Anda di halaman 1dari 21

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI
Hemoroid adalah pelebaran vena-vena satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales 1. Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik. 1
Hemorrhoid interna adalah pelebaran dari plexus vena hemorrhoidalis superior,
‘cephalad’ dari garis ‘dentate’ dan tertutup oleh mukosa.
Hemorrhoid eksterrna adalah dilatasi dari plexus hemorrhoidalis inferior. Lokasi
dibawah garis dentate, tertutup dengan anoderm dan kulit perianal dan di tutupi oleh
epitel gepeng. Karena plexus-plexus nya berhubungan, dan kombinasi dari ekterna dan
interna hemorrhoid (hemorrhoid campuran).2

Sumber : http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hemorrhoids/

Kedua pleksus hemorrhoid, interna dan eksterna saling berhubungan secara


longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah
bawah dan anus. Pleksus hemorrhoid interna mengalirkan darah ke v.hemorrhoidalis

1
superior dan selanjutnya ke v.porta. pleksus hemorrhoid eksternus mengalirkan darah ke
peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaka 3,4,5

B. ANATOMI

Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang
dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dari
rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan
internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci) kanalis anis
memiliki panjang kurang lebih 1,5 inci atau sekitar 4 cm.2,6

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada
suplai darah yang diterima. Arteria mensenterika superior mendarahi belahan kanan
(sekum, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal kolon transversum) dan arteria
menserika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon
asendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke
rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dan arteria
iliaka interna dan aorta abdominalis.2,7

C. FISIOLOGI

Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesentarika
superior, vena mesentarika inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal
yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan
darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang
meningkat dapat menyebabkan aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.

2
gambar anatomi anal canal yang memperlihatkan pleksus hemoroid internal dan eksternal
(Penninger dan Zainea, 2001).

Terdapat dua jenis peristaltik propulsif, yang pertama kontraksi lamban dan tidak teratur,
berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra, dan yang ke
dua adalah peristaltik massa, merupakan konstraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan
peristaltik ini menggerakan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini
timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan,
terutama setelah makan yang pertama kali dimakan pada hari itu.2,8

Propulasi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan
merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna.
Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan
ole sistem saram voluntar. Refleks defekasi terintegrasi pada medulla spinalis segmen sacral
kedua dan keempat. Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf spalangnikus panggul
dan menyebabkan terjadinya konstraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum
yang teregang berkonstraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan
annulus anorektal menghilang, otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus
tertarik ke atas melebihi tinggi masa feses. Defekasi dipercepat dengan tekanan intra abdomen
yang meningkat akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi
otot abdomen secara terus menerus (maneuver dan peregangan valsalva). Defekasi dapat

3
dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara
bertahap menjadi relaks, dan keinginan defekasi menghilang.9

Rektum dan anus merupakan lokasi sebagian penyakit yang sering ditemukan pada
manusia. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan rektum saat terjadi
peristaltik massa. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi
menghilang. Air tetap terus diabsorpsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras, dan
menyebabkan lebih sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul
disuatu tempat dan tidak dapat dikeluarkan maka disebut sebagai impaksi feses. Tekanan pada
feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna,
dan hal ini merupakan salah satu penyebab hemoroid.2

D. ETIOLOGI

Hemorrhoid memiliki faktor resiko yang cukup banyak antara lain:


a) Kurangnya mobilisasi
b) Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan BAB
sehingga terkadang harus mengejan dikarenkan feses yang mengeras, berbau lebih
busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekuensi BAB lebih dari 3 hari
sekali. Pada obstipasi atau kontipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang lebih
lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus spchinter ani terjadi berulang
kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya
bertambah buruk.
c) Cara buang air besar yang tidak benar
BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan
tekanan vena yang akhirinya mengakibatkan pelebaran vena.
d) Kurang minum, kurang memakan makanan berserat (sayur dan buah)
e) Faktor umur. Pada umur tua terjadi degenerasi dan jaringan-jaringan tubuh, otot
sfingter juga menjadi tipis dan atonis. Karena sfingternya lemah, maka bisa
timbul prolaps.
f) Olahraga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang
termasuk olahraga berat antara lain mengangkat beban berat angkat besi,
bersepeda, berkuda, latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang
dengan kegiatan berolahraga yang terlalu berat lebih dari 3 kali seminggu dengan
waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan musculus sfingter ani
4
terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat
peregangannya bertambah buruk.
g) Faktor pekerjaan
Orang yang harus berdiri, duduk lama atau harus mengangkat barang berat
mempunyai predisposisi untuk terkena hemorrhoid.
h) Kehamilan
Varises rektum, atau hemorrhoid, memburuk selama masa hamil akibat:.
1) Peningkatan tekanan vena pada vena panggul disebabkan tekanan uterus yang
membesar.
2) Efek relaksasi progesteron pada dinding dan katup vena, disekitar jaringan
otot dan usus besar.
3) Trauma akibat mengejan selama persalinan kala dua dan tekanan dari bayi
serta distensi saat kelahiran.
i) Riwayat Keluarga
Pigot et al., menyatakan bahwa seseorang yang memilki riwayat keluarga pernah
menderita hemorrhoid memiliki resiko 5, 17 kali menderita hemorrhoid.

E. KLASIFIKASI
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna.
A. Hemoroid Interna
Hemoroid interna adalah plekus v.hemoroidalis superior di atas garis mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa. 1 Hemoroid interna adalah vena dengan mukosa di atas linea
dentata. 3 Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan
submukosa pada rectum sebelah bawah. 1Hemoroid interna berlokasi di anterolateral,
porterolateral, dan lateral kiri. 3 Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat. 1,2

Hemoroid Intern

Derajat Berdarah Menonjol Reposisi

I + - -

II (+) + Spontan

III (+) + Manual

5
IV (+) Menetap Tidak dapat
2
Tabel 1. Derajat Hemoroid Intern

Gambar Derajat Hemoroid Intern ( A. Derajat I, B. Derajat II, C. Derajat III dan IV) 2
Pada hemoroid derajat I terjadi varises atau pelebaran vena tetapi belum ada benjolan
atau prolaps saat defekasi, walaupun defekasi dengan sekuat tenaga. Derajat I dapat diketahui
melalui adanya perdarahan atau melalui sigmoidoskopi. 2
Pada hemoroid derajat II perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat mengejan
selama defekasi berlangsung. Hemoroid derajat II dapat kembali secara spontan. 2
Pada hemoroid derajat III sama dengan derajat II, hanya saja prolapsus tidak dapat
kembali secara spontan tetapi harus didorong (reposisi manual). 2
Pada hemoroid derajat IV prolapsus tidak dapat direduksi atau inkarserasi, benjolan
atau prolaps dapat terjepit di luar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, udema, dan ulserasi,
sehingga baru timbul rasa sakit. 2
B. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna adalah pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior
terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel
anus.1Hemoroid eksterna adalah kompleks vaskular di bawah anoderma. 3Hemoroid
eksterna terletak di bawah linea dentata dan ditutupi oleh kulit. 2
F. PATOGENESIS

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan
berasal dari bantalan jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Anal canal
memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau alas dari jaringan
mukosa. Bantalan ini terantung di anal canal oleh jaringan ikat yang berasal dari sfingter
anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap bantalan terdapat plexus vena yang

6
diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular terebut membuat tiap bantalan
membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia.11

Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan


bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan
akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan mengakibatkan
prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya.
Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang tidak
adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang
meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran
hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa local atau inflamasi yang merusak pembuluh
darah di bawahnya.10,11,5

Taweevisit dkk (2008) menyimpulkan bahwa sel mast memiliki peran


muldimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator dan sitokin yang
dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan
dengan peningkatan vasopermeabilitas dan konstraksi otot polos yang diinduksi oleh
histamine dan leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh
darah pada hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan perdarahan.
Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga terjadi agregasi dan
thrombosis yang merupakan komplikasi akut hemoroid.

Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami thrombosis akan mengalami


rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan granul sel mast.
Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi jaringan stoma, heparin
untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF-α serta interleukin 4 untuk
pertumbuhan fibroblast dan proliferasi. Selanjutnya, pembentukan jaringan parut akan
dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari sel mast.

G. Diagnosa
Diagnosa hemoroid ditegakan berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesa dan
pemeriksaan.
A. Anamnesa

7
Pasien sering menderita hemoroid tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum
atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang berhubungan dengan hemoroid intern
dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis. 2
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma
oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur
dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.Walaupun
berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam.
Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di darah di
vena tetap merupakan “darah arteri”. 2
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia
berat.Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
dan menyebabkan prolaps.Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada waktu
defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi.Pada stadium yang
lebih lanjut hemoroid intern ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk ke
dalam anus.Akhirnnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami
prolaps dan tidak dapat di dorong masuk lagi.Keluarnya mukus dan terdapatnya feses
pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap.Iritasi
kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini
disebabkan oleh kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan mucus. Nyeri hanya
timbul apabila terdapat thrombosis yang luas dengan udem dan radang. 2
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup
bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila
penderita diminta mengedan.Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri.
Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 2
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lainya bisa dengan anoskop untuk melihat hemoroid intern yang
tidak menonjol keluar.Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat
kuadran.Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke lumen.

8
Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. 2
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses
harus diperiksa terhadap adanya darah samar. 2
H. DIAGNOSA BANDING
Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi utama hemoroid intern juga
terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, dan penyakit lain yang
tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus
dilakukan.Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif, bergantung
pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum harus juga dibedakan dari prolaps
mukosa akibat hemoroid intern. 2
Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan
dari hemoroid yang mengalami prolaps.Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat
thrombosis hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit
sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbel kulit, dapat menunjukan adanya
fisura anus.2
I. PENATAKSANAAN

Penatalaksanaan hemoroid internal:8

a. Hemoroid grade I, dilakukan terapi konservatif medis dan menghindari obat-obat anti
inflamasi non steroid, serta makanan pedas atau berlemak
b. Hemoroid grade 2 dan 3, pada awalnya diobati dengan prosedur pembedahan
c. Hemoroid grade 3 dan 4 dengan gejala sangat jelas, penatalaksanaan terbaik adalah
tindakan pembedahan hemorrhoidectomy
d. Hemoroid grade 4 atau dengan jaringan inkarserata membutuhkan konsultasi dan
penatalaksanaan bedah yang cepat

Penatalaksanaan grade 2-3-4 harus dirujuk ke dokter spesialis bedah.

Konseling dan Edukasi

9
Melakukan edukasi pada pasien sebagai upaya untuk pencegahan hemoroid. Pencegahan
hemoroid dapat dilakukan dengan cara:5,8

1. Konsumsi serat 25-30 gram perhari. Hal ini bertujuan untuk membuat feses menjadi
lebihh lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena
anus.
2. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segerakan ke kamar mandi saat merasa akan buang
air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari mengedan.
4. Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lokal (makanan pedas, alkohol) atau
merangsang pencernaan (kopi, teh).
5. Olahraga yang teratur seperti senam, berenang, dan menungging pada saat menjelang
tidur.
6. Hindari mengangkat beban/barang yang berat.

J. KOMPLIKASI

Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah
dapat sangat banyak. Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan terjadinya
anemia, karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang
keluar.9

Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan
takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus. Infeksi
pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula dari selaput lendir/anus dapat juga
terjadi.3

K. PROGNOSIS

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat dibuat menjadi
asimtomatis.Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah
terapi penderita makan diajari untuk menghindari obstipasi dengan makanan serat
agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. 4
10
BAB II

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny.N

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sausu

Agama : Islam

MRS : 23 Juli 2016

No RM : 047378

2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan melalui autoanamnesis

11
Keluhan Utama : keluar benjolan dari dalam anus yang tidak dapat dimasukkan kembali.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien perempuan datang ke Poliklinik Bedah RS Parigi Anuntaluko dengan keluhan


keluar benjolan dari dalam anus tidak dapat dimasukkan kembali sejak 1 minggu yang lalu.

Pada awalnya sejak 3 tahun yang lalu pasien mengeluh keluar benjolan kecil dari dalam
anus yang dapat keluar masuk dengan sendirinya. Sejak kurang lebih satu minggu ini, setiap
BAB disertai dengan darah segar yang mengalir cukup banyak di akhir BAB, benjolan yang
keluar dari anus harus dimasukkan kembali dengan bantuan jari tangan.
Pasien memiliki kebiasaan sering menahan untuk ke kamar mandi ketika ada keinginan
untuk buang air besar.Pasien juga terbiasa mengedan saat BAB karena merasa sukar untuk BAB.
Pasien juga sangat menyukai makanan bercampur sambal. Pasien tidak suka memakan sayuran.
Os tidak mengeluh nafsu makan turun, berat badan turun ataupun badan terasa lemes.

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit DM disangkal penderita.

Riwayat Penyakit Keluarga

Hanya penderita yang sakit seperti ini di keluarga.

Riwayat Sosial Ekonomi dan kebi

Kebiasaan merokok, minum kopi dan meminum alkohol disangkal penderita.

Riwayat Kebiasaan :
 Makanan : Pasien mengaku jarang mengkonsumi makanan berserat, suka makanan
pedas, dan sedikit minum air putih (<8 Gelas per hari)
 Aktivitas : Pasien menyangkal sering melakukan aktifitas yang berat, sering duduk
yang lama
 Pola defekasi: 1-2 kali/minggu (BAB posisi jongkok). BAB terasa keras sehingga
pasien harus mengedan untuk mengeluarkan feses.

3. Pemeriksaan Fisik
12
Kesadaran : compos mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respirasi : 22 x/menit

Suhu : 36,5oC

 Kepala
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : distribusi merata, warna hitam, tidak mudah dicabut
- Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Hidung : deviasi septum (-), discharge (-/-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : discharge (-/-), kelainan bentuk (-/-)
- Mulut : bibir (tidak sianosis), mukosa (n), lidah (n)
 Leher
- Trakhea di tengah, limfonodi tidak membesar
 Thorax
a. Jantung
- Inspeksi : simetris statis dan dinamis, iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : iktus kordis teraba
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : BJ I/II (n), regular, murmur (-), gallop (-)
b. Paru – paru
- Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi intercostae (-)
- Palpasi : fremitus taktil (n) kanan dan kiri, nyeri tekan (-)
- Perkusi : sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
 Abdomen
- Inspeksi : bentuk perut datar, distensi (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Palpasi : supel, NT epigastrium (-), hepar (n), lien (n), ginjal (n), CVA -/-
- Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen kecuali hepar
 Ekstremitas
- Capillary refill (<2 detik)
- Akral hangat
- Oedem (-)
 Status lokalis regio anal
- Inspeksi : kulit sekitar perineum sama, terdapat benjolan yang keluar dari
anus dengan d ± 3cm.

13
- Palpasi (RT): Tonus sphingter ani cukup, mukosa rectum licin, terdapat massa
dengan konsistensi kenyal diameter kurang lebih 3 cm pada jam 7, tidak ada
nyeri tekan, mobile, tidak menghilang saat disorong masuk dan pada sarung
tangan didapatkan darah (+), lendir (+), feses (-).

4. Pemeriksaan Laboratorium

HEMATOLOGI

Hb : 12,5 g/dL

Ht : 37.7 %

Leukosit : 5,700 mm3

Trombosit : 262,000 /mm3

Glucose : 100 mg/dl

5. Resume

Ny.N 33 tahun datang dengan keluhan keluar benjolan dari dalam anus tidak dapat
dimasukkan kembali sejak 1 minggu yang lalu. Sejak 3 tahun yang lalu pasien mengeluh keluar
benjolan kecil dari dalam anus yang dapat keluar masuk dengan sendirinya,

Sejak satu minggu BAB disertai dengan darah segar yang mengalir cukup banyak di
akhir BAB, benjolan yang keluar dari anus harus dimasukkan kembali dengan bantuan jari
tangan. Pasien terbiasa mengedan saat BAB. Pasien memiliki kebiasaan sering menahan untuk
ke kamar mandi ketika ada keinginan untuk buang air besar.Pola defekasi sebanyak 1-2
kali/minggu (BAB posisi jongkok). Pasien menyukai makanan bercampur sambal, tidak suka
memakan sayuran, sedikit minum air putih (<8 Gelas per hari), aktivitas sering duduk.
Pemeriksaan fisik:

Status generalis dalam batas normal.

14
 Status lokalis regio anal
- Inspeksi : kulit sekitar perineum sama, terdapat benjolan yang keluar dari
anus dengan d ± 3cm.
- Palpasi (RT): Tonus sphingter ani cukup, mukosa rectum licin, terdapat massa
dengan konsistensi kenyal diameter kurang lebih 3 cm pada jam 7, tidak ada
nyeri tekan, mobile, tidak menghilang saat didorong masuk dan pada sarung
tangan didapatkan darah (+), lendir (+), feses (-).

6. DIAGNOSA KERJA : Hemorrhoid Interna Grade III

7. Penatalaksanaan
Non farmakologi :
 Perubahan Pola hidup :
Makan-makanan berserat setiap hari, minum air putih minum 8 Gelas sehari,
kurangi makanan pedas
 Perubahan pola defekasi :
Hindari mengedan yang berlebih dan lama.

Farmakologi :

ivfd rl

Anbacim 1 gr/12jam/iv

Ranitidine/1amp/12jam/iv

Rencana : Hemoroidectomi

8. Prognosis
Ad Vitam : ad bonam

Ad Sanationam: ad bonam

Ad Fungsionam: ad bonam

15
FOLLOW UP

24 Juli 2016
S: keluar benjolan dari dalam anus (+). BAB belum

O: TSS/CM

TD : 120/80 mmHg, N : 80x/m, S : 36 C, P : 20x/m

A: Hemorrhoid Interna Grade III


P: IVFD RL

Anbacim 1 gr/12jam/iv

Ranitidine/1amp/12jam/iv

Lavament 2x jam 24.00 dan 06.00

Persiapan operasi

25 Juli 2016
S: Dilakukan Hemoroidectomi
O: TSS/CM

TD : 130/80 mmHg, N : 76x/m, S : 36,5 C, P : 24x/m

A: Hemorrhoid Interna Grade III


P: Instruksi Post operasi

IVFD RL

Anbacim 1 gr/12jam/iv

Ranitidine/1amp/12jam/iv

Ketorolac 30mg/8jam/iv

Asam traneksamat 1amp/8jam/drips


16
Bi;a flatus (+) boleh minum dan makan bubur

26 Juli 2016
S: nyeri luka bekas operasi

O: TSS/CM

TD : 110/74 mmHg, N : 62x/m, S : 36,7 C, P : 22x/m

PF: tak ada kelainan

A: Hari ke-1 post Hemoroidectomi


P: IVFD RL

Anbacim 1 gr/12jam/iv

Ranitidine/1amp/12jam/iv

Ketorolac 30mg/8jam/iv

Asam traneksamat 1amp/8jam/drips

27 Juli 2016
S: nyeri luka bekas operasi berkurang

O: TSS/CM

TD : 120/84 mmHg, N : 72x/m, S : 36 C, P : 24x/m

PF: tak ada kelainan

A: Hari ke-2 post Hemoroidectomi


P: IVFD RL

Anbacim 1 gr/12jam/iv

Ranitidine/1amp/12jam/iv

17
Ketorolac 30mg/8jam/iv

28 Juli 2016
S: nyeri luka bekas operasi berkurang

O: TSS/CM

TD : 110/76 mmHg, N : 70x/m, S : 36,6 C, P : 22x/m

PF: tak ada kelainan

A: Hari ke-3 post Hemoroidectomi


P: boleh pulang

Ciprofloksasin 2x500 mg

Asam mefenamat 2x500

BAB III

PEMBAHASAN

Ny.N 33 tahun datang dengan keluhan utama keluar benjolan dari dalam anus yang tidak
dapat dimasukkan kembali, muncul setelah BAB. Keluhan dirasakan sejak 3 tahun yang lalu
pasien mengeluh keluar benjolan kecil dari dalam anus yang dapat keluar masuk dengan
sendirinya. Pada pasien terdapat progresivitas yang memburuk, dari benjolan yang awalnya
18
dapat masuk spontan (derajat 2) hingga hanya dapat masuk kembali secara manual oleh pasien
(derajat 3).
Keluar darah berwarna merah segar setelah BAB sejak seminggu SMRS. Perdarahan
yang berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feses, mengindikasikan adanya suatu
hemorrhoid. Hemorrhoid dapat disertai dengan gejala perdarahan, karena adanya trauma pada
pembuluh darah yang melebar akibat feses yang keras4.
Pada anamnesis juga didapatkan pasien memiliki kebiasaan duduk lama dan sering
menahan BAB bila ada rasa BAB sehingga sulit BAB. Kebiasaan duduk terlalu lama merupakan
salah satu faktor terjadinya hemoroid. Pada posisi duduk, posisi usus dan anus tidak dalam posisi
tegak. Sehingga menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah rectum dan anus. Ketika
pembuluh darah vena tegang dan mengganggu sirkulasi normal darah, pembuluh darah tersebut
akan membesar. Konstipasi merupakan salah satu faktor risiko dari terjadinya hemoroid. Pada
orang yang mengalami konstipasi terjadi penekanan berlebihan pada pleksus hemorrhoidalis
karena proses mengejan. Dalam keadaan normal, bantalan anus akan menempel secara longgar
pada lapisan otot sirkuler. Namun ketika defekasi, musculus sphincter ani externa akan
berelaksasi. Bantalan anus akan berotasi ke arah luar (eversi) membentuk bibir anorektum.
Konstipasi dan mengejan dalam waktu yang lama menyebabkan gangguan eversi pada bantalan
tersebut.2,4,7

Riwayat kebiasaan pasien kurangnya konsumsi makan-makanan berserat dan menyukai


makanan pedas. Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi apabila
diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap hari. Konsumsi cairan dapat
membantu kerja serat makanan dalam tubuh. Kebiasaan mengonsumsi serat akan menurunkan
gejala konstipasi dan perdarahan pada hemoroid.5

Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan. Pada inspeksi menunjukan kulit sekitar
perineum sama, terdapat benjolan yang keluar dari anus dengan d ± 3cm.
Palpasi (RT):Tonus sphingter ani cukup, mukosa rectum licin, terdapat massa dengan
konsistensi kenyal diameter kurang lebih 3 cm pada jam 7, tidak ada nyeri tekan, mobile, tidak
menghilang saat didorong masuk dan pada sarung tangan didapatkan darah (+), lendir (+), feses
(-).

19
Dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan adanya hemorrhoid interna derajat III
karena hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk kembali secara manual oleh
pasien
Hemoroid ditatalaksana tergantung dari derajatnya. Hemoroid grade 3 dan 4 dengan
gejala sangat jelas, penatalaksanaan terbaik adalah tindakan pembedahan hemorrhoidectomy.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anna Mae Diehl, MD. Theodore M Bayless, MD. Advanced therapy in Gastroenterology
and Liver Disease. Fifth edition. B.C. decker Inc: London. 2005
2. Kaidar person-at all. Hemorrhoidal Disease: A Review. Elsevier Inc.: the American
College of Surgeons.2007. [di unduh dari:
http://www.siumed.edu/surgery/clerkship/colorectal_pdfs/Hemmorhoids_review.pdf
tanggal 14 Juni 2012]
3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html.

20
4. Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC,Jakarta, pemeriksaan
penunjang:910 – 912.
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih
bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam,p:232
6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selecta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI,
Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 – 59.
8. Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
9. Laurence, R, Sands. Dana, R, Sands.2009. Colorectal Surgery. Informa Healthcare: New
York

21

Anda mungkin juga menyukai