta

kesehatan reproduksi remaja merupakan bagian dari paket kesehatan

reproduksi esensial (PKRE), yang disetujui dalam Lokakarya Nasional

Kesehatan Reproduksi Mei 1996, selain kesehatan ibu dan anak (KIA) serta

KB. Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan melalui Direktorat Bina

Kesehatan keluarga mencoba mewujudkan keterpaduan PKRE tersebut,


dengan menyusun langkah – langkah praktis PKRE di tingkat pelayanan

kesehatan dasar menjadi beberapa komponen tersebut adalah : kontrasepsi,

pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas, perawatan pasca keguguran,

kasus pemerkosaan, serta pemeriksaan IMS/ISR dan HIV di kalangan

wanita. Namun, hingga saat ini belum ada impementasi nyata, walaupun

beberapa uji coba untuk memadukan pelayanan IMS dengan pelayanan KIA

atau KB telah dilakukan Depkes dan lembaga lain. Target untuk 2015

adalah mengurangi dua pertiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.

Memerangi HIV/AIDS dan malaria dan penyakit menular lainnya.

Human immunodeficiency Vyrus (HIV) merupakan virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom kekebalan tubuh

oleh inveksi HIV. Perjalanan penyakit lambat dan gejala – gejala AIDS rata

– rata baru timbul 10 tahun sesudah terjadinya ineksi, bahkan dapat lebih

lama lagi. Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara

darah, semen dan secret vagina. Sebagian besar (75%) penularan terjadi

melalui hubungan seksual (Nana Noviana,2013).

Laporan Epidemi AIDS Global (UNAIDS 2013) menunjukkan bahwa

terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di

antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun.

Di Asia Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV. Menurut

Laporan Perkembangann HIV-AIDS WHO-SEARO 2013 , sekitar 1,3 juta

orang (37%) perempuan terinfeksi HIV.


World Health Organization (WHO) merilis data bahwa pada akhir

tahun 2014 terdapat 35 juta orang dengan HIV/AIDS. Orang terinfeksi HIV

paling banyak ditemukan di Benua Afrika, yaitu sebesar 70% dari jumlah

penduduk atau sebesar 24,7 juta jiwa, mencakup jumlah 91% penderita

AIDS anak-anak di seluruh dunia. Pada tahun 2014, jumlah penderita yang

meninggal mencapai 1,1 juta orang, begitu menurut amFAR, The

Foundation for AIDS Research, berdasarkan data dari UNAIDS Gap Report

2014.

Data menyebutkan bahwa dari sekitar 40 juta penduduk dunia yang

telah terinfeksi HIV, lebih dari 95%-nya berada di negara berkembang, dan

anak- anak muda saat ini telah menjadi bagian dari pandemik AIDS

dengan adanya data yang menyebutkan bahwa lebih dari setengah kasus

baru yang terinfeksi HIV adalah remaja dengan usia antara 15-24.1 Hal ini

diperkuat oleh perkiraan WHO, 50% dari seluruh kasus terinfeksi adalah

anak muda, atau dengan kata lain 7000 anak muda (umur 15-24 tahun)

terinfeksi setiap harinya, dan 30% dari 40 juta orang dengan HIV/AIDS

(ODHA) yang terinfeksi seluruh dunia berada dalam kelompok usia 15-24

tahun.

Terdapat statistik yang menakutkan tentang penyebaran HIV and

AIDS di Jepang. Ketika negara-negara maju, menurut laporan UNAIDS,

mengalami penurunan kasus kasus infeksi, Jepang tampaknya menjadi satu-

satunya negara dimana angka penduduk yang mengidap HIV positif dan

AIDS meningkat.Menurut Komite Pengamat AIDS, 2013 adalah tahun


dengan jumlah kasus baru yang tercatat: 432 orang didiagnosis HIV dan

1113 orang HIV positif.

Prevalensi HIV di Indonesia 0.4% sementara untuk Tanah Papua

sebesar 2.3%.Sampai dengan tahun 2013 jumlah kasus HIV yang dilaporkan

sebanyak (29.037) dan tahun 2014 (22.869). Jumlah kumulatif infeksi HIV

yang dilaporkan sampai dengan September 2014 sebanyak 150.296.

AIDS. Jumlah tersebut terbesar dari total penderita HIV di Jawa

Tengah yang mencapai 4.472 orang. Penyakit HIV itu tersebar merata di

berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah. Tapi, 70 persen kasus itu berasal

dari Kota Semarang. Dari total pengidap virus HIV/AIDS itu, 9,8 persen di

antaranya terjadi di kalangan remaja. Sebanyak 400 remaja tercatat

terjangkit virus ini. "Dalam data kami, misalnya bulan Oktober hingga

Desember tahun 2013 kemarin, sudah ada 437 yang terkena kasus baru HIV.

Jika diratakan itu kan jumlahnya 145 orang. 10 persen itu anak remaja, atau

15 orang tiap bulan.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2013 ke tahun

2014 mulai ada penurunan, meskipun penderita HIV berkurang tapi tidak

menutup kemungkinan HIV masih selalu ada di wilayah tersebut, hal ini

dikarenakan masih ada penderita HIV yang ingin menularkan penyakitnya

kepada orang lain. Hal inilah yang menyebabkan HIV belum bisa dicegah

secara keseluruhan, sehingga mendorong keinginan penulis menyusun

penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan pendidikan wanita


tuna susila tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian HIV/AIDS di

Puskesmas Poncol Semarang”.

Anda mungkin juga menyukai