Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari oto uterus (tumor

jinak uterus tidak berbatas tegas) dan jaringan ikat yang menumpangnya

sehingga berbentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta otot

rahimnya dominan. Selain itu memiliki kapsul, berbentuk dari otot polos yang

imatur dan elemen jaringan oenyambung fibrosa sehinggga dapat disebut juga

leiomioma, fibromoma, atau fibroid (Wiknjosastro, 2005).

B. Etiologi

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui , namun ada 2

teori yang menjelaskan faktor oenyebab mioma uteri yaitu :

1. Teori stimulasi

Estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :

a. Mioma uteri tubuh lebih cepat pada masa hamil

b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche

c. Mioma uteri biasnya mengalami atrofi sesudah menopause

d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma

uteri

2. Teori cell nest atau genitoblas

Mioma uteri terjadi karena sesl-sel imatur yang terdapaat pada

cell nest yang dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.


(Manuaba, 2007)

Faktor resiko penyebab mioma uteri menurut mxakir (2008) yaitu :

1. Usia Penderita

Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi

dan sekitar 40%-50% pada wanita usia diatas 40 tahun. Mioma uteri

jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid),

sedangkan wanita menopause ditemukan sebesar 1%.

2. Hormon estrogen

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang

diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterapan

bahwa hormon estrogen endogen pada wanita-wanita menopause pada

level yang rendah/sedikit (Parker, 2007). Otubu et al menemukan bahwa

konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi

dibandingakan jaringan n=miomatrium normal terutama pada fase

proliferasi dari siklus menstruasi (djuwanto, 2005).

3. Riwayat kekuarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita

mioma uteri 2,5 kali kemungkinan yang menderita mioma dibandingkan

dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita

mioma yang mempunyai riwat keluarga mioma mempunyai 2x lipat

kekuatan ekspresi dari VEGF (a-myoma reated growth factor)

dibandingan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat

keluarga penderita mioma uteri (Parker,2007)


4. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Obesitas berperan dalam terjadinya mioma uteri, hal ini

berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh

enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwanto, 2005). Hasilnya terjadi

peningkatan jumlah estrogen tubuh yang mampu meningkatkan

prevalensi mioma uteri (Parker, 2007)

5. Makanan

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa daging sapi, daging

setengah matang dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri,

namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri, namun belum

diktahui apakah vitamin serat berhubungan dengan mioma uteri (parker,

2007).

6. Kehamilan

Kehamilan mempengeruhi mioma uteri karena tingginya kadar

estrogen dalam kehamilan dan berrtambahnya vaskularisasi ke uterus,

kemungkan dapat mempecepat terjadinya pembesaran mioma uteri

(manuaba, 2007)

7. Paritas

Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita multipara

dibandingan dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan satu

atau dua kali

8. Kebiadaan merokaok
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri, diterangkan

dengan penurunan bioavalibilitas estrogen dan penurunan konversi

androgen menjadi estrogen dengan penghambatan enzim aromaterase

oleh nikotin (Parker, 2007).

C. Manifestasi klinik

Faktor-faktor yang menimbukkan gejala klinis ada 3 yaitu :

1. Besarnya mioma uteri

2. Lokalisasi mioma uteri

3. Perubahan pada mioma uteri

Gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,

intramurtal, submucous) digolongkan sebagai berikut :

1. Perdarahan abnormal

Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan

metroragia. Perdarahan sering bersifat hipermenorea dan menakisme

perdarahan tidak diketahui benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi

yaitu telah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam

kontraktinilitas miometerium (manuaba, 19998)

2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah dapat terjadi jika

a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis

b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim

c. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis

d. Terjadi degenerasi merah

3. Tanda-tanda penekanan / pendesakan


Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada

pembuluh –pembuluh darah, akibatnya tekanan terhadap kandung

kencing adalah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap ureter bisa

menyebabkan hidro uretre.

4. Infertilitas

Infertilitas bisa terjadi jika mioma uteri intramural menutup atau

menekan pors intertisialis tube.

5. Abortus

Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang

janin dalam rahim melalui plasenta.

6. Gejala sekunder

Gejala sekunder yang muncul adalah anemis karena perdarahan,

uremia, desakan ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

D. Patofisiologi

Etiologi

Teori Stimulasi Teori Cellnest

Stimulasi Sel-Sel otot


Estrogen imatur

Proliferasi di Pemberian
uterus estrogen
Hiperplasia Tumor
endometrium Fibromatosa

Mioma Uteri Mioma Uteri

(Manuaba, 2007)

E. Pathway

Mioma Uteri

Pre Operasi Post Operasi

Peningkatan Perlawanan Puasa Luka Kurang


Massa pada praoperasi pembedahan pengetahuan
neoplasma dampak
operasi

Pembesaran Membran
uterus Pertahanan mukosa Perdarahan
tubuh tidak Kerusakan
kering
adekuat jaringan saraf

Penyempitan Resiko
saraf simpatis Anorexia kekurangan
Resiko volume cairan
Infeksi Nyeri Kerusakan
sensorik dan
Intoleransi kemumpuhan
Nyeri aktivitas saraf

Retens
urine

F. Komplikasi
Manuaba (2007) berpendapat bahwa mioma uteri berdampak pada

kehamilan dan persalinan yaitu :

1. Megurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma

uteri submukosum.

2. Kemungkinan abortus bertambah.

3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan

letak subserus.

4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, teurtama pada mioma yang

ketaknya di serviks.

5. Inersia uteri dan agona uteri terutama pada koma yang letaknya di

dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma.

6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus

dan intramural

G. Menururt manuaba (2007) kehamilan dan persalinan juga dpaat berdampak

pada mioma uteri yaitu ;

1. Tumor bertumbuh lebih cept dalam kehamilan akibat hipertorfi dan

edema terutama dalam

H. Penatalaksanaan

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan

ukuran tumor dan sebagai berikut :

1. Penanganan konservatif yaitu dengan cara:

a. Observasi dengam pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6

bulan.
b. Monitor keadaan Hb.

c. Pemberian zat besi.

d. Penggunaan agonis GnRH bekerja dengan menurunkan regulasi

gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya,

fungsi obarium memghilang dan diciptakan keadaan menopause

yang reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari

ukuran uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara menyatakan

kemungkinan manfaatnya pada pasien perimenopoause dengan

menahan atau mengembalikan petumbuhan mioma sampai

menopaus yang sesungguhnya mengambil alih, tidak terdapat

resiko penggunaan agonis GnRH jangka panjang dan kemungkinan

retensi mioma setelah terapi dihentikan, akan tetapi hal ini akan

segera didapatkan dari pemeriksaan klii yang dilakukan.

2. Penanganan operatif

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma

uteri adalah :

a. Perdarahan uterus abnormal yang meneybabkan penderita anemia.

b. Nyeri pelvis yang hebat.

c. Ketidakampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena

mioma berukuran kehamilan 12 minggu sebesar tinju dewasa)

gangguan buang air kecil (retensi urin).

d. Pertumbuhan mioma setelah menopause.

e. Infertilitas.
f. Meningkatnya pertumbuhan mioma

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

a. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa

pengangkatan rahim/ uterus. Miomektoi lebih sering dilakukan

pada penderita mioma uteri secara umum, suatu studi mendukung

miomektom dapat dilakukan pada wanita yang masih ingin

bereproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang teori ini tapi

penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum

memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.

b. Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan

untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks

uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri, histerektomi

dapat dilakukan bila pasien tidak meginginkan anak lagi, dan pada

penderita yang memiliki mioma yang simptomatik yang sudah

bergejala.

Kriteria menurut american college of obstretricians

gynecologists (ACOG) dalam Chelmow (2005) untuk histerektimi

adalah sebagai berikut :

1. Terdapat 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat

teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien


2. Perdarhan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak

dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari

8 hari dan anemia akibat kehilangan arah akut atau kronis.

3. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri

hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut

bagian bawah yang kronis dan penekananan pada vesika

urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering.

Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil :

Selama kehamilan, terapi awal yang memulai adalah tirah

baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan

konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Namun, pada torsi

akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan interfensi

pembedahan seksio secaria merupakan indikasi untuk kelahiran,

apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri

atau obstruki mekanik (Taber, 1994)

I. Pemeriksaan penunjang

Menurut Manjsoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus

mioma uteri adalah :

1. Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, albumin turun, leukosit turun/

meningkat, eritrosit turun.

2. USG : terlihat massa pada daerah uterus

3. Vaginal toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,

konsistensi dan ukurannya.


4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkun ada yang dapat

menghambat tindakan operasi.

6. ECG : mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yadang dapat

mempengaruhi tindakan operasi

7. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam

menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama

bermanfaat pada uterus yang ekcil. Uterus atau massa yang paling besar

paling baik diobservasi melalui uktrasongrafi transabdominal mioma

uteri sevara khas menghasilkan gambaran uktrasonografu yang

mendemonstrasikan irregularitas kontur meuoun pembesaran uterus.

Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan

bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang

hipokoik.

8. Histeroskopi

Pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai, tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.

9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran dan lokasi

mioma, tetapu jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai

massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang

normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi


dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi aternatif

ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

Anda mungkin juga menyukai