Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Endometriosis uteri adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang
masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-
kelenjar dan stroma terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus, bila
jaringan endometrium terdapat d i dalam miometrium disebut adenomiosis.1
Endometriosis paling sering ditemukan pada permepuan yang melahirkan di
atas usia 30 tahun disertai dengan gejala menoragia dan dismenorea yang progresif.
Endometriosis sering didapatkan pada peritoneum pelvis tetapi juga didapatkan pada
ovarium, septum rektovaginalis, ureter.1
Insisdensi endometriosis sulit dikuantifikasi oleh karena sering gejalanya
asimtomatis dan pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
sensitifitasnya rendah. Perempuan dengan endometriosis bisa tanpa gejala, subfebril
atau menderita rasa sakit pada daerah pelvis terutama pada waktu menstruasi. Nyeri
pada endometriosis hanya sedikit berespon pada antiprostaglandin. Gejala yang
timbul tergantung pada daerah implan endometriosis dan organ yang terkena.1,2
Komplikasi yang dapat terjadi pada wanita yang terkena endometriosis adalah
infertilitas/subfertilitas, rasa nyeri plevis kronis dan gangguan anatomik pada sistem
organ yang terkena (contoh: adhesi dan ruptur kista).2
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut ini:
1. Mengetahui definisi, etiologi, dan patogenesis terjadinya endometriosis.
2. Mengetahui cara menegakkan diagnosis endometriosis.
3. Mengetahui penatalaksanaan dan prognosis pada endometriosis.

BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi Endometriosis
Endometriosis dapat diartikan sebagai adanya infiltrsi dari jaringan (kelenjar
dan stroma) di luar dari uterus sendiri. Endometriosis didiagnosa melalui inspeksi
secara langsung dengan menggunakan bantuan laparaskopi dan idealnya dikonfirmasi
dengan pemeriksaan histopatologi.3
Endometriosis dapat ditemukan pada premenarche, pada wanita yang belum
pernah mengalami menstruasi dan juga wanita dewasa dan sangat jarang ditemukan
pada wanita dengan status post-menoupase. Pada beberapa kasus endometriosis
pernah ditemukan pada laki-laki. 4

Gambar 1. Lokasi-lokasi organ yang dapat ditemukan infiltrasi endometrium.


5

2.2. Epidemiologi Endometriosis


Diperkirakan bahwa angka endometriosis di USA terjadi sebanyak 7% pada
wanita dengan reproduksi aktif dan sebanyak 25-35% endometriosis bertanggung
jawab terhadap terjadinya angka infertilitas. 5
2.3. Etiologi Endometriosis
Sampai saat ini penyebab pasti dari endometriosis tidak dapat dijelaskan dengan
pasti. Banyak sekali teori yang dikemukakakan para ahli untuk mengetahui apa
penyebab dari endometriosis. Diantaranya :
 Teori Menstruasi Retrogade
Teori yang pertama kali dikemukakan adalah teori menstruasi retrogade. Teori
ini menyatakan adanya sebagaian jaringan endometrium pada saat menstruasi yang
mengalami aliran balik melalui tuba falopi dan keluar dari rongga peritoneal. Refluks
dari endometrial akan menempel dan menginvasi jaringan mesothelium dan
berkembang mempunai aliran darah sehingga berkembang . Teori ini semkain
diyakini dikareakan pada tahun 1920-an ditemukan banyaknya darah yang refuks
darn jaringan endometrium di rongga pelvis. 4
 Teori Coelomic Metaplasia
Teori ini mengatakan adanya transformasi dari epitel coelomic menjadi
jaringan endometrial. Jaringan parietal peritoneum diyakini meiliki kemampuan
bertransformasi dikarenakan jaringan ini memiliki sel pluripotenta endometrial. Teori
ini semakin dikuatkan diakrenakan asal embrio jaringan ovarium, duktus mullerian
1,4
atau keduanya berasal dari epitel coelomic. Namun teori ini dianggap lemah
karena tidak ada temuan klinis dan eksperimental yang mendukung teori ini.
 Teori Induksi
Teori induksi adalah variasi dari teori coelomic metaplasia. Teori ini hanya
menambahkan adanya zat endogen dalam tubuh yang dapat menginduksi sel peritonel
yang tidak berdifrensiasi berubah menjadi jaringan endometrium. Hal ini dibuktikan
lewat percobaan pada tikus namun tidak pada manusia. 3

2.4. Aspek Hormonal Endometriosis


Estrogen diyakini sebagai zat kimia dalam tubuh yang menyebabkan
berkembangnya endometriosis. Meskipun estrogen diproduksi oleh ovarium namun
beberapa organ di dalam tubuh juga dapat memproduksi estrogen melalui proses
aromatisasi androgen. Endometriosis yang menaglami implantasi diyakini berperan
dalam aromatase dan memproduksi 17β-hydroxysteroid dehydrogenase enzyme yang
ambil bagian dalam konversi androstenedione menjadi estrone dan estrone menjadi
estradiol dan sebaliknya implanstasi ini sangat kekurngan 17β-hydroxysteroid
dehydrogenase type 2 yang bertugas inaktivasi dari estrogen. Pada endometrium
normal hal ini tidak ditemukan sehingga yang terjadi adalah progesterone berperan
sebagai antagonis dari estrogen pada fase luteal. Prostaglandin E2 (PGE2) adalah zat
kimia aktif yang berperan dalam aktivitas aromatase pada jaringan endometrium
melalui rseptort EP2
Hal ini akan memicu enzim cyclooxygenase type 2 (COX-2) di uterus Proses
ini akan menyabakan positiv efeedback dan memicu proliferasi endometriosis. 6

Gambar 2. Proses aromatisasi Estrogen dan aktivasi Prostaglandin EP2. 6

2.5. Aspek Imunologi Endometriosis


Meskipun hampir semua wanita mengalami menstruasi retrogade. Namun
seharusnya jaringan yang mengalami refluks akan mengalami pembersihan dari sel
imune yaitu Sel NK. Dan limfosit. Dalam hal ini terjadinya perkembangan yang
abnormal menstruasi yang refuks ke dalam organ peritoneum diyakini karna
kegagalan dari sel imun.1 Pada beberapa penelitian ditemukan makrofag sebagai sel
scavenger sangat banyak pada peritoneum dengan endometriosis. 6 selain itu sel inum
seluler juga mengalami kelainan pada wanita. Hal ini dibuktikan dengan meingkatnya
total limfosit baik helper dan suppressor pada peritoneum padahal perimkasaan
dengan darah tidak ada perubahan. Beberapa sitokin-sitokin seperti interleukin juga
diduga ambil bagian di dalm patogenesis endometriosis. Adanya peningkatan IL-1β,
IL-6, TNF- α diyakini berhubungan dengan terjadinya endometriosis. Zat-zat non
interleukin lain yang dianggap berperan adalah monocyte chemoattractant protein-1
(MCP-1) dan RANTES (regulated on activation, normal T-cell expressed and
secreted). Selain itu non interleukin seperi VEGF (vascular endothelial growth
factor). 4,6
.
2.6. Faktor resiko
 Keluarga dan genetik
Ada bukti menyatakan bahwa adanya kluster keluarga yang menderita
endometriosis akan berpotensi memunculkan endometriosis di anggota keluarga di
generasi selanjutnya. Hal ini diyakini karena adanya mutasi pada beberapa gen yang
mengatur reproduksi. 5,6
 Racun
Racun seperti 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo- p-dioxin (TCDD. Racun ini
menyebabkan adanya mutasi pada hormone yang mengatur estrogen. Sehingga hal ini
dapat menyebabkan regulasi estrogen mengalami ganguan yang meicu kelainan pada
endometriosis. 6

Anda mungkin juga menyukai