Makalah ini disusun guna memenuhi tugas laporan Praktik Klinik kebidanan II
yang dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014
sampai dengan tanggal 24 September 2014
Disusun oleh:
1. Inayatul Masbacha (12.001)
2. Naeli Ulfaturrohmah (12.002)
3. Dikha Damayanti (12.003)
4. Eka Muallimah (12.004)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus
normal / partus biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta
tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam. Partus abnormal adalah bayi lahir melalui vagina
dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum,
dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea.
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan
korion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti
selepitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics
kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi
janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam
keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
sebanyak 30%.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia
yang terjadi dalam kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion, dan
apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap
stimuli, seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi
mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan ibu bersalin patologi pada Ny E
dengan ketuban pecah dini yang komprehensif
2. Tujuan Khusus
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada persalinan patologi pada
Ny E dengan ketuban pecah dini dengan 7 langkah Varney :
1) Pengumpulan Data dasar
2) Interpretasi Data Dasar
3) Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
4) Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh
6) Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan
7) Evaluasi Asuhan Kebidanan
C. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang
didapat selama perkuliahan
2. Bagi Institusi
Studi kasus ini diharapkan mampu menjadikan acuan dan berguna
untuk memberikan informasi, pengetahuan dan ilmu baru bagi kemajuan di
bidang kesehatan sebagai bahan referensi guna pengembangan ilmu
pengetahuan.
3. Bagi Lahan Praktek
Studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan gambaran informasi serta
bahan untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diterapkan oleh
lahan praktek.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002). Ketuban Pecah Dini
adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba, 2002).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
B. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital
pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin
serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).
2. Peninggian tekanan inta uterin
a. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
b. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
c. Gemelli, Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal
ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis
dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
d. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau
over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
e. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat
banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion
terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
D. DIAGNOSIS
1. Pastikan selaput ketuban pecah.
2. Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
3. Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit,
tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
4. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
5. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes),
jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan
ketuban (alkalis). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan
ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah
apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim,
dan air seni.
6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan
amniom dan gambaran daun pakis.
7. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
8. Tentukan ada tidaknya infeksi.
9. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan
ketuban keruh dan berbau.
10. Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
11. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
12. Tentukan tanda-tanda persalinan.
13. Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
14. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi
kehamilan )
Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly
janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin.
c. Pemantauan janin
d. Membantu dalam mengevaluasi janin
e. Protein C-reaktif
f. Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis
E. PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai
infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-
1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
F. PENGARUH KPD
1. Terhadap Janin: Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi
tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih
dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.
Jadi akan meninggikan morrtalitas dan morbiditas perinatal.
2. Terhadap Ibu: Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta
dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus
akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi lainnya.
G. KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada
ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari
pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
4. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal
H. PENANGANAN
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio
plasenta
c. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikan
antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per
oral 3x perhari selama 7 hari.
e. Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri
dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
f. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada
infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24
jam.
2. Aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
b. Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25
mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
c. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah
dini adalah sebagai berikut :
1) Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan
waktu apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari
2000 gram.
2) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c,
dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan :
a) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering
kali didahului kondisi ibu yang menggigil.
b) Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam
sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang
DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat
pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama
induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat
kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat
mengindikasikan infeksiuteri.
c) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
d) Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar
diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
1) Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
2) Bau rabas atau cairan di sarung tangan anda
3) Warna rabas atau cairan di sarung tangan
e) Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat
diperoleh gambaran jelas dari setiap infeksi yang timbul.
Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGI
PADA NY E DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG VK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 24 Agustus 2014 Pukul : 10.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Identitas / Biodata
Nomor RM : 05.29.56
Nama ibu : Ny E Nama suami : Tn. A
Umur : 28 tahun : 41 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia :Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga : Swasta
Alamat : Mendut utara I 05/05 manyaran
Semarang Barat
2. Keluhan utama :
Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir sejak kemarin, keluar
cairan ngepyok dan merasa kenceng – kenceng sejak tanggal 23
Agustus 2014 jam 08.00 WIB, warna tidak keruh, baunya khas
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 27 tahun dengan suami
sekarang sudah 1 tahun
4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur / tidak : teratur
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : 2 kali ganti pembalut/hari
f. Dismenorhoe : -
g. HPHT : 20 November 2013
h. Taksiran partus : 27 Agustus 2014
5. Riwayat Obstetri
G1P0A0
No Thn Kehamilan Persalinan Bayi
UK Penyuli UK Cara Tempat/ Penyulit BB PB Se Kead Pe K
penolong
t ks aan ny e
lahir
uli t
t
nif
as
1 Ham
il ini
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : mesocephelus, bersih, tidak ada massa/ nyeri tekan
Muka : oval, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : simetris, sclera tidak ikterik, conjungtiva tidak
anemis
Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
Hidung : tidak ada polip dan secret
Mulut :gusi tidak berdarah, tidak stomatitis, tidak ada
caries gigi
Leher :tidak ada pembesaran kalenjer parotis, tifoid dan
vena jugularis
Dada /mamae:simetris, tidak ada retraksi dinding dada, puting
menonjol
Perut : tidak ada striae, tidak ada linea nigra dan, tidak ada
luka bekas operasi
Genetalia : bersih, tidak ada secret dan tidak oedema
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kalenjer tifoid, dan
vena jugularis
Dada / mamae : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
benjolan
Abdomen : tidak ada nyeri tekan
Leopold I : TFU 2 jari di bawah Px, bagian atas perut
ibu teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting
( bokong).
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba tahanan
keras memanjang dari atas kebawah ( puka ).
Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil- keci janin
( ekstremitas ).
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat,
keras, lunak dan melenting ( kepala ).
Leopold IV : Bagian terbawah janin tidak dapat
digoyangkan,sudah masuk PAP ( konvergen)
TBJ : 3720 gram rumus : TFU – 11 x (155)
35 – 11 x (155) = 24 x 155
= 3720
TFU : 35 cm
His / kontraksi : frekuensi 2 kali dalam 10 menit durasi 35´´
c. Auskultasi
DJJ (+), terdengar teratur, Frekuensi 140 kali/ menit
d. Perkusi
Reflek patella : kiri / kanan ( + ) / ( + )
Cek ginjal (CVAT) : kiri / kanan ( - ) / ( - )
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
HB : 11,6 gram% normal 12 – 16 gram
%
Albumin : (-)
Reduksi : (-)
Leukosit : 9100 SEL/MM 4000 - 10.000
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 24 Agustus 2014 pukul : 10.52 WIB
No Waktu Pelaksanaan
1 10.50 Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
TD: 110/80 mmHg, N: 36,50C, R: 24x/menit, Djj :
138x/menit,ibu mengalami ketuban pecah dini 12 jam,
pembukaan 5 cm
2 10.52 Memasang infus RL 20 tmp di lengan untuk memenuhi
kebutuhan cairan elektrolit dan memperbaiki keadaan umum
ibu serta melakukan kolaborasi dengan dokter SP.Og
3 11.00 Melakukan inform consent kepada ibu dan keluarga bahwa
demi memperkecil adanya komplikasi karena ketuban pecah
dini yang dialami oleh ibu, maka ibu akan dilakukan operasi
SC untuk melahirkan bayi mengingat kondisi ibu yang sudah
lemah serta tidak memungkinkan bila akan dilahirkan secara
normal pervaginam
4 11.10 Mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas
panjang dari hidung dan mengeluarkan dari mulut, atau bisa
juga dengan membantu ibu memilih posisi yang nyaman seperti
miring ke kiri, dapat dilakukan ketika ada kontraksi.
5 11.22 Menyiapkan pasien preoperasi yaitu ibu dianjurkan untuk
berpuasa 6 jam sebelum dan sesudah operasi, menganjurkan
ibu untuk membersihkan diri, mengganti baju ibu dengan baju
operasi, membersihkan rambut pubis ( scaren ), melakukan
vulva hygine, memasang selang kateter, menyiapkan
perlengkapan ibu seperti kain, pampers, baju ibu dan
perlengkapan bayi seperti baju, popok, kain bedong, penutup
kepala, kaos tangan dan kaki.
6 11.30 Memantau keadaan ibu dengan mengukur suhu dan denyut nadi
ibu tiap 2 jam, dan DJJ tiap 1 jam sekali sebelum tindakan
operasi SC dimulai
7 11.45 Memindahkan ibu ke brankat yang akan digunakan untuk
mengantar ibu ke ruang operasi (OK).
8 12.00 Mengatur posisi ibu agar nyaman dan memberi dukungan
kepada ibu dengan melibatkan suami, orang tua atau orang
terdekat ibu agar ibu merasa nyaman dan tidak merasa sendiri
ketika akan menghadapi proses operasi.
9 12.50 Mengantar pasien ke ruang operasi (OK).
10 13.52 Mendokumentasikan tindakan dan hasil tindakan yang telah
dilakukan
VII. EVALUASI
Tanggal : 24 Agustus 2014 Pukul : 14.30 WIB
No Waktu Evaluasi
1 10.50 Ibu dan keluarga sudah mengatahui hasil pemeriksaan dan
keadaan ibu sekarang
2 10.52 Infus RL 20 tetes/menit sudah dipasang di lengan
3 11.00 Keluarga setuju bila ibu harus dilakukan tindakan operasi SC
demi keselamatan ibu dan bayi
4 11.10 Ibu sudah dapat mempraktekkan teknik relaksasi dengan benar.
5 11.22 Cateter sudah terpasang dan ibu sudah siap untuk di operasi
6 11.30 Nadi, suhu dan DJJ sudah di pantau dan hasilnya normal
N : 80x/m, S: 37 °C, DJJ : 140 x/m
7 11.45 Ibu sudah berada di atas brankat.
8 12.00 Ibu dalam keadaan nyaman dan percaya diri bahwa operasi akan
berjalan dengan lancar.
9 12.50 Pasien sudah berada di ruang operasi
10 13.52 Hasil tindakan sudah di dokumentasikan
KALA IV
I. DATA SUBYEKTIF
Tanggal : 24 Agustus 2014 Pukul : 14.30 WIB
Ibu mengatakan sangat senang bayinya sudah lahir dengan selamat
Ibu mengatakan badannya masih teras lemas, gemetar dan ingin muntah
III. ASESSMENT
1. Diagnosa kebidanan
Seorang ibu Ny E umur 28 tahun P1A0 dalam persalinan kala IV
2. Diagnosa Masalah
Tidak ada
IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 24 Agustus 2014 Pukul: 14.35 WIB
1. Melakukan observasi meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, urine,
kontraksi dan perdarahan tiap 15 menit dalam 1 jam pertama diruang
nifas, tiap 30 menit dalam 1 jam kedua di ruang nifas.
H : Ibu sudah di observasi dan keadaannya normal.
2. Merapikan ibu dengan memakaikan ibu pampers, memasang kain atau
jarik, dan memberikan selimut.
H : Ibu sudah memakai pampers, kain jarik dan selimut.
3. Memantau tetesan infus untuk mengatahui/ mengontrol cairan yang
masuk ke tubuh ibu.
H : Tetesan 20 tetes per menit.
4. Memindahkan ibu ke brankat dan mengantar ibu kembali ke kamarnya
setelah 1 jam pemantauan di ruang operasi (OK)
H : Ibu sudah dipindahkan kekamarnya.
5. Memberikan konseling pasca operasi kepada ibu dan keluarga bahwa
ibu harus berpuasa selama 6 jam setelah tindakan operasi dengan tidak
minum atau makan, ibu tidak boleh terlalu banyak gerak dan gemetar
atau rasa ingin muntah yang ibu rasakan saat ini adalah efek dari obat
bius serta akan hilang dengan sendirinya, jadi ibu dan keluarga tidak
perlu khawatir.
H : Ibu dan keluarga sudah mengerti tentang tindakan yang harus
dilakukan pasca operasi.
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya bila keadaan ibu sudah
memungkinkan, ibu bisa menyusui bayinya dengan cara berbaring di
tempat tidur dan meletakkan bayi di samping ibu.
H : Ibu sudah menyusui bayinya jam 15.00 WIB
7. Mendokumentasikan hasil tindakan.
H : Hasil tindakan sudah didokumentasikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hubungan antara tinjauan teori dan
studi kasus Asuhan Kebidanan pada NY “ E ” dengan Ketuban Pecah dini untuk
menguraikan kesenjangan teori dan praktek, maka digunakan pendekatan asuhan
kebidanan yang terdiri dari 7 langkah yaitu pengumpulan data dasar, identifikasi
diagnosa masalah/aktual, antisipasi diagnosa/masalah potensial, tindakan segera
kolaborasi, rencana asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan
kebidanan/implementasi dan evaluasi asuhan kebidanan, serta dilakukan
pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP
A. PENGUMPULAN DATA DASAR
Pada kasus ketuban pecah dini ada beberapa faktor resiko menurut teori
yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini ,diantaranya: Makrosomia
adalah berat badan neonatus >4000 gram,
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL,letak sungsang, letak lintang,kemungkinan kesempitan panggul ,
Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik),riwayat KPD sebelumya
Pada praktek penulis melakukan pengkajian pada kasus persalinan Ny.
E dengan ketuban pecah dini, terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek. Dimana selama kehamilan ibu tidak mengalami penambahan berat
badan yang berlebihan, ibu tidak obesitas, ibu tidak diabetes, dan ibu tidak
mengalami letak sungsang/letak lintang,ibuk tidak mengalami kesempitan
panggul, dan tidak ada riwayat KPD sebelumnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengumpulan Data Dasar
Pada praktek penulis melakukan pengkajian pada kasus persalinan Ny. E
dengan ketuban pecah dini, terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek. Dimana selama kehamilan ibu tidak mengalami penambahan
berat badan yang berlebihan, ibu tidak obesitas, ibu tidak diabetes, dan ibu
tidak mengalami letak sungsang/letak lintang,ibuk tidak mengalami
kesempitan panggul, dan tidak ada riwayat KPD sebelumnya.
2. Interpretasi Data Dasar
Pada praktek penulis melakukan pengkajian pada kasus persalinan Ny. E
dengan ketuban pecah dini, terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek
3. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Pada praktek penulis melakukan pengkajian pada kasus persalinan Ny. E
dengan ketuban pecah dini, terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek
4. Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera
Dalam identifikasi kebutuhan akan tindakan segera/kolaborasi tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di lapangan.
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Maka dalam merencanakan asuhan yang menyeluruh telah dilaksanakan
dilapangan. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
di lapangan.
6. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan
Maka pada tindakan pertolongan persalinan dengan ketuban pecah dini
yang dilakukan di lapangan tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dengan praktek saat di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA