Anda di halaman 1dari 16

DESAIN PENERANGAN JALAN

DENGAN MENGGUNAKAN SEL SURYA


Oleh:
Julius Bua
D41105125
Jurusan Elektro Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
2012

Abstrak
Penerangan jalan yang optimal terutama di daerah perkotaan diperlukan untuk
mendukung aktifitas dan mobilitas warga pada malam hari. Penerangan jalan umum tenaga
surya (PJU-TS) pada dasarnya sama dengan PJU konvensional, dibutuhkan kuat
pencahayaan sesuai dengan kelas jalan yang akan diterangi. Namun demikian, perencanaan
PJU-TS lebih kompleks karena terdapat banyak kriteria-kriteria yang perlu dipertimbangkan
untuk mendapatkan sistem PJU-TS yang efektif, baik dari segi pencahayaan maupun dari segi
komponen yang digunakan. Untuk itulah diperlukan suatu desain PJU-TS yang dapat
berfungsi secara optimal dan memenuhi standar penerangan jalan. Dengan menggunakan
komponen yang sesuai dan konfigurasi pemasangan yang tepat diperoleh sistem PJU-TS
yang andal dan dapat memenuhi standar penerangan jalan.

Kata kunci : Penerangan jalan umum, PJU-TS

I. PENDAHULUAN penggunaan sel surya. Sel surya dapat


1.1. Latar belakang digunakan dimana saja terdapat penyinaran
Lampu Penerangan Jalan Umum matahari langsung untuk berbagai keperluan
Tenaga Surya (PJU-TS) adalah lampu termasuk untuk keperluan penerangan jalan.
penerangan jalan yang menggunakan cahaya Kota Makassar sebagai “pintu gerbang”
matahari sebagai sumber energi listriknya. dan pusat Kawasan Timur Indonesia tentu
Lampu penerangan jalan memiliki peranan membutuhkan penerangan jalan yang
penting dalam meningkatkan keselamatan memadai untuk mendukung aktifitas dan
dan kenyamanan berkendara, meningkatkan mobilitas warga terutama pada malam hari.
keamanan lingkungan dari tindak Selain itu, Penerangan jalan yang memadai
kriminalitas, menambah nilai estetika akan memberikan citra kota yang baik. PJU-
lingkungan jalan, serta mendukung program TS sesuai dan sejalan dengan slogan Kota
promosi/iklan dari berbagai pihak yang Makassar “menuju kota dunia yang hijau”
berkepentingan terutama pada malam hari. dimana konsep yang ingin ditampilkan
Sumber energi listrik yang selama ini adalah kota yang ramah lingkungan. PJU-TS
digunakan sebagian besar berasal dari bahan juga sesuai dan sejalan dengan program
bakar fosil yang persediaannya terbatas dan pemerintah dalam upaya efisiensi energi.
dalam penggunaannya menimbulkan
pencemaran lingkungan. Seiring dengan 1.2. Tujuan
perkembangan zaman, permintaan energi Adapun tujuan yang ingin dicapai
listrik semakin meningkat namun tidak adalah :
disertai dengan peningkatan pembangkit 1. Menentukan kapasitas komponen sistem
listrik sehingga pada suatu kondisi terjadi tenaga surya untuk PJU-TS sesuai
krisis energi listrik. kebutuhan lampu/luminer.
Indonesia merupakan negara yang 2. Menentukan jarak antar tiang yang sesuai
terletak di daerah khatulistiwa, memiliki dengan standar kuantitas dan kualitas
potensi yang sangat besar dalam hal penerangan jalan yang disarankan.

1
II. TEORI PENERANGAN JALAN g. Rasio kemerataan
UMUM DAN KOMPONEN Rasio kemerataan atau uniformity ratio
SISTEM TENAGA SURYA (U) yaitu perbandingan harga/nilai antara
dua kondisi dari suatu besaran kuat
2.1. Jalan pencahayaan (iluminansi atau luminansi)
Klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya pada suatu permukaan jalan.
dapat dibedakan dari ciri-cirinya yaitu jalan h. Koefisien kegunaan
arteri, kolektor, dan lokal yang membutuhkan Koefisien kegunaan atau coefisien of
tingkat pencahayaan yang berbeda-beda. utilities (CU) yaitu perbandingan antara
Kualitas pencahayaan normal menurut fluks cahaya yang sampai pada
jenis/klasifikasi fungsi jalan menurut SNI permukaan jalan terhadap fluks cahaya
7391:2008 seperti pada Tabel 2.1. yang dipancarkan oleh luminer.
i. Faktor pemeliharaan
2.2. Penerangan Jalan Umum Koefisien depresiasi atau koefisien
Beberapa parameter terkait dengan penyusutan atau maintenance faktor (MF)
penerangan jalan antara lain : yaitu perbandingan antara tingkat
a. Fluks cahaya pencahayaan setelah jangka waktu tertentu
Disebut juga keluaran cahaya, yaitu dari instalasi pencahayaan digunakan
besaran yang menyatakan kuantitas daya terhadap tingkat pencahayaan pada waktu
cahaya yang dihasilkan oleh suatu sumber instalasi baru.
cahaya, dalam satuan lumen (lm). j. Pandangan silau
b. Intensitas Cahaya Pandangan silau atau glare (G) yaitu
Intensitas cahaya (I) adalah arus cahaya pandangan yang terjadi ketika suatu
yang dipancarkan oleh sumber cahaya cahaya/sinar terang masuk di dalam area
dalam satu kerucut ("cone") cahaya, pandangan/penglihatan pengendara yang
dinyatakan dengan satuan Candela (cd). dapat mengakibatkan ketidaknyamanan
c. Iluminansi pandangan bahkan ketidakmampuan
Iluminansi atau kuat pencahayaan (E) pandangan jika cahaya tersebut datang
adalah jumlah cahaya yang jatuh pada secara tiba-tiba.
permukaan jalan, dalam satuan lumen/m2
atau lux.
d. Luminansi 2.3. Lampu LED
Luminansi (L) adalah pantulan cahaya Dioda cahaya atau lebih dikenal
lampu oleh permukaan jalan, yang diukur dengan sebutan LED (light-emitting diode)
dalam satuan candela per meter persegi adalah suatu semikonduktor yang
(cd/m²). memancarkan cahaya ketika diberi tegangan
e. Faktor refleksi maju. Cahaya yang dipancarkan tergantung
Faktor refleksi atau reflectance (ρ) adalah material semikonduktor yang digunakan.
rasio antara fluks luminus yang LED cahaya putih sekarang ini mayoritas
dipantulkan permukaan jalan terhadap dibuat dengan cara melapisi substrat galium
fluks luminus yang datang ke permukaan nitrida (GaN) dengan fosfor kuning.
tersebut. Teknologi lampu LED sangat cepat
f. Efikasi mengalami kemajuan dan menjanjikan untuk
Efikasi atau efisiensi luminus (η) disebut masa depan. Untuk aplikasi penerangan
juga fluks cahaya spesifik adalah rasio jalan, beberapa lampu LED biasanya
antara fluks luminus yang dihasilkan suatu dirangkai membentuk serangkaian lampu
sumber cahaya listrik terhadap daya listrik LED untuk memberikan penerangan yang
yang digunakan sebagai masukan. Efikasi cukup. Lampu LED dilengkapi rangkaian
memiliki satuan lumen/watt. pengendali (driver) yang berfungsi mengatur
tegangan dan arus yang dicatu ke rangkaian
lampu LED.

2
Tabel 2.1
Kualitas pencahayaan jalan menurut SNI

Kuat pencahayaan Luminansi Batasan silau


(Iluminansi)
Jenis jalan Eavg U1 Lavg U G TI (%)
Ui U0
min min min min min max max
Trotoar 1-4 0,10 0,10 0,40 0,50 4 20
Jalan lokal :
- Primer 2-5 0,40 0,10 0,50 0,50 4 20
- Sekunder 2-5 0,40 0,10 0,50 0,50 4 20
Jalan kolektor :
- Primer 3-7 0,14 1,00 0,40 0,50 4-5 20
- Sekunder 3-7 0,14 1,00 0,40 0,50 4-5 20
Jalan arteri :
- Primer 11 - 20 0,14- 0,20 1,50 0,40 0,50- 0,70 5-6 10 - 20
- Sekunder 11 - 20 0,14- 0,20 1,50 0,40 0,50 - 0,70 5-6 10 – 20
Jalan arteri dengan akses
kontrol, jalan bebas 15 - 20 0,14- 0,20 1,50 0,40 0,50 - 0,70 5-6 10 - 20
hambatan
Jalan layang, simpang
susun, terowongan 20 - 25 0,20 2,00 0,40 0,70 6 10

Lampu LED untuk aplikasi penerangan lain: jarak matahari, perubahan sudut
jalan umum, umumnya sudah dalam bentuk penyinaran surya, panjang hari (sun
moduler menjadi satu kesatuan dengan duration), pengaruh atmosfir, pergantian
luminer dan rangkaian pengendalinya dengan musim, lokasi, dan sebagainya.
ciri-ciri:
- Efikasi rata-rata saat ini: 100 lumen/watt Tabel 2.2
- Umur rencana rata-rata : > 50.000 jam Insolasi untuk wilayah
- Daya: 30-200 watt. Kota Makassar
- Warna cahaya : putih
- Indeks perubahan warna : CRI>80 Insolasi - Suhu
Bulan horizontal Udara
(kWh/m²/d) (°C)
2.4. Radiasi Surya
Januari 4,57 26,20
Radiasi Matahari adalah pancaran
Februari 4,85 26,30
energi yang berasal dari proses thermonuklir
yang terjadi di matahari. Intensitas radiasi Maret 5,75 26,50
diukur dalam satuan W/m2 disebut pancaran April 5,91 26,80
(irradiance). Nilai rata-rata intensitas radiasi Mei 5,97 27,20
matahari atau pancaran surya di luar atmosfer Juni 5,67 26,90
bumi adalah 1367 W/m2 disebut konstanta Juli 5,95 26,60
surya. Tetapi karena melalui atmosfir, maka Agustus 6,70 27,00
total intensitas radiasi yang sampai pada September 7,22 27,80
permukaan horisontal di bumi maksimum Oktober 7,05 27,70
sebesar 1000 W/m2 dan disebut radiasi global 6,09 27,00
November
(global irradiance).
Desember 4,75 26,30
Radiasi surya yang diterima di
permukaan bumi bervariasi antara satu Tahunan 5.88 26,86
tempat dengan tempat lainnya dan dari waktu
ke waktu, tergantung beberapa faktor antara

3
Data energi surya untuk kepentingan
ekonomis umumnya direpresentasikan dalam
unit insolation (incoming/incident solar
radiation) atau insolasi yaitu ukuran dari
energi radiasi matahari yang diterima pada
luas permukaan tertentu dalam waktu
tertentu, biasanya diukur dalam satuan
kWh/m2/hari. Insolasi yang direkam oleh
NASA selama bertahun-tahun untuk wilayah
Kota Makassar diperlihatkan pada Tabel 2.2.

2.5. Sel Surya


2.5.1. Prinsip kerja sel surya
Sel surya yang disebut juga sel
fotovoltaik adalah suatu alat yang terdiri dari
susunan bahan semikonduktor yang dapat
mengubah secara langsung energi radiasi
matahari menjadi energi listrik. Sebuah sel Gambar 2.1.
surya mampu memberikan tegangan sekitar Prinsip kerja sel surya
0,5-0,7 Volt, ini jauh sangat rendah untuk
pemakaian. Maka dari itu, sel surya 2.5.3. Parameter modul surya
dihubungkan secara seri dan atau paralel Parameter utama yang mengkarakter-
membentuk sebuah modul surya untuk isasi modul surya adalah:
mendapatkan tegangan dan atau arus yang - Arus hubung pendek (ISC) yaitu arus
sesuai kebutuhan. maksimum yang disediakan oleh modul
Sel surya kristal silikon bekerja pada saat dihubung singkat pada kondisi
berdasarkan prinsip p-n junction, yaitu STC (standard condition test) yaitu pada
hubungan antara semikonduktor tipe-p dan tingkat radiasi 1000 W/m2 dan temperatur
tipe-n. Peran dari p-n junction ini adalah 25°C.
untuk membentuk medan listrik sehingga - Tegangan rangkaian terbuka (VOC) yaitu
elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh tegangan maksimum yang disediakan oleh
material kontak untuk menghasilkan listrik. modul ketika terminal tidak dihubungkan
Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n pada beban sama sekali (kontak terbuka),
terkontak, maka kelebihan elektron akan pada kondisi STC.
bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p - Titik daya maksimum (Pmax) atau yaitu
sehingga membentuk kutub positif pada titik dimana daya yang disediakan oleh
semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub modul berada di titik maksimum, dimana
negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat Pmax = Imax.Vmax.
dari aliran elektron dan hole ini maka - Faktor pengisi atau fill factor (FF) yaitu
terbentuk medan listrik yang mana ketika perbandingan antara daya maksimum
cahaya matahari mengenai susunan p-n sesungguhnya (Pmax) yang dapat
junction ini maka akan mendorong elektron disediakan oleh modul dengan perkalian
bergerak dari semikonduktor menuju kontak ISC x VOC. FF memberikan gambaran
negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan kualitas modul karena ini adalah indikasi
sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak tipe kurva karakteristik IV. Semakin dekat
menuju kontak positif menunggu elektron FF pada nilai 1 (satu), semakin banyak
datang seperti yang diperlihatkan pada daya yang dapat diberikan oleh modul.
Gambar 2.1. Nilai umum FF biasanya berkisar antara
0,7 dan 0,8.

4
- Efisiensi (η) yaitu perbandingan antara 2.6. Baterai
daya listrik maksimum yang dapat 2.6.1. Prinsip kerja baterai
diberikan oleh modul dan daya dari radiasi Baterai adalah suatu alat elektrokimia
surya yang masuk ke modul. yang dapat mengubah energi kimia menjadi
energi listrik melalui reaksi kimia kelistrikan.
Karakteristik listrik modul surya Sampai saat ini jenis baterai yang umum
direpresentasikan dalam kurva IV yang digunakan adalah baterai timbal- asam (lead-
menyatakan hubungan antara arus dan acid battery). Dari awal ditemukan tahun
tegangan yang mampu disuplai pada berbagai 1880, terjadi perubahan pada bentuk
tingkat radiasi matahari dan suhu. Untuk kemasan, bahan kemasan dan sistem
suatu area modul surya, arus yang dihasilkan produksi, sehingga kapasitas baterai lebih
secara langsung sebanding dengan intensitas meningkat, umur lebih lama dan lebih andal,
penyinaran surya, sedangkan tegangan tetapi prinsip kerja baterai sampai saat ini
berkurang dengan kenaikan suhu seperti yang masih tetap sama dengan ketika pertama kali
diperlihatkan pada Gambar 2.2 dan 2.3 ditemukan.
berikut. Secara sederhana cara kerja dari baterai
adalah berubahnya reaksi kimia antara
material aktif (Pb, PbO2, PbSO4) dengan
media elektrolit (H2SO4) yang menimbulkan
beda potensial antara kutub positif dan
negatif sehingga menghasilkan arus listrik
sampai batas waktu tertentu. Reaksi kimia
terdiri dari dua proses yaitu pelepasan
muatan (discharge) dan pengisian (charge)
yang dirumuskan sebagai berikut :


Disch arg e

PbO2 + Pb + 2 H 2 SO4 2 PbSO4 + 2 H 2O
←
Ch arg e

dengan pengertian :
PbO2 = Pelat positif (anoda)
Gambar 2.2.
Pb = Pelat negatif (katoda)
Kurva karakteristik IV sebuah modul surya
H2SO4 = Elektrolit
terhadap intensitas radiasi matahari
2.6.2. Jenis-jenis baterai
Baterai biasanya dibuat untuk
keperluan tertentu yang spesifik/khusus,
dalam hal ini dibedakan dari konstruksi yang
dibuat untuk komponennya. Berdasarkan
struktur/konstruksinya, baterai dapat dibeda-
kan atas beberapa tipe yaitu :
- Tipe flooded, disebut baterai basah atau
tipe konvensional
- Tipe sealed atau tertutup antara lain : tipe
VRLA (Valve Regulated Lead Acid) dan
tipe AGM (Absorbed Glass Mat)
- Tipe bebas perawatan atau maintenance
Gambar 2.3. free mengacu pada baterai tipe
Kurva karakteristik IV sebuah modul surya
sealed/tertutup.
terhadap temperatur

5
Berdasarkan siklusnya, secara umum III. KRITERIA DESAIN
terdapat dua macam baterai yaitu : PENERANGAN JALAN UMUM
- Baterai shallow-cycle TENAGA SURYA
- Baterai deep-cycle 3.1. Konsep Desain
Pada dasarnya PJU-TS sama dengan
2.6.3. Parameter baterai penerangan jalan umum konvensional.
Parameter utama sebuah baterai antara Dibutuhkan sejumlah kuat pencahayaan (lux)
lain : untuk menerangi jalan sesuai klasifikasi
- Tegangan nominal, yang paling umum fungsi jalan yang akan diterangi. Seluruh
dijumpai adalah 12 V. komponen PJU-TS menjadi satu kesatuan
- Kapasitas nominal yang diekspresikan dan dalam hal ini setiap unit memiliki panel
dalam Ampere-jam (Ah) atau Watt-jam surya, baterai, alat kontrol (SCR), dan
(Wh), yaitu jumlah daya maksimum yang luminer/lampu dipasang pada sebuah tiang.
dapat diambil dari sebuah baterai yang
terisi penuh.
- Depth of Discharge (DoD) atau
kedalaman pengosongan yang diekspresi-
kan dalam persentase, yaitu banyaknya
daya yang diambil dari baterai dalam satu
siklus pengeluaran daya.
- Kapasitas berguna atau useful capacity Gambar 3.1
(CUBat), yaitu kapasitas baterai yang Hubungan komponen PJU-TS
sesungguhnya (yang dapat digunakan).
CUBat setara dengan perkalian kapasitas Dalam kondisi normal pada siang hari
nominal dan DoD maksimum. dengan kondisi cuaca cerah, modul surya
bekerja mengumpulkan energi matahari dan
2.7. Solar Charge Regulator mengubahnya menjadi energi listrik arus
Solar Charge Regulator adalah searah (DC). Energi listrik yang dihasilkan
peralatan elektronik yang digunakan untuk kemudian disimpan ke baterai. Pada malam
mengatur arus searah yang diisi ke baterai hari, energi yang tersimpan dalam baterai
dan diambil dari baterai ke beban. Beberapa digunakan untuk menyuplai lampu
fungsi dari SCR adalah: penerangan jalan. Otomatisasi operasi PJU-
- Fungsi proteksi: TS dimungkinkan karena fungsi SCR yang
o Charging mode : mengatur arus untuk mampu memantau kondisi setiap komponen
pengisian ke baterai, menghindari untuk menjalankan atau menghentikan
overcharging, dan overvoltage. operasi setiap komponen tersebut.
o Operation mode : mengatur arus yang
digunakan/diambil dari baterai agar
tidak terjadi overdischarge dan 3.2. Kriteria Perancangan
overloading. 3.2.1. Spesifikasi Jalan
- Memberikan informasi kondisi sistem Parameter penting yang harus diketahui
kepada pengguna. dalam perencanaan penerangan jalan adalah
Parameter yang paling penting untuk spesifikasi jalan. Agar perencanaan lebih
SCR yaitu tegangan operasi dan arus terarah, sebagai contoh dipilih spesifikasi
maksimum yang bisa ditangani. Tegangan jalan sebagai berikut:
operasi antara lain 12, 24, atau 48 volt. Arus a). Jalan tanpa median
maksimum harus 20% lebih besar daripada Lebar jalan : 8 meter
arus yang disediakan oleh modul surya yang Jumlah lajur : 2 (jalan dua arah)
tersambung dengan regulator. Material jalan : Aspal (q0 = 0,7)

6
b). Jalan dengan median Φ = Fluks luminus luminer (lm)
Lebar jalan/jalur: 8 meter MF = Faktor pemeliharaan
Jumlah lajur :4 H = Tinggi pemasangan luminer (m)
Lebar median : 2 meter
Material jalan : Aspal (q0 = 0,7)

3.2.2. Kriteria Pencahayaan

1). Standar penerangan jalan


Kriteria penerangan jalan mengikuti a). Jalan tanpa media
SNI seperti pada Tabel 2.1. Selain itu juga
mengikuti standar internasional seperti CE
dan ME class lighting.

2) Iluminansi rata-rata
Iluminansi rata-rata pada pemukaan
jalan dapat dihitung dengan menggunakan
metode lumen dengan persamaan :
b). Jalan tanpa media
Φ.CU.MF
E avg = …(3.1)
e.L Gambar 3.2
Dimana: Titik-titik evaluasi pada penerangan jalan
Eavg = Iluminansi rata-rata (lux)
Φ = Fluks luminus luminer 3). Luminansi rata-rata
CU = Koefisien kegunaan (%) Luminansi rata-rata pada daerah yang
MF = Koefisien pemeliharaan (%) dievaluasi merupakan nilai rata-rata dari
e = Jarak antar tiang (m) titik-titik evaluasi dimana titik evaluasi
L = Lebar jalan (m) diamati dari jarak minimal 60 meter dari arah
sejajar sumbu jalan dan tinggi pengamatan
Dalam kondisi pengukuran real 1,5 meter dari permukaan jalan seperti pada
dilapangan dan simulasi dengan perangkat Gambar 3.3.
lunak, nilai iluminansi rata-rata merupakan
nilai rata-rata dari nilai pada titik-titik
pengukuran dimana titik-titik pengukuran ini
merupakan titik khayal yang dibuat diantara
dua buah luminer pada satu sisi jalan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Iluminansi horisontal (Eh) pada suatu
titik diatas permukaan jalan yang dievaluasi
dapat dihitung dengan persamaan :

I(C, γ) . cos 3 ε . Φ . MF
Eh = ∑ …(3.2)
H2

dimana:
Eh = Iluminansi horisontal (lux)
I(C,γ)= Intensitas luminus dalam arah dari Gambar 3.3
titik evaluasi (cd/klm). Sudut-sudut antara luminer, pengamat,
ε = Sudut datang cahaya pada suatu titik dan titik pengamatan
pada permukaan (derajat)

7
Luminansi pada suatu titik dalam 7). Threshold increment
daerah yang dievaluasi dirumuskan dengan
persamaan : Threshold increment ini diukur untuk
sejumlah disability glare pada instalasi
I(C, γ) . r(ε , β ) . Φ . MF . 10 −4
L=∑ penerangan jalan, dihitung dengan
H2 …(3.3) persamaan:
650.E e
Dimana: TI = 0,8
(%) ...(3.6)
L av .Θ 2
L = Luminansi (cd/m2)
I(C,γ)= Intensitas luminus dalam arah dari Dimana:
titik evaluasi (cd/klm)
Ee = Total iluminansi pada mata pengamat
r (ε,β)= Koefisen luminansi
Φ = Fluks luminus luminer (lm) yang dihasilkan luminer baru
MF = Faktor pemeliharaan Lav = Luminansi awal (initial luminance)
H = Tinggi pemasangan luminer (m)
rata-rata pada permukaan jalan
4). Faktor peliharaan Θ = sudut yang dibentuk oleh garis antara
Faktor pemeliharaan tergantung pada titik evaluasi, pengamat dan pusat
tergantung pada tipe lampu/luminer yang
dari luminer.
digunakan, jadwal pemeliharaan, dan kondisi
lingkungan. Besarnya koefisien pemeliharaan
ditentukan berdasarkan estimasi. Untuk 8). Sorrounding ratio
ruangan dan armatur dengan pemeliharaan Sorrounding ratio (SR) atau rasio
yang baik faktor pemeliharaan diambil pencahayaan sekitar/sekeliling merupakan
sebesar 0,8. perbandingan antara iluminansi horisontal
rata-rata pada pinggiran jalan (Ekerb) dengan
5). Koefisien kegunaan iluminansi horisontal rata-rata pada
Besarnya koefisien penggunaan suatu permukaan jalan (Eroad) yang dievaluasi,
lampu/luminer diberikan dalam bentuk tabel, dirumuskan :
kurva/grafik yang dikeluarkan oleh produsen
lampu/luminer. E kerb
SR = ≥ 50 % …(3.7)
E road
6). Uniformity ratio
Keseragaman U0 adalah perbandingan
antara nilai minimum dengan nilai rata-rata 3.2.3 Kriteria Perencanaan Sistem Tenaga
pada daerah evaluasi. Untuk penerangan Surya
jalan kelas ME dirumuskan : Kriteria perencanaan sistem tenaga
surya untuk PJU-TS berkaitan dengan hal-hal
L min berikut :
U0 = …(3.4)
L avg
1). Kebutuhan energi
Keseragaman longitudinal (Ui) Kebutuhan energi harian sangat
merupakan perbandingan antara nilai tergantung pada daya beban dan lama
minimum dengan nilai maksimum luminansi penggunaan setiap hari.
pada daerah evaluasi yang diukur pada garis
tengah setiap lajur, dirumuskan : 2). Tegangan sistem
Tegangan sistem merupakan faktor
LI min
Ui = (3.5) yang harus ditentukan dalam perencanaan
LI max sistem tenaga surya. Penentuan tegangan
sistem tergantung pada tegangan yang

8
dibutuhkan beban (untuk beban DC) dan sekitar garis khatulistiwa mendapatkan
kebutuhan energi harian beban. Tegangan cahaya matahari yang maksimal sepanjang
sistem PJU-TS yang direncanakan ditentukan tahun. Oleh karena itu, jumlah hari cadangan
sebesar 24 Volt. dalam perencanaan PJU-TS ini cukup dipilih
3 (tiga) hari.
3). Desain insolasi
Oleh karena PJU-TS yang 3.2.4. Kriteria Pemilihan Komponen
direncanakan bersifat stand alone atau Kriteria umum yang dipertimbangkan
mandiri maka desain insolasi dipilih yang dalam memilih komponen sistem PJU-TS
terendah yaitu pada bulan Januari sebesar adalah biaya (harga), umur pakai dan
4,57 kWh/m2/d. Hal ini bertujuan agar ketersediaannya di pasaran. Sedangkan
kebutuhan energi sistem tetap terpenuhi pada kriteria-kriteria khusus yang perlu
kondisi terburuk dimana intensitas radiasi dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
matahari rendah. 1). Lampu
Beberapa hal yang dipertimbangkan
4). Sudut kemiringan dan orientasi modul dalam memilih lampu adalah:
Sudut kemiringan dan orientasi modul - Tegangan kerja
tergantung pada garis lintang lokasi. Untuk - Efikasi atau lumen per watt lampu
wilayah Kota Makassar dengan garis lintang - Daya lampu
5.11° LS dan garis bujur 119,6° BT, sudut - Lumen lampu
kemiringan modul yang sesuai adalah 15° - Umur pakai
dengan orientasi modul menghadap ke utara - Colour temperature
seperti pada Gambar 3.2. - Colour rendering index (CRI)
Berdasarkan kriteria di atas, maka
lampu yang sesuai untuk PJU-TS adalah
lampu LED.

2). Armatur
Beberapa hal yang dipertimbangkan
dalam memilih armatur atau rumah lampu
adalah :
- Distribusi intensitas cahaya
Gambar 3.2 - Efisiensi cahaya atau light output
Sudut kemiringan dan orientasi modul ratio (LOR)
- Indeks proteksi atau perlindungan
terhadap masuknya debu dan air.
5). Kedalaman pengosongan baterai Berdasarkan kriteria di atas, maka tipe
Kedalaman pengosongan baterai (DoD) luminer yang sesuai dengan lebar jalan yang
sangat berpengaruh terhadap umur baterai ditentukan adalah luminer tipe II full cutoff.
dimana kedalaman pengosongan baterai
disarankan tidak lebih dari 80 %. Oleh 3). Modul surya
karena itu kedalaman pengosongan baterai Beberapa hal yang dipertimbangkan
dalam perencanaan PJU-TS ini ditentukan dalam memilih modul surya adalah:
80%. - Tegangan
- Kapasitas dalam Wp
6). Jumlah hari cadangan - Karakteristik listrik
Jumlah hari cadangan (NoD) - Umur pakai
tergantung pada insolasi di lokasi dan Berdasarkan kriteria diatas, maka modul
seberapa penting beban yang akan disuplai. surya yang sesuai untuk PJU-TS sel surya
Untuk wilayah indonesia yang berada di kristal silikon jenis policrystalline.

9
4). Baterai 3). Baterai
Beberapa hal yang dipertimbangkan - Produsen : BAE Secura
dalam memilih baterai adalah: - Model : PVV 140
- Tegangan - Teknologi : Lead-acid,
- Kapasitas dalam Ah VRLA
- Konstruksi - Jumlah sel :6
- Umur pakai - Tegangan nominal : 12 V
Berdasarkan kriteria di atas, maka baterai - Kapasitas (C72) : 133 Ah
yang sesuai untuk PJU-TS adalah baterai - Hambatan dalam : 10.80 mΩ
deep cycle bebas perawatan jenis VRLA.
4). SCR
5). SCR - Produsen : Morningstar
Beberapa hal yang dipertimbangkan - Model : SunLight
dalam memilih baterai adalah: - Tegangan kerja : 24 V
- Tegangan kerja - Arus maksimum : 10 A / 20 A
- Kapasitas dalam amper (A) - Konsumsi daya
- Fitur atau fungsi Charge : 9 mA
Discharging : 8 mA
Berdasarkan kriteria di atas, maka SCR yang
dipilih adalah yang dirancang khusus untuk
aplikasi PJU-TS dengan fungsi on-off lampu IV. PERENCANAAN DAN ANALISA
secara otomatis. PENERANGAN JALAN UMUM
TENAGA SURYA
3.3. Sampel 4.1. Perencanaan Komponen PJU-TS
Sebagai sampel dipilih komponen PJU- 4.1.1. Perencanaan tiang lampu lengan
TS sebagai berikut dengan tetap tunggal
memperhatikan kriteria-kriteria pemilihan 1). Luminer
komponen. Langkah pertama dalam perencanaan
1). Lampu/luminer aplikasi sistem tenaga surya adalah
- Produsen : Philips perhitungan kebutuhan beban. Satu-satunya
- Kategori lampu : LED beban dalam sistem PJU-TS adalah luminer.
GreenLine BGP322 T35 Luminer yang digunakan sebelumnya telah
- Total fluks lampu : 6240 lm ditentukan dengan daya total sebesar 57
- LOR : 0.89 Watt. Dengan pertimbangan rugi-rugi yang
- Fluks sistem : 5554 lm terjadi dalam sistem akibat jatuh tegangan
- Daya sistem : 57 Watt pada penghantar dan pengaruh efisiensi
- Distribusi cahaya : DM (cutoff komponen maka kebutuhan daya total sistem
tipe II) PJU-TS dibulatkan menjadi 60 W.
2). Modul surya Apabila luminer digunakan selama 12
- Produsen : BP Solar jam perhari yaitu pukul 18.00-06.00, maka
- Model : BP 3210 N besar energi listrik yang dibutuhkan perhari
- Teknologi : Si-poly dapat dihitung dengan menggunakan
- Kapasitas (STC) : 210 Wp persamaan:
- Isc : 8.2 A
- Imp : 7.3 A QL = P . t ...(4.1)
- Voc : 36.1 V
- Vmp : 28.9 V Dimana:
- Efisiensi modul : 12.68 % QL = Kebutuhan energi listrik (Wh)
P = Daya lampu/luminer (Watt),
ditentukan 60 W

10
t = Lama penggunaan (jam), ditentukan VBR = Tegangan kerja sistem, ditentukan
12 jam/hari
24 V
Dengan demikian kebutuhan energi listrik
Dengan demikian kapasitas baterai yang
adalah 720 Wh/d
dibutuhkan adalah 125 Ah. Kapasitas baterai
yang tersedia dipilih 133 Ah. Dengan
2). Modul surya
menggunakan baterai 12 V dibutuhkan 2
Kapasitas modul surya ditentukan oleh
(dua) buah baterai dengan kapasitas yang
keseimbangan antara daya yang dihasilkan
sama dan dihubungkan secara seri.
dan daya yang disuplai ke beban serta
intensitas radiasi matahari/insolasi di lokasi,
4). Solar charge regulator
dirumuskan:
Kapasitas SCR ditentukan oleh arus
maksimum yang disuplai dari modul surya ke
QL . A
PPV = ...(4.2) baterai maupun dari baterai ke beban. Arus
H td . K listrik yang disuplai dari modul ke baterai
dapat dihitung dengan persamaan :
Dimana:
PPV =Kapasitas modul surya (Wp) Pmod
QL =Kebutuhan energi beban rata-rata I max = …(4.4)
VBR
(kWh/d)
A =Konstanta radiasi standar/global Pmod = Daya modul, yaitu 210 Wp
(1000 W/m2) VBR = Tegangan kerja sistem, yaitu 24 V
Htd =Desain insolasi (kWh/m2/d), dipilih Dengan demikian arus maksimum yang dapat
4,57 kWh/m2/d disuplai dari modul ke baterai sebesar 8,75
K = Faktor kerugian, estimasi 20% A. Kapasitas SCR yang tersedia dipilih 10 A.
Dengan demikian kapasitas modul surya
yang dibutuhkan dalam perencanaan PJU-TS 4.1.2. Perencanaan tiang lampu lengan
adalah 197 Wp. Kapasitas modul surya yang ganda
tersedia dipilih 210 Wp. Untuk tiang lampu lengan ganda
dengan menggunakan luminer yang sama
3). Baterai pada perencanaan tiang lampu lengan tunggal
Kapasitas baterai ditentukan oleh maka dibutuhkan dua kali kapasitas
keseimbangan antara daya yang disuplai ke komponen pada perencanaan tiang lampu
beban, kedalaman pengosongan baterai, lengan tunggal.
jumlah hari cadangan, tegangan sistem dan Spesifikasi umum komponen sistem
efisiensi baterai sesuai dengan persamaan : PJU-TS berdasarkan kriteria perencanaan
secara umum diperlihatkan pada Tabel 4.1
Q L . NOD berikut.
KB = …(4.3)
V BR . DoD . η B
4.2. Diagram Skematik Rangkaian
dimana: Diagram skematik rangkaian
KB = Kapasitas baterai (Ah) komponen untuk tiang lampu lengan tunggal
QL = Energi beban rata-rata (kW/d) diperlihatkan seperti pada Gambar 4.1.a
dimana dua buah baterai 12 V dihubungkan
NoD = Jumlah hari cadangan (buck-up),
secara seri untuk mendapatkan tegangan 24
ditentukan 3(tiga) hari Volt. Sedangkan untuk tiang lampu lengan
DoD = Kedalaman pengosongan baterai, ganda seperti diperlihatkan pada Gambar
dipilih 80% 4.1.b dimana dua buah modul surya
dihubungkan secara paralel untuk
ηB = Efisiensi baterai, estimasi 90% mendapatkan kapasitas arus yang lebih besar.

11
Tabel 4.1
Spesifikasi umum komponen PJU-TS rancangan

Tiang lampu Tiang lampu


Kriteria/Komponen lengan tunggal lengan ganda
Lama operasi 12 jam/hari
Tegangan Operasi 24 Volt
Jumlah hari cadangan 3 Hari
Luminer 1 x 57 W 2 x 57 W
Modul Surya 1 x 210 Wp 2 x 210 Wp
Baterai 2 x 133 Ah 4 x 133 Ah
SCR 1 x 10 A 1 x 20 A

Sedangkan empat buah baterai dihubungkan persamaan 3.1. Dari persamaan tersebut
secara seri dan paralel untuk mendapatkan diperoleh jarak antar tiang untuk berbagai
tegangan dan arus yang lebih besar untuk kuat penerangan dan tinggi pemasangan
memenuhi kebutuhan lampu/luminer. luminer seperti pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2
Jarak tiang pada berbagai kuat pencahayaan
dan tinggi pemasangan dengan metode lumen

Tinggi (m) CU Jarak tiang (m)


E avg (lux) 5 7 10 11 15 20
10 0.5 50 36 25 23 17 12
a). tiang lampu lengan tunggal 9 0.5 56 38 27 24 18 13
8 0.5 59 42 29 27 20 15

4.3.1. Simulasi Program dengan Metode


Titik

a). Jalan tanpa median


Perhitungan besaran-besaran pencaha-
yaan untuk jalan tanpa median dilakukan
b). tiang lampu lengan ganda dengan menetapkan parameter-parameter
sebagai berikut :
Gambar 4.1 Penempatan : satu sisi jalan
Skematik rangkaian komponen PJU-TS Inklinasi (i) : 0°
Outreach (u) : 0 meter
4.3. Analisa Pencahayaan Besaran-besaran pencahayaan untuk berbagai
4.3.1. Secara Manual dengan Metode tinggi pemasangan luminer dan jarak antar
Lumen tiang diperlihatkan pada Tabel 4.3, Tabel 4.4,
Tingkat pencahayaan rata-rata pada dan Tabel 4.5.
permukaan jalan dapat dihitung dengan
menggunakan metode lumen seperti pada

12
b). Jalan tanpa median Tabel 4.5.
Perhitungan besaran-besaran pencaha- Kualitas dan kuantitas pencahayaan untuk
yaan untuk jalan dengan median dilakukan tinggi pemasangan 8 meter, lengan tunggal
dengan menetapkan parameter-parameter
sebagai berikut :
Penempatan : median jalan
Parameter Satuan Nilai
Inklinasi :5°
Jarak tiang m 30 25 22 18 15 14
Outreach : 1 meter
L rata-rata 2 0.74 0.89 1.01 1.24 1.48 1.59
Besaran-besaran pencahayaan untuk berbagai cd/m
L min 2 0.42 0.51 0.6 0.74 0.89 0.96
tinggi pemasangan luminer dan jarak antar cd/m
U0 > 0.4 0.54 0.55 0.57 0.58 0.59 0.59
tiang diperlihatkan pada Tabel 4.6, Tabel 4.7,
E rata-rata lx 11.1 13.3 15.1 18.4 22.1 23.7
dan Tabel 4.8.
E min lx 6 8.6 11 13.6 16.3 17.4
E maks lx 21.5 22.8 23.8 25.6 28.1 29.4
Tabel 4.3. E min/rata-rata 0.54 0.65 0.73 0.74 0.74 0.73
Kualitas dan kuantitas pencahayaan untuk E min/maks 0.28 0.38 0.46 0.53 0.58 0.59
tinggi pemasangan 10 meter, lengan tunggal UI 0.79 0.77 0.79 0.92 0.91 0.92
TI  % 11 10 9 8 7 7
Parameter Satuan Nilai SR > 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
Jarak tiang m 30 25 20 18 15 12 U0 wet 0.62 0.62 0.62 0.63 0.63 0.63
L rata-rata 2 0.64 0.76 0.95 1.06 1.27 1.59
cd/m
L min cd/m2 0.45 0.55 0.68 0.75 0.92 1.18
U0 > 0.4 0.69 0.71 0.71 0.71 0.72 0.74
E rata-rata lx 9.3 11.2 14 15.6 18.7 23.4
Tabel 4.6.
E min lx 5.9 8.5 12.3 13.7 16.6 21
E maks lx 14.8 15.8 17.4 18.5 20.9 25.3 Kualitas dan kuantitas pencahayaan untuk
E min/rata-rata 0.63 0.76 0.88 0.88 0.89 0.9 tinggi pemasangan 10 meter, lengan ganda
E min/maks 0.4 0.54 0.71 0.74 0.79 0.83
UI 0.75 0.85 0.94 0.95 0.96 0.96
TI 8 7 6 6 5 5
Parameter Satuan Nilai
SR > 0.5 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68 0.68
Jarak tiang m 30 25 20 18 15 14
U0 wet 0.75 0.76 0.77 0.77 0.76 0.77 2
L rata-rata cd/m 0.7 0.84 1.05 1.17 1.4 1.5
L min 2 0.46 0.58 0.72 0.81 1 1.07
cd/m
Tabel 4.4. U0 > 0.4 0.66 0.69 0.68 0.7 0.71 0.71
Kualitas dan kuantitas pencahayaan untuk E rata-rata lx 10.6 12.8 15.9 17.7 21.3 22.8
tinggi pemasangan 9 meter, lengan tunggal E min lx 6.3 9.4 12.8 14.4 17.7 19
E maks lx 20 21 22.7 23.9 26.6 27.9
Parameter Satuan Nilai E min/rata-rata 0.6 0.74 0.8 0.81 0.83 0.84
Jarak tiang m 30 25 20 18 15 13 E min/maks 0.32 0.45 0.56 0.6 0.66 0.68
L rata-rata cd/m2 0.69 0.82 1.03 1.14 1.37 1.58 UI 0.65 0.76 0.93 0.95 0.96 0.95
L min cd/m2 0.45 0.53 0.68 0.76 0.92 1.07 TI % 7 6 5 5 5 5
U0 > 0.4 0.63 0.64 0.66 0.65 0.66 0.67 SR > 0.5 0.72 0.72 0.72 0.72 0.72 0.72
E rata-rata lx 10.2 12.2 15.3 17 20.3 23.5 U0 wet 0.67 0.72 0.74 0.75 0.75 0.75
E min lx 5.9 8.5 12.5 14 16.8 19.5
E maks lx 17.7 18.8 20.3 21.4 24 26.6
E min/rata-rata 0.58 0.7 0.82 0.82 0.82 0.83
E min/maks 0.33 0.45 0.61 0.65 0.7 0.73
UI 0.76 0.78 0.93 0.94 0.94 0.95
TI  % 9 8 7 7 6 6
SR > 0.5 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59
U0 wet 0.7 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71

13
Tabel 4.7. Tabel 4.9
Kualitas dan kuantitas pencahayaan untuk Jarak tiang pada berbagai kuat pencahayaan
tinggi pemasangan 9 meter, lengan ganda dan tinggi pemasangan, tiang lampu lengan
tunggal

Parameter Satuan Nilai Tinggi (m) Jarak tiang


Jarak tiang m 30 25 22 18 15 14
Eavg (lux) 5 7 10 11 15 20
L rata-rata cd/m2 0.75 0.9 1.03 1.25 1.5 1.61
10 56 40 27 25 19 14
L min cd/m2 0.52 0.61 0.72 0.87 1.05 1.13
U0 > 0.4 0.7 0.68 0.7 0.7 0.7 0.71 9 60 43 30 27 20 15
E rata-rata lx 11.4 13.7 15.6 19.1 22.9 24.5 8 65 47 32 30 22 16
E min lx 5.9 8.8 11.6 15.6 19 20.5
E maks lx 22.7 23.8 24.7 26.6 29.2 30.4 Tabel 4.10
E min/rata-rata 0.52 0.64 0.74 0.82 0.83 0.83 Jarak tiang pada berbagai kuat pencahayaan
E min/maks 0.26 0.37 0.47 0.59 0.65 0.67 dan tinggi pemasangan, tiang lampu lengan
UI 0.62 0.69 0.8 0.93 0.97 0.97 ganda
TI %  8 7 6 6 6 6
SR > 0.5 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64
Tinggi (m) Jarak tiang
U0 wet 0.67 0.71 0.74 0.75 0.75 0.75
Eavg (lux) 5 7 10 11 15 20
10 61 44 31 28 21 16
9 66 48 34 30 22 17
Tabel 4.8.
8 72 52 36 33 24 18
Kualitas dan kuantitas pencahayaan untuk
tinggi pemasangan 8 meter, lengan ganda
Secara umum, performa pencahayaan
luminer yang digunakan sangat baik pada
Parameter Satuan Nilai
konfigurasi tinggi pemasangan 8 meter. Hal
Jarak tiang m 33 30 25 22 18 16
2
ini dapat dilihat dari kualitas pencahayaan
L rata-rata cd/m 0.73 0.81 0.98 1.11 1.35 1.52
yang diberikan seperti keseragaman dan
L min cd/m2 0.49 0.53 0.66 0.73 0.93 1.04
ambang batas silau sangat baik dan masih
U0 > 0.4 0.67 0.65 0.67 0.66 0.69 0.68
dalam batas-batas yang disarankan.
E rata-rata lx 11.1 12.4 14.9 17 20.7 23.3
Apabila panjang jalan sejauh 1 (satu)
E min lx 4.1 5.5 8.2 10.9 16.5 19
kilometer, maka jumlah titik tiang yang
E maks lx 25.3 26.6 27.8 28.7 30.5 31.9
dibutuhkan untuk tinggi pemasangan 8
E min/rata-rata 0.36 0.44 0.55 0.64 0.8 0.81
E min/maks 0.16 0.21 0.3 0.38 0.54 0.59
(delapan) meter pada berbagai kuat
UI 0.64 0.63 0.64 0.72 0.87 0.93
pencahayaan seperti pada Tabel 4.11 berikut.
TI 10 10 9 8 7 7
SR > 0.5 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 Tabel 4.11
U0 wet 0.65 0.67 0.69 0.72 0.73 0.73 Jumlah titik tiang pada berbagai
kuat pencahayaan untuk jarak 1 km dengan
tinggi pemasangan 8 meter
Jarak antar tiang pada berbagai kuat Jumlah titik tiang
pencahayaan dan tinggi pemasangan luminer E (lux) 5 7 10 11 15 20
seperti pada Tabel 4.9 dan 4.10 berikut. Jalan tanpa media 15 21 31 33 45 62
Jalan dengan median 13 19 27 30 41 55

4.4. Gambar Desain


Contoh desain untuk tiang lampu
lengan tunggal dengan tinggi pemasangan

14
luminer 8 meter diperlihatkan pada Gambar Ilustrasi performa pencahayaan sampel
4.3 berikut. lampu/luminer terpilih dalam desain PJU-TS
ini diperlihatkan pada gambar berikut.

a). Tiang lampu lengan tunggal

Tampak atas

Gambar 4.3.
Contoh desain tiang lampu lengan tunggal
Tampak samping
Contoh desain untuk tiang lampu
lengan ganda dengan tinggi pemasangan b). Tiang lampu lengan ganda
luminer 8 meter dan sudut inklinasi 5°
diperlihatkan seperti pada Gambar 4.4
berikut.

Tampak atas

Tampak samping

Gambar 4.5.
Gambar 4.4. Ilustrasi performa pencahayaan
Contoh desain tiang lampu lengan ganda sistem PJU-TS rancangan

15
V. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
5.1. Kesimpulan Alpen Steel, Lampu Penerangan Jalan
Setelah dilakukan proses Umum Tenaga Surya (PJU-TS).
perencanaan dan simulasi dapat http://www.alpensteel.com. Akses
disimpulkan : terakhir : Juli 2012.
1. Berdasarkan kriteria perencanaan Bina Marga, Spesifikasi Lampu Penerangan
yang ditetapkan, yaitu tegangan Jalan Perkotaan, No. 12/5/BNKT/1991.
sistem PJU-TS 24 volt, desain Jakarta : Direktorat Jenderal Bina
insolasi 4,57 kWh/m2/d, kedalaman Marga, Direktorat Pembinaan Jalan
pengosongan baterai 80 %, dan Kota, 1992.
jumlah hari cadangan 3 (tiga) hari, CIE 140-2000, Technical Report, Road
dengan menggunakan lampu LED Lighting Calculation. Vienna : CIE
pada kisaran 60 watt dibutuhkan Central Bureau, 2000.
sebuah modul surya dengan kapasitas Illuminating Engineering Society of North
sekitar 200 Wp, dua buah baterai America, The IESNA LIGHTING
tegangan 12 volt dengan kapasitas HANDBOOK, Ninth Edition. New
sekitar 125 Ah, dan sebuah SCR York : IESNA Publications Depart-
dengan kemapuan arus tidak kurang ment, 2000.
dari 10 A. Mark Hankins, Stand-Alone Solar Electric
2. Luminer LED yang digunakan Systems, The Earthscan Expert
dengan fluks luminus 5554 lumen Handbook for Planning, Design and
dapat memberikan kuat pencahayaan Installation. London : Earthscan Ltd.,
sebesar 11 lux (standar minimal untuk 2010.
jalan kelas arteri) pada jalan dengan Panel Surya, Pembangkit Listrik Tenaga
lebar 8 (delapan) meter dengan Surya. http://www.panelsurya.com.
konfigurasi tinggi pemasangan 8 Akses terakhir : Juli 2012.
(delapan) meter dan jarak tiang 30
meter untuk jalan tanpa median, dan Philips Lighting, Calculux Road User
jarak tiang 33 meter untuk jalan Manual. www.lighting.philips.co.id
dengan median. Akses terakhir : Juli 2012.
Relux Information Road Lighting. Relux
5.2. Saran Informatik AG, 2000.
1. Penerangan jalan umum tenaga surya SNI 7391:2008, Spesifikasi Penerangan
(PJU-TS) sebaiknya mulai diterapkan Jalan di Kawasan Perkotaan, Jakarta :
dan penggunaan sel surya digalakkan Badan Standarisasi Nasional Indonesia,
pada berbagai aplikasi dalam upaya 2008.
efisiensi energi dan mengurangi Tim Pengembang Program Energi Terbaru-
ketergantungan pada sumber bahan kan, Pengenalan Program Energi
fosil. Terbarukan pada SMK di Indonesia.
2. Penelitian lebih lanjut untuk kondisi Bandung : PPPPTK BMTI, 2008.
real PJU-TS di lapangan. WNDW, Jaringan Wireless di Dunia
Berkembang, Edisi kedua, Sebuah
panduan praktis untuk merencanakan
dan membuat infrastruktur teleko-
munikasi biaya murah. Hacker
Friendly LLC, 2007.

----oOo---

16

Anda mungkin juga menyukai