Anda di halaman 1dari 8

Unnes J Life Sci 3 (1) (2014)

Unnes Journal of Life Science


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci

KAJIAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG DI


KABUPATEN BLORA

Lidya Ayu Natalia, Siti HarninaBintari, Dewi Mustikaningtyas

Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ______________________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Konsumsi dari air minum isi ulang di Kabupaten Blora semakin hari semakin meningkat. Depo air
Diterima November 2013 minum isi ulang (DAMIU) pada satu sisi mendukung upaya mewujudkan masyarakat sehat
Disetujui Februari 2014 karena memperluas jangkauan konsumsi air bersih, tetapi pada satu sisi yang lain DAMIU
Dipublikasikan Mei 2014 menjadi cenderung bermasalah ketika dihadapkan dengan kepentingan bisnis. Penelitian ini
________________ bertujuan untuk mengetahui kualitas bakteriologis air minum isi ulang yang ada di Kabupaten
Keywords: Blora dengan metode Most Probable Number (MPN). Sampel yang digunakan adalah 25 depo air
Bacteriological qualiy minum isi ulang yang berlokasi di setiap kecamatan, di Kabupaten Blora. Uji bakteriologis air
Coliform bacteria minum isi ulang menggunakan metode MPN. Hasil uji MPN yaitu 24 sampel air minum isi ulang
Refill drinking water tidak terkontaminasi bakteri coliform, sedangkan 1 sampel air minum isi ulang terkontaminasi
___________________ bakteri coliform. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas bakteriologis air minum
isi ulang di Kabupaten Blora menunjukkan hasil layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat, karena
24 air minum produk depo air minum isi ulang tidak terkontaminasi bakteri coliform, sedangkan 1
produk air minum isi ulang terkontaminasi bakteri coliform.

Abstract
___________________________________________________________________________________
Consumption of drinking water refill in Blora increasingly rising. Depo drinking water refill (DAMIU) on the
one hand to support efforts to create a healthy society because it expands the range of water consumption, but
on the other hand tend DAMIU becomes problematic when faced with business interests This study aimed to
determine the bacteriological quality of refill drinking water that existing Blora with Most Probable Number
(MPN) method . The sample used for this study 25 different refill drinking water depots located in every
district, in Blora. Bacteriological testing of drinking water refill using theMost Probable Number (MPN). The
result of MPN was 24 samples of refill drinking water were not contaminated with coliform bacteria, whereas
1 sample of refill drinking water was contaminated with coliform bacteria. From this research we can
conclusion that bacteorogical quality of refill drinking water in Blora was indicated that its proper to consume
for people in Blora. For, 24 of 25 samples of refill drinking water were not contaminated with coliform bacteria,
whereas 1 of 25 samples was contaminated with coliform bacteria..

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6277
Gedung D6 Lt.1, Jl. Raya Sekaran,
Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229
E-mail: .lidya.ayunatalia@yahoo.co.id

31
LA Natalia dkk./ Unnes Journal of Life Science 3 (1) (2014)

PENDAHULUAN seperti Hg, Pb, Ag, Cu, dan Zn. Residu dari
senyawa lainnya yag bersifat racun adalah
Konsumsi air minum isi ulang lebih residu pestisida, yang dapat menyebabkan
banyak dibandingkan dengan air minum dalam perubahan bau, rasa dan warna air (Pratiwi 2007
kemasan, dikarenakan harga air minum isi ulang ).
relatif lebih murah bila dibandingkan dengan air Syarat bakteriologis air minum menurut
minum kemasan, yaitu sepertiga hingga peraturan Menteri Kesehatan Republik
seperempat dari harga air kemasan. Harga air Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002,
minum isi ulang lebih murah, karena untuk air minum tidak boleh mengandung bakteri
membuka Depo Air Minum Isi Ulang patogen, yang dapat menyebabkan penyakit
(DAMIU) tidak diperlukan biaya pengemasan terutama penyakit saluran pencernaan, yaitu
dan pengiriman, selain itu tidak dibutuhkan bakteri coliform. Standar kandungan bakteri
modal yang besar untuk membuka usaha ini. coliform dalam air minum 0 per 100
DAMIU saat ini tersebar di seluruh kecamatan ml.Kontaminasi bakteri coliform disebabkan
yang ada di Kabupaten Blora. Konsumsi dari air oleh pencemaran pada air baku, jenis peralatan
minum isi ulang di Kabupaten Blora semakin yang digunakan, karena kurangnya pengetahuan
hari semakin meningkat, sejalan dengan tentang hal higienenitas dan sanitasi DAMIU
dinamika kebutuhan masyarakat terhadap air (Indirawati 2009). Ketiadaan bakteri coliform
minum. merupakan salah satu indikator mutu dan
Depo air minum isi ulang (DAMIU) saat keamanan air minum, tidak adanya bakteri ini
ini tersebar di seluruh kecamatan yang ada di diharapkan menjadi indikasi tidak adanya
Kabupaten Blora. Konsumsi dari air minum isi patogen lain. Tercemarnya sumber air minum
ulang di Kabupaten. Kehadiran DAMIU pada oleh bakteri dan cemaran lain dapat
satu sisi mendukung upaya mewujudkan membahayakan kesehatan masyarakat (Sabariah
masyarakat sehat karena memperluas jangkauan 2003).Tujuan dari penelitian adalah untuk
konsumsi air bersih, tetapi pada satu sisi yang mengetahui kualitas bakteriologis air minum isi
lain DAMIU menjadi cenderung bermasalah ulang yang ada di Kabupaten Blora melalui
ketika dihadapkan dengan kepentingan bisnis. metode MPN.
Apalagi jika persaingan antara depo–depo air
minum isi ulang cukup ketat, akibatnya tidak METODE PENELITIAN
jarang kualitas air minum menjadi tidak
diperhatikan lagi. Penelitian ini merupakan penelitian
Air minum yang sehat dan aman untuk deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian ini
dikonsumsi harus Memenuhi persyaratan yang melewati 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap
meliputi syarat fisik, kimia dan bakteriologis. pelaksanaan, dan analisis data. Penelitian ini
Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2002) dalam dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Dinas
Byna (2009) persyaratan fisik meliputi warna, Kesehatan Kabupaten Blora. Populasi dalam
bau, rasa, temperatur, dan kekeruhan. penelitian ini adalah depo air minum isi ulang
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya yang ada di Kabupaten Blora. Sampel penelitian
bahan organik dan anorganik yang terkandung yaitu 25 depo air minum isi ulang, yang
di dalam air, seperti lumpur dan bahan yang berlokasi disetiap kecamatan, di Kabupaten
berasal dari hasil pembuangan. Kualitas kimia Blora.
adalah yang berhubungan dengan ion-ion Metode Most Problable Number (MPN)
senyawa maupun logam yang membahayakan, digunakan untuk uji kualitas bakteriologis air

32
LA Natalia dkk./ Unnes Journal of Life Science 3 (1) (2014)

minum isi ulang. Metode MPN terdiri dari 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
tahapan, yaitu uji pendugaan (Presumtive Tes), uji
penguat (Confirmed Tes), dan uji kelengkapan Menurut Asfawi (2004) sumber air baku
(Completed tes). Khusus untuk uji air minum isi yang digunakan untuk membuka DAMIU,
ulang, metode MPN dilakukan sampai pada diantaranya dari sumber air tanah seperti mata
metode uji penguat, dikarenakan metode ini air (pegunungan), sungai bawah tanah, air
sudah cukup kuat digunakan sebagai pengujian permukaan seperti air danau, air laut dan air
ada tidaknya bakteri coliform dalam sampel air gunung es. Sumber air baku yang digunakan
minum isi ulang (Shodikin 2007). Perhitungan oleh DAMIU yang ada di Kabupaten Blora
didasarkan pada tabung yang positif, yaitu berasal dari mata air pegunungan. Mata air
tabung menunjukkan pertumbuhan mikroba pegunungan tersebut adalah Pegunungan
setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu Ngawi, Pegunungan Lawu, Gunung Muria dan
dan dapat diketahui dari gelembung gas yang Gunung Ungaran. Semua sumber air baku di
dihasilkan pada tabung Durham. Nilai MPN Kabupaten Blora sudah dilakukan uji
ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung bakteriologis kelayakan air baku. Hasil dari uji
positif (asam dan gas) tiap serinya setelah bakteriologis dengan menggunakan metode
diinkubasi (Waluyo 2009). MPN pada air baku yang digunakan depo air
Metode MPN yang digunakan dengan minum yang ada di Kabupaten Blora adalah
metode tabung 5 seri, yaitu dengan sampel 5x10 negatif terkontaminasi bakteri coliform. Sesuai
ml, 1x1 ml, dan 1x0,1 ml. Tes perkiraan ini dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik
merupakan tes pendahuluan tentang ada Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002
tidaknya kehadiran coliform berdasarkan standar air baku adalah 10/100 ml.
terbentuknya asam dan gas, dengan Sumber air baku yang digunakan oleh
menginkubasi sampel selama 24-48 jam dengan 21depo air minum di Kabupaten Blora berasal
suhu 350 C. Terbentuknya gas menandakan uji dari Pegunungan Ngawi, meliputi Kecamatan
pendugaan positif, dan dilanjut ke uji penguat. Banjarejo, Blora, Bogorejo, Jepon, Jiken,
Uji penguat ini, menginkubasai hasil positif dari Sambong, Cepu, Kedungtuban, Randublatung,
0
uji pendugaan, selama 24-48 jam selama 35 C. Kradenan, Tunjungan, Japah, Kunduran,
Apabila terbentuk gas dalam tabung durham Ngawen. Depo air minum yang sumber air
menunjukkan adanya hasil positif bakteri bakunya berasal dari Pegunungan Lawu
coliform dalam air minum isi ulang. meliputi Kecamatan Jati. Depo air minum dari
Alat yang digunakan dalam penelitian ini sumber air Gunung Muria, meliputi Kecamatan
adalah pipet ukur, lampu spiritus, rak tabung Todanan. Depo air minum yang sumber air
reaksi, tabung durham, kapas, tabung reaksi, bakunya berasal dari sumber air Gunung
inkubator, autoklaf, botol steril. Bahan yang Ungaran adalah Kecamatan Ngawen.
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel Sumber air baku yang digunakan di
air minum isi ulang dari 25 depo air minum isi Kabupaten Blora, diangkut dengan
ulang yang ada di 16 kecamatan, yang ada di menggunakan truk tangki stainless. Bahan untuk
Kabupaten Blora, media LB (Lactose Broth), dan tempat penampungan air baku yang digunakan
media BGLB (Brilliant Green Bile Broth) oleh depo air minum isi ulang yang ada di
Kabupaten Blora adalah bahan stainless.
Tempat penyimpanan dan alat pengangkutan
yang digunakan oleh DAMIU di Kabupaten
Blora sesuai dengan keputusan Menteri

33
LA Natalia dkk./ Unnes Journal of Life Science 3 (1) (2014)

Perindustrian dan Perdagangan RI No. manusia dan hewan. Tipe dari bakteri coliform
651/MPP/Kep/10/2004 yaitu tentang ini dapat menyebabkan penyakit saluran
penampungan air baku dan syarat bak pencernaan (Artianto 2009).
penampung air baku yang diambil dari Menurut Pracoyo (2006) keberadaan
sumbernya, air baku diangkut dengan truk bakteri coliform dalam air sangat mempengaruhi
tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak baik buruknya kualitas air minum. Semakin
atau tangki yang terbuat penampung yang sedikit kandungan bakteri coliform pada air
terbuat dari bahan stainless atau bahan tara minum, maka semakin baik kualitas air minum
pangan. tersebut. Sedangkan semakin banyak jumlah
Uji kualitas bakteriologis air minum isi bakteri coliform dalam air minum, maka
ulang adalah dengan melihat ada tidaknya semakin buruk kualitas air minum tersebut.
kontaminasi bakteri dalam air minum tersebut. Hasil dari uji bakteriologis air minum isi ulang
Syarat bakteriologis air minum menurut yang diambil dari 25 depo air minum isi ulang
peraturan Menteri Kesehatan Republik Kabupaten Blora, yaitu sebanyak 24 depo air
Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, minum isi ulang dengan hasil bagus. Sampel air
air minum tidak boleh mengandung bakteri minum pada 24 DAMIU dinyatakan tidak
patogen, yang dapat menyebabkan penyakit terkontaminasi adanya bakteri coliform.
terutama penyakit saluran pencernaan, yaitu Hasil uji bakteriologis air minum isi ulang
bakteri coliform. Standar kandungan bakteri pada 1 DAMIU dengan hasil amat buruk. Air
coliform dalam air minum 0 per 100 ml. Bakteri minum pada DAMIU tersebut dinyatakan
coliform merupakan suatu kelompok bakteri terkontaminasi bakteri coliform. Menurut
heterogen, berbentuk batang, gram negatif, Suprihatin (2003) bakteri coliform dalam air
aerob dan anaerob fakultatif (Widianti et al menunjukkan adanya mikroba yang bersifat
2004). Pada kondisi aerob, bakteri ini toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.
mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri
terdapat oksigen, metabolisme bersifat coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran
fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara bakteri patogen lain. Menurut Eulis et al (2008)
memecah laktosa menjadi asam organik dan gas keberadaan coliform dalam air merupakan
0
dalam waktu 24-48 jam, pada suhu 35 C indikasi dari kondisi prosessing atau sanitasi
(Suriawira 1996). yang tidak memadai. Jadi Higiene dan sanitasi
Bakteri coliform secara umum memiliki berpengaruh terhadap ada tidaknya cemaran
sifat dapat tumbuh pada media agar sederhana, bakteri coliform dalam air minum isi ulang.
koloni sirkuler dengan diameter 1-3 mm, sedikit Perhitungan ada tidaknya bakteri coliform
cembung, permukaan koloni halus, tidak dengan menggunakan metode MPN. Hasil
berwarna atau abu-abu dan jernih (Farida 2009). analisis metode MPN dilakukan dengan cara
Bakteri coliform di bedakan menjadi 2 tipe, dari mencocokkan dengan Tabel MPN, yaitu
yaitu non fecal dan fecal coliform. Contoh dari tipe Tabel yang memberikan MPN atau jumlah
non fecal coliform adalah Enterobacter dan klebsiella. perkiraan terdekat, yang tergantung dari
Enterobacter dan Klebsiella ini biasanya ditemukan kombinasi tabung positif (yang mengandung
pada hewan dan tanaman yang telah mati. Tipe bakteri coliform) dan negatif (yang tidak
dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan mengandung bakteri coliform) dari uji
penyakit saluran pernafasan. Contoh dari tipe pendugaan.
fecal coliform adalah bakteri Escherechia coli,
merupakan bakteri yang berasal dari kotoran

34
LA Natalia dkk./ Unnes Journal of Life Science 3 (1) (2014)

Tabel 1. Jumlah perkiraan terdekaat bakteri Tabel 2. Hasil dari uji bakteri coliform pada air
coliform seri 5 tabung minum isi ulang dengan metode MPN
seri 5 tabung di Kabupaten Blora
Jumlah tabung positif MPN
5 tabung 1 tabung 1 tabung KECAMATAN A B C MPN Hasil
10 ml 1 ml 0,1 ml per 100 Banjarejo 0 0 0 <2 Bagus
ml Blora 1 0 0 0 <2 Bagus
0 0 0 <2 Blora 2 0 0 0 <2 Bagus
1 0 0 2,2 Blora 3 0 0 0 <2 Bagus
1 0 0 4,4 Bogorejo 0 0 0 <2 Bagus
2 0 0 5 Jepon 1 0 0 0 <2 Bagus
2 0 0 7,6 Jepon 2 0 0 0 <2 Bagus
3 0 0 8,8 Jiken 1 0 0 0 <2 Bagus
3 1 0 12 Jiken 2 0 0 0 <2 Bagus
4 0 0 15 Sambong 5 1 1 >240 Amat
4 0 1 20 buruk
4 1 0 21 Cepu 1 0 0 0 <2 Bagus
5 0 0 38 Cepu 2 0 0 0 <2 Bagus
5 0 1 96 Cepu 3 0 0 0 <2 Bagus
5 1 0 240 Kedungtuban 0 0 0 <2 Bagus
5 1 1 >240 Randublatung 1 0 0 0 <2 Bagus
Randublatung 2 0 0 0 <2 Bagus
Kategori : 0-<2 BAGUS
Kradenan 0 0 0 <2 Bagus
0-50 kurang bagus
51-100 buruk Jati 1 0 0 0 <2 Bagus
>100 amat buruk Jati 2 0 0 0 <2 Bagus
Tunjungan 0 0 0 <2 Bagus
Hasil uji dari 25 sampel air minum isi Japah 0 0 0 <2 Bagus
ulang yang ada di Kabupaten Blora, 24 sampel Todanan 0 0 0 <2 Bagus
Kunduran 0 0 0 <2 Bagus
mempunyai hasil bagus atau tidak terbukti Ngawen 1 0 0 0 <2 Bagus
adanya kontaminasi bakteri coliform. Sedangkan Ngawen 2 0 0 0 <2 Bagus
1 sampel air minum isi ulang mempunyai hasil
Keterangan : A = jumlah tabung positif pada deret
amat buruk, yaitu terbukti adanya kontaminasi pertama
baktei coliform. Hasil uji ada tidaknya B = jumlah tabung positif pada deret
kedua
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi C = jumlah tabung positif pada deret
ulang di Kabupaten Blora dengan menggunakan ketiga
P = pegunungan
metode MPN dapat dilihat pada Tabel 2.
G = gunung
Hasil uji bakteriologis air minum isi ulang
menunjukkan bahwa 4% DAMIU di Kabupaten Keberadaan bakteri coliform dalam
Blora adalah amat buruk. Air minum DAMIU jumlah tinggi dalam air minum menunjukkan
tersebut, dinyatakan terkontaminasi bakteri adanya kemungkinan pertumbuhan Salmonella,
coliform. Menurut Suprihatin (2003) bakteri Shigella dan Staphylococcus (Bambang 2005).
coliform dalam air menunjukkan adanya Bakteri coliform juga dapat meyebabkan
mikroba yang bersifat toksigenik yang berbahaya penyakit saluran pencernaan dan saluran
bagi kesehatan. Semakin tinggi tingkat pernafasan. Semakin sedikit kandungan bakteri
kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi coliform, semakin baik kualitas bakteriologis air
pula resiko kehadiran bakteri patogen lain. minum.
Keberadan coliform merupakan indikasi dari Menurut Eulis et al (2008) keberadaan
kondisi prosessing atau sanitasi yang tidak coliform dalam air merupakan indikasi dari
memadai. kondisi prosessing atau sanitasi yang tidak
memadai. Jadi Higiene dan sanitasi berpengaruh

35
LA Natalia dkk./ Unnes Journal of Life Science 3 (1) (2014)

terhadap ada tidaknya cemaran bakteri coliform dan rutin membersihkan peralatan depo air
dalam air minum isi ulang. Higiene dan sanitasi minum. Produsen DAMIU rutin memeriksakan
adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau air baku, dan memeriksakan kelayakan air
menghi langkan faktor yang menjadi penyebab minum isi ulang ke Dinas Kesehatan Kabupaten
terjadinya pencemaran terhadap air minum dan Blora.
sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, Lokasi dari bangunan untuk DAMIU
penyimpanan, dan pemasaran air minum. harus berada di lokasi yang bebas dari
Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap pencemaran, seperti tempat pembuangan kotoran
adanya cemaran bakteri coliform pada air dan sampah, penumpukan barang bekas atau
minum isi ulang (Suprihatin et al 2008). bahan berbahaya dan beracun, dan perusahaan
Pengusaha atau pengelola DAMIU harus lain yang diduga dapat menimbulkan
melakukan pemeliharaan sarana produksi dan pencemaran terhadap air minum. Perusahaan
progam sanitasi untuk menghindari lain yang menimbulkan pencemaran seperti
terkontaminasinya air minum bakteri bengkel,
oleh cat, las, kapur dan
coliform, yaitu dengan cara bangunan dan sejenisnya.Konstruksi dari bangunan depo air
bagiannya harus dipelihara, disanitasi secara minum isi ulang (DAMIU) juga harus memenuhi
berkala. Mencegah masuknya binatang pengerat, tata ruang dan syarat fisik, syarat fisik kondisi
serangga, binatang kecil lainnya ke dalam depo meliputi kondisi lantai, kondisi dinding,
bangunan dan tempat pengisian. Harus berhati- kondisi atap dan luas ruangan. Syarat fisik
hati dalam penggunaan desinfektan, insektisida tersebut juga harus memenuhi syarat, harus kuat,
untuk membasmi jasad renik, serangga dan tikus aman dan mudah dibersihkan serta mudah
(Purwaningsih 2009). Mesin peralatan harus pemeliharaannya (Taib 2012).
dirawat secara berkala, jika sudah habis umur Menurut Depkes RI (2006) tata ruang
pakai harus diganti sesuai dengan ketentuan usaha DAMIU minimal terdiri dari ruangan
teknisnya. Permukaan peralatan yang kontak proses pengolahan, ruangan tempat
dengan bahan baku dan air minum harus bersih penyimpanan, ruangan tempat
dan disanitasi setiap hari, permukaan yang pembagian/tempat penyediaan, ruang tunggu
kontak dengan air minum harus bebas kerak dan pengunjung.Menurut Simbolon (2012) syarat
residu lain. Proses pengisian dan penutupan fisik meliputi kondisi lantai, kondisi dinding,
dilakukan diruang yang higienis. Wadah yang kondisi atap dan luas ruangan. Kondisi lantai
dibawa konsumen harus disanitasi dan diperiksa depo air minum isi ulang (DAMIU) harus
sebelum diisi (Purnawijayanti 2001). berbahan kedap air, permukaan rata, halus tetapi
Sesuai dengan peraturan Menteri tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah
Kesehatan Republik Indonesia Nomor dibersihkan, selalu dalam keadan bersih dan
907/Menkes/SK/VII/2002 standar kandungan tidak berdebu. Menurut Indirawati (2009)
bakteri coliform dalam air minum adalah 0 per kondisi dari dinding bangunan DAMIU harus
100 ml, sedangkan untuk air baku 10/100 ml. memenuhi syarat bahan kedap air, permukaan
Hasil dari uji 24 sampel yang bagus atau yang rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah
negatif bakteri coliform ini dimungkinkan karena dibersihkan. Warna dinding terang dan cerah,
kualitas air baku yang digunakan sudah baik, selalu dalam kemasan bersih, tidak berdebu dan
karena mengambil dari mata air pegunungan. bebas dari pakaian tergantung. Menurut
Letak depo air minum yang jauh dari saluran Dhahono (2010) kondisi atap dan langit-langit
pembuangan. Kondisi sanitasi dan kebersihan bersyaratkan atap bangunan harus menutup
depo yang sudah diperhatikan. Memperhatikan sempurna seluruh bangunan, bahan atap tahan

36
LA Natalia dkk./ Unnes Journal of Life Science 3 (1) (2014)

terhadap air dan tidak bocor, konstruksi atap dan peralatan depo air minum Tidak adanya uji rutin
langit-langit dibuat anti tikus, bahan atap harus untuk memeriksakan kelayakan produksi air
kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan, juga minum isi ulang.
tidak menyerap debu.
Menurut Sembiring (2008) syarat dari luas SIMPULAN
ruangan adalah tinggi ruangan minimal 3 meter
dari lantai. DAMIU juga harus mempunyai Uji Kualitas bakteriologis air minum isi
ventilasi udara, dan mengatur posisi ventilasi ulang di Kabupaten Blora menunjukkan bahwa
udara. Fungsi dari ventilasi udara yaitu, menjaga kualitas dari air minum isi ulang yang ada di
suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan, dan Kabupaten Blora layak untuk dikonsumsi oleh
menjamin terjadinya peredaran udara dengan masyarakat, dikarenakan 96% air produk depo
baik, tidak mencemari proses pengolahan dan air minum isi ulang tidak terkontaminasi bakteri
kualitas air minum. Semua DAMIU yang telah coliform, sedangkan 4% terkontaminasi bakteri
diperiksa memiliki ventilasi udara.Pelayanan coliform.
terhadap konsumen harus memenuhi syarat
DAFTAR PUSTAKA
kesehatan, yaitu setiap produk air minum secara
berkala dilakukan pengujian kualitas air minum,
Artianto I. 2009. Uji Air Limbah dan Pembuatan Media
Proses pencucian dan desinfeksi botol disediakan Identifikasi Bakteri MPN Coliform. Surakarta:
oleh pengusaha DAMIU. Setiap wadah yang Fakultas Ilmu Kesehatan
Asfawi S. 2004. Analisis Faktor-faktor Yang
telah diisi ditutup dengan penutup wadah yang
Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis
steril (Kharismajaya 2013). Hasil dari sanitasi Air Minum Isi Ulang Pada Tingkat Produsen
dan higienitas depo air minum isi ulang yang ada di Kota Semarang (Thesis). Semarang:
Universitas Diponegoro
di Kabupaten Blora, 24 depo air minum dengan Bambang F. 2005. Kualitas air minum isi ulang di
hasi uji bakteriologis baik sudah memenuhi kota Surabaya. Universitas Airlangga Folio
Medica Indonesia 4(1):25-36
syarat sanitasi dan higienitas. Sedangkan 1 depo Byna S, Krisdiantoro & HS Nur. 2009. Kajian
air minum isi ulang, belum memenuhi syarat dari kualitas air sungai yang melewati Kecamatan
Gambut dan Aluh aluh Kalimantan Selatan.
sanitasi dan higienitas depo air minum. Sanitasi BIOSCIENTAE 6(1):40-50
dan higienitas dari depo air minum isi ulang, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002.
dapat berpengaruh terhadap ada tidaknya bakteri Syarat–syarat Pengawasan Kualitas Air Minum
PerMenkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002.
coliform dalam air minum isi ulang. DepKes RI. Jakarta
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Dhahono AD. 2010. Kinerja Dinas Kesehatan Kota
Surakarta Dalam Mengawasi Kualitas Depot
adanya kontaminasi bakteri coliform dalam air Air Minum Isi Ulang. (Skripsi). Fakultas Ilmu
minum isi ulang, diantaranya lamanya waktu Sosial dan Ilmu Politik: Universitas Sebelas
Maret
penyimpanan air dalam tempat penampungan Eulis TM, RL Balia & AH Yulia. 2008. Reduksi
sehingga mempengaruhi kualitas sumber air baku bakteri total dan Entherobacteriaciaea pada
campuran lumpur susu dan onggok fermentasi
yang digunakan. Kurang memperhatikan
oleh Aspergillus niger. Proseding ISBN 978-602-
pentingnya sanitasi lingkungan yang baik. 8475-05-1
Adanya kontaminasi selama memasukkan air ke Farida N. 2009. Uji MPN coliform dan fecal coli dalam
sampel air limbah, air bersih dan air minum.
dalam tangki pengangkutan. Tempat Yogyakarta:SMTI
penampungan kurang bersih. Proses pengolahan Indirawati SM. 2009. Analisis Higiene Sanitasi dan
Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU)
kurang optimal. Adanya kontaminasi dari galon Berdasarkan Sumber Air Baku Pada Depot Air
yang tidak disterilisasi. Kurang memperhatikan Minum di Kota Medan. Tesis. Universitas
Sumatera Utara:Medan
kebersihan di sekitar DAMIU. Kurang Kharismajaya T. 2012. Pengawasan Dinas Kesehatan
memperhatikan dan rutin membersihkan Pemerintah Kabupaten Banyumas Terhadap
Kualitas Air Minum Usaha Depot Air Minum
37
LA Natalia dkk./ Unnes Journal of Life Science 3 (1) (2014)

Isi Ulang. (Skripsi). Fakultas Hukum: Universitas Simbolon VA. 2012. Pelaksanaan Hygiene Sanitasi
Jenderal Sudirman Depot dan pemeriksan Kandungan Bakteri E.
Pratiwi AW. 2007. Kualitas bakteriologis air minum coli Pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
isi ulang di wilayah kota bogor. Jurnal Tanjung Pinang Barat. (Skripsi). FKM:
Kesehatan Masyarakat Nasional 2(2):120-131 Universitas Sumatera
Pracoyo NE. 2006. Penelitian bakteriologi air minum Suprihatin. 2003. Sebagian Air Minum isi Ulang
isi ulang di wilayah Jabodetabek. Cermin Dunia Tercemar Bakteri Coliform. Tim Penelitian
Kedokteran 15(2):37-40 Laboralorium Teknologi dan Manajemen
Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi higiene air minum Lingkungan IPB. Kompas: Jakarta
dan keselamatan kerja. Jogjakarta: Kanisius Suprihatin B & A Retno. 2008. Higiene sanitasi depot
Purwaningsih H. 2009. Analisis Hubungan Antara air minum isi ulang di kecamatan Tanjung
Kondisi Sanitasi, Air Bersih dan Pendertita Redep kabupaten Berau Kalimantan Timur.
Diare di Jawa Timur. (Skripsi). FMIPA: ITS Kesehatan lingkungan 4(2):81-88
Sabariah V. 2003. Eschericia coli bakteri indikator Suriawiria U. 1996. Pengantar Mikrobiologi Umum.
pencemar perairan studi pendahuluan di Teluk Angkasa: Bandung
Doreri Manokwari. Warta Iptek hal 11-15 No Taib DA. 2012. Aspek kualitas dan hygiene sanitasi
14/Tahun 2003 Oktober. UNIPA: Manokwari depot air minum isi ulang (DAMIU) di
Sembiring FY. 2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi kecamatan kota utara kota Gorontalo. Public
Lingkungan dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Health Journal. 1(1):93-104
Air Minum Isi Ulang Kota Batam. USU: Digital Waluyo L. 2009. Mikrobiologi lingkungan. UMM Press:
libary Malang
Shodikin MA. 2007. Kontaminasi bakteri Widjianti NL, P manik & RN Putu. 2004. Analisis
coliformpada air es yang digunakan oleh kualitatif bakteri coliform pada depo air
pedagang kaki lima di sekitar kampus minum isi ulang di kota Singaraja Bali. Jurnal
Universitas Jember. Jurnal Biomedis 1(1):26-33 ekologi lingkngan 3(1):64-73

38

Anda mungkin juga menyukai