Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BESAR AMDAL

RKL - RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN OPERASIONAL PLTU CIREBON

Disusun Oleh:

Alif Alimulhaq R (1116020002)

Arini Septiana (1116020015)

Dosen Pengajar:

Budi Damianto, S.T., Msi.

PROGRAM STUDI D3 KONSTRUKSI SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

BAB II PERMASALAHAN ................................................................................................. 2

2.1 Penurunan Udara Ambien .................................................................................... 2

2.2 Peningkatan Kebisingan ...................................................................................... 2

2.3 Peningkatan Lalu Lintas Darat ............................................................................. 2

2.4 Peningkatan Debit Air Larian/Limpasan ............................................................ 3

BAB III RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)....................... 4

BAB IV RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)......................... ..7

BAB V KESIMPULAN ....................................................................................................... 12

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Rencana pengelolaan lingkungan hidup pembangunan unit PLTU Cirebon ........ 4
Table 4.1 Rencana pemantauan lingkungan hidup pembangunan unit PLTU Cirebon ........ 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

PT. Cirebon Energi Prasarana (CEPR) merupakan salah satu perusahaan swasta yang
berencana membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas produksi
listrik sebesar 1x1.000 MW yang berlokasi di Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura dan Blok
Kandawaru, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Gambar
11). Kegiatan ini dalam rangka menunjang program pemerintah penambahan energi listrik
35.000 MW. Energi listrik yang dihasilkan akan dijual kepada PLN dan disalurkan ke
jaringan transmisi Jawa-Madura-Bali 500 kV melalui Gardu Induk di Mandirancan. PLTU
yang akan dibangun merupakan pengembangan dari PLTU Cirebon unit 1 yang saat ini telah
beroperasi dengan kapasitas 1x660 MW. Pembangunan PLTU Cirebon kapasitas 1x1.000
MW, dilengkapi dermaga (jetty) untuk bongkar muat batubara dengan bentuk konstruksi
sheet pile sepanjang 1,67 mil laut (2.700 m). Untuk memastikan agar pembangunan dan
operasional PLTU Cirebon Kapasitas 1x1.000 MW sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, CEPR mengajukan dokumen ANDAL dan RKL-RPL untuk
digunakan sebagai acuan dalam proses penerbitan Izin Lingkungan untuk PLTU Cirebon.
Penyusunan dokumen RKL-RPL ini mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

1
BAB II
PERMASALAHAN
Kegiatan yang berlangsung selama proses konstruksi yang diamati diantaranya adalah
penurunan udara ambien, peningkatan kebisingan, peningkatan lalu lintas darat, peningkatan
erosi dan sedimentasi, peningkatan air debit limpasan, serta penurunan flora darat.

2.1 Penurunan Udara Ambien


a) Sumber Dampak
Sumber dampak penurunan udara abien diakibatkan oleh adanya mobilisasi
peralatan dan material.
b) Indikator/Parameter
Dampak lingkungan yang diamati berdasarkan parameter TSP, PM10, NO2, SO2
dan CO.
c) Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kualitan udara ambient memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No.41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

2.2 Peningkatan Kebisingan


a) Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan kebisingan diakibatkan oleh adanya mobilisasi
peralatan dan material.
b) Indikator/Parameter
Dampak lingkungan yang diamati berdasarkan tingkat kebisingan (dBA).
c) Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tingkat kebisingan memenuhi baku mutu yang sesuai Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

2.3 Peningkatan Lalu Lintas Darat


a) Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan lalu litas darat diakibatkan oleh adanya mobilisasi
peralatan dan material.
b) Indikator/Parameter
Kemacetan pada ruas jalan pantura terutama di titik pertemuan dengan jalan akses.
c) Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tidak terjadi kemacetan pada ruas jalan pantura terutama di titik pertemuan
2
dengan jalan akses.

2.4 Peningkatan Debit Air Larian/Limpasan


a) Sumber Dampak
Sumber dampak peningkatan air debit limpasan diakibatkan oleh pematanagn
lahan dan penyiapan areal kerja.
b) Indikator/Parameter
Tidak ada pematangan lahan diluar tapak proyek, adanya saluran drainase di
sekeliling luar tapak proyek, kedalaman air pada settling pond.
c) Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Koefisien regim sungai <50 (Permenhut No. 61 tahun 2014 Tentang Monitoring dan
Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai).

3
BAB III
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggualngi
dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif. Berikut adalah bentuk pengelolaan lingkungan hidup terhadap permasalahan atau
dampak lingkungan yang ada :

Table 3.1 Rencana pengelolaan lingkungan hidup pembangunan unit PLTU Cirebon

Indikator
Lokasi
Dampak Keberhasilan
Sumber Bentuk Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Lingkungan Pengelolaan
Dampak Hidup Lingkungan Lingkungan Hidup
yang Dikelola Lingkungan
Hidup
Hidup
1. Penurunan Mobilisasi Kualitas udara  Menggunakan kendaraan proyek Di sepanjang jalur  Pelaksana: PT. CEPR
kualitas udara peralatan dan ambien yang laik jalan; akses mobilisasi  Pengawas: BLHD Kab.
ambien material memenuhi  Pemasangan rambu-rambu lalu alat dan material, Cirebon
baku mutu lintas pengaturan kecepatan terutama yang
 Penerima laporan: BLHD
sesuai kendaraan pengangkut di jalur berdekatan dengan
Kab. Cirebon dan BPLHD
Peraturan mobilisasi alat dan material permukiman
Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah terutama di permukiman maks. 20 penduduk di Desa
No.41 Tahun km/jam sesuai dengan prosedur Waruduwur (Blok
1999 tentang dan ketentuan yang berlaku; Kandawaru) dan
Pengendalian Desa Astanamukti
 Proses pengangkutan material
Pencemaran (tanah gali/ urug) dilengkapi
Udara. denga n penutup terpal pada saat
melewati daerah pemukiman;
 Pengaturan jarak kendaraan
pengangkut tidak dalam waktu
yang berdekatan (tidak
beriringan);

4
 Melakukan perawatan mesin
kendaraan secara berkala sesuai
dengan prosedur ketentuan yang
berlaku; dan
 Melakukan penyiraman minimal
dua kali sehari menggunakan
water spraying truck pada ruas
jalan akses yang tidak diaspal
yang dilalui kendaraan
pengangkut peralatan dan material
secara rutin, terutama pada saat
musim kemarau dengan mengacu
kepada prosedur penyiraman jalan.
 Membersihkan atau
menghilangkan debu pada roda
kendaraan dengan wheel
washing machine
 Mengikuti Standard Operation
Procedure (SOP) pencegahan
pencemaran lingkungan hidup.
2. Peningkatan Mobilisasi Tingkat  Menggunakan kendaraan proyek Di sepanjang jalur  Pelaksana: PT. CEPR
kebisingan peralatan dan kebisingan yang laik jalan, termasuk akses mobilisasi  Pengawas: BLHD Kab.
material memenuhi penggunaan exhaust muffler alat dan material, Cirebon
baku mutu (tabung knalpot). terutama yang  Penerima Laporan:
yang sesuai  Pengaturan jarak kendaraan berdekatan dengan BLHD Kab. Cirebon dan
Keputusan pengangkut tidak dalam waktu permukiman BPLHD Provinsi Jawa
Menteri yang berdekatan (tidak penduduk di Desa Barat
Negara beriringan); Waruduwur (Blok
Lingkungan  Pengaturan kecepatan Kandawaru) dan
Hidup No.48 kendaraan pengangkut di jalur Desa Astanamukti
Tahun 1996 mobilisasi alat dan material,
tentang Baku terutama di permukiman maks.
Tingkat 20 km/jam;
Kebisingan  Perawatan mesin kendaraan
secara berkala sesuai dengan
5
prosedur baku dan ketentuan
yang berlaku.
3. Peningkatan Mobilisasi Tidak terjadi  Mengatur keluar masuk  Titik  Pelaksana: PT. CEPR
lalu lintas peralatan dan kemacetan pada kendaraan di titik pertemuan pertemuan  Pengawas: Dinas
darat material ruas jalan pantura ruas jalan pantura dengan jalan ruas jalan Perhubungan
terutama di titik akses masuk proyek Pantura Kab. Cirebon
pertemuan dengan  Menempatkan petugas pengatur dengan  Penerima
jalan akses. lalu lintas di titik keluar- jalan akses Laporan: Dinas
masuknya kendaraan proyek ke  Jalan akses Perhubungan
jalan pantura. menuju Kab. Cirebon,
tapak BLHD Kab.
proyek Cirebon dan
BPLHD Provinsi
Jawa Barat
4. Peningkatan debit Pematangan Koefisien  Pematangan lahan dan penyiapan Tapak proyek :  Pelaksana: PT. CEPR
air larian/limpasan lahan dan regim areal kerja dilakukan secara lokasi pematangan  Pengawas: BLHD Kab
penyiapan sungai <50 bertahap dan terbatas hanya pada lahan Cirebon.
areal kerja (Permenhut tapak proyek.  Penerima Laporan:
No.61 BLHD Kab. Cirebon dan
 Membuat saluran drainase BPLHD Prov. Jabar
Tahun 2014 sekeliling batas luar tapak
Tentang proyek dengan dimensi yang
Monitoring mampu menampung limpasan
dan permukaan pada periode puncak
Evaluasi hujan
Pengelolaan  Membangun settling pond dengan
Daerah dimensi yang mampu menampung
Aliran volume limpasan permukaan pada
Sungai) periode puncak hujan.
 Melakukan pemeliharaan saluran
drainase dan settling pond.

6
BAB IV
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, sistematis dan terencana
yang dilakukan terhadap komponen lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indikator dalam mengevaluasi penataan, kecenderungan,
dan tingkat kritis dari suatu pengelolaan lingkungan hidup. Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL) adalah terintegrasi dengan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL). Berikut adalah uraian mengenai Rencana Pemantauan Lingkungan hidup yang dilakukan pada masa
konstruksi.

Table 4.1 Rencana pemantauan lingkungan hidup pembangunan unit PLTU Cirebon

Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Pelaksana Pengawas
No. Dampak Waktu dan
Metode Pengumpulan Data Lokasi Pantau Pemantauan Pemantauan
Frekuensi
Metode Pengumpulan Data : Jalur mobilisasi peralatan
1. Penurunan kualitas dan material yang terdekat 3 (Tiga) bulan PT. CEPR BLHD Kab.
 Pengambilan sampel TSP mengacu
udara ambien dengan pemukiman, yaitu sekali selama Cirebon
pada SNI-19-7119.3-2005;
mobilisasi
 Pengambilan sampel PM10  Pada koordinat
peralatan dan
mengacu pada USEPA IO-2.1; 108° 37' 31.646" BT; 6° material
 Pengambilan sampel SO2 mengacu
46' 58.051" LS
pada SNI-19.7119.7-2005;  Pada koordinat
108° 38' 3.948" BT; 6°
 Pengambilan sampel NO2 47'8.242" LS
mengacu pada SNI-19-7119.2-  Pada koordinat
2005; 108° 37' 49.134" BT; 6° 46'
 Pengambilan sampel CO mengacu 34.357" LS
pada SNI 7119.10:2011;
 Pengamatan langsung dan
dokumentasi untuk kegiatan:
- Pembersihan terhadap ban

7
truk yang keluar dari tapak
proyek
- Perawatan rutin kendaraan proyek
- Kegiatan penyiraman jalan

Metode Analisis Data :


Analisis laboratorium yang
terakreditasi KAN KAN dan
dilakukan berdasarkan pada pedoman
“Standard Nasional Indonesia” dan
membandingkan dengan baku mutu
yang ditetapkan.
Metode Pengumpulan Data : Jalur mobilisasi peralatan dan
2. Peningkatan 3 (tiga) bulan PT. CEPR BLHD Kab.
Data kebisingan diukur dengan material yang terdekat dengan
kebisingan sekali selama Cirebon
menggunakan sound level meter pemukiman di wilayah studi,
kegiatan
dan dihitung Ls, Lm dan Lsm yaitu
mobilisasi
sesuai Keputusan Menteri  Pada koordinat
peralatan dan
Negara Lingkungan Hidup 108° 37' 31.646" BT; material
No.48/MENLH/11/1996 6° 46' 58.051" LS
Tentang Baku Tingkat  Pada koordinat
Kebisingan. 108° 38' 3.948" BT; 6°47' 8.242"
LS
Metode Analisis Data :  Pada koordinat

Membandingkan hasil pengukuran 108° 37' 49.134" BT;


6° 46' 34.357" LS
dengan baku mutu sesuai
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
No.48/MENLH/11/1996 Tentang
Baku Tingkat Kebisingan
peruntukkan pemukiman, yaitu
55+3 dB(A).
Metode Pengumpulan Data :  Titik pertemuan ruas jalan
3. Peningkatan lalu Pantura dengan jalan akses Hari libur dan PT. CEPR Dishub Kab.
lintas darat  Observasi secara langsung hari kerja Cirebon
 Studi dokumentasi meliputi  Jalan akses menuju tapak
dengan
foto kondisi lalu lintas di proyek
frekuensi 3 kali
titik pertemuan dengan selama masa
8
jalan akses,keberadaan mobilisasi
rambu-rambu lalu lintas di peralatandan
titik keluar masuknya material
kendaraan proyek berlangsung

Metode Analisis Data :


 V/C ratio mengacu kepada MKJI
(1997).
Metode Pengumpulan Data :  Lokasi pematangan lahan  3 (tiga) bulan
4. Peningkatan debit PT. CEPR BLHD Kab.
 Observasi lapangan terhadap  settling pond sekali selama
air larian/limpasan Cirebon
kegiatan pematangan lahan dan pematangan
penyiapan area kerja lahan dan
penyiapan
areal kerja.

 Mengukur kedalaman air  1 (satu) bulan


pada settling pond sekali selama
pematangan
lahan dan
Metode Analisis Data : penyiapan
Analisis data dilakukan secara areal kerja.
deskriptif dan kualitatif

9
BAB V
KESIMPULAN

Pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berpotensi menimbulkan


dampak terhadap lingkungan hidup baik dampak positif maupun dampak negatif. Untuk
mengantisipasi dan mengendalikan dampak negatif serta meningkatkan dampak positif, maka
sejak dari proses perencanaan pembangunan PLTU ini perlu dilengkapi dengan Studi
Kelayakan Lingkungan.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa setiap rencana kegiatan yang diperkirakan
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan, yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), dinyatakan bahwa rencana kegiatan pembangunan PLTU dengan
kapasitas lebih dari 100 MW wajib menyusun dokumen AMDAL baru. Oleh karena itu maka
pembangunan PLTU Cirebon dengan kapasitas 1x1000 MW wajib menyusun dokumen
AMDAL yang terdiri atas dokumen Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (ANDAL) dan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL).

12
LAMPIRAN I – Gambar Lokasi Proyek PLTU Cirebon

Anda mungkin juga menyukai