TINJAUAN PUSTAKA
II. Prevalensi
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang progresif. Diabetes melitus berhubungan dengan risiko aterosklerosis dan
merupakan predisposisi untuk terjadinya kelainan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati
dan neuropati. Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa proporsi diabetes di Indonesia
pada tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Proporsi diabetes
melitus di Indonesia sebesar 6,9 %, toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 29,9% dan
glukosa darah puasa (GDP) terganggu sebesar 36,6%. Proporsi penduduk di pedesaan yang
menderita diabetes melitus hampir sama dengan penduduk di perkotaan.3
Prevalensi diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen
(2013). Penyakit diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan
terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, gangguan pada mata, ginjal dan syaraf.
Penyandang diabetes mellitus mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami penyakit
jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak, 5 kali lebih mudah menderita
ulkus/gangren, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebih mudah
mengalami kebutaan akibat kerusakan retina daripada pasien non diabetes. Usaha untuk
menyembuhkan kembali menjadi normal sangat sulit jika sudah terjadi penyulit, karena
kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap. Usaha pencegahan diperlukan lebih dini
untuk mengatasi penyulit tersebut dan diharapkan akan sangat bermanfaat untuk menghindari
terjadinya berbagai hal yang tidak menguntungkan. 3
1
III. Klasifikasi
Autoimun
Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi mulai dari yang dominan disertai defiseinsi
insulin relatif sampai yang dominan sekresi insulin desertai
resistensi insulin
Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pancreas
Endokrinopati
Karena obat dan zat kimia
Infeksi
Sebab imuno yang jarang
Sindrom genetik yang lain berkaitan dengan DM
DM gestational Diabetes yang mulai timbul atau mulai diketahui selama
kehamilan
4
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat
homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus. DM tipe 2
berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini sudah lama
dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya
DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara
kandung mengalami penyakitini.
6. Riwayat Diabetes dalam kehamilan, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat
atau berat badan lahir bayi > 4000 gram
7. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium
8. A1C ≥ 5,7 % atau Riwayat gangguan toleransi glukosa
9. Riwayat atau penderita PJK, TBC, atau hipertiroidisme.
10. Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥200 mg/dl)1,2
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >
250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL
(< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
11. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan
peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat-
baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga
berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula
darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski,
240 ml wine atau 720 ml.
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang
pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik,
pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh. 1,2
5
VII.DIAGNOSIS
Diagnosis dari Diabetes Melitus harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa
darah. Penegakan diagnosis Diabetes Melitus harus memperhatikan asal bahan darah
yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Penegakan diagnosis berdasarkan
pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan
bahan darah plasma vena2,3. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun
kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik,
sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler.2
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya
Diabetes Melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik Diabetes Melitus
seperti tersebut di bawah ini2,3 :
1. Keluhan klasik DiabetesMelitus berupa : Poliphagia (banyak makan), polidipsia
(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan
bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. 2,3
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostic dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala,
tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga
DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL <35 mg/dl,
atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji
penyaring.5
Diagnosis Diabetes Melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara:
Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma >
200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus.2
6
Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk
diagnosis Diabetes Melitus. 2
Ketiga dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan
beban 75 gram, glukosa lebih sensitif dan spesifik di banding dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan sendiri. 2
Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat .2
7
Langkah-Langkah Diagnostik Diabetes Melitus dan Toleransi Glukosa Terganggu2
Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus dan Gangguan Glukosa menurut American Diabetes
Association:1
1. A1C ≥ 6,5 %
2. Gejala klasik DM dengan kadar Glukosa Darah Sewaktu (plasma vena) ≥ 200 mg/dl (11,1
mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakir. Gejala klasik adalah poliuria, polidipsia dan berat badan
turun tanpa sebab. 1
3. Kadar Glukosa Darah Puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L). Puasa adalah pasien tidak mendapat
kalori sedikitnya 8 jam. 1
4. Kadar Glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi Glukosa Oral
dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr
glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi
kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan kedalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantung dari hasil
yang diperoleh:
TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L)
GDPT: glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L) 1
1. Diet
8
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status
gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). 6
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive,
Endurance (CRIPE). 6
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan
pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.
Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah
mengidap DM dengan penyulit menahun. 6
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin
Obat – Obat Diabetes Melitus
a. Antidiabetik oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid
2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan Tiazolidindion (TZD)
3) Penghambat Absorpsi Glukosa: Penghambat Glukosidase Alfa.
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)2
b. Insulin
Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral,
kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan
pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang
memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Fungsi insulin antara lain
menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan
penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan
otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan lemak
dari glukosa. 7
9
IX. Komplikasi diabetes melitus
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut
dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu :5,8
a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (< 50
mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat
dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan
sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat
mengalami kerusakan.
- Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara
tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,
antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan
kemolakto asidosis. 5,8
b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum berkembang
pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
- Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada
penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati,
dan amputasi 5,8
X.Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu9:
Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat
yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan
faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra. Pencegahan
premodial pada penyakit DM misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga
masyarakat merasa bahwa konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan
10
yang kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang
baik bagi kesehatan. 9
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk
menderita DM diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT) 9
11