Anda di halaman 1dari 10

BAB VII

PENENTUAN KADAR LARUT


SAMPEL FORMASI DALAM LARUTAN

7.1. TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar larut formasi
dalam larutan asam sehingga dapat diperoleh informasi atau data yang penting
sebelum melakukan stimulasi. Stimulasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
produktivitas minyak dari formasi.
7.2. DASAR TEORI
Setelah sumur diproduksi, laju rata-rata produksi sumur kemungkinan
menurun. Cara yang umum untuk menaikkan laju rata-rata produksi sumur
dengan destimulasi. Ada beberapa cara menstimulasi sumur, yang biasa dilakukan
adalah pengasaman. Pengasaman adalah salah satu cara menstimulasi reservoir
yang terdiri atas batu gamping atau dolomite serta batuan reservoir yang terlarut
dalam asam. Hal ini dilakukan dengan menginjeksikan asam ke dalam reservoir
untuk mendapatkan harga permeabilitas dan porositas yang lebih besar atau lebih
komersial di suatu lapangan minyak.
Asam yang digunakan adalah asam chloride 15% yang akan bereaksi
dengan batuan karbonat sesuai dengan persamaan :
CaCo3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2
Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman harus direncanakan tepat
data-data laboratorium yang diperoleh dari sampel formasi, fluida reservoir dan
fluida stimulasi sehingga informasi yang diperoleh dari laboratorium tersebut
dapat digunakan untuk merencanakan operasi stimulasi dengan tepat. Dan pada
gilirannya dapat diperoleh penambahan produktivitas formasi sesuai dengan yang
diharapkan. Salah satu informasi yang diperlukan adalah daya larut asam terhadap
sampel batuan (acid solubility). Metode ini menggunakan teknik gravimetric
untuk menentukan reaktivitas formasi dengan asam.
Metode pengasaman (Acidizing) dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Matrix Acidizing

64
Dalam metode ini, larutan asam dipompakan atau dinjeksikan agar
melarutkan batuan formasi dan endapan disekitar lubang sumur. Tekanan yang
digunakan lebih kecil daripada tekanan rekah formasi. Dengan demikian asam
dapt bereaksi dengan dinding pori-pori batuan dan akhirnya akan memperbesar
pori. Maksimum radial penetrasi dan larutan asam ini tergantung pada kecepatan
zat asam di dalam pori-pori.
Beberapa asumsi yang dipakai dalam melaksanakan metode ini adalah
sebagai berikut :
a. Formasi homogen
b. Ukuran pori-porinya seragam
c. Penetrasi larutan asam secara uniform dan radial
d. Kecepatan reaksi menurun secara uniform dengan berkurangnya
konsentrasi asam
e. Berat limestone yang terlarut pada setiap penambahan jarak menurun
secara uniform sampai seluruh asam terpakai.
Berdasar asumsi di atas, jarak radial larutan asam akan menembus formasi
sebelum larutan asam terpakai seluruhnya, dapat dirumuskan dengan persamaan
sebagai berikut :
Volume asam yang diinjeksikan = volume pori-pori terinvasi :
qi t =  h (ra2 – rw2)
qi.t
ra = + rw2
.h
Jika qi dinyatakan dalam barrel/menit dan t dalam detik, maka di dapat
persamaan :
5615qi.t
ra = + rw2
60..h
Dimana : ra = jarak radial penetrasi zat asam, ft.
 = porositas, fraksi.
qi = injection rate zat asam, bgl/menit.
rw = jari-jari lubang sumur, ft.
h = ketebalan formasi.

65
Dalam persamaan di atas, factor yang tidak diketahui adalah spending
time, yang harus ditentukan dalam laboratorium. Spending time tergantung pada
perbandingan luas batuan dengan larutan asam, yang disebut surface area. Untuk
matrix acidizing specific areanya adalah :
1
S  = 102 x 102
2.F.K
Dimana :
K = permeabilitas (darcy)
S = specific surface (cm2/cm3)
F = faktor tahanan formasi

Untuk mendapatkan hasil penetrasi dan fluida asam yang baik, perlu
pengurangan kecepatan reaksi dan menaikkan rate injeksi larutan asam ke dalam
formasi. Spending time asam tergantung pula pada tekanan, temperature,
kecepatan asam dalam batuan dan retarding aditivesnya.
2. Fracturing Acidizing
Di dalam operasi acidizing, lrutan zat asam dialirkan melalui rekahan
atau fracturing. Operasi ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Acidizing melalui rekahan yang sudah ada.
Pada metode ini formasi harus terdiri dari banyak rekahan, sehingga tujuan
dari acidizing di sini adalah untuk melarutkan batuan-batuan dari rekahan
tersebut. Kecepatan injeksi selama proses ini dijaga agar tidak melebihi rekahan
formasi.
Dalam mengadakan evaluasi dan acidizing ini, dipakai asumsi sebagai
berikut :
- Rekahan horizontal dan ketebalannya seragam, berkembang secara
radial dari lubang sumur.
- Larutan asam yang bocor ke formasi diabaikan.
- Kecepatan reaksi dari larutan adalah sebanding dengan
konsentrasinya, dan jumlahnya (batuan) yang terlarut berkurang

66
dengan bertambahnya penetrasi dari larutan asam. Pada kecepatan
injeksi yang konstan, penambahan jumlah asam ke dalam rekahan
tersebut tidak akan memperluas proses acidizing, tetapi hanya
menambah lebarnya tekanan.

b. Acidizing dengan tekanan yang tinggi melalui tekanan.


Pada operasi stimulasi ini, larutan asam diinjeksikan ke dalam formasi
dengan tekanan tinggi yang melebihi tekanan rekah formasi. Sehingga diharapkan
menghasilkan permeabilitas yang lebih tinggi.
Asumsi yang dipakai adalah :
- Rekahan yang timbul adalah horizontal & vertical.
- Sebagian besar dari larutan asam masuk ke dalam rekahan, dan yang
masuk ke dalam matrix dari lubang sumur diabaikan.
- Luas dan volume rekahan tergantung pada volume asam, rate injeksi,
lebar rekahan selama stimulasi & karakteristik fisik dari batuan
reservoir.
Di dalam acidizing dengan tekanan melalui rekahan ini, penetrasi yang
terjadi jauh lebih besar yang disebabkan oleh :
- Spending time akan bertambah karena specific surface areanya
mengecil.
- Rate injeksinya lebih besar.
Keuntungan dari fracturing acidizing adalah efektif untuk formasi
karbonat, ongkos (biaya) operasi lebih murah dan dapat membersihkan impurities
disekitar lubang bor. Sedangkan kerugiannya tidak efektif dapa formasi non-
karbonat dan bias menimbulkan korosi pada peralatan yang digunakan.
3.Acidizing Washing
Proses untuk menghilangkan endapan,scale yang terdapat pada pipa atau
pada saat perforasi dengan menempatkan larutan asam di posisi scale dan
dibiarkan mengendap.
7.3. ALAT dan BAHAN
7.3.1. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

67
a. Mortar dan pastle
b. Oven
c. Labu Erlenmeyer
d. Timbangan analysis
e. Beker glass
7.3.2. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Sampel core (karbonat & pasir)
b. HCl 15 %
c. Mud acid (15% HCl + 3% HF)
d. Aquadest

68
Keterangan :

1. Oven
2. Core

Gambar 7.1. Rangkaian alat

69
7.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menimbang core kering
2. Menjenuhkan core kedalam larutan, untuk core batu gamping dengan
HCl 15% dan core batu pasir dengan mud acid.
3. Mengeringkan residu dalam oven selama ½ jam dengan
suhu 105oC (220 0F), kemudian diinginkan dan akhirnya ditimbang.
4. Menghitung kelarutan sebagai % berat dan material yang
larut dalam HCl 15% dengan menggunakan persamaan :

W w
Solubility = x 100%
W
Dimana :
W = berat sampel, gr.
w = berat residu, gr.

70
7.5. HASIL PERCOBAAN dan PERHITUNGAN
7.5.1. Data Analisa
Core 1 : karbonat
Jenis asam/konsentrasi : HCl 5 N
Berat kering core sebelum diasamkan : 14,25 gr
Berat kering core setelah diasamkan : 14,03 gr
Berat yang bereaksi : 0,22 gr

Perhitungan
Acid solubility sampel karbonat
Berat yang bereaksi
= Berat kering core sebelum diasamkan

0,22
= 14,25 x 100%

= 1,5 %

71
7.6. PEMBAHASAN
Dalam proses pengasaman, kita dapat menggunakan beberapa macam
larutan asam yang sesuai dengan jenis batuan reservoir tersebut. Apabila jenis
batuan reservoir adalah karbonat maka larutan yang digunakan adalah HCl karena
batu gamping sangat cepat bereaksi dengan HCl, dan jika batu gamping
direaksikan dengan HF maka akan menyebabkan penyumbatan. Untuk jenis core
batu pasir larutan asam yang digunakan adalah mud acid yang terdiri dari 5 N
HCl.
Pada praktikum ini digunakan metode penjenuhan core batu pasir dan batu
gamping. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar porositas dan permeabilitas
sehingga produktifitas minyak di suatu formasi dapat meningkat.
Sebelum dijenuhkan, core terlebih dahulu ditimbang untuk mendapatkan
berat masing-masing core kering sebelum pengasaman. Setelah itu masing-masing
batuan dimasukkan ke larutan asam kurang lebih 10 menit. Akan terlihat bahwa
larutan asam akan mengisi pori-pori batuan tersebut sehingga gelembung-
gelembung udara muncul keluar dari batuan. Lalu batuan diangkat dan
dimasukkan kedalam oven dengan temperatur 105 oC. Setelah kurang lebih 30
menit batuan ditimbang masing-masing lalu didapatkan berat core kering setelah
pengasaman.
Proses tersebut dinamakan proses acidization, dimana pada
acidizationdilakukan dengan menginjeksikan larutan asam kedalam batuan
reservoir yang terdiri atas batu gamping dan batu pasir.
Larutan asam yang dipompakan atau diinjeksikan dimaksudkan untuk
melarutkan batuan formasi dan endapan disekitar lobang sumur. Tekanan yang
digunakan lebih kecil dari tekanan rekah formasi. Dengan demikian diharapkan
dapat bereaksi dengan dinding pori-pori batuan pada akhirnya akan memperbesar
pori-pori batuan.

72
7.7. KESIMPULAN
1. Dari percobaan didapatkan hasil :
a. Acid solubility pada core Karbonat= 1,5 %
2. Dalam percobaan digunakan larutan HCL 5 N untuk pengasaman batu
gamping dan mud acid Hcl 5 N untuk pengasaman batu pasir.
3. Tujuan dari pengasaman ini adalah
a. Membersihkan kondisi sumur dari karbonat yang akan
menyumbat lobang bor.
b. Membantu merekahkan batuan
c. Meningkatkan produktifitas formasi

73

Anda mungkin juga menyukai