BAB I
PENDAHULUAN
Bakso merupakan makanan yang sudah dikenal baik dikalangan masyarakat luas.
Selain karena rasanya yang enak dan gurih, juga karena makanan ini sangat mudah
ditemukan. Bakso tidak perlu susah payah ditemukan karena sebagian besar penjual
bakso menjajakan dagangannya setiap hari ditempat yang sama.
Bakso yang mudah ditemukan adalah bakso yang terbuat dari daging sapi.
Teksturnya kenyal, bewarna abu-abu, aromanya harum dan berbau rempah, serta rasanya
guruh. Selain bakso yang terbuat dari daging, ada juga bakso yang terbuat dari surimi.
Bakso ini disebut dengan bakso ikan.
Bakso ikan hampir sama dengan bakso yang terbuat dari daging. Perbedaannya
hanya terletak pada bahan baku, yaitu ikan. Ikan yang digunakan dalam pembuatan bakso
ikan bervariasi tergantung rasa yang diinginkan. Kekenyalan dapat diatur berdasarkan
tepung tapioca yang digunakan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui cara pembuatan bakso ikan yang baik dan benar.
Untuk mengetahui fungsi penambahan bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan
bakso ikan.
Untuk mengetahui uji organoleptic pada produk bakso ikan yang dihasilkan dan
bagaimana hasil dari bakso ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air twar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan dengan
tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang menyembul dari
daerah disekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias sp. Yang berasal dari bahasa
Yunani “chlaros”, berarti “kuat dan lincah”. Dalam bahasa Inggris lele disebut dengan
beberapa nama, seperti catfish, mudfish, dan walking catfish.
Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa (2004) yaitu sebagai
berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Bakso merupakan produk olahan dari daging yang cukup digemari masyarakat.
Pada umumnya bakso dibuat dari daging sapi, tetapi akhir-akhir ini banyak dijumpai di
pasaran bakso yang dibuat dari daging ikan.
Bakso ikan merupakan salah satu bentuk pengolahan yang menggunakan daging
ikan sebagai bahan dasarnya dengan tambahan tepung tapioca dan bumbu dengan bentuk
bulat halus dengan tekstur kompak, elastis, dan kenyal. Bakso umumnya dibuat dari
daging sapi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknilogi selera konsumen
berkembang. Bakso yang dibuat dari bahan baku ikan diantaranya bakso ikan lele.
Potensi pasar bakso ikan di Indonesia maupun luar negeri seperti Singapura,
Hongkong, Taiwan dan Kanada cukup tinggi. Apabila kualitas bakso ikan baik, maka
dapat dijadikan usaha yang cukup menjanjikan. (Singgih Wibowo, 2002).
Bakso ikan yang bermutu tinggi dapat diperoleh dari penanganan bahan baku
yang baik, hingga ke pemasaran. Ikan yang digunakan pada pembuatan bakso ikan adalah
ikan lele.
Kriteria bakso ikan yang baik dapat dilihat dari syarat mutu bakso yang terdapat
didalam SNI 01-3818-1995 berdasarkan pernyataan Daniati (2005), adalah:
a. Bentuk bulat halus, berukuran seragam, bersih dan cemerlang.
b. Warna putih merata tanpa warna asing lain.
c. Rasa lezat, enak, rasa ikan dominan sesuai jenis ikan yang digunakan.
d. Aroma bau khas ikan segar rebus dominan dan bau bumbu cukup tajam.
e. Tekstur kompak, elastis, tidak liat atau membal, tidak ada serat daging, tanpa duri
atau tulang, tidak lembek, tidak basah berair, dan tidak rapuh.
Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan bakso adalah tepung
pati/tapioca. Pengolahan ubi kayu (Manihot esculenta, Crantz) menjadi tepung tapioca
dalam industry makanan Indonesia sebesar 19,7% dari total industry (Anonim, 2006).
Jones dan Amos (1967) dalam Saraswati (1986) mengatakan bahwa pati yang
berasal dari ubi kayu yaitu tapioca merupakan bahan dasar pembuatan kerupuk.
Penggunaan tapioca dalam pembuatan kerupuk didasarkan atas kemampuan daya
kembang yang tinggi dibandingkan dengan jenis tepung lainnya. Tapioka mengandung
amilosa 17% dan amilopektin 83% dengan ukuran granula 3-3,5 mikron, dengan nisbah
amilosa-amilopektin cukup tinggi sehingga proses penyerapan air selama pemasakan juga
meningkat.
Fungsi garam adalah memberi rasa gutih pada bakso. Garam dapur selain
memberi rasa juga berfungsi sebagai pelarut protein, pengawet dan meningkatkan daya
ikat air dari protein daging. Gula merupakan bahan tambahan yang berfungsi mengikat
air yang terkandung dalam bahan pangan, sehingga mempunyai sifat sebagai pengawet
dan memberikan cita rasa manis pada bahan pangan (Anonim,2010d).
BAB III
METODOLOGI
1. Surimi : 328 gr
2. Tepung tapioca : 25% (82gr)
3. Garam : 2,5% (8,2gr)
4. Gula : 2,5% (8,2gr)
5. Bawang putih : 15 gr
6. Air : 3 liter
7. Merica : Secukupnya
8. Es batu : Secukupnya
4.1 Hasil
Pada saat proses pembuatan bakso ikan lele, menguleni daging ikan harus dalam
suhu dingin dan diuleni dengan cara yang benar agar daging yang dihasilkan menjadi
kalis dan kenyal. Pencampuran bahan-bahan tambahan juga harus dimasukkan secara
bertahap dan harus merata hingga adonan homogeny.
Proses pencetakan atau pembentukan bakso jangan sampai terlalu besar atau
terlalu kecil, tetapi harus seragam. Sebelum bakso dimasukkan ke dalam panci, rebus
terlebih dahulu air yang diberi garam hingga suhu 40°C, baru bakso direbus hingga
mengapung di permukaan air.
b. Uji organoleptic
Setelah packing terdapat sisa bakso untuk uji organoleptic. Hasil uji organoleptic
adalah:
4.2 Pembahasan
a. Bentuk
Hasil pengamatan uji organoleptic terhadap produk bakso ikan pada table diatas
bahwa bentuk bakso adalah bulat dan seragam, tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu kecil
karena pada saat membentuk di lakukan dengan ukuran sendok, sehingga bakso yang
dihasilkan seragam.
b. Tekstur
Hasil pengamatan uji organoleptic terhadap bakso ikan pada table diatas dari segi
tekstur adalah kompak dan elastis. Hal ini dipengaruhi oleh cara menguleni adoanan yang
sampai kalis sehingga terbentuk adonan yang kalis sehingga dapat diperoleh hasil yang
kenyal. Selain itu tekstur yang kompak juga dipengaruhi oleh penambahan bahan tepung
tapioca, yang tepung tapioca sendiri berfungsi untuk melekatkan dan memberikan teksur
kenyal pada adonan.
c. Warna
Hasil pengamatan uji organoleptic terhadap bakso ikan pada table diatas dari segi
warna menunjukkan bakso bewarna putih. Hal ini disebabkan oleh penambahan bahan
pengikat yaitu tepung tapioca yang berfungsi memberikan warna terang pada bakso yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim,2010d), bahwa polipospat digunkan
secara intensif oleh industry perikanan untuk produk-produk segar dan beku karena
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain mengurangi drip loss, kekerasan produk,
kehilangan berat selama pengolahan, memperbaiki ikatan air, tekstur, warna,dan cita rasa
dan untuk mencegah terjadinya kerusakan struktur protein selama pembekuan dan
penyimpanan beku.
d. Rasa
Hasil pengamatan uji organoleptic terhadap produk bakso ikan pada table diatas
dari segi rasa menunjukkan bahwa rasa lezat dan dominan ikan. Hal ini disebabkan oleh
pemberian bahan tambahan seperti garam, gula, dan rempah-rempah yang dimana bahan
tambahan ini berfungsi sebagai pemberi cita rasa. Selain itu juga disebabkan oleh
pemberian tepung tapioca yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim,2010d),
bahwa bahan tambahan seperti garam, gula, dan bahan tambahan lainnya yang digunakan
dalam pembuatan bakso ikan seperti rempah-rempah digunakan untuk memperbaiki
aroma dan cita rasa. Serta sesuai pendapat (Anonim,2010c), penggunaan tepung tapioca
dalam pembuatan bakso ikan untuk rumah tangga biasanya 4-5% dari berat daging.
Sedangkan pada pembuatan komersial, penambahan tepung berkisar 50-100% dari berat
daging. Penambahan tepung terlalu tinggi akan menutup rasa daging sehingga rasa bakso
kurang disukai konsumen, tepung tapioca berfungsi sebagai bahan pewarna putih dan
memberikan warna yang khas (Anonim C,2006).
e. Aroma
Hasil pengamatan uji organoleptic terhadap produk bakso ikan pada table diatas
dari segi aroma menunjukkan bahwa aroma yang dihasilkan khas bumbu dan ikan rebus.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh penambahan bahan tambahan serta rempah-rempah,
yang dimana rempah-rempah tersebut digunakan untuk memperbaiki aroma dan cita rasa.
Serta rempah-rempah juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi
ketengikan dan sebagai antimikroba yang dapat memperpanjang umur simpan bakso. Hal
ini sesuai dengan pendapat (Anonim,2010d), bahwa bahan tambahan makanan lainnya
yang digunakan dalam pembuatan bakso ikan adalah rempah-rempah (jahe, bawang
putih, bawang merah, merica). Penambahan bumbu dan rempah-rempah pada pembuatan
bakso ikan bertujuan untuk memberikan aroma atau flavor yang dapat membangkitkan
selera.
Mutu produk bakso ikan yang diperoleh pada praktikum kali ini yaitu bermutu
baik. Karena bakso ikan yang diperoleh bewarna putih merata, flavornya baik dan
berelastisitas tinggi karena ditambahkan bahan-bahan tambahan seperti gula, garam,
tepung tapioca, dan rempah-rempah dengan konsentrasi yang berbeda.
Gula yang ditambahkan pada produk bakso ikan juga dapat memberikan cita rasa,
memperbaiki aroma dan membantu dalam pembentukan teksturnya.
Salah satu bahan tambahan dalam pembuatan bakso ikan tepung tapioca. Tepung
tapioca dapat membentuk gel yang baik pada adonan. Adonan akan terbentuk kompak
dan padat, sehingga teksturnya akan menjadi bagus di hasil akhirnya.
Merica, bawang merah, dan bawang putih yang ditambahkan pada proses
pembuatan bakso ikan berfungsi untuk memberikan aroma yang khas dari bakso ikan
yang dihasilkan. Selain itu dapat pula meningkatkan cita rasa dari produk bakso ikan.
Serta rempah-rempah juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi
ketengikan dan sebagai antimikroba yang dapat memperpanjang umur simpan bakso.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tahap proses pembuatan bakso ikan dimulai dari pembuatan surimi, penambahan
bahan tambahan (tepung tapioca, garam, gula, bawang putih, dan merica),
pencetakan, perebusan, pengemasan, pelabelan dan pembekuan.
2. Garam dapat meningkatkan cita rasa serta kualitas tekstur bakso ikan.
3. Tepung tapioca berpengaruh pada tekstur bakso yang memberikan kekenyalan
sehingga tekstur bakso tidak lunak.
4. Gula dapat meningkatkan cita rasa, elastisitas tekstur dan memperbaiki aroma
bakso ikan.
5. Rempah-rempah dapat meningkatkan cita rasa, aroma, serta sebagai pengawet
alami bakso ikan.
6. Hasil bakso ikan menjadi 5 pack dengan berat total 1040gr dan rata-rata berat per
pack adalah 200gr.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya, agar menggunakan jenis ikan lainnya yang
cocok dalam pembuatan bakso ikan sebagai bahan baku utama. Agar kita dapat
membandingkan daging ikan yang mana yang sangat baik digunakan untuk membuat
bakso. Serta dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu untuk
praktikum selanjutnya harus lebih memperhatikan higienitas dan sanitasinya agar
menghasilkan bakso yang sehat tanpa terkontaminasi bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.e-smartschool.com/pnu/005/PNU0050007.asp.
http://www.che.itb.ac.id/content.php?content=lab_5&lang=ind.
http://id.wikipedia.org/wiki/WaterOfIce.
http://id.wikipedia.org/wiki/AdonanBakso.
Burhan, Bahar, Ir. 2006. Panduan Praktis Memilih dan Menangani Produk
Perrikanan.Gramedia Pustaka:Jakarta
Irianto, H. B., 2004. Pengolahan Daging Lumatan Surimi dan Prospeknya. Kanisius:
Yogyakarta
Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta