Anda di halaman 1dari 6

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

TUMOR OTAK

Terapi komplementer pada tumor otak yang sering digunakan untuk menurunkan
gejala nyeri pada pasien dengan tumor otak yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intrakranial ataupun penekanan massa tumor pada otak itu sendiri.
Praktiknya pendekatan non-farmakologi memerlukan evaluasi untuk fungsi dari
terapi tersebut dalam fungsinya sebagai menurunkan gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit, karena dalam praktiknya tidak dimungkinkan terapi non-farmakologi
diterapkan tanpa beriringan dengan terapi farmakologi ataupun terapi medis
lainnya. Beberapa terapi non farmakologi dapat meningkatkan perlakuan medis
dan meningkatkan kenyamanan pasien sebagai contoh terapi musik, relaksasi,
teknik meditasi, pijat refleksi, obat herbal, hipnotis, terapi sentuh dan pijat. Selain
itu menurut Demir (2012), teknik non farmakologis merupakan suatu tindakan
mandiri perawat dalam mengurangi nyeri, diantaranya dengan suatu tindakan
mandiri perawat dalam mengurangi nyeri, seperti teknik relaksasi, distraksi,
biofeedback, Transcutan Elektric Nervous Stimulating (TENS), guided imagery,
terapi musik, accupresur, aplikasi panas dan dingin, foot massage dan hipnotis.

Ada beberapa Penjelasan mengenai terapi non farmakologi pada pasien dengan
tumor otak yaitu :

1. Edukasi
Memberikan pendidikan kepada pasien tentang mengelola nyeri kanker atau
tumor telah dipelajari. Tinjauan sistematis menunjukkan bahwa intervensi
pendidikan dapat memiliki dampak yang signifikan untuk mengurangi nyeri
tetapi strategi ini kurang dimanfaatkan.
2. TENS (Transcutaneous electrical nerve stimulation)
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan suatu cara
penggunaan energy listrik untuk merangsang system saraf melalui permukaan
kulit (Johnson, 2007). TENS mengaktivasi baik serabut saraf berdiameter besar
maupun berdiameter kecil yang menyampaikan berbagai informasi sensoris ke
sistem saraf pusat. TENS yang diaplikasikan dengan intensitas comfortable
akan mengaktivasi AB (serabut afferent diameter besar) yang selanjutnya
memfasilitasi interneuron Substansia Gelatinosa (SG) sehingga memblokir
masukan nosioseptif lewat serabut kecil lewat inhibisi presinaptik sehingga
nyeri akan diblokir oleh stimulasi listrik lewat penutupan gerbang yang
berakibat terhentinya masukan afferent berdiameter kecil. Mekanisme lain
yang dapat dicapai oleh TENS adalah mengaktivasi sistam saraf otonom yang
akan menimbulkan tanggap rangsang vasomotor yang selanjutnya dapat
mengubah kimiawi jaringan. Dengan proses tersebut nyeri pada pasien akan
berkurang.
3. Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing (Sdb) Dan Relaksasi Benson
Teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri diantaranya dengan terapi
relaksasi Benson yaitu terapi untuk menghilangkan nyeri, insomnia dan
kecemasan dengan upaya memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan
menyebut berulang-ulang kalimat yang telah dipilih dan menghilangkan
berbagai pikiran yang mengganggu (Cahyono, 2011, hlm.141). Relaksasi
Benson merupakan teknik relaksasi yang digabungkan dengan keyakinan yang
dianut oleh pasien, dan akan menghambat aktivitas saraf simpatis yang dapat
menurunkan konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh
menjadi relaks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman (Benson &
Proctor 2000, dalam Mardiani, 2014).
Terapi lain untuk mengontrol nyeri adalah Relaksasi slow deep breathing
(SDB) adalah bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan abdomen
(diafragma) dan purse lips breathing (Kozier, et al., 2010, hlm.914). SDB akan
menstimulasi saraf otonom yang mempengarui kebutuhan oksigen dengan
mengeluarkan neurotransmiter. Respons saraf simpatis dari SDB adalah
dengan meningkatkan aktivitas tubuh. Sedangkan respons saraf parasimpatis
adalah menurunkan aktivitas tubuh (Hidayat, 2007 hlm.7).
4. Hipnosis
Teknik ini sering digunakan untuk mengurangi nyeri terkait prosedur pada
anak-anak. Sebuah tinjauan sistematis yang mempelajari penggunaan hipnosis
untuk jenis nyeri menemukan manfaatnya, namun ada masalah metodologis
dengan banyak studi yang diidentifikasi.
5. Reflexology
Reflexology adalah sebuah treatment yang fokus terutama pada kaki. Dasar
dari teori ini adalah bahwa setiap point jaringan yang ada di kaki terhubung ke
berbagai jaringan di tubuh kita, seperti: Jika anda menekan ujung jari kaki itu
akan terkoneksi/terhubung dengan kepala, usus dan pinggang di jaringan
menuju ke arah tumit. Pankreas dan hati, juga ginjal berada pada lengkungan
kaki. Secara khusus reflexology merupakan manipulasi jaringan lunak pada
kaki secara umum dan tidak terpusat pada titik-titik tertentu pada telapak kaki
yang berhubungan dengan bagian lain pada tubuh (Coban dan Sirin, 2010).
Manipulasi foot massage semakin jelas teridentifikasi dan dikategorikan
sebagai manfaat fisik dan mental emosional (Puthusseril, 2006).
Pada pasien tumor otak terdapat gangguan pada fungsi pengaturan yang
diakibatkan oleh massa atau peningkatan tekanan pada intracranial hal tersebut
menyebabkan denyut jantung dan frekuensi pernafasan bahkan dapat
mempengaruhi dari hemodinamika pasien. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Setyawati (2016) didapatkan bahwa dari 40 pasien yang mengalami
perubahan hemodinamika ke prognosis yang buruk didapatkan 25 pasien yang
mengalami perubahan hemodinamika yang baik karena telah dilakukannya
terapi reflexology.

6. Foot massage therapy


Foot massage therapy merupakan gabungan dari empat teknik masase yaitu
effleurage (Mengusap), petrissage (memijit), Friction (menggosok) dan
tapotement (menepuk). Dimana kaki mewakili dari seluruh organ – organ yang
ada didalam tubuh. Foot massage merupakan mekanisme modulasi nyeri yang
dipublikasikan untuk menghambat rasa sakit dan untuk memblokir transmisi
impuls nyeri sehingga menghasilkan analgetik dan nyeri yang dirasakan setelah
operasi diharapkan berkurang (Chanif, 2012).
7. Terapi herbal
Secara medis terdapat empat metode konvensional standar untuk pengobatan
kanker yaitu pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, dan hormone terapi atau
terapi biologis (Oemiati dkk, 2011) Akan tetapi, pada kenyataannya dengan 4
modalitas utama ini saja seringkali kanker belum bisa diatasi. Beberapa pasien
yang dalam pengobatannya dikombinasikan dengan tanaman obat, sel darah
merah dan putihnya tidak mengalami penurunan seperti yang terjadi pada
pasien yang hanya menjalani terapi konvensional. Pasien yang menjalani terapi
konvensional terutama kemoterapi, umumnya daya tahan tubuhnya akan
menurun drastis. Ketika daya tahan menurun karena adanya efek samping dari
proses pengobatan kemoterapi, radiasi maupun hormon dalam beberapa kasus
menyebabkan sel-sel kanker lebih mudah menyebar dan sisa-sisa sel kanker
yang tidak terangkat akan menyebar kembali (Mangan, 2009).
Pada akhir terapi ditemukan 79,6% pasien dengan kualitas hidup yang
membaik dan 20,4% yang menetap, pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa terapi komplementer alternatif dapat meningkatkan kualitas hidup pada
pasien tumor/kanker yang berobat di dokter praktek jamu yang terlibat dalam
penelitian ini (Hasanah dan Widowati, 2016).
Namun pada praktiknya pendekatan non-farmakologi memerlukan evaluasi
untuk fungsi dari terapi tersebut dalam fungsinya sebagai menunrunkan gejala
yang ditimbulkan oleh penyakit, karena dalam praktinya tidak dimungkinkan
terapi non-farmakologi diterapkan tanpa beriringan dengan terapi farmakologi
ataupun terapi medis lainnya. Menurut Hasanah dan Widowati, 2016 Sebanyak
3,1% pasien yang hanya diterapi herbal saja tanpa diterapi konvensional
mengalami kejadian yang tidak diinginkan berupa mual, muntah, alergi pada
kulit, rasa kembung dan cepat kenyang, dan masa perdarahan menstruasi
8. Terapi akupuntur dan akupresure
Akupunktur yang digunakan pada terapi kanker bukan ditujukan untuk
mengobati penyakit kankernya karena penusukan pada lesi merupakan
kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk pengobatan paliatif yaitu mengurangi
nyeri kronis, mengurangi efek samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti
nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas
hidup penderita dapat ditingkatkan. Penelitian Chen S et.al pada tahun 2012
mengenai efek terapi elektroakupunktur terhadap sel T, sel natural killer,
hitung leukosit dan imunitas humoral pada pasien 36 tumor ganas yang
mendapat kemoterapi rutin menunjukkan bahwa elektroakupunktur yang
dilakukan sekali sehari selama 30 menit merupakan terapi tambahan yang
efektif untuk meringankan disfungsi imunitas yang disebabkan kemoterapi
pada pasien tumor ganas. Pemberian akupuntur diterapkan pada titik-titik yang
merefleksikan fungsi tubuh terhadap imunitas seperti yang dilampirkan dalam
gambar, akupuntur digunakan untuk mengurangi resiko penurunan daya tahan
tubuh yang drastis.
9. Biofield Terapi (Teraupetic dari sentuhan dan komunikasi)
Yang meliputi Reiki, sentuhan terapeutik, dan sentuhan penyembuhan - telah
ditinjau untuk potensi mereka untuk meningkatkan nyeri kanker. Sebuah
tinjauan sistematis menyimpulkan bahwa ada bukti moderat untuk peningkatan
nyeri akut, tetapi dampak jangka panjang pada nyeri kanker belum diteliti.

Apa artinya dalam praktik ?

Peran pendekatan non-farmakologis untuk manajemen nyeri berkembang, dan


beberapa terapi non-farmakologis dan komplementer memiliki kontribusi yang
semakin penting untuk membuat perawatan pasien holistik bersama analgesik.
Ada bukti untuk mendukung penggunaan pendidikan pasien, terapi perilaku
kognitif (CBT), relaksasi, dan musik. Yang penting, bagaimanapun, beberapa
pendekatan belum terbukti bermanfaat, termasuk TENS, refleksologi dan
akupunktur. Untuk alasan ini, penelitian tentang pendekatan non-farmakologis
untuk manajemen nyeri sangat penting, sehingga pasien diberikan informasi yang
memastikan mereka pilihan yang paling efektif untuk mengobati rasa sakit
mereka. Sangat penting bahwa pasien perawatan paliatif dengan sesuatu yang
lebih dari nyeri ringan yang menggunakan terapi komplementer juga harus diobati
dengan analgesik dan adjuvan yang tepat, menggunakan pendekatan berbasis
bukti.

Anda mungkin juga menyukai