Anda di halaman 1dari 4

Ketua Partai Hanura Provinsi Sulawesi Tengah : Bapak Hardiyanto Rasyid S.

1. Menurut bapak demokrasi itu apa dan bagaimana?


Jawab :

Sebenarnya bagi kita demokrasi adalah suatu kebebasan dimana kita bisa
menyatakan pendapat secara terbuka, dimana kita tidak dikekang oleh suatu hal yang
membuat kita tidak bebas baik itu menyatakan pendapat kemudian melaksanakan
sesuatu. Artinya secara hakikatnya, demokrasi kira-kira seperti itu adalah dimana kita
memiliki kebebasan untuk menyatakan pendapat, kebebasan untuk berbuat. Tetapi,
banyak orang kemudian menyampaikan bahwa demokrasi kita ini kebablasan, dimana
seakan-akan kita tidak lagi menjaga norma-norma atau aturan-aturan. Nah oleh
karena itu, landasan atau dasar negara kita baik Pancasila maupun UUD 1945 ini
merupakan guidens kita atau merupakan panduan kita untuk memahami dengan lebih
baik bagaimana Pancasila maupun UUD 1945 memaknai demokrasi yang harusnya
bisa diterjemahkan lah dari landasan kita ini. Dulu kita mengenal namanya
Demokrasi Terpimpin. Tetapi begitu kita diEra Reformasi, semua orang diberikan
kebebasan seluas-luasnya. Nah dulu, banyak media-media yang dibredel atau ditutup
tidak dibolehkan ini, dikarenakan terlalu keras dalam menyatakan sesuatu nah
sekarang sah-sah saja setiap orang menyatakan sesuatu yang penting memperhatikan,
memperhatikan etika dan norma. Kalau misalnya kita diPancasila, kita kenal Bhineka
Tunggal Ika kan berbeda-beda. Artinya silahkan menyatakan pendapat yang berbeda-
beda, tetapi mari saling menghargai pendapat satu sama lain. Kita tidak boleh
memaksakan keinginan kita agar supaya orang bisa menerima. Lalu kemudian apabila
orang tidak menerima pendapat kita maka kita harus menerima juga, begitu. Nah itu
merupakan panduan yang berada dalam UUD 1945 maupun Pancasila sebagai dasar
ideologi kita. Kita bicara Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, kita bicara
kemanusiaan. Kemanusiaan bukan hanya dalam arti kita tidak boleh bunuh orang,
tetapi kemanusiaan itu bagaimana kita menghargai orang, kita manusiakan dia. Jadi
kita tidak boleh bicara anda binatang, babi, tidak boleh. Oleh karena itu sekarang
siapa yang melakukan ujaran-ujaran kebencian mulai diluruskan. Nah itu yang
dimaksud kebablasan, tetap kita harus kembali ke norma yaitu Pancasila dan UUD
1945. Karena dalam UUD 1945 kebebasan adalah hak, sama dengan kita bilang
kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Kemerdekan itu kan kebebasan, kebebasan
adalah hak semua orang. Maka tindakan kekerasan, penjajahan itu sebenarnya
tindakan kekerasan yang tidak boleh ada. Yah sama, hal-hal yang kemudian
memancing orang untuk menyatakan sesuatu yang kemudian bisa memancing
keributan nah itu berarti ingin memunculkan kembali model-model seperti
penjajahan, kekerasan dan sebagainya. Nah ini bertentangan dengan UUD 1945.
Tetapi kita sangat menjunjung tinggi bahwa demokrasi itu diperlukan, otokritik dari
masyarakat itu perlukan. Tapi bagaimana kemudian kita menciptakan demokrasi yang
kondusif. Kita juga tidak sebut dia demokrasi terpimpin saya lebih cenderung bilang
bagaimana kita membuat demokrasi yang kondusif. Saya menyebutnya begitu,
demokrasi yang kondusif. Kondusif artinya bagaimana menciptakan suatu lingkungan
itu menjadi lingkungan yang saling inilah, yang tenang, yang damai. Itu, jadi kalau
ditanya lagi bagaimana demokrasi. Demokrasi itu kebebasan kita, menyatakan
pendapat, berbuat. Secara umum saya katakan begitu, tapi secara konteks dibuka lagi
bukunya pengertian, definisi demokrasi itu apa.

2. Bagaimana dengan demokrasi diSulawesi Tengah ini khususnya diKota Palu?


Baikkah atau bagaimana?
Jawab :
Sebenarnya begini, kalau ditanya bagaimana Palu. Hukum itu berlaku
menyeluruh, bukan hukum diSulawesi Tengah ini berbeda dengan Jawa. Tidak,
cuman memang tidak bisa dipungkiri bahwa kita kan memiliki namanya kearifan
budaya lokal. Saya beri contoh misalnya, orang diJakarta mau pergi misalnya “Pa,
aku pergi yah pa” begitu kan, kalau kita “Pa, Ma salim dulu. Aku pergi yah”. Itu
budaya, bukan berarti mereka tidak punya. Cuman kan kita kalau klait diTV kan itu
cermin. Tapi kan hukum ini menyeluruh, cuman kadang-kadang kearifan lokal
mempengaruhi pelaksanaan daripada hukum itu dipengaruhi oleh kearifan lokal,
budaya lokal. Nah tapi kalau ditanya bagaimana demokrasi diSulawesi Tengah, yah
sama secara nasional. Buktinya mahasiswa disini bisa demo, iya kan. Tidak ada orang
yang larang, silahkan tidak ada larangan. Yah kalau ditanya bagaimana demokrasi
DiSulawesi Tengah yah menurut saya, sama saja. Tergantung bagaimana lagi sumber
daya kita ini melaksanakan demokrasi itu, melaksanakan praktek-praktek demokrasi
itu. Begitu. Yah beda lah, menurut saya beda. Karena itu bergantung pada banyak
faktor, yah tadi kebiasaan, kemudian pengetahuan, lingkungan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi praktek-praktek demokrasi itu. Tinggal bagaimana kembali ke kita.
3. Baiknya suatu demokrasi kan bapak katakan tadi tergantung dari praktek
demokrasi itu sendiri apakah berlandaskan Pancasila atau tidak. Jadi menurut
bapak adakah sisi positif dan negatifnya?
Jawab :
Menurut saya, bila ditanya bagaimana sisi positif dan negatifnya itu tergantung
dari bagaimana prakteknya. Kalau prakteknya kita baik-baik saja, demokrasinya yah
sangat-sangat positif. Nah tinggal yang kemudian terjadi itu orang kadang-kadang
yah tadi itu, kebablasan. Contoh misalnya kadang-kadang kita kalau menyatakan
pendapat yah demo kita misalnya, padahal ini tahulah misalnya dia bersalah. Tapi
jangan juga dibakar hidup-hidup, main hakim sendiri. Taruhlah misalnya bersalah,
walaupun bersalah tetap juga dia sebagai orangtua tetap juga menyampaikan dengan
kata-kata yang baik. Kadang rektor kita misalnya ada indikasi korupsi, kita sudah
teriak “Gantung!” misalnya. Tetapi memang penekanan-penekanan juga diperlukan
dalam melakukan misalnya pemerintah atau siapa ignore dengan apa yang kita
suarakan yah sah-sah saja. Tetapi etika harus tetap terjaga yah, makanya saya bilang
kalau saya sih memandangnya bagaimana demokrasi yang kondusif, yang tenang.
Artinya ketika kita berbeda pendapat silahkan kita berargumen sampai habis. Seperti
orang berkelahi, main tinju dan sebagainya. Selesai berkelahi, berdarah misalnnya,
siapa yang menang yah selesai, bersalaman. Kemudian dibawah keluar ring
permasalahannya. Biasanya kan permasalahan yang dikampung-kampung seperti itu,
tidak mau mengalah akhirnya tawuran terjadi. Seperti itu. Demokrasi berarti
kebebasan kita tetapi juga harus menjaga norma dan etika, demokrasi yang kondusif.
Bukan demokrasi yang kebablasan, yang tidak saling menghargai, saling hujat-
menghujat, saling bunuh-membunuh gara-gara perbedaan pendapat. Intinya
demokrasi adalah kebebasan.
4. Pemicu dari demo kan lebih kepada aspirasi rakyat yang tidak didengarkan dan
sebagainya. Jadi menurut bapak harusnya dari pemerintah sampai dengan
rakyat harus sama-sama baik dalam artian bekerja sama, menurut bapak
bagaimana?
Jawab :
Iya. Kan cuman begitulah kadang-kadang, apa yah. Iya kadang-kadang
salahnya juga ada orang yang diberikan kesempatan tidak memanfaatkannya dengan
baik, malah memperkaya diri sendiri. Menjadi penguasa malah menguasai. Bukannya
menjafi penguasa malah menjadi jembatan agar supaya mampu mengakomodir
semua. Nah itukan yang kerap terjadi, sehingga menimbulkan antipati. Nah antipati
dari masyarakat ini akan menjadi brutal. Karena menganggap bahwa sudah susah
percaya, ketidakpercayaan. Sehingga kemudian muncul ujaran-ujaran kebencian.
Karena kita bilang kebablasan ininya, wajar saja karena ketika berbicara baik tidak
didengarkan. Bicara lembut tidak digubris, maunya nanti bicara kasar. Kadang-
kadang kan begitu, masyrakat merasa pemerintah tidak tahu kondisi mereka dan
malah membenci pemerintah. Akhirnya muncul kemudian masyarakat kita jadi
skeptis atau setengah-setengah lalu menjadi apatis. Kalau sudah apatis, ketika
masyrakat sudah masa bodoh negara kita tidak akan maju. Tapi ketika masyarakat
memberika kritik lalu pemerintah langsung merespon dengan cepat maka tanpa
disadari perubahan akan cepat terjadi. Karena ketika pemerintah merespon dengan
cepat, masyarakat akan semakin kritis mencari kesalahan lain. Berarti secara tidak
langsung masyarakat ikut naik juga pemahamannya akan sesuatu. Jadi ketika
masyarakat semakin kritis maka pemerintah akan semakin memperbaiki diri. Jika
pemerintah berada dilevel 8 maka masyarakat harus berada dilevel yang sama untuk
mampu mengkritisinya. Jika pemerintah dilevel 8 dan malah masyarakatnya berada
dilevel 3 maka pasti tidak tahu apa yang mau dikritiki. Tapi kalau dilevel yang sama
maka pemerintah pasti akan terdesak terus untuk memperbaiki performanya. Kalau
pemerintah bagus maka masyarakatnya pun semakin bagus. Contoh negera Jepang,
masyarakat Jepang boleh dikata masa bodoh dengan urusan pemerintah. Pikiran
mereka hanya kerja, urusan negara mereka serahkan full pada pemerintah. Nah
pemerintah Jepang sendiri, kalau sudah tahu salah yah mundur sendiri. Baru saja
diisukan macam-macam sudah mundur sendiri. Kita, sudah jadi tersangka masih
kirim surat lagi, “Jangan diganti saya”. Nah ini kan susah. Jepang yang tadinya
dihantam bom, orang yang memprediksikan itu bahwa Jepang akan recovery dalam
ratusan tahun. Tapi ternyata sekarang Jepang luar biasa. Kita yang tidak pernah
dijatuhi bom atom tetap begitu-begitu saja. Singapura, duluan kita merdeka, negara
kecil. Tapi sangat maju, mainset pemerintahnya yang sangat memahami betul
posisinya. Sekarang tidak seperti dulu, kekuasaan ditangan pemerintah sepenuhnya.
Tapi saya liat sekarang pelan-pelan pemerintah sudah mulai mengatur. Pemerintah
tidak akan berubah kalau masyarakat tidak pernah mengkritisinya. Semuanya harus
bekerja sama. Oleh karena itu, budaya berpikir kritis dan positif harus dijaga agar
terus terciptanya demokrasi yang kondusi tadi itu karena kita semua adalah penerus
bangsa.

Pertanyaan dari Bapak Hardiyanto Rasyid S.E :


Sekarang saya mau tanya, apa hubungannya Kewarganegaraan dengan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)?
Setelah memberi kesempatan kami menjawab, ia lalu menjawabnya :
Iya sebenarnya itu ingin menyampaikan bahwa kita semua memiliki hak,
menyampaikan apa sebenarnya yang menjadi hak dasar kita sebagai warga negara.
Untuk menyampaikan itu. Kalian punya hak pendidikan, itu demokrasi. Kita punya
hak pendidikan, hak kesehatan. Iya kan. Kita memiliki hak atas negara ini, dimana
porsi kedudukan kita. Karena kan disitu kita diajarkan tentang aturan-aturan, tidak
boleh salah suntik, tidak boleh malpraktek, mencederai seseorang, yang sehat tiba-
tiba jadi lumpuh. Kita harus jadi warga negara yang baik, suster yang baik.

Anda mungkin juga menyukai