Disusun Oleh:
Wahyu Oktiarto
30101307349
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Wahyu Oktiarto
30101307349
Dosen Pembimbing,
I.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 21 Mei 2019
pukul 11.00 WIB di Poli Mata RST TK.II dr. Soedjono Magelang.
I.2.1 Keluhan Utama
Mata kanan dan kiri merah,
I.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RST dr. Soedjono Magelang di antar
oleh ibunya. Pasien datang dengan keluhan mata kanan dan mata kiri
merah sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
mengeluhkan bahwa mata kanan dan kirinya gatal, berair, pedih dan sering
keluar kotoran. Menurut ibu pasien, awalnya pasien sering bermain di
lapangan terbuka dari siang hari hingga menjelang magrib kemudian
pasien mulai merasakan keluhan-keluhan terserbut. Keluhan dirasakan
memberat saat pasien terpapar terik matahari dan berkurang saat istirahat
dan diberi obat. Pasien mengatakan mata kanan dan mata kiri sering keluar
kotoran saat bangun tidur. Kotoran terasa lengket berwarna kuning dan
kental sehingga pasien sulit untuk membuka mata. Sebelumnya, Pasien
sudah berobat ke puskesmas diberi obat tetes mata dan obat minum.
Namun, ibu pasien tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas.
Ibu pasien mengatakan gejala ini pun sudah sering dirasa hilang timbul.
Pasien menyangkal kalau teman sekolahnya ada yang sakit seperti ini.
Pasien menyangkal jika dirumah pasien terdapat anggota keluarga yang
mempunyai keluhan serupa. Pasien menyangkal memiliki alergi Pasien
menyangkal matanya pernah kelilipan maupun terjadi trauma dan Pasien
juga menyangkal terjadi penurunan penglihatan pada dirinya.
Endoftalmus - -
- -
Eksoftalmus
- -
Strabismus
3. Suprasilia Normal Normal
4. Palpebra Superior
Edema Tidak di temukan Tidak di temukan
Hematom - -
Hiperemi + +
- -
Entropion
-
Ektropion -
Silia Trikiasis(-) Trikiasis (-)
-
Krusta -
- -
Ptosis
- -
Pseudoptosis
5. Palpebra Inferior
Edema Tidak di temukan Tidak di temukan
Hematom - -
+ +
Hiperemi
- -
Entropion
- -
Ektropion - -
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Krusta - -
Papil - -
- -
Lithiasis
Membran - -
+ +
Cobble Stone
7. Konjungtiva Bulbi
Injeksi Konjungtiva + +
Injeksi siliar - -
- -
Kemosis
- -
Subkonjungtiva Bleeding
- -
Pterigium
Pingekuela
Folikel - -
- -
Papil
- -
Lithiasis
- -
Membran
9. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema - -
Tidak di temukan Tidak di temukan
Infiltrat
- -
Sikatrik /
-
Ulkus -
10. COA
Kedalaman Cukup Cukup
Hipopion - -
- -
Hifema
11. Iris
Kripta Normal Normal
Edema - -
Sinekia
o Anterior - -
o Posterior - -
12. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter
2 mm 2 mm
Reflek pupil
+ +
Sinekia
- -
13. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Iris shadow - -
Hemoftalmus - -
I.8 EDUKASI
ODS Konjungtivitis vernal tipe Palpebra
Menjelaskan pada pasien bahwa keluhan mata merah, gatal, berair dan
keluar kotoran bisa disebabkan karena paparan sinar matahari saat pasien
bermain di lapangan terbuka.
Menjelaskan pada pasien bahwa apabila gatal, matanya tidak boleh
dikucek kucek karena bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan
bisa menimbulkan penyakit mata yang lain.
Menjelaskan pada pasien untuk menggunakan topi dan kacamata berwarna
gelap seperti hitam saat sedang di luar ruangan agar tidak terpapar
langsung dengan sinar matahari
Menjelaskan pada pasien untuk mengurangi aktifitas di luar ruangan pada
siang hari agar keluhan pasien dapat berkurang.
I.9 KOMPLIKASI
ODS Konjungtivitis Vernal tipe Palpebra
o Blefarokonjungtivitis
o Subconjunctival Bleeding
o Keratitis
o Ulkus kornea superficial sentral atau parasentral
I.10 RUJUKAN
Dalam kasus ini belum diperlukan rujukan ke disiplin Ilmu Kedokteran
lainnya ataupun ke RS dengan fasilitas penunjang yang lebih lengkap.
I.11 PROGNOSIS
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam ad bonam ad bonam
Quo ad sanam ad bonam ad bonam
Quo ad functionam ad bonam ad bonam
Quo ad kosmetikan ad bonam ad bonam
Quo ad vitam ad bonam ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONJUNGTIVITIS
Konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan
anterior mata. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi
kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak
menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik
1. Konjungtiva palpebra
2. Konjungtiva forniks
3. Konjungtiva bulbi
di forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan
belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks
resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan
lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penyakit
ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal ini karena penyakit ini sering
0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering
terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian
Rusia dan Jerman). Penyakit ini tergolong penyakit pada anak, jarang terjadi
pada pasien usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus
yang tercatat di literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 hingga
20 tahun.
konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak keluarga yang memiliki
penyakit turunan (misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau
musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa
selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin.
DEFINISI
KLASIFIKASI
Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr
kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar
ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata
biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. 2
PATOFISIOLOGI
tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi
difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasia akibat proliferasi
tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat
akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga
menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus
kualitas maupun kuantitas stem cell limbus. Kondisi yang terakhir ini
GAMBARAN HISTOPATOLOGIK
pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi
oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada
konjungtivitis.
fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan
badan siliar. Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan
menjadi 5–10 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring
apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami
keratinisasi.6,7
pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis
besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih
eosinofil
GEJALA
batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan
terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di
limbus. Trantas dot adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada
palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak
merusak konjungtiva.1,2
Ptosis
Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan
Kotoran mata
molor).
terdiri dari sekret yang mukoid. Papil ini permukaannya rata dengan
aktif.
Kelainan di kornea
DIAGNOSIS
PENGOBATAN
sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya
1. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang
membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil
anamnesis. Beberapatindakan tersebut antara lain:
o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan
atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang
pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast.
o Pemakaian mesin pendingin ruangan
o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga
membawa serbuk sari
o Menggunakan kaca mata untuk mengurangi kontak dengan
alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru
harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi
allergen;
o Kompres dingin di daerah mata;
o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata
juga berfungsi protektif karena membantu menghalau alergen
2. Terapi topikal
o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi
saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%-20% tetes
mata. Dosisnya tergnatung pada kuasntitias eksudat serta beratnya
gejala. Dalam hal ini,larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada
larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat
monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan
musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.
o Antihistamin
o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid
topikal prednisolon fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu.
Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis
terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Bila sudah terdapat
ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat
efektif.
o Antibiotik broad-spectrum
3. Terapi Sistemik
o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik
seperti prednisolone asetat, prednisolon fosfat, atau deksamethason
fosfat 2-3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu.
o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa
gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan
vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai
pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.
4. Tindakan Bedah