Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERAWATAN KESEHATAN DIRUMAH


“KOMUNITAS”

Disusun Oleh Kelompok 1


1. Ahmad Abdul Aziz
2. Diah Yunita Lestari
3. Dina Fitrotul Muawwidah
4. Fitri Aurida
5. Risky Putri
6. Wahyu Rafli

Prodi : S1 - ILMU KEPERAWATAN


Kelas : III A
Semester :6

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


Alamat : Jl. Ganesha I, Purwosari, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59316
Website: http://www.stikesmuhkudus.ac.id Email: secretariat@stikesmuhkudus.ac.id

1
KATA PENGANTAR

َّ ‫ِب ۡس ِمٱللَّ ِه‬


َّ ِ‫ٱلر ۡح َٰمن‬
ِ‫ٱلر ِح ِيم‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Perawatan
Kesehatan DiRumah”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber.Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kudus, 19 Mei 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................ 1


Kata Pengantar ....................................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................


1. Konsep perawatan dirumah.......................................................................................... 6
2. Program perawatan dirumah........................................................................................11
3. Program Home Care Pada Pasien Diabetes Melitus....................................................13
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................................22
B. Saran........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan Kesehatan di Rumah bukanlah suatu konsep baru dalam sistem pelayanan

kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan

sejak tahun 1859 yang pada saat itu William Rathbone of Liverpool, England dan juga

Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan memberikan

pengobatan bagi klien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama mereka dengan status

sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri & lingkungan, dan gizi buruk

sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan

dimasyarakat (Smith & Maurer, 2000). Kunjungan rumah juga dilakukan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko

penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya kekambuhan penyakit, seperti:

perawatan nifas pada ibu paska melahirkan, perawatan anak diare, pemantauan

pengobatan klien dengan tuberkulosis, hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan

klien dengan berbagai penyakit, dll (Stanhope & Lancaster, 2001).

Seiring dengan perkembangan IPTEK dan tehnologi medis di era globalisasi ini,

berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini.

Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga semakin meningkat dan

berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjadi kebutuhan

perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Disamping

itu perawatan di rumah juga menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut)

yang cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronis, yang membutuhkan

perawatan dan pengobatan jangka panjang.Hal ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi
klien dan keluarganya, bila

mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan klien dan keluarga lebih intens dan

interaksi lebih bebas bila berada di rumah sendiri, dan pembiayaan terapi perawatan di

rumah yang relative lebih murah bila dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit

4
sehingga di rumah lebih (cost effective).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang termasuk konsep perawatan dirumah ?
2. Apa saja program kesehatan yang bisa dilakukan dirumah?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui apa saja konsep perawatan dirumah (Home Care)
2. Untuk mengetahui program kesehatan dirumah

5
BAB II
PEMBAHASAN

PERAWATAN DIRUMAH

1. KONSEP PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE)


A. Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan
yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga
di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit.
Home Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di
rumah karena kondisi kesehatannya (Neis dan Mc.Ewen , 2001)

B. Tujuan
Tujuan Dasar dari Keperawatan Home Care adalah:
• Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif, serta mendorong
digunakannya pelayanan kesehatan
• Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan dan kecacatan
• Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota
keluarga, serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan
kesehatan dan pencegahan
• Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar anggota keluarga
• Meningkatkan kesehatan lingkungan

C. Manfaat
Manfaat Keperawatan Home Care ( Home Care Nursing) adalah:
• Pasien lebih dekat dengan keluarganya sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman
antara pasien dan keluarganya
• Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien sehingga tidak merasa diabaikan.pasien
• Meningkatkan kualitas hidup pasien.
• Menghemat biaya, artinya keluarga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya (kamar)
Rumah Sakit, transport pp rumah- Rumah Sakit untuk menemani pasien di Rumah Sakit

D. Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care


Menurut Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home care antara
lain:
1. Teori Lingkungan (Florence Nightingale)

6
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen
lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi:
a. Udara bersih,
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan
sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya.
Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika
ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji
keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa
manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang
berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses
kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan
pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan
lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta
proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari
integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan
lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan
lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy
merupakan proses terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi
perubahan baik perlahan – lahan maupun berlangsung dengan cepat.
3. Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan
yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan
prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care,
nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat
untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur
tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan
dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan profesional) terhadap
kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah
kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan
kondisi sakit.
4. Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada
kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur

7
dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua
bentuk teori Self Care, di antaranya :
a. Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan
oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan,
kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri
sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu
untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam
tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal
dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya
mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis,
yaitu : Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang
merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan
yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites
(kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana
segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan.
Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk
melakukan self carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan
pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta
adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam
peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan
perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem
memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk
orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan
pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau
mendidik pada orang lain.
5. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang
ditetapkan oleh pasien.

E. Lingkup Pelayanan Home care


Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care adalah:
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

8
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social

F. Peran dan Fungsi Perawat Home Care


1. Manajer kasus : Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,dengan fungsi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.
b. Menyusun rencana pelayanan.
c. Mengkoordinir aktifitas tim.
d. Memantau kualitas pelayanan
2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan.
denganfungsi :
a. Melakukan pengkajian komprehensif
b. Menetapkan masalah
c. Menyusun rencana keperawatan
d. Melakukan tindakan perawatan
e. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
f. Membantu pasien dalam mengembangkan prilaku koping yang efektif
g. Melibatkan keluarga dalam pelayanan
h. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
i. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
j. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

G. Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam
keluarga adalah sebagai berikut :

1) Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan dari
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, anggota
dari kelompok sosial serta dari anggota masyarakat dari lingkungannya.

2) Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran mengurus
rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat


perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.

H. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :

9
1) Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.

2) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi
dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tinkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan
nilai-nilai budaya keluarga.

3) Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk mempertahankan


generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) adalah untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang
tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan

10
2. PROGRAM PERAWATAN DIRUMAH

A. Manajemen Kasus Home Care

1. Melakukan seleksi kasus

a. Resiko tinggi ( Bayi, balita, lansia, ibu maternal )

b. Cidera tulang belakang cidera kepala

c. Coma, Diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat

1. Stroke

2. Amputasi

3. Ketergantungan obat

4. Luka kronish. Disfungsi kandung kemih

1) Rehabilitasi medis

11
2. Melakukan pengkajian kebutuhan pasien.

a. Kondisi fisik

b. Kondisi psikologis

c. Status sosial ekonomi

d. Pola prilaku pasien

e. Sumber- sumber yang tersedia di keluarga pasien

1. Membuat perencanaan pelayanan


a. Membuat rencana kunjungan

b. Membuat rencana tindakan

c. Menyeleksi sumber- sumber yang tersedia di keluarga / masyarakat.

2. Melakukan koordinasi pelayanan

a. Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia

b. Membuat perjanjian kepada pasien da keluarga tentang pelayanan

c. Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal

A Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan.


a. Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim

12
b. Menilai hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak ) c.
Mengevaluasi proses manajemen kasus

d. Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur

PROGRAM HOME CARE PADA PASIEN DIABETES MELITUS

1. RENCANA KEPERAWATAN

A.Tujuan Umum

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga dapat mengetahui dan mampu


melakukan perawatan pada penyakit DM

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan keluarga mampu mengetahui :

a. Pengertian dari Diabetes Mellitus, dan luka diabeters


b. Penyebab DM
c. Tanda dan gejala DM
d. Pengelolaan penyakit DM
e. Tujuan perawatan luka
f. Cara merawat luka
g. Faktor memepengaruhi luka
h. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan

13
DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi
karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula kedalam
sel sehingga bias menghasilkan energy atau disimpan sebagai cadangan energi.

B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan

C. TANDA DAN GEJALA


1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah

D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan dan
perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur

14
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi
E. TUJUAN PERAWATAN LUKA
1. Mencegah terjadinya komplikas akibat luka
2. Mempercepat penyembuhan luka
3. Mencegah gangguan rasa nyaman pada pasien
F. LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN LUKA

1) Atur posisi senyaman mungkin


2) Siapkan alat yang diperlukan dan dekatkan kepada pasien
3) Keluarga yang akan melakukan ganti balutan sebelumnya mencuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun
4) Buka plester/ perban (dengan menggunakan kayu putih)
5) Balutan lama dibuka dan dibuang ke kantong plastic
6) Bersihkan luka :
 Cuci luka terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi NaCl 0,9% atau
kapas lembab yang telah dibasahi air matang yang telah dingin.

15

Keringkan luka dengan kassa kering steril

Untuk luka yang masih basah, kompres luka dengan kassa yang telah
dibasahi betadin / antiseptik

Tutup luka yang telah dikompres kassa betadin / antiseptik dengan kassa
kering

Plester balutan tersebut agar tidak mudah lepas atau perban
menggunakan perban gulung

6) Bereskan peralatan
7) Cuci tangan
G. FAKTOR PENYEBAB LUKA KAKI

Menurut Hastuti (2008), Purwanti (2013), dan Ferawati (2014), menyebutkan


bahwa pasien diabetes melitus dapat mengalami ulkus diabetik apabila memiliki
faktor resiko antara lain :

a. Umur ≥ 60 tahun

Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika karena pada usia
tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi
penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh

terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.

2. Lama DM ≥ 10 tahun

Semakin lama seseorang mengalami DM, maka makin berisiko mengalami


komplikasi. Ulkus diabetik terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus
yang telah menderita selama 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah
tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan
vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan
terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi

16
darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita diabetik yang sering tidak
dirasakan. Penelitian Hastuti (2008) pada 72 pasien diabetes melitus
menunjukkan hasil, pasien yang menderita DM ≥ 10 tahun beresiko mengalami
ulkus diabetik.

3. Obesitas

Pada pasien obesitas dengan indeks masa tubuh atau IMT ≥ 23 kg/m2 (wanita)
dan IMT ≥ 25 kg/m2 (pria) atau berat badan relatif (BBR) lebih dari 120 % akan
lebih sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 µU/ml,
keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan
aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan
sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan
mudah terjadi ulkus diabetik.

4. Neuropati

Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan
mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut
saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan
terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak
dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga
kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek.

5. Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah (TD) > 130/80 mmHg) pada penderita diabetes
mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya
aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang
tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi
pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap
makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat

17
vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan
mengakibatkan terjadinya ulkus diabetik.

6. Glikosilasi Hemoglobin (HbA1C) dan kadar glukosa darah tidak terkendali.

18
Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam sirkulasi
sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila Glikosilasi Hemoglobin (HbA1c) ≥ 6,5 % akan menurunkan
kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan
hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos
subendotel. Kadar glukosa darah tidak terkontrol ( gula darah puasa (GDP) >
100 mg/dl dan GD2JPP > 144 mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi kronik
jangka panjang, baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler salah satunya yaitu
ulkus diabetika.

7. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan
dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan
agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein
lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah
timbulnya aterosklerosis.

8. Kolesterol Total, High Density Lipoprotein (HDL), Trigliserida tidak


terkendali.
Pada penderita Diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan kadar
trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL

(highdensitylipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah (≤ 45 mg/dl).


Kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl , kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45
mg/dl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan
menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan
dan terjadinya aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis adalah
penyempitan lumen pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan
sirkulasi jaringan sehingga suplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai
dengan hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis
dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan
selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya
dimulai dari ujung kaki atau tungkai

19
9. Diet
Kepatuhan diet DM mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu
mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi
darah.

10. Kurangnya aktivitas Fisik.


Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi
darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,
sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang
terkendali dapat mencegah komplikasi kronik Diabetes mellitus.

11. Perawatan kaki tidak teratur


Perawatan kaki diabetes yang teratur dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya komplikasi kronik pada kaki.

12. Penggunaan alas kaki tidak tepat.


Pasien diabetes tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan
alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus
diabetik, terutama pada pasien DM yang mengalami neuropati.

H. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN


Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :

Berdasarkan anjuran dari PERKENI ( perkumpulan Endokrinologi Indonesia ) diet harian


penderita DM disusun sebagai berikut:

a. Karbohidrat : 60-70 %
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%

Jenis Makanan yang Harus diKonsumsi yang dikonsumsi oleh penderita DM


diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :


20
1. Manisan Buah
2. Gula pasir
3. Susu Kental Manis
4. Madu
5. Abon
6. Kecap
7. Sirup
8. Es Krim

b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI ;


1. Nasi
2. Singkong
3. Roti
4. Telur
5. Tempe
6. Tahu
7. Kacang Hijau
8. Kacang Tanah
9. Ikan

c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :


1. Kol
2. Tomat
3. Kangkung
4. Oyong
5. Bayam
6. Kacang Panjang
7. Pepaya
8. Jeruk
9. Pisang
10. Labu Siam

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Home care merupakan pelayanan kesehatan yang holistik dengan mempertimbangkan
aspek bio, psiko, sosial, spiritual dan ekonomi secara komprehensip dengan mengutamakan
kepentingan dan kepuasan pasien yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ada beberapa
bentuk pelayanan home care di masyarakat sehingga home dapat menjadi upaya terbaik bagi
pasien – pasien penyakit kronik atau terminal untuk meningkatkan dan mempertahankan
kemampuan optimal.
Dalam pelaksanaan home care ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seperti aspek
legal dan etik dalam home care, perizinan pendirian home care, kebijakan dalam home care,
dan kepercayaan dan budaya dalam home care. Hal ini di lakukan untuk menghindari adanya
saling menyalahkan dalam home care sehingga tidak ada pihak yang saling merugikan.
Sehingga pasien juga mendapatkan perawatan yang baik serta perawat juga mengerti dan
memahami peraturan-peraturan yang ada dan langkah-langkah dalam menjalankan home care.
Hal tersebut juga dapat menekan terjadinya pro dan kontra home care di masyarakat.
Sebagai tenaga profesional, perawat harus mengerti standar pelayanan dan peran serta
fungsi perawat dalam home care sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
yang efektif dan etis kepada pasien.
Dalam home care juga diperlukan team kesehatan yang solid untuk memberikan
pelayanan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien sehingga peningkatan kualitas
hidup pasien dapat tercapai.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para pembaca khususnya
kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan pemahamannya darah guna terwujudnya
pelaksanaan proses belajar yang baik. Kami menyadari Makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus menggali
sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan yang akan datang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Syamsudin, 2005. Makalah Seminar Alternatif Model Keperawatan Home Health Care. Akper

Karya Bakti Nusantara Magelang : Magelang.

Potter dan Ferry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol.1.Jakarta:EGC

Depkes. RI. 2002. Pengembangan Model Praktik Pelayanan Mandiri Keperawatan . Jakarta :

Pusgunakes

Ainy, Nur. 2011. Makalah Keperawatan Komunitas - Home Nursing. http://fakhrun-


duniakita.blogspot.co.id/2011/12/makalah-keperawatan-komunitas-home.html.
Diakses tanggal pada tanggal 4 September 2017
23
Jatiarso, Eko. 2012. Makalah Home Care. http://jatiarsoeko.blogspot.co.id/2012/03/makalah-
home-care.html. Diakses pada tanggal 4 September 2017

Elvina, Siska. 2015. Makalah Home Care.


http://siskaelvinapurba.blogspot.co.id/2015/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_9.html. Diakses pada tanggal 4 September 2017

Marini, Hellen. 2015. Makalah Etik dan Legal Home Care.


http://hellenmarini.blogspot.co.id/2015/11/makalah-etik-dan-legal-home-care.html.
Diakses pada tangga 4 September 2017

24

Anda mungkin juga menyukai