Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan lempeng
pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma maupun non trauma. Secara klini fraktur
dapat dibagi menjadi 2 yaitu faktur tertutup dan fraktur terbuka berdasarkan ada
tidaknya hubungan antara fragmen fraktur dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah
fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur dengan dunia luar, baik ujung
fragmen fraktur tersebut yang menembus dari dalam hingga ke permukaan kulit atau
kulit dipermukaan yang mengalami penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga
kedalam. Fraktur terbuka sering timbul komplikasi berupa infeksi. Infeksi bisa
berasal dari flora normal di kulit ataupun bakteri pathogen khususnya bakteri gram (-
). Golongan flora normal kulit, seperti Staphylococus, Propionibacterium acne ,
Micrococus dan dapat juga Corynebacterium. Selain dari flora normal kulit, hasil
juga menunjukan gambaran bakteri yang bersifat pathogen, tergantung dari paparan
4
(kontaminasi) lingkungan pada saat terjadinya fraktur. Prognosis suatu fraktur
terbuka sangat tergantung pada banyaknya jaringan lunak yang tidak viabel karena
trauma serta derajat kontaminasi dan jenis bakterinya. Mengklasifikasikan suatu
fraktur terbuka sangat penting bagi dokter bedah dalam menentukan prognosis serta
sebagai pegangan dalam menentukan penanganan yang akan dikerjakan. Klasifikasi
Gustilo-Anderson diperkenalkan sejak 1976 dan diperluas dengan subklasifikasi
grade III tahun 1984. (bramantyo,2005) sesuai dengan tabel di bawah

GUSTILO I II IIIA IIIB IIIC


TYPE
Energi Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Ukuran luka ≤ 1 cm 1-10 cm Biasanya > 10 Biasanya > 10 Biasanya > 10
cm cm cm
Soft tissue Minimal Sedang Luas Luas Luas
damage
Kontaminasi Bersih Terkontamina Terkontamina Terkontamina Terkontamina
si sedang si luas si luas si luas
Pola fraktur
Periosteal Tidak Tidak Ada Ada ada
stripping
Skin Local Local Local Membutuhka Mermelukan
coverage coverag coverage coverage n free tissue flap coverage
e flap atau
rotational flap
coverage
Neurovascul Tdak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Adanya
ar injury ada damage ke
pembuluh
darah

2.2 Anatomi Antebrachii

a. Tulang ulna

Menurut Hartanto (2013) ulna adalah tulang stabilisator pada lengan bawah, terletak medial
dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan bawah. Ulna adalah tulang
medial antebrachium. Ujung proksimal ulna besar dan disebut olecranon, struktur ini
membentuk tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas ke bawah.

Gambar 2.1
Anatomi os Ulna (Putz & Pabst, 2007)

b. Tulang Radius
Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek dari dari dua tulang di
lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput pendek, collum, dan tuberositas yang
menghadap ke medial. Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara bertahap membesar saat
ke distal. Processus styloideus radii lebih besar daripada processus styloideus ulnae dan
memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut memiliki kepentingan klinis ketika ulna
dan/atau radius mengalami fraktur (Hartanto, 2013).

2.2.3 anatomi otot dan persyarafan antebrachii


2.4 Gambaran Klinis Fraktur3

 Anamnesis
Biasanya pasien datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun trauma
ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota
gerak. Pasien biasanya datang karena adanya nyeri yang terlokalisir dimana
nyeri tersebut bertambah bila digerakkan, pembengkakan, gangguan fungsi
anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau dengan gejala-gejala
lain.
 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal pasien, perlu diperhatikan adanya :
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang
atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul, dan abdomen
3. Faktor predisposisi misalnya pada fraktur patologis
 Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, dan kependekan
- Perhatikan adanya pembengkakan
- Perhatikan adanya gerakan yang abnormal
- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
membedakan fraktur tertutup atau terbuka
- Ekstravasasi darah subkutan (ekimosis) dalam beberapa jam sampai
beberapa hari
- Perhatikan keadaan vaskular
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati dikarenakan pasien biasanya mengeluh
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan  nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya
disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada
tulang
- Krepitasi  dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan
secara hati-hati
- Pemeriksaan vaskular pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan
anggota gerak yang terkena. Dinilai juga refilling (pengisian) arteri pada
kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, dan temperatur kulit.
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai
3. Pergerakan (Move)
Dilakukan dengan cara mengajak pasien untuk menggerakan secara aktif
dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
Pada pasien dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu
juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh
darah dan saraf.
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan
motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia,
aksonotmesis, atau neurotmesis.
5. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi,
serta ekstensi fraktur. Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan
lunak sebelumnya, maka sebaiknya mempergunakan bidai yang bersifat
radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan
radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
- Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
- Untuk konfirmasi adanya fraktur
- Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
- Untuk menentukan teknik pengobatan
- Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
- Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
- Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
- Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan yakni foto polos, CT-Scan,
MRI, tomografi, dan radioisotop scanning. Umumnya dengan foto polos
kita dapat mendiagnosis fraktur.

Anda mungkin juga menyukai