Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PESTISIDA
(PNA 2650)

ACARA IV
KALIBRASI ALAT DAN PENGUJIAN PESTISIDA

Oleh :
Muhammad Azka Fardani
NIM. A1L014153

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017

1
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efektvitas dalam penggunaan pestisida salah satunya dipengaruhi oleh teknik

aplikasi yang benar. Teknik aplikasi yang benar tersebut mencakup segi

penggunaan alat serta dosis pemakaian yang tepat. Pengetahuan mengenai alat

semprot pestisida dalam hal ini sangatkalh penting bagi operator.

Pestisida umumnya bersifat racun bagi organisme manapun termasuk

organisme non sasaran. Oleh karena itu, penggunaan pestisida harus mengikuti

aturan yang tertera pada label pestisida. Cara aplikasi pestisida, ditentukan

berdasarkan oleh formulasi dan cara kerja dalam membunuh hama sasaran.

Aplikasi pestisida dilapangan ada aplikasi formulasi pestisida tanpa menggunakan

alat, namun ada juga yang memerlukan alat (alat penyemprot).

Pestisida yang digunakan petani umumnya berbentuk cairan sehingga

memerlukan sprayer dalam aplikasinya. Kinerja sprayer sangat ditentukan

kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu

tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan

disemprotkan. Aplikasi pestisida dan alat aplikasinya pada prinsipnya tergantung

dari formulasi yang digunakan. Aplikasi pestisida yang memakai pelarut banyak

kegagalan yang terjadi akibat kesalahan pemakaian alat dan kesalahan melakukan

kalibrasi. Sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan target yang diinginkan.

Oleh karena itu, pengetahuan mengenai bagian dari alat-alat semprot dan

kalibrasinya sangat diperlukan.

2
B. Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kalibrasi alat semprot,

menyiapkan larutan semprot, dan melakukan penyemprotan pestisida dengan benar.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan

perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa

menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang signifikan.

Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme yang akan

dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan nematisida

digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan

nematoda (Novizan, 2002).

Keberhasilan penggunaan pestisida salah satunya ditentukan oleh ketepatan

dalam cara penggunaannya. Mesekipun jenis pestisida yang digunakan tepat,

namun karena penggunaannya tidak tepat maka penyemportan akan sia-sia. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida di antaranya adalah keadaan

angin, suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil

akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu udara di

bagian bawah lebih panas, pestisida akan bergerak naik ke atas. Demikian pula

dengan kelembaban yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel

pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat

menyebabkan pencucian pestisida sehingga daya kerja pestisida berkurang

(Sudarmo, 1991).

Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma, hama dan penyakit

tanaman umumnya cair dan tepung. Untuk mengaplikasikannya pestisida cair

digunakan alat penyemprot yang disebut sprayer, sedangkan untuk pestisida

4
berbentuk tepung digunakan alat yang disebut duster. Sprayer adalah alat/mesin

yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau suspensi menjadi butiran

cairan (droplets) atau spray. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran

droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga

sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan

(Moekasan dan Laksminiwati, 2011).

Sprayer untuk keperluan pertanian dikenal dengan 3 jenis sprayer, yakni

knapsack sprayer, motor sprayer, dan CDA sprayer. Jenis knapsack sprayer adalah

jenis sprayer yang paling umum digunakan oleh petani hampir di semua areal

pertanian padi, sayuran, atau diperkebunan. Prinsip kerja knapsack sparayer adalah

larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui tenaga

pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang

pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan

di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida dalam

tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle bidang

sasaran semprot. Tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa diusahakan konstant,

yaitu sebesar 0,7 - 1,0 kg/cm2 atau 10-15 Psi. Tekanan sebesar itu diperoleh dengan

cara mempompa sebanyak 8 kali. Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan

dilakukan setiap berjalan 2 langkah pompa harus digerakan sekali naik-turun.

Kapasitas tangki knapsack sprayer bervariasi berkisar antara 13, 15, 18, 20

tergantung mereknya (Djojosumarto, 2004).

5
Penggunaan pestisida maupun herbisida pada suatu lahan, diperlukan

ketepatan teknik. Hal ini untuk menghindari terbuangnya herbisida yang berlebihan

atau tanaman menerima herbisida dalam jumlah berlebih. Oleh karena itu, sprayer

perlu untuk dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi ini ditentukan oleh luas lahan,

jenis tanaman, dan jenis herbisida apa yang akan diaplikasikan. Kalibrasi adalah

menghitung atau mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan

areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan

penyemprotan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemborosan herbisida,

memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan herbisida dan

memperkecil pencemaran lingkungan (Noor, 1997).

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antar-nilai

yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran atau sistem pengukuran, atau yang

diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan

dari besaran yang diukur dengan kondisi tertentu. Dewan Standarisasi Nasional

(DNS/1990) mendefinisikan bahwa kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan

kebenaran konvensional penunjukan instrumen ukur dan bahan ukur dengan cara

membandingkannya terhadap standart ukurannya yang ditelusuri (traceable) ke

standart Nasional atau Internasional. Definisi lain kalibrasi adalah kegiatan

penerapan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukan alat ukur dan data bahan

ukur (Permenkes No. 363 Tahun 1998).

6
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain : air. Alat yang digunakan

adalah : alat tulis, kalkulator, beaker glass 1000 ml, sprayer semi otomatis, meteran,

dan tali rafia.

B. Prosedur Kerja

Kalibrasi Alat Semprot Menurut Waktu

1. Tangki alat semprot diisi dengan air sebanyak 5 liter.

2. Alat semprot diangkat ke atas punggung.

3. Alat semprot dipompa sampai tekanan maksimum.

4. Kran dibuka dan diarahkan ke beaker glass selama satu menit.

5. Jumlah air yang ada pada beaker glass diukur volumenya.

6. Waktu yang diperlukan untuk menyemprot sebanyak 14 liter (satu tangki)

jika kecepatan aliran sama dengan saat kalibrasi.

Kalibrasi Alat Semprot Menurut Luas

1. Tangki alat semprot diisi dengan air sebanyak 5 liter.

2. Alat semprot diangkat ke atas punggung.

3. Alat semprot dipompa sampai tekanan maksimum.

4. Ujung nozle diarahkan pada lahan yang berumput dengan ukuran 2 x 7

meter.

7
5. Ujung kran dibuka dan disemprotkan ke rumput dengan kecepatan normal

sampai menutupi seluruh permukaan (basah) oleh cairan semprot.

6. Jumlah air yang berkurang dihitung dengan menuang air yang tersisa ke

dalam beaker glass.

7. Jumlah air yang dibutuhkan untuk menyemprot gulma seluas 800 m2

dihitung jika kecepatan aliran sama dengan kalibrasi.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan

melakukan pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada

setiap alat semprot memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu factor

manusia juga dapat menyebaakan perubahan tersebut. Alat semprot yang

menyebabkan perubahan adalah dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan

volume curah yang keluar, dan nozel menyebabkan perbedaan lebar gawang. Faktor

dari manusia (penyemprot) yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan,

karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, kemudian lebar

gawang dan tekanan. Oleh karena itu, kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal

tersebut, dengan kalibrasi maka akan didapatkan volume air per hektar

(Djojosumarto, 2004).

Kehilangan cairan pestisida yang terjadi merupakan salah satu kendala yang

terjadi karena adanya keausan nozzel yang digunakan sehingga perlu dilakukan

kalibrasi dan perawatan alat yang digunakan dalam plikasi pestisida

dilapang. Kalibrasi adalah menghitung atau mengukur kebutuhan air suatu alat

semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan

9
melakukan penyemprotan dilapang yang bertujuan untuk menghindari pemborosan

pestisida yang digunakan dan memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman

akibat penumpukan pestisida atau pengurangan residu kimia yang terjadi

dilingkungan (Parlyna, 2011).

Keberhasilan penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh aplikasi yang

tepat, untuk menjamin pestisida tersebut mencapai sasaran yang dimaksud, selain

faktor jenis dosis, dan saat aplikasi yang tepat. Dengan kata lain tidak ada pestisida

yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan tepat. Aplikasi

pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida yang semaksimal

mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat, dengan liputan

hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah ditentukan sesuai

dengan anjuran dosis. Adapun cara pemakaian pestisida yang sering dilakukan

oleh petani, salah satunya adalah dengan penyemprotan (Spraying). Cara ini

merupakan metode yang paling banyak digunakan (Wudianto,2007).

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menaplikasikan

sesuatu pestisida menurut Djojosumarto (2004) antara lain:

1. Dosis Pestisida.

Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan

untuk mengendalikan sasaran tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang

dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih.

10
2. Konsentrasi Pestisida

Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang disemprotkan

dalam satu liter air (atau bahan pengencer lainnya) untuk mengendalikan

sasaran tertentu.

3. Volume Semprot

Volume semprot adalah banyaknya larutan jadi pestisida yang digunakan

untuk menyemprot sasaran tertentu per satuan luas atau per satuan individu

tanaman.

4. Bahan Penyampur

Pestisida sebagai bahan racun aktif (active ingredients) dalam formulasi

biasanya dinyatakan dalam berat/volume. Bahan penyampur yang dapat

digunakan adalah alkohol, minyak tanah, xyline dan air (Sastroutomo, 1992).

Salah satu alat semprot yang digunakan, antara lain Knapsack Sprayer. Alat

ini merupakan alat semprot yang sangat meluas digunakan. Alat ini hanya bisa

untuk bahan cair dengan bahan pelarut air. Kapasitas tangki antara 15-20 liter

dioperasikan secara manual dengan pompa tangan dan daya jangkaunnya sangat

terbatas yaitu 2 meter. Hal yang perlu dilakukan dalam kalibrasi memperhatikan

kecepatan jalan harus konstan, tekanan semprot sprayer tetap, ukuran/tipe nosel,

ketinggian nosel di atas permukaan tanah (Djojosumarto, 2004)

Alat yang digunakan dalam pengaplikasian herbisida adalah alat penyemprot

atau sprayer. Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat

penyemprot punggung. Sebelum melakukan pengendalian gulma, terlebih dahulu

sprayer dikalibrasi. Kalibrasi dilakukan untuk menghindari pemborosan herbisida,

11
memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukanherbisida, dan

memperkecil pencemaran lingkungan (Yakup, et al 1991).

Praktikum yang dilakukan yaitu kalibrasi alat berdasarkan waktu dan luas.

Kalibrasi berdasarkan waktu dilakukan dengan mengisi tangki sebanyak 5 liter,

kemudian angkat atau gendong tangki. Pompa tangki atau sprayer gendong sampai

tekanan maksimal. Nozle diarahkan ke beaker glass kemudian kran dibuka. Air

yang keluar dari nozle ditunggu sampai satu menit, kemudian kran ditutup kembali.

Hasil air yang keluar dihitung volumenya dan dijadikan kalibrasi. Air yang keluar

dalam satu menit adalah 2.200 ml. Volume hasil kalibrasi ini dijadikan perhitungan

untuk menentukan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan air sebanyak satu

tangki yang berukuran 14 liter. Hasil perhitungan diperoleh waktu yang dibutuhkan

untuk menghabiskan satu tangki berukuran 14 liter adalah 35 menit.

Gambar 4 Kalibrasi Berdasarkan Waktu

Kalibrasi alat semprot berdasarkan luar dilakukan dengan mengisi tangki

sebanyak 5 liter. Tangki digendong kemudian dipompa sampai tekanan maksimal.

Nozle diarahkan ke areal gulma dengan panjang 10 meter dan lebar 1 meter.

Semprotkan cairan dalam tangki ke arah gulma secara keseluruhan sampai terlihat

basah. Setelah selesai kran ditutup kembali dan hitung air yang tersisa, sehingga

12
diketahui air yang dikeluarkan saat penyemprotan. Volume air yang keluar

dijadikan sebagai kalibrasi. Hasil yang diperoleh air yang keluar sebanyak 2.200 ml

untuk luas 10 m2 sehingga air yang diperlukan untuk luas 800 m2 sebesar 176 liter.

Sedangkan jumlah larutan pestisida yang dibutuhkan per area adalah 1,06667 L/m2.

Gambar 4. Kalibrasi Berdasarkan Luas

13
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kalibrasi alat semprot berdasarkan waktu diperoleh nilai 2,2 liter air yang

keluar selama satu menit, sehingga dalam satu tangki berukuran 14 liter dibutuhkan

waktu 35 menit. Kalibrasi berdasarkan luas air atau larutan yang dibutuhkan untuk

luas 10 m2 sebanyak 2,2 liter, kemudian air yang dibutuhkan sebanyak 176 liter

untuk luas 800 m2.

B. Saran

1. Kalibrasi sebaiknya dilakukan sebelum aplikasi pupuk maupun pestisida supaya

lebih efektif dan efisien.

2. Hasil kalibrasi sebaiknya dijadikan pedoman untuk menentukan kebutuhan

pestisida maupun pupuk yang akan disemprotkan ke tanaman.

14
DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.


Yogyakarta.
Moekasan, T. L. Dan Lamksminiwati P. 2011. Penggunaan Pestisida Berdasarkan
Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Yayasan Bina Tani Sejahtera.
Lembang.
Noor, E. Sutisna. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Online.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/isdp0102.pdf. Diakses 5 Juni
2017.
Parlyna, Ryna. 2011. Konsumsi Pangan Organik: Meningkatkan Kesehatan
Konsumen.Econosains, 9(2): 157-165.
Permenkes. 1998. Kalibrasi Alat Kesehatan. Online
.pelayanan.jakarta.go.id/.../peraturan-menteri-kesehatan-nomor-363-tahun-
1998-tentang-kalibrasi-alat. Diakses 5 Juni 2017.
Sastroutomo, S.S. (1992). Pestisida: Dasar Dasar dan Dampak Penggunaannya.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.

Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Pestida. Penerbit Penebar Swadaya.


Jakarta.
Yakup dan Sukma,Y.1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Press.
Jakarta.

15
BIODATA PRAKTIKAN

Nama Lengkap : Muhammad Azka Fardani

Nama Panggilan : Dani

Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 26 April 1996

Jenis Kelamin : Laki-laki

Golongan Darah : O

Alamat : Jl. Kenanga, RT 4 RW 6 Kel


Grendeng Kec. Purwokerto
Utara Banyumas Indonesia

Agama : Islam

Visi Hidup : Berakhlak mulia dalam Prestasi


Prima

No. Telp/HP : 085-868-178-089

Email : fa.fardany@gmail.com

Facebook : Muhammad Azka Fardani

Instagram : Fa.fardany

BBM : D2FF99FE

16

Anda mungkin juga menyukai