Anda di halaman 1dari 18

Journal Reading

Traveler’s Diarrhea in Foreign Travelers in Southeast Asia: A


Cross-Sectional Survey Study in Bangkok, Thailand

Oleh:
Chintia Amalia 1840312283

Preseptor:
dr. Hardisman, MHID, Dr.PH(Med)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
Traveler’s Diarrhea in Foreign Travelers in Southeast Asia: A
Cross-Sectional Survey Study in Bangkok, Thailand
Chatporn Kittitrakul, Saranath Lawpoolsri, Teera Kusolsuk, Jutarmas
Olanwijitwong, Waraluk Tangkanakul, and Watcharapong Piyaphanee*
Department of Clinical Tropical Medicine, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand; Department
of Tropical Hygiene, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand; Department of
Helminthology,Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand; Hospital for Tropical Diseases,
Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand; Department of Disease Control, Bureau of General
Communicable Diseases, Ministry of Public Health, Nonthaburi, Thailand

ABSTRAK. Pengaruh dari negara asal dan negara tujuan pada angka kejadian traveler’s
diarrhea di Asia Tenggara masih kurang dipahami dan umumnya penelitian hanya membahas
traveler’s diarrhea dari negara maju. Penelitian ini mengevaluasi tingkat serangan dan
pengaruh traveler’s diarrhea berdasarkan negara asal dan negara tujuan serta menganalisis
faktor-faktor risiko utama traveler’s diarrhea. Kuesioner yang telah disediakan diberikan
kepada para wisatawan asing yang akan meninggalkan Asia Tenggara dari Bandara
Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand. Hal ini untuk mengevaluasi demografi wisatawan,
pengetahuan dan kebiasaan yang berhubungan, pengalaman diare, dan rincian dan akibat dari
setiap episode diare. Sebanyak 7.963 kuesioner dilengkapi sejak April 2010 hingga Juli 2011.
Responden terdiri atas 56% laki-laki (usia rata-rata 35 tahun) dengan rata-rata dan median
lama tinggal masing-masing 28 hari dan 10 hari. Sebagian besar responden berasal dari Eropa
(36,8%) atau Asia Timur (33,4%). Tingkat serangan traveler’s diarrhea adalah 16,1%,
dengan tingkat kejadian 32,05 per 100 orang tiap bulan. Negara asal dan negara tujuan
wisatawan secara signifikan berhubungan dengan risiko diare. Kepulauan Oseania memiliki
risiko tertinggi (32,9%) dan Asia Timur terendah (2,6%). Vietnam dan Indonesia adalah
negara tujuan dengan risiko tertinggi (19,3%). Faktor signifikan lainnya adalah usia muda,
lama perjalanan, jumlah negara yang dikunjungi, dan seringnya minum minuman dengan es.

PENDAHULUAN
Traveler’s diarrhea merupakan masalah kesehatan paling sering dilaporkan oleh
wisatawan yang berkunjung ke negara berkembang.1 Insidensinya diperkirakan sekitar 20–
60% per bulan masa tinggal di negara berkembang.1 Risiko traveler’s diarrhea sangat
bervariasi sesuai dengan tujuan, kewarganegaraan wisatawan, lama tinggal, musim, gaya
perjalanan, perilaku makan, dan jenis makanan yang dikonsumsi.2–5 Hubungan antara
kewarganegaraan wisatawan dan traveler’s diarrhea jarang dipelajari, dan sebagian besar
penelitian sebelumnya mengenai traveler’s diarrhea berfokus pada wisatawan dari negara

  1  
maju yang mengunjungi negara berkembang. Tidak ada yang diketahui mengenai kejadian
diare di antara para wisatawan dari negara berkembang yang mengunjungi negara
berkembang lainnya, maupun wisatawan antar regional di negara berkembang, termasuk para
wisatawan Asia yang mengunjungi negara Asia yang berbeda.
Dalam penelitian ini, kami berfokus pada Asia Tenggara karena merupakan wilayah
yang berkembang cepat dalam hal perjalanan, dengan lebih dari 84 juta kunjungan wisatawan
pada tahun 2012.6 Informasi mengenai insidensi dan risiko traveler’s diarrhea di Asia
Tenggara, khususnya berkaitan dengan kewarganegaraan wisatawan, masih terbatas. Oleh
karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk menentukan kejadian dan tingkat
serangan traveler’s diarrhea di Asia Tenggara serta pengaruh dari kewarganegaraan terhadap
faktor-faktor traveler’s diarrhea dengan melakukan survei pada wisatawan dari semua benua
di dunia. Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk menilai faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan traveler’s diarrhea.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan kuesioner secara cross-sectional.
Wisatawan asing di aula keberangkatan Bandara Internasional Suvarnabhumi (Bangkok,
Thailand) diminta untuk mengisi kuesioner. Kriteria inklusi termasuk wisatawan dewasa
yang telah menyelesaikan perjalanan dan akan berangkat ke negara tujuan di luar Asia
Tenggara. Wisatawan dari negara Asia Tenggara atau wisatawan yang transit tidak termasuk
kriteria inklusi. Kuesioner penelitian disusun, diuji, dan direvisi sebelum pengumpulan data.
Bentuk akhir dari kuesioner ini terdiri atas tiga bagian, yaitu informasi umum mengenai
wisatawan, persepsi dan kebiasaan yang berkaitan dengan risiko traveler’s diarrhea, serta
rincian diare yang dialami. Kuesioner ditulis dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Cina, Jepang, dan Korea.
Besar sampel yang diperlukan dihitung sebelum penelitian berdasarkan insidensi
traveler’s diarrhea dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada wisatawan asing yang
mengunjungi Phuket dan Chiang Mai, dan menggunakan data jumlah serta kewarganegaraan
wisatawan yang mengunjungi Thailand yang diperoleh dari Departemen Imigrasi Thailand.5
Karena insidensi traveler’s diarrhea bervariasi dari 1,6% hingga 15,7% tergantung pada
kewarganegaraan wisatawan, kami menggunakan insidensi terendah yang terdeteksi
sebelumnya, yaitu 1,6% untuk menghitung besar sampel.3 Untuk mencapai α = 0,05 dua arah,
kami membutuhkan setidaknya 7.389 wisatawan. Pengambilan kuota sampel dihitung

  2  
berdasarkan jumlah responden dari masing-masing benua menggunakan proporsi sebenarnya
dari wisatawan yang berkunjung ke Thailand.5
Selama pengumpulan data, pemeriksa dan asisten terlatih meminta setiap wisatawan
yang memenuhi syarat di ruang keberangkatan untuk mengisi sendiri kuesioner. Tim
investigasi tersedia untuk membantu jika wisatawan memiliki pertanyaan atau perlu
klarifikasi. Pada penelitian ini, diare yang terjadi pada wisatawan didefinisikan sebagai buang
air besar sebanyak tiga kali atau lebih dengan feses yang lembek dalam waktu 24 jam.
Analisis statistik. Analisis statistik dilakukan menggunakan SAS versi 9.2 (SAS
Institute Inc., Cary, NC). Rata-rata dan standar deviasi dihitung berdasarkan data kontinu
terdistribusi normal. Data kategorikal digambarkan menggunakan angka dan persentase.
Karena satu wisatawan dapat memiliki beberapa episode diare, insidensi dihitung dengan
membagi jumlah total episode diare dengan total durasi tinggal (dalam bulan) dari semua
wisatawan (waktu berisiko). Dalam menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan
diare, prevalensi diare dihitung sebagai proporsi semua wisatawan yang mengalami diare.
Rasio prevalensi kasar dan 95% interval kepercayaan (CI) untuk diare diperkirakan
menggunakan model regresi Poisson (PROC GENMOD). Variabel yang signifikan secara
statistik adalah P <0,05 atau dianggap memiliki signifikan klinis dimasukkan dalam analisis
multivariat untuk memperkirakan rasio prevalensi yang disesuaikan dan 95% CI.
Multikolinieritas antar variabel juga diperiksa, suatu variabel yang menunjukkan kolinearitas
yang kuat dikeluarkan dari model akhir.
Pernyataan etik. Protokol penelitian dan kuesioner disetujui oleh Komite Etika
Fakultas Kedokteran Tropis, Universitas Mahidol (Persetujuan No. MUTM 2010-015-02).
Karena penelitian ini bersifat sukarela, survei anonim di antara orang dewasa yang bersifat
non-eksperimental, Komite Etik tidak mempergunakan persyaratan persetujuan tertulis, dan
menetapkan bahwa mengisi kuesioner telah mewakili persetujuan subyek untuk
berpartisipasi. Tidak ada data yang dapat mengidentifikasi identitas responden dalam
kuesioner demi menjaga kerahasiaan responden. Tim investigasi diberikan izin untuk
melakukan penelitian di Bandara Suvarnabhumi oleh Otoritas Bandara Thailand.

HASIL
Demografi. Data penelitian dikumpulkan dari April 2010 hingga Juli 2011. Sekitar
70% wisatawan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, 7.963
kuesioner diselesaikan dan dianalisis. Usia rata-rata responden adalah 35 tahun; 56%
responden merupakan laki-laki. Responden sebagian besar berasal dari Eropa (36,8%) diikuti

  3  
oleh Asia Timur (33,4%). Pariwisata merupakan alasan paling sering untuk bepergian
(85,2%), diikuti oleh bisnis dan mengunjungi teman dan kerabat. Sebagian besar responden
(86,5%) mengunjungi Asia Tenggara untuk pertama kalinya, dan sebagian besar hanya
mengunjungi satu negara. Durasi rata-rata tinggal adalah 28 hari, dan durasi median tinggal
adalah 10 hari. Sebanyak 41% responden melakukan perjalanan kurang dari satu minggu.
Data demografis lengkap ditunjukkan pada Tabel 1.
Insidensi, karakteristik, dan dampak diare. Secara total, 1.284 responden
(16,1%) mengalami diare selama perjalanan dan melaporkan 1.964 episode diare. Insidensi
diare secara keseluruhan adalah 32,1 per 100 orang per bulan. Sebagian besar responden
hanya mengalami satu episode diare (68,7%) dengan 3-4 kali buang air besar per hari.
Sebagian besar serangan diare (65,8%) terjadi dalam 7 hari pertama perjalanan dan
berlangsung selama 1-2 hari. Setengah dari responden yang menderita diare membeli obat
sendiri untuk mengobati diare, sementara 6,4% mengunjungi dokter. Hanya 3,6% dirawat di
rumah sakit. Karakteristik dan dampak diare lengkap ditunjukkan pada Tabel 2.
Sikap dan kebiasaan para wisatawan tentang diare yang dialami. Mayoritas
wisatawan (73%) mencari informasi kesehatan perjalanan sebelum perjalanan mereka.
Sumber informasi yang paling umum di antara responden adalah klinik perjalanan (49%),
dokter umum (36%), internet (31%), dan buku panduan (23%). Sebagian besar wisatawan
sadar akan risiko diare pada perjalanan ini. Sekitar sepertiga dari wisatawan merasa memiliki
"risiko menengah" (10-20% kemungkinan terkena diare), sementara 22,9% dan 17,4%
wisatawan masing-masing merasa memiliki "risiko tinggi" (peluang 30-50%) dan "risiko
sangat tinggi”(> peluang 50%) terkena diare. Hanya 7,6% melaporkan bahwa mereka "tidak
tahu".
Wisatawan yang mencari informasi kesehatan perjalanan dari klinik perjalanan
secara signifikan melaporkan kejadian diare lebih sedikit daripada mereka yang tidak mencari
informasi (11,9% berbanding 20,2%; P <0,001), sedangkan wisatawan yang mencari
informasi dari sumber lain secara signifikan tidak berbeda insidensi diarenya daripada
mereka yang tidak mencari informasi. Wisatawan yang memperkirakan bahwa mereka
memiliki risiko sangat tinggi terkena diare melaporkan angka diare tertinggi (42,3%), jauh
lebih tinggi daripada yang lain.

  4  
  5  
Kebiasaan di antara wisatawan yang dilaporkan secara signifikan menyebabkan
peningkatan insiden traveler’s diarrhea adalah membawa obat untuk diare, mencuci tangan
sebelum makan makanan, mencuci tangan sebelum memegang makanan, minum minuman
es, makan sayur selada, dan membeli makanan dari pedagang kaki lima (Tabel 3). Wisatawan
yang sering makan makanan yang tersisa dari makanan sebelumnya, makan daging mentah
atau tidak dimasak, atau minum air keran memiliki angka diare yang secara signifikan tidak
berbeda dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan kebiasaan diatas.
Tingkat serangan traveler’s diarrhea di setiap negara di Asia Tenggara. Prevalensi
keseluruhan traveler’s diarrhea di Asia Tenggara adalah 16,14% (95% CI: 15,33-16,95).
Wisatawan ke Vietnam dan Indonesia memiliki yang tingkat serangan diare tertinggi (19%),
diikuti oleh Republik Demokratik Rakyat Laos (17%), dan Filipina (15%). Tingkat serangan
diare terendah (2%) ditemukan di Singapura. Di antara para wisatawan yang hanya
mengunjungi Thailand, tingkat serangan diare wisatawan di antara kelompok tersebut adalah
10,9% (657 / 6.025). Rinciannya ditunjukkan pada Tabel 4.

Faktor risiko traveler’s diarrhea. Prevalensi diare berbeda antar wisatawan dari berbagai
benua. Wisatawan dari Oseania memiliki tingkat serangan diare tertinggi (32,9%), diikuti
oleh wisatawan dari Amerika Utara (27,8%) dan Eropa (27%). Wisatawan dari Amerika
Selatan dan Asia Selatan memiliki angka diare terendah (2,6%). Wisatawan yang pergi ke
Asia Tenggara dengan tujuan pendidikan atau penelitian memiliki angka diare tertinggi
(27,9%), sementara wisatawan yang pergi untuk tujuan bisnis memiliki tingkat terendah
(12%). Hubungan antara diare dan tujuan perjalanan setelah disesuaikan dengan analisis
multivariat adalah tidak signifikan.

  6  
Angka serangan diare meningkat dengan jumlah negara yang dikunjungi (satu negara,
10,9%; dua negara, 26,9%; tiga negara, 35,5%; lebih besar dari tiga negara, 45%). Wisatawan
yang tinggal lebih lama dari 28 hari memiliki angka diare yang lebih besar, yaitu 10 kali lebih
tinggi dari wisatawan yang tinggal 1-7 hari (35% berbanding 2,8%).
Analisis multivariat terperinci dilakukan untuk menentukan faktor risiko traveler’s
diarrhea. Durasi tinggal merupakan faktor risiko bebas, dengan hubungan dosis respon:
hanya 2,8% wisatawan dengan durasi tinggal kurang dari 7 hari mengalami diare, sementara
16% wisatawan yang tinggal 8-14 hari dan 26% dari wisatawan yang tinggal 15–21 hari
mengalami diare. Namun, rasio prevalensi yang disesuaikan dari variabel ini tidak dapat
diperkirakan karena variabel kolinearitas. Jumlah negara yang dikunjungi juga merupakan
faktor risiko yang kuat. Wisatawan yang mengunjungi lebih dari tiga negara di Asia Tenggara
memiliki tiga kali lipat peluang terkena diare dibandingkan dengan wisatawan yang hanya
mengunjungi satu negara (rasio prevalensi yang disesuaikan 3,39, 95% CI: 2,62-4,40).
Daerah asal wisatawan adalah faktor risiko bebas untuk diare. Wisatawan dari Eropa,
Amerika Utara, dan Oseania memiliki angka diare yang secara signifikan lebih tinggi, dengan
rasio prevalensi yang disesuaikan masing-masing sebesar 8,24, 8,88, dan 11,67 bila
dibandingkan dengan wisatawan dari Asia Timur. Faktor lain yang secara signifikan
berhubungan dengan diare adalah kebiasaan mencari informasi kesehatan perjalanan sebelum
perjalanan, minum minuman dengan es atau es batu, dan mencuci tangan sebelum menyentuh
makanan. Usia lebih dari 25 tahun adalah satu-satunya faktor yang berhubungan dengan
angka diare yang lebih rendah dibandingkan dengan usia 18-25 tahun. Analisis multivariat
lengkap ditunjukkan pada Tabel 5.

  7  
DISKUSI
Dalam penelitian ini, tingkat serangan traveler’s diarrhea secara keseluruhan di Asia
Tenggara adalah 16,1%. Jumlah ini sebanding dengan beberapa penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Asia Tenggara yang melaporkan insidensi traveler’s diarrhea antara 1,6% dan
30,7%.3,4,7,8 Tidak mungkin untuk membandingkan tingkat serangan ini dengan penelitian
sebelumnya secara langsung karena ada perbedaan yang substansial dalam sampel penelitian,
termasuk karakteristik populasi, tujuan, lama tinggal, dan gaya perjalanan. Meskipun
demikian, beberapa poin penting harus diperhatikan.

  8  
Kami menunjukkan bahwa angka serangan diare secara signifikan berbeda dengan
kewarganegaraan wisatawan. Wisatawan dari negara berkembang memiliki angka serangan
diare yang lebih rendah daripada wisatawan dari negara maju. Sebagai contoh, wisatawan
dari Asia Timur, Timur Tengah, Asia Selatan, dan Amerika Selatan memiliki tingkat
serangan diare yang sangat rendah (kurang dari 5%), sedangkan wisatawan dari Oseania
(Australia, Selandia Baru), Amerika Utara, dan Eropa memiliki angka serangan diare yang
lebih tinggi (masing-masing 33%, 28%, dan 27%). Temuan ini menunjukkan bahwa semakin
besar kesamaan antara negara asal dan negara tujuan, semakin rendah risiko diare. Temuan
ini dapat dijelaskan oleh: 1) kekebalan sebelumnya (wisatawan dari negara-negara
berkembang kemungkinan memiliki kekebalan yang lebih besar terhadap beberapa
enteropatogen karena kekebalan alami yang diperoleh di negara asal mereka2,9) dan 2)
kesamaan makanan dan kebiasaan makan kemungkinan juga mengurangi risiko diare
noninfeksi— misalnya, diare yang disebabkan oleh alergi makanan atau intoleransi makanan.
Kami tidak memasukkan warga negara Asia Tenggara yang bepergian dalam wilayah
ini dalam sampel penelitian. Namun, secara logis kami dapat menyimpulkan bahwa risiko
diare mereka akan rendah, sesuai hasil yang telah dibahas diatas dimana tingkat serangan
diare akan rendah jika asal dan tujuannya sama. Penelitian kami sebelumnya menemukan
bahwa tingkat serangan traveler’s diarrhea di antara wisatawan Thailand ke Laos hanya
1,2%.10
Tempat tujuan para wisatawan di tingkat negara juga memengaruhi risiko diare.
Masing-masing negara di Asia Tenggara menunjukkan tingkat risiko kesehatan yang berbeda.
Kami menemukan bahwa angka serangan traveler’s diarrhea bervariasi dari yang terendah
(2,3%) di Singapura hingga yang tertinggi (19,31%) di Vietnam. Karena risiko ini bervariasi
di tiap negara, praktisi kedokteran wisata harus mempertimbangkan rencana perjalanan
terperinci di tingkat negara, bukan hanya di tingkat regional.
Durasi tinggal dan jumlah negara yang dikunjungi diidentifikasi sebagai faktor risiko
yang signifikan dalam penelitian kami: semakin lama durasi tinggal dan semakin banyak
negara yang dikunjungi, semakin tinggi risikonya. Temuan ini mendapat hasil yang sama dari
beberapa penelitian sebelumnya. Namun, hubungan antara angka serangan diare dan lama
tinggal tidak sesuai selama perjalanan. Fase awal perjalanan tampaknya memiliki risiko diare
tertinggi.2,3,13 Penelitian kami mengkonfirmasi hasil pengamatan ini, karena sekitar 2/3 (66%)
wisatawan yang mengalami diare dalam penelitian kami mengalami diare pada minggu
pertama perjalanan mereka. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa semakin lama wisatawan

  9  
tinggal di suatu tujuan, semakin besar kemungkinan mereka memperoleh kekebalan alami
terhadap enteropatogen.
Kami juga menilai hubungan antara kebiasaan wisatawan dan risiko diare. Hasil dari
model univariat tidak meyakinkan dan bertentangan dengan pengetahuan dasar dalam
beberapa parameter. Sebagai contoh, kami menemukan bahwa wisatawan yang makan
campuran sayur-mayur secara teratur memiliki peningkatan risiko diare. Temuan ini masuk
akal secara logis. Tetapi kami juga menemukan bahwa para wisatawan yang mencuci tangan
secara teratur memiliki tingkat serangan diare yang lebih tinggi. Dalam analisis multivariat,
minum minuman dengan es dan mencuci tangan sebelum menyentuh makanan berhubungan
dengan tingkat serangan diare yang lebih tinggi. Penting untuk dicatat bahwa, seperti dalam
semua penelitian cross sectional, kami tidak dapat menilai hubungan kausal antar parameter.
Bahkan beberapa penelitian prospektif telah gagal menunjukkan efek perlindungan dari
kebiasaan-kebiasaaan yang masuk akal ini terhadap risiko diare.14,15
Mayoritas episode diare dalam penelitian ini adalah ringan dan dapat sembuh sendiri.
Sebagian besar episode diare hanya terdiri dari 3-4 buang air besar per hari dan berlangsung
selama 1-2 hari. Hanya 3,6% wisatawan yang mengalami diare perlu dirawat di rumah sakit.
Karakteristik diare ini konsisten dengan banyak laporan sebelumnya mengenai wisatawan ke
Asia, Afrika, atau Amerika Tengah dan Selatan.3,4,11,16,17 Meskipun perjalanan klinis diare di
berbagai bagian dunia relatif sama, namun agen etiologi diare di berbagai negara tujuan
mungkin berbeda.2 Perlu dicatat bahwa diare akibat bakteri gram negatif juga sering terjadi
pada wisatawan.2,16,18 Keracunan makanan atau intoleransi makanan mungkin menjadi
penyebab lain diare pada kelompok ini.
Penelitian kami memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, tidak mungkin untuk
menghilangkan bias dari jenis survei ini, karena kami mengumpulkan data dari para
responden pada hari terakhir perjalanan mereka ke Asia Tenggara. Responden diminta untuk
mengingat apakah mereka mengalami diare dan mengingat faktor risiko terkait lainnya.
Faktor-faktor risiko yang dirasakan dan kemampuan mengingat faktor-faktor risiko untuk
diare mungkin berbeda antara mereka yang dengan dan tanpa diare; ini bisa membuat bias
estimasi. Selain itu, laporan tentang kejadian diare dalam penelitian ini dapat menjadi
berlebihan atau terlalu rendah, karena hasilnya didasarkan pada yang dilaporkan sendiri.
Namun, variasi ini mungkin kecil, karena episode diare relatif jelas dan mudah dikenali serta
diingat. Kedua, kami mengumpulkan data hanya dari satu bandara di Asia Tenggara (Bandara
Suvarnabhumi, Bangkok). Meskipun bandara ini adalah bandara regional utama dan kami
melakukan survei terhadap 7.945 responden, tidaklah ideal untuk menggunakan data dari satu

  10  
bandara untuk menilai diare di seluruh wilayah. Penelitian di banyak bandara dan
multinegara dapat memberikan data yang lebih komprehensif. Akhirnya, sesuai dengan jenis
dari traveler’s diarrhea dan rencana perjalanan yang rumit beberapa wisatawan; negara
tempat diare terjadi mungkin bukan negara pemaparan. Selain itu, karena tidak ada tindak
lanjut dalam penelitian ini, ada kemungkinan bahwa beberapa wisatawan dapat menyebarkan
diare setelah meninggalkan Asia Tenggara.
Penelitian kami menunjukkan bahwa traveler’s diarrhea merupakan risiko kesehatan
yang penting di antara para wisatawan di Asia Tenggara, termasuk para wisatawan dari
negara berkembang. Terlepas dari faktor-faktor risiko yang diketahui termasuk usia dan lama
tinggal, kami mengkonfirmasi bahwa kewarganegaraan wisatawan dan negara-negara yang
dikunjungi secara signifikan berhubungan dengan risiko mengembangkan traveler’s
diarrhea.

Diterima 24 Februari 2015. Diterima untuk publikasi 12 Mei 2015.


Diterbitkan online 29 Juni 2015.
Ucapan Terima Kasih: Kami berterima kasih kepada staf Kantor Kesehatan Pelabuhan di
Bandara Suvarnabhumi atas bantuan mereka selama pengumpulan data. Kami juga berterima
kasih kepada Departemen Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Masyarakat, dan
Otoritas Bandara Thailand atas dukungan mereka terhadap penelitian ini.
Dukungan finansial: Penelitian ini didanai oleh Fakultas Kedokteran Tropis, Universitas
Mahidol.
Penafian: Penelitian ini, sebagian, disajikan sebagai poster (PO03.05) pada Konferensi
Masyarakat Kedokteran Perjalanan Internasional (CISTM13) Maastricht, Belanda, 19-23 Mei
2013.
Alamat penulis: Chatporn Kittitrakul dan Watcharapong Piyaphanee, Departemen
Kedokteran Tropis Klinis, Fakultas Kedokteran Tropis, Universitas Mahidol, Bangkok,
Thailand, Email: chatporn.kit@mahidol.ac.th dan watcharapong.piy@mahidol.ac. th.
Saranath Lawpoolsri, Departemen Hygiene Tropis, Fakultas Kedokteran Tropis, Universitas
Mahidol, Bangkok, Thailand, Email: saranath.law@mahidol.ac.th. Teera Kusolsuk,
Departemen Helminologi, Fakultas Kedokteran Tropis, Universitas Mahidol, Bangkok,
Thailand, E-mail: teera.kus@mahidol.ac.th. Jutarmas Olanwijitwong, Fakultas Kedokteran
Tropis, Universitas Mahidol, Rumah Sakit untuk Penyakit Tropis, Bangkok, Thailand, Email:
jutarmas.ola@mahidol.ac.th. Waraluk Tangkanakul, Departemen Pengendalian Penyakit,

  11  
Biro Penyakit Menular Umum, Kementerian Kesehatan Masyarakat, Nonthaburi, Thailand,
Email: hapdocw@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA
1. Steffen R, Amitirigala I, Mutsch M, 2008. Health risks among travelers–need for
regular updates. J Travel Med 15: 145–146.
2. Steffen R, Hill DR, DuPont HL, 2015. Traveler’s diarrhea: a clinical review. JAMA
313: 71–80.
3. Chongsuvivatwong V, Chariyalertsak S, McNeil E, Aiyarak S, Hutamai S, Dupont
HL, Jiang ZD, Kalambaheti T, Tonyong W, Thitiphuree S, Steffen R, 2009.
Epidemiology of travelers’ diarrhea in Thailand. J Travel Med 16: 179–185.
4. Piyaphanee W, Kusolsuk T, Kittitrakul C, Suttithum W, Ponam T, Wilairatana P,
2011. Incidence and impact of travelers’ diarrhea among foreign backpackers in
southeast Asia: a result from Khao San road, Bangkok. J Travel Med 18: 109–114.
5. Evans MR, Shickle D, Morgan MZ, 2001. Travel illness in British package holiday
tourists: prospective cohort study. J Infect 43: 140–147.
6. World Centre of Excellence for Destinations, 2011. Double-Digit Growth for Asia
and the Pacific in 2010. Available at: http:// www.ced.travel/destinations-news/145-
double-digit-growth-for- asia-and-the-pacific-in-2010.html. Accessed February 21,
2011.
7. DuPont HL, 2005. Travelers’ diarrhea: antimicrobial therapy and chemoprevention.
Nat Clin Pract Gastroenterol Hepatol 2: 191–198.
8. Mitsui Y, Chanyasanha C, Boonshuyar C, Shimada M, Moji K, 2004. Incidence of
travelers’ diarrhea among Japanese visiting Thailand. Trop Med Int Health 32: 21–26.
9. Piyaphanee W, Steffen R, Shlim DR, Gherardin T, Chatterjee S, 2012. Travel
medicine for Asian travelers–do we need new approaches? J Travel Med 19: 335–
337.
10. Piyaphanee W, Kittitrakul C, Lawpoolsri S, Tangkanakul W, Sa-Ngiamsak N, Nasok
P, Wongchai S, Ponam T, Wichianprasat P, Phumratanaprapin W, 2014. Incidence
and spectrum of health problems among travelers to Laos. J Travel Med 21: 163 –
168.
11. Al-Abri SS, Beeching NJ, Nye FJ, 2005. Traveller’s diarrhoea. Lancet Infect Dis 5:
349–360.

  12  
12. Steffen R, van der Linde F, Gyr K, Schar M, 1983. Epidemiology of diarrhea in
travelers. JAMA 249: 1176–1180.
13. Angst F, Steffen R, 1997. Update on the epidemiology of traveler’s diarrhea in east
Africa. J Travel Med 4: 118–120.
14. Kozicki M, Steffen R, Schar M, 1985. ‘Boil it, cook it, peel it or forget it’: does this
rule prevent travellers’ diarrhoea? Int J Epidemiol 14: 169–172.
15. Merson MH, Morris GK, Sack DA, Wells JG, Feeley JC, Sack RB, Creech WB,
Kapikian AZ, Gangarosa EJ, 1976. Travelers’ diarrhea in Mexico. A prospective
study of physicians and family members attending a congress. N Engl J Med 294:
1299 – 1305.
16. Hill DR, Beeching NJ, 2010. Travelers’ diarrhea. Curr Opin Infect Dis 23: 481–487.
17. Soonawala D, Vlot JA, Visser LG, 2011. Inconvenience due to travelers’ diarrhea: a
prospective follow-up study. BMC Infect Dis 11: 322.
18. Shah N, DuPont HL, Ramsey DJ, 2009. Global etiology of trav- elers’ diarrhea:
systematic review from 1973 to the present. Am J Trop Med Hyg 80: 609–614.

  13  
TELAAH KRITIS JURNAL
Traveler’s Diarrhea in Foreign Travelers in Southeast Asia: A Cross-Sectional Survey
Study in Bangkok, Thailand

Judul : Traveler’s diarrhea pada Wisatawan Asing di Asia Tenggara: Sebuah


Penelitian Survei Cross-Sectional di Bangkok, Thailand
Penulis : Chatporn Kittitrakul, Saranath Lawpoolsri, Teera Kusolsuk, Jutarmas
Olanwijitwong,Waraluk Tangkanakul, and Watcharapong Piyaphanee
Publikasi : The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene Vol.93/No.3.
Tahun 2015, halaman 485-490
Penelaah : Chintia Amalia
Tanggal telaah : 23 Mei 2019

I. Deskripsi Jurnal
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat serangan dan pengaruh traveler’s
diarrhea berdasarkan negara asal dan negara tujuan serta menganalisis faktor-faktor
risiko utama traveler’s diarrhea pada wisatawan asing yang meninggalkan Asia
Tenggara dari Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand pada tahun April 2010
hinggal Juli 2011.
2. Hasil Penelitian
a. Responden terdiri atas 56% laki-laki (usia rata-rata 35 tahun) dengan rata-rata
dan median lama tinggal masing-masing 28 hari dan 10 hari.
b. Sebagian besar responden berasal dari Eropa (36,8%) atau Asia Timur
(33,4%).
c. Tingkat serangan traveler’s diarrhea adalah 16,1%, dengan tingkat kejadian
32,05 per 100 orang tiap bulan.
d. Negara asal dan negara tujuan wisatawan secara signifikan berhubungan
dengan risiko diare.
e. Kepulauan Oseania memiliki risiko tertinggi (32,9%) dan Asia Timur terendah
(2,6%).
f. Vietnam dan Indonesia adalah negara tujuan dengan risiko tertinggi (19,3%).
g. Faktor signifikan lainnya adalah usia dan lama perjalanan.

  14  
3. Kesimpulan dan saran
a. Traveler’s diarrhea merupakan risiko kesehatan yang penting di antara para
wisatawan di Asia Tenggara, termasuk para wisatawan dari negara
berkembang. Terlepas dari faktor-faktor risiko yang diketahui termasuk usia
dan lama tinggal, penelitian ini mengkonfirmasi bahwa kewarganegaraan
wisatawan dan negara-negara yang dikunjungi secara signifikan berhubungan
dengan risiko mengembangkan traveler’s diarrhea.
b. Penelitian ini mengumpulkan data dari satu bandara di Asia Tenggara, yaitu
Bandara Suvarnabhumi, Bangkok. Sebaiknya dilakukan penelitian di banyak
bandara dan negara sehingga dapat memberikan data yang lebih komprehensif.
Selain itu, sebaiknya dilakukan tindak lanjut apabila dilakukan penelitian
serupa, karena dikhawatirkan adanya kemungkinan bahwa beberapa
wisatawan dapat menyebarkan diare setelah meninggalkan Asia Tenggara.

II. Telaah Jurnal


1. Gaya dan sistematika penulisan
a. Artikel ini telah memuat pendahuluan, bahan dan meotde penelitian, hasil, dan
diskusi secara terperinci sehingga mudah dipahami oleh penelaah.
b. Tata bahasa yang digunakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami
sehingga memudahkan pembaca untuk, mengerti bagaimana penelitian ini.
2. Judul
a. Judul penelitian telah menggambarkan apa yang akan diteliti
b. Judul terdiri dari 16 kata (maksimal 12 kata)
3. Penulis
a. Penulis dalam penelitian ini ada 6 orang.
b. Menurut penelaah, dengan melihat latar belakang departemen mereka berasal,
penulis tersebut mempunyai kualifikasi yang cukup dibidang yang mereka teliti
c. Penulis menjantumkan no telepon dan alamat email korespondensi
4. Abstrak
a. Abstrak menggambarkan mengenai latar belakang, tujuan, bahan dan metode
penelitian, dan hasil penelitian.
b. Tidak mencatumkan kata kunci (kata kunci maksimal hanya 5)
c. Jumlah kata dalam abstrak tidak melebihi 197 kata, yaitu 204 kata (abstrak
bahasa Inggris) dan 206 kata (abstrak bahasa Indonesia)

  15  
5. Pendahuluan
Berdasarkan penelahaan, artikel ini dilatarbelakangi oleh angka kejadian
traveler’s diarrhea yang masih cukup sering terjadi pada wisatawan yang
berkunjung ke negara berkembang. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
menentukan kejadian dan tingkat serangan traveler’s diarrhea di Asia Tenggara dan
pengaruh dari kewarganegaraan terhadap faktor-faktor risiko traveler’s diarrhea
dengan melakukan survei pada wisatawan dari semua benua di dunia. Tujuan lain
dari penelitian ini adalah adalah untuk menilai faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan traveler’s diarrhea.
6. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan kuesioner secara cross-
sectional. Wisatawan asing di aula keberangkatan Bandara Internasional
Suvarnabhumi (Bangkok, Thailand) diminta untuk mengisi kuesioner. Kriteria
inklusi merupakan wisatawan dewasa yang telah menyelesaikan perjalanan mereka
dan berangkat ke tujuan di luar Asia Tenggara. Wisatawan dari negara Asia
Tenggara atau wisatawan yang transit tidak termasuk kriteria inklusi. Kuesioner
penelitian disusun, diuji, dan direvisi sebelum pengumpulan data. Bentuk akhir dari
kuesioner ini terdiri dari tiga bagian: informasi umum mengenai wisatawan,
persepsi, dan kebiasaan yang berkaitan dengan risiko traveler’s diarrhea, serta
rincian diare yang dialami. Kuesioner ditulis dalam bahasa Inggris dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Cina, Jepang, dan Korea.
Besar sampel yang diperlukan dihitung sebelum penelitian berdasarkan insidensi
traveler’s diarrhea dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada wisatawan asing
yang mengunjungi Phuket dan Chiang Mai, dan menggunakan data jumlah serta
kewarganegaraan wisatawan yang mengunjungi Thailand yang diperoleh dari
Departemen Imigrasi Thailand.
Analisis statistik dilakukan menggunakan SAS versi 9.2 (SAS Institute Inc.,
Cary, NC). Rata-rata dan standar deviasi dihitung berdasarkan data kontinu
terdistribusi normal. Data kategorikal digambarkan menggunakan angka dan
persentase.
7. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini, antara lain demografi traveler’s diarrhea, insidensi,
karakteristik, dan dampak traveler’s diarrhea, sikap dan kebiasaan para wisatawan
tentang diare yang dialami, tingkat serangan traveler’s diarrhea di setiap negara di

  16  
Asia Tenggara, dan faktor risiko traveler’s diarrhea yang dipaparkan melalui lima
tabel yang terdapat dalam artikel ini.
8. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan cukup jelas, menggambarkan secara umum pokok permasalahan
yang didapatkan dari penelitian ini.
b. Saran yang dipaparkan dalan artikel ini sudah cukup memberikan solusi terhadap
keterbatasan yang telah dipaparkan pada penelitian ini
9. Daftar Pustaka
a. Referensi menggunakan literatur dari buku, jurnal, dan guideline. Beberapa daftar
pustaka dipublikasikan sudah lebih dari 5 tahun dari penelitian ini.
b. Aturan penulisan daftar pustaka dibuat sesuai penulisan Vancouver.
 

  17  

Anda mungkin juga menyukai