PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui perubahan fisiologis pada wanita hamil
2. Mengetahui perubahan patologis pada wanita hamil
3. Penatalaksanaan anestesi pada pasien sectio cesaria
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari pembuatan laporan referat ini antara lain :
1. Menambah wawasan mengenai anestesi pada pasien sectio cesaria
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang
mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu Anastesi.
2
BAB II
STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
3
selama kehamilan normal terjadi juga peningkatan faktor pembekuan
VII, VIII, X, XII dan fibrinogen sehingga darah berada dalam
hypercoagulable state.
4
Sementara itu terjadi juga peningkatan sekresi asam lambung, penurunan
tonus sfingter esophagus bawah serta perlambatan pengosongan
lambung.
Enzim-enzim hati pada kehamilan normal sedikit meningkat.
Kadar kolinesterase plasma menurun sampai sekitar 28%, mungkin
akibat hemodilusi dan penurunan sintesis.
7
protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus (Tamm Horsfall, Imunoglobulin A
dan Urokinase) atau sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan
hormon peptida.
Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier yang
menghalangi sel maupun partikel lain menembus dindingnya. Membran basalis
glomerulus menangkap protein besar (>100 kDal) sementara foot processes dari
epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk
transpor melalui saluran yang sempit. Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein
yang kaya akan glutamat, aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH
fisiologis. Muatan negatif akan menghalagi transpor molekul anion seperti albumin.
2.2.2 Preeklampsia
Pre-eklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul pada kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan atau pada trimester terakhir. Ibu
hamil tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskular atau hipertensi
sebelumnya (Cunningham, 1995). Sedangkan eklamsia didefinisikan sebagai
penambahan kejang umum pada sindrom pre-eklamsia ringan atau berat. Pre-
eklamsia/eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria
dan edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.
Penyebab pre-eklamsia/eklamsia sampai sekarang masih belum diketahui.
Telah banyak teori yang menerangkan namun belum dapat memberi jawaban yang
memuaskan. Banyak teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba
menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”. Namun belum
ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang ini dipakai
sebagai penyebab Pre-eklampsia adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini
belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. Rupanya
tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia/eklampsia.
8
Dari hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklamsia dan eklamsia.Sejumlah hipotesis
tentang etiologi preeklamsia yaitu :
9
a. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada
preeklamsia/eklamsia diikuti dengan proteinuria.
b. Beberapa wanita dengan preeklamsia/eklamsia mempunyai kompleks imun
dalam serum. Stirat (1986) menyimpulkan, meskipun ada beberapa pendapat
menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada
preeklamsia/eklamsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa
menyebabkan preeklamsia/eklamsia.
3. Hipotesis Genetik
Preeklamsia diturunkan secara resesif tunggal atau gen dominan yang tidak
komplit.Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
preeklamsia/eklamsia antara lain :
a. Preeklamsia hanya terjadi pada manusia.
b. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklamsia/eklamsia pada
anak-anak dari ibu yang menderitapreeklamsia/eklamsia.
c. Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklamsia/eklamsia pada anak dan
cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsia/eklamsia dan bukan pada ipar mereka.
d. Peran Renin Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)
5. Teori Hiperdinamik
Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan cardiac output yang dikompensasi
dengan vasodilatasi pembuluh darah termasuk sistem arteriol di ginjal.Akibatnya
terjadi peningkatan aliran di kapiler dan menyebabkan jejas sel endotel kapiler.
Adapun faktor-faktor predisposisi terjadinya preeklamsia antara lain :
10
1. Primigravida atau nullipara, terutama pada umur reproduksi ekstrem, yaitu
remaja dan umur 35 tahun ke atas
2. Multigravida dengan kondisi klinis :
a. kehamilan ganda dan hidrops fetalis
b. penyakit vaskuler termasuk hipertensi esensial kronik dan diabetes
mellitus
c. penyakit-penyakit ginjal
3. Hiperplasentosis : molahidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, bayi
besar, diabetes mellitus
4. Riwayat keluarga pernah preeklamsia dan eklamsia
5. Obesitas dan hidramnion
6. Gizi yang kurang dan anemi
7. Kasus-kasus dengan kadar asam urat yang tinggi, defisiensi kalsium,
defisiensi asam lemak tidak jenuh, kurang antioksidan.
Pre-eklamsia digolongkan ke dalam pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia berat
(Mochtar, 1998). Dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
Pre-eklamsia ringan:
1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
2. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus sampai 2 pada urin
kateter atau urin aliran pertengahan.
Preeklampsia berat:
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg.
2. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/24 jam
3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4. Keluhan subjektif:
a. Nyeri epigastrium
b. Gangguan penglihatan
c. Nyeri kepala
11
d. Edema paru dan sianosis
e. Gangguan kesadaran
Perubahan patologi yang terjadi pada penderita preeklampsi/eklampsi:
12
E. Ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang.Kelainan ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin sekali juga
dengan retensi garam dan air.Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus
arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun,
yang menyebabkan retensi garam dan dengan demikian juga retensi air.
Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50 % dari normal sehingga pada keadaan
lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.Kadar kreatinin dan ureum pada
preeklamsia tidak meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau
anuria.Karakteristik lesi ginjal pada pasien preeklamsia yaitu
”glomeruloendotheliosis”, yang ditandai dengan pembengkakan dan
pembesaran sel-sel endothelial kapiler glomerulus,yang menyebabkan
penyempitan lumen kapiler.
F. Hati
Gangguan pada hati sangat bervariasi, mulai dari gejala subklinis dengan
manifestasi hanya berupa deposit fibrin di sepanjang sinusoid hepatik sampai
terjadinya ruptur hepar.Gejala yang paling ekstrim yaitu sindrom HELLP
(Hemolysis, Elevated liver enzymes, and low platelet) dan infark hati. Kriteria
diagnosis sindrom HELLP terdiri dari: Hemolisis, kelainan apus darah tepi, total
bilirubin > 1,2 mg/dl, LDH > 600 U/L, peningkatan fungsi hati, serum AST >
70 U/L, jumlah trombosit < 100000/mm3.
13
Menurunnya aliran darah ke plasenta menyebabkan gangguan fungsi plasenta
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen.Pada preeklamsia dan eklamsia sering terjadi peningkatan tonus rahim
dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.
H. Keseimbangan air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyertai preeklamsia dan eklamsia tidak diketahui
sebabnya.Terjadi di sini pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang
interstitial.Kejadian ini, yang diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan
protein serum, dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah
berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama.Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang,
dengan akibat hipoksia.
Lokasi : L2 – S1
Keuntungan :
Mengurangi pemakaian narkotik sistemik sehingga kejadian depresi janin
dapat dicegah/dikurangi.
Ibu tetap dalam keadaan sadar dan dapat berpartisipasi aktif dalam persalinan.
14
Risiko aspirasi pulmonal minimal (dibandingkan pada tindakan anestesi
umum)
Jika dalam perjalanannya diperlukan sectio cesarea, jalur obat anestesia
regional sudah siap.
Kerugian :
1. Hipotensi akibat vasodilatasi (blok simpatis)
2. Waktu mula kerja (time of onset) lebih lama
3. Kemungkinan terjadi sakit kepala pasca punksi.
4. Untuk persalinan per vaginam, stimulus nyeri dan kontraksi dapat menurun,
sehingga kemajuan persalinan dapat menjadi lebih lambat.
Indikasi
a. bedah abdomen bagian bawah, misal: op hernia, apendiksitis
b. bedah urologi
c. bedah anggota gerak bagian bawah
d. bedah obstetri ginekologi
e. bedahanorectal& perianal, misal: ophemoroid
Kontraindikasi
Absolut
1. Kelainan pembekuan darah (koagulopati)
2. Infeksi daerah insersi
3. Hipovolemia berat
4. Penyakit neurologis aktif
5. Pasien menolak
Relative
2. R. pembedahan utama tulang belakang
3. Nyeri punggung
4. aspirin sebelum operasi
5. Heparin preoperasi
6. Pasien tidak kooperatif atau emosi tidak stabil
Komplikasi
Akut
15
1. Hipotensi dikarenakan dilatasi pembuluh darahmax
2. bradikardi dikarenakan blok terlalu tinggi, berikan SA
3. Hipoventilasi berikan O2
4. Mual muntah dikarenakan hipotensi terlalu tajam, berikan epedril
5. Total spinal obat anestesi naik ke atas, berikan GA
Pasca tindakan
1. Nyeri tempat suntikan
2. Nyeri punggung
3. Nyeri kepala
4. Retensi urin dikarenakan sakral terblok pasang kateter
Obat anastesia yang banyak dipakai adalah :
Lidonest
Bupivacain (Marcain)
Lidokain
Teknik :
Pasang line infus dengan diameter besar, berikan 500-1000 cc cairan kristaloid
(Ringer Laktat).
15-30 menit sebelum anestesi, berikan antasida
Observasi tanda vital
Epidural : posisi pasien lateral dekubitus atau duduk membungkuk, dilakukan
punksi antara vertebra L2-L5 (umumnya L3-L4) dengan jarum/trokard. Ruang
epidural dicapai dengan perasaan “hilangnya tahanan” pada saat jarum
menembus ligamentum flavum.
Spinal / subaraknoid : posisi lateral dekubitus atau duduk, dilakukan punksi
antara L3-L4 (di daerah cauda equina medulla spinalis), dengan jarum /
trokard. Setelah menembus ligamentum flavum (hilang tahanan), tusukan
diteruskan sampai menembus selaput duramater, mencapai ruangan
subaraknoid. Identifikasi adalah dengan keluarnya cairan cerebrospinal, jika
stylet ditarik perlahan-lahan.
Posisi lateral dekubitus
16
Posisi duduk
Keuntungan : lebihnyata, processus spinosum lebih mudah diraba, garis
tengah lebih teridentifikasi (gemuk), posisi yang nyaman pada pasien
PPOK.
17
Injeksi intravaskular ditandai dengan gangguan penglihatan, tinitus, dan
kehilangan kesadaran. Kadang terjadi juga serangan kejang. Harus dilakukan
intubasi pada pasien, menggunakan 1.0 – 1.5 mg/kgBB suksinilkolin, dan
dilakukan hiperventilasi untuk mengatasi asidosis metabolik.
Komplikasi neurologik yang sering adalah rasa sakit kepala setelah punksi dura.
Terapi dengan istirahat baring total, hidrasi (>3 L/hari), analgesik, dan pengikat /
korset perut (abdominal binder).
Keuntungan :
1. Induksi cepat
2. Pengendalian jalan napas dan pernapasan optimal
3. Risiko hipotensi dan instabilitas kardiovaskular lebih rendah
Kerugian :
1. Risiko aspirasi pada ibu lebih besar
2. Dapat terjadi depresi janin akibat pengaruh obat
3. Hiperventilasi pada ibu dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan
asidosis pada janin
4. Kesulitan melakukan intubasi tetap merupakan penyebab utama mortalitas
dan morbiditas maternal
18
Dosis pentotal
Dosis pentotal yang dianjurkan adalah 5 mg/kg BB dalam larutan 2,5% dengan
pH 10.8, tetapi sebaiknya hanya diberikan 50-75 mg.
Keuntungan pentotal
Cepat menimbulkan rasa mengantuk (sedasi) dan tidur (hipnotik).
Termasuk obat anestesia ringan dan kerjanya cepat.
Tidak terdapat delirium
Cepat pulih tanpa iritasi pada mukosa saluran napas.
Komplikasi pentotal
Lokal (akibat ekstravasasi), dapat menyebabkan nekrosis
Rasa panas (bila pentotal langsung masuk ke pembuluh darah arteri)
Depresi pusat pernapasan
Reaksi vertigo, disorientasi, dan anfilaksis
Kontraindikasi pentotal
Pentotal merupakan kontraindikasi pada pasien-pasien yang disertai keadaan
berikut:
Gangguan pernafasan
Gangguan fungsi hati dan ginjal
Anemia
Alergi terhadap pentotal
Apabila dilakukan anestesi intravena menggunakan pentotal, sebaiknya pasien
dirawat inap karena efek pentotal masih dijumpai dalam waktu 24 jam, dan hal
ini membahayakan bila pasien sedang dalam perjalanan.
b) Ketamin
Ketamin termasuk golongan non barbiturat dengan aktivitas “rapid setting
general anaesthesia”, dan diperkenalkan oleh Domine dan Carses pada tahun
1965.
19
Sifat ketamin :
o Efek analgetiknya kuat
o Efek hipnotiknya ringan
o Efek disosiasinya berat, sehingga menimbulkan disorientasi dan halusinasi
o Mengakibatkan disorientasi (pasien gaduh, berteriak)
o Tekanan darah intrakranial meningkat
o Terhadap sistem kardiovaskuler, tekanan darah sistemikmeningkat
sekitar20-25%
o Menyebabkan depresi pernapasan yang ringan (vasodilatasi bronkus)
Dosis ketamin
Dosis ketamin yang dianjurkan adalah 1-2 mg/kg BB, dengan lama kerja
sekitar 10-15 menit. Dosis ketamin yang dipakai untuk tindakan D & K
(dilatasi dan kuretase) atau untuk reparasi luka episiotomi cukup 0,5 – 1 mg/Kg
BB.
20
Kelainan jiwa
Dosis Valium
10 g IV atau IM. Bila digunakan untuk induksi anastesi, dosis nyasebesar 0,2
– 0,6 mg/kg BB.
d) Diprivan
Komposisi diprivan adalah sebagai berikut :
10 % minyak kacang kedelai
1,2 % fosfatida telur
2,25 % gliserol
Keseluruhannya merupakan larutan 1% dalam air, dalam bentuk emulsi.
Diprivan sangat baik karena tidak memerlukan obat premedikasi. Disamping
itu kesadaran pasien pulih dengan cepat, tanpa terjadi perubahan apapun.
Diprivan juga tidak menimbulkan depresi pusat pernafasan ataupun gangguan
jantung. Oleh karena itu, ketika diprivan digunakan untuk pertama kalinya
21
pada tahun 1977, obat ini langsung menduduki tempat tertinggi untuk
kepentingan operasi-operasi yang ringan dan singkat.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24