Anda di halaman 1dari 186

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM


PROVINSI GORONTALO

PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN MOLOTABU


SULAWESI UTARA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PT. AGYD KARYA


(PEMBERI TUGAS) (DIREKSI PEKERJAAN)
(KONSULTAN PERENCANA)

LAPORAN I
SPESIFIKASI UMUM
SPESIFIKASI ADMINISTRASI
SPESIFIKASI TEKNIS
BILL OF QUANTITY (BQ)

Disusun Oleh:
AHMAD GHULAM IBADULLAH
(1115020043)
YUNIA DAMAYANTI
(1115020030)

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I SPESIFIKASI UMUM ................................................................................ 1

1.1 GAMBARAN UMUM PROYEK .............................................................................. 1

1.2 KETERANGAN UMUM ......................................................................................... 2

BAB II SYARAT ADMINISTRASI .................................................................... 38

BAB III SPESIFIKASI TEKNIS .......................................................................... 56

3.1 SPESIFIKASI UMUM ........................................................................................... 56

BAGIAN I U M U M ............................................................................................. 56

BAGIAN II PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA .................................................... 64

BAGIAN III PEKERJAAN TANAH JALAN DAN JEMBATAN.......................... 65

BAGIAN IV GALIAN STRUKTUR ....................................................................... 74

BAGIAN V STRUKTUR BETON JALAN DAN JEMBATAN ( PIER,


ABUTMENT, PLAT, DLL ) ...................................................................................... 75

BAGIAN VI BETON PRA-TEKAN (PRESTRESSED CONCRETE) ................... 109

BAGIAN VII PONDASI SUMURAN ................................................................... 117

BAGIAN IX SAMBUNGAN EKSPANSI JEMBATAN (BRIDGE EXPANSION


JOINT) .................................................................................................................... 121

BAGIAN X BRIDGE BEARINGS ( BEARINGS PAD ) ...................................... 132

BAGIAN XI PEKERJAAN LAIN LAIN ............................................................... 143

3.2 SPESIFIKASI KHUSUS ....................................................................................... 158

BAB IV BILL OF QUANTITY ......................................................................... 182

ii
BAB I
SPESIFIKASI UMUM

1.1 GAMBARAN UMUM PROYEK


a. Nama Proyek : Proyek Pembangunan Jembatan Molotabu
Sulawesi Utara
b. Lokasi Proyek : Jl. Jenderal Polisi A. Sujarwo, Bugis,
Dumbo Raya, Gorontalo, Sulawesi Utara
c. Klasifikasi Jalan : Jalan Lokal (2/2 TB)
d. Kualifikasi : Jembatan Kelas I
e. Struktur :
1. Parapet
- Lebar Atas = 0,3 m
- Lebar Bawah = 0,35 m
- Tinggi = 0,81 m
- Mutu Beton = fc’ 15 Mpa
2. Pelat Lantai
- Tebal Beton = 0,22 m
- Mutu Beton = fc’ 35 Mpa
3. Diafragma
- Tinggi = 1,98 m
- Tebal = 0,15 m
- Lebar = 1,15 m
- Mutu Beton = fc’ 35 Mpa
4. Girder
- Jumlah Girder= 5 buah
- Mutu Beton = fc’ 41,5 Mpa
- Tipe = beton prategang
f. Umur Rencana : 50 tahun
g. Lebar Jalur : 2 x 3,5 m
h. Trotoar :2x1m
i. Panjang Bentang : 37 m

1
j. Jenis Sungai : Sungai membawa hanyutan
k. Pemberi Tugas : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Alamat : Jalan Prof. DR. Aloe Saboe No. 92 Gorontalo,
Sulawesi Utara
l. Konsultan Perencana : PT. AGYD Karya
Alamat : Jalan Ahmad Yani No. 18, Biawao, Kota
Selatan, Gorontalo
m. Konsultan Pengawas : PT. Asahan Maju Jaya
Alamat : Jalan Moh. Yamin No. 103 A, Limba B,
Kota Selatan, Gorontalo

1.2 KETERANGAN UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN DAN PENJELASAN

Di dalam dokumen ini dipergunakan pengertian, istilah dan singkatan sebagai


berikut:
1. Pengadaan Jasa Pemerintah (Pengadaan Jasa)
Adalah kegiatan untuk memperoleh Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Institusi lainnya yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh Jasa.
2. Pengguna Jasa
Adalah Panitia pemegang kewenangan penggunaan jasa milik Negara di
masing-masing Institusi.
3. Pengguna Anggaran (PA)
Adalah Panitia pemegang kewenangan penggunaan anggaran Panitia
yang disamakan pada institusi pengguna APBN.
4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan
Jasa.

2
5. Panitia Pengadaan
Adalah personil yang memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan
Barang/Jasa ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung.
6. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
Adalah panitia yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA) yang
bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
7. Penyedia Jasa
Adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Jasa
Pekerjaan Konstruksi.
8. Fakta Integritas
Adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak
melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam Pengadaan Jasa.
9. Pekerjaan Konstruksi
Adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
10. Jasa Konsultasi
Adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang kelimuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware), dalam hal ini yang bertanggung jawab menjadi jasa
konsultasi ialah konsultan.
11. Jasa Lainnya
Adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola
yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa
Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
12. Sertifikat Keahlian
Adalah tanda bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan
kemampuan profesi dibidang Pengadaan Jasa sesuai dengan bidang yaitu
Jalan dan/ atau Jembatan.

3
13. Dokumen Pengadaan
Adalah dokumen yang ditetapkan oleh Panitia Pengadaan yang memuat
informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses
Pengadaan Jasa.
14. Kontrak Pengadaan Jasa (Kontrak)
Adalah perjanjian tertulis antara Panitia Pembuat Komitmen (PPK)
dengan Penyedia Jasa atau pelaksana Swakelola.
15. Pelelangan Umum
Adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia
Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.
16. Surat Jaminan (Jaminan)
Adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak
bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank
Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan
oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja ULP untuk
menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa.
17. Pekerjaan Kompleks
Adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko
tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan
yang bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
18. Pengadaan secara elektronik (E-Procurement)
Adalah Pengadaan Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan
teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
19. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
adalah unit kerja Panitia Pengadaan yang dibentuk untuk
menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Jasa secara elektronik.
20. E-Tendering
Adalah tata cara pemilihan Penyedia Jasa yang dilakukan secara terbuka
dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa yang terdaftar pada sistem

4
pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali
penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.
21. Katalog elektronik atau E-Catalogue
Adalah system informasi elektronik yang memuat daftar, jenis,spesifikasi
teknis dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia Jasa Pemerintah.
22. E-Purchasing
Adalah tata cara pembelian Jasa melalui sistem katalog elektronik.
23. Portal Pengadaan Nasional
Adalah pintu gerbang system informasi elektronik yang terkait dengan
informasi Pengadaan Jasa secara nasional yang dikelola oleh LKPP.
24. HPS
Harga Perkiraan Sendiri;
25. LDK
Lembar Data Kualifikasi;
26. Pokja ULP
Kelompok Kerja ULP yang berfungsi untuk melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa.
27. LPSE
Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah unit kerja K/L/D/I yang
dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan
Barang/Jasa secara elektronik.
28. Aplikasi SPSE
Aplikasi perangkat lunak Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
berbasis web yang terpasang di server LPSE yang dapat diakses melalui
website LPSE.
29. SPPBJ
Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
30. SPMK
Surat Perintah Mulai Kerja;

5
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

Yang dimaksud Lingkup Pekerjaan adalah bagian-bagian dalam pekerjaan


konstruksi Jembatan yang akan dilaksanakan sehingga berfungsi sempurna,
yang secara umum meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, pengujian bahan,
pembuatan gambar pelaksanaan, dan sebagainya.

Dalam hal ini lingkup pekerjaan sebagai berikut :

Satuan Kerja : Pembangunan Jembatan Molotabu, Sulawesi Utara

Program : Pembangunan Jembatan.

Lokasi : Jl. Jenderal Polisi A. Sujarwo, Bugis, Dumbo Raya,

Gorontalo, Sulawesi Utara

Pasal 3
SUMBER DANA

Pelaksanaan Pekerjaan ini dibiayai dari Sumber Dana.


- APBN tahun anggaran 2017 dan pinjaman dari bank

Pasal 4
PESERTA PELELANGAN

1) Pelelangan penyedia pekerjaan Jembatan Molotabu, Sulawesi Utara ini


terbuka dan dapat diikuti oleh semua peserta yang berbentuk badan usaha
atau kemitraan/KSO yang diundang dan telah lulus/ memenuhi
kualifikasi.
2) Peserta kemitraan/KSO dilarang untuk mengubah Perjanjian
Kemitraan/Kerja Sama Operasi.

6
3) Bagi Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing yang mengikuti pelelangan
harus memiliki bukti Ijin Perwakilan Jasa Konstruksi Asing dan
melakukan kerja sama usaha dengan perusahaan nasional dalam bentuk
kemitraan, subkontrak dan lain-lain, dalam hal terdapat perusahaan
nasional yang memiliki kemampuan dibidang yang bersangkutan.
4) Harus memenuhi syarat – syarat Administratif yaitu :
1. Surat keterangan domosili perusahaan
2. Akte Notaris pendirian perusahaan
3. Kartu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
4. PPKP (Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak)
5. Keputusan Menteri Kehakiman
6. SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan)
7. SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi)
8. TDR (Tanda Daftar Rekanan)
9. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
10. Surat Keterangan Bank
11. Surat garansi bank
12. Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)
13. Keanggotaan Asosiasi
14. Susunan Pemilik Modal
15. Susunan Pengurus
16. Daftar Pengalaman
17. Memiliki SBU (Sertifikat Badan Usaha)
18. Daftar Peralatan
19. Surat Penawaran dibuat di atas Kop Perusahaan, bertanggal,
bermaterai Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah) cap perusahaan dan tanda
tangan Direktur dan Nama Jelas.
20. Surat Penawaran dilengkapi Daftar Rencana Anggaran Biaya, Daftar
Harga Satuan Upah, Bahan, Analisa Satuan Pekerjaan.
21. Memiliki pengalaman kerja sesuai dengan klasifikasi dan minimal
satu tingkat di bawah kualifikasi proyek bersangkutan serta adanya
rekomendasi dari pimpinan proyek yang bersangkutan.

7
22. Memiliki peralatan sesuai dengan kebutuhan proyek atau surat
pernyataan kerjasama dengan Perusahaan Pemilik Peralatan.
Tidak lengkapnya syarat di atas dapat dinyatakan gugur sebagai peserta
lelang.

Pasal 5
LARANGAN KORUPSI, KOLUSI, NEPOTISME (KKN) serta
PENIPUAN

1) Berdasarkam etika pengadaan barang/jasa pemerintah, dilarang untuk:


a. Berusaha mempengaruhi anggota Pokja ULP dalam bentuk dan cara
apapun, untuk memenuhi keinginan peserta yang bertentangan
dengan Dokumen Pemilihan, dan/atau peraturan perundang-
undangan;
b. Melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk mengatur hasil
pelelangan, sehingga mengurangi/ menghambat/ memperkecil/
meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan pihak lain
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan;
c. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan
lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan dalam Dokumen
pemilihan.
2) Peserta yang menurut penilaian Pokja ULP terbukti melakukan tindakan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dikenakan sanksi sebagai berikut :
a. sanksi administratif, seperti digugurkan dari proses pelelangan atau
pembatalan penetapan pemenang;
b. sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam;
c. gugatan secara perdata; dan/atau
d. pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang.
3) Pengenaan sanksi dilaporkan oleh ULP kepada PA/KPA

Pasal 6
LARANGAN PERTENTANGAN KEPENTINGAN

8
1) Para pihak dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya, dilarang
memiliki/melakukan peran ganda atau terafiliasi.
2) Peran ganda sebagaimana dimaksud pada butir 1 antara lain meliputi :
a. Seorang anggota Direksi atau Dewan Komisaris suatu Badan Usaha
tidak boleh merangkap sebagai anggota Direksi atau Dewan
Komisaris pada Badan Usaha lainnya yang menjadi peserta pada
Pelelangan yang sama;
b. Penyedia yang telah ditunjuk sebagai konsultan perencana menjadi
Penyedia Pekerjaan Konstruksi atau menjadi konsultan pengawas
untuk pekerjaan fisik yang direncanakannya, kecuali dalam
pelaksanaan Kontrak Terima Jadi (turn key contract) atau Kontrak
Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi;
c. Penyedia yang telah ditunjuk sebagai konsultan pengawas menjadi
Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan fisik yang diawasi,
kecuali dalam pelaksanaan Kontrak Terima Jadi (turn key contract)
atau Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi;
3) Afiliasi sebagaimana dimaksud butir 1 adalah keterkaitan hubungan, baik
antar peserta, maupun antara peserta dengan PPK dan/atau anggota Pokja
ULP yang antara lain meliputi :
a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai dengan
derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
b. PPK dan/atau anggota Pokja ULP, baik langsung maupun tidak
langsung mengendalikan atau menjalankan perusahaan peserta;
c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik
langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang sama yaitu lebih
dari 50% (lima puluh perseratus) pemegang saham dan/atau salah satu
pengurusnya sama.

Pasal 7
SATU PENAWARAN TIAP PESERTA

9
1) Setiap peserta, baik atas nama sendiri maupun sebagai anggota
kemitraan/KSO hanya boleh memasukkan satu penawaran untuk satu
paket pekerjaan.
2) Setiap peserta yang termasuk dalam kemitraan/KSO dilarang menjadi
peserta baik secara sendiri maupun sebagai anggota kemitraan/KSO yang
lain pada paket pekerjaan yang sama.

Pasal 8
PENGUTAMAAN PRODUKSI DALAM NEGERI

Setiap peserta lelang/ Penawar agar memanfaatkan sebanyak mungkin


penggunaan sumber daya setempat dalam penawarannya, termasuk
penggunaan Sub Kontraktor, Karyawan dan Peralatan Kontraktor serta bahan
Dalam Negeri.

Pasal 9
JADWAL PELAKSANAAN PELELANGAN

Urutan tanggal pelaksanaan Pelelangan ini dijadwalkan sebagai berikut :


1. Penayangan pengumuman prakualifikasi
Tanggal : 8 September – 16 September 2018
Tempat : Website Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo dan
papan pengumuman resmi
Jam : 09.00 WIB
2. Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kualifikasi
Tanggal : 8 September - 18 September 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB
3. Batas akhir pemasukan Dokumen Kualifikasi
Hari/Tanggal : Jumat/19 September 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 16.00 WIB

10
4. Pengumuman hasil Kualifikasi
Hari/Tanggal : Senin/22 September 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB
5. Masa sanggahan terhadap hasil kualifikasi
Hari/Tanggal : 23 September - 29 September 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB
6. Undangan Pelelangan/Seleksi kepada peserta yang lulus kualifikasi
Hari/Tanggal : Selasa/30 September 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB s/d selesai
7. Pemberian penjelasan
Hari/Tanggal : Jum’at/ 2 Oktober 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB s/d selesai
8. Pemasukan Dokumen Penawaran
Hari/Tanggal : 5 Oktober – 14 Oktober 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB
9. Pengumuman Hasil Pelelangan
Hari/Tanggal : Jum’at/16 Oktober 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB
10. Masa sanggahan terhadap hasil Pelelangan/Seleksi
Hari/Tanggal : 19 Oktober – 23 Oktober 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB
11. Penerbitan SPPBJ
a. Jika tidak ada sanggahan
Hari/Tanggal : Senin/3 November 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo

11
Jam : 09.00 WIB
b. Jika ada sanggahan
Hari/Tanggal : Selasa/12 November 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB
12. Tandatangan Kontrak
Hari/Tanggal : Jum’at/21 Desember 2018
Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Jam : 09.00 WIB

Pasal 10
DOKUMEN KUALIFIKASI

1. Dokumen Kualifikasi yang berdasarkan pada Perpres No. 54 Tahun 2010


dengan turunannya yaitu Perpres No. 70 Tahun 2012 terdiri atas :
a. Petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi
b. Formulir isian kualifikasi
c. Lembar data kualifikasi
d. Pakta Integritas
e. Tata cara evaluasi kualifikasi
2. Dokumen Kualifikasi beserta seluruh korespondensi tertulis dalam
proses kualifikasi menggunakan Bahasa Indonesia.
3. Peserta berkewajiban memeriksa keseluruhan isi Dokumen Pengadaan
ini. Kelalaian menyampaikan keterangan yang disyaratkan dalam
Dokumen Kualifikasi sepenuhnya merupakan risiko peserta.
4. Mengenai biaya kualifikasi, peserta sepenuhnya menanggung biaya
untuk mengikuti kualifikasi ini dan Pokja ULP tidak bertanggung jawab
atas kerugian apapun yang ditanggung oleh peserta.
5. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian Dokumen isian
kualifikasi:
a. Peserta berkewajiban untuk menyetujui Pakta Integritas dan mengisi
Isian Data Isian Kualifikasi dalam aplikasi SPSE.

12
b. Pakta Integritas dan Data Kualifikasi dianggap telah disetujui dan
ditandatangani oleh peserta pengadaan.
6. Dokumen Isian Kualifikasi disampaikan secara elektronik oleh Peserta
kepala Pokja ULP melalui aplikasi SPSE.
7. Peserta memasukkan Dokumen Isian Kualifikasi pada Isian Data
Kualifikasi yang tersedia pada aplikasi SPSE sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan.
8. Peserta dapat mengirim data kualifikasi secara berulang sebelum batas
akhir waktu pemasukan data kualifikasi dan data kualifikasi terakhir
akan menggantikan data yang telah terkirim sebelumnya.
9. Jika formulir isian kualifikasi pada aplikasi SPSE kurang mengakomodir
data kualifikasi yang di minta oleh Pokja ULP maka Penyedia
memasukkan data kualifikasi tersebut pada fasilitas yang disediakan
dalam aplikasi SPSE.

Pasal 11
METODE PENILAIAN KUALIFIKASI

1. Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan kemampuan


usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia Jasa.
2. Dalam pengisian dokumen kualifikasi peserta harus melengkapi
dokumen kualifikasi yang disyaratkan. Sesuai dengan Perpres No. 54
Tahun 2010 dengan turunannya yaitu Perpres No. 70 Tahun 2012 metode
yang digunakan dalam proses pelelangan ini dengan metode “
Prakualifikasi “.
3. Prakualifikasi merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan
sebelum pemasukan penawaran.
4. Panitia Pengadaan dilarang menambah persyaratan kualifikasi yang
bertujuan diskriminatif serta diluar yang telah ditetapkan dalam
ketentuan Peraturan Presiden ini.

13
Pasal 12
HASIL KUALIFIKASI

1. Semua peserta yang lulus pembuktian kualifikasi dimasukkan oleh Pokja


ULP ke dalam daftar peserta yang lulus kualifikasi.
2. Apabila peserta yang lulus pembuktian kualifikasi kurang dari 3 (tiga),
maka lelang dinyatakan gagal.
3. Hasil kualifikasi setelah ditetapkan oleh Pokja ULP disampaikan kepada
semua peserta kualifikasi dan diumumkan oleh Pokja ULP melalui
aplikasi SPSE, website yang ditentukan dalam LDK dan papan
pengumuman resmi untuk masyarakat.
4. Peserta dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik atas penetapan
hasil kualifikasi kepada Pokja ULP dalam waktu 5 (lima) hari kerja
setelah pengumuman hasil kualifikasi, disertai bukti terjadinya
penyimpangan, dengan tembusan disampaikan secara offline kepada
PPK, PA/KPA dan APIP K/L/D/I yang bersangkutan.
5. Sanggahan diajukan oleh peserta apabila terjadi penyimpangan prosedur
meliputi:
a. penyimpangan ketentuan dan prosedur yang diatur dalam Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 dan yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Kualifikasi;
b. rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan usaha
yang sehat; dan/atau
c. penyalahgunaan wewenang oleh Pokja ULP dan/atau pejabat yang
berwenang lainnya.
6. Jawaban secara elektronik atas semua sanggahan paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah menerima surat sanggahan.
7. Apabila sanggahan dinyatakan benar maka Pokja pelelangan dinyatakan
gagal.

14
8. Apabila jumlah peserta yang lulus kualifikasi kurang dari 3 (tiga), maka
dilakukan pengumuman ulang prakualifikasi untuk mencari peserta baru
selain peserta yang telah lulus penilaian kualifikasi. Peserta yang sudah
lulus penilaian kualifikasi tidak perlu dilakukan penilaian kembali,
kecuali ada perubahan Dokumen Kualifikasi.
9. Jika setelah kualifikasi ulang ternyata peserta yang lulus kualifikasi
masih kurang dari 3 (tiga) maka Pokja ULP melanjutkan proses
pelelangan.
10. Jika tidak ada sanggahan atau sanggahan ditolak maka peserta yang
masuk dalam daftar peserta yang lulus kualifikasi dapat mengunduh
(download) Dokumen Pemilihan untuk memasukkan penawaran.

Pasal 13
RAPAT PENJELASAN

1. Rapat Penjelasan
a. Rapat penjelasan untuk seluruh peserta lelang atau wakilnya akan
diadakan pada waktu yang disebutkan dalam Pasal 9 (Jadwal
pelaksanaan pelelangan), agar peserta lelang berkesempatan
memperoleh penjelasan mengenai pekerjaan dokumen lelang.
b. Setelah Rapat Penjelasan tersebut, dibuat Berita Acara Penjelasan
yang berupa Addendum yang meliputi pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dan tanggapan-tanggapan yang diberikan selama rapat
penjelasan. Berita Acara Penjelasan diberikan kepada semua peserta
lelang. Berita Acara Penjelasan ini ditanda tangani oleh Panitia
Pelelangan dan sekurang-kurangnya oleh 2 (dua) orang wakil dari 2
(dua) peserta lelang /calon penyedia jasa.
c. Perubahan dokumen lelang yang mungkin ada akan dibuat oleh
pemilik dengan mengeluarkan Addendum.
d. Bilamana perlu Rapat Penjelasan dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali. Pelaksanaannya dapat dilakukan sebelum dan atau sesudah
peninjauan lapangan.

15
2. Peninjauan Lapangan
a. Pemilik / Panitia akan mengatur peninjauan lapangan yang diikuti
peserta lelang dan disertai oleh wakil pemilik.
b. Peserta lelang dapat meninjau lapangan lagi, tetapi Pengguna jasa /
Panitia pengadaan jasa tidak akan mendampingi maupun mengatur
fasilitas yang berhubungan dengan peninjauan tambahan tersebut.
c. Semua penawar dianggap telah meninjau lapangan dan telah
memenuhi kelengkapan penawarannya sebagaimana disyaratkan dan
hal-hal lain yang dapat mempengaruhi penawarannya.
d. Semua pertanyaan yang berhubungan dengan peninjauan lapangan
harus diajukan oleh peserta lelang secara tertulis sebelum waktu yang
telah ditetapkan. Penjelasan akan diberikan dalam bentuk Addendum
resmi dan kepada semua peserta lelang / penawar sebelum waktu
yang ditetapkan.
3. Persetujuan lisan atau pembicaraan dengan Panitia, wakil atau pegawai
Pemilik yang manapun selama masa pelelangan tidak akan dapat
mempengaruhi atau mengubah ketentuan atau kewajiban dalam dokumen
lelang.

Pasal 14
A DD E N D U M

1. Adendum Dokumen Lelang dapat dikeluarkan oleh Panitia Lelang


sampai tanggal yang ditetapkan untuk menjelaskan ketentuan atau
perubahan dokumen lelang kepada para peserta lelang / penawar. Setiap
addendum yang dikeluarkan akan dibagikan kepada semua peserta lelang
/ penawar yang kemudian harus memberitahukan penerimaannya dengan
menandatangani dan mengembalikan bukti penerimaan yang terlampir.
Adendum yang mempengaruhi ikatan kontrak akan menjadi bagian
kontrak.
2. Dalam hal terjadi banyak perubahan pada dokumen lelang, Panitia
dengan kebijaksanaannya sendiri dapat mengundurkan batas waktu

16
penyampaian penawaran untuk memberikan waktu yang wajar bagi
peserta lelang dalam menyusun penawaran mereka.

Pasal 15
DOKUMEN PENAWARAN

1. Peserta menanggung semua biaya dalam penyiapan dan penyampaian


penawaran.
2. Semua Dokumen Penawaran harus menggunakan Bahasa Indonesia.
3. Penawaran yang disampaikan oleh peserta terdiri dari 2 (dua) tahap.
Tahap I untuk File I yang memuat Penawaran Administrasi dan Teknis
dan Tahap II untuk File II yang memuat Penawaran Biaya.
A. Dokumen Penawaran Tahap I (administrasi dan teknis), meliputi:
a. surat penawaran administrasi dan teknis yang didalamnya
mencantumkan;
1) tanggal;
2) masa berlaku penawaran;
3) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan; dan
b. hasil pemindaian (scan) Jaminan Penawaran asli;
c. hasil pemindaian (scan) surat perjanjian kemitraan/kerja sama
operasi (apabila ada);
d. dokumen penawaran teknis:
1) metode pelaksanaan;
2) jadwal waktu pelaksanaan;
3) jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan;
4) spesifikasi teknis;
5) daftar personil inti;
6) bagian pekerjaan yang akan disubkontrak-kan;
e. formulir rekapitulasi perhitungan TKDN; dan
f. dokumen lain yang dipersyaratkan.
B. Dokumen Penawaran Tahap II (harga) meliputi:
a. surat penawaran harga yang didalamnya mencantumkan;

17
1) tanggal;
2) masa berlaku penawaran;
3) total harga penawaran (dalam angka dan huruf);
4) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan; dan
b. daftar kuantitas dan harga, apabila dipersya-ratkan;
c. dokumen lain yang dipersyaratkan.
4. Semua surat, dokumen, isian dan lampiran yang dibuat Peserta Pelelangan
harus dibubuhi tandatangan yang sah dari Peserta Pelelangan atau orang
yang diberikan kuasa serta diketik di atas kertas kop perusahaan dan diberi
cap/stempel perusahaan.
5. Apabila adanya penghapusan, coretan dan pembetulan hanya dianggap
syah apabila dibubuhi tanda paraf dari Peserta Pelelangan, pemimpin
perusahaan atau yang diberi kuasa.
6. Surat – surat Pernyataan dan Surat Penawaran Harga aslinya diberi
meterai tempel Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah), ditandatangani, diberi
tanggal, bulan, tahun dan dicap perusahaan.
7. Keterangan-keterangan yang harus disertakan dalam amplop penawaran,
sebagai berikut :
a. Surat Penawaran Pekerjaan
b. Jaminan Penawaran.
c. Perincian rencana biaya :
1). Diisi lengkap harga satuan dan jumlah harga tiap pekerjaan.
2). Semua harga dijumlahkan, termasuk keuntungan dan ditambah
PPN 10% (sepuluh perseratus) yang kemudian didapat harga
Kontrak.
d. Harga satuan bahan, upah dan peralatan, serta analisa harga satuan
bagian pekerjaan.
8. Dokumen Penawaran harus dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang terdiri dari 1
(satu) asli serta 1 (satu) rekaman dan masing-masing set harus dijilid dengan
baik.

18
9. Dokumen penawaran yang asli serta copy di sampul secara terpisah. Sampul
asli dan copy bersama-sama dimasukkan ke dalam 1 (satu) sampul tertutup
yang dilak di 5 (lima) tempat.
10. Metode penyampaian dokumen penawaran adalah sistem 2 (satu) sampul
dengan metoda evaluasi menggunakan Metoda Sistem Nilai (Merit Point
System).
11. Amplop harus bersih dari tulisan-tulisan kecuali kata-kata :
Kepada Yth

Panitia Pengadaan Jasa Pembangunan Jembatan Molotabu Sulawesi


Utara

di-

Kantor Pusat PT. Jasa Marga (Persero) Tbk

12. Surat-Surat Penawaran Pekerjaan tidak berlaku/ tidak sah bila :


a. Tidak dimasukan dalam sampul tertutup dan atau terdapat tanda-
tanda identitas Peserta Pengadaan Jasa pada sampul luar.
b. Surat Penawaran Pekerjaan tidak ditandatangani oleh Peserta
Pengadaan Jasa.
c. Surat Jaminan Penawaran tidak ada/ tidak dilampirkan.
d. Surat Penawaran Pekerjaan yang asli tidak bermeterai.
e. Materai tidak bertanggal dan tidak terkena tandatangan dan cap
perusahaan.
13. Satu dan lain hal keabsahan Surat Penawaran Pekerjaan harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 70 tahun 2012 dan perubahan-perubahannya tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.
14. Pada sampul tidak boleh terdapat tulisan-tulisan atau simbol-simbol yang
menandakan identitas peserta, kecuali alamat penawaran di sebelah
kanan, keterangan isi disebelah depan kiri atas serta 5 lak disebelah
belakang.
15. CONTOH PENAMPILAN SAMPUL PENUTUP

19
Pasal 16
PEMASUKAN DOKUMEN PENAWARAN

1. Dokumen Penawaran disampaikan sebanyak 1 (satu) file dan dienkripsi


dengan aplikasi pengaman dokumen (APENDO).
2. Penawaran Administrasi dan Teknis dimasukkan pada File I, sedangkan
Penawaran Biaya dimasukkan pada File II. Selanjutnya diunggah
(upload) pada aplikasi SPSE.
3. Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran kepada Pokja ULP dengan
mengunggah file penawaran terenkripsi (*.rhs) hanya melalui aplikasi
SPSE sesuai jadwal yang ditetapkan.
4. Peserta dapat mengunggah file penawaran secara berulang sebelum batas
akhir waktu pemasukan Dokumen Penawaran. File penawaran terakhir
akan menggantikan file penawaran yang telah terkirim sebelumnya.
5. Penawaran harus disampaikan secara elektronik melalui aplikasi SPSE
kepada Pokja ULP paling lambat pada waktu yang ditentukan oleh Pokja
ULP.
6. Setelah batas akhir waktu pemasukan penawaran, aplikasi SPSE akan
menolak setiap file penawaran yang dikirim.

Pasal 17
METODE PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DAN
EVALUASI PENAWARAN

A. Metode Penyampaian Dokumen Penawaran


1. Metode penyampaian dokumen penawaran yaitu metode 1 (satu)
sampul.

20
2. Metode 1 (satu) sampul yaitu penyampaian dokumen penawaran
yang persyaratan administrasi,teknis, dan harga penawaran
dimasukan dalam sampul tertutup ke I dan disampaikan kepada
panitia Pengadaan Jasa.
3. Sampul penutup hanya menentukan alamat Pengguna Jasa yang
mengadakan Pengadaan Jasa dan kata-kata “Dokumen Penawaran
Pengadaan Jasa” (yang menentukan : jenis, tempat, hari, tanggal,
bulan, tahun dan jam pemasukan).
4. Harga Penawaran dalam Dokumen Penawaran dicantumkan dengan
jelas dalam angka dan huruf. Jumlah yang tertera dengan angka
harus sesuai dengan jumlah yang tertera dengan huruf.
5. Para Peserta Pengadaan Jasa harus membuat Surat Penawaran
Pekerjaan sesuai contoh terlampir dengan rangkap 2 (dua), terdiri
dari 1 (satu) asli dan 1 (satu) rekaman, dimana aslinya diberi meterai
tempel Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah), ditandatangani, diberi
tanggal, bulan, tahun dan dicap perusahaan.
6. Peserta memasukkan Dokumen Penawaran asli dan rekaman ke
dalam 2 (dua) sampul yang masing-masing ditandai “ASLI” dan
“REKAMAN”, kemudian kedua sampul tersebut dimasukkan ke
dalam 1 (satu) sampul untuk menjaga kerahasiaannya.
7. Penghapusan, coretan dan pembetulan baik di dalam Surat
Penawaran Pekerjaan maupun dalam lampiran-lampirannya hanya
dianggap syah apabila dibubuhi tanda paraf dari Peserta Pengadaan
Jasa, pemimpin perusahaan atau yang diberi kuasa.
8. Di dalam Surat Penawaran Pekerjaan, Peserta Pengadaan Jasa harus
menyatakan bahwa Peserta Pengadaan Jasa telah mempelajari,
memahami dan menerima syarat-syarat dalam Dokumen Pengadaan
Jasa beserta lampiran-lampirannya.
9. Semua surat, dokumen, isian dan lampiran yang dibuat Peserta
Pengadaan Jasa harus dibubuhi tandatangan yang sah dari Peserta
Pengadaan Jasa atau orang yang diberi kuasa untuk itu dan diketik di

21
atas kertas kop perusahaan. Peserta Pengadaan Jasa
bertanggungjawab atas sah atau tidaknya tandatangan tersebut.
10. Surat Penawaran Pekerjaan kemudian dimasukan ke dalam kotak
tertutup dan disegel yang disediakan oleh Panitia Pengadaan Jasa
pada hari dan tanggal yang sudah disebutkan pada pasal 9.
Pada hari/ tanggal/ jam yang telah ditentukan semua sampul
penawaran akan dibuka dan selanjutnya dilakukan penelitian
terhadap isinya dan kemudian dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandatangani oleh Panitia Pengadaan Jasa dan paling sedikit 2
(dua) orang wakil dari Peserta Pengadaan Jasa yang hadir.
B. Metode Evaluasi Penawaran
1. Metode evaluasi penawaran menggunakan sistem gugur.
2. Usulan proses penilaian dengan sistem ini adalah :
a. Evaluasi Administrasi dilakukan terhadap penawaran yang tidak
terlambat.
b. Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran
yang masuk dan dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat
administrasi yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.
c. Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan yaitu
memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat
administrasi Data Penawaran yang tidak memenuhi syarat
administrasi dinyatakan gugur.
3. Evaluasi Teknis
a. Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan
memenuhi persyaratan administrasi.
b. Evaluasi teknis dilakukan terhadap pemenuhan syarat teknis
yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan (tidak dikurangi,
ditambah dan/ atau diubah).
c. Bila mennggunakan nilai ambang batas lulus, evaluasi teknis
dilakukan dengan memberikan penilaian (skor) terhadap unsur-
unsur teknis sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan.

22
d. Hasil evaluasi teknis menghasilkan dua kesimpulan yaitu
memenuhi syarat teknis atau tidak memenuhi syarat teknis.
4. Evaluasi Harga
a. Evaluasi harga hanya dilakukan terhadap penawaran yang
dinyatakan memenuhi syarat administrasi dan teknis.
b. Berdasarkan hasil evaluasi harga, Panitia Pengadaan membuat
daftar urutan penawaran yang dimulai dari ururutan harga
penawaran terendah dan mengusulkan penawar terendah yang
responsif sebagai calon pemenang.
5. Dalam melakukan evaluasi Panitia Pengadaan dilarang mengubah,
menambah, dan/ atau mengurangi kriteria serta tata cara evaluasi
setelah batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran.
6. Peserta tidak diperbolehkan menambah, mengurangi atau mengubah
penawaran setelah batas akhir pemasukan penawaran.

Pasal 18
JAMINAN PENAWARAN

1. Besarnya jaminan penawaran ditentukan antara 1 % s/d 3 % dari nilai


HPS, dengan perincian sebagai berikut : Untuk pekerjaan diatas sebesar
Rp......................(....................................................) dijilidkan dalam
Penawaran yang asli. Jaminan Penawaran dapat diperpanjang atas
permintaan Pengguna jasa / Panitia pengadaan jasa apabila disetujui oleh
Penyedia jasa secara tertulis.
2. Jaminan Penawaran harus berupa Surat Jaminan Bank Pemerintah atau
Bank lain atau Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
3. Jaminan Penawaran asli disampaikan melalui pos tercatat/jasa
pengiriman kepada Pokja ULP dan sudah harus diterima sebelum batas
akhir pemasukan penawaran.
4. Jaminan Penawaran akan segera dikembalikan apabila :
a. Yang bersangkutan tidak menjadi pemenang lelang.

23
b. Telah menyerahkan Jaminan Pelaksanaan setelah Penyedia
barang/jasa ditunjuk sebagai Pemenang lelang, atau
c. Pelelangan dinyatakan gagal.
5. Jaminan Penawaran menjadi milik Negara apabila:
a. peserta terlibat KKN;
b. calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 tidak
bersedia menambah nilai Jaminan Pelaksanaan dalam hal harga
penawarannya di bawah 80% HPS;
c. calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 setelah
dilakukan evaluasi, tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau verifikasi
kualifikasi dengan alasan yang tidak dapat diterima; atau
d. calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2
mengundurkan diri atau gagal tanda tangan kontrak.
6. Apabila Penawaran ditolak, maka Jaminan Penawaran langsung
dikembalikan.

Pasal 19
PEMBUKAAN DAN EVALUASI PENAWARAN

1. Pada tahap pembukaan penawaran, Pokja ULP mengunduh dan


melakukan dekripsi file penawaran dengan menggunakan APENDO
sesuai waktu yang telah ditetapkan.
2. Terhadap file penawaran yang tidak dapat dibuka (didekripsi), Pokja
ULP menyampaikan file penawaran tersebut kepada LPSE untuk
mendapat keterangan bahwa file yang bersangkutan tidak dapat dibuka.
Selanjutnya Pokja ULP menetapkan penawaran tidak memenuhi syarat.
Apabila dapat dibuka, maka Pokja ULP akan melanjutkan proses atas
penawaran yang bersangkutan.
3. Ketentuan umum dalam melakukan evaluasi sebagai berikut:
a. Pokja ULP dilarang menambah, mengurangi, mengganti dan/atau
mengubah isi Dokumen Pemilihan ini;

24
b. Pokja ULP dan/atau peserta dilarang menambah, mengurangi,
mengganti, dan/atau mengubah isi Dokumen Penawaran;
c. penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai
dengan ketentuan, syarat-syarat, dan spesifikasi teknis yang
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan ini, tanpa ada penyimpangan
yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat,
penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran
bersyarat ialah:
- penyimpangan dari Dokumen Pemilihan ini yang
mempengaruhi lingkup, kualitas dan hasil/kinerja pekerjaan;
dan/atau
- penawaran dari peserta dengan persyaratan tambahan yang akan
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau tidak adil
diantara peserta yang memenuhi syarat.
d. para pihak dilarang mempengaruhi atau melakukan intervensi
kepada Pokja ULP selama proses evaluasi;
e. apabila dalam evaluasi ditemukan bukti adanya persaingan usaha
yang tidak sehat dan/atau terjadi pengaturan bersama
(kolusi/persekongkolan) antara peserta, Pokja ULP dan/atau PPK,
dengan tujuan untuk memenangkan salah satu peserta, maka:
- peserta yang ditunjuk sebagai calon pemenang dan peserta lain
yang terlibat dimasukkan ke dalam Daftar Hitam;
- proses evaluasi tetap dilanjutkan dengan menetapkan peserta
lainnya yang tidak terlibat (apabila ada); dan
- apabila tidak ada peserta lain sebagaimana dimaksud pada
angka 2), maka pelelangan dinyatakan gagal.

Pasal 20
GUGURNYA PENAWARAN

Penawaran dinyatakan gugur apabila salah satu atau beberapa alasan sebagai
berikut :

25
1. Bila tidak disertai Jaminan Penawaran yang memenuhi persyaratan.
2. Tidak ditandatangani oleh yang berhak atau penerima kuasa.
3. Masa laku Penawaran dan jangka waktu pelaksanaan diubah.
4. Bila hanya mencakup sebagian dari pekerjaan.
5. Bila terdapat persyaratan tambahan yang tidak dapat diterima pemilik /
panitia.
6. Bila tidak dapat dibaca atau terdapat kekurangan, hapusan-hapusan, atau
perubahan perubahan yang tidak diparaf oleh penawar atau terdapat jenis
pekerjaan yang tidak diperlukan dan yang mengakibatkan penawaran
tidak dapat dimengerti atau tidak dapat dievaluasi.
8. Penawaran tidak lengkap berdasarkan syarat administrasi yang ditetapkan
dalam ketentuan umum.
9. Pengiriman Penawaran lewat Pos tidak memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam ketentuan umum.
10. Angka dan huruf yang tercantum dalam surat penawaran tidak jelas/tidak
sama jumlahnya.
11. Dokumen penawaran dikirim melalui anggota panitia atau Panitia instansi
yang bersangkutan.
12. Penawaran disampaikan diluar batas waktu yang ditetapkan.
13. Surat pernyataan minat, tidak diserahkan kepada panitia melampaui batas
waktu yang ditetapkan.
14. Berdasarkan hasil-hasil evaluasi teknik, Panitia akan menyimpulkan
apakah suatu penawaran memenuhi syarat / gugur.
Hanya terhadap penawaran yang tidak gugur selanjutnya diadakan evaluasi
harga.

Pasal 21
KRITERIA PENUNJUKAN

Surat Penetapan pemenang akan diberikan kepada Penyedia Jasa yang


penawarannya sudah dievaluasi merupakan Penawaran yang paling
menguntungkan bagi Negara, dalam arti :

26
a. Penawaran secara administrasi dan teknis dapat dipertanggungjawabkan.
b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penawaran tersebut adalah terendah diantara Penawaran-penawaran yang
memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b
dalam pasal ini.
d. Kinerja dan sisa kemampuan nyata penawar terendah tersebut benar-
benar baik pada waktu pelelangan ini.

Pasal 22
PENETAPAN DAN PENGUMUMAN PEMENANG

1. Panitia Pengadaan menetapkan hasil pemilihan Penyedia Jasa.


2. Panitia Pengadaan mengumumkan mengumumkan pemenang melalui
aplikasi SPSE, di website sebagaimana tercantum dalam LDP dan papan
pengumuman resmi untuk masyarakat.

Pasal 23
SURAT PENUNJUKAN

1. Pemilik akan memberitahukan hasil lelang dengan mengirimkan Surat


Penetapan Penyedia Jasa (SPPJ) kepada pemenang lelang. Penawar yang
menerima SPPJ harus menyerahkan kepada Pengguna Jasa jaminan
pelaksanaan dan dokumen yang diperlukan untuk penandatanganan
kontrak dan harus hadir di Kantor Pengguna Jasa dalam waktu 14
(empat belas) hari kerja terhitung setelah penawar menerima surat
penunjukan atau dalam waktu yang mungkin diperpanjang pemilik.
2. Kontrak akan ditandatangani setelah dokumen-dokumen tersebut
disampaikan oleh pemenang lelang dan disetujui oleh Pengguna Jasa.

Pasal 24
PENUNJUKAN PENYEDIA JASA

27
Dalam hal Penyedia Jasa yang ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan
mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima dan masa
penawarannya masih berlaku, maka :
a. Jaminan Penawaran yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada
Kas Negara,
b. Penyedia Jasa dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti
kegiatan Pengadaan Jasa di Instansi Pemerintah selama 2 (dua) tahun.

Pasal 25
SANGGAHAN

1. Peserta pemilihan Penyedia Jasa yang merasa dirugikan, baik secara


sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dengan
mengajukan sanggahan secara elektronik kepada Pokja ULP sesuai
dengan waktu yang sudah ditentukan pada pasal 9 disertai bukti
terjadinya penyimpangan, dengan tembusan disampaikan secara offline
kepada PPK, PA/KPA dan APIP K/L/D/I sebagaimana tercantum dalam
LDP apabila menemukan :
a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
Peraturan Presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan Jasa.
b. Adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang
tidak sehat; dan/ atau
c. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh Panitia yang berwenang
lainnya.
2. Surat Sanggahan disampaikan kepada Panitia Pengadaan dan
ditembuskan kepada Pengguna Anggaran (PA) dan Panitia yang
bersangkutan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Panitia Pengadaann wajib memberikan jawaban tertulis atas semua
sanggahan sesuai waktu yang telah ditentukan setelah surat anggahan
yang diterima.

28
4. Penyedia Jasa yang tidak puas dengan jawaban sanggahan dari Panitia
Pengadaan dapat mengajukan sanggahan banding kepada Institusi paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya jawaban sanggahan.
5. Penyedia Jasa yang mengajukan sanggahan banding wajib menyerahkan
Jaminan Sanggahan Banding yang berlaku 20 (dua puluh) hari kerja
sejak pengajuan Sanggahan Banding.
6. Jaminan Sanggahan Banding ditetapkan sebesar 2 0/00 (dua perseribu)
dari nilai total HPS.
7. Dalam sanggahan banding dinyatakan benar, Pimpinan Institusi
memerintahkan agar Panitia Pengadaan melakukan evaluasi ulang atau
Pengadaan Jasa ulang.
8. Dalam sanggahan banding dinyatakan salah, Pimpinan Institusi
memerintahkan agar Panitia Pengadaan melanjutkan proses Pengadaan
Jasa ulang.
9. Dalam hal sanggahan banding dinyatakan benar, Jaminan Sanggahan
Banding dikembalikan kepada Penyanggah.
10. Dalam hal sanggahan banding dinyatakan salah, Jaminan Sanggahan
Banding disita dan disetorkan ke Kas Negara.

Pasal 26
PELELANGAN GAGAL

Pelaksanaan Pelelangan Umum dinyatakan tidak memenuhi syarat terjadinya


persaingan yang wajar/ sehat antara rekanan dan dinyatakan gagal sehingga
harus diulang, apabila :
a. Jumlah peserta yang memasukkan Dokumen Penawaran kurang dari 3
(tiga) peserta,
b. Tidak ada penawaran yang luluus evaluasi penawaran,
c. Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/ indikasi terjadi persaingan
tidak sehat,
d. Seluruh harga penawaran yang masuk diatas HPS,

29
e. Sanggahan dari peserta atas pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 dan Dokumen
Pengadaan ternyata benar,
f. Sanggahan dari peserta atas kesalahan subtansi Dokumen Pengadaan
ternyata benar,
g. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah
dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/
atau pembuktian kualifikasi.
Setelah dinyatakan Pelelangan ini gagal maka Panitia Pengadaan melakukan
Pelelangan Ulang.

Pasal 27
HAK PEMILIK MENOLAK ATAU MELELANG ULANG

1. Pemilik Berhak Untuk :


a. Mengabaikan adanya kekurangan formalitas, penyimpangan atau
kekurangan yang kecil demi kepentingan pemilik,
b. Tidak memberikan alasan apapun mengenai penolakan Surat
Penawaran,
c. Tidak mengadakan kontrak dengan penawar manapun,
d. Mengadakan lelang ulang.
2. Panitia Pengadaan Jasa dan Calon penyedia jasa harus merahasiakan
semua dokumen dan data yang berkaitan dengan pelelangan ini sampai
pemenang lelang diumumkan.

Pasal 28
DOKUMEN PENGADAAN

Dokumen pengadaan terdiri atas :


1. Bab satu : Syarat -syarat Umum
2. Bab dua : Syarat - syarat Administrasi Kontrak.
3. Bab tiga : Syarat Teknis.

30
4. Bab empat : Gambar-gambar Pelaksanaan Proyek.
5. Addendum ( Bila ada )

Pasal 29
HARGA KONTRAK, PAJAK, DAN BEA MATERAI

1. Pelaksanaan pekerjaan ini ditetapkan dengan sistem Kontrak Lump


Sum. Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan
dalam Kontrak, dengan ketentuan berdasarkan Perpres Nomor 70 tahun
2012.
2. Harga kontrak tersebut telah meliputi seluruh lingkup pekerjaan baik
yang tercantum di dalam gambar rencana, RKS, daftar volume pekerjaan
dan berita acara Penjelasan Pekerjaan, yang masing-masing saling
melengkapi satu terhadap yang lain serta menjadi satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.
3. Bea materai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan dipotong pada setiap pembayaran
dan akan disetorkan oleh Pengguna Jasa ke kas negara dan dilaporkan ke
kantor Inspeksi Pajak.

Pasal 30
JAMINAN PELAKSANAAN

1. Penawar yang ditunjuk sebagai pemenang selambat-lambatnya dalam


waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah menerima surat penunjukan
pemenang/ surat perintah kerja harus mengganti jaminan penawaran
dengan jaminan pelaksanaan sesuai yang tercantum dalam kontrak/
perjanjian.

31
2. Jaminan pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan
sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Jasa.
3. Jaminan Pelaksanaan berlaku sejak tanggal Kontrak sampai serah terima
pertama pekerjaan konstruksi.
4. Besaran nilai jaminan Pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh
perseratus) sampai dengan 100% (seratus perseratus) dari nilai total
HPS, maka Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai kontrak, atau
b. Untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan perseratus)
dari nilai total HPS, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5% (lima
perseratus) dari nilai total HPS.
5. Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah :
a. Penyerahan barang/jasa lainnya dan Sertifikat Garansi; atau
b. Penyerahan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus)
dari nilai Kontrak khusus bagi Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya.
6. Kegagalan penyedia yang ditunjuk untuk menyerahkan Surat Jaminan
Pelaksanaan dipersamakan dengan penolakan untuk menandatangani
Kontrak.

Pasal 31
PENANDATANGANAN KONTRAK

1. Sebelum penandatanganan kontrak PPK wajib memeriksa apakah


pernyataan dalam Dokumen Isian Kualifikasi masih berlaku. Apabila
salah satu pernyataan tersebut sudah tidak dipenuhi, maka
penandatanganan kontrak tidak dapat dilakukan.
2. Penandatanganan kontrak dilakukan sesuai dengan jadwal yang
dicantumkan pada pasal 9 setelah diterbitkan SPPBJ dan setelah
penyedia menyerahkan Jaminan Pelaksanaan, dengan ketentuan:

32
a. nilai Jaminan Pelaksanaan untuk harga penawaran atau penawaran
terkoreksi diatas 80% (delapan puluh perseratus) nilai total HPS
adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai penawaran atau
penawaran terkoreksi; atau
b. nilai Jaminan Pelaksanaan untuk harga penawaran atau penawaran
terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh perseratus) nilai total HPS
adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.
3. Pihak yang berwenang menandatangani kontrak atas nama penyedia
adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/
Anggaran Dasar, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4. Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan
dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada
angka butir 3 dalam pasal ini, dapat menandatangani kontrak, sepanjang
mendapat kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau
pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk
menandatangani kontrak.

Pasal 32
AWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Untuk dapat memulai melaksanakan pekerjaan perkontraktoran,


Kontraktor akan menerima Surat Penyerahan Lapangan dari Pemberi
Tugas.
2. Setelah Kontraktor menerima Surat Perintah Kerja dan Penyerahan
Lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja Kontraktor wajib
menyerahkan pengembangan rencana kerja, metoda yang diusulkan dan
tata cara pelaksanaan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan Pemberi Tugas.
3. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan
Pemberi Tugas pada waktu akan memulainya pekerjaan. Kelalaian

33
Kontraktor dalam hal ini, penunjukan sebagai Kontraktor dibatalkan dan
Jaminan Pelaksanaan akan dicairkan dan menjadi Milik Sendiri.
4. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja yang
telah disetujui tersebut dan harus menyerahkan detail program kerja
kepada Konsultan Pengawas, yang menunjukan : kapan pekerjaan
dilaksanakan, kapan peralatan impor akan sampai di site, yang secara
keseluruhan harus dibuatkan Time Schedule dalam bentuk balok
(Barchart) dilengkapi Kurva S.

Pasal 33
DAFTAR VOLUME PEKERJAAN (BILL OF QUANTITY / BQ)

a. BQ yang dibuat oleh Konsultan Perencana hanyalah sebagai pedoman


saja. Peserta harus tetap menghitung item dan volume pekerjaan sesuai
gambar rencana, RKS, serta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
b. Bila terdapat ketidaksesuaian antara perhitungan Peserta dan Daftar
Volume Pekerjaan (BQ) yang dibuat oleh Konsultan Perencana, maka
kekurangan atau kelebihan jenis pekerjaan dan volume yang dimaksud
akan disesuaikan dan disepakati bersama pada waktu rapat penjelasan
pekerjaan dan bersifat mengikat.

Pasal 34
JAMINAN PEMELIHARAAN

Jaminan pemeliharaan diberikan kepada Pengguna Jasa setelah pekerjaan


dinyatakan sebesar 100%. Sebagai jaminan atas masa pemeliharaan yang
menjadi pihak Penyedia, Pengguna Jasa menahan uang pembayaran yang
menjadi hak Penyedia sebesar 5 % dari nilai kontrak.

Pasal 34
MASA PEMELIHARAAN

34
a. Selama jangka waktu 365 (Tiga Ratus Enam Puluh Lima) hari kalender
terhitung sejak Tanggal Penyelesaian Menyeluruh Pekerjaan yang
dinyatakan dalam Berita Acara Serah Terima Sementara (PHO) yang
telah ditandatangani oleh Pihak Pengguna Jasa dan Kontraktor, dan oleh
karena itu Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan
serta menyelesaikan semua kekurangan, kerusakan, ketidaksempurnaan
hasil pekerjaan dan sebagainya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
sehingga memuaskan pihak Pengguna Jasa.
b. Sebagai jaminan atas pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab
Kontraktor, Pihak Pengguna Jasa berhak untuk menahan uang
pembayaran yang menjadi hak Kontraktor (retention money) sebesar 5 %
(lima perseratus) dari Nilai Kontrak.
c. Segala biaya yang timbul akibat ketidaksempurnaan pekerjaan dalam
masa pemeliharaan (Maintenance Period) tersebut menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan bila Kontraktor tidak mengindahkan, maka
pekerjaan perbaikan akan dilakukan oleh Pihak Pengguna Jasa dengan
seluruh biaya pekerjaan pemeliharaan ditanggung oleh pihak Kontraktor
dengan cara dibayarkan dari Uang Jaminan yang ditahaan (Retention
Money) dan apabila ternyata kurang, Pihak Kontraktor bertanggung
jawab untuk melunasinya.
d. Apabila masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal
ini telah selesai dan pemeliharaan telah dilaksanakan dengan baik oleh
Pihak Kontraktor, maka Proyek diserahterimakan oleh Pihak Kontraktor
kepada Pihak Pengguna Jasa yang akan dituangkan dalam Berita Acara
Serah Terima Akhirr (FHO) Hasil Pekerjaan.
e. Berita Acara Serah Terima Akhir (FHO) Hasil pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Ayat 4 Pasal ini, akan ditandatangani oleh Pihak
Kontraktor dan Pihak Pengguna Jasa selambat – lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah ditandatanganinya Berita Acara Panitia Penilai Serah Terima
Akhir (FHO) Hasil Pekerjaan.

Pasal 35

35
PENARIKAN DIRI

a. Penarikan diri sebagai Peserta Pelelangan hanya dapat dilakukan sebelum


Pembukaan Dokumen Penawaran.
b. Penarikan diri setelah Pembukaan Dokumen Penawaran mengakibatkan
Jaminan Penawaran yang telah diserahkan dicairkan dan menjadi milik
Panitia Pelanggan

Pasal 36
ALAT, PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN

a. Baik Kontraktor maupun Subkontraktor yang melaksanakan pekerjaan


diproyek harus menyediakan alat-alat perlengkapan pekerjaan sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Menyediakan pembukuan laporan, petunjuk alat, rencana kerja dan
menempatkan tenaga lapangan dengan keahliannya masing-masing.

Pasal 37
PENYIMPANAN BARANG DAN MATERIAL

a. Kontraktor harus mengatur sedemikian rupa penyimpanan barang-barang


dan material yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
sifatnya masing-masing sehingga terjamin keamanannya dan terhindar
dari kerusakan akibat penyimpanan yang salah.
b. Barang-barang/material yang tidak digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan tidak boleh disimpan didalam lokasi proyek.

Pasal 38
FASILITAS-FASILITAS LAPANGAN

Kontraktor harus menyediakan fasilitas-fasilitas di lapangan sebagai


pendukung keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Fasilitas tersebut antara lain :

36
1. Bedeng untuk tempat tinggal sementara pekerja selama proyek
berlangsung.
2. Listrik dan keamanan.
3. Air minum / air kerja
4. Kamar mandi dan toilet untuk pekerjaan lapangan.
5. Ruang kerja bagi seluruh karyawan yang terlibat dalam proyek.
6. Perlengkapan P3K.
7. Alat Pemadam kebakaran.
8. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
9. dan fasilitas lainnya yang diperlukan didalam proyek tersebut.

Pasal 39
KEBERSIHAN

a. Selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus


menjaga agar tempat pekerjaan tetap dalam keadaan bersih, segala
rintangan yang tidak perlu harus disingkirkan, segala peralatan
pembangunan yang tidak diperlukan dan bahan kelebihan harus ditimbun
dalam gudang atau diberi tempat lain, dan tempat pekerjaan harus
senantiasa dibersihkan dari segala sampah, sedangkan pekerjaan
sementara yang tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat lain.
b. Setelah pekerjaan selesai dikerjakan, Kontraktor harus membersihkan
tempat pekerjaan, sehingga pada saat meninggalkan tempat pekerjaan
dalam keadaan bersih dan rapi.

37
BAB II
SYARAT ADMINISTRASI

Pasal 40
DATA ADMINISTRASI

Data Administrasi dan Persyaratan yang harus disertakan dalam dokumen


penawaran, sebagai berikut :
1) Formulir 1 (Formulir Isian Penilaian Kualifikasi)
2) Surat Kuasa Khusus ( bila ada )
3) Surat – surat Pernyataan
(a). Surat Pernyataan Bukan PNS (Pegawai Negeri Sipil)
(b). Surat Pernyataan Kebenaran Dokumen
(c). Surat Pernyataan Kesediaan Alat, Material dan Bahan
(d). Surat Pernyataan Kinerja Baik dan tidak termasuk dalam daftar
sanksi atau daftar hitam di suatu instansi
(e). Surat Pernyataan Menggunakan Produk Dalam Negeri
(f). Surat Pernyataan tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak
pailit/bangkrut, kegiatan usaha tidak sedang di hentikan dan/atau
tidak menjalani suatu sanksi pidana
(g). Surat Pernyataan Tidak Menuntut
(h). Surat Pernyataan tunduk kepada Perpres RI Nomor : 70 tahun 2012
(i). Surat Pernyataan mempunyai kapasitas menandatangani kontrak
(j). Surat Pernyataan Sanggup menyediakan Fasilitas peralatan dan
personil
(k). Surat Pernyataan benar-benar mempunyai kompetensi dan
kemampuan
(l). Surat Pernyataan Kesediaan Peralatan Utama
4) Memiliki Surat Sertifikat Badan Usaha Jasa Pemborongan/Konstruksi
yang dikeluarkan oleh lembaga/asosiasi perusahaan/profesi yang telah
terakreditasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional,

38
sesuai bidang usaha, bidang pekerjaan, sub bidang pekerjaan dan
kualifikasi yang telah ditentukan.
5) Memiliki Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) yang masih berlaku
sesuai bidang, sub bidang, kualifikasi dan klasifikasi pekerjaan tersebut.
6) Memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).
7) Memiliki Surat Menteri Kehakiman.
8) Memiliki Keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial
untuk menyediakan jasa Konstruksi.
9) Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak yang
namanya tertera didalam Akte pendirian dan perubahan. KTP Pengurus
Perusahan dan Komisaris masih berlaku.
10) Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta
memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau PPN
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir.
11) Selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh
pekerjaan menyediakan jasa baik Dilingkungan Pemerintah maupun
swasta termasuk pengalaman sebagai sub Penyedia Jasa, kecuali Peserta
Pengadaan Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun
12) Memiliki kemampuan menyediakan sumber daya manusia, modal,
peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan jasa ini.
13) Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari Bank
Pemerintah/Swasta untuk mengikuti Pengadaan Barang/Jasa sekurang-
kurangnya 10 % (sepuluh persen) dari nilai proyek untuk pekerjaan jasa
pemborongan
14) Telah menyampaikan daftar perolehan pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
15) Telah menandatangani Pakta Integritas dan tidak membuat pernyataan
yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan usaha yang
dimilikinya
16) Memiliki Surat Ijin Tempat Usaha/Surat Keterangan Domisili yang
telah dilegalisir oleh kelurahan setempat.

39
Pasal 41
KONTRAK TAHUN TUNGGAL

1. Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konstruksi menurut pembebanan Tahun


Anggaran yaitu Kontrak Tahun Tunggal dengan menggunakan APBN
tahun 2017.
2. Kontrak Tahun Tunggal merupakan Kontrak pelaksanaan pekerjaannya
mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) Tahun Anggaran.

Pasal 42
PENANDATANGANAN KONTRAK PENGADAAN JASA

1. Para pihak menandatangani Kontrak setelah Penyedia Jasa menyerahkan


Jaminan Pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak diterbitkannya SPPJ.
2. Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Jasa atas
nama Penyedia Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta
Pendirian yang telah didaftarkan sesuai dengan Peraturan perundang-
undangan.
3. Pemimpin Proyek dan Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengubah
subtansi Dokumen Pengadaan sampai dengan Penandatanganan Kontrak,
kecuali perubahan waktu pelaksanaan pekerjaan yang melewati batas
tahun anggaran.

Pasal 43
RAPAT PERSIAPAN

1. Pemimpin Proyek bersama dengan Penyedia Jasa, unsur perencanaan,


dan unsur pengawasan, menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan
Kontrak.
2. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan
pelaksanaan Kontrak, meliputi :

40
a. Program Mutu
b. Organisasi Kerja
c. Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
d. Jadwal pengadaan bahan/ material, mobilisasi peralatan dan personil
e. Penyusunan rencana pemeriksaan lokasi pekerjaan.

Pasal 44
MOBILISASI

1. Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 30


(tiga puluh) hari sejak diterbitkan SPMK.
2. Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, yaitu :
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan
b. Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung laboratorium,
bengkel, gudang
c. Mendatangkan personil-personil.

Pasal 45
UANG MUKA

1. Uang muka dapat diberikan kepada Penyedia Jasa untuk :


a. Mobilisasi alat dan tenaga kerja
b. Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan
Jasa.
2. Uang Muka diberikan kepada Penyedia Jasa dengan ketentuan 20% (dua
puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Jasa.

Pasal 46
JAMINAN UANG MUKA

41
1. Jaminan Uang Muka diberikan oleh Penyedia Jasa terhadap pembayaran
Uang Muka yang diterimanya.
2. Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai Uang Muka yang
diterimanya.
3. Pengembalian Uang Muka diperhitungkan secara proposional pada setiap
tahapan pembayaran.

Pasal 47
PERUBAHAN KEGIATAN PEKERJAAN

1. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lokasi


pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi dalam
Dokumen Kontrak, maka Pemimpin Proyek bersama Penyedia Jasa dapat
melakukan perubahan Kontrak yang meliputi antara lain :
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
Kontrak,
b. Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan,
c. Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lokasi pekerjaan, dan /atau
d. Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam
Kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.
2. Pekerjaan tambah harus mempertimbangkan tersedianya anggaran dan
paling tinggi 10% (sepuluh perseratus) dari nilai Kontrak Awal.
3. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh Pemimpin Proyek secara
tertulis kepada Penyedia Jasa kemudian dilanjutkan dengan negosiasi
teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum
dalam Kontrak Awal.

Pasal 48
LAPORAN HASIL PEKERJAAN

42
1. Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama pelaksanaan Kontrak untuk
menetapkan volume pekerjaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan
guna pembayaran hasil pekerjaan. Hasil pemeriksaan pekerjaan
dituangkan dalam laporan kemajuan hasil pekerjaan.
2. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan,
seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan di lokasi pekerjaan dicatat dalam
buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan yang berisi rencana
dan realisasi pekerjaan harian.
3. Laporan harian berisi:
a. Jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi pekerjaan;
b. Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;
c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya
yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan; dan
f. Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.
4. Laporan harian dibuat oleh Penyedia Jasa, apabila diperlukan diperiksa
oleh konsultan dan disetujui oleh wakil Pemimpin Proyek.
5. Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil
kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal
penting yang perlu ditonjolkan.
6. Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi
hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan, serta hal-hal
penting yang perlu ditonjolkan.
7. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, Pemimpin Proyek
membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan di lokasi
pekerjaan.

Pasal 49
JAMINAN PEMELIHARAAN

43
1. Jaminan Pemeliharaan wajib diberikan oleh Penyedia Jasa setelah
pelaksanaan pekerjaan dikatakan selesai 100% (seratus perseratus).
2. Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak
harus diberikan kepada Pemimpin Proyek untuk menjamin pemeliharaan
Pekerjaan Jasa yang telah disediakan.
3. Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 (empat belas) hari kerja setelah
masa pemeliharaan selesai.
4. Penyedia Pekerjaan Jasa dapat memilih untuk memberikan Jaminan
Pemeliharaan atau memberikan retensi.
5. Jaminan Pemeliharaan atau retensi sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai
Kontrak Pengadaan Jasa.

Pasal 50
PEMBAYARAN PRESTASI KERJA

1. Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk


pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (termin).
2. Pembayaran prestasi kerja diberikan kepada Penyedia Jasa setelah
dikurangi angsuran pengembalian Uang Muka dan denda apabila ada,
serta pajak.
3. Permintaan pembayaran kepada Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi
Gorontalo untuk Kontrak yang menggunakan sub Kontrak, harus
dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh sub Penyedia Jasa sesuai
dengan perkembangan (progress) pekerjaannya.
4. Pembayaran bulanan/ termin untuk Pekerjaan Konstruksi dilakukan
senilai pekerjaan yang telah terpasang. Rincian tahapan pembayaran
sebagai berikut :

Termyn Prestasi Pembayaran


Uang Muka (UM) 0% 20% x HK
I 20% (20% x HK) – (30% X
UM)
II 50% (15% x HK) – (30% X
UM)

44
III 75% (15% x HK) – (40% X
UM)
IV 100% 25% x HK
V Masa Pemeliharaan 5% x HK
Keterangan :
HK : Harga Kontrak
UM : Uang Muka
5. Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo dapat menahan
sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang retensi untuk
Jaminan Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi.
6. Semua pembayaran dilakukan dengan mata uang Rupiah.

Pasal 51
KEADAAN KAHAR

1. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para
pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang
ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat terpenuhi.
2. Yang tergolong sebagai Keadaan Kahar dalam Kontrak Pengadaan Jasa
ini meliputi :
a. Bencana alam,
b. Bencana non alam,
c. Bencana Sosial,
d. Pemogokan,
e. Kebakaran, atau
f. Gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui
keputusan bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait.
3. Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia Jasa memberitahukan tentang
terjadinya Keadaan Kahar kepada Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi
Gorontalo secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan salinan
pernyataan Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh pihak / instansi yang
berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

45
4. Tidak termasuk Keadaan Kahar adalah hal-hal merugikan yang
disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak.
5. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya
Keadaan Kahar tidak dikenakan sanksi.
6. Setelah terjadinya Keadaan Kahar, para pihak dapat melakukan
kesepakatan, yang dituangkan dalam perubahan Kontrak.

Pasal 45
PEMUTUSAN KONTRAK

1. Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo dapat memutuskan


Kontrak secara sepihak, apabila :
a. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan
Penyedia Jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai
Kontrak,
b. Penyedia Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya
dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam waktu yang telah
ditetapkan,
c. Penyedia Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/ atau
pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi
yang berwenang, dan/atau
d. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa
dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
2. Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Jasa:
a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan,
b. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Jasa atau Jaminan
Uang Muka dicairkan,
c. Penyedia Jasa membayar denda, dan/ atau
d. Penyedia Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.

Pasal 46

46
SERAH TERIMA PEKERJAAN

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan


ketentuan yang tertuang dalam Kontrak, Penyedia Jasa mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek melalui Kementrian
Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo untuk penyerahan pekerjaan.
2. Pemimpin Proyek menunjuk Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk
melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
3. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaan, Panitia Penerima
Hasil Pekerjaan melalui Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi
Gorontalo memerintahkan Penyedia Jasa untuk memperbaiki dan/atau
melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam
Kontrak.
4. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan
setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Kontrak.
5. Setelah masa pemeliharaan berakhir, Kementrian Pekerjaan Umum
Provinsi Gorontalo mengembalikan Jaminan Pemeliharaan/ uang retensi
kepada Penyedia Jasa.
6. Penyedia Jasa menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan pada saat proses serah terima akhir (Final Hand Over).
7. Penyedia Jasa yang tidak menandatangani Berita Acara Serah Terima
Akhir Pekerjaan maka dimasukkan dalam Daftar Hitam.

Pasal 47
PENGENDALIAN

1. Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo dilarang melakukan


pungutan dalam bentuk apapun dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa ini.
2. Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo wajib melaporkan
secara berkala realisasi Pengadaan Jasa kepada LKPP.

47
Pasal 48
PENGAWASAN

Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo wajib melakukan


pengawasan terhadap Pejabat Pengadaan di lingkungan Institusi masing-
masing, dan menugaskan aparat pengawasan intern yang bersangkutan untuk
melakukan audit sesuai dengan ketentuan

Pasal 49
PENGADUAN

1. Dalam hal Penyedia Jasa atau masyarakat menemukan indikasi


penyimpangan prosedur, KKN dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa dan/
atau pelanggaran persaingan sehat dapat mengajukan pengaduan atas
proses pemilihan Penyedia Jasa.
2. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan kepada APIP
Institusi yang bersangkutan dan/atau LKPP, disertai bukti-bukti kuat yang
terkait langsung dengan materi pengaduan.
3. APIP Institusi dan LKPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai
kewenangannya menindaklanjuti pengaduan yang dianggap beralasan.
4. Hasil tindak lanjut pengaduan yang dilakukan oleh APIP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dilaporkan kepada Pimpinan Institusi dan dapat
dilaporkan kepada instansi yang berwenang dengan persetujuan Pimpinan
Institusi, dalam hal diyakini terdapat indikasi KKN yang akan merugikan
keuangan negara, dengan tembusan LKPP dan BPKP.
5. Instansi yang berwenang dapat menindaklanjuti pengaduan setelah
Kontrak ditandatangani dan terdapat indikasi adanya kerugian negara.

Pasal 50
SANKSI

48
1. Perbuatan atau tindakan Penyedia Jasa yang dapat dikenakan sanksi
adalah:
a. Berusaha mempengaruhi Pejabat Pengadaan atau Pihak lain yang
berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun
tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan
dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan, dan/ atau ketentuan perundang-undangan,
b. Melakukan persekongkolan dengan Penyedia Jasa lain untuk
mengatur Harga Penawaran diluar prosedur Pengadaan Jasa sehingga
mengurangi/ menghambat/ memperkecil dan/ atau meniadakan
persaingan yang sehat dan/ atau merugikan orang lain,
c. Membuat dan/ atau menyampaikan dokumen dan/ atau keterangan
lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan Jasa
yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan,
d. Mengundurkan diri dari pelaksanaan Kontrak dengan alasan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/ atau tidak dapat diterima
oleh Pejabat Pengadaan,
e. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak secara
bertanggung jawab, dan/ atau
f. Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan adanya ketidaksesuaian
dalam penggunaan Jasa produksi dalam negeri.
2. Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa:
a. Sanksi Administrasi,
b. Sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam,
c. Gugatan secara perdata, dan/ atau
d. Pelaporan secara pidana kepada pihak yang berwenang.
3. Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilakukan
oleh Pejabat Pengadaan sesuai dengan ketentuan.
4. Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan
oleh PA setelah mendapat masukan dari Pejabat Pengadaan sesuai dengan
ketentuan.

49
5. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan d, dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Apabila ditemukan penipuan/ pemalsuan atas informasi yang
disampaikan Penyedia Jasa, dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon
pemenang dan dimasukkan dalam Daftar Hitam.
7. Apabila terjadi pelanggaran dan/ atau kecurangan dalam proses
Pengadaan Jasa, maka Pejabat Pengadaan :
a. Dikenakan sanksi administrasi,
b. Dituntut ganti rugi, dan/ atau
c. Dilaporkan secara pidana..
8. Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Penyedia Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka
waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dapat dikenakan denda
keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari harga Kontrak atau
bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui
besarnya Jaminan Pelaksanaan.
9. Pemimpin Proyek yang melakukan cidera janji terhadap ketentuan yang
memuat dalam Kontrak, dapat dimintakan ganti dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh Pemimpin Proyek atas
keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai
tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang
berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau
b. Dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam Kontrak.
10. Kementrian Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo dapat membuat Daftar
Hitam yang memuat identitas Penyedia Jasa yang dikenakan sanksi oleh
Institusi.
11. Daftar Hitam memuat daftar Penyedia Jasa yang dilarang mengikuti
Pengadaan Jasa pada Institusi yang bersangkutan.
12. Institusi menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk dimasukkan
dalam Daftar Hitam Nasional.

50
13. Daftar Hitam Nasional dimutakhirkan setiap saat dan dimuat dalam Portal
Pengadaan Nasional.

Pasal 51
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dalam Penyediaan Jasa,
para pihak terlebih dahulu meyelesaikan perselisihan tersebut melalui
musyawarah unruk mufakat.
2. Dan apabila dalam penyelesaian perselisihan melalui musyawarah tidak
tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat melalui arbitrase,
alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan negeri sesuai dengan
domisili Pengguna Jasa.

Pasal 52
HAK DAN KEWAJIBAN PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA

Hak-hak yang dimiliki serta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan


oleh Pimpro dan penyedia dalam melaksanakan kontrak, meliputi:

Hak dan kewajiban Pimpro:

a. mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia;


b. meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia;
c. membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak
yang telah ditetapkan kepada penyedia; dan
d. memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan
kontrak.

Hak dan kewajiban penyedia:

51
a. menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga
yang telah ditentukan dalam kontrak;
b. berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari
Pimpro untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan
kontrak;
c. melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada Pimpro;
d. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;
e. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan
penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan, angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan
permanen maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam kontrak;
f. memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan
pelaksanaan yang dilakukan Pimpro;
g. menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan
yang telah ditetapkan dalam kontrak; dan
h. mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi
lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada
masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.

Pasal 53
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai yang disyaratkan dalam RKS


ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian
Pemborongan.
b. Hal-hal lain yang tidak dituliskan dalam RKS, berlaku peraturan-
peraturan umum yang berlaku di Indonesia sesuai yang dimaksud pada
BAB IV, Spesifikasi Teknis Pelaksanaan penyelesaian Pekerjaan.

52
Pasal 54
PENYERAHAN LOKASI KERJA

Penyerahan dilakukan setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan lapangan


bersama. Hasil pemeriksaan dan penyerahan dituangkan dalam berita acara
penyerahan lokasi kerja.

Jika dalam pemeriksaan lapangan bersama ditemukan hal-hal yang dapat


mengakibatkan perubahan isi Kontrak maka perubahan tersebut harus
dituangkan dalam adendum Kontrak.

Pasal 55
SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)

Pimpro menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak


tanggal penanda-tanganan kontrak. Dalam SPMK dicantumkan saat paling
lambat dimulainya pelaksanaan kontrak oleh penyedia.

Pasal 56
WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

Kecuali Kontrak diputuskan lebih awal, penyedia berkewajiban untuk


memulai pelaksanaan pekerjaan pada Tanggal Mulai Kerja, dan
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program mutu, serta menyelesaikan
pekerjaan selambat-lambatnya pada Tanggal Penyelesaian yang ditetapkan
dalam SPMK.

Jika pekerjaan tidak selesai pada Tanggal Penyelesaian bukan akibat force
majeure atau Peristiwa Kompensasi atau karena kesalahan atau kelalaian
penyedia maka penyedia dikenakan denda.

Pasal 57
PERPANJANGAN WAKTU

53
Jika terjadi Peristiwa Kompensasi sehingga penyelesaian pekerjaan akan
melampaui Tanggal Penyelesaian maka penyedia berhak untuk meminta
perpanjangan Tanggal Penyelesaian berdasarkan data penunjang.
Perpanjangan Tanggal Penyelesaian harus dilakukan melalui adendum
Kontrak jika perpanjangan tersebut mengubah Masa Kontrak.

Jika penyedia lalai untuk memberikan peringatan dini atas keterlambatan atau
tidak dapat bekerja sama untuk mencegah keterlambatan maka keterlambatan
seperti ini tidak dapat dijadikan alasan untuk memperpanjang Tanggal
Penyelesaian.

Pasal 58
BAGIAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RAPAT KOORDINASI

a. Kontraktor harus melaporkan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan


Pengawas tentang kemajuan pekerjaan yang dicapai dan langkah-langkah
yang berikutnya dalam rapat yang diselenggarakan sekali dalam sebulan.
b. Kelalaian dalam memasukan laporan yang dimaksud dalam butir 1 dapat
menyebabkan pekerjaan dihentikan sementara. Akibat dari penghentian
sementara ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 59
PERINGATAN DINI

Penyedia berkewajiban untuk memperingatkan sedini mungkin Pengawas


Pekerjaan atas peristiwa atau kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi
mutu pekerjaan, menaikkan Nilai Kontrak atau menunda penyelesaian
pekerjaan.

Pasal 60

54
JAMINAN PEMELIHARAAN

a. Penyedia diwajibkan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan serta


menyelesaikan semua kekurangan, kerusakan, ketidaksempuranaan hasil
pekerjaan dan sebagainya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
sehingga sehingga memuaskan Pengguna Jasa.
b. Lamanya waktu pemeliharaan adalah 365 (tiga ratus enam puluh lima)
Hari Kalender sejak ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima
Sementara (PHO) Hasil Pekerjaan.
c. Jaminan pemeliharaan diberikan kepada Pengguna Jasa setelah pekerjaan
dinyatakan sebesar 100%. Sebagai jaminan atas masa pemeliharaan yang
menjadi pihak Penyedia, Pengguna Jasa menahan uang pembayaran yang
menjadi hak Penyedia sebesar 5 % dari nilai kontrak.

Pasal 61
PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN

a. Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh


Pimpro, dengan ketentuan:
1. penyedia telah mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil
pekerjaan;
2. pembayaran dilakukan dengan sistem termin sesuai ketentuan dalam
spesifikasi administrasi;
3. pembayaran dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang, tidak
termasuk bahan/material dan peralatan yang ada di lokasi pekerjaan;
4. pembayaran harus dipotong angsuran uang muka, denda (apabila ada),
pajak dan uang retensi; dan
5. untuk kontrak yang mempunyai sub kontrak, permintaan pembayaran
harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh sub penyedia sesuai
dengan prestasi pekerjaan.

55
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS

3.1 SPESIFIKASI UMUM


BAGIAN I
U M U M

Pasal 1 MATERIAL

Kecuali bila ditetapkan lain dalam Kontrak ini, seluruh barang


material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan
dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.

Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini setiap keterangan


mengenai peralatan, material, barang atau proses paten, dalam
bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap
sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan
sebagai upaya membatasi persaingan; dan Kontraktor harus dengan
sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses,
yang atas penilaian Pemimpin Proyek, sesuai dengan keterangan
itu. Kecuali bila ditentukan lain, seluruh material paten itu harus
dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.

Pasal 2 PENYIMPANAN MATERIAL

Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas


agar sesuai dengan pekerjaan yang dikerjakan. Material harus
diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta,
harus ditutupi.

Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan


pemeriksaan. Tempat atau lahan milik pribadi tidak boleh

56
dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari
pemiliknya dan bila perlu menyewa dan membayarnya.

Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan


miring ke samping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan
drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan yang berlebihan.
Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak
berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur kadar air.
Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat/dibongkar
lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari satu meter.
Tinggi tempat penyimpan tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material seperti


pasir, koral, besi beton, harus terlindung, dibuat secukupnya dan
dapat dikunci. Lantai pada gudang semen dibuat bebas dari
kelembaban udara, minimal 30 cm di atas permukaan plesteran.

Pasal 3 TEMPAT UNTUK JALAN SEMENTARA, BANGUNAN DAN


KEPERLUAN LAINNYA

Kontraktor harus memilih, menata dan bila perlu membayar atas


pemakaian bidang tanah untuk jalan sementara, bangunan tempat
pengolahan beton dan material aspal (bitumen), tempat
penyimpanan peralatan, bangunan Kantor, rumah tinggal, atau
keperluan lain selama pelaksanaan kerja.

Tanah milik Pemerintah atau milik pribadi, sebelum dipakai untuk


keperluan pelaksanaan proyek, harus dimintakan persetujuan
terlebih dahulu dari Pemimpin Proyek.

Bila bangunan utilitas air, listrik, drainase dan lain-lain yang


melewati tempat kerja itu akan terganggu oleh pekerjaan, maka
Kontraktor atas biaya sendiri, harus mencari alternatif terbaik

57
sesuai dengan aturan pekerjaan sehingga memuaskan pemilik
utilitas dan Pemilik Proyek, sebelum memotong atau
memindahkannya.

Bila Kontrak telah selesai, atau sebelumnya jika diperintahkan oleh


Pemimpin Proyek, semua bangunan dan rintangan lainnya harus
disingkirkan, tempat harus bersih seperti semula, segala kerusakan
harus diperbaiki dan bila perlu, pemilik tanah harus dibayar atas
dipakainya tanah itu.

Pasal 4 BARAK PEKERJA, KANTOR, GUDANG, DLL

Kontraktor harus menyediakan dan memelihara rumah-rumah


untuk pekerja dan gudang-gudang yang diperlukan selama
pelaksanaan pekerjaan, kantor lapangan sementara, gudang
penyimpanan, barak dan bengkel serta harus mengaturnya sendiri
dengan persetujuan Pemimpin Proyek dan pemilik tanah yang
bersangkutan serta bila perlu membayar kepada pemilik tersebut.

Bahan-bahan yang digunakan adalah :

a. Lantai : Beton campuran 1 : 2 : 3


b. Atap : asbes semen bergelombang
c. Kaso Ukuran 5/7 : jenis kayu meranti atau sejenisnya
d. Papan : tripleks 9 mm, ukuran 122 cm x 244 cm
dua lapis
e. Finishing : di cat dengan cat kayu
f. Paku dan perlengkapan lainnya
g. Khusus untuk direksi keet dan WC pekerja diperlukan bak
penampung air dan kloset jongkok

Pasal 5 LABORATORIUM

Kontraktor harus menyediakan, melengkapi dan memelihara,

58
selama berlaku Kontrak, laboratorium yang memadai, dan bisa
dipindah-pindah lengkap dengan fasilitas, furniture, peralatan,
personil, perlengkapan dan instalasinya; untuk digunakan sendiri
maupun oleh Konsultan Pengawas. Laboratorium ini dioperasikan
oleh Kontraktor dan / atau oleh Konsultan Pengawas serta di bawah
pengawasan Konsultan Pengawas.

Pasal 6 PENGUKURAN DAN PEMBUATAN PATOK

Kontraktor harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-


garis kemiringan jalan sesuai dengan Gambar, dan harus
memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan. Bila dianggap perlu Konsultan Pengawas dapat merevisi
garis-garis dan kemiringan jalan, dan meminta Kontraktor untuk
membetulkan patok-patok. Kontraktor harus mengajukan
pemberitahuan mengenai pematokan atau penentuan permukaan
(level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 jam,
agar susunan patok itu dapat diperiksa. Kontraktor harus dapat
membuat pengukuran atas pekerjaan pematokan, dan Konsultan
Pengawas akan memeriksa pengukuran itu.

(a) 2 orang surveyor ahli 6 orang pekerja surveyor

(b) Peralatan Survei :

1 Wild RDS Theodolite (360 derajat); 1 Wild TO


Theodolite (360 derajat); 2 Wild NAK levels; 2 pita
meteran baja dengan panjang 50 m; 2 steel measuring rod
(4m); 20 target poles dengan tripod; patok-patok survai; dan
macam macam alat yang diperlukan dalam survai. Semua
peralatan survai harus disediakan lengkap, termasuk tripod,
dll.

59
Pasal 7 PEMBERITAHUAN MEMULAI PEKERJAAN

Pekerjaan tetap harus selalu disertai persetujuan Pemimpin Proyek


sebelum dikerjakan. Sebelum mulai melaksanaan pekerjaan,
Kontraktor harus menyerahkan penjelasan lengkap secara tertulis
kepada Pemimpin Proyek, agar Pemimpin Proyek dapat mengatur
waktu untuk pemeriksaan/inspeksi.

Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus


memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal
diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

Pasal 8 JALAN SEMENTARA

Kontraktor harus mengadakan, memelihara dan membongkar


kembali, bila pekerjaan yang memerlukannya telah selesai, semua
jalan sementara, dan jalan setapak, jembatan darurat di atas jalan
umum, penyeberangan sementara di atas saluran air atau tanah
yang labil, jalan tambahan atau jalan kerja, dan harus menjamin
kesesuaiannya dalam segala hal untuk melaksanakan pengangkutan
construction plant yang diperlukan untuk pekerjaan. Untuk
menyediakan jalan bagi lalu lintas Kontraktor sendiri dan orang
lain, atau untuk berbagai tujuan lainnya. Jalan-jalan sementara
tersebut harus dibangun sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas, tetapi Kontraktor harus bertanggungjawab atas segala
kerusakan yang terjadi pada atau disebabkan oleh lalu lintas yang
melewati jalan sementara tersebut.

Pasal 9 MOBILISASI DAN PEKERJAAN PERSIAPAN

Bila di dalam Daftar Kuantitas dan Harga (Bid Schedule)


tercantum mata pembayaran untuk “Mobilisasi” maka pembayaran
yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :

60
a) Pengangkutan peralatan konstruksi (Constructional Plant)
berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan bersama
Penawaran, dari tempat pembongkarannya di Indonesia ke
lokasi di mana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan Kontrak ini, dan instalasi dari alat-alat itu.

b) Pembangunan Kantor, perumahan/barak, tempat kerja (base


camp), bengkel, gudang dan lain-lain;

c) Penyediaan, instalasi dan pemeliharaan kendaraan, barak,


kantor, alat-alat laboratorium, ruang laboratorium, bengkel,
gudang, fasilitas komunikasi dan lain-lain; dan

d) Mobilisasi dilakukan ketika Surat Penyerahan Lahan serta


Surat Perintah Kerja turun dan diterima oleh sikontraktor
maka hal tersebut dapat dilakukan sedangkan demobilisasi
jika pekerjaan telah dianggap selesai. Untuk mobilisasi alat-
alat yang diturunkan adalah :
 Dump truck
 Buldozzer
 Grader
 Scraper
 Wheel roller
 Pneumatic roller
 Asphalt mixing plant
 Mobile craine

Pasal 10 PERLINDUNGAN HASIL KERJA DARI CUACA

Kontraktor, dengan tanggungan biaya sendiri, harus cermat


melindungi semua hasil kerja dan material dari kerusakan karena
cuaca.

61
Pasal 11 SATUAN PENGUKURAN

Semua satuan pengukuran yang digunakan dalam Spesifikasi ini


dan di dalam Daftar Kuantitas dan Harga didasarkan pada ukuran
meter standar, kecuali untuk yang ditentukan lain.

Pasal 12 MAL LENGKUNG (TEMPLATES) DAN MAL DATAR


(STRAIGHTEDGES)

Kontraktor harus menyediakan mal lengkung dari logam


secukupnya untuk dipergunakan oleh Kontraktor atau oleh
Konsultan Pengawas untuk memeriksa permukaan struktur jalan
yang sudah diselesaikan. Mal lengkung tersebut harus
diserahkan/diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta
persetujuannya. Mal lengkung yang dipergunakan untuk
memeriksa pekerjaan harus terjaga selalu dalam kondisi baik untuk
menjamin ketepatan ukuran penampang melintang dan harus
diperiksa secara teratur, dan bila perlu, diperbaiki atau disetel
sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas.

Pasal 13 PAPAN INFORMASI PROYEK

Kontraktor, selama jangka waktu mobilisasi harus memasang


papan-papan informasi proyek pada simpangan-simpangan jalan
utama dan pada awal dan akhir lokasi pekerjaan. Ukuran papan
informasi proyek dan kata-kata penerangannya akan ditentukan
oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

1. Detail pembuatan papan nama proyek :


Tiang : Kayu bambu
Papan atau Rangka : BJLS 32
Finishing : BJLS dengan cat dasar kuning
Isi tulisan : Minimal menyebutkan
a. Nama Proyek
b. Pemberi Tugas (Owner)

62
c. Pemborong (Kontraktor Pelaksana)
d. Konsultan Perencana
e. Konsultan Pengawas
f. Nilai Kontrak
g. Dll
Bentuk Tulisan : Ketentuan
a. Tulisan dengan huruf kapital warna
hitam
b. Tinggi huruf 8 cm
c. Tebal huruf 1 cm untuk tulisan Pemberi
Kerja, Pemborong, Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas
d. Huruf yang lain disesuaikan dengan
keadaan
2. Pelaksanaan :
a. Papan Nama Proyek diletakkan pada tempat yang mudah
dilihat oleh umum dengan ketinggian ± 3 m
b. Huruf harus jelas serta memperhatikan nilai keindahan
c. Pemasangannya harus tegak lurus dan kokoh
d. Pembuatan papan nama proyek harus mendapat persetujuan
dari perencana sebelum dilaksanakan.

Pasal 14 PERALATAN TIMBANG DAN TIMBANGAN

Kontraktor harus menyediakan jembatan timbang dan timbangan


atau peralatan timbang lain yang memadai yang harus merupakan
bagian dari alat-alat konstruksi. Lantai timbang harus mempunyai
panjang yang cukup untuk menimbang serentak seluruh beban
gandar (axle load) dari setiap kendaraan angkutan. Setiap peralatan
timbang harus memiliki ketelitian 0,5 % dalam pemakaiannya, dan
harus diperiksa, diuji dan disegel sesering mungkin bila dianggap
perlu oleh Konsultan Pengawas untuk menjamin ketepatannya
terus-menerus. Pemimpin Proyek dapat mengijinkan digunakannya
63
alat timbang selama jangka waktu tertentu sebelum penyegelan,
dengan syarat uji coba di lapangan menunjukkan ketepatan/
kesesuaian yang konsisten dengan batas ketelitian yang telah
ditentukan di sini.

Pasal 15 SPESIFIKASI

Bila material atau peralatan yang ditentukan harus sesuai dengan


standar yang bukan Indonesia, hal itu berarti secara otomatis harus
diganti dengan yang setara dengan SII (Standar Industri Indonesia)
bila memang sudah ada pada waktu penawaran.

Bila pemakaian SII ternyata tidak memadai menurut segi teknis


pada tahap pelaksanaan, Pemimpin Proyek akan melakukan
langkah-langkah semestinya berdasarkan pada rekomendasi
Konsultan Pengawas.

Kontraktor harus membuat salinan dari seluruh SII, yang relevan


dengan Kontrak dan relevan dengan material atau peralatan yang
disyaratkan dan memberi terjemahannya dalam bahasa Inggris.

BAGIAN II
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

Pasal 1 PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan


lapisan tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan
tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah kerja, kecuali
benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya sedalam
0.3 meter.

Pasal 2 PEMBONGKARAN

64
Pekerjaan ini mencakup pembongkaran dan pembuangan, seluruh atau
sebagian dari beton atau pasangan batu yang masing-masing
berukuran lebih besar dari satu meter kubik, semua gedung, bangunan,
jalan lama, kerb, dan rintangan lain yang harus disingkirkan.
Pekerjaan ini juga mencakup penyelamatan material yang telah
ditentukan dan pengurugan lubang dan parit yang terjadi.

BAGIAN III
PEKERJAAN TANAH JALAN DAN JEMBATAN

Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan tanah meliputi segala pekerjaan penggalian, pemuatan,


pengangkutan dan penempatan atau pembuangan tanah atau batu
atau material lainnya dari atau ke badan jalan atau sekitarnya,
untuk pembuatan badan jalan, saluran air, parit, untuk pemindahan
material tak terpakai, pemindahan tanah longsoran, yang semua
sesuai dengan garis, ketinggian, penampang melintang yang
tampak dalam Gambar atau ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 2 PEKERJAAN TANAH

Informasi Tanah

Informasi mengenai sifat tanah yang tercantum dalam Gambar atau


dari hasil pembicaraan Kontraktor dengan Konsultan Pengawas
tidak boleh dijadikan satu satunya dasar bagi Harga Penawaran dari
Kontraktor.

Bagian-bagian Pekerjaan

Pekerjaan ini dibagi ke dalam beberapa jenis :

(a) Galian Biasa (Common Excavation);


(b) Borrow Material;

65
(c) Pembentukan Timbunan Badan Jalan dan Daerah Urugan;
(d) Material Buangan (Waste);
(e) Daerah Urugan Khusus;
(f) Urugan Material Berbutir (Granular Backfill);

Alinemen Horisontal dan Vertikal

Konsultan Pengawas harus memberitahu Kontraktor mengenai


lokasi titik-titik potong garis-garis tangen dan kelandaian jalan
(Points of Intersection of Tangents and Grade Lines). Kontraktor
harus membuat Gambar Penampang Melintang berdasarkan pada
data-data tersebut dan melaksanakan pematokan (stake out)
sebelum memulai pekerjaan. Bila menurut Konsultan Pengawas,
perlu ada modifikasi garis atau pun ketinggian, baik sebelum
maupun setelah stake-out, Konsultan Pengawas harus memberikan
instruksi terperinci kepada Kontraktor, dan Kontraktor harus
merevisi stake-out untuk dimintakan lagi persetujuan Konsultan
Pengawas.

Pemanfaatan dan Pembuangan Material Galian

Seluruh material galian yang memenuhi syarat, yang digali dalam


batas dan lingkup proyek, kecuali bila ada ketentuan lain, harus
digunakan seefektif mungkin untuk membentuk timbunan badan
jalan (embankment). Material yang berlebihan dari kebutuhan, atau
material yang secara tertulis dinyatakan tidak memenuhi syarat
oleh Konsultan Pengawas, harus dipindahkan oleh Kontraktor ke
luar daerah milik jalan sejauh maksimal sepuluh kilometer atau
sesuai dengan perintah Konsultan Pengawas.

Tanah Gembur atau Batuan Lepas, Longsoran Tanah, Bench,


dan Melandaikan Lereng Talud Timbunan

Batuan lepas atau tanah gembur harus disingkirkan dari lereng


talud bila Konsultan Pengawas memerintahkannya. Ia juga dapat
66
memerintahkan pemindahan segala material yang berasal dari
longsoran tanah, pembuatan bench pada atau di atas lereng talud,
atau bila menurutnya setelah digali lereng tidak stabil, maka lereng
talud harus dilandaikan.

Pasal 3 GALIAN BIASA (COMMON EXCAVATION)

Galian Biasa mencakup semua pekerjaan penggalian dalam batas


daerah milik jalan kecuali galian struktur, pemindahan, pemuatan,
pengangkutan, penimbunan dan penyempurnaannya atau
pembuangan, pembentukan bidang galian, dan penyempurnaan
bidang galian yang terbuka (exposed), kecuali Galian Struktur dan
Galian Batu, sesuai dengan Spesifikasi dan garis, ketinggian,
kelandaian, ukuran dan penampang melintang yang tercantum
dalam Gambar dan petunjuk Konsultan Pengawas.

Pelaksanaan Pekerjaan

Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan


elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh
Konsultan Pengawas dan harus mencakup pembuangan semua
bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu,
batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang
tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.

Pembuangan Material yang Tidak Memenuhi Persyaratan

Bila dari penggalian diperoleh material baik yang memenuhi syarat


maupun yang tidak, Kontraktor harus melaksanakan penggalian
sedemikian rupa sehingga material yang memenuhi syarat digali
secara terpisah tanpa tercampur dengan material lain yang tidak
memenuhi syarat, untuk digunakan dalam pekerjaan.

Bila material yang tidak memenuhi syarat berada di bawah


subgrade pada daerah galian atau di bawah dasar timbunan

67
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas untuk dibuang, maka
tanah bekas galian tersebut harus dipadatkan, sampai kedalaman 30
cm, minimum dari kepadatan kering maksimum menurut AASHTO
T99. Pembuangan material sejauh maksimal 10 kilometer atau
dengan petunjuk konsultan pengawas.

Pasal 4 BORROW MATERIAL

Pekerjaan ini meliputi pembersihan dan pembongkaran areal lokasi


borrow pit, penggalian, pemuatan, pengangkutan, penghamparan
dan pemadatan material yang diperoleh dari borrow pit yang telah
disetujui untuk melaksanakan timbunan.

Material

Borrow material harus dipilih sesuai dengan ketentuan dan


persyaratan pada pekerjaan urugan atau timbunan tertentu yang
akan digunakan. Material ini harus bebas dari bahan-bahan organik
dalam jumlah yang merusak, seperti daun, rumput, akar dan
kotoran.

Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang


berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut
AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau
Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah
yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut
harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau
kekuatan geser yang tinggi, tetapi tidak untuk dipergunakan pada
subgrade kecuali dapat mencapai nilai minimum CBR.

Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari
1,25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh
AASHTO T 258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah

68
perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (AASHTO T 90) dan
persentase kadar lempung (AASHTO T 89).

Pasal 5 PEMBENTUKAN TIMBUNAN BADAN JALAN DAN


DAERAH URUGAN

Pekerjaan ini meliputi timbunan badan jalan dan pengurugan


kembali yang tidak diatur dengan ketentuan lain, dengan
penyediaan, penempatan, pemadatan dan pengolahan material
dengan mutu yang dapat diterima, yang diperoleh dari sumber yang
disetujui sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan garis,
ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang melintang seperti
tampak dalam Gambar dan sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas.

Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Pemadatan Pondasi Badan Jalan

Kontraktor harus menggali tanah berumput, sampah, atau


bahan tak terpakai lainnya sampai kedalaman yang diminta
oleh Konsultan Pengawas.

Sebelum memulai pekerjaan timbunan badan jalan,


Kontraktor harus terlebih dulu mengurug kembali segala
lubang dan memadatkannya hingga mencapai kepadatan 95
% kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T99 di
seluruh daerah yang sudah dibersihkan dan dikupas, dan
daerah itu harus diratakan secara horisontal sebelum
dilakukan pelapisan timbunan. Material urugan harus
disetujui dulu oleh Konsultan Pengawas.

(b) Penghamparan dan pemadatan

(i) Material untuk timbunan badan jalan sebagaimana diatur


di atas, harus dihampar selapis demi selapis horisontal

69
dengan tebal yang sama dan dengan lebar sesuai
ketentuan dari Konsultan Pengawas dan sesuai dengan
garis, kelandaian, penampang melintang dan ukuran
yang tercantum pada Gambar. Lapisan material gembur
(sebelum dipadatkan) selain timbunan batuan, tidak
boleh lebih dari 20 cm, kecuali bila alat pemadatnya
mampu melakukan pemadatan sampai kedalaman lebih
dari 20 cm dengan kepadatan yang seragam dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas. Setelah kadar airnya
disesuaikan untuk tercapainya kepadatan maksimum,
material itu harus dipadatkan sampai tingkat kepadatan
yang telah ditentukan.

(ii) Bila tumpukan material untuk timbunan dalam keadaan


sedemikian rupa sehingga tidak bisa dipadatkan menurut
ketentuan dari Kontrak, maka Kontraktor dengan biaya
sendiri harus bertanggung jawab untuk :

 memperbaiki dengan memindahkan material


tersebut untuk diproses sampai berada dalam kondisi
bisa digunakan, dan atau menggantinya dengan
material lain yang sesuai; atau

 memperbaiki kondisi material secara mekanis atau


pun kimiawi; atau

 menangguhkan pekerjaan sampai material tersebut


kondisinya sesuai untuk dipadatkan sesuai ketentuan
Kontrak.

(iii) Bila badan jalan terletak pada lereng bukit, atau


timbunan baru harus dihampar dan dipadatkan pada
badan jalan lama, atau timbunan harus dilakukan
setengah lebar badan jalan, maka lereng bukit atau badan
jalan lama atau timbunan setengah lebar yang pertama

70
itu harus dipotong sedemikian rupa sehingga
memudahkan penggunaan peralatan pemadatan pada
waktu urugan timbunan baru diletakkan berupa lapisan
horisontal, dan material hasil pemotongan tersebut tidak
dapat dicampurkan dan dipadatkan dengan urugan baru.

(iv) Untuk mencegah terganggunya pelaksanaan konstruksi


badan jembatan (abutment), dinding samping (wing
walls) dan gorong-gorong, Kontraktor harus
menghentikan pembuatan badan jalan di muka struktur-
struktur tersebut, sampai pekerjaan-pekerjaan struktur itu
mendekati penyelesaian sehingga daerah-daerah di
dekatnya bisa dikerjakan tanpa mengganggu pekerjaan
jembatan.

(v) Material untuk badan jalan pada keadaan yang tidak


memungkinkan pemadatan dilakukan secara normal
harus dihamparkan secara horisontal dengan ketebalan
gembur lapisan tidak melebihi 10 cm dan dipadatkan
dengan "mechanical hammers".

(vi) Dalam melaksanakan pekerjaan timbunan di sekitar


gorong-gorong atau abutment jembatan, Kontraktor
harus mengerjakan timbunan sama tingginya pada kedua
sisi. Bila diperlukan pengurugan atau penimbunan
dengan sisi yang satu lebih tinggi dari pada sisi yang
lain, maka penimbunan pada sisi yang lebih tinggi tidak
boleh dilakukan sebelum ada ijin dari Konsultan
Pengawas, dan sebelum struktur berusia 14 hari; dan
hasil test laboratorium yang diawasi Konsultan
Pengawas menunjukkan bahwa struktur sudah cukup
kuat menahan tekanan yang diakibatkan tanpa
mengalami kerusakan atau tegangan di atas faktor aman.

71
(d) Kepadatan yang disyaratkan

Kepadatan yang disyaratkan untuk setiap lapisan timbunan


adalah sebagai berikut :

(i) Lapisan yang berada lebih dari 30 cm di bawah subgrade


harus dipadatkan hingga mencapai 95% dari kepadatan
kering maksimum sesuai ketentuan AASHTO T 99.
Untuk semua jenis tanah, kecuali material urugan batu,
yang mengandung lebih dari 10 % material oversize
yang tertahan pada ayakan 19,0 mm (3/4 inci), kepadatan
kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi sesuai
jumlah kandungan material oversize tersebut
sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas.
Penghamparan dan pemadatan lapisan berikutnya tidak
boleh dilakukan sebelum lapisan sebelumnya selesai
dipadatkan secara sempurna dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

(ii) Lapisan 30 cm atau kurang di bawah elevasi subgrade


harus dipadatkan hingga mencapai 100% kepadatan
kering maksimum yang ditentukan dengan AASHTO T
99.

(e) Kadar Air

Material timbunan yang tidak mengandung kadar air yang


memadai harus ditambah kadar airnya dengan cara disiram
atau diaduk hingga merata dan mendekati kadar air
pemadatan. Material yang mengandung kadar air yang
melebihi kadar air yang diperlukan untuk mencapai
kepadatan maksimum, harus dikeringkan terlebih dahulu
hingga mendekati kadar air pemadatan sebelum digunakan
dalam timbunan. Pengeringan material yang basah dapat
dilakukan dengan cara dijemur dan diaduk-aduk secara

72
merata.

Pasal 6 MATERIAL BUANGAN (WASTE)

Material Buangan (waste)

Material yang tergolong material buangan (waste) adalah sebagai


berikut :
(a) Material hasil galian dalam daerah milik jalan yang
dinyatakan secara tertulis oleh Konsultan Pengawas, tidak
memenuhi syarat digunakan untuk timbunan .
(b) Material hasil galian dalam daerah milik jalan yang berlebih
setelah dipakai untuk timbunan, tetapi kelebihan material ini
bukan diakibatkan karena penggunaan material dari borrow
pit yang dibuat oleh Kontraktor untuk kemudahannya.
(c) Material buangan dibuang sejauh maksimal 10 kilometer

Pasal 7 URUGAN MATERIAL BERBUTIR (GRANULAR


BACKFILL)

Material

Material urugan ini harus batu pecah (wellgraded crushed gravel),


rockfill (batu kerikil), pasir alam, atau campuran bahan-bahan
tersebut. Persyaratan gradasi material adalah sebagai berikut :

 Lolos saringan 2” .......................... 100 %


 Lolos saringan 4,75 mm ................ 25 – 90 %
 Lolos saringan 0,075 mm............... 0 – 10 %
 Indeks Plastisitas ............................ 6 maks.
Pelaksanaan
Urugan material berbutir harus ditempatkan sebagai lapisan tidak
lebih dari 15 cm, dan dipadatkan sampai kepadatan 95 % dari
kepadatan kering maksimum menurut ketentuan AASHTO T 180.

73
BAGIAN IV
GALIAN STRUKTUR

Pasal 1 GALIAN STRUKTUR

Galian struktur merupakan penggalian tanah untuk bangunan struktur,


sesuai dengan batasan pekerjaan sebagaimana dijelaskan di sini atau
sebagaimana tampak pada Gambar.

Galian Struktur harus dibatasi hanya pada galian untuk pondasi pada
jembatan atau tembok penahan tanah / talud dan struktur bangunan
tol lainnya, kecuali yang tidak ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.
Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan dan pemadatan kembali
dengan material yang disetujui oleh Konsultan Pengawas

Klasifikasi

Pengukuran dan pembayaran galian struktur akan digolongkan


sebagai:

(a) galian struktur pada tanah biasa.

(b) galian struktur pada kedalaman lebih dari pada 20 cm di bawah


permukaan konstan air tanah.

Penggalian

Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus :

(a) dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur


drainase alamiah dari air yang mengalir pada permukaan tanah,
untuk mencegah galian tergenangi air.

(b) memeriksa bahwa segala pembongkaran dan pembersihan di


tempat itu sudah dilaksanakan sesuai dengan Spesifikasi ini.

74
(c) memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan
galian apapun, agar elevasi penampang melintang dan
pengukuran dapat diketahui dan dilakukan pada tanah yang belum
terganggu. Tanah yang berdekatan dengan struktur tidak boleh
diganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas.

Urugan Kembali dan Timbunan Untuk Struktur

Bila struktur telah selesai dikerjakan, maka lubang bekas galian harus
diurug dengan material yang disetujui sampai setinggi permukaan
tanah asal atau tanah dasar.

Urugan kembali yang membentuk bagian timbunan harus dipadatkan


sampai 100% dari kepadatan kering maksimal yang ditentukan sesuai
dengan AASHTO T99. Urugan harus dipadatkan lapis demi lapis
dengan ketebalan tiap lapis 15 cm.

BAGIAN V
STRUKTUR BETON JALAN DAN JEMBATAN
( PIER, ABUTMENT, PLAT, DLL )

Pasal 1 UMUM

(a) Lingkup Kerja

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut


jenis-jenis beton bertulang atau tidak bertulang, yang dibuat
sesuai dengan Spesifikasi ini dan garis, ketinggian,
kelandaian dan ukuran yang tertera pada Gambar, dan sesuai
dengan ketentuan dari Konsultan Pengawas.

(b) Kelas Beton dan Penggunaannya

Beton semen portland harus berupa campuran semen, air,


agregat kasar dan agregat halus.

75
Kelas Penggunaannya :

A-1 - Segmental prestressed concrete box girders with


cantilever method

- Precast prestressed concrete box girders

- Precast prestressed concrete I-girders

- Precast prestressed concrete U-girders

- Precast prestressed concrete hollow core slab units

A-2 - Prestressed concrete box girders with staging


method

- Prestressed concrete hollow slabs, beam and


columns of portal pier

A-3 - Prestressed concrete pile, prestressed sheet pile

B-1 - Reinforced concrete slab bridges

- Reinforced concrete deck slabs

- Diapraghma I - girder bridges

- Reinforced concrete centilever pier heads dan


columns pier

- Reinforced concrete hollow slab

B-2 - Cast - in place reinforced concrete piles

B-3 - Precast reinforced concrete piles

C-1 - Abutments, pondasi pier,dinding penahan


tanah(beton bertulang)

- Wall Pier

- Box culverts (termasuk dinding sayap/wing walls)

76
C–2 - Approach slabs-Precast Concrete for Side Ditch

- Reinforced Concrete Portal Frames

- Kerb (bertulang), concrete barrier, precast plates


untuk slab dan parapet

- Tangga jembatan penyeberangan

- Reinforced Concrete Trences

- Planting Boxes

D. - Dinding penahan tanah tipe gravitasi

- Concrete foot paths, kerb (tidak bertulang)

- Head walls, penopang gorong-gorong pipa

E. - Levelling concrete, backfill concrete pada stone


masonry

- Dasar, haunch dan sekitar gorong-gorong pipa

AA - Prestressed concrete spun pile

P - Concrete Pavement.

(c) Menentukan Perbandingan Campuran dan Takaran Berat

Pekerjaan beton struktur dapat mulai dikerjakan bila


campurannya telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Perbandingan campuran dan takaran berat untuk beton


ditentukan seperti di bawah ini dan harus dilakukan bila
material yang disediakan oleh Kontraktor sudah disetujui.

Perbandingan campuran untuk campuran percobaan tersebut


didasarkan pada nilai-nilai dalam Tabel Standar Proporsi

77
Campuran Beton untuk Struktur dan disesuaikan dengan
ketentuan di bawah ini. Tetapi nilai-nilai tersebut hanya
perkiraan saja, untuk memudahkan Kontraktor, dengan
ketentuan sebagai berikut :

- Perbandingan air dan semen merupakan nilai


maksimum mutlak.

- Kadar semen merupakan nilai minimum mutlak.

- Nilai kuat tekan minimum diambil dari nilai


kekuatan rata-rata minimum pada pelaksanaan.

Tabel Standar Proporsi Campuran Beton untuk Struktur

KELAS 1)
A B C D E AA P
URAIAN
Ukuran 20 20 20 25 40 20 25
Maksimum
Agregat Kasar
(mm) 7.5±2.5 7.5±2.5 7.5±2.5 5.0±2.5 5.0±2.5 - Maks 5

Slump (cm) 2) - 45.2 54.6 59.6 70.2 - 40.0

Perbandingan
semen/air W/C - 183 183 158 158 - 160
(%)
- 405 335 265 225 - 400
Kadar Air W
(kg/m3)
- 753 817 720 773 - 791
Kadar Semen C
(kg/m3)
- 1083 1083 1337 1317 - 1077
Agregat Halus S
(kg/m3)
415 290 210 145 105 500
Agregat Kasar G
(kg/m3)

Kuat tekan

78
minimum pada - - - - - - 45
umur 28 hari
dengan tes
silinder (kg/cm2)
4) 5)

Kekuatan lentur
Minimum dalam
28 hari (kg/cm2)
6)

Catatan :
2) Slump harus ditentukan menurut AASHTO T119 atau JISA 1101.

3) Uji kuat tekan beton menurut “Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971”.

4) Uji kuat tekan beton menurut AASHTO T22 dan 23.

5) Bila ada perselisihan mengenai kesesuaian dengan Spesifikasi ini, hasil uji

silinder merupakan jawaban terakhir, kecuali bila Konsultan Pengawas secara


tertulis menyetujui uji silinder untuk tujuan pengendalian.

6) Kuat lentur diuji dengan Metoda Pembebanan Tiga Titik menurut AASHTO

T97.

(i) Berat agregat per meter kubik beton dalam Tabel


Standar Proporsi Campuran Beton untuk Struktur
adalah berdasarkan pemakaian agregat dengan bulk
specific gravity 2,65 pada keadaan permukaan kering
jenuh; pasir alam bergradasi seragam yang mempunyai
modulus kehalusan sebesar 2,75; agregat kasar

79
bergradasi seragam dengan ukuran tertentu. Untuk
agregat dengan specific gravity berbeda, takaran
beratnya harus disesuaikan dengan cara mengalikan
berat pada tabel dengan specific gravity yang
bersangkutan lalu dibagi 2,65.

Bila digunakan pasir pecah (angular), atau pasir hasil


crusher atau pasir yang modulus kehalusannya lebih
dari 2,75, jumlah agregat halus harus ditambah dan
agregat kasar dikurangi. Bila modulus kehalusan pasir
kurang dari 2,75, agregat halus harus dikurangi dan
agregat kasar ditambah. Untuk setiap perubahan
modulus kehalusan sebesar 0,10 (sebanding dengan
2,75), persentase jumlah pasir berubah 1% terhadap
berat total agregat kasar dan agregat halus. Modulus
kehalusan agregat halus harus dihitung dengan
menambah persentase kumulatif, berdasarkan beratnya,
dari material yang tertahan pada setiap saringan
standard ASTM ukuran 4,75, 2,36, 1,18, 0,600, 0,300
dan 0,150 mm dan kemudian dibagi 100.

(ii) Perbandingan campuran dan takaran berat. Konsultan


Pengawas harus menentukan kilogram berat agregat
halus dan kasar (dalam kondisi permukaan kering
jenuh) untuk per meter kubik kelas beton tertentu, dan
perbandingan tersebut harus tidak diubah kecuali
dengan ketentuan seperti pada paragraf berikut. Selain
itu, Konsultan Pengawas juga harus menentukan
takaran berat bahan agregat setelah menentukan kadar
airnya mengkoreksi berat volume pada keadaan kering
permukaan jenuh untuk suatu kadar air tertentu. Dalam
mengukur agregat untuk struktur dengan volume beton
kurang dari 25 meter kubik. Kontraktor dapat

80
mengganti alat timbangan dengan alat pengukur
volume yang disetujui Konsultan Pengawas.

(e) Ketentuan Kekuatan Beton

(i) Persiapan Spesimen

Kuat tekan ultimate beton harus ditentukan pada contoh


yang dibuat menurut “Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971” atau, bila tidak memungkinkan,
dengan AASHTO T 141 (ASTM C 172) dan AASHTO
T 23 (ASTM C 31). Silinder uji yang dibuat di
laboratorium harus sesuai dengan AASHTO T 126
(ASTM C 192). Pengujian tekan dengan silinder harus
sesuai dengan ketentuan AASHTO T 22 (ASTM C 39).

(ii) Kuat tekan dan Kuat Lentur

Nilai kuat tekan dan kuat lentur dalam pelaksanaan


(site working strength) pada umur beton 28 hari tidak
boleh kurang dari kekuatan minimum.

Bila nilai rata-rata dari keempat hasil uji kuat tekan


yang berurutan itu pada beton umur 7 hari lebih rendah
dari 70% nilai minimum untuk beton usai 28 hari
(untuk kuat tekan), atau di bawah 80% dari nilai
minimum kekuatan lentur pada umur 28 hari, maka
kadar semen dari beton itu harus ditambah sekurang-
kurangnya 20 kg per meter kubik beton padat, tanpa
tambahan pembayaran, sampai modifikasi campuran itu
menghasilkan rumus campuran yang disetujui, setelah
pengujian beton umur 28 hari.

(iii) Kekuatan Karakteristik

Kekuatan karakteristik berbagai kelas beton harus

81
ditentukan segera setelah 20 hasil pengujian yang
pertama masing-masing kelas sudah tersedia.

Kekuatan karakteristik dihitung dengan persamaan.

dimana : Xo = kekuatan karakteristik

= rata-rata dari serangkaian hasil


pengujian

K = faktor yang berdasarkan pada


persentase hasil uji yang diijinkan lebih
rendah dari kekuatan karakt eristik. S =
standar deviasi, dengan persamaan :

dimana : X = hasil masing-masing benda uji

N = jumlah total dari hasil uji

Nilai-nilai untuk faktor K adalah :

- 1.64 untuk desain campuran

- untuk hasil uji pelaksanaan tertera pada tabel


berikut ini:

N 4 6 8 10 12 14 16

K 1.17 0.83 0.67 0.58 0.52 0.48 0.44

82
Bila kekuatan karakteristik lebih rendah dari kekuatan
kerja minimum menurut Tabel 10-1-1, Kontraktor
harus menaikkan kadar semen sebagaimana cara dalam
Butir (ii) di atas sampai dihasilkan perbandingan
campuran yang sesuai, atau sampai ada perbaikan
kontrol kualitas agar kekuatan rata-rata meningkat atau
variasi kekuatan semakin kecil, sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas.

(iv) Penyimpangan dari Ketentuan Kuat Tekan

Bila hasil uji kuat tekan tidak sesuai dengan ketentuan


menurut pasal ini, atau bila hasil itu diragukan,
Konsultan Pengawas harus memeriksa kuat tekan
dengan cara uji pecah (crushed test) pada contoh uji
yang diambil dengan alat rotary cor bore pada titik
tertentu yang ditentukan Konsultan Pengawas pada
struktur yang telah dibangun.

(v) Pemeliharaan Contoh Beton

Biaya membuat contoh beton dan mengadakan


pengujian, termasuk biaya pembuatan tempat contoh
beton yang kuat dan biaya pengapalan atau
pengangkutan contoh beton uji dari lokasi kerja ke
laboratorium, sudah termasuk pada harga satuan beton
semen Portland. Kontraktor harus bertanggung jawab
untuk mencegah kerusakan pada contoh uji selama
pembuatan dan pengangkutannya.

(vi) Dokumen Hasil Pengujian

Dokumen hasil pengujian harus disimpan oleh


Konsultan Pengawas, tetapi selalu terbuka untuk
Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab untuk

83
membuat penyesuaian seperlunya untuk membuat
beton sesuai ketentuan Spesifikasi. Dokumen hasil uji
harus mencakup apakah beton itu sesuai atau tidak.

Pasal 2 Material

(a) Umum

Semua material yang harus disediakan dan dipergunakan,


yang tidak dibahas dalam pasal ini, harus sesuai dengan
ketentuan umum.

(b) Semen

Kontraktor harus menggunakan satu jenis/tipe semen dari


satu merek, dengan mutu yang sama untuk satu proyek.
Semen yang digunakan pada pekerjaan beton adalah semen
Portland, kecuali bila ada petunjuk lain dalam Gambar atau
dari Konsultan Pengawas. Semen harus memenuhi
persyaratan SII 0013 - 77 “Semen Portland” atau J1S R 5210
“Portland Cement” atau AASHTO M 85 (Type I).

(c) Admixture (Campuran Tambahan)

Admixture tidak boleh digunakan tanpa persetujuan tertulis


dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyerahkan
contoh admixture kepada Konsultan Pengawas paling lambat
28 hari sebelum tanggal dimulainya pekerjaan struktur
tertentu atau bagian dari struktur yang harus memakai
material admixture itu.

(d) Air

Perbandingan harus memakai cara uji semen standar untuk


kekerasan, waktu pembuatan (setting time), dan kekuatan
adukan. Petunjuk dari kekerasan, perubahan waktu pengikat

84
± 30 menit atau lebih, penyusutan kekuatan adukan lebih dari
10% dibandingkan dengan air suling, cukup menjadi alasan
ditolaknya air yang tengah diuji itu. Bila sumber air dangkal
pengambilannya harus sedemikian rupa agar lumpur, rumput,
atau bahan asing lainnya tidak ikut terbawa.

(e) Agregat Halus

(i) Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir alam
atau, bila disetujui Konsultan Pengawas, material
lembut lainnya dengan sifat sama, mempunyai butir
yang bersih, keras dan awet, serta harus bersih dan
bebas dari debu, lumpur, lempung, bahan organik, dan
kotoran lainnya, dalam jumlah melebihi batas toleransi.
(ii) Agregat halus harus bergradasi merata dan harus
memenuhi ketentuan gradasi sebagai berikut :
Gradasi Agregat Halus

Ukuran saringan (mm) Kumulatif presentase


berat yang lolos
9,5 100
4,75 95 – 100
2,36 80 – 100
1,18 50 – 85
0,600 25 – 60
0,300 10 – 30
0,150 2 – 10
(iii) Kadar zat yang mengganggu dalam agregat halus tidak
boleh melebihi batas yang ditentukan dalam Tabel Sifat
Agregat Halus. Terhadap zat pengganggu lainnya yang
tidak tercakup dalam tabel itu, harus ditentukan cara
penanganannya dengan petunjuk dari Konsultan
Pengawas.
Sifat Agregat Halus

85
Batas Zat Pengganggu dalam Agregat Halus (% Berat)

Zat Maksimum
Gumpalan Lempung 1,0
Material yang lebih halus dari
Saringan 0,075 mm :
Beton yang akan mengalami abrasi 3,0 1)
Beton lainnya. 5,0 1)
Material yang mengapung dalam cairan 0,5 2)
dengan Specific gravity 1,95

Keterangan :
1) Untuk agregat pecah, bila material yang lebih
halus dari saringan/pengayak 0,075 mm terdiri
dari debu dengan patokan yang bersih dari
lempung atau serpihan, persentase ini dapat
dinaikkan sampai 5 dan 7.
2) Ketentuan ini tidak berlaku pada pasir buatan
dari ampas tanur tinggi.
(iv) Kekerasan agregat halus harus memenuhi kehilangan
berat tidak lebih dari 10 % bila diuji dengan sodium
sulfat atau 15 % dengan magnesium sulfat melalui
pengujian AASHTO T 104 (Sulfate Soundness Test).
(v) Semua agregat halus harus bersih dari kotoran organik.
Penentuan kandungan kotoran organik dalam pasir
alam dilakukan menurut AASHTO T 21 (Metode Uji
Kotoran)
(f) Agregat Kasar

(i) Agregat kasar harus terdiri dari satu atau lebih dari satu
material berikut : batu pecah, kerikil, ampas tanur
tinggi, atau material lembam lainnya yang disetujui
dengan sifat yang sama, mempunyai dengan sifat yang

86
sama, mempunyai butir-butir yang bersih, keras dan
awet. Agregat kasar harus bersih dan bebas dari
butiran-butiran yang panjang atau bulat, bahan organik
dan bahan pengganggu lainnya dalam melebihi batas
toleransi.

(ii) Agregat kasar harus bergradasi merata dan harus


memenuhi ketentuan gradasi berikut ini :

Gradasi Agregat Kasar

Ukuran Jumlah yang lebih halus dari saringan Standar masing-masing


Agregat Persentase berat (JIS A 1102) / AASHTO T 27
Kasar 100 80 60 50 40 25 20 15 mm 10 5 mm 2,5
(mm) mm mm mm mm mm mm mm mm mm
95-
50-5 - - 100 - 37-70 - 10 -35 - 0-5
100 -
95-
40-5 - - - 100 - 35-70 - 10-30 0-5
100 -
95 -
25-5 - - - - 100 - 30 -70 - 0 - 10 0 - 5
100
90 - 20 -
20-5 - - - - - 100 - 0 - 10 0 - 5
100 55
40 -
15-5 - - - - - - 100 90 -100 0 - 15 0 - 5
70
80-40 100 90-100 45-70 - 0-15 - 0–5 - - - -
90 -
60-40 - 100 45-70 0-15 - 0–5 - - -
100 -
90 -
50-25 - - 100 35-70 0 -15 - 0-5 - -
100 -
90 -
40-20 - - - 100 20 -55 0 - 15 - 0-5 -
100 -

87
(iii) Kekerasan dari agregat kasar harus memenuhi
kehilangan berat tidak lebih dari 30 % dengan Uji
Abrasi Los Angeles (AASHTO T 96) dan fraksi halus
harus memenuhi kehilangan berat tidak lebih dari 12 %
dengan sodium sulfat atau 15 % dengan magnesium
sulfat melalui pengujian AASHTO T 104 .

(iv) Kadar zat pengganggu dalam agregat kasar tidak boleh


melebihi batas dalam Tabel Sifat Agregat Kasar.
Penanganan zat penganggu lebih yang tidak tercakup
dalam tabel itu harus ditentukan berdasarkan petunjuk
Konsultan Pengawas.

Tabel Sifat Agregat Kasar

Batas kadar zat Pengganggu dalam Agregat Kasar


(Persentase Berat)

Zat Maksimum
- Gumpalan Lempung 0,25
- Material yang lebih halus dari saringan 0,075
1,0 1)
mm :
- Material yang mengapung dalam cairan, dengan 1,0 2)
specific gravity 1,95

Keterangan :

1) Untuk agregat pecah, bila material yang lebih halus


dari saringan 0,075 mm terdiri dari debu yang
butirannya bersih dari lempung dan serpihan
(shale), maka persentase ini dapat dinaikkan
menjadi 1,5.

2) Ketentuan ini tidak berlaku pada pasir buatan dari


ampas tanur tinggi.

88
(g) Pengujian Agregat

Sebelum digunakan, hasil uji agregat dari setiap sumber


harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Uji agregat yang
sedang digunakan harus berdasarkan perintah Konsultan
Pengawas.

(h) Expansion Joint Filler (Asphaltic Joint Filler)

Expansion joint filler harus memenuhi ketentuan AASHTO


M 33.

Filler untuk setiap sambungan (joint) harus disediakan satu


lempengan untuk seluruh kedalaman dan lebar yang
ditentukan, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan
Pengawas. Bila untuk satu sambungan diperbolehkan
menggunakan lebih dari satu lempengan, ujung yang hendak
dihubungkan harus disambung erat dan rapat, dengan bentuk
yang tepat, dengan memakai alat penjepit atau cara yang
disetujui Konsultan Pengawas.

(i) Penyimpanan Material

(i) Penyimpanan Semen Semen dapat diangkut dengan bin


yang disetujui di pabrik. Semen harus disimpan di
gudang anti lembab dengan ketinggian lantai sekurang-
kurangnya 30 cm dari tanah, sedemikian rupa mudah
untuk diperiksa dan digunakan. Semen karung tidak
boleh ditumpuk lebih dari 13 sak. Semen yang menjadi
basah atau keadaannya tidak memadai tidak boleh
digunakan. Semen yang disimpan oleh Kontraktor lebih
dari 60 hari harus disetujui dulu oleh Konsultan
Pengawas, bila harus digunakan. Bila Konsultan
Pengawas mengijinkan penggunaannya, semen dari
berbagai merek, tipe, atau dari pabrik lain harus

89
disimpan terpisah. Semen dari karung bekas tidak boleh
digunakan.

Pasal 3 Peralatan dan Alat-alat Bantu

Bila peralatan itu tidak dipelihara kebaikan kerjanya, atau bila


peralatan itu terbukti tidak memadai, ketika digunakan oleh
kontraktor, untuk mencapai hasil kerja yang ditentukan, peralatan
tersebut harus diperbaiki, atau diganti atau ditambah, sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas.

(a) Batching Plant dan Peralatannya

(i) Umum

Semua material untuk campuran harus ditakar


perbandingannya menurut berat. Batching Plant harus
dilangkapi bin, hopper timbangan dan timbangan
agregat halus dan untuk masing-masing fraksi ukuran
agregat kasar. Bila digunakan semen curah, maka harus
disediakan bin (tempat penyimpanan), hopper dan
timbangan semen. Tempat penyimpanan material
tersebut harus kedap air.

(ii) Bin dan Hopper

Pada batching plant harus disediakan bin dengan


kompartemenkompartemen (ruang) terpisah yang
memadai untuk agregat halus dan untuk setiap fraksi
agregat kasar. Setiap kompartemen harus dapat
mengeluarkan material secukupnya dan dengan lancar
ke hopper timbangan. Harus disediakan juga alat
kontrol sehingga begitu jumlah yang dikehendaki
dalam hopper timbangan hampir terpenuhi, material
mengalir pelan-pelan dan berhenti setelah jumlahnya
tercapai tepat. Untuk membuang kelebihan jumlah

90
material dalam hopper, harus disediakan lubang atau
sarana lainnya. Hopper timbangan harus dapat
mengosongkan seluruh material tanpa sisa.

(iii) Timbangan

Timbangan agregat dan semen harus dari tipe palang


(beam type) ataupun tipe cakram non-pegas. Alat
timbangan harus mempunyai ketepatan sampai 0,5%
untuk berbagai pemakaian. Untuk memeriksa
ketepatan, harus disediakan sepuluh anak timbangan
dengan berat masing-masing 25 kg. Tiang tumpu,
gandar dan suku cadang lainnya yang terbuka harus
selalu bersih.

(b) Mixer

(i) Umum

Beton harus diaduk dalam pengaduk campuran (batch


mixer). Pengadukan dapat dilakukan di lokasi kerja, di
pusat khusus pengadukan, atau di perjalanan. Pada
setiap mixer harus tertera lempeng logam dari pabrik
yang menunjukkan keterangan kapasitas drum dalam
hal volume beton adukan dan kecepatan rotasi drum
adukan.

(ii) Mixer di lokasi kerja

Mixer harus dilengkapi dengan hopper pengisi yang


memadai, tempat air, dan alat pengukur air yang
dengan ketepatan sampai batas 1%. Harus dilakukan
kontrol agar air hanya bisa dipakai bila mixer sedang
berisi. Level pembuangan harus bisa terkunci secara
otomatis, sampai material campuran teraduk dalam
waktu tertentu setelah semua material berada dalam

91
mixer. Juga harus disediakan alat pengeluaran beton ke
atas jalan. Dalam interval waktu tertentu mixer harus
dibersihkan. Mata pisau (blade) pick-up dan throw-over
dalam drum harus diganti bila telah mengalami keausan
10%.

(iii) Central Plant Mixer

Mixer ini harus tipe drum, yang bisa mengaduk


agregat, semen dan air secara merata dalam jangka
waktu tertentu, dan bisa mengeluarkan adukan tanpa
menimbulkan segregasi. Central Plants mixer harus
dilengkapi dengan alat kontrol timing yang dapat
mencegah material campuran keluar sebelum jangka
waktu pengadukan terpenuhi. Sistem penyaluran air
untuk mixer bisa memakai tank pengukur yang ditera
atau meteran, dan tidak harus menjadi bagian integral
dari mixer. Setiap interval waktu tertentu mixer harus
selalu dibersihkan. Keadaan bagian dalamnya harus
diperiksa setiap hari. Mata pisau (blade) pick-up dan
throw-over dalam drum harus diganti bila jangkauan
kedalamannya menyusut 10%.

(iv) Truck Mixer atau Transit Mixer

Mixer ini harus dilengkapi alat penghitung bertenaga


listrik untuk memperlihatkan jumlah putaran drum atau
mata pisaunya, dan alat penghitung ini harus
dihidupkan bersamaan dengan dimulainya pelaksanaan
pengaduan pada kecepatan tertentu. Isi mixer tidak
boleh melebihi 60% volume kotor drum. Mixer harus
bisa mengaduk bahan-bahan beton secara merata, dan
bisa mengeluarkan beton secara merata tanpa segregasi.

(c) Vibrator

92
Tipe vibrator yang digunakan harus disetujui Konsultan
Pengawas, dan mempunyai frekuensi minimum 3500
getaran per menit, dan harus bisa membuat beton menjadi
merosot 2 cm pada daerah dengan radius 45 cm. Jumlah
vibrator yang digunakan harus cukup untuk memadatkan
beton secara memadai dalam waktu 10 menit setelah dicor
ke cetakan; dan selain itu, harus disediakan vibrator
cadangan.

(d) Cetakan

(i) Cetakan harus terbuat dari kayu atau logam, harus


sesuai dengan bentuk, garis dan ukuran yang ditentukan
dalam Gambar, dan harus kokoh sehingga bentuknya
harus tidak berubah bila diisi, atau karena pengeringan
dan pembasahan, vibrasi dan lain-lain.

(ii) Cetakan harus dilengkapi dengan rangka, penjepit,


penopang, dan alat lain, agar posisi dan bentuknya tetap
sesuai dengan ketentuan dalam Gambar.

(iii) Cetakan harus bisa dibongkar dengan mudah dan aman.


Sambungan pada tepi atau bidang harus horisontal atau
pun vertikal setepat mungkin, dan harus cukup rapat
agar material tidak bocor.

(iv) Cetakan lengkung harus beradius sesuai dengan


ketentuan Gambar, dan cetakan fleksibel yang memadai
harus dibuat sesuai dengan radius tersebut.

(v) Setelah cetakan terpasang pada tempatnya, Konsultan


Pengawas harus memeriksanya dan menyetujuinya,
sebelum beton dicorkan.

(vi) Cetakan harus bebas dari debu, pelumas, atau bahan


asing lainnya. Dilarang menggunakan material atau

93
cara yang akan mengakibatkan material melekat pada
beton atau menghitamkan beton. Cetakan harus
diminyaki sebelum tulangan baja dipasang dan selain
itu, cetakan kayu harus disirami air segera sebelum
beton dicor.

(vii) Untuk dinding, tiang yang sempit dan lain-lain, yang


mana alas cetakan tidak bisa dicapai, maka papan
bawah cetakan harus bisa dilepas agar mempermudah
pembersihan material asing segera sebelum beton dicor.

(e) Penakaran dan Pengangkutan Material

Untuk pengadukan di tempat kerja, agregat harus diangkut


dari batching plant ke mixer dalam bak takaran, bak
kendaraan, atau kontainer lainnya yang kapasitas dan
konstruksinya cukup memadai untuk mengangkut material.
Pemisahan kelompok-kelompok material harus memadai
sehingga material tidak bocor dari satu kompartemen
kekompartemen lain, selama dalam perjalanan atau waktu
dikeluarkan.

(f) Pengadukan Beton

(i) Umum

Beton harus diaduk di tempat pekerjaan, di pusat


pencampuran, pada mixer truk, atau kombinasi
keduanya. Bila diijinkan oleh Konsultan Pengawas,
bisa digunakan pengadukan dengan tangan. Bila cahaya
alam kurang, beton tidak boleh diaduk, dicor/dicor,
atau diselesaikan, kecuali bila ada sistem penerangan
dengan lampu yang memadai.

(ii) Pengadukan di tempat pekerjaan

94
Lamanya pengadukan harus ditentukan oleh Konsultan
Pengawas menurut JIS A 119 (Method of Test for
Variation in Unit Weight of Air Free Mortar in Freshly
Mixed Concrete). Bila hasil pengujian tersebut tidak
ada, maka lamanya pengadukan harus lebih dari 1 ½
menit sejak semua material dimasukkan ke dalam
mixer, namun lamanya pengadukan jangan lebih dari
tiga kali jangka waktu di atas. Pengisian air ke dalam
mixer dimulai sebelum pengisian semen dan agregat.
Selama pengadukan, drum harus berkecepatan rotasi
menurut ketentuan pabrik. Mata pisau (blade) pick-up
dalam drum mixer yang sudah menyusut 2 cm atau
lebih harus diganti.

(iii) Central Mixing Plant

Beton hasil adukan harus diangkut dari central mixing


plant ke lokasi pekerjaan dengan truk pengaduk
(agitator truck) atau Dump Truck, sesuai dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.

Kecuali bila ada ijin tertulis lain dari Konsultan


Pengawas, truk pengaduk harus dilengkapi dengan
drum putar kedap air, dan harus bisa mengangkut dan
mengeluarkan beton tanpa segregasi. Kecepatan
pengadukan drum harus antara 2 s/d 6 putaran per
menit. Volume beton adukan dalam drum tidak boleh
melebihi ketentuan pabrik, atau lebih dari 70% volume
kotor drum. Bila Konsultan Pengawas menyetujui
truck mixer dapat digunakan sebagai pengganti truk
pengaduk, untuk mengangkut beton dari central mixing
plant. Volume kotor wadah pengaduk, dalam meter
kubik, harus sesuai dengan ketentuan pabrik mixer.
Jangka waktu antara pengisian air ke drum mixer dan

95
pengeluaran beton adukan karena sesuai dengan
ketentuan Konsultan Pengawas. Selama jangka waktu
ini, adukan harus diaduk terus-menerus.

(iv) Pengadukan dalam truk

Beton dapat diaduk pada truk mixer dengan desain


yang disetujui. Pengadukan dalam truk harus sesuai
dengan ketentuan berikut. Mixer-nya dapat berupa
drum putar tertutup yang kedap air atau tipe
dayung/mata pisau putar atap terbuka (open top
revolving blade). Mixer harus dapat menyatukan semua
bahan menjadi adukan yang merata, dan harus
mengeluarkan beton secara merata pula. Perbedaan
maksimum slump dari contoh yang diambil dari batas
seperempat dan tiga perempat dari muatan yang
dikeluarkan adalah 2,5 cm. Kecepatan pengadukan
untuk mixer tipe drum putar tidak boleh kurang dari 4
putaran per menit, atau tidak boleh melebihi kecepatan
keliling drum yang sebesar 1 m/detik. Untuk mixer
yang atap terbuka, kecepatan pengadukan harus antara
4 dan 16 putaran per menit pada mata pisaunya.
Kecepatan pengadukan untuk mixer tipe drum putar
maupun tipe mata pisau putar adalah antara 2 dan 6
putaran per menit drum atau mata pisau.

(v) Pengadukan dengan tangan

Dilarang mengaduk beton dengan tangan, kecuali


dalam keadaan darurat, tanpa ada ijin dari Konsultan
Pengawas. Bila sudah ada ijin, pengaduk harus
dilakukan hanya pada wadah kedap air dari logam, dll.
Beton harus dibolak-balik wadah itu paling sedikit 6

96
kali, sampai butiran agregat kasar terlapisi adukan dan
adukan sudah merata.

(g) Melembekkan kembali adukan beton

Dilarang melembekkan kembali adukan beton yang telah


mengeras dengan nenambah air atau cara lainnya. Beton yang
tidak memenuhi batas slump pada saat dicorkan tidak boleh
digunakan. Penggunaan admixture untuk menambah
workability atau mempercepat waktu pengerasan tidak boleh
dilakukan, kecuali bila ada ijin tertulis dari Konsultan
Pengawas.

Pasal 4 Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Umum

Kontraktor harus menyediakan Pelaksana dan Supervisi yang


berpengalaman di lokasi pekerjaan untuk mengontrol
pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan lain selain beton harus
sesuai dengan ketentuan bagian lain atau pasal lain untuk
beberapa pekerjaan yang menjadi satu kesatuan dengan
pekerjaan beton.

(b) Pondasi

Persiapan pondasi harus sesuai dengan detail dalam Gambar,


Elevasi dasar telapak (footing), sebagaimana tertera dalam
gambar, hanya merupakan pekerjaan. Konsultan Pengawas
dapat memerintahkan penggalian yang lebih dalam, bila
perlu, untuk membuat pondasi yang sebaik-baiknya.

Pondasi yang mempunyai beton leveling kelas E (atau


batuan) harus digali dengan toleransi 0-5 cm. Setiap
kelebihan harus diisi dengan material dari lapisan atasnya,
tidak boleh ditimbun dengan material galian.

97
(c) Perancah (Falsework)

Perancah harus dibuat dengan pondasi yang cukup kuat untuk


mendukung / menopang berat / muatan beton tanpa
mengalami lendutan yang berarti. Perancah yang tidak bisa
dibuat pada pondasi dengan dasar telapak yang padat, harus
ditopang dengan tiang pancang perancah, atas biaya dari
Kontraktor.

Sebelum membuat cetakan atau perancah, bila diminta atau


diperlukan Kontraktor harus menyampaikan Gambar detail
mengenai cetakan dan perancah untuk diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

(d) Cetakan (formwork)

Sebelum beton dicor, Konsultan Pengawas harus memeriksa


seluruh cetakan (formwork) dan perancah, dan beton tidak
boleh dicorkan sebelum Konsultan Pengawas memeriksa dan
menyetujui cetakan dan perancahnya. Adanya persetujuan
dari Konsultan Pengawas tidak mengurangi tanggungjawab
Kontraktor dalam penyelesaian struktur sebaik-baiknya.
Cetakan menggunakan triplek dengan ketebalan 18mm

(e) Tulangan Beton

Konsultan Pengawas harus memeriksa tulangan beton yang


telah terpasang dan menyetujuinya, saat sebelum beton dicor.
Selama pengecoran beton, harus ada tukang pasang tulangan
beton yang perpengalaman, untuk menjaga agar tulangan
beton tidak ada yang lepas pada waktu beton, dicor, dan bila
ada, tulang harus dibetulkan sebelum pengecoran diteruskan.

(f) Penuangan/Pengecoran beton

(i) Umum

98
Pengecoran beton harus sedemikian rupa agar tidak
terjadi segregasi dan perubahan kedudukan tulangan
dan harus dihamparkan berupa lapisan horisontal. Bila
perlu, beton dicorkan ke dalam cetakan dengan sekop
tangan, dan vibrator tidak boleh digunakan untuk
menyebarkan beton dalam cetakan. Campuran beton
jangan sampai memerciki cetakan dan tulangan,
sehingga sampai mengering sebelum akhirnya tertutup
dengan beton.

(ii) Tiang Beton

Beton untuk tiang atau untuk balok harus dicorkan


dalam satu kali pengecoran secara kontinyu, kecuali
bila ditentukan lain dalam Gambar atau oleh Konsultan
Pengawas.

(iii) Concrete slab dan girder spans

Slab dan girder dengan bentang 10 m atau kurang harus


dicor dalam satu kali pengecoran secara kontinyu,
kecuali bila ditentukan lain dalam gambar. Sebaiknya
beton mulai dicor mulai tengah bentang menuju ujung-
ujungnya.

(iv) Wall, pier, abutment dan lain-lain

Bila tembok, pier, kolom, dan struktur lainnya


membentuk sambungan konstruksi horisontal, beton
tidak boleh dicor di atas beton lain yang tidak boleh
berumur kurang dari 12 jam.

Pekerjaan tidak boleh dihentikan pada batas 45 cm dari

99
bagian permukaan kecuali bila ada ketentuan yang
mengijinkan, yang mana, bila diijinkan Konsultan
Pengawas, sambungan konstruksi dapat dibuat pada
bagian bawah kepala dinding/tembok yang tebalnya
kurang dari 45 cm.

(vi) Menuang Beton di dalam air

Beton tidak boleh dicor di dalam air tanpa persetujuan


dan pengawasan dari Konsultan Pengawas, dan metoda
seperti berikut ini : Untuk mencegah segregasi, beton
harus dicor dalam bentuk massa padat, memakai alat
tabung atau pipa atau ember (bucket) atau alat lain, dan
tidak boleh diganggu setelah dicor. Pada tempat
perletakan beton air harus dijaga agar tenang. Beton
jangan dicorkan dalam air yang mengalir. Metode
pengecoran atau pengecoran beton harus teratur agar
tercipta permukaan yang horisontal.

(vii) Sambungan Konstruksi (Construction Joint)

Sambungan konstruksi harus terletak sesuai dengan


ketentuan Gambar, atau instruksi Konsultan Pengawas.
Sambungan Konstruksi harus tegak lurus terhadap garis
tegangan, dan secara umum harus terletak pada daerah
dengan gaya lintang minimum.

Pada sambungan konstruksi horizontal, detailnya harus


sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Sebelum
beton dicorkan, permukaan sambungan konstruksi
harus digosok dengan sikat kawat sampai tampak
agregat yang bersih, diguyur air dan harus tetap basah
sampai beton baru dicor. Segera sebelum beton baru
dicorkan, cetakan harus dikencangkan rapat ke beton
yang sudah keras dan permukaan yang lama harus

100
dilapisi adukan semen halus. Beton untuk substruktur
harus dicorkan sedemikian rupa agar seluruh
sambungan konstruksi horizontal benar-benar
horisontal.

(viii) Sambungan Ekspans (Expansion Joints)

Sambungan ini harus berupa asphaltic joint filler


selebar 20 mm atau filler lain yang disetujui Konsultan
Pengawas, dan harus diletakkan dan dipasang sesuai
dengan ketentuan Gambar. Asphaltic joint filler akan
diukur dan dibayar secara terpisah.

(ix) Sambungan terbuka(open joint)

Sambungan terbuka harus dibuat sesuai dengan


ketentuan Gambar, dengan menyisipkan dan kemudian
mencabut lagi bilah kayu, pelat logam, atau material
lainnya yang disetujui. Penyisipan dan pencabutan mal
(template) jangan sampai mengakibatkan rusaknya
bagian sudut beton. Tulangan tidak boleh dipasang
melewati sambungan terbuka, kecuali bila dibolehkan
dalam gambar.

(xi) Baut angkur (anchor bolts)

Semua baut angkur pada pier atau abutment harus


dipasang tepat pada lubang yang dibuat pada saat
pengecoran beton. Lubang dapat dibuat dengan
menusukkan batang kayu, pipa logam, atau alat lainnya
yang sudah diminyaki, ke dalam beton baru, dan
mencabutnya lagi setelah beton agak mengeras.
Diameter lubang paling sedikit 10 mm. Baut harus
dipasang dengan tepat dan ditutup dengan mortar kasar
(grout) yang memenuhi lobang. Grout ini harus berupa

101
adukan (mortar) yang tidak susut, dengan jenis yang
disetujui Konsultan Pengawas.

(xii) Shoes dan bearing plate

Daerah bridge seat bearing harus dibuat tinggi dan


sesuai dengan level yang ditentukan.

(xiii) Lubang drainase dan lubang cucuran

Lubang drainase dan lubang cucuran (Weep holes)


harus dibuat dengan cara dan pada tempat menurut
ketentuan Gambar atau perintah Konsultan Pengawas.
Lubang angin untuk menyamakan tekanan hidrostatis
harus dibuat di bawah muka air yang rendah. Cetakan
lubang cucuran harus berupa pipa PVC. Permukaan
pipa yang tampak harus disiram beton.

(xv) Pier dan abutment

Tidak boleh meletakkan beban bangunan atas di atas


pier atau abutment yang sudah selesai, sebelum ada
perintah Konsultan Pengawas, tetapi jangka waktu
minimum untuk pengerasan beton bangunan bawah,
sebelum beban bangunan atas diletakkan di atasnya,
adalah 7 hari, bila yang digunakan adalah semen
portland normal.

(xvi) Beton cycloop campuran beton kelas D dengan batu


kali dengan perbandingan 1:2 harus diletakkan sebelum
pelaksanaan struktur pondasi (Footing) dan harus
dibuat dengan cara dan pada tempat menurut Gambar
atau perintah Konsultan Pengawas. Pengecoran beton
harus diikuti dengan peletakkan bata-bata kali.

(g) Perawatan Beton

102
Segera setelah cetakan beton dibongkar dan finishing sudah
selesai, seluruh beton harus dilakukan perawatan dengan
salah satu metode berikut. Konsultan Pengawas akan
menentukan permukaan beton yang harus dirawat dan
metode yang digunakan.

(i) Metoda air

Seluruh permukaan yang terbuka selain slab, harus


dilindungi dari sinar matahari dan seluruh struktur
harus dilapisi / ditutup kain goni, atau kain lain yang
dibasahi sekurang-kurangnya selama 7 hari. Material -
material harus tetap basah selama jangka waktu
tersebut. Kerb, dinding, dan permukaan lain yang harus
difinishing dengan digosok bisa dibuka dulu
penutupnya sementara tetapi harus segera ditutup lagi
setelah finishing selesai. Seluruh concrete slab harus
secepat mungkin ditutupi dengan pasir, tanah atau
material lain yang memadai dan harus selalu basah
sekurang-kurangnya selama tujuh hari. Material
penutup ini tidak boleh dibersihkan dari permukaan
concrete slab sebelum beton mencapai umur 21 hari.

(ii) Selaput Pengawet (membrane - forming curing


compound). Seluruh permukaan harus di-finishing dulu,
sebelum dirawat dengan dilapisi bahan ini. Selama
masa finishing, beton harus dilindungi dengan metoda
perawatan air.

Bahan pengawet selaput harus digunakan setelah


cetakan dibongkar, atau bila air permukaan sudah
hilang. Bahan ini harus disemprotkan pada permukaan
beton satu kali lapisan atau lebih dengan kecepatan
sesuai instruksi dari pabrik pembuatnya.

103
(h) Pembongkaran Formwork dan Falsework

(i) Waktu pembongkaran

Cetakan (formwork) dan Perancah (falsework) tidak


boleh dibongkar tanpa persetujuan Konsultan
Pengawas. Persetujuan tersebut tetap tidak
membebaskan tanggungjawab Kontraktor untuk
melakukan pekerjaan dengan baik. Rangka dan balok
penopangnya harus dibongkar bersamaan dengan
cetakan dan potongan kayu cetakan tidak ada yang
boleh tertinggal di dalam beton. Pembongkaran cetakan
untuk struktur menerus atau cantilevered structures
harus menurut petunjuk Konsultan Pengawas, atau
harus sedemikian rupa agar struktur dibongkar tahap
demi tahap menurut gaya beratnya.

Bila pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak dikontrol


dengan uji kuat tekan, maka waktu yang tertera dalam
tabel di bawah itu harus dianggap sebagai batas
minimum.

Beton Early Persentase


Standar strength kekuatan
Concrete Disain
Centering di bawah
girder, balok, rangka 14 hari 7 hari 80 %
atau busur-busur
Plat lantai (floor slabs) 14 hari 7 hari 70%
Dinding 1 hari 12 jam -
Kolom 2 hari 1 hari -
Bagian sisi balok dan
semua permukaan 1 hari 12 jam -
vertikal lain-nya.

(ii) Penambalan (Patching)

104
Segera setelah pembongkaran cetakan, semua kawat-
kawat pengikat (projecting wires), atau alat-alat logam
yang digunakan untuk mengikat cetakan harus
dibongkar atau dipotong sekurang-kurangnya 2,5 cm di
bawah permukaan beton. Sisa-sisa mortar (adukan) dan
semua ketidak rataan akibat sambungan cetakan harus
dibersihkan sampai hilang. Lubang-lubang, lekukan
dan ronggarongga yang terletak pada permukaan beton
harus ditambal dengan mortar (adonan) semen, dengan
perbandingan campuran sama dengan yang
dipergunakan untuk pekerjaan pokok, tetapi tanpa
agregat.

(i) Pekerjaan finishing pada beton

Semua permukaan beton harus tetap tampak (exposed) pada


pekerjaan yang sudah selesai, harus sesuai dengan ketentuan
(iii). Finishing biasa (ordinary finishing), kecuali bila ada
ketentuan lain.

(i) Deck beton (concrete decks)

Segera setelah beton dicor, deck beton harus ditempa


dengan mal lengkung untuk membuat penampang
melintang yang benar dan harus di-finishing dengan
tangan sampai sesuai dengan permukaan beton yang
ditentukan. Hasil finishing harus agak dikasarkan
secara merata dengan disikat (brooming).Permukaan
yang sudah selesai tidak boleh berbeda lebih dari 10
mm pada pemeriksaan dengan mal datar (straigh ledge)
4 m yang di pasang sejajar dengan garis 10 mm pada
pemeriksaan dengan mal lengkung (template) yang
dipasang melintang memotong badan jalan.

(ii) Finishing biasa (ordinary finish)

105
Ordinary finish adalah finishing pada permukaan
setelah cetakan dibongkar, di mana lubang-lubang
bekas ikatan cetakan ditambal dan kerusakan -
kerusakan kecil pada permukaan diperbaiki. Permukaan
beton harus rata, tidak ada lekukan dan warnanya
cukup merata/sama.

(iii) Finishing gosok (rubbed finish)

Setelah cetakan dibongkar, beton harus segera digosok


bila kondisi sudah mengijinkan. Segera sebelum
digosok, beton harus dibasahi air. Sebelum dibasahi,
adonan tambalan pada permukaan beton harus sudah
kering. Permukaan yang harus difinishing harus
digosok dengan batu karborundum medium kasar,
menggunakan sedikit adukan (mortar) semen pada
permukaannya. Adonan terdiri dari semen dan pasir
halus dengan perbandingan yang sama dengan beton
yang sedang di-finishing. Penggosokan harus sampai
menghilangkan bekas-bekas cetakan dan segala
ketidakrataan, lubang-lubang ditambal, dan permukaan
menjadi rata..

(vi) Pembebanan (loading)

Lalu lintas atau peralatan konstruksi ukuran besar tidak


boleh masuk melintasi struktur beton bertulang
sebelum jangka waktu 28 hari sejak pengecoran
terakhir beton, kecuali secara berikut ini. Bila struktur
beton itu harus digunakan lebih dini / awal, harus
diadakan pengujian contoh extra. Struktur beton sudah
dapat digunakan bila pengujian menunjukkan bahwa
beton sudah mencapai umur 28 hari.

(j) Perekat (adhesive)

106
(i) Metoda Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Penghalusan Permukaan Sambungan

Permukaan balok beton yang harus diberi


perekatan harus disikat dengan sikat kawat
sampai halus, untuk membuang butir-butir lepas
(sheath) yang menonjol pada permukaan
sambungan.

(b) Pembersihan minyak dan debu

Setelah permukaan sambungan halus dan rata,


debu dan kotoran harus dibersihkan dengan
pompaan udara atau cara lainnya. Bila ada zat
yang melekat, gunakanlah larutan organik.

(c) Pengeringan Beton

Setelah melepaskan cetakan dari balok beton


(PC), permukaan beton harus ditutupi agar
terlindung dari air hujan hingga balok beton tetap
kering. Bila pekerjaan perlindungan ini harus
dilakukan padahal balok PC masih basah, maka
harus dilakukan pengeringan dengan alat lampu
obor, gas pembakar (gas burner) dan lain-lain.

(ii) Pemakaian perekat

(a) Mencampur dan mengaduk

Setelah pekerjaan permukaan selesai, bahan dan


pengeras harus dicampur dengan perbandingan
tertentu dan diaduk merata.

(b) Cara Pemakaian

107
Perekat harus dipakai secara menyeluruh pada
kedua permukaan dengan menggunakan karet
atau sudip (spatula) dari logam. Ketebalan
optimal lapisan perekat untuk setiap permukaan
beton adalah 1 mm, dan perekat harus melebar
menyeberang sambungan bila balok itu
bersambungan, lalu diberi tekanan awal
(prestressing).

(c) Penyambungan

Suhu udara pada waktu balok disambungkan


° °
harus antara 5 - 35 C dan penekanan awal (first
- prestresing) harus selesai selambatlambatnya
dalam batas waktu umur kerusakan perekat (pot
life time). Karena dengan penekanan awal,
perekat harus melebar ke luas daerah sambungan
dan, pada waktu yang sama, tertekan ke dalam
lubang sheath, maka harus disisakan daerah 10 -
20 mm sekeliling lubang sheath tetap tidak
terlapisi perekat.

(d) Pengawetan (Curing)

Selama sekurang-kurangnya 24 jam setelah


penyambungan (bonding), bagian beton yang
disambungkan harus dilindungi dari air hujan
atau benturan.

(k) Pembersihan

Setelah pekerjaan struktur selesai dan sebelum persetujuan


akhir dari Konsultan Pengawas, Kontraktor harus
menyingkirkan segala falsework dan lain-lain, sampai 1,0
meter di bawah garis tanah yang sudah selesai.

108
BAGIAN VI
BETON PRA-TEKAN (PRESTRESSED CONCRETE)

Pasal 1 UMUM

(a) Umum

Pekerjaan ini meliputi struktur beton pra-tekan dan bagian


beton pratekan dari struktur gabungan (composite) yang
dibangun sesuai dengan garis, grade, disain dan ukuran yang
tertera dalam gambar, atau ketentuan Konsultan Pengawas,
dan ketentuan Spesifikasi ini dan lainnya.

(b) Definisi-definisi

Untuk beton pra-tekan cast-in-place, istilah “suku” yang


digunakan dalam bagian ini, berarti beton yang tidak diproses
pra-tekan.

Post-tensioning adalah metoda pra-tekan beton di mana


tulang ditegangkan setelah beton dituang. Pre-tensioning
adalah metoda pratekan beton dimana tulangan ditegangkan
sebelum beton dituang. Tulangan pra-tekan adalah tulangan
penguat yang dikenai proses pratekan dengan cara post-
tensioning atau pre-tensioning.

Pasal 2 Material

(a) Umum

Semua material yang harus disediakan dan digunakan, yang


tidak tercakup dalam pasal ini, harus sesuai dengan ketentuan
dalam pasal lain yang berhubungan.

(b) Baja tulangan- umum

109
(i) Tulangan penguat non-pra-tekan harus sesuai
ditentukan dalam Gambar, harus diselesaikan dengan
kebutuhan untuk baja pra-tekan.

(ii) Baja pratekan harus kawat baja (wire) berdaya tarik


tinggi, batang (bars) baja berdaya tarik atau untaian
kawat (strand) baja berdaya tarik tinggi.

(c) Baja Pra-tegang

(i) Kawat baja berdaya tarik tinggi harus dihilangkan


tegangannya (stress relieved) dan harus sesuai dengan
ketentuan JIS G 3536 atau AASHTO M 20 “Uncoated
Stress Relieved Wire for Presstressed Concrete”.

(ii) Untaian kawat baja berdaya tarik tinggi harus


dibebaskan dari patri (weld free) dan dari tegangannya
setelah dihampar, dan harus sesuai dengan ketentuan
JIS G 3536 atau AASHTO M 203 Uncoated Seven
Wire Stress Relieved Strand for Prestressed Concrete.

(iii) Batang baja berdaya tarik tinggi harus dihilangkan


tegangannya (stress relieved), harus sesuai dengan
ketentuan JIS G 3109 atau ASTM A 722. , dan
ketentuan grade 270 ASTM A416 dengan Ø semua
jenis penggunaan : 12,7 mm, Nominal Area : 98,71
mm2, Modulus Elasticity : 1,97 E+6 kg/cm2 dan
Breaking Load : 18,600 ton..

(iv) Pengujian -pengujian tulangan pre-tegang harus


menurut ketentuan Spesifikasi AASHTO untuk tipe
sistem pra-tekan yang digunakan.

Kecuali ditentukan lain dalam gambar, tulangan dan kabel


PC yang digunakan sbb :

110
Diameter
Keterangan Nominal Penggunaan
(mm)
PC Wire SWPR 1 (tipe C) 7 PC Pile
PC Wire SWPR 1 (tipe B) 8 Diafragma PC Box Girder
PC-7 Wire Strand SWPR T12.4 PC Core Slab
7A (tipe D)
PC 7 Wire Strand SWPR 7 T12.7 PC-I-Girder & U-Girder
B (tipe A) dan PC Hollow Slab.
PC 19-Wire Strand SWPR T19.3 Diafragma PC 1-Girder
19 (tipe E)
PC Bar SBPR 80/95 23 Diafragma untuk PC Box
Girder

(d) Angkur (Anchorages)

Semua baja pra-tekan post-tensioning harus dikunci pada


ujungujungnya dengan alat angkur (anchoring) tipe
permanen. Semua alat angkur untuk post-tensioning harus
bisa menahan baja pratekan dari beban yang memberikan
tegangan yang tidak kurang dari 95% daya tarik minimum
baja pra-tekan.

(e) Pipa grouting (ducts)

Semua pipa saluran harus dari bahan logam dan kedap


adonan semen (mortar tight). Pipa harus cukup kuat untuk
mempertahankan bentuknya menahan tekanan kerja. Bila ada
ketentuan mengenai grouting, lubang udara dan grout harus
dibuat dengan pipa atau alat lainnya, agar semprotan grout
dapat mengisi seluruh rongga sepanjang pipa saluran.

(f) Grout

Material grouting tersusun dari semen portland, air dan


adukan muai (expansive admixture) plus retarder, sesuai
dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas. Air harus
dapat diminum (potable). Adukan yang mengandung klorida

111
atau nitrat tidak boleh digunakan.

(g) Beton

Kontraktor harus membuat rancangan campuran yang


kemudian diajukan untuk disetujui Konsultan Pengawas.
Ukuran maksimum agregat yang harus digunakan untuk
membuat beton pra-tekan adalah 2 cm.

Pasal 3 Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Umum

Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang


diperlukan untuk pekerjaan konstruksi dan pra-tekan.
Pekerjaan pra-tekan harus dikerjakan dengan peralatan
dongkrak yang disetujui. Bila memakai dongkrak hidrolik,
maka harus lengkap dengan meteran penunjuk tekanan.
Kombinasi dongkrak dan meteran harus disesuaikan ukuran
dasarnya, dan Kontraktor harus menyerahkan grafik
hubungan kedua alat itu kepada Konsultan Pengawas. Bila
menggunakan dongkrak tipe lain, maka harus lengkap dengan
cincin (ring) penunjuk yang sudah kalibrasi ukurannya
(calibrated), untuk mengetahui kekuatan dongkrakan secara
tepat.

(b) Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

Bila diminta, Kontraktor harus mempersiapkan, memeriksa


dan mengarahkan, kepada Konsultan Pengawas, detail
lengkap Gambar Kerja atau Jadwal, mengenai :

(i) Rencana alternatif Kontraktor bila alternatif yang


diajukan disetujui.

(ii) Detail proposal pabriknya dan pelaksanaannya.

112
(iii) Urutan pekerjaan, dan

(iv) Uraian mengenai ukuran dan lain-lain secara lengkap,


mengenai peralatan, sambungan, bearing, dan jangkar
(anchorages), yang tidak ditentukan atau dirinci dalam
Dokumen-dokumen Kontrak.

Beton tidak boleh dicetak sebelum Konsultan Pengawas


menyetujui Gambar dari Kontraktor, bila ada, mengenai
campuran beton, cetakan, metoda pra-tekan, metoda
penuangan, pengecoran, pengawetan, perlindungan,
penanganan dan pemasangan suku-suku penguat. Setiap
alternatif rencana dalam Dokumen Kontrak harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas, sebelum Pelaksanaan Konstruksi
dan pembuatan.

(c) Menempatkan Baja Tulang

Semua unit baja tulangan harus ditempatkan secara tepat


menurut Gambar, dan tetap pada posisinya pada waktu beton
dituang dan dikeringkan. Jarak unit baja tulangan dari
cetakan harus dijaga dengan memakai ruji penopang, balok,
tali, hanger, atau penahan lain yang disetujui. Balok penahan
bahu penahan yang bersentuhan dengan cetakan harus terbuat
dari balok pracetak (precast mortar blocks) dengan bentuk
dan ukuran yang sudah disetujui, lapisan-lapisan unit harus
dipisahkan dengan balok ini atau alat lain yang sama baiknya.
Balok kayu tidak boleh digunakan.

(d) Metode Pretensioning

Harus ada catatan mengenai kekuatan pendongkrakan dan


perpanjangan (elongations) yang ditimbulkan, serta umur
minimum (dalam jam) beton pada saat tendon dilepas.
Beberapa unit dapat dicetak dalam satu barisan kontinyu dan

113
ditekan sekaligus, tetapi di antara ujung-ujung unit harus
dibuat/disisakan ruang secukupnya untuk pemotongan beton
bila kekuatan beton sudah mencapai yang ditentukan.

Tekanan ikat (bond stress) tidak boleh diberikan kepada


beton atau angkur akhir (end anchors) tidak boleh dilepas
sebelum beton mencapai kuat tekan tidak kurang dari 85%
kekuatan umur 28 hari yang telah ditentukan oleh contoh
standar yang dibuat dan diberi pengawetan sama dengan
suku-sukunya. Elemen-elemen pra-tekan harus dipotong atau
dilepaskan dengan cara tertentu sehingga eksentrisitas pra-
tekan minimum.

(e) Pengawetan (Curing)

Dua sampai empat jam setelah penuangan beton dan setelah


beton mencapai tahap kering awal, proses awal pengawetan
uap harus dilakukan. Bila beton diberi campuran pelambat
(retarding admixture), maka tenggang waktu itu harus
ditambah menjadi 4 sampai 6 jam. Metode pengawetan air
harus digunakan sejak beton dituang sampai pengawetan uap
mulai diberikan. Kelembaban uap harus 100% agar kadar air
tidak hilang, dan agar kadar air cukup untuk proses hidrasi
pada semen. Pengawetan uap tidak boleh langsung pada
beton.

Selama pemakaian uap, suhu udara sekitar harus naik tidak


lebih dari 22°C per jam sampai tercapai suhu maksimum, dan
suhu itu harus dipertahankan sampai beton mencapai
kekuatan yang diinginkan. Dalam menghentikan proses
pengawetan uap, suhu udara sekitar tidak boleh lebih dari
22°C per jam sampai tercapai suhu 10°C lebih tinggi dari
suhu udara tempat beton harus dibuka. Maksimum suhu
pengawetan harus 60°C sampai 67°C.

114
(f) Metode Post-tensioning

Penekanan tulangan pra-tekan (prestressed reinforcement)


tidak boleh dimulai sebelum pengujian silinder beton, yang
dibuat dari beton yang sama dengan suku masing-masing
yang harus diberi proses pra-tekan, menunjukkan bahwa
beton sudah mencapai kuat tekan yang ditentukan dalam
Gambar atau petunjuk Konsultan Pengawas.

Beton cast-ini-place tidak boleh diberi post-tensioning


sebelum 10 hari (sekurang-kurangnya) setelah beton terakhir
dituang ke dalam suku unit yang harus diberi Post-
tensioning, dan sebelum kekuatan kompresi dari beton yang
sudah dituang itu mencapai tingkat yang ditentukan untuk
beton pada saat ditekan.

Semua cetakan sisi dan dalam untuk girder harus dibongkar


sebelum pelaksanaan post-tensioning. Falsework di bawah
slab yang menyangga struktur utama tidak boleh dilepaskan
sebelum jangka waktu minimum 48 jam setelah proses
grouting pada tendon post-tensioning, atau pun sebelum
syarat-syarat lain dalam spesifikasi ini terpenuhi. Falsework
penyangga harus dibangun sedemikian rupa sehingga bagian
struktur utama dapat bebas melepaskan falsework dan
mengalami pemendekan pada waktu proses post-tensioning.

Harus ada catatan mengenai tekanan (gauge pressure) dan


perpanjangan pada setiap waktu, dan harus diajukan kepada
Konsultan Pengawas untuk disetujui.

Gaya dari alat angkur (anchoring devices) harus disebarkan


pada beton dengan alat yang disetujui yang dapat
menyebarkan tekanan beban secara efektif pada beton.

Bila ujung unit yang sudah diberi post-tensioning harus tidak

115
ditutupi beton, peralatan angkur (anchoring devices) harus
dihentikan agar ujung baja pra-tekan dan semua bagian
peralatan angkur berada sekurangkurangnya 50 mm ke dalam
permukaan akhir dari suku unit, kecuali bila ada penanaman
(embedment) yang lebih besar pada Gambar Rencana.

(g) Baja pengikat (Bonding steel)

Baja pra-tekan harus diikatkan ke beton dengan menambal


rongga antara pipa (ducts) dan tendon dengan adukan grout.
Semua pipa (ducts) harus bersih dari bahan-bahan yang
berbahaya yang dapat merusak ikatan grout atau mengganggu
proses grouting (Pengisian adukan semen).

(h) Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan

Penanganan dan pemindahan beton pra-tekan precast harus


hati-hati. Slab dan girder precast harus diangkut dengan
posisi tegak lurus, tidak boleh ada guncangan pada titik-titik
penyanggaan dan arah reaksi yang berkenaan dengan suku
unit harus ditentukan bila suku unit sudah mencapai posisi
final. Bila Kontraktor menganggap lebih baik mengangkut
atau menyimpan unit-unit beton pra-tekan precast dengan
posisi lain, maka resikonya ditanggung sendiri setelah
memberitahu Konsultan Pengawas.

(i) Menandai bagian/suku beton pra-tekan precast

(j) Menguji bagian/suku beton pra-tekan precast

Bila ada perintah dari Konsultan Pengawas, satu tiang atau


lebih harus diuji beban (loading test). Kontraktor harus
meminta persetujuan Konsultan Pengawas terlebih dahulu,
mengenai detail tata cara pengujian. Balok yang harus diuji
pada titik-titik dudukan (bearing), harus diberi penyangga,
dan defleksi naiknya akibat tenaga pra-tekan harus diukur

116
relatif terhadap garis yang menghubungkan titik-titik itu.

BAGIAN VII
PONDASI SUMURAN

Pasal 1 Material

(a) Umum

Batang tulangan induk harus berupa satu batang utuh, dan


bila hal ini tidak praktis, batang-batang terpisah dapat
disambungkan dengan metoda yang disetujui Konsultan
Pengawas. Pondasi sumuran harus dilaksanaan dengan
dimensi dan kedalaman yang sesuai perhitungan konsultan
perencana.

(c) Tulang Penguat (Reinforcement)

Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat –


syarat:
a. Pada SKSNI T- 15-1991-03
b. Bebas dari kotoran, lapisan lemak, minyak, karat
dan tidak cacat.
c. Mempunyai penampang yang sama rata.
d. Tulangan yang digunakan untuk menguatkan
pondasi sumuran yang harus sesuai dengan
dimensi dan perhitungan Konsultan Perencana.
e. Dan tulangan harus disimpan dengan baik
sehingga mutu tulangan akan tetap terjaga. Proses
pembengkokan tulangan harus sesuai dengan
standar yang berlaku.
(e) Beton Cyclop

117
Komposisi beton cyclop terdiri dari beton dengan mutu
beton K175. Komposisi pemasangan 1 m3 beton cyclop
diperlukan antara lain 60% beton campuran (1 Portland
Cement : 2 Pasir Batu : 3 Kerikil) dan 40% batu mangga
ukuran 10-20 cm. Pemasangan beton cyclop dilakukan
sesudah 7 hari pengecoran selesai.

Pasal 2 Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Pekerjaan Penggalian

(i) semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar


dan syarat yang ditentukan sampai kedalaman lapis
tanah keras. Ditambah lagi 1,5 meter bila
memungkinkan

(ii) dasar dari semua galian harus waterpass. Bilamana


pada dasar setiap galian masih terdapat akar-akar atau
bagian-bagian yang gembur, maka harus digali keluar.
Sedangkan lubang yang tadi, diisi kembali dengan pasir
dan dipadatkan, sehingga mendapatkan dasar yang
waterpass.

(iii) Terhadap kemungkinan adanya air didasar galian baik


pada waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan
pondasi harus disediakan pompa atau pompa lumpur
jika diperlukan

(iv) Pemborong harus memperhatikan pengamanan


terhadap dinding tepi galian, agar tidak longsor
dengan memberikan suatu dinding penahan

(v) Semua tanah yang berlebihan yang berasal dari


pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah tertentu,

118
yaitu sampai mencapai ketinggian tanah asli harus
disingkirkan dari halaman pekerjaan.

(b) Pekerjaan Pebuatan Bekisting

(i) Cetakan harus bisa memungkinkan pada pekerjaan


pemadatan beton. Sisi cetakan dapat dibongkar kapan
saja paling lambat 24 jam setelah selesai pengecoran
beton.

(ii) Tetapi pondasi sumuran harus tetap disangga paling


sedikit 7 hari dan tidak boleh mendapat tekanan-tekanan
sebelum berumur 21 hari, atau sebagai mana ketentuan
Konsultan Pengawas berdasarkan hasil uji kekuatan.

(iii) Bekisting tidak boleh memiliki celah agar tidak ada beton
yang keluar dan bocor. Sehingga pekerjaan harus selalu
diawasi oleh konsultan pengawas.

(c) Pekejaan Penulangan

(i) Pekerjaan pemasangan penulangan harus diletakan


dengan jarak yang sesuai dengan perhitungan
konsultan perencana.

(ii) Pemasangan tulangan harus memperhatikan jarak


selimut beton yaitu 3 cm

(iii) Ketika melakukan pekerjaan pemasangan tulangan


harus di perhatikan pengikatan antar tulangan terikat
dengan baik dengan kawat bendrat

(vi) Konsultan Pengawas harus memeriksa tulangan beton


yang telah terpasang dan menyetujuinya, saat sebelum
beton dicor. Selama pengecoran beton, harus ada
tukang pasang tulangan beton yang perpengalaman,
untuk menjaga agar tulangan beton tidak ada yang

119
lepas pada waktu beton, dicor, dan bila ada, tulang
harus dibetulkan sebelum pengecoran diteruskan

(d) Pekerjaan Pengecoran

(i) Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat


pengecoran dengan menggunakan cara atau metode
yang sepraktis mungkin sehingga tidak
memungkinkan adanya endapan agregat dan
tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari
luar

(ii) Pemakaian beton ready mix harus mendapat


persetujuan direksi baik mengenai nama perusahaan,
alamat maupun kemampuan alat-alat.

(iii) Penggunaan alat-alat pengangkut mesin haruslah


mendapat persetujuan pengawas, sebelum alat-alat
tersebut didatangkann ketempat pekerjaan.

(iv) Semua alat-alat pengangkut yang digunakan pada


setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan
yang mengeras.

(v) Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai


sebelum pemasangan besi beton selesai di periksa
oleh dan mendapat persetujuan pengawas.

(vi) Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu tanpa


berhenti untuk keseluruhan dari seluruh pilecap dan
diberi tanda maupun tanda pengecorannya

(vii) Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dan tidak


dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan
dari suatu ketinggian yang akan menyebabkan
endapan agregat.

120
(viii) Beton dipadatkan menggunakan vibrator selama
pengecoran berlangsung dan dilakukan dengan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak posisi
tulangan.

(ix) Pemadatan beton secara berlebihan menyebabkan


kebocoran melalui acuan harus dihindari.

(e) Pekerjaan Curing dan Pelindung Atas Beton

(i) beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses


pengerasan terhadap matahari, angin, hujan atau aliran
air dan perusakan secara mekanis.

(ii) semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap


basah selama 10 hari dengan menyemprotkan air.

(iii) terutama pada pengecoran beton pada waktu panas,


curing dan pelindung atas beton harus diperhatikan.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas keretakan
beton karena kelalaian.

BAGIAN IX
SAMBUNGAN EKSPANSI JEMBATAN
(BRIDGE EXPANSION JOINT)

Pasal 1 Uraian

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan sambungan


ekspansi pada geladak/dek jembatan.

Pasal 2 Pengajuan

Contoh dari material sambungan ekspansi yang direncanakan harus


digunakan Kontraktor, bersama-sama dengan menyatakan

121
sumbernya dan data uji menyatakan sifat-sifatnya harus diserahkan
pada Konsultan Pengawas dan disetujui sebelum penyediaan
sambungan itu. Kontraktor harus menyerahkan sertifikat pabrik
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
sebelum menyediakan sambungan itu.

Pasal 3 Tipe-tipe Sambungan Ekspansi Jembatan (Expansion Joint)

(a) Sambungan seal tipe karet Sambungan seal karet tipe A dan
tipe B harus sambungan selebar 30 mm dan 50 mm.

(b) Tipe karet Sambungan ekspansi karet tipe C harus untuk


sambungan selebar 20 mm. 30 mm, 40 mm dasn 50 mm.

(c) Tipe Sealant Sealant tipe D harus untuk sambungan tetap.

(d) Asphaltic Plug Joint Tipe E harus untuk sambungan bergerak


dan Tipe F untuk sambungan tetap.

Pasal 4 Material

(a) Material untuk sambungan seal karet tipe A dan tipe B harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi berikut:

(i) Mortar Epoxy


Material yang digunakan harus merupakan komposisi
dan Spesifikasi berikut :
- Komposisi (berat)
Pasir Silika No. 3 = 4,00 kg (diameter butir 1,68 - 1,19
mm)
Pasir Silika No. 4 = 2,50 kg (diameter butir 1,19 - 0,59
mm)
Pasir Silika No. 7 = 2.50 kg (diameter butir 0.42–0.105
mm)
Bubuk Silika = 1.00 kg
Epoxy binder = 1.00 kg

122
- Spesifikasi
Berat jenis = 2,20 ± 0,10
Kekuatan lentur JIS R 5201 = ≥ 50 kg/cm2
2
Kekuatan tekan JIS R 5201 = ≥ 150 kg/cm
Modulus Young tekan JIS R 5201 = (0,5-2,0)x10000
2
kg/cm
- Pasir Silika
Material yang digunakan harus bersih dan kering,
gradasi untuk tiap ukuran harus minimum 85% Si
02.
- Epoxy binder
Material yang digunakan harus memenuhi
Spesifikasi berikut:
Berat jenis JIS K 7112 = 1,08 ± 0,10
Kekuatan tarik JIS K 6301 = ≥ 50 kg/cm2
Perpanjangan JIS K 6301 = ≥ 100%
(ii) Plastik bertulangan fiber
Material yang digunakan harus memenuhi Spesifikasi
berikut:
Kekuatan tarik = ≥ 270 kg/mm2
Young Modulus tarik = 22000 - 24500 kg/mm2
Massa = 0,396 ± 0,016 g/m
(iii) Seal Sambungan Karet
Material yang digunakan harus memenuhi Spesifikasi
berikut:
Kekuatan tarik JIS K 6301 = ≥ 120
kg/cm2
Perpanjangan JIS K 6301 = ≥ 300%
Kekerasan JIS K 6301 = ≥ 50 ± 5 Hs
Regangan permanen tekan = ≤ 35%
JIS K 6301 (pada 70°C, 22 jam)

123
Kekuatan robek JIS K 6301, = ≥ 30 kg/cm2
(iv) Bahan Pengikat untuk Seal Sambungan Karet
Berat jenis JIS K 6911 = 1,20 ± 0,10
Viskositas JIS K 6838 = Kondisi
pasta
Kekuatan adhesi kulit JIS K = ≥ 3 kg/cm2
6854 (Kekuatan adhesi kulit 180
derajat antara mortar dan karet
vulcanized) = ≥ 200 %
Kekuatan tarik JIS K 6301 = ≥ 200 %
Perpanjangan JIS K 6301

(b) Material untuk sambungan ekspansi karet tipe C harus


memenuhi ketentuan Spesifikasi berikut:

(i) Sambungan Karet


Sambungan ini merupakan karet sintetik (Neoprene)
yang tahan terhadap cuaca, oli, minyak, dan lain-lain,
yang berfungsi untuk mengakomodasi movement yang
terjadi. Mutu elemen neoprene seal berkualitas tinggi
dengan standar sebagai berikut :
a. Tensile Strength, min : 13.9 mPa ASTM D-412
b. Hardness, Shore A durometer : 55 ± 5 ASTM D-
2240
c. Elongation at break, min : 250 % ASTM D-412
d. Oven aging, 70 hours at 100°C Tensile Strength,
loss max. : 20 % ASTM D-573 Elongation, loss
max. : 20 % ASTM D-573 Hardness, Shore A duro
change :0 to +10 points ASTM D-573
e. Oil Swell, ASTM Oil 3, 70 hours : 45 % ASTM D-
471 at 100°C, weight change max.
f. Ozone Resistant, 20 % strain, 3 : No Cracks ASTM
D-1149 PPM in air, 70 hours at 40°C

124
(ii) Epoxy Adhesive
Material epoxi adhesive adalah epoxi perekat antara
dinding celah dengan Expansion Joint Seal yang
memenuhi standar mutu sebagai berikut :
a. Memenuhi standar ASTM C 881-90
b. Tensile Strength : 13.9 mPa ASTM D-638
c. Compressive Strength : 34.5 mPa ASTM D-695
(iii) Polymer Concrete Header
Material ini adalah material Polyurethane 100 % solid
yang digunakan pada konstruksi eksterior yang tahan
terhadap benturan beban lalu lintas berat (impact
resistant), sinar matahari, ozon, abrasi dan pengaruh
kimia lainnya.

Mutu material Polymer Concrete Header berkualitas tinggi dengan


standar mutu sebagai berikut :

TEST with BINDER and AGGREGATE

Compressive Strength ASTM D-695 15 mPa (2200 psi)

5 % Compressive Stress ASTM D-695 2 mPA (300 psi)

5 % Resilience ASTM D-695 95 %

Impact Resistance ASTM D- 158°F No Cracks


3209 0°F
No Cracks
-32°F
No Cracks

Cure Time (Open Traffic) 21-32°C 2-3 hours

(c) Material Sealant

1. Material sealant terdiri dari 2 bagian material


polysulphine sesuai dengan JIS K 6301

125
Perpanjangan = 500 %
2
Kekuatan tarik = ≥ 8 kg/cm
2. Compriband merupakan busa Polyurethane yang di
impregnasi dengan bitumen emulsi, elastis dan permanen.
Ketahanan panas = 120 %
Ketahanan penuaan = 30 tahun (aging)
Tebal minimum -Max = 2 – 10 cm
Lebar minimum -Max = 1 – 50 cm

(d) Material Asphaltic Plug Joint

Material harus sesuai dengan Spesifikasi berikut ini :

(i) Kompensasi (berdasarkan berat)

BJ 200 Binder = 666 kg (Polymer Material


Bituminous)

BJ Agregat = 2.000 kg

(ii) Spesifikasi

• BJ 200 Binder

- Titik lembek = > 95 °C (diuji dengan Ring and


Ball Method – ASTM. E 28)

- Kekuatan leleh = 0 (phase test, 60 °C, 5 jam)

- Penetrasi Conus = 10 – 30 mm (jika diuji pada 25


°C 150 g, 5 sec – ASTM D 217)

- Extension Test = to pass 3 cycles of extension to


50% at a rate of 3.2 mm/h prepares to ASTM
D1190 and tested to limits of BS2499 : 1973

• BJ 200 Binder

126
Material yang digunakan dari satu macam ukuran.

Batu granite 20 mm (14 mm jika kedalaman dan


pada sambungan lebih dari 75 mm).

Sifat dari batuan sesuai di bawah ini :

Nilai Impact Agregat (%) : < 15

Nilai Pecah Agregat (%) : < 20

Nilai Abrasi Agregat (%) :<8

Nilai Polished Stone : > 55

Indeks Kepipihan (%) : < 25

Indeks Bentuk dan Ukuran per BS 594 (%) : < 60

Peralatan pekerjaan asphaltic plug joint adalah sebagai


berikut:

(i) Kompresor udara panas, minimal dapat


menyemprotkan udara panas dengan kecepatan 550 m
per menit pada temperatur 1.000 °C saat kompresor
mempunyai tenaga minimal 85 putaran/menit.

(ii) Mesin pengaduk berlubang dengan kapasitas 90 – 100


liter dengan lubang pembuang abu.

(iii) Pemanas sealant dengan semburan api dilengkapi


agitator datar kapasitas minimum 450 liter.

(iv) Mesin pengaduk (tidak berlubang) sebagai alat


pencampuran material.

Pasal 5 Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Penyimpanan dan Persiapan

Material sambungan ekspansi yang dibawa ke lokasi


127
pekerjaan jembatan harus disimpan pada rak/panggung di
atas permukaan tanah dengan dilindungi penutup.

Material harus terlindung dari kerusakan, dan ketika


diletakan harus bersih dari kotoran, minyak atau bahan asing
lainnya. Material cetakan (premoulded) harus berpotongan
sebesar mungkin. Material harus dipotong bersih dan rapih
dengan pemotong yang tajam tidak boleh ada pinggiran yang
kasar dan bergerigi. Penyambungan harus menurut instruksi
pabrik pembuat material itu.

(b) Pemasangan

(i) Umum - Sambungan ekspansi harus dibentuk per


bagian/potongan, dan harus dari tipe material yang
tertera dalam gambar atau persetujuan Konsultan
Pengawas. Ukuran celah antara sambungan harus
sebanding dengan suhu rata-rata pada jembatan pada
saat pemasangan. Suhu ini ditentukan menurut
persetujuan dengan Konsultan Pengawas.

(ii) Penempatan mortar epoxy -Penempatan mortar epoxy


untuk sambungan, tipe A dan tipe B harus dilaksanakan
dalam 2 (dua) tahap. Lapisan dasar mortar harus
diletakan setelah epoxy binder digunakan pada
permukaan pelat dan bagian sisi dari perkerasan dan
mortar dipadatkan dengan menggunakan mesin
penggetar sampai ketebalan 2,0 cm dari permukaan
perkerasan. Bagian atas mortar harus diletakkan setelah
dilekatkan plastik bertulangan fiber. Lapisan atas harus
dipadatkan dengan penggetar sampai permukaan
perkerasan. Finishing kasar harus dilaksanakan dengan
sekop kayu dan finishing akhir dengan sekop logam.

(iii) Pencegahan kerusakan - Selama pengecoran dan

128
pengerasan beton atau adukan (mortar) di bawah
komponen-komponen sambungan ekspansi, harus
dicegah jangan sampai ada gerakan relatif antara
komponen dan beton itu dengan penyangga. Bila
setengah bagian sambungan sedang dipasang setengah
lainnya jangan mengalami kekangan longitudinal.

(iv) Waktu pemasangan -Pemasangan sambungan ekspansi


harus dilakukan setelah pekerjaan jalan di atas
jembatan sudah selesai.

(v) Pemasangan sambungan tipe Bitumen Binder Karet

Pemasangan harus dilaksanakan memenuhi persyaratan


berikut, atau sesuai dengan petunjuk pabrik.

(a) Waktu Pemasangan -Pemasangan sambungan


ekspansi dilaksanakan setelah pekerjaan
perkerasan dan struktur selesai.

(b) Penandaan - Sambungan harus ditandai sampai


lebar seperti terlihat pada Gambar atau seperti
perintah Konsultan Pengawas.

(c) Galian - Aspal harus dipotong penuh dan


dipatahkan dengan tangan sampai pelat struktur
asalkan pelat beton tidak rusak.

(d) Pembersihan - Seluruh sambungan harus bersih


dan kering menggunakan angin bertekanan panas
segera sebelum diisi. Semua debu lepas harus
dibersihkan dari celah ekspansi.

(e) Pendempulan - Celah ekspansi harus didempul


dengan tarred hemp sehingga 25 mm Grider pada

129
celah ekspansi antara bagian atas dan permukaan
akhir dari dempul.

(f) Tangki - Sambungan harus dilapisi dengan binder


panas segera setelah pendempulan dan
pembersihan.

(g) Pelat- Celah sambungan harus ditutup dengan


strip alumunium sesuai dengan lebar dan kondisi
celah.

(h) Pemasangan Material - Lapisan dari batu panas


tidak kurang dari 20 dan tidak lebih dari 40 mm
ketebalan harus diletakan pada parit dan diisi
binder panas. Tiap lapisan harus digaruk untuk
memastikan batuan terlapisi dan rongga-rongga
diisi. Proses ini dihentikan kira-kira 25 mm dari
bagian atas galian untuk pemakaian lapisan
permukaan akhir.

(i) Lapisan permukaan - Material pre-mix panas


harus ditransfer pada sambungan dan disebarkan
sampai mengisi.

(j) Pemadatan - Material harus segera dipadatkan


segera setelah diisi menggunakan pelat vibrator
atau roller yang dibasahi. Sekurangkurangnya
tiga lintasan untuk mengakibatkan sambungan
rata dengan permukaan jalan.

(k) Pekerjaan akhir - Permukaan Sambungan dan


sekitar jalan harus dikeringkan dan dibersihkan
dengan udara bertekanan sebelum tahap akhir
segera sesudah itu lapisan binder panas diberikan
untuk mengisi semua rongga permukaan.

130
Pasal 6 Pelaksanaan Pekerjaan Asphaltic Plug Joint

Pemasangan sambungan ekspansi harus dibentuk sesuai detail dan


tipe yang tertera dalam Gambar atau, atas persetujuan Konsultan
Pengawas dan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik.

(i) Agregate harus dalam keadaan kering betul, bersih dan


dipanaskan pada bak pengaduk disemprot dengan udara
panas dari kompresor.

(ii) Binder dipanaskan pada temperatur 190 – 220 °C.

(iii) Sebaiknya lapisan batu granit panas ketebalannya tidak boleh


kurang dari 20 mm dan tidak lebih dari 40 mm dihampar
pada permukaan beton. Setelah seluruh permukaan beton
selesai dilapisi dan segera dihampar dengan binder panas.
Setiap lapisan sebaiknya diaduk-aduk untuk memastikan
bahwa batu granit tersebut telah terlapisi dan menutup pori-
porinya. Proses ini akan dihentikan bila mencapai ketebalan
25 mm dari permukaan dimaksudkan sebagai lapisan akhir.

(iv) Lapis Permukaan – campuran material panas yang akan


disiapkan dengan metode lain harus ditransfer ke lokasi
sambungan dan dihamparkan ke daerah yang akan diisi.
Lapis permukaan ini harus dipadatkan dengan menggunakan
Vibrator Plate guna meratakan permukaan tersebut.

(v) Lapis Akhir – permukaan sambungan dan


sekelilingnya haruslah dibersihkan dan dikeringkan
dengan kompresor. Setelah itu segera dilapisi binder
panas guna mengisi/menutupi celah-celah pada
permukaan.

131
BAGIAN X
BRIDGE BEARINGS ( BEARINGS PAD )

Pasal 1 Uraian

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan bearing shoes


dan bearing pads untuk bangunan atas jembatan, dan lembaran
karet untuk RC frame dan plat injak (approach slabs).

Pasal 2 Material

(a) Bearing Shoes

Material untuk bearing shoes tipe umum harus memenuhi


ketentuan berikut:

JIS G 3101 : Baja Gulung untuk struktur umum SS-41

JIS G 5101 : Baja Karbon Tuang SC-46

JIS G 5102 : Kuningan Tuang Kuat Tarik Tinggi HBsC3

Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan usulan untuk


material ini untuk meminta Persetujuan Konsultan Pengawas
sebelum menyediakan bearing shoes Type seperti dalam
Gambar.

(b) Bearing Pads

Bearing Pads terdiri lapisan elastometer dan logam, atau


elastometer dan serat yang direkatkan menjadi satu kesatuan.
Bahan dasar elastomer adalah karet alam (natural rubber)
atau karet sintetis (chloroprene) yang harus memenuhi
persyaratan berikut:

No. Uraian Test ASTM Persyaratan

132
1. Hardness D 2240 65 ±5

2. Tensile Strength D 412 Min. 169 kg/cm2

3. Elongation at Break D 412 Min. 350 %

4. Shear Strength D 624 Min. 15 kg/cm2

5. Compression Set, 22 jam D 395 Min. 25 %


pada suhu 70 ° C

6. Ozone Resistance, 20 % Tidak retak


strain pada suhu 38°C±1°C
D 1149 (No cracks)
selama 100 jam

7. Accelerated Aging selama


70 jam pada suhu 100°C

- Perubahan Hardness
D 573 Maks. +10 point
- Perubahan Tensile
Maks. – 15 %
Strength
Maks. -40 %
- Perubahan Elongation at
Break

8. Adhesion Strength Min. 714 kg/m

Kekuatan adhesi vulkanisasi D 429

Kontraktor harus menyerahkan sertifikat dari pabrik dan hasil


test tersebut diatas untuk disetujui Konsultan Pengawas
sebelum menyediakan bearing pad.

Pasal 3 Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Bearing Shoes

133
(i) Bearing shoes umumnya harus dipasang tepat pada
posisi yang ditentukan, sebelum pelaksanaan pekerjaan
bagian bangunan atas jembatan dilakukan. Pekerjaan
pemasangan ini harus dikerjakan hati-hati dengan
adukan mortar khusus yang tidak susut (non-shrink
mortar) sehingga alas bearing shoes melekat pada
bagian atas pier atau abutment secara kokoh.

(ii) Memasang baut angkur - pemasangan baut angkur.

(iii) Klasifikasi bearing shoes adalah sebagai berikut :

Type Beban Perencanaan Keterangan

Type A 125 Ton Moveble Bearing

Type B 150 Ton Moveble Bearing

Type C 175 Ton Moveble Bearing

Type D 275 Ton Moveble Bearing

Type E 450 Ton Moveble Bearing

Type F 450 Ton Fixed Bearing

1. Umum

a. Lingkup Pekerjaan :

Disain (Perencanaan, Pembuatan, Pengiriman,


dan Pemasangan Pot Bearing).

b. Perhitungan Pot Bearing dan Shop Drawing :

- Shop drawing yang disampaikan tersebut


harus menunjukkan dengan jelas ukuran
plat, alat pelengkap penyambungan,
ukuran angkur dan jenis pengencang
(mur, baut dan ring) serta peralatan
134
tambahan lainnya. Untuk gambar
penyambungan dengan las harus
menggunakan simbol standar pengelasan
termasuk panjang bersih pengelasan.

c. Surat Lisensi :

Pot Bearing dirakit / diproduksi di negara


bukan dari tempat asal negara yang
bersangkutan (perakitannya dilakukan di
negara lain), maka sebelum mengajukan
perhitungan dan shop drawing pihak rekanan
harus menunjukkan surat lisensi yang
diterbitkan langsung oleh pabrik negara asal
tempat Pot Bearing itu di produksi awal.

2. Design dan Pembuatan

Disain dan pembuatan Pot Bearing harus


memenuhi semua persyaratan-persyaratan
termasuk persyaratan desain seperti yang
tercantum dalam Gambar Rencana, dan diproduksi
sesuai dengan ketentuan AASHTO 1992 atau BS
(British Specification) 5400 bagian 9 dan juga
petunjuk serta persyaratan yang diuraikan dalam
Spesifikasi dibawah ini :

a. Perakitan Pot Bearing

1. Jenis – jenis Pot Beraing yang akan


diproduksi meliputi Fixed, Guided dan Free
(Multi Directional) sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar dan harus
mampu memenuhi semua persyaratan :

135
- Beban yang disyaratkan sebagaimana
disebutkan dalam Gambar Rencana.

- Movement (pergerakan/pergeseran)
sebagaimana disebutkan dalam Gambar
Rencana.

- Rotasi (min. 0,02 radian)

2. Kondisi beban bekerja penuh

Desain Pot Bearing harus


memperhitungkan kondisi pada saat beban
bekerja penuh sedemikian rupa, sehingga
tidak mengalami kerusakan yang dapat
mempengaruhi kinerja dan fungsinya atau
dapat menyebabkan pengeluaran biaya
perawatan yang sedemikian besar dalam
kurun waktu umur manfaat Pot Bearing.

3. Kondisi batas Ultimate

Kekuatan batas dan stabilitas Pot Bearing


harus cukup kuat untuk menahan beban
desain ultimate dan dapat menerima
pergerakan/ pergeseran struktur yang
terjadi.

4. Umur Rencana

Pot Bearing dan hasil pemasangannya


harus mempunyai umur
penggunaan/pemakaian yang sepadan
dengan umur rencana Jembatan. Oleh
karena itu pihak calon rekanan dan/atau
Sub Kontraktor harus memberikan surat

136
jaminan (garansi) minimal 10 tahun
terhadap produksi Pot Bearing dan
pemasangannya.

5. Regangan Tahanan terhadap Translasi :

Pot Bearing harus didesain sedemikian rupa


sehingga mempunyai regangan tahanan
yang cukup kuat untuk menahan pergeseran
translasi akibat pengaruh beban (service
load) ataupun 10 % dari rencana beban
tetap arah vertical dan ditentukan
berdasarkan pengaruh yang terbesar.

6. Pelat untuk Pot Bearing baik yang berupa


bahan baja maupun stainless steel harus
dibentuk dari bahan dasar yang utuh (solid)
, bukan dari baja tuang maupun hasil
penyambungan dengan las.

b. Bahan

1. Bahan yang digunakan untuk pembuatan


Pot Bearing harus dari bahan baku yang
baru, bukan dari bahan baku bekas ataupun
dari bahan daur ulang.

2. Semua komponen baja untuk pembuatan


Pot Bearing harus dari baja tahan cuaca
sebagai disyaratkan dalam ASTM A588
atau BS Grade 50.

3. Penyelesaian semua komponen Pot Bearing


yang meliputi plat atas dan plat dasar harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

137
a. Sebelum perakitan harus dibersihkan
dengan menggunakan udara tekanan
tinggi (Blast Clean) sesuai dengan
SSPC-SP8 commercial Blast Cleaning.

b. Semua permukaan harus di Prime Coat


sebelum dirakit.

c. Semua permukaan Expose harus diberikan


“one top coat”.

d. Cat yang digunakan untuk melapisi


permukaan harus diberi bahan Zinc dan
mempunyai lapisan akhir berupa lapisan
film setebal 100 m minimum.

e. Semua peralatan pengencang/ pengikat


seperti baut, mur dan ring harus tahan
terhadap karat (galvanized).

f. Lempengan Stainless Steel harus diberi


bahan yang memenuhi persyaratan BS
Type 316. Penyambungan antara
stainless steel dan plat baja harus
dilakukan dengan menggunakan
pengelasan dengan cara menerus (tidak
terputus). Permukaan stainless steel
yang berhubungan dengan Poly Tetra
Flour Ethylene (PTFE) harus merupakan
permukaan yang benar-benar licin
dengan kualitas seperti kaca cermin
(bright annealed mirror, No. 8) dengan
ketidakrataan/kekasaran permukaan
kurang dari 0,0005 mm persegi.
Pembuatan permukaan dengan kualitas

138
tersebut diatas dilakukan bukan dengan
cara mekanis (menggosok permukaan
dengan amplas hingga licin), tetapi
melalui proses kimiawi, yaitu annealed
mirror (pemanasan permukaan yang
kemudian didinginkan secara perlahan-
lahan, sehingga tidak getas).

g. PTFE (Poly Tetra Fluor Ethylene)

- Merupakan bahan Polymer murni 100


% yang harus memenuhi persyaratan
ASTM D1457-91a, unfilled (polos)
atau filled (terisi) dengan bahan yang
sesuai dan / atau diperkuat untuk
mengurangi kecenderungan aliran
udara dingin sehingga kualitas gesekan
PTFE yang disyaratkan dapat tetap
dipertahankan.

- Bagian PTFE yang akan disambungkan


dengan baja harus dibuat kasar sebelum
dilakukan penyambungan.

- Ketentuan ini berlaku untuk PTFE


menurut Tabel dibawah ini.

ASTM Lembaran Lembaran Lembaran Fabrikasi


Sifat (metode Tanpa isi dengan dengan woven
Phisik test) 15% 25% fiber
fiberglass carbon
Specific D4894, 2,16±0.03 2,22±0.03 2,10±0.03 -
Grafity D4895
atau

139
D5977
Melting D4894, 623±2 621±18 621±18 -
Point (°F) D4895
atau
D5977
Tensile D4894, 2800 1 2000 2 1300 2 24000
Strength D4895
(psi) atau
D5977
Elongation D4894, 200 1 150 2 75 2 35 1
at Break D4895
(%) atau
D5977
1
digunakan metode test ASTM D 2256
2
digunakan metode test ASTM D 638

- Bahan baku PTFE tersebut harus


memenuhi persyaratan :

 Tahan terhadap semua jenis produk


asam, alkali serta minyak.

 Stabil pada suhu antara –220 C sampai


dengan 260 C.

 Tidak mudah terbakar.

 Tidak menyerap air.

h. Bahan Elastomer dari bahan karet jenis


chlorophene yang dilebur menjadi satu
bagian. Karakteristik/ sifat fisik karet
alam yang digunakan harus memenuhi
persyaratan sebagaimana tersebut dalam

140
dalam ketentuan Tabel pada S10.10(2)b
pada Spesifikasi ini.

c. Toleransi

1. Toleransi semua dimensi bagian-bagian


bearing tidak boleh lebih dari  3 mm pada
arah mendatar maupun pada arah vertical.

2. Toleransi kemiringan PTFE maksimum


sebesar 0,2 mm untuk diameter atau
panjang diagonal kurang dari 800 mm.
Sedangkan untuk diameter lebih besar dari
800 mm toleransinya adalah 0,025 % dari
diameter atau panjang diagonal. Untuk
bidang PTFE yang membuat lebih dari satu
bagian PTFE, maka digunakan ukuran
diameter lingkaran atau panjang diagonal
dari segi empat (rectangle) yang
mengelilingi PTFE.

3. Toleransi dimensi PTFE arah mendatar


tidak boleh lebih dari  1,00 mm.

4. Toleransi ukuran cerukan (recess) untuk


sisi PTFE adalah :

 Antara 0 mm hingga + 1 mm untuk


dimensi PTFE tidak lebih dari 500 mm.

 Antara 0 mm hingga 2 % dari dimensi


PTFE yang lebih besar dari 500 mm.

5. Toleransi kerapatan antara piston dan pot,


yaitu antara + 0,75 mm sampai +1,25 mm.

3. Pengetesan

141
a. Ketentuan Umum

Pengetesan Pot Bearing harus dilakukan


minimal satu buah untuk masing-masing type
Pot Bearing, yaitu Fixed, Guided dan Free
Pot Bearing. Jadi ada tiga Type Pot Bearing
yang akan dilakukan pengetesan (sesuai yang
dipakai dalam Gambar Rencana). Biaya
pengetesan yang akan dilakukan harus sudah
diperhitungkan dalam harga yang diajukan
dalam penawaran. Pelaksanaan pengetesan
dilakukan setelah pembuatan Pot Bearing
selesai. Pengetesan minimal harus disaksikan
oleh dua orang wakil dari Pemberi Tugas, satu
orang dari Konsultan Pengawas dan wakil dari
Kontraktor.

b. Ketentuan Teknis

Ketentuan pelaksanaan pengetesan yang


dilakukan secara terpisah untuk masing-
masing item pengetesan, meliputi :

1. Pengetesan arah vertikal dilakukan dengan


gaya sebesar 100 % dari beban vertikal
maksimum pada kondisi ultimate (Sesuai
tabel gaya Pot Bearing pada Gambar
Rencana).

2. Pengetesan arah Horizontal (gaya geser)


dilakukan dengan gaya sebesar 100 % dari
beban horizontal maksimum kondisi
ultimate (sesuai tabel gaya Pot Bearing
pada Gambar Rencana).

142
3. Pengetesan sliding (gelincir) pada Pot
Bearing type Guided untuk menentukan
koefisien geser pada kondisi beban vertikal
maksimum dan minimum.

4. Pengetesan terhadap rotasi maksimum yang


terjadi pada kondisi beban bekerja (service
load) yang terjadi bersama-sama baik beban
vertikal maupun beban horizontal.

(b) Bearing Pads

Bearing pads harus dipasang tepat pada tempatnya sesuai


dengan petunjuk Konsultan Pengawas atau ketentuan dalam
gambar.

Bila dipasang diatas lapisan tipis adukan semen (mortar),


adukan itu harus diberi pengawet dan harus sudah mencapai
kekuatan yang cukup sebelum balok jembatan diletakkan.

BAGIAN XI
PEKERJAAN LAIN LAIN

Pasal 1 PEKERJAAN PENANAMAN RUMPUT

(a) Umum

Pekerjaan ini terdiri dari persiapan lahan, pemberian topsoil dan


pupuk kandang, pemasangan lempengan rumput dengan jenis
yang sesuai dengan Spesifikasi serta pekerjaan
pemeliharaannya, agar tercipta lapisan rumput yang kuat dan
baik, tetap tumbuh dalam segala cuaca, dan dapat mencegah
erosi pada material tempat rumput itu ditanam.

(b) Material

143
(i) Top soil (Tanah lapisan atas/subur)

Top soil yang dipergunakan harus bersih dari segala


material yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Pemberi Tugas.

(ii) Pupuk kandang

Pupuk kandang yang dipergunakan adalah pupuk kandang


yang kering/ matang dan bersih dari segala material yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas.

(iii) Rumput

Apabila tidak ditentukan dalam Gambar, maka rumput yang


dipakai adalah jenis Polytrias Amaura dan, mempunyai
perakaran dan bebas dari tanaman liar. Rumputnya harus
spesies asli, tidak berbahaya bagi manusia dan binatang
serta pertanian, harus dapat tumbuh cepat, tidak berpenyakit
dan berakar dalam. Kontraktor harus memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum pembuatan gebalan rumput dimulai. Sumber
pengambilan gebalan rumput harus mendapat persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas sebelum pemotongan
pembuatan gebalan rumput dapat dilakukan.

(iv) Air

Air yang dipergunakan harus bersih, bebas dari segala


material yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

(v) Pupuk organik

144
Pupuk yang dipakai adalah Urea dengan dosis 20 gram/m2.

(c) Pelaksanaan Pekerjaan

(i) Pengolahan tanah

Sebelum penanaman, permukaan tanah diolah sedemikian


rupa sehingga rapi dan bebas dari kotoran sehingga tidak
mengganggu penanaman dan pertumbuhan rumput.

(ii) Pemberian top soil dan pupuk kandang antara lain :

- Permukaan yang akan ditanami rumput harus


dibongkar/digali dan diratakan setelah bersih dari
serpihan, kerikil, gulma dan lain lain. Permukaan itu
harus berupa tanah permukaan yang subur, dan gebalan
beserta lapisan tanah subur (top soil) tersebut minimal
tebalnya 15 cm dan pupuk kandang secara merata
setebal 1 cm. Kontraktor bertanggung jawab menjaga
pertumbuhan rumput sebaik-baiknya, dengan
menggunakan pupuk, atas biaya Kontraktor sendiri.

- Permukaan tanah tersebut kemudian disiram secara


merata sehingga tidak merusak permukaan tanah yang
telah siap tanam.

Pasal 2 MORTAR SEMEN

Uraian

(a) Umum

Pekerjaan ini meliputi persiapan dan penyediaan mortar yang


sesuai dengan Spesifikasi, untuk pekerjaan pasangan batu dan
pekerjaan insidental lainnya.

(b) Komposisi

145
Kecuali bila Konsultan Pengawas menentukan lain, mortar
untuk pekerjaan pasangan batu harus tersusun dari satu bagian
semen Portland dan tiga bagian agregat halus (pasir)
berdasarkan perbandingan volume.

Material

Kecuali bila Konsultan Pengawas mengijinkan penggunaan semen


lain, maka yang harus digunakan adalah semen Portland tipe I yang
memenuhi ketentuan SII 0013-77:"Semen Portland", AASHTO M
85 atau JIS R 5210. Agregat halus harus memenuhi ketentuan
AASHTO M 45.

Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Semua material, kecuali air, harus dicampur/diaduk dalam alat


pencampuran mortar yang disetujui sampai warnanya merata,
lalu dicampuri air sambil terus diaduk. Bahan yang diaduk harus
sebatas jumlah yang akan segera digunakan. Mortar yang tidak
juga digunakan dalam batas 45 menit, setelah
penambahan/pemberian air harus dibuang.

(b) Permukaan yang akan menerima mortar harus dibersihkan dari


setiap tanah liat, atau material-material yang tak terpakai lainnya
dan dijenuhkan seluruhnya sebelum mortar digunakan.

(c) Bila digunakan sebagai suatu penyelesaian permukaan maka


mortar harus digunakan pada permukaan yang bersih dalam
jumlah yang cukup untuk menyediakan suatu ketebalan mortar
minimum 15 mm, dan harus diratakan sampai mendapatkan
suatu permukaan yang halus dan rata.

Pasal 3 GUARDRAIL DAN PAGAR

146
Uraian

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan guardrail dan


pagar (railing) dengan tipe dan pada lokasi sesuai yang tercantum
pada Gambar atau instruksi Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini
termasuk penyediaan tiang, jeruji, mur & baut atau perlengkapan
lainnya yang diperlukan maupun penyetelan, pabrikasi, pemasangan
dan pengecatan guardrail atau pagar bila perlu, dan segala proses
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Material

(a) Material harus sesuai dengan persyaratan :

JIS G 3101 : Baja Gulung Untuk Struktur Umum JIS G 3452 :


Pipa Baja Karbon untuk pemipaan umum JIS G 3444 : Tabung
Baja Karbon untuk baja struktural umum JIS G 3466 : Pipa
Persegi Baja Karbon untuk baja Struktural Umum JIS G 3532 :
Kawat Baja Karbon Rendah JIS G 3552 : Kawat jaring
(chainlink). Material guardrail harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M180-74, Kelas A, Tipe 1.

(b) Semua jeruji (railing) baja dan perlengkapannya harus


bergalvanis, kecuali bila ditentukan lain.

(c) Material-material lainnya harus sesuai dengan pasal-pasal yang


relevan dari Spesifikasi.

Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Pipa, railing, mur dan baut dan perlengkapan lainnya harus
diangkut dan disimpan dengan hati-hati di atas rak atau platform
sehingga tidak bersentuhan dengan tanah agar terlindung dari
korosi. Material harus selalu bebas dari kotoran, minyak dan zat
asing lainnya harus dilindungi dari kerusakan.

147
(b) Guardrail harus dipasang menurut garis, ketinggian dan posisi
sebagaimana pada Gambar atau petunjuk Konsultan Pengawas.

(c) Baja tidak boleh dipanaskan atau dilas dilapangan kecuali ada
ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Pembuatan lubang atau
pemotongan baja di lapangan harus hati-hati agar tidak merusak
baja.

(d) Tiang guardrail harus dipasang kuat-kuat setelah lubang digali


dengan alat bor atau alat lain yang disetujui Konsultan
Pengawas. Bila perlu penggalian dengan tangan, harus
dilakukan hati-hati agar tidak merusak perkerasan jalan yang
sudah ada.

(e) Bagian-bagian pipa railing harus disatukan dengan baut, kecuali


bila ada ketentuan lain dalam Gambar. Pemasangan pagar pada
talud harus sesuai dengan kemiringan yang diharuskan,
pemasangan pagar diatas jembatan harus sesuai dengan Gambar.
Baut harus dilapis/dilumasi dengan cat "red lead" dan minyak.

Pasal 4 RAMBU PENGATURAN & PERINGATAN (WARNING &


REGULATORY SIGNS)

Uraian

Pekerjaan ini harus meliputi penyediaan, pembuatan, pengangkutan


dan pemasangan rambu lalu-lintas tipe tertentu pada lokasi seperti
tercantum pada Gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Bentuk simbol dan warna rambu pengaturan dan peringatan harus
sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Perhubungan No :
PM/L/Phb-93. Khusus untuk rambu pengaturan dan rambu
peringatan yang berupa kata-kata maka bentuk huruf yang digunakan
harus sesuai dengan ketentuan "Standard Alphabeth for Highway
Sign and Pavement Markings, FHWA 1977" dan “Rules for Guide

148
Signs for Roads and Highways and No KM 60/L/Phb/93, The
Indonesia Traffic Signs” atau seperti ketentuan yang tercantum pada
Gambar.

Material

Material harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada


Gambar.

(a) Plat aluminium. Plat aluminium yang digunakan harus


memenuhi persyaratan ASTM B 209, alloy 6061-T6 atau
AASHTO M 290 - 82, dengan tebal minimum 2 mm.

(b) Tiang rambu berupa baja profil atau pipa sesuai ketentuan pada
Gambar. Jenis baja yang digunakan adalah baja untuk struktur
umum sesuai persyaratan AASHTO M 183 - 79 atau JIS G 3101
dan digalvanisasi sesuai persyaratan AASHTO M 111 - 80 atau
JIS H 8641. Mur, baut, U-bolt, ring, paku keling (clamps) dan
pelengkap lainnya harus berupa baja yang digalvanisasi,
aluminium alloy atau seperti yang tertera pada Gambar.
Galvanisasi untuk mur, baut dan pelengkap lainnya sesuai
persyaratan AASHTO M 232.

(c) Reflective sheeting (lapisan pemantul) harus terdiri dari


retroreflective lens system dengan permukaan rata dan halus
sesuai persyaratan AASHTO M 268 - 93. Bagian belakang
reflective sheeting dilengkapi dengan perekat (precoating
adhesive) yang dapat melekatkannya secara tahan lama pada
plat aluminium dengan metode vacuum atau roller. Untuk warna
putih dan kuning harus digunakan reflective sheeting dengan
jenis "high intensity grade" sedang untuk warna lainnya jenis
"engineering grade".

Pelaksaaan Pekerjaan

149
(a) Tipe, lokasi dan penempatan rambu harus sesuai dengan
Gambar atau instruksi Konsultan Pengawas. Penentuan lokasi
harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.

(b) Kecuali untuk pipa, mur, baut atau pelengkap lainnya yang
umumnya sudah digalvanisasi, semua material baja yang
digunakan untuk tiang dan kerangka rambu harus digalvanisasi
setelah seluruh pekerjaan pabrikasi (pemotongan, pembuatan
lubang baut, las dan lain-lain) selesai dilakukan. Bila di
lapangan terpaksa dilakukan pengelasan atau pekerjaan lainnya
sehingga menyebabkan lapisan seng galvanisasi rusak, maka
bagian tersebut harus dibersihkan dengan sikat kawat atau
ampelas dan dicat dengan cat anti karat sebanyak 3 lapis.

(c) Seluruh pekerjaan pabrikasi panel rambu yang meliputi


pemotongan, pembuatan lubang baut dan sebagainya harus
dilakukan sebelum permukaan panel dibersihkan dan diproses
dengan "amorphous chromate conversion coating" atau dengan
cara lain sesuai dengan petunjuk dan rekomendasi pabrik
reflective sheeting yang akan digunakan.

(d) Pemasangan reflective sheeting pada panel rambu harus


dilakukan dengan metode vacuum atau roller disertai pemanasan
atau cara lain sesuai dengan petunjuk atau rekomendasi pabrik
reflective sheeting yang digunakan.

(e) Huruf atau simbol dengan warna lebih gelap dari pada warna
reflective sheeting dasar rambu dapat dibuat dengan cara sablon
(screen) dengan cat. Jenis cat yang digunakan harus memenuhi
persyaratan dan petunjuk pabrik reflective sheetingnya.

(f) Pondasi tiang harus dibuat sesuai dengan detail dan dimensi
yang tercantum pada Gambar. Bila tiang rambu ditanam
langsung pada pondasinya maka tiang tersebut harus disangga
sampai beton pondasinya mencapai kekuatan yang cukup. Bila

150
tiang rambu dilengkapi dengan pelat dasar yang dipasang
dengan baut pada angker di pondasinya, maka tiang rambu
tersebut harus dipasang setelah beton pondasinya mencapai
kekuatan yang cukup. Lubang bekas pondasi harus diurug
kembali dengan tanah yang sesuai dan dipadatkan dengan
kepadatan minimum sama dengan kepadatan tanah di
sekelilingnya.

(g) Pada bagian belakang panel :

- Besi wajib di cat warna hitam sedangkan aluminium di cat


warna hitam hanya untuk rambu yang mempunyai potensi
menimbulkan silau,

- Dibubuhi bulan dan tahun pembuatan dengan warna putih.

Satuan Pengukuran

Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah


Larangan Tipe A-1
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe A-2
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe A-3
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe A-4
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe A-5
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe B-1
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe B-2
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe C

151
Pasal 5 RAMBU PETUNJUK, PERINGATAN DAN LARANGAN
(GUIDE SIGNS)

Uraian

Pekerjaan ini harus meliputi penyediaan, pembuatan, pengangkutan


dan pemasangan rambu petunjuk, peringatan dan larangan, tipe
tertentu dengan menggunakan kata-kata pada lokasi seperti
tercantum pada Gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Ukuran bentuk, warna dasar, huruf dan simbol rambu petunjuk harus
sesuai dengan ketentuan pada Gambar. . Bentuk huruf yang
digunakan harus sesuai dengan ketentuan "Standard Alphabeth for
Highway Sign and Pavement Markings, FHWA 1977".

Material

Material harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada


Gambar.

(a) Plat aluminium yang digunakan harus memenuhi persyaratan


ASTM B 209, alloy 6061-T6 atau AASHTO M 290 - 82,
dengan tebal minimum 2 mm.

(b) Tiang rambu berupa baja profil atau pipa sesuai ketentuan pada
Gambar. Jenis baja yang digunakan adalah baja untuk struktur
umum sesuai persyaratan AASHTO M 183 - 79 atau JIS G 3101
dan digalvanisasi sesuai persyaratan AASHTO M 111 - 80 atau
JIS H 8641. Mur, baut, U-bolt, ring, paku keling (clamps) dan
pelengkap lainnya harus berupa baja yang digalvanisasi,
aluminium alloy atau seperti yang tertera pada Gambar.
Galvanisasi untuk mur, baut dan pelengkap lainnya sesuai
persyaratan AASHTO M 232.

152
(c) Reflective sheeting (lapisan pemantul) harus terdiri dari
retroreflective lens system dengan permukaan rata dan halus
sesuai persyaratan AASHTO M 268 - 93. Bagian belakang
reflective sheeting dilengkapi dengan perekat (precoating
adhesive) yang dapat melekatkannya secara tahan lama pada
plat aluminium dengan metode vacuum atau roller. Untuk huruf
atau simbol berwarna putih maka harus digunakan reflective
sheeting dengan jenis "high intensity grade", sedang untuk
warna dasar rambu petunjuk digunakan reflective sheeting
dengan jenis "engineering grade".

Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Tipe, lokasi dan penempatan rambu harus sesuai dengan Gambar
atau instruksi Konsultan Pengawas. Penentuan lokasi harus
disaksikan oleh Konsultan Pengawas.

(b) Kecuali untuk pipa, mur, baut atau pelengkap lainnya yang
umumnya sudah digalvanisasi, semua material baja yang
digunakan untuk tiang dan kerangka rambu harus digalvanisasi
setelah seluruh pekerjaan pabrikasi (pemotongan, pembuatan
lubang baut, las dll) selesai dilakukan. Bila di lapangan terpaksa
dilakukan pengelasan atau pekerjaan lainnya sehingga
menyebabkan lapisan seng galvanisasi rusak, maka bagian
tersebut harus dibersihkan dengan sikat kawat atau ampelas dan
dicat dengan cat anti karat sebanyak 3 lapis.

(c) Seluruh pekerjaan pabrikasi panel rambu yang meliputi


pemotongan, pembuatan lubang baut dan sebagainya harus
dilakukan sebelum permukaan panel dibersihkan dan diproses
dengan "amorphous chromate conversion coating" atau dengan
cara lain sesuai dengan petunjuk dan rekomendasi pabrik
reflective sheeting yang akan digunakan.

153
(d) Pemasangan reflective sheeting pada panel rambu harus
dilakukan dengan metode vacuum atau roller disertai pemanasan
atau cara lain sesuai dengan petunjuk atau rekomendasi pabrik
reflective sheeting yang digunakan.

(e) Pondasi tiang harus dibuat sesuai dengan detail dan dimensi
yang tercantum pada Gambar. Bila tiang rambu ditanam
langsung pada pondasinya maka tiang tersebut harus disangga
sampai beton pondasinya mencapai kekuatan yang cukup. Bila
tiang rambu dilengkapi dengan base plate yang dipasang dengan
baut pada angker di pondasinya, maka tiang rambu tersebut
harus dipasang setelah beton pondasinya mencapai kekuatan
yang cukup. Lubang bekas pondasi harus diurug kembali
dengan tanah yang sesuai dan dipadatkan dengan kepadatan
minimum sama dengan kepadatan tanah di sekelilingnya.

(f) Pada bagian belakang panel :

- Besi rangka wajib di cat warna hitam sedangkan aluminium


di cat warna hitam hanya untuk rambu yang mempunyai
potensi menimbulkan silau,

- Dibubuhi bulan dan tahun pembuatan dengan warna putih.

Satuan Pengukuran

Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah


Larangan Tipe A-1
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe A-2
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe A-3
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe A-4
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe A-5
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah

154
Larangan Tipe B-1
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe B-2
Rambu Petunjuk, Peringatan dan buah
Larangan Tipe C

Pasal 6 MARKA JALAN

Uraian

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan penerapan marka jalan tipe 1


dan tipe 2 serta rumble strip pada perkerasan jalan yang sudah
selesai sesuai dengan Spesifikasi.

Material

(a) Marka jalan tipe 1 harus berupa material thermoplastic


bercampur glass beads dan memenuhi persyaratan AASHTO
M 249 atau yang setaraf.

(b) Marka jalan tipe 2 adalah cat khusus untuk marka jalan yang
memenuhi persyaratan AASHTO M 248, atau yang setaraf.

(c) Glass beads yang digunakan untuk tipe 1 maupun tipe 2 harus
sesuai dengan persyaratan AASHTO M 247 (Tipe 2) atau yang
setaraf.

Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Marka jalan existing yang harus dihapus akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas, dan harus dihapus dengan gritblasting atau
sandblasting atau cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

(b) Daerah permukaan yang akan dicat harus bersih, kering dan
bebas dari butir-butir lepas. Sebelum dilaksanakan, lokasi dan
pre-marking (setting out) dari marka jalan yang akan dikerjakan
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

155
Kecuali ditentukan lain, penerapan marka jalan harus dilakukan
dengan mesin berpenggerak sendiri (self-propelled machines)
yang dilengkapi dengan cut-off valves dan nozzle yang mampu
menghasilkan bentuk marka yang rapi dengan garis tepi yang
tegas/tajam dan ketebalan yang disyaratkan.

(c) Material Tipe 1 harus diterapkan dengan screed atau


disemprotkan dengan ukuran sesuai yang tercantum pada
Gambar dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Ketebalan
marka jalan yang sudah selesai minimum 1,5 mm bila
diterapkan dengan disemprotkan dan minimum 3 mm bila
dengan screed. Ketebalan tersebut tidak termasuk ketebalan
glass beads, yang akan dijelaskan pada butir (e) di bawah ini.
Penyiapan dan penerapan material harus sesuai dengan petunjuk
pabrik material yang bersangkutan atau sesuai dengan
persetujuan Konsultan Pengawas. Pada permukaan perkerasan
beton, lebih dulu Kontraktor harus memasang lapisan pengikat
(tack coat) yang jenisnya cocok dengan material termoplastic
yang akan digunakan.

(d) Material tipe 2 harus diterapkan dengan mesin semprot yang


dilengkapi dengan penggerak mekanis. Setiap nozzle harus
dilengkapi dengan guidelines (batang penuntun) yang
mempunyai selubung logam atau air blasts (semprotan udara)
dan cut-off valves yang dapat menghasilkan garis marka
terputus-putus. Banyaknya material marka yang disemprotkan
2
tidak boleh kurang dari 40 liter/100 m . Di daerah yang tidak
terjangkau dengan mesin,

(e) Glass beads harus disebar ke permukaan marka tipe 1 dan tipe 2
segera setelah marka diterapkan. Kecuali bila ditentukan lain
oleh Konsultan Pengawas, glass beads harus disebarkan dengan
2
tekanan atau disemprotkan sebanyak tidak kurang dari 450 g/m .

156
(f) Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu-lintas sebagaimana
instruksi Konsultan Pengawas. Marka jalan harus rapi, merata,
dan permukaannya tidak boleh menunjukkan retak-retak dan
coret-coret. Marka jalan yang tidak rata dan memberikan
penampilan yang tidak sama pada waktu siang dan malam, harus
diperbaiki oleh Kontraktor dengan tanggungan biaya sendiri.

Pasal 7 KILOMETERS POST DAN PATOK DAMIJA

Uraian

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan patok damija dan


kilometer post tertentu pada lokasi yang ditentukan. Pekerjaan ini
meliputi penyediaan tiang, papan pemantul, penyetelan, pembuatan
pondasi dan pemasangannya serta semua proses yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan.

Material

(a) Patok Damija harus merupakan patok beton bertulang persegi


dengan ukuran sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada
Gambar.

(b) Tiang patok kilometer (kilometer post) yang berupa pipa baja
dan material panel harus memenuhi ketentuan.

Pelaksanaan Pekerjaan

Papan pemantul dipasang pada tiang guide post dengan baut atau
paku keling (rivet) dan dilakukan secara pabrikasi. Tiang kilometer
post ditanam langsung pada pondasi beton dengan ukuran sesuai
dengan ketetentuan pada Gambar. Lubang bekas galian pondasi
harus diurug dan dipadatkan kembali sehingga kepadatannya
minimal sama dengan kepadatan tanah di sekelilingnya.

157
Pasal 8 PERLINDUNGAN LERENG/TALUD

Uraian

Pekerjaan ini meliputi Penanaman Rumput untuk melindungi


lereng/talud.

Material

Rumput

Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Persiapan

Permukaan lerengnya yang hendak dikerjakan harus dipadatkan


dulu dan diratakan, setelah dibersihkan dari tumbuhan.

Perlindungan lereng tidak boleh dilaksanakan sebelum


pengukuran dan pematokan dilaksanakan sebelum pengukuran
dan pematokan.

(b) Penanaman Rumput

3.2 SPESIFIKASI KHUSUS

Pasal 1 KETENTUAN KHUSUS PEMELIHARAAN, KERUSAKAN-


KERUSAKAN DAN PERIODE PEMELIHARAAN

Batasan Jangka Waktu Pemeliharaan

Ketentuan Umum Kontrak, maka jangka waktu pemeliharaan


merupakan periode waktu selama 36 (tiga puluh enam ) bulan bagi
Penyedia Jasa untuk melaksanakan pemeliharaan pekerjaan
(perkerasan jalan, perambuan dan bangunan pelengkap jalan),
menjaga, memperbaiki, mengganti kehilangan atau kerusakan yang
terjadi akibat pengoperasian jalan.

Performa Yang Disyaratkan

158
Selain ketentuan standar pelayanan minimal sebagaimana dijelaskan
pada Pasal 3 Spesifikasi ini yang harus terpenuhi selama jangka
waktu pemeliharaan, maka disyaratkan pula performa sebagai berikut
:

a. Konstruksi Jembatan : harus stabil dan lantai jembatan tidak


retak

Respon Waktu Penanganan

No. Uraian Respon Waktu


1. Jalan terjadi lubang > 5 cm (bahu jalan) 2 hari
2. Permukaan jalan retak 7 hari
3. Ketidakrataan dan kekesatan jalan 7 hari
4. Reflektifitas rambu dan marka jalan 7 hari
5. Kestabilan jembatan dan kondisi lantai jembatan 2 hari
6. Saluran drainase lancar dan tidak ada endapan 7 hari

Sanksi Akibat Tidak Memenuhi Performa

Penyedia Jasa mendapat sanksi berupa pemotongan/pengambilan


Uang Retensi (UR) oleh Pemberi Tugas sebagai berikut :

No. Tidak terpenuhinya performa, yaitu : Nilai Sanksi


1. Jalan terjadi lubang > 5 cm (bahu jalan) 0.1 % Nilai Uang
Retensi
per-hari per-km
2. Permukaan jalan retak 0.1 % Nilai Uang
Retensi
per-hari per-km
3. Ketidakrataan dan kekesatan jalan 1.0 % Nilai Uang
Retensi
per-km lokasi

159
4. Reflektifitas rambu dan marka jalan 0.2 % Nilai Uang
Retensi
per- lokasi
5. Kestabilan jembatan dan kondisi lantai 0.2 % Nilai Uang
jembatan Retensi
per- lokasi
6. Saluran drainase lancar dan tidak ada endapan 0.1 % Nilai Uang
Retensi
per- lokasi

Apabila Nilai Total Sanksi melebihi nilai Uang Retensi maka


Penyedia Jasa harus melunasinya, dan selain itu sebagai
konsekwensinya, Penyedia Jasa dikenakan SANKSI dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun anggaran di PT Jasa Marga (Persero) tidak
diundang dalam pelelangan.

Pasal 2 SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM ( TYPE


LED )

Umum
Perencanaan lampu PJU direncanakan sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan penerangan yang merata dan kenyamanan bagi
pengendara dengan mempertimbangkan beberapa hal diantaranya :

1. Tipikal potongan melintang jalan, situasi jalan dan persimpangan


jalan
2. Geometri jalan, seperti alinyemen horizontal, alinyemen vertical,
dan lain- lain
3. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya / lampu, data foto
metric lampu dan lokasi sumber listrik

160
Untuk efektifitas perencanaan lampu PJU, pemilihan jenis dan
kualitas lampu penerangan jalan didasarkan atas (lumen/watt) lampu
yang tinggi dan umur pemakaian lampu yang panjang. Hal ini terkait
dalam beberapa hal sebagai berikut :
1. Sumber cahaya (lampu/luminer/fixture).
2. Elemen-elemen optik/kolimator (reflector / lensa (kolimator)).
3. Elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber tenaga / power
supply, dll).
4. Tiang Lampu Penerangan Jalan Umum.
5. Kualitas produk lampu LED.
6. Garansi / jaminan produk lampu LED.

Spesifikasi Teknis
a. Sumber cahaya (lampu / luminer)
a.1. Intensitas cahaya secara rata-rata (average) antara (15- 20)
lux
a.2. Tingkat kerataan penyebaran cahaya (rasio intensitas
minimal per maksimal) antara 0.30 sampai
dengan 0.40.
a.3. Tingkat kerataan penyebaran cahaya (rasio intensitas
minimal per rata-rata) harus berkisar antara 0.5 sampai
dengan 0.7.
a.4. Untuk mengadopsi kebutuhan dan kondisi jalan tol,
cahaya lampu jalan LED harus mampu memberikan
pencahayaan pada waktu kondisi hujan / berkabut.

b. Elemen-elemen Optic (Rumah lampu) :


b.1. Rumah lampu harus terbuat dari bahan diecast almunium
dan harus terpisah antara kompartemen lampu
LED dan komponen komponen penunjang LED
(ballast, sambungan kabel dll).
b.2. Ingress Proteksi yang diharuskan adalah IP=65.

161
b.3. Performa dari lampu LED harus dapat ditingkatkan atau
diupgrade melalui penggantian modul lampu
LED (modul replacement), tanpa menganti
rumah lampu.
b.4. Rumah lampu dan lampu LED harus satu kesatuan merk
pabrikan produsen system lampu jalan.

c. Elemen-elemen Elektrik
c.1. Power factor yang diizinkan harus lebih besar dari 0.9
c.2. Power supply dari lampu jalan LED harus mampu dan
memiliki ketahanan terhadap fluktuasi tegangan
+/- 10%.
c.3. Produk LED yang ditawarkan diharuskan memiliki pilihan
untuk system penghematan energy listrik (salah satunya
dengan dimming system)
c.4. Pemutus beban lampu PJU LED (MCB) ditempatkan
dilubang tiang lampu PJU (Hand Hole)
c.5. Setiap tiang lampu PJU harus ditanahkan dan dilakukan
tes grounding dengan nilai tahanan maximal 5 ohm
c.6. Sumber tenaga listrik lampu PJU adalah :
c.6.1. Dari PLN ke P.PJU dengan sistim tiga fasa : 380V,3F,50
Hz
c.6.2. Dari P.PJU ke lampu PJU LED, sistim satu fasa :
220V,1F,50Hz
c.7. Penempatan posisi panel PJU harus diatur sedemikian
rupa agar rugi tegangan (Voltage droup) maximal 10

d. Tiang Lampu Penerangan Jalan Umum


d.1. Tinggi tiang lampu PJU Cabang-1 atau 2 (LED) : 13 meter
sesuai gambar rencana, Octagonal, tebal plat besi : 3,2
mm, finishing dengan hot dip galvanize, penempatan :

162
- Tiang lampu PJU cabang-1 : dipinggir ( sebelah kiri /
kanan ) jalan
- Tiang lampu PJU cabang-2 : di median jalan
d.2. Baut angkur tiang lampu PJU (LED) harus difinishing (
dilapisi ) dengan hot dip galvanize.
d.3. Sudut kemiringan luminaire berkisar antara : 0-15 derajat
(disesuaikan dengan desain perhitungan).

e. Kualitas Produk Lampu LED


e.1. Setiap supplier produk diwajibkan membuat dan
melampirkan hasil perhitungan cahaya secara software
yang dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak
perencana & owner.
e.2. Pengujian perhitungan cahaya secara software dihitung
berdasarkan parameter yang akan ditentukan kemudian /
sesuai dengan standard lampu PJU untuk Jalan Tol.
e.3. Setiap supplier diwajibkan melampirkan sertifikasi IEC
60-598 tentang produk yang ditawarkan.
e.4. Supplier diwajibkan melampirkan surat keaslian produk
dari pabrikan (certificate of origin).
e.5. Supplier diwajibkan menyertakan sertifikat uji performa
dari produk LED yang ditawarkan.
e.6. Supplier diwajibkan melakukan mock up 4 buah rumah
lampu LED dengan ketentuan yang akan diberitahukan
lebih lanjut oleh pihak owner (Jasa Marga).

f. Garansi / Jaminan Produk Lampu LED


Suplier lampu LED diwajibkan memberikan garansi kerusakan
produk lampu LED selama 3 (tiga) tahun dan harus dilampirkan
dalam bentuk surat bermaterai.

g. Penyedia Jasa / kontraktor

163
g.1. Penyedia Jasa harus mampu dan berpengalaman
mengerjakan instalasi lampu PJU dan memiliki Sertifikat
Badan Usaha (SBU) yang diterbitkan oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
g.2. Penyedia Jasa harus berpengalaman mengerjakan instalasi
lampu PJU dan instalasi tegangan rendah di jalan tol yang
dikelola oleh PT Jasa Marga.

h. Satuan Pencahayaan Jalan (Tiang Terpasang)


h.1. Lampu untuk sistem penerangan jalan tol harus lampu
jenis LED tipe GE –R150 : 157 Watt atau Philips BBP
110 LED 185 Watt atau setara.
h.2. Semua jenis dan penempatan lampu penerangan jalan
harus dari tipe seperti yang terlihat pada Gambar Rencana
dan/atau yang disetujui Konsultan Pengawas.

Pasal 3 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K 3)


KONSTRUKSI

Uraian

Dasar hukum K3 Konstruksi adalah :

 UU No. 1 tahun 1970

 Permenakertrans No. 1/Men/1980 tentang K3 pada Konstruksi


Bangunan

 SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.


Kep.174/Men/1986 dan No. 104/Kpts/1986

 UU No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

 PP RI No. 28 – 30 tahun 2000

164
Tujuan :

 Agar supaya semua yang terlibat dalam pekerjaan yang berada di


lokasi pekerjaan terlindungi keselamatannya, terjaga kesehatannya,
dan merasa aman dalam melaksanakan tugasnya.

Sasaran :

 Semua bahan dan material, alat, dan mesin produksi agar terjamin
keamanannya mulai dari mobilisasi, penyimpanan, pemakaian
maupun setelah dipergunakan, harus melalui tahapan/prosedur
yang benar.

 Semua proses pekerjaan konstruksi agar dapat dilaksanakan dengan


aman dan terkendali.

Sistem Manajemen K3

Kontraktor harus sudah menerapkan SMK3 versi Permenaker No.


5/1996 atau SMK3 versi OHSAS 18001.

Kontraktor harus menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang


Ahli K3 Konstruksi sebagai Safety Officer di Proyek dan bersertifikasi
minimal Ahli Muda K3 Konstruksi.

Bagi Kontraktor yang mempunyai Sub-Sub Kontraktor maka tanggung


jawab kegiatan K3 di proyek ada pada Kontraktor Utama.

Pelaksanaan

Tugas dan tanggung jawab Ahli K3 Konstruksi antara lain :

 Memastikan bahwa kebijakan, tujuan, dan sasaran K3 tercapai;

 Melakukan kegiatan pemeriksaan / inspeksi dan tindakan perbaikan


;

165
 Melakukan kegiatan komunikasi dan pelaporan yang bersifat
internal maupun eksternal dengan para pihak yang berkepentingan.

Laporan hasil inspeksi / pemeriksaan K3 meliputi laporan internal dan


eksternal. Laporan internal adalah laporan yang dibutuhkan oleh
lingkungan internal Kontraktor. Laporan internal berupa dokumentasi
dalam sistem manajemen K3 yang mencakup antara lain realisasi
jadwal inspeksi, hasil komunikasi internal, hasil pemeriksaan/inspeksi
dan pengujian, hasil dari tindakan perbaikan (corrective action), hasil
dari tindakan pencegahan (preventive action), risalah rapat dan lain-
lain. Sedangkan laporan eksternal adalah laporan yang dibutuhkan oleh
pihak luar Kontraktor yang berkaitan dengan koordinasi pembinaan
dan pengendalian K3 oleh instansi terkait dengan pelaksanaan K3.

Pihak-pihak luar yang harus diberikan laporan atas pelaksanaan K3


oleh Kontraktor dalam mengerjakan pekerjaan konstruksi di suatu
tempat tertentu adalah :

 Kantor Dinas Tenaga Kerja setempat dengan frekuensi pelaporan


setiap 3 bulan sekali;

 Dinas Pekerjaan Umum setempat untuk pekerjaan tertentu yang


membahayakan publik atau kepentingan umum/masyarakat;

 Pemda tingkat I atau tingkat II setempat.

Laporan eksternal dibuat dengan menggunakan formulir yang dapat


diminta pada Dinas Tenaga Kerja setempat meliputi :

 Form – 1 : Laporan Administrasi K3 Konstruksi;

 Form – 2 : Data Proyek;

 Form – 3 : Check list untuk pengawasan tempat kerja kegiatan


konstruksi;

166
 Form – 4 : Wajib lapor pekerjaan / proyek konstruksi;

 Form – 5 : Data lengkap Sub Kontraktor.

Material

Kontraktor harus menyediakan kelengkapan K3 yang berkaitan dengan


meterial sesuai dengan Form – 3 Check list untuk pengawasan tempat
kerja kegiatan konstruksi dan Form – 4 Wajib Lapor pekerjaan /
Proyek Konstruksi Bangunan antara lain :

 Alat-alat APD yaitu : safety helmet, safety shoe, safety belt,


masker, sarung tangan, pakaian kerja, ear plugg, kaca mata, jaring
+ terali pengaman, poliklinik / RS rujukan;

 Rambu-rambu dan poster K3;

 Kotak P3K;

 Kelengkapan pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

 Peralatan evakuasi / penyelamat;

 Perijinan dan status mesin-mesin / alat;

 Dan lain-lain.

167
Lampiran : Bentuk Laporan Administrasi K3 Konstruksi

( Yang dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja Setempat )

Form - 1

DAFTAR ISIAN K3

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEGIATAN

PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN

Nama Proyek :

Lokasi :

Kodya/Kabupaten :

Propinsi :

168
Form - 2

DATA PROYEK

1. Nama Proyek

2. Lokasi

3. Pemberi Tugas

4. Perencana Konstruksi

5. Pengawas Konstruksi

6. Pelaksana Konstruksi

7. Luas Lahan

8. Luas Bangunan

9. Sub Kontraktor

(daftar ditambah pada lembar tersendiri)

10. Mulai Pekerjaan

11. Selesai Pekerjaan

12. Jumlah Tenaga Kerja

a. Tenaga Tetap

b. Borongan / Harian Lepas

CHECK LIST UNTUK PENGAWASAN


Form - 3
169
TEMPAT KERJA KEGIATAN KONSTRUKSI

1. Nama Proyek

2. Lokasi / Alamat

3. Pelaksana / Kontraktor

A. UMUM

No. Item yang diperiksa / diamati Ya Tidak Keterangan


1 2 3 4 5
1 Apakah kontraktor telah melapor kepada
Depnaker sesuai pasal 2 Peraturan Menteri
No. 01/Men/1980
2 Apakah kontraktor telah memiliki Wajib
Lapor sesuai UU No. 7/1981
3 Apakah semua pekerja harian lepas atau
borongan dari sub kontraktor telah mendapat
perlindungan Jamsostek
4 Apakah kontraktor / subkontraktor
mempunyai izin penyimpangan waktu jam
kerja
5 Apakah memiliki poliklinik di lokasi proyek,
bila ada, berapa petugas kesehatan yang aktif
6 Apakah proyek memiliki organisasi K3 (unit
K3/P2K3) atau safety comitee
7 Apakah safety officer atau safety comitee
memiliki program K3 untuk pelaksanaan
proyek
8 Apakah safety officer atau safety comitee dari
kontraktor memiliki kegiatan-kegiatan antara
lain :

170
No. Item yang diperiksa / diamati Ya Tidak Keterangan
1 2 3 4 5
a. Safety Talk
b. Rapat-rapat K3 (harian, mingguan,
bulanan)
c. Prosedur kerja setiap tahapan pekerjaan
d. Supervise dan inspeksi
e. Tersedia check list / safety patrol
f. Petugas piket
g. Kegiatan kampanye K3; lomba K3;
lomba kebersihan, disiplin, dan lain-
lain
h. Tindakan sanksi
9 Apakah cukup disiapkan alat-alat
perlengkapan dan APD serta jumlahnya :
a. Helm
b. Sepatu Kerja (safety shoes)
c. Safety belt
d. Masker las
e. Sarung tangan
f. Pakaian kerja
g. Kaca mata las
h. Jaring + terali pengaman Form - 3

10 Apakah dipasang rambu-rambu / poster dan


lain-lain
a. Papan pengumuman untuk tata tertib
b. Poster-poster K3
c. Rambu-rambu atau papan-papan
peringatan bahaya seperti :
- awas bahaya benda jatuh
- tanda bahan mudah terbakar
- awas lalu lintas alat berat, dan lain-
lain
d. Papan / tanda petunjuk arah :
- MCK
- Mushola
- Kantin

171
No. Item yang diperiksa / diamati Ya Tidak Keterangan
1 2 3 4 5
- Kotak P3K
- Tempat Istirahat
- Klinik
- Ruang safety comitee, dan lain-lain
11 Apakah kesiapan kontraktor dalam
pencegahan dan penanggulangan bila terjadi
kebakaran dan saran penanggulangan
kebakaran antara lain APAR, apakah sudah
disediakan di lokasi yang rawan kebakaran ?
B. TEMPAT KERJA DAN TATA RUANG

No. Item yang diperiksa / diamati Ya Tidak Keterangan


1 2 3 4 5
1 Apakah lokasi / tempat kegiatan
konstruksi telah dilengkapi dengan pagar
pengaman dengan baik
2 Lokasi / daya proyek kontruksi :
- Luas tanah ..................m2
- Bangunan ...................m2
- Jumlah lantai ..............lantai
- Jumlah Basement .......lantai
3 Apakah penempatan peralatan dan bahan
cukup baik / teratur
4 Apakah keadaan lingkungan kerja cukup
baik seperti :
Penerangan, kebersihan ventilasi,
keamanan, kesehatan, dll
5 Apakah semua struktur bangunan dan
peralatan kerja, mesin-mesin, pesawat dll
telah mendapat izin pemakaian dari
Depnaker / Disnaker setempat :

172
No. Item yang diperiksa / diamati Ya Tidak Keterangan
1 2 3 4 5
a. Motor Diesel / Genset
b. Tower Crane
c. Mobile Crane
d. Fork Lift Form - 3
e. Passenger hoist, dll

6 Apakah operator-operator alat berat telah


memiliki sertifikat atau ISO sesuai
Permenaker No. 01/MEN/1989
7 Lay out / tata ruang lokasi :
- Kantor proyek
- Gudang bahan / material
- Pos keamanan
- Poliklinik
- Kantin
- MCK
- Rute lalu lintas kendaraan
- Rute jalan orang keluar masuk
8 Tempat dan lingkungan kerja :
- Penerangan
- Ventilasi
- Corong Peluncur
- Penyanggah
- Tempat penyimpanan bahan
9 Lokasi dan kondisi alat / mesin-mesin :
1. Pesawat-pesawat angkat :
- Perijinan
- Keadaan
- Pemeriksaan terakhir
- Pemilik
- Data teknis (jenis, nomor seri,
pabrik, kapasitas, tahun, dll)
2. Pesawat-pesawat tenaga / diesel :
- Perijinan
- Keadaan
- Pemeriksaan terakhir

173
No. Item yang diperiksa / diamati Ya Tidak Keterangan
1 2 3 4 5
- Pemilik
- Data teknis (jenis, nomor seri,
pabrik, kapasitas, tahun, dll)
3. Mesin-mesin perkakas yang ada
10 Fasilitas Keselamatan / K3
- Peralatan perlindungan diri (APD /
Alat Pelindung Diri)
- Kotak P3K
- Peralatan Evakuasi / penyelamat
- Peralatan pemadam kebakaran
- Safety net (jala pengaman)
11 Prosedur Keselamatan / K3 Form - 3
- Peraturan, pedoman teknik dan
petunjuk pelaksana
- Jadwal rapat K3/P2K3/Pimpro
- Jadwal supervisi
- Program pembinaan K3
- Prosedur pemeriksaan pekerja
- Pelatihan K3 bagi petugas K3,
mandor, operator, anggota pengurus
unit K3/P2K3
12 Upaya-upaya perlindungan K3 terhadap :
- Bahaya jatuh : palang pengaman,
penadah, safety belt
- Kejatuhan benda : jala pengaman
safety belt, pagar sementara
- Robohnya sebagian bangunan
- Kebakaran
- Pengaruh kebisingan, dan lain-lain
13 Prosedur pelaporan ke instansi terkait :
- Daftar identifikasi sumber bahaya yang
dapat diduga dari tiap tahap pekerjaan
- Wajib lapor pekerjaan
- Perlindungan norma kerja (upah, jam
kerja, lembur dan jamsostek)
14 Lain-lain

174
No. Item yang diperiksa / diamati Ya Tidak Keterangan
1 2 3 4 5

15 Syarat-syarat yang harus dilaksanakan


oleh kontraktor (syarat-syarat yang
diberikan oleh Pengawas K3)

Diterima Oleh : Diperiksa Oleh :

Pihak Kontraktor : Tanggal :

Nama : Jabatan :

Tanda Tangan :

175
Form - 4
DEPARTEMEN TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

WAJIB LAPOR
PEKERJAAN/PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN
Sebagaimana dimaksud Pasal 2 Permenaker No. Per 01/MEN/1980 tentang K3
pada Konstruksi Bangunan sebagai pelaksanaan Undang-Undang No. 1/1970
tentang Keselamatan Kerja
1 Nama Proyek / Bangunan
2 Lokas Proyek
3 Jenis Proyek
4 Pelaksana / kontraktor utama
 Nama pimpinan proyek
 Alamat
 Wajib lapor ketenagakerjaan
 Perlindungan Jamsostek
 SIUJK
5 Pemberi tugas / pemberi kerja
Alamat
6 Konsultan Pengawas
Alamat
Pimpinan / penanggung jawab
7 Bagian pekerjaan yang dikerjakan Nama subkontraktor, jenis
subkontraktor (data lengkap dapat diuraikan pekerjaan, dan lain-lain
dalam lembar tersendiri)
8 Jumlah pekerja yang akan dipekerjakan selama Uraikan :
pelaksanaan proyek (data lengkap dapat WNI / WNA
diuraikan dalam lembar tersendiri) Laki-laki / Perempuan
9 Jangka waktu pelaksanaan

176
10 Mulai : ........s/d .............
11 Tahapan pekerjaan / schedule
 Persiapan dan pondasi
 Bangunan atas / struktur
 Mekanikal & elektrikal
 Instalasi air / plumbing
 Instalasi lift
 Instalasi tata udara
 Instalasi proteksi kebakaran
 Penangkal petir

177
Form - 4
DEPARTEMEN TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

12 Fasilitas alat, pesawat, perlengkapan, mesin yang tersedia atau dipergunakan


dalam pekerjaan konstruksi proyek (data lengkap dapat diuraikan dalam
lembar tersendiri)
Jenis alat / perlengkapan Jumlah No. Sert Kondisi
 Kantor proyek
 Pembangkit tata udara /
ventilasi
 Mobile
 Tower crane
 Hoisting lift
 Mesin pancang
 Power shovel excavator
 Perancah
13 Bahan-bahan berbahaya yang
terdapat pada lingkungan tempat
kerja proyek
14 Fasilitas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang tersedia
 Safety helmet
 Safety shoe
 Safety belt
 Sarung tangan
 Safety net
 Ear plug / ear muff
 Masker
 Kaca mata las

178
 Poliklinik / RS Rujukan
15 Unit K3 (P2K3 / safety comitee)
 Nama
 Jabatan
 Angota-anggota
16 Usaha-usaha K3 yang akan dilakukan (prosedur lengkap dapat diuraikan
dalam lembar tersendiri)
 Panduan K3 Ada / Tidak ada
 Program K3 Ada / Tidak ada
 Penyuluhan K3 Ada / Tidak ada
Jakarta, ................................................
Pelaksana Konstruksi
(Main Contractor)

(........................................)
Site Manager

179
Form - 4
DEPARTEMEN TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Keterangan :

1. Lembar warna putih : Kantor Depnaker Pusat

2. Lembar warna biru : Arsip Kontraktor

3. Lembar warna hijau : Kanwil Depnaker

1  Nama Sub Kontraktor


 Jenis Pekerjaan
 Penanggung Jawab
2 Data Tenaga Kerja / Pekerja WNI WNA Jumlah Kualifikasi
 Manajemen dan staf L P L P
 Supervisor / pengawas
 Foreman / mandor
 Petugas K3/safety officer
 Operator crane / lift
 Tukang las
 pekerja
3 Data pesawat/alat/mesin/perlengkapan kerja Jumlah No. Sert. Kondisi
 Genset
 Mobile crane
 Tower crane
 Hoisting lift
 Power shovel
 Excavator
 Mesin pandang
 Perancah / scaffolding

180
CATATAN :
Dapat diisi sesuai jenis pekerjaan

4. Lembar warna kuning : Kacab PT Jamsostek

5. Lembar warna merah : Depnaker Cq. Dit. Pengawasan Norma


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Form – 5

DATA LENGKAP SUB KONTRAKTOR

Masing-masing Jenis Pekerjaan

181
BAB IV
BILL OF QUANTITY

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan


Proyek Pembangunan Jembatan Molotabu Sulawesi Utara

No. JENIS PEKERJAAN KUANTITAS SATUAN

1 PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Pembersihan lokasi proyek 2187.092 m2
1.2 Papan nama proyek 2 unit
1.3 Pengukuran dan pemasangan patok 37 m1
1.4 Pembuatan direksi keet 54 m2
1.5 Pengadaan air bersih dan kerja 1 Ls
1.6 Pembuatan Bengkel Kerja 24 m2
1.7 Pembuatan Gudang 24 m2
1.8 Instalasi Listrik 1 Ls
1.9 Pembuatan Pos Keamanan 2 m2
1.1O Pembuatan Barak Pekerja 35 m2
1.11 Pembuatan Pagar Pembatas Lokasi 80 m2
1.12 Pengujian Bahan 1 Ls
1.13 Mobilisasi dan Demobilisasi 1 Ls
1.14 Foto Dokumentasi 1 Ls
2 PEKERJAAN TANAH
2.1 Urugan Tanah
2.1.1 Jalan 1 1844.5272 m3
2.1.2 Jalan 2 2100.83664 m3
3 PEKERJAAN GALIAN STRUKTUR
3.1 Galian Tanah Struktur Abutment & Pondasi 1 377.52 m3
3.2 Galian Tanah Struktur Abutment & Pondasi 2 358.8 m3
4 PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
4.1 Pondasi Sumuran
4.1.1 Pengadaan
Pengadaan A1 2 unit
Pengadaan A2 2 unit
4.1.3 Pembetonan Beton Cyclop
Pembetonan Beton Cyclop A1 fc' 15 Mpa 9.72 m3
Pembetonan Beton Cyclop A2 fc' 15 Mpa 9.72 m3
4.2 Pile Cap
4.2.1 Penulangan
Penulangan A1 1949 kg
Penulangan A2 1949 kg

182
4.2.2 Bekisting
Bekisting A1 77.418 m2
Bekisting A2 77.418 m2
4.2.3 Pembetonan
Pembetonan A1 fc' 35 Mpa 32.12 m3
Pembetonan A2 fc' 35 Mpa 32.12 m3
4.3 Abutment
4.3.1 Penulangan
Penulangan A1 2035 kg
Penulangan A2 2035 kg
4.3.2 Bekisting
Bekisting A1 122.166 m2
Bekisting A2 122.166 m2
4.3.3 Pembetonan
Pembetonan A1 fc' 35 Mpa 23.21 m3
Pembetonan A2 fc' 35 Mpa 23.21 m3
5 PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
5.1 Bearing Pad
5.1.1 Bearing Pad A1-A2 10 unit
5.2 Girder
5.2.1 Pengadaan Girder A1-A2 5 unit
5.3 Diafragma
5.3.1 Penulangan 1160 kg
5.3.2 Bekisting 58 m2
5.3.3 Pembetonan fc' 35 Mpa 0.465 m3
5.4 Pelat Lantai Jembatan
5.4.1 Penulangan 7841 kg
5.4.2 Bekisting 407.628 m2
5.4.3 Pembetonan fc' 35 Mpa 85.8 m3
5.5 Lantai Kerja
5.5.1 Pengadaan 4 unit
5.6 Parapet
5.6.1 Penulangan 31140 kg
5.6.2 Bekisting 163.02 m2
5.6.3 Pembetonan fc' 15 Mpa 19.5 m3
6 PEKERJAAN LAIN-LAIN
6.1 Drainase
6.1.1 Deck Drainase 8 unit
6.1.2 Pipa PVC Ø4" 10.8 m1
6.2 Railing
6.2.1 Pipa Besi Digalvanis (SGP) Ø7,63" 156 m1
6.3 Penerangan Lampu
6.3.1 Lampu PJU 10 unit
6.3.2 Pondasi (Beton) 0.125 m3
6.4 Marka Jalan 44 m1
6.5 Trotoar

183
6.5.1 Penulangan 1792 kg
6.5.2 Pembetonan fc' 15 Mpa 17.94 m3
6.5.3 Kerb 130 unit
6.7 Perkerasan Laston 34.32 m3

184

Anda mungkin juga menyukai