Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Pengertian Glukosa Darah

Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam darah yang
konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber
utama energi untuk sel- sel tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam darah bertahan pada
batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini meningkat setelah makan dan biasanya
berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan
(Mayes, 2001).Tubuh manusia mengandung glukosa darah, atau yang biasa disebut gula
darah. Glukosa darah adalah gula utama yang dihasilkan oleh tubuh dari makanan yang
dikonsumsi. Glukosa dibawa keseluruh tubuh melalui pembuluh darah untuk menghasilkan
energi ke semua sel di dalam tubuh.8 Kebanyakan glukosa berasal dari karbohidrat, sesuai
namanya secara sederhana karbohidrat didefinisikan sebagai polimer gula.

Berdasarkan jumlah unit gula dalam rantai, karbohidrat, digolongkan menjadi 4


golongan utama yaitu :

1. Monosakarida (terdiri atas 1 unit gula)


2. Disakarida (terdiri atas 2 unit gula)
3. Oligosakarida (terdiri atas 3-10 unit gula)
4. Polisakarida (terdiri atas lebih dari 10 unit gula)

2.1.2 kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa darah
biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya (Price, 2005).

Menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun 2006, kadar


glukosa darah puasa yang berkisar 80-100 mg/dL dinyatakan normal. Seseorang dikatakan
menderita Diabetes Melitus (DM) jika memiliki kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dL
2.1.3. Metabolisme glukosa

Kadar glukosa di dalam sirkulasi diperoleh dari tiga sumber yaitu : Absorpsi di intestinal
semasa mengkonsumsi makanan

1. Glikogenolisis

Glikogen merupakan cadangan glukosa yang tersimpan di hati serta jaringan lain seperti otot.
Apabila tubuh memerlukan glukosa sebagai bahan baku pembuatan energi, glikogen akan
dipecah menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis. Proses glikogenolisis ini melibatkan
banyak enzim, serta diatur oleh beberapa mekanisme hormonal meliputi hormon glukagon.

2. Glukoneogenesis

Merupakan pembentukan glukosa dari bahan non karbohidrat seperti asam laktat, asam
amino, propionat, dan glisero. Glukoneogenesis dapat berlangsung setiap saat di dalam tubuh,
terutama di sel-sel ginjal dan hepar (sedikit di otot dan otak).

Glukosa dari hasil absorbsi sepanjang saluran cerna, glikogenolisis dan glukoneogenesis akan
masuk ke dalam sel dan dipecah di dalam sel untuk menghasilkan energi dalam proses
glikolisis.

2.1.4 Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya
(ADA, 2010).

Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).

Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan


metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi
dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi,
jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren.
Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah
pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan
adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan
(DepkesRI, 1999).

2.1.5 Pengambilan darah

Pada umumnya pengambilan darah terlalu banyak pada hewan kecil dapat
menyebabkan shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi bila
dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat menyebabkan anemia. Pada
umumnya pengambilan darah dilakukan sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh dan
dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang
diambil sekitar 7,5% dari bobot badan.

Pengambilan darah harus menggunakan alat seaseptik mungkin. Untuk meningkatkan


vasodilatasi, perlu diberi kehangatan pada hewan tersebut, misalnya taruh dalam ruangan
dengan suhu 40oC selama 10-15 menit, dengan mememasang lampu pemanas dalam ruangan
tersebut.

Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:

- vena lateral dari ekor


- bagian ventral arteri ekor
- sinus orbitalis mata
Hewan uji yang akan digunakan untuk diambil sampel darah terlebih dahulu dilakukan
anestesi. Anestesi dapat dilakukan menggunakan ketamin (ketalar) (Bishop dkk., 2010).
Ketamin merupakan obat yang dapat digunakan untuk analgesik dan sedatif sehingga dapat
mengurangi rasa sakit (Cottingham dan Thomson, 1994). Administrasi ketamin dapat
dilakukan melalui intramuscular apabila injeksi intravena tidak memungkinkan seperti
keadaan darurat, volume yang besar atau keadaan obesitas (Brown dkk., 2012 dalam Marland
dkk., 2013). (Hoff, 2000) dikarenakan darah dapat keluar dengan cukup banyak sehingga
proses koleksi dapat cepat. Koleksi darah melalui metode ini memiliki rentang waktu yaitu
minimal 2 minggu apabila akan dilakukan koleksi darah dengan metode yang sama. Hal ini
dikarenakan agar hewan uji dapat mengembalikan serat jaringan ikat pada lokasi perdarahan
(LaRegina dan Sharp, 1998).
Dapus

PERKENI. 2006. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus di Indonesia.


Jakarta : Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h.1 19.

Mayes J. 2001. HACCP : Principles and Applications. New York : Van Nostrand Reinhold.

Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses
Penyakit,Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H., Wulansari,
p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

American Diabetes Association (ADA). 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus; Position Statement. Diabetes Care; 33: 1-8.

Depkes RI, 2008. Diabetes Melitus Ancaman Umat Manusia di Dunia. Diakses 15 Agustus
2013. Http: www.depkes.go.id/indeks/.

Bishop, Sue. 2010. Develop your Assertiveness (2nd ed). London : Koran Page.

Sharp, P.E. and La Regina, M.C.1998.The Laboratory Rat, A Volume in TheLaboratory


Animal Pocket Reference Series.CRC Press : Florida

Hoff, J. 2000. Methods of Blood Collection in the Mouse. Lab Animal. Vol 29(10): 47-53

Anda mungkin juga menyukai