Anda di halaman 1dari 17

Amira Tauhida

201810401011027
Bagian Ilmu Penyakit Mata
RSUD Jombang
Vitamin A Deficiency (VAD) dapat menyebabkan bermacam-
macam manifestasi pada mata, dikenal sebagai xerophthalmia.
Termasuk diantaranya night blindness, xerosis konjungtiva dan
kornea, dan keratomalacia, juga dapat menyebabkan kebutaan.

Malnutrisi, diikuti dengan malabsorbsi


 Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada
penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang
energi protein ( KEP ) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A
meningkat.
 Adanya kerusakan hati, seperti pda kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP ( retinol Binding Protein ) dan
pre albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.
 Faktor risiko:
- Umur
- Jenis Kelamin
- Status Fisiologis
- Status Gizi
- Penyakit Infeksi
- Penurunan kadar vitamin A selama demam dan infeksi, yaitu:
 Asupan yang rendah karena sakit (anoreksia)
 Gangguan absorpsi karena infeksi pada usus
 Supresi síntesis albumin dan RBP (retinol binding protein) oleh
hepatosit
 Peningkatan katabolisma protein, termasuk RBP

 Faktor-faktor yang lain


Salah satu fungsi dari vitamin A adalah
berperan dalam proses penglihatan,
dimana retina merupakan salah satu
target sel dari retinol.
Retinol yang telah berikatan dengan RBP
akan ditangkap oleh reseptor pada sel
pigmen epitel retina, yang akan dibawa
ke sel-sel fotoreseptor untuk
pembentukan rodopsin.
Rodopsin ini sangat berperan terutama
untuk penglihatan pada cahaya redup.
Karena itu tanda dini dari
defisiensi vitamin A adalah
rabun senja.
N VITAMIN A
1. XN : Rabun senja (hemeralopia, nictalopia)

2. XIA : xerosis konjungtiva

3. XIB : Xerosis konjungtiva dengan bercak bitot

4. X2 : Xerosis Kornea

5. X3A : keratomalasia/ ulserasi kornea lebar < 1/3 permukaan kornea

6. X3B : keratomalasia/ ulserasi kornea, lebar infeksi > 1/3 perm. Kornea

7. XS : Xeroftalmia scar

8. XF : Xeroftalmia Fundus
1. Buta Senja

 Buta senja merupakan gejala awal dan tersering pada

defisiensi vitamin A, merupakan akibat dari disfungsi


fotoreseptor sel batang pada retina, dengan gejala kesulitan
melihat pada sinar redup.

 Penilaian dilakukan dengan adanya riwayat kesulitan melihat

pada sore hari.


2. Xerosis Konjungtiva
 Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat
sedikit berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan
kasar dan kusam.
 Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau
berubah warna kecoklatan.
3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot
 Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva
 Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut
 Orang tua mengeluh mata anaknya tempak bersisik
4. Xerosis Kornea
 Keadaan gawat darurat medis,
 Bilateral, Granular
 Berkabut dan tidak bercahaya
 Pada pemeriksaan dengan senter gambarannya seperti kulit
jeruk.
5. Ulkus Kornea atau Keratomalacia
 Gambarannya kecil, oval, defek bergaung, sering pada daerah
inferior, perifer permukaan kornea, disertai injeksi konjungtiva,
kadang ada hipopion.
 Mencakup seluruh permukaan kornea, lesi berwarna kuning
keabuan
6. Sikatriks Kornea
 Konsekuensi kebutaan yang disebabkan oleh perbaikan
ulkus dan keratomalasia.
 Kornea tampak menjadi putih atau bola mata mengecil
7. Fundus Xeroftalmia
 Defisiensi vitamin A yang berkepanjangan dimana terjadi
gangguan fungsi sel batang karena rusaknya struktur retina

Pale-yellow
spots
 Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara
periodik, yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan
Februari atau Agustus (100.000 SI), untuk anak balita diberikan
enam bulan sekali secara serentak pada bulan Februari dan
Agustus dengan dosis 200.000 SI.

 Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A /


provitamin A secara terus menerus.

 Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 SI

 Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk

Anda mungkin juga menyukai