MINI PROJECT
DISUSUN OLEH :
1. dr. Arya Bintang Zhafari
2. dr. Jessica Gakenti
3. dr. Putri Rizki Ananda
4. dr. Sely Maks
5. dr. Suci Wulandari
PENDAMPING :
dr. Fitri Desimilani
LEMBAR PENGESAHAN
Peneliti :
1. dr. Arya Bintang Zhafari
2. dr. Jessica Gakenti
3. dr. Putri Rizki Ananda
4. dr. Sely Maks
5. dr. Suci Wulandari
Program Penugasan :
Dokter Internsip Indonesia
Judul Penelitian :
GAMBARAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PROLANIS DENGAN
HIPERTENSI YANG MENGIKUTI SENAM PROLANIS
DI PUSKESMAS PERAWATAN BERINGIN RAYA
PERIODE SEPTEMBER 2018 – FEBRUARI 2019
Penelitian ini ditujukan sebagai tugas mini project pada Program Dokter
Internsip Indonesia yang telah dipresentasikan dihadapan dokter pembimbing,
Kepala Puskesmas, dan Dinas Kesehatan Muara Bangkahulu.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project ini. Mini project yang berjudul
“Gambaran Tekanan Darah pada Pasien Prolanis dengan Hipertensi yang Mengikuti
Senam Prolanis di Puskesmas Perawatan Beringin Raya Periode September 2018 –
Februari 2019” disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas dokter
internsip di Puskesmas Perawatan Beringin Raya.
Dalam penyelesaian mini project ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Buyung Saukani, S.KM selaku Kepala Puskesmas Perawatan
Beringin Raya.
2. dr. Fitri Desimilani selaku dokter pembimbing internsip yang telah
memberikan masukan serta ide-ide yang membangun sehingga mini project
ini menjadi lebih baik.
3. Seluruh Bapak/Ibu pegawai dan staf di Puskesmas Perawatan Beringin
Raya yang telah membantu kelancaran dalam mengerjakan mini project ini.
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi
bahan masukan bagi penulis. Besar harapan penulis agar mini project ini bisa
bermanfaat dan memberikan kontribusi baik untuk orang-orang yang membacanya.
Terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
degeneratif yang banyak diderita oleh lansia dengan prevalensi 45.9 % pada usia
55-64 tahun, 57,6 % pada usia 65-74 tahun, dan 63,8 % pada usia 75 ke atas.6
Penyakit hipertensi pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung tidak stabil
dan sulit dikontrol. Olahraga dapat menyebabkan perubahan besar pada sistem
sirkulasi dan pernapasan dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai
respon homeostatik. Latihan olahraga yang sering digunakan pada penderita
hipertensi adalah olahrga aerobik. Banyak bentuk olahraga aerobik yang dapat
ditempuh oleh pasien hipertensi antara lain jogging dan senam aerobik. Olahraga
teratur dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada orang dengan
hipertensi.4
Latihan fisik sangat berpengaruh bagi penyandang hipertensi dalam
meningkatkan imunitas tubuh setelah latihan teratur, mengatur kadar glukosa darah,
mencegah kegemukan, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan
tekanan darah serta meningkatkan kemampuan kerja. Senam aerobik dapat
membantu memperbaiki profil lemak darah, menurunkan kolesterol total, Low
Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan menaikkan High Density Lipoprotein
(HDL) serta memperbaiki sistem hemostatis dan tekanan darah.4
Salah satu program pemerintah yaitu senam Prolanis (Program
Pengelolahan Penyakit Kronis) merupakan bentuk latihan jasmani aerobik.
Senam ini juga termasuk program pemerintah yang dijalankan oleh Badan
Penyelengaraan Jaminan Sosial (BPJS). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan
kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang
melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka
pemeliharan kesehatan bagi peserta yang menyandang penyakit kronis untuk
mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien.4
Berdasarkan latar belakang di atas tentang hipertensi dan program senam
prolanis, diperlukan adanya penelitian yang membahas mengenai gambaran
tekanan darah pada pasien prolanis dengan hipertensi yang mengikuti senam
3
2. Bidang Pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara
logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian
berdasarkan metode yang baik dan benar.
3. Bidang Pelayanan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
benar bagi masyarakat, khususnya pasien hipertensi mengenai informasi yang
berhubungan dengan senam prolanis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi
Definisi hipertensi menurut Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI) adalah meningkatnya tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada
pemeriksaan yang berulang. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National
Committee (JNC) on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi atau sama dengan 140/90
mmHg.7,8
2.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VII
terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan
derajat 2 (lihat Tabel 2.1.), sedangkan menurut WHO dan International
Society of Hypertension Working Group (ISHWG) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok optimal, normal,
normal tinggi, hpertensi derajat 1, hipertensi derajat 2 dan hipertensi derajat
3 (lihat Tabel 2.2).8
2.1.3. Patofisiologi
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem
sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung / cardiac output (CO)
dan dukungan dari arteri / peripheral resistance (PR). Fungsi kerja masing-
masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai
faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas
dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung
dan / atau ketahanan periferal.9
sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak
merokok.13
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi.10
b. Konsumsi garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam terjadinya
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram
tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan
jika asupan garam antara 5-15 gram/ hari prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya
hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan
tekanan darah.14
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume
dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram
atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan
asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/ hari setara
dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/ hari.10,13
c. Konsumsi lemak jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh
juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan
tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam
makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak
tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian
9
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri.13
g. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila
stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah,
namun akibat stres berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi
belum dapat dipastikan.10
h. Penggunaan estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi
belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan
karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi
hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya
pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan
meningkatkan tekanan darah perempuan.10,12
2.1.5. Diagnosis
Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penjunjang. Anamnesis meliputi
keluhan yang sering dialami, lama hipertensi, ukuran tekanan darah selama
ini, riwayat pengobatan, gaya hidup, riwayat penyakit penyerta dan riwayat
keluarga. Keluhan yang dimaksud seperti sakit atau nyeri kepala, jantung
berdebar-debar, pusing, leher kaku, gelisah, penglihatan kabur, rasa sakit di
dada.15
Pemeriksaan fisik terdiri atas pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus organ. Pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium seperti urinalisis
(proteinuria), tes gula darah, profil lipid, ureum, kreatinin, rontgen thoraks
serta ekokardiografi.15
11
2.1.6. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah dan secara umum sangat menguntungkan
dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien
yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular
lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka
waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka
sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Beberapa pola
hidup sehat yang dianjurkan adalah : 7
a. Penurunan berat badan
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih
selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.7
b. Mengurangi asupan garam
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan
makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula
pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet
rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk
asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari. 7
c. Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.
Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara
12
Tabel 2.3. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi15
Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial TD
sistolik
Penurunan Berat Badan Jaga berat badan ideal; BMI = 18,5-24,9 kg/m2 5-20 mmHg/ 10 kg
penururnan berat badan
Dietary Approaches to Diet kaya buah, sayuran, produk rendah lemak 8-14 mmHg
Stop Hypertension dengan jumlah lemak total dan lemak jenuh yang
(DASH) rendah
Diet natrium Kurangi hingga <100 mmol/ hari (2 g natrium 2-8 mmHg
atau 6,5 g natrium klorida atau 1 sendok teh
garam/ hari)
Olahraga aerobik Aktivitas fisik aerobik yang teratur (misal: jalan 4-9 mmHg
cepat) 30 menit sehari, hampir setiap hari dalam
seminggu
Stop alkohol 2-4 mmHg
13
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah
setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan
hipertensi derajat ≥ 2. Algoritme tatalaksana hipertensi menurut JNC
VII yaitu seperti di bawah ini: 7,8
2.1.7. Komplikasi
Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah
tinggi adalah untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang
14
2.2. Senam
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan
suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta
pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa
yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman
tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar
keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau.16
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Senam lansia merupakan senam
aerobik low-impact yang gerakannya sesuai untuk lansia yaitu menghindari
gerakan-gerakan meloncat, melompat, kaki menyilang dan gerakan menyentak.
Senam lansia merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia.
Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar
16
karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Senam lansia
sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha,
posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. Senam ini sangat dianjurkan untuk
mereka yang memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun ke
atas). 16,17
Orang yang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran
jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian,
kelincahan gerak, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness. Melakukan
olahraga seperti senam lansia mampu mendorong jantung bekerja secara optimal,
dimana olahraga mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan
organ tubuh, yang nantinya dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga
menyebabkan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung
sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah
arteri meningkat akan terjadi fase istirahat terlebih dahulu, dampak dari fase ini
mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan
terjadinya penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan aktivitas saraf
parasimpatis, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun,
volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini
mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total,
sehingga terjadinya penurunan tekanan darah.16,18
2.3. Prolanis
2.3.1. Definisi
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,
Fasilitas Kesehatan (faskes) dan BPJS kesehatan dalam rangka
pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita
17
penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.19
2.3.2. Tujuan
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas
hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke
faskes tingkat pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 dan hipertensi sesuai
panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi
penyakit.19
2.3.3. Sasaran
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis (DM
tipe 2 dan hipertensi).19
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.1.Keadaaan Geografis
Provinsi Bengkulu adalah sebuah kota kecil yg terletak di jajaran
Kepulauan Indonesia paling barat. Dimana pulau Sumatera adalah
kepualauan Indonesia paling barat dan Provinsi Bengkulu terletak di
Kepulauan Sumatera di sisi sebelah Barat.20
Kota Bengkulu merupakan salah satu dari 10 Kabupaten/Kota yang
ada di Provinsi Bengkulu. Kota Bengkulu memiliki luas wilayah
144,52 km², terletak di pantai barat pulau Sumatera dengan panjang pantai
sekitar 525 km. Kawasan kota ini membujur sejajar dengan pegunungan
Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Kota
Bengkulu terdiri dari beberapa kecamatan, yaitu : Gading Cempaka,
22
sungai yaitu Sungai Air Hitam dan Sungai Serut. Kecamatan Muara Bangkahulu
terdiri dari tujuh Kelurahan, yaitu :20
1. Kelurahan Bentiring Permai
2. Kelurahan Beringin Raya
3. Kelurahan Rawa Makmur
4. Kelurahan Rawa Makmur Permai
5. Kelurahan Kandang Limun
6. Kelurahan Pematang Gubernur
7. Kelurahan Bentiring
4.1.2.Kependudukan
Penduduk di Kecamatan Muara Bangkahulu pada tahun 2016
sebesar 43.826 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk sebesar 104,74
dimana menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat
105 penduduk laki-laki.20
Gambar 4.3. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Muara
Bangkahulu Tahun 2011-2016.20
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari total subjek yang diteliti
sebanyak 23 prolanis dengan hipertensi yang mengikuti senam prolanis, rentang
umur paling banyak terdapat pada usia 46-55 tahun (lansia awal) dan wanita
merupakan jenis kelamin paling banyak menderita penyakit hipertensi.
Tabel 4.4. Distribusi Tekanan Darah Bulan September 2018 (Menurut JNC VII)
Klasifikasi TDS TDD Jumlah Persentase
Tekanan Darah (mmHg) (mmHg) (Orang) (%)
Normal < 120 Dan < 80 - 0
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89 - 0
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90 – 99 14 60,87
Hipertensi stadium 2 ≥ 160 Atau ≥ 100 9 39,13
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari total subjek yang diteliti
sebanyak 23 prolanis dengan hipertensi yang mengikuti senam prolanis pada
bulan September 2018 , sebanyak 60,87% menderita hipertensi stadium 1 dan
sebanyak 39,13% menderita hipertensi stadium 2.
Tabel 4.5. Distribusi Tekanan Darah Bulan Februari 2019 (Menurut JNC VII)
Klasifikasi TDS TDD Jumlah Persentase
Tekanan Darah (mmHg) (mmHg) (Orang) (%)
Normal < 120 Dan < 80 - 0
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89 21 91,3
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90 – 99 2 8,7
Hipertensi stadium 2 ≥ 160 Atau ≥ 100 - 0
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
27
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari total subjek yang diteliti
sebanyak 23 prolanis dengan hipertensi yang telah mengikuti senam prolanis
secara teratur dari bulan September 2018 - Februari 2019, sebanyak 91,3%
menjadi prehipertensi dan sebanyak 8,7% masih hipertensi stadium 1.
28
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan :
1. Jumlah peserta prolanis dengan hipertensi di Puskesmas Perawatan Beringin
Raya sebanyak 25 peserta.
2. Jumlah peserta prolanis dengan hipertensi dan rutin mengikuti program senam
prolanis selama periode September 2018 sampai dengan Februari 2019
sebanyak 23 peserta.
3. Rentang umur paling banyak terdapat pada usia 46 – 55 tahun (60,87%),
wanita merupakan jenis kelamin paling banyak (78,26%).
4. Dari total subjek yang diteliti sebanyak 23 prolanis dengan hipertensi yang
telah mengikuti senam prolanis secara teratur, sebanyak 39,13 % peserta yang
mengalami hipertensi stadium 2 pada bulan September 2018 dan 60,87 %
mengalami hipertensi stadium 1. Mereka yang rutin mengikuti senam
mengalami perbaikan tekanan darah pada bulan Februari 2019 yaitu menjadi
91,3 % prehipertensi dan 8,7 % hipertensi stadium 1.
6.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengharapkan :
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana penurunan
tekanan darah yang didapatkan dari program senam lansia di Puskesmas
Perawatan Beringin Raya.
31
DAFTAR PUSTAKA
14. Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A, Marsellus S, Siti S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta: EGC; 2009.
15. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer; 2017.
16. Suroto. Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan Urutan
Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga
Universitas Diponegoro; 2004.
17. Senja L. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kebugaran Lansia Di
Panti Wreda Pucang Gading Semarang [dissertation]. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang; 2010.
18. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001.
19. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Panduan Praktis PROLANIS
(Program Pengelolaan Penyakit Kronis); 2014.
20. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Muara Bangkahulu dalam Angka Subdistrict
Of Muara Bangkahulu In Figures 2017. Bengkulu: BPS Kota Bengkulu; 2017.
21. Tulak dan Umar. Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan Tekanan Darah
Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas Wara Palopo. Jurnal Perspektif. 2017;
02: 169-172.
22. Taler SJ. Initial Treatment of Hypertension. The New England Journal of
Medicine. 2018.
23. Anwari et al. Pengaruh Senam Anti Hipertensi Lansia terhadap Penurunan
Tekanan Darah Lansia di Desa Kemungingsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten
Jember. The Indonesian Journal of Health Science. 2018.
33
LAMPIRAN