PENDAHULUAN
Sistem piramidal merupakan jalur desending yang terdiri dari serabut yang
berasal dari korteks motorik pada otak yang kemudian disalurkan ke batang otak
yaitu bagian integral dari neuron motorik, respon kembali diteruskan menuju
ujung-ujung akson yaitu efektor hingga akhirnya menjadi suatu gerakan yang
Fungsi sistem piramidal adalah memulai timbulnya suatu gerakan volunteer atau
suatu gerak sadar yang bersifat halus dan juga berfungsi untuk kontraksi otot
terdapat pada otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari
ganglia, batang otak, spinal cord yang keluar dari traktus piramidal. Letak dari
ekstrapimidal adalah terutama di formatio retikularis dari pons dan medulla, dan
Sistem piramidal berperan dalam gerakan volunter, yaitu gerakan sadar yang
dapat terlaksananya suatu gerakan volunter yang terampil dan mahir. Kerjasama
yang terpadu antara sistem piramidal dan sistem ekstrapiramidal diperlukan dalam
fungsi motorik yang sempurna pada otot rangka, keduanya mempunyai andil
besar dalam gerakan yang terjadi pada tubuh, meskipun demikian keduanya
Sindrom ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu gejala atau reaksi yang
(piramidal).
yang memiliki potensial tinggi dan pemberian dalam dosis tinggi paling sering
pada pasien karena memiliki afinitas yang kuat pada reseptor muskarinik.
2
Pendekatan farmakologi pada manifestasi psikosis ini terpusat pada
1.2. Tujuan
Jombang.
sindrom ekstrapiramidal.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
oleh penggunaan jangka pendek atau jangka panjang dari medikasi antipsikotik
gerakan otot skelet, spasme atau rigitas, tetapi gejala-gejala itu diluar kendali
2.2. EPIDEMIOLOGI
mempunyai potensi tinggi. Reaksi distonia akut terjadi pada kira-kira 10% pasien,
biasanya pada pria muda, terutama yang mendapat pengobatan dengan neuroleptik
pasien yang telah menggunakan antipsikotik tipikal dalam kurun waktu 6 bulan
atau lebih. Tetapi sebagian besar kasus sangat ringan. Hanya 5% pasien yang
4
memperlihatkan gejala nyata. Akatisia merupakan gejala EPS yang paling sring
Umumnya pada pasien muda. Sindrom parkinson lebih sering pada dewasa muda,
2.3. ETIOLOGI
dalam jangka waktu singkat atau lama yang menyebabkan adanya gangguan
a. Ketidakseimbangan degeneratif
b. Ketidakseimbangan metabolik
d. Inflamasi
e. Racun
5
g. Anoxia
2.4. PATOFISIOLOGI
otak, serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area 4, area 6 dan
melingkar yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan
tersebut dinamakan sirkuit striatal yang terdiri dari sirkuit striatal utama
Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu (a) hubungan
segenap neokorteks dengan korpus striatum serta globus palidus, (b) hubungan
dengan korteks area 4 dan 6. Data yang tiba diseluruh neokorteks seolah-olah
6
diserahkan kepada korpus striatum / globus plaidus / thalamus untuk diproses dan
hasil pengolahan itu merupakan bahan feedback bagi korteks motorik dan korteks
motorik tambahan.
menyusun sirkuit yang pada hakekatnya mengumpani sirkuit striata utama, maka
sirkuit-sirkuit itu disebut sirkuit striatal asesorik. Sirkuit striatal asesorik ke-1
terdiri dari defisit fungsional primer (gejala negatif) yang ditimbulkan oleh tidak
berfungsinya sistem dan efek sekunder (gejala positif) yang timbul akibat
hilangnya pengaruh sistem itu terhadap bagian lain. Pada gangguan dalam fungsi
7
traktus ekstrapiramidal gejala positif dan negatif itu menimbulkan dua jenis
sindrom, yaitu :
Pada : Parkinson
2.5.1. Gejala negatif
Gejala negatif terjadi akibat kekurangn jumlah dopamin karena
2.5.1.1. Bradikinesia
sekali. Gejala ini merupakan gejala utama yang didapatkan pada penyakit
duduk.
ditemukan pada penyakit parkinson. Terjadi fleksi pada tungkai dan badan
8
Gejala positif timbul oleh karena terjadi perubahan pelepasan ataupun
disinhibisi dari dopamin, tetapi tidak ditemukan kerusakan struktur, yang terdiri
dari:
- Gerakan involunter
Tremor
Athetosis
Chorea
Distonia
Hemiballismus
- Rigiditas
sebagai plastic atau lead pipe rigidity. Bila disertai dengan tremor maka
skelet yang timbul beberapa menit dan dapat pula berlangsung lama,
9
otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, otot rahang (trismus,
okulogirik).
Distonia juga dapat ter jadi pada otot diafragmatik yang membantu
kematian..Reaksi distonia akut sering terjadi dalam satu atau dua hari
Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam satu atau dua hari
setelah pengobatan dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja. Keadaan ini
terjadi pada kira-kira 10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan lebih
sering dengan neuroleptik dosis tinggi yang berpotensi lebih tinggi, seperti
Posisi abnormal atau spasme otot kepala, leher, anggota gerak, atau
batang tubuh yang berkembang dalam beberapa hari setelah memulai atau
10
2.5.3.2. Tardive Dyskinesia (kronik)
berjalan, berbicara, bernafas, dan makan pasien dan kadang mengganggu. Gejala
hilang dengan tidur, dapat hilang timbul dengan berjalannya waktu dan umumnya
pasien yang berobat lama. Tetapi sebagian kasus sangat ringan dan hanya sekitar
makan.
Faktor predisposisi dapat meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan
pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang. Pasien dengan gangguan afektif
2.5.3.3. Akatisia
panjang,, gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak umumnya kaki yang
tidak bisa tenang, atau rasa gatal pada otot. Penderita dengan akatisia berat tidak
11
mampu untuk duduk tenang, perasaannya menjadi cemas atau iritabel, agitasi, dan
terjadi pada sebagian besar pasien yang diobati dengan medikasi neuroleptik,
terutama pada populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang
gelisah, gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak. Juga telah dilaporkan
sebagai rasa gatal pada otot. Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau
kesukaran tidur yang dapat disalah tafsirkan sebagai gejala psikotik yang
Agitasi, pemacuan yang nyata, atau manifestasi fisik lain dari akatisisa
hanya dapat ditemukan pada kasus yang berat. Juga, akinesis yang ditemukan
ketidakpatuhan pasien.
dosis obat, riwayat parkinson sebelumnya, dan kerusakan ganglia basalis. Terdiri
dari akinesia, tremor, dan bradikinesia. Akinesia meliputi wajah topeng, jedaan
dari gerakan spontan, penurunan ayunan lengan saat berjalan, penurunan kedipan,
12
Pada suatu bentuk yang lebih ringan, akinesia hanya terbukti sebagai suatu
status perilaku dengan jeda bicara, penurunan spontanitas, apati dan kesukaran
skizofrenia negatif. Tremor dapat ditemukan pada saat istirahat dan dapat pula
mengenai rahang. Gaya berjalan dengan langkah kecil dan menyeret kaki
2.5.3.5. Lain-lain
Berikut merupakan EPS lain yang agak lazim yang dapat dimulai berjam-jam
pengeluaran air liur. Pada bentuk yang yang lebih ringan, akinesia
skizofrenia.
2.5.3.5.2. Tremor : khususnya saat istirahat, secara klasik dari tipe penggulung
13
sebagai “sindrom kelinci”. Keadaan ini dapat dikelirukan dengan
lengan.
2.6. DIAGNOSIS
neurologis.
14
Pemeriksaan laboratorium tergantung pada tampilan klinis. Pasien dengan
adanya antipsikotik tidak tersedia secara luas. Selain itu, kandungan obat dalam
serum untuk tranquilizer mayor tidak berkorelasi dengan baik dengan keparahan
kinase-MM , nitrogen dan urea darah, kreatinin darah, glukosa darah, mioglobin
dan bikarbonat bermanfaat dalam menilai status hidrasi, fungsi ginjal, status asam
yang terlihat dari peningkatan potassium, asam urat, dan keratin kinase-MM.
Perusakan otot juga menghasilkan myoglobin yang diserap oleh ginjal, sehingga
Parkinson Disease
Distonia primer
Tetanus
Penyakit Huntington
Chorea Syndenham
Anxietas
15
Pada pasien dengan tardive diskinesia dapat pula didiagnosis banding dengan
2.8. PENATALAKSANAAN
2.8.1 Non-farmakologis :
efektif
2.8.2 Farmakologis
Pada pasien > 60 tahun diberikan L-dopa .Pemberian L-dopa 3-4x 1 hari
dengan total dosis maksimal 600 mg/ hari diberikan 30 menit sebelum
Contoh Non-ergot da
16
Pramipexole, sifrol 1 mg dimulai dari 0,125 mg. Dosis
trihexyphenidil ((THP), 4-6mg per hari selama 4-6 minggu. Setelah itu
mg. Dosis umumnya 300-400 mg/ hari terbagi dalam 3-4 dosis
pada pasien dengan riwayat EPS atau para pasien yang mendapat
17
2.8.3.2 Medikasi anti-EPS mempunyai efek sampingnya sendiri yang
gejala psikotik.
(Congentin) 0,5-2 mg dua kali sehari (BID) sampai tiga kali sehari
18
benztropin 2 mg IM. Remisi ADR dramatis terjadi dalam waktu 5
menit.
2.8.3.5 Akatisia
yang berat.
19
memburuk, pergerakan paling involunter akan menghilang atau
tahun.
diperdebatkan.
2.9. KOMPLIKASI
saat berjalan dapat menyebabkan penderita terjatuh dan mengalami fraktur. Pada
20
Medikasi anti-EPS mempunyai efek sampingnya sendiri yang dapat
mulut kering, penglihatan kabur, gangguan ingatan, konstipasi dan retensi urine.
2.10. PROGNOSIS
baik bila gejala langsung dikenali dan ditanggulangi. Sedangkan prognosis pada
pasien dengan sindrom ekstrapiramidal yang kronik lebih buruk, Pasien dengan
tardive distonia hingga distonia laring dapat menyebabkan kematian bila tidak
diatasi dengan cepat. Sekali terkena, kondisi ini biasanya menetap pada pasien
BAB III
KESIMPULAN
21
ekstrapiramidal ditangani dengan mulai menurunkan dosis antipsikotik, kemudian
(THP) dan difenhidrami. Bila reaksi distonia akut berat harus mendapatkan
secara IM. Untuk akatisia diberikan antikolinergik dan amantadin, dan pemberian
DAFTAR PUSTAKA
Maslim. R, SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikiatri edisi Ketiga.
22