Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam


upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi program Keluarga Berencana
Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Safer.
Salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategik Nasional Making Pregnancy Safer
atau MPS di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan
kehamilan yang diinginkan (Abdul Bari Saifuddin,2006). Untuk mewujudkan pesan
kunci tersebut, Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana bagi
kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi
yang telah tersedia. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya
membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologi akibat tindakan abortus yang tidak
aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di
masyarakat. (Abdul Bari Saifuddin,2006)

Pemilihan kontrasepsi pada ibu menyusui bukanlah suatu masalah asalkan tenaga
medis dan pasien memperhatikan beberapa pertimbangan fisiologis. Pada masa
kehamilan terjadi suatu infertilitas fisiologis. Biasanya, lamanya kehamilan sebanding
dengan masa infertilitas yang terjadi, misalnya kehamilan yang prematur memiliki
masa infertilitas yang lebih pendek daripada kehamilan cukup bulan. Pada kehamilan
cukup bulan ovulasi paling cepat kembali 25 hari. Pada ibu yang memberikan Air Susu
Ibu atau ASI eksklusif pada bayinya dapat menunda dari ovulasi sampai 6 bulan.
Hisapan bayi menyebabkan pengeluaran prolaktin yang dapat menekan proses ovulasi.
Saat bayi berumur 6 bulan, makanan tambahan harus diberikan dan pemberian ASI
cenderung dikurangi, sehingga kemungkinan terjadinya ovulasi meningkat. Bila
bermaksud menggunakan kontrasepsi hormonal, ibu dan tenaga medis harus

1
memperhatikan beberapa informasi dalam membuat sebuah keputusan yang tepat.
Hormon yang terdapat pada kontrasepsi hormonal juga dapat di transfer ke dalam air
susu ibu dalam jumlah yang banyak atau sedikit, hal ini tergantung pada hormon yang
digunakan. Efek hormon pada ASI terhadap bayi sedikit tetapi nyata. Kemungkinan
efek hormon terhadap laktasi, kualitas dan kuantitas air susu mesti juga merupakan
pertimbangan. Terakhir, resiko terjadinya fenomena tromboemboli pada kontrasepsi
yang mengandung estrogen, adalah hal yang perlu diperhatikan terutama selama
periode hiperkoagulasi yang terjadi segera setelah melahirkan. Idealnya mulai dari
pertengahan kehamilan, seorang perempuan telah mengetahui metode keluarga
berencana apa yang akan digunakannya setelah melahirkan. (Ksuheimi,2009)

Seorang ibu bila memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, keuntungannya


adalah infertilitas selama 6 bulan. Fenomena inilah yang menjadi metode transisional
efektif dari keluarga berencana yang dikenal dengan Metode Amenorea Laktasi atau
MAL. Dikatakan transisional karena pada akhirnya ibu harus memilih metode lain jika
ingin menghindari kehamilan. MAL paling tepat untuk ibu yang memang berencana
menyusui selama 6 bulan atau lebih. Bila bayi hanya mendapat makanan dari ASI atau
dengan tambahan makanan dalam jumlah sedikit, dan ibu tidak mengalami menstruasi
pertama setelah melahirkan, maka ASI mempunyai peranan >98% dalam mencegah
kehamilan selama 6 bulan sejak melahirkan. (Ksuheimi,2009)

Beberapa faktor yang mempengaruhi pada ibu menyusui untuk mengikuti MAL
sebagai salah satu alat kontrasepsi diantaranya adalah pengetahuan, pendidikan,
pekerjaan, umur, minat, pengalaman, sosial budaya, dan informasi.

Sebagai faktor pertama yaitu pengetahuan ibu menyusui tentang MAL.


Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Soekidjo
Notoatmodjo,2007). Semakin tinggi pengetahuan ibu menyusui tentang MAL, maka
akan menerima MAL sebagai salah satu alat komtrasepsi. Sebaliknya semakin rendah
pengetahuan ibu menyusui tentang MAL, mereka tidak bisa menerima MAL sebagai
salah satu alat kontrasepsi.

2
Pendidikan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo,2007).
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu menyusui, maka semakin mudah mereka
memperoleh dan menangkap informasi yang diberikan dimana informasi itu bersifat
positif seperti MAL sebagai salah satu alat kontrasepsi. Begitu juga sebaliknya semakin
rendah tingkat pendidikan ibu menyusui, maka sulit bagi mereka untuk menangkap
informasi maupun ide termasuk tentang MAL sebagai salah satu alat kontrasepsi yang
penting bagi ibu menyusui mencegah kehamilan. .

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang
semakin matang dan dewasa (Wahid Iqbal Mubarak,2007). Seorang ibu yang
mempunyai umur lebih dewasa maka akan lebih matang juga cara berpikirnya,
kemungkinan bisa memakai MAL sebagai salah satu alat kontrasepsi. Sebaliknya
seorang ibu yang mempunyai umur lebih mudah maka akan kurang matang juga cara
berpikirnya, kemungkinan tidak bisa memakai MAL sebagai salah satu alat kontrasepsi.

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu
(Wahid Iqbal Mubarak,2007). Ibu menyusui yang mempunyai minat tinggi tentang
MAL dari dalam dirinya akan mudah mencapai tujuan yaitu pemakaian MAL sebagai
salah satu alat kontrasepsi. Sebaliknya pada Ibu menyusui yang mempunyai minat
rendah tentang MAL akan menghambat pemakaian MAL sebagai salah satu alat
kontrasepsi.

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang MAL, sebagai salah satu
metode yang dapat digunakan dalam berKB pada ibu menyusui, peran tenaga kesehatan
terutama perawat sebagai edukator diharapkan dapat membantu memberikan informasi
yaitu dengan melakukan penyuluhan di posyandu atau pada saat warga berkunjung ke
tempat pelayanan kesehatan.

Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu menyusui untuk


menggunakan MAL sebagai salah satu alat kontrasepsi, maka peneliti hanya membatasi
pada faktor pengetahuan.

3
B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini :

1. Mahasiswa mampu mengerti dan paham mengenai pokok bahasan KB Metode


Amenorea Laktasi ( MAL ).
2. Mahasiswa dapat menyebutkan keuntungan dan kekurangan / keterbatasan apa
saja dalam menggunakan KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
3. Mahasiswa dapat mengetahuiindikasi, kontra indikasi dalam menggunakan KB
Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
4. Mahasiswa dapat mengetahui kriteria menggunakan KB Metode Amenorea
Laktasi ( MAL ) dan;
5. Mahasiswa dapat mengetahui intruksi yang diberikan serta keefektifan dalam
menggunakan KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
C. Manfaat
Diharapkan penulisan ini bermanfaat bagi :
1. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk
memberikan health education untuk mencegah infeksi.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

BAB II
METODE AMENORE LAKTASI

4
A. Pengertian
Metode amenore laktasi ( MAL ) merupakan alat kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian air susu ibu ( ASI ). Metode ini dapat dijadikan alat kontrasepsi jika
memenuhi syarat, yaitu:
a. Menyusui secara penuh ( full breast feeding )
b. Belum menstruasi
c. Usia bayi kurang dari 6 bulan
d. Metode ini bisa efektif sampai 6 bulan
e. Harus dilanjutkan dengan pemakaaian metode kontrasepsi lainnya
Penggunaan MAL bagi ibu-ibu postpartum sebagai metodekontrasepsi dapat
diandalkan sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi. Hanya saja yang menjadi
persoalannya adalah sampai sekarang masih sukar sekali untuk menentukan kapan
ovulasi akan kembali, kebanyakan ( tetapi tidak semua ) ibu-ibu yang sedang
menyusui tidak akan mengalami ovulasi untuk 4-24 minggu setelah melahirkan,
sedankan ibu-ibu yang tidak menyusui dapat mengalami ovulasi lebihdini, yaitu 1-2
bulan setelah melahirkan.
Semakin lama ibu tidak menyusui bayinya, menstruasi akan cenderung cepat
kembali selama masa menyusui tersebut, dan makin cenderung timbul ovulasi yang
mendahului menstruasi pertama postpartum. Sebaliknya, semakin sering bayi
mengisap ASI maka semakin lama kembalinya atau tertundanya menstruasi ibu.
Penelitian Howie dan kawan-kawan (1981) menemukan bahwa ovulasi tidak akan
terjadi bila laktasi yang ketat dipertahankan. Tampaknya bayi yang mengisap ASI
sebanyak 6 kalih atau lebih dalam 24 jam, dengan lama menyusu > 60 menit per 24
jam, serta menyusu pada malam hari, ,merupakan faktor-faktor penting dalam
penundaan ovulasi.
Setelah melahirkan, ovulasi dapat terjadi dalam 28 hari bila ibu tidak menyusui
bayinya.ovulasi akan tertunda selama lebih dari 10 minggu dan mungkin selama masa
laktasi, asalkan frekuensi, intensitas, dan kebutuhan bayi diperhatikan.
B. Cara kerja Metode Amenore Laktasi
Konsentrasi prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus pengisapan
berulang ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang cukup,kadar
prolaktin akan tetap tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI juga
mengurangi kadar hormon LH yang diperlukan untuk memelihara dan melangsungkan
siklusmenstruasi.
Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurandg sensitif
terhadap perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah, dengan akibat
timbulnya inaktivasi ovarium, kadar estrogen yang rendah dan an-ovulasi. Bahkan

5
pada saat aktivitas ovarium mulai pulih kembali, kadar prolaktin yang tinggi
menyebabkan fase luteal yang singkat dan fertilitas menurun. Jadi, intinya cara kerja
Metode Amenore Laktasi ( MAL ) ini adalah dengan penundaan atau penekanan
ovulasi.
C. Keuntungan Metode Amenore Laktasi
Keuntungan kontrasepsi
a. Efektifitas tinggi ( keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan )
b. Segera efektif
c. Tidak mengganggu senggama
d. Tidak ada efek samping secara sistemik
e. Tidak perlu pengawasan medis
f. Tidak perlu obat atau alat
g. Tanpa biaya
h. Menstruasi sudah mulai kembali
i. Bayi sudah tidak terlalu sering menyusu ( on demand )
j. Bayi sudah berusia 6 bulan atau lebih
Keuntungan nonkontrasepsi
Untuk bayi
a. Mendapatkan kekebalan pasif
b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang optimal
c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formuula, atau alat minum yang dipakai
Untuk ibu
a. Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
b. Mengurangi resiko anemia.
c. Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi.

D. Kekurangan / keterbatasan Metode Amenore Laktasi


1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pasca persalinan.
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan. Hanya
wanita amenore yang memberikan ASI secara eksklusif dengan interval teratur,
termasuk pada waktu malam hari, yang selama 6 bulan pertama mendapatkan
perlindungan kontrasepstif sama dengan perlindungan yang diberikan oleh
kontrasepsi oral. Dengan munculnya menstruasi atau setelah 6 bulan, resiko
ovulasi meningkat.
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
(Saifuddin, 2003).
E. Indikasi Metode Amenore Laktasi
Ibu yang dapat menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan
dan belum mendapat haid setelah melahirkan. Kita dapat mendorong ibu untuk

6
memilih metode lain dengan tetap menganjurkan untuk melanjutkan ASI, saat terjadi
keadaan-keadaan seperti :

Keadaan Anjuran
Ketika mulai Membantu klien memilih
memberikan makanan metode lain.walaupun metode
pendamping secara teratur kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
(menggantikan satu kali harus didorong untuk tetap
menyusui) melanjutkan pemberian ASI.
Ketika haid sudah Membantu klien memilih
kembali metode lain. Walaupun metode
kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.
Bayi sudah tidak terlalu Membantu klien memilih
sering menyusu (on metode lain. Walaupun metode
demand) kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan Membantu klien memilih
atau lebih metode lain. Walaupun metode
kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap
melanjutkan pemberian ASI.

F. Kontra indikasi penggunaan MAL


1. Sudah mendapat menstruasi setelah melahirkan
2. Tidak menyusui secara eksklusif
3. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
4. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
G. Kriteria Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
Syarat ibu untuk menggunakan metode KB alami Amenorea Laktasi ( MAL )
yaitu:
1. ibu yang menyusui secara eksklusif.
2. ibu belum menstruasi sejak melahikan (belum haid).

7
3. ibu memberikan Asi kepada bayinya secara ”penuh” (hanya sesekali diberi satu
sampai dua teguk air minum,misalnya pada upacara adat/keagamaan).
4. bayi berusia 6 bulan. (Saifuddin, 2003)
H. Intruksi kepada klien (hal yang harus disampaikan kepada klien)
1. Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui secara ondemand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi
menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum memberikan payudara lain,
supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind milk). Bayi hanya
membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak
memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain padda
waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
2. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepasskan hisapannya.
3. Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam membanttu
mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
4. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
5. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
6. Kapan mulai memberiksan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI.
Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan berta badan
cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.
7. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain, bayi akan
menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak efektif lagi sebagai
metode konttrasepsi.
8. Haid, ketika ibu sudah mendapatkan haidnya lagi, maka pertanda ibu sudah subur
kembali dan harus segera memulai menggunakan metode KB lainnya.
9. Untuk kontrasepsi dan kesehatan.
1) Memerlukan metode kontraspsi lain ketika seorang ibu mulai dapat haid
lagi, jika tidak lagi menyusui secara eksklusif atau bila bayi sanda sudah
berumur 6 bulan.
2) Konsultassi dengan bidan atau dokter atau tempat pelayanan kesehatan
sebelum memulai menggunakan alat kontrassepsi lainnya.
3) Jika suami atau pasangan beresiko tinggi terpapar IMS, termasuk AIDS,
sebaiknya menggunakan kondom ketika MAL.
10. Apa yang harus dilakukan bila ibu menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti
menyusui.
1) Sebaikanya menggunakan kondom atau metode kontrasepsi lain ketika anda
tidak menyusui lagi secara eksklusif.
2) Ke klinik atau pelayanan kesehatan untuk membantu memilihkan atau
memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai.
I. Keefektifan Metode Amenorea Laktasi ( MAL )

8
Beberapa catatan dari konsensus bellagio (1988) untuk mencapai keefektifan 98%
adalah:
1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi
1-2 teguk air/minuman pada upacara adat atau agama).
2. Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum
dianggap haid).
3. Bayi menghisap secara langsung
4. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
5. Kolostrum diberikan kepada bayi.
6. Pola menyusui on demand dan dari kedua payudara
7. Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
8. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid,
tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidaksuburan karena menyusui sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek:
a. Cara menyusui.
b. Seringnya menyusui.
c. Lamanya setiap kali menyusui.
d. Jarak antara menyusui.
e. Kesungguhan menyusui.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Metode amenore laktasi ( MAL) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI ). Metode ini menberikan banyak
keuntungan bagi pemakainya. Selain memberikan keuntungan kontraseptif. Namun
sebagai mana layak nya jenis metode kontrasepsi lainnya,MAL juga mempunyai
beberapa keterbatasan.
Metode Amenore Laktasi (MAL ) bekerja dengan cara menekan atau menunda
terjadinya proses ovulasi,yaitu dengan peningkatan hormon prolaktin sebagai akibat
responsterhadap stimulus pengisapan berulang pada saat menyusui. Penggunaan MAL
bagi ibu pospartum sebagai metode kontrasepsi dapat diandalkan sepanjang ibu tidak
mengalami ovulasi. Semakinlama ibu memulai untuk menyusui bayinya,menstruasi
akan semakin cenderung terjadi kembali selama masa meyusui tersebut,dan makin
cenderung timbul ovulasi yang mendahului menstruasi pertama postpartum.
Sebaliknya, semakin sering mengisap ASI, maka semakin lama kembalinya atau
tertundanya menstruasi ibu.
B. Saran
Sebaiknya metode kontrasepsi amenore laktasi ( MAL ) menjadi pilihan KB bagi
ibu yang menyusui, karena metode ini selain digunakan sebagai alat kontrasepsi juga
dapat mempererat hubungan anatara ibu dengan bayinya, dan metodde ini tidak
mengganggu senggama antara ibu dengan suami serta tidak mempunyai efek samping.

10
11

Anda mungkin juga menyukai