Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal
30101307004
Pembimbing:
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Muhammad Iqbal
30101307004
Dosen Pembimbing,
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. F
Umur : 17 tahun
Alamat : Magelang
Pekerjaan : Pelajar
Status Menikah : Belum Menikah
Tanggal periksa : 28 Desember 2018
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluh pandangan kabur pada mata kanan dan kiri jika melihat
jauh dan lebih jelas saat melihat jarak dekat. Serta melihat huruf garisnya tidak
sama
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli klinik RST TK.II dr.Soedjono Magelang dengan
keluhan pandangan kabur pada mata kanan dan kiri jika melihat jauh dan lebih
jelas saat melihat jarak dekat. Keluhan tersebut dirasakan pertama sejak kelas 5
SD, saat ini pasien adalah seorang pelajar kelas 2 SMA. Pada saat itu pasien
mengaku pandangan kabur saat melihat tulisan di papan tulis walaupun sudah
duduk di kursi paling depan, namun pandangan lebih jelas jika melihat lebih
dekat. Biasanya pasien sering menyipitkan mata untuk melihat jauh. Pasien
mengaku sudah menggunakan kacamata selama 6 tahun dan sering berganti
kacamata setiap 2 tahun sekali. Pasien mengaku sering menggunakan HP dan
sering membaca dengan jarak yang dekat.
Pasien menyangkal melihat huruf kapital garisnya tidak sama, Pasien
tidak mengeluh pusing dan mual. Pasien tidak mengeluh pandangan semakin
kabur saat melihat benda yang lebih dekat. Dari keluarga pasien ada yang
memakai kacamata yaitu saudara sepupu pasien.
3
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : diakui
Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat memakai kacamata minus :
o Ayah : disangkal
o Ibu : disangkal
o Adik kandung : disangkal
o Sepupu dari keluarga ayah : disangkal
o Sepupu dari keluarga ibu : diakui
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Aktifitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,5oC
4
Status Ophthalmicus :
OD OS
Gambar Ilustrasi:
5
4. Status Lokalis
No Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister
Visus 4/60 4/60
1
S -5.50 6/6 S -5.50 6/6
Bulbus okuli
• Gerak bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
2 • Enoftalmus - -
• Eksoftalmus - -
• Strabismus Tidak ditemukan Tidak ditemukan
3 Suprasilia Normal Normal
Palpebra Superior :
• Edema - -
• Brill Hematom - -
• Hiperemia - -
4 • Entropion - -
• Ektropion - -
• Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
• Ptosis - -
• Pseudoptosis - -
Palpebra Inferior :
• Edema - -
• Massa - -
• Brill Hematom - -
5 • Hiperemia - -
• Entropion - -
• Ektropion - -
• Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Konjungtiva :
• Injeksi Konjungtiva - -
• Injeksi siliar - -
• Sekret - -
• Perdarahan - -
6
konjungtiva
• Bangunan Patologis - -
• Simblefaron - -
• Jaringan - -
fibrovaskuler
Kornea :
7 • Kejernihan Jernih Jernih
• Infiltrat - -
6
• Keratik presipitat - -
• Ulkus - -
• Sikatrik - -
• Edema - -
• Lakrimasi - -
• Bangunan - -
patologis
COA :
• Kedalaman Dalam Dalam
8 • Hifema - -
• Hipopion - -
Iris :
• Kripta - -
• Edema - -
• Sinekia - -
9
• Atrofi - -
• Irish Shadow - -
• Iris tremulans - -
Pupil :
• Bentuk Bulat Bulat
10
• Diameter 3mm 3mm
Lensa:
• Kejernihan Jernih Jernih
11
• Dislokasi - -
• Iris shadow - -
Corpus Vitreum
Floaters - -
12
Hemoftalmia - -
7
- Miopic
crescent
Vasa 2:3
2:3
AV Rasio - -
Mikroaneurisma - -
neovaskularisasi
Macula - -
edema - -
eksudat
Retina - -
Edema - -
Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Fundus Tigroid
Ablasio retina
14 TIO Normal Normal
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi B-SCAN
6. DIAGNOSIS BANDING
ODS MIOPIA SEDANG
- ODS Miopia Sedang : Dipertahankan karena pasien mengeluh kurang jelas jika
melihat jauh dan lebih jelas jika melihat dekat. Jika diberi koreksi dengan lensa
sferis -5.50 ODS penglihatan membaik. Lensa sferis -5,50 termasuk miopia
sedang
- ODS Miopia Ringan : Disingkirkan kerena pada miopia ringan dimana miopia
0-3 D. Sedangkan pada pasien diberi koreksi dengan lensa sferis -5,50 sudah
membaik dan lensa sferis -5,50 termasuk miopia sedang
- ODS Miopia Berat : Disingkirkan kerena pada miopia berat dimana miopia > 6
D. Sedangkan pada pasien diberi koreksi dengan lensa sferis -5,50 sudah
membaik dan lensa sferis -5,50 termasuk miopia sedang
- ODS Pseudomiopia : Disingkirkan karena pada miopia palsu terjadi oleh
rangsangan berlebih terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kejang
8
pada otot siliaris dan hilang jika di relaksasikan. Sedangkan pada pasien tetap
menetap miopianya walaupun sudah direlaksasikan.
- ODS Hipermetropia : Disingkirkan karena pada hipermetropia mengeluh jika
melihat jauh kabur dan melihat dekat lebih kabur dan jika di beri lensa sferis (+)
membaik, sedangkan pada pasien ini mengeluh melihat jauh kabur dan melihat
dekat lebih jelas dan di beri lensa (+) tidak membaik.
- ODS Astigmatisma : Disingkirkan karena pada pasien astigmatisma jika di
tambahkan lensa cylinder obyek akan terlihat lebih jelas. Sedangkan pada pasien
ini tidak perlu ditambahkan lensa cylinder sudah membaik.
7. DIAGNOSIS KERJA
ODS Miopia Sedang
8. PENATALAKSANAAN
ODS Miopia Sedang
Medikamentosa
a. Oral :-
b. Topikal :-
c. Parenteral :-
d. Operatif :-
Non Medikamentosa
Kacamata dengan lensa Sferis (–) ODS -5,50 (visus menjadi 6/6)
9. KOMPLIKASI
ODS MIOPIA SEDANG
- Ablasio retina
- Strabimus
9
10. EDUKASI MIOPIA
- Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang dialami salah satunya
disebabkan oleh bentuk bola mata yang panjang.
- Menjelaskan bahwa kondisi mata minus tersebut bisa berhenti pada usia 25 th
jika minusnya < 3, jika > 3 - 6 maka akan berhenti pada usia 30 th, jika > 6
maka akan berhenti di atas 40 th.
- Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi dapat dibantu
dengan kacamata. Dimana kacamata memiliki keuntungan mudah digunakan,
untuk penglihatan bisa sempurna namun memiliki kekurangan dimana harus
selalu digunakan karena jika tidak pasien tidak dapat melihat dengan jelas,
kemudian kacamata akan terasa berat karena pasien memiliki minus yg tinggi
dimana akan membuat lensa kacamata lebih tebal dan berat. Karena pasien
masih seorang pelajar penggunaan kacamata saat berolahraga tidak nyaman dan
mudah jatuh
- Bisa menggunakan lensa kontak. Keuntungannya tidak berat serta dari segi
kosmetika lebih bagus, dan penggunaan saat berolahraga tidak mudah jatuh
namun lensa kontak memiliki kekurangan perawatan lensa kontak yg sulit butuh
keterampilan dan ke hati hatian, karena bisa menimbulkan infeksi pada mata
- Menjelaskan pada pasien selain terapi kacamata dan kontak lens bisa di lakukan
operasi lasik yang dimana dapat melihat tanpa menggunakan alat bantu seperti
lensa kontak dan kacamata. Tetapi di lakukan setelah usia 25 th atau
pertumbuhan minus nya sudah berhenti. Karena jika di lakukan sebelum usia 25
tahun bisa timbul kembali gangguan penglihatan. Serta untuk melakukan operasi
lasik membutuhkan biaya yg mahal
- Menjelaskan kepada pasien untuk saat ini pilihan terbaik untuk membantu
penglihatan yaitu dengan menggunakan kacamata yang memiliki resiko minimal
10
11. RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya
karena dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang berkaitan dengan
Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.
12. PROGNOSIS
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad sanam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad functionam ad Bonam ad Bonam
Quo ad cosmeticam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Quo ad vitam ad Bonam ad Bonam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MIOPIA
2.1 Definisi
Miopia (nearsightedness, shortsightedness, penglihatan dekat) yaitu seseorang
tidak bisa melihat benda jauh dengan jelas tapi bisa melihat dengan jelas benda-benda
yang dekat. Hal ini terjadi apabila bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di
depan retina pada mata yang tidak berakomodasi.
2.2 Klasifikasi
Borish and Duke-Elder membagi beberapa bentuk miopia menjadi :
a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat
pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
Kurvatura miopia adalah banyaknya atau peningkatan lengkungan satu atau
lebih dari permukaan refraksi dari mata, terutama kornea. Pada pasien dengan
sindrom Cohen, miopia biasanya diakibatkan oleh tingginya tenaga kornea dan
lentikular.
Indeks miopia adalah variasi pada indeks refraksi dari satu atau lebih dari media
okular.
b. Miopia aksial, miopia akibat penjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.
Miopia diukur dalam satuan dioptri menurut kekuatan dan tenaga optik dari lensa, dapat
dibagi menurut derajat beratnya yaitu :
1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri. Pasien dengan miopia
sedang lebih cenderung terkena sindrom penyebaran pigmen atau glukoma
pigmentasi.
12
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri. Pasien dengan
miopia berat atau tinggi lebih cenderung mengalami pelepasan retina dan glukoma
primer sudut terbuka.
2.3 Patogenesis
Ada dua mekanisme dasar yang menyebabkan miopia : kehilangan bentuk (juga
dikenal dengan kehilangan pola) dan defokus optik. Kehilangan bentuk terjadi jika
kualitas gambar pada retina menurun, defokus optik terjadi jika sinar difokuskan di
depan atau dibelakang retina.
13
dioptri) diperkirakan sebesar 17%. Sedangkan prevalensi miopia di Amerika sebesar
20%. Perbedaan etnik dan ras juga mempengaruhi prevalensi dari miopia. Prevalensi
miopia dilaporkan sebesar 70-90% pada beberapa Negara Asia, 30-40% di Eropa dan
Amerika serta 10-20% di Afrika. Beberapa penelitian menunjukkan insiden miopia
bertambah dengan meningkatkannya tingkat pendidikan dan adanya hubungan antara
miopia dan IQ. Menurut Arthur Jensen, penderita miopia memiliki IQ 7-8 lebih tinggi
dibandingkan bukan penderita miopia. Karakteristik personal lainnya seperti,
penghargaan diri, pencapaian sekolah, waktu yang dihabiskan untuk membaca,
kemampuan bahasa dan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan olahraga berhubungan
dengan munculnya miopia pada beberapa penelitian.
14
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat
lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat
ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah
koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer.
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid.
15
cahaya atau benda-benda yang mengapung akibat perubahan dari
vitreoretinalnya. Jika patologi dari segmen posterior berubah maka akan
mengakibatkan gangguan fungsi retina, pasien akan mengeluhkan memiliki
riwayat hilangnya penglihatan atau riwayat menggunakan alat optik dengan
koreksi tinggi.
e. Miopia terinduksi
Pasien dengan miopia terinduksi juga melaporkan adanya pandangan jauh
yang kabur. Waktu kaburnya itu sesuai dengan agen atau kondisi yang
mempengaruhi miopia tersebut. Pupil konstriksi saat penyebab dari miopia
ini adalah agen agonis kolinergik.
16
Gambar 2. Snellen Chart10
Bila huruf terbesar dari optotipe Snellen tidak dapat dilihat, maka
pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta penderita menghitung jari
pada bermacam-macam jarak. Hitung jari pada penglihatan normal terlihat
pada jarak 60 m, jika penderita hanya dapat melihat pada jarak 2 m, maka
visusnya sebesar 2/60. Apabila pada jarak terdekat pun hitung jari tidak
dapat terlihat, maka pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksa
menggerakkan tangannya pada bermacam-macam arah dengan jarak
bermacam-macam dan meminta penderita mengatakan arah gerakan
tersebut. Gerakan tangan pada penglihatan normal terlihat pada jarak 300 m,
jika penderita hanya dapat melihat gerakkan tangan pada jarak 1 m, maka
visusnya 1/300.Namun apabila gerakan tangan tidak dapat terlihat pada
jarak terdekat sekalipun, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan
menggunakan cahaya dari senter pemeriksa dan mengarahkan sinar tersebut
pada mata penderita dari segala arah, dengan salah satu mata penderita
ditutup. Pada pemeriksaan ini penderita harus dapat melihat arah sinar
dengan benar, apabila penderita dapat melihat sinar dan arahnya benar,
17
maka fungsi retina bagian perifer masih baik dan dikatakan visusnya 1/~
dengan proyeksi baik. Namun jika penderita hanya dapat melihat sinar dan
tidak dapat menentukan arah dengan benar atau pada beberapa tempat tidak
dapat terlihat maka retina tidak berfungsi dengan baik dan dikatakan sebagai
proyeksi buruk. Bila cahaya senter sama sekali tidak terlihat oleh penderita
maka berarti terjadi kerusakan dari retina secara keseluruhan dan dikatakan
visus nol atau buta total.
b. Retinoskopi atau refraksi objektif
Pemeriksaan retinoskopi dilakukan dalam kamar gelap, dengan jarak
pemeriksa dan penderita sejauh 0,5 meter. Sumber cahaya terletak di atas
penderita agak kebelakang dan cahaya ditujukan kepada pemeriksa yang
memegang cermin, dimana cermin kemudian memantulkan cahaya tersebut
ke arah pupil penderita, sehingga pemeriksa dapat melihat refleks fundus
pada pupil penderita melalui lubang pada bagian tengah cermin.
18
Gambar 4. Gerak Reflek Fundus yang Berlawanan Arah12
19
2.8 Penatalaksanaan
a. Koreksi optikal
Koreksi penglihatan dilakukan dengan memberikan kacamata atau lensa
kontak yang memberikan penglihatan jauh yang baik. Derajat miopia
diperkirakan dengan menghitung kebalikan dari jarak titik jauh. Dengan
demikian, titik jauh sebesar 0,25 meter menandakan perlunya lensa koreksi
sekitar minus 4 dioptri.
b. Farmakoterapi
Kadang-kadang sikloplegik dapat digunakan untuk mengurangi respon
akomodasi yang merupakan bagian dari pengobatan pseudomiopia.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa penggunaan harian atropin dan
siklopentolin topikal dapat menggurangi progresivitas miopia pada anak
dengan onset usia muda. Oleh karena terjadi inaktivasi dari otot siliar,
penambahan lensa positif tinggi (2.50 D) diperlukan untuk penglihatan
dekat. Untuk pasien yang memiliki potensi reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi
dan toksisitas sistemik, maka penggunaan atropin dalam jangka waktu lama
dapat memberikan efek kebalikannya pada retina. 11-13
c. Ortokeratologi
Ortokeratologi adalah penyesuaian lensa kontak setelah jangka waktu
seminggu atau sebulan, untuk meratakan kornea dan mengurangi miopia.
Hasil penelitian dengan standar lensa kotak rigid menunjukkan respon
individu terhadap ortokeratologi sangat beragam, dengan rata-rata
menurunan miopia lebih dari 3.00 D pada beberapa pasien. Terjadinya
penurunan miopia dilaporkan dalam sebuah penelitian rata-rata 0.75-1.00 D,
kebanyakkannya terjadi penurunan pada 4-6 bulan pertama dari
ortokeratologi program. Ortokeratologi secara umum hanya digunakan
untuk orang dewasa, meskipun kontrol yang terlihat pada miopia anak-anak
dengan menggunakan lensa kontak rigid-gas permeable memberikan efek
yang sama dengan ortokeratologi.
20
d. Operasi refraktif
1) Radial keratotomi (RK)
Insisi dengan pola seperti jari-jari radial pada parasentral kornea untuk
melemahkan bagian dari kornea. Bagian yang curam pada kornea akan
menjadi lemah sedangkan bagian central kornea akan mendatar. Hasil dari
perubahan refraktif tergantung pada ukuran zona optiknya dan jumlah serta
dalamnya insisi.
21
Gambar 6. Photorefractive Keratectomy
22
terlihat lapisan dalam dari kornea. Kornea diperbaiki dengan sinar laser
untuk mengubah bentuk dan fokusnya, setelah itu flap ditutup kembali.
Kandidat yang ideal untuk dilakukan LASIK, yaitu:
a. Diatas 18 tahun.
b. Memiliki resep kaca mata atau lensa kontak yang stabil minimal 2 tahun ini.
c. Memiliki ketebalan kornea yang cukup.
d. Memiliki satu gangguan penglihatan seperti miopia, astigmatisma,
hipermetropia atau kombinasinya.
e. Tidak menderita penyakit, baik yang berhubungan dengan penglihatan atau
penyakit lain.
f. Telah melakukan informed consent yang adekuat ke pasien tentang tindakan
ini.
23
d. Kondisi mata yang membuat pasien tidak dapat menjalani LASIK, baik
sementara atau permanen, yaitu:
Glaukoma, suspek glaukoma atau hipertensi okular.
Beberapa penyakit mata, seperti uveitis.
Trauma mata atau operasi mata sebelumnya.
Keratokonus, penyakit kornea degeneratif atau pre keratokonus.
Katarak.
Penyakit retina.
e. Pasien harus bebas dari penyakit dan pengobatan yang dapat mempengaruhi
penyembuhan, seperti penyakit autoimun (rematik artritis, lupus
eritematosus), gangguan immunodefisiensi (HIV), diabetes, dan obat-obat
lain seperti steroid, retinoid acid, dan lain-lain.
f. Pasien harus tidak memiliki herpes okular dalam 1 tahun waktu potensial
operasi.
24
bahwa penglihatan membaik 1 hari setelah operasi. Tidak disarankan untuk
menggunakan lensa kontak pada periode ini, walaupun penglihatan kabur.
Beberapa pasien dapat berkendaraan satu hari setelah operasi.
Pasien disuruh untuk menunggu beberapa hari sebelum diperbolehkan
bekerja seperti semula.
Make up dan losion mata tidak diperbolehkan pada beberapa periode setelah
operasi.
Semua olahraga dilarang untuk 3 hari dan olah raga berat atau berkelanjutan
dihentikan untuk 4 minggu.
Pasien tidak diizinkan untuk berkendara sampai penglihatannya baik.
Pada beberapa bulan pertama (6 bulan) ketajaman penglihatan bisa
berfluktuasi dan efek samping mungkin akan muncul. Periode
penyembuhan dan stabilitas dari penglihatan bisa memakan waktu 1 sampai
3 bulan.
Setelah LASIK mata lebih mudah untuk terkena trauma, karena flap dari
kornea tidak sekuat kornea yang original. Pasien disarankan untuk
menggunakan pelindung mata saat berolah raga dan aktivitas yang dapat
membuat trauma pada bola mata, proyeksi, alis mata.
25
Gambar 8. Lensektomi dengan Implan Lensa Intraokuler13
Pasien yang tidak memenuhi syarat untuk LASIK karena memiliki miopia
yang sangat tinggi atau kornea yang sangat tipis adalah calon potensial
untuk operasi implan lensa kontak. Fungsi lensa kontak ini sama dengan
lensa kontak yang dipakai di ekstraokular, namun ditempatkan antara
kornea dan iris. Beberapa ahli bedah mata menganggap metode ini
merupakan pilihan terbaik untuk miopia ekstrim. Lensa mata pasien tetap
ada sehingga fungsi akomodasi tidak terganggu.
26
usia di atas 2 tahun. Adapun hasil yang diharapkan yaitu sentral kornea
lebih datar dan mengurangi miopia.
2.9 Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya
ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat
mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi
satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
2.10 Prognosis
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000:
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004:
3. SUSAN R. CARTER, M.D., Eyelid Disorders: Diagnosis and Management, University
of California, San Francisco, School of Medicine, San Francisco, CaliforniaAm Fam
Physician. 1998 Jun 1;57(11):2695-
2702.http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html
4. Joanne car Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20
5. James C. tsai ea. Oxford American Handbook of Opthalmology. first ed. New
York2011. 103-13 p.
6. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar penyakit mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta.2009. Hal 28-29
7. Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-Heinemann,
Boston
28