Anda di halaman 1dari 8

METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

A. Definisi
Activity based costing telah dikembangkan pada organisasi sebagai
suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan
baik oleh sistem biaya tradisional. Berikut ini adalah beberapa definisi yang
di kemukakan beberapa ahli mengenai Activity based costing:
1. Menurut Supriyono (2002), Activity based costing merupakan sistem
yang terdiri dari 2 tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai
aktivitas, dan kemudian kedua adalah melacak biaya ke berbagai produk.
2. Menurut Garrison, Norren dan Brewer (2006), Activity based costing
(perhitungan biaya berdasarkan aktivitas) adalah metode perhitungan
biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi
manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin
akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.
3. Menurut Mulyadi (2007), activity based cost system adalah sistem
informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi
personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang
melalui pengelolaan aktivitas.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa Activity based
costing merupakan metode yang digunakan untuk menyajikan informasi
harga pokok produk secara efektif dengan mengukur secara cermat konsumsi
sumber daya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk. Informasi
biaya tersebut akan digunakan oleh manajemen untuk perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan.
B. Tahapan
ABC system adalah aktivitas yang terdiri dari 2 tahap yaitu pertama
melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk.
Menurut Supriyono (2002:231) ada 2 tahap pada ABC System, tahap pertama
terdiri dari 4 langkah yakni penggolongan ke berbagai aktivitas,
pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, penentuan
kelompok biaya yang homogen (cost pool) dan penentuan tarif kelompok
(pool rate). Sedangkan pada tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke
berbagai produk.
C. Asumsi Dasar ABC
Menurut Robin Cooper dan Robert S. Kaplan (1998:269) menyebutkan
ada dua asumsi penting yang mendasari Activity based costing System, yaitu:
1. Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya (activities cause cost). Activity
based costing System berangkat dari asumsi bahwa sumber daya
pendukung atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan
untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya
biaya yang harus dialokasikan. Tahap pertama dari Activity based costing
systems adalah membebankan biaya-biaya dari sumber daya pendukung ke
aktivitasaktivitas yang menggunakan sumber daya tersebut. Karena itu,
Activity based costing Systems berangkat dari asumsi bahwa aktivitas
menyebabkan timbulnya biaya.
2. Produk dan pelanggan menyebabkan timbulnya permintaan atas aktivitas
(product and customers create the demand for activities), untuk membuat
produk diperlukan berbagai aktivitas dan setiap aktivitas memerlukan
sumber daya untuk pelaksanaan aktivitas tersebut. Karena itu, pada tahap
kedua dari Activity based costing System biaya-biaya aktivitas dibebankan
ke produk berdasar konsumsi atau permintaan masing-masing produk
terhadap aktivitas tersebut.
D. Kondisi Dalam Penerapan Asumsi
Kondisi yang mendasari penerapan ABC System, dalam perusahaan
manufaktur dan juga perusahaan jasa menurut Supriyono (2002) di golongkan
ke dalam tiga kelompok.
1. Perusahaan menghasilkan lebih dari satu produk jual.
2. Biaya yang berbasis non unit harus merupakan prosentase signifikan dari
biaya overhead.
3. Rasio konsumsi masing-masing aktivitas dari tiap produk yang dijual
berbeda.
E. Tujuan dan Peranan ABC
Tujuan Activity based costing digunakan untuk mengalokasikan biaya
ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan
kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai
dengan peranan aktivitas setiap produk.
Peranan Activity based costing system yaitu: (a) Pembebanan biaya
tidak langsung dan biaya pendukung, dan (b) Pembebanan biaya dan alokasi
biaya yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.
F. Manfaat
Menurut Cooper dan Kaplan (1991), terdapat tiga manfaat Activity
based costing systems bagi manajemen perusahaan.1
1. Improved Decision
Perhitungan biaya produk dengan menggunakan Activity based costing
systems menghasilkan informasi yang lebih akurat, sehingga manajemen
perusahaan dapat mengambil keputusan dengan tepat karena terhindar
dari distorsi yang terjadi pada perhitungan biaya produk menggunakan
sistem tradisional.
2. Continuous Improvement Activities to Reduce Overhead Costs
Dalam penerapan Activity based costing systems penghematan biaya
secara signifikan dapat dilakukan dengan cara penanganan bahanbaku
secara lebih efisien tanpa harus menurunkan harga beli bahanbaku,
mengurangi biaya set up dan membuat penjadwalan produksi. Dengan
disertai perbaikan aktivitas secara terus menerus dan penggunaan
informasi yang lebih akurat maka seharusnya penghematan biaya tersbut
dapat tercapai.
3. Ease of Determining Relevant Cost
Activity based costin systems mengurangi kebutuhan untuk melaksanakan
pembelajaran khusus mengenai analisa yang lebih mendalam untuk
mendapatkan informasi yang relevan dalam rangka keputusan tertentu
dengan meningkatkan akurasi dari laporan biaya produk dan
menghasilkan biaya secara terpisah dari keempat kategori aktivitas.
G. Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan
a. Menyajikan biaya produk lebih akurat dan informatif, yang
mengarahkan pengukuran profitabilitas produk lebih akurat terhadap
keputusan strategi tentang harga jual, lini produk, pasar, dan
pengeluaran modal.
b. Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh aktivitas,
sehingga membantu manajemen meningkatkan nilai produk (product
value) dan nilai proses (process value).
c. Memudahkan memberikan informasi tentang biaya relevan untuk
pengambilan keputusan.
Secara teori Activity Based Costing system dianggap dapat
memberikan informasi dan kinerja yang lebih unggul dibandingkan sistem
akuntansi biaya tradisional. Akan tetapi, bukti bahwa Activity Based
Costing System dapat menghasilkan informasi biaya yang akurat tidak
menjamin bahwa sistem ini merupakan sistem yang sempurna karena
ternyata sistem ini masih memiliki beberapa kelemahan.
2. Kelemahan:
a. Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena
sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut.
b. Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis.
c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, di samping memerlukan
biaya yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama.
H. Hirarki Aktivitas Biaya dalam Konsep ABC
Menurut Cooper dan Kaplan, hirarkhi aktivitas dari Activity based
costing terdiri atas empat komponen yaitu tingkatan unit, batch, produk,
pabrik.
1. Tingkatan unit
Biaya pada tingkatan unit adalah biaya yang akan bertambah besar jika
produksi ditingkatkan. Biaya ini merupakan satu-satunya biaya yang dapat
dialokasikan secara akurat terhadap setiap unit sebanding dengan
volumenya. Contoh biaya dari tingkat unit ini adalah biaya listrik jika
mesin menggunakan listrik di dalam memproduksi produk dan biaya
tenaga kerja pemeriksa jika setiap unit yang diproduksi harus diperiksa
oleh tenaga kerja. Biaya ini merupakan biaya variable ini yang sangat
berfluktuasi sejalan dengan fluktuasi produksi. Pengendara tingkat unit
(unit tingkat drivers) adalah ukuran dari berbagai aktivitas yang bervariasi
terhadap volume produksi.
2. Tingkatan batch
Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah tingkatan batch.
Biaya tingkat batch adalah semua biaya yang timbul karena disebabkan
oleh jumlahbatch yang diproduksi dan dijual. Contohnya biaya tingkat
batch ini adalah biaya tatanan produksi atau biaya pendirian dan biaya
penanganan bahan-bahan yang akan dimasukkan kedalam proses
produksi. Jika biaya pesanan muncul dari pemasok karena adanya batch
maka sebagian biaya untuk mendapatkan bahan akan berada biaya pada
tingkatan batch. Jika unit pertama yang seringkali dijadikan sampel
deperiksa maka biaya pemeriksaan ini juga termasuk biaya pada tingkatan
batch.
3. Tingkatan produk
Tingkatan ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi lagi dan berada pada
satu tingkatan di atas tingkatan batch. Biaya pada tingkatan produk adalah
semua biaya yang timbul karena digunakan untuk mendukung jumlah
yang berberda-beda dari produk yang diproduksi. Tingkatan ini tidak
depengaruhi oleh produksi dan oleh penjualan batch atau unit. Contohnya
dari biaya tingkatan produk ini adalah serta merekayasa produk, biaya
pengembangan produk, membuat proto tipe produk serta merekayasa
produksi. Jika tenaga kerja yang ditugaskan untuk memproduksi perlu
menjalani latihan sebelum melakukan aktivitas produksi maka biaya
latihan ini akan dimasukkan sebagai biaya tingkatan produk.
4. Tingkatan pabrik
Beberapa tingkat biaya dan pengendara (drivers) dapat muncul diatas
tingkat produk. Hal ini meliputi tingkat lini produk, tingkat proses dan
tingkat pabrik. Sebagian besar aplikasi ABC menyadari hanya satu tingkat
yaitu tingkat pabrik (plant tingkat). Biaya tingkat pabrik (plant tingkat
cost) adalah biaya untuk menompang kapasitas pada suatu tempat
perusahaan. Contoh dari biaya ini dan asuransi bangunan. Sedangkat
ruangan kantor yang ditempati seringkali disebut sebagai pengendara
tingkat pabrik (plant tingkat drivers) untuk menghubungkan dengan biaya
tingkat pabrik.

I. Syarat Penerapan Sistem ABC


Menurut Supriyono (2002 : 247) ada dua hal mendasar yang harus
dipenuhi oleh perusahan yang akan menerapkan Activity Based Costing
System, yaitu:
1. Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari
biaya tenaga kerja langsung. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka
sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk.
2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-
aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk
menggunakan semua aktivitas overhead dengan rasio kira-kira sama, maka
tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk
mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai
produk rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau Activity
Based Costing System membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang
sama. Jadi perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produknya
rendah) dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah.
J. Perbedaan Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya ABC
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya
Activity based costing yang dikemukakan oleh Amin Widjaja adalah sebagai
berikut:
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu
biaya driver untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari
setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya
overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non
reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.
Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka
pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk
penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat
diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen
persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan
memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk
analisis varian dari pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (cost
pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain
itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk
menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Robert S. and Robin Cooper. 1991. The Design of Cost System. 1st ed.
New Jersey: Prentice Hall International Inc

Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi


Maju dan Globalisasi. Edisi Dua. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 1995. Activity-Based Costing : Untuk Manufakturing


dan Pemasaran. Jakarta: Harvarindo

Anda mungkin juga menyukai