A. Sectio caesarea
B. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut ( Jitowiyono, S.Kep, Ns, 2012 ).
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gr atau umur kehamilan > 28
minggu ( Manuaba, 2012 )
2. ETIOLOGI
a. Faktor Janin
Bayi terlalu besar, berat bayi sekitar 4000gr atau lebih menyebabkan
bayi sulit keluar dari jalan lahir
Kelainan letak bayi, ada dud kelainan letak janin dalam rahim, yaitu
letak sungsang dan letak lintang.
Ancaman gawat janin, dimana janin mendapatkan oksigen melalui
plasenta dan tali pusat, apabila terjadi gangguan maka oksigen yang
disalurkan ke bayi akan berkurang. Kondisi ini janin akan mengalami
kerusakan otak, bahkan bisa mengalami kematian didalam rahim.
Janin Abnormal, yaitu janin sakit atau abnormalmisalnya gangguan
Rh, kerusakan genetik dan hidrosepalus.
b. Faktor Plasenta
Plasenta Previa. Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir. Hal ini menyebabkan kepala janin
tidak bisa turun dan masuk ke jalan lahir
Solusio plasenta adalah plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding
rahim sebelum waktunya.
Plasenta Accreta adalah plasenta yang menempel di otot rahim. Ini
terjadi pada ibu mengalami persalinan yang berulang kali.
Vasa previa dimana keadaan pembuluhan darah di selaput ketuban
berada dimulut rahim, jika pecah dapat menimbulkan perdarahan
banyak yang membayakan janin dan ibunya.
c. Faktor Ibu
Usia ibu yang melahirkan pertama kali pada usia sekitar 35 tahun atau
40 tahun keatas memiliki risiko ,elahirkan dengan operasi.
Tulang Panggul Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak melahirkan secara alami.
Hambatan jalan lahir terdapat gangguan pada jalan lahir, misalnya
jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir.
Kelainan kontraksi rahim. Dimana kontraksi rahim lemah sehingga
tidak dapat melebar pada proses melahirka.
Ketuban pecah dini. Robeknya ketuban sebelum waktunya dapat
menyebabkan bayi harus segera dilahirkan.
b. Indikasi Relatif
1. Riwayat sectio caesarea sebelumnya
2. Presentasi bokong
3. Distosia
4. Fetal distress
5. Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
6. Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
7. Gemeli, menurut Eastman, sectio caesarea dianjurkan :
Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
Bila terjadi interlock
Distosian oleh tumor
IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
c. Indikasi Sosial
1. Wanita yang takut melairkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
2. Wanita yang ingi sectio caesarea elektif karena takut bayinya mengalami
cedera atau asfiksia selama persalina atau mengurangi resiko kerusakan
dasar panggul
3. Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexsuality
image setelah melahirkan.
Menurut Oxorn dan Forte (2010), ada beberapa tipe sectio caesarea yaitu:
a. Sectio Caesarea Abdominalis (Insisi Abdominal)
Pemilihan insisi abdominal pada sectio caesarea didasarkan pada tipe inisisi
uterus yang direncanakan dan perlu atau tidaknya jalan masuk ke perut bagian
atas. Sectio caesarea segmen bawah rahim terdiri dari insisi melintang dan
insisi membujur (inisisi Pfannenstiel) pada abdomen
Insisi abdominal terdiri dari:
1. Insisi Abdominal Melintang
Cara ini memungkinkan persalinan sectio caesarea yang aman, sehingga
insisi tipe ini merupakan prosedur pilihan. Abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Setelah memasuki peritoneum, letak lipatan peritoneum
vesicouterina ditentukan, lalu diinsisi melintang. Lipatan ini dilepaskan
dari segmen bawah dan bersama-sama dengan kandung kemih didorong
ke bawah, kemudian ditarik agar tidak menutupi lapangan pandang. Pada
segmen bawah uterus, dibuat insisi melintang yang kecil. Selanjutnya,
luka inisisi ini dilebarkan ke samping dengan menggunakan jari-jari
tangan dan berhenti di dekat daerah pembuluh pembuluh darah uterus.
Kepala janin diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya,
kemudian plasenta dan selaput ketuban. Lalu, insisi melintang tersebut
ditutup dengan jahitan catgut bersambung satu lapis atau dua lapis.
Kemudian, lipatan vesicouterina dijahit kembali pada dinding uterus dan
dinding abdomen ditutup lapis demi lapis (Oxorn dan Forte, 2010)
2. Insisi Abdominal Membujur
Inisisi dilakukan dengan cara membuka abdomen dan menyingkapkan
uterus sama seperti pada insisi melintang.
b. Sectio Caesarea Klasik
Insisi dilakukan secara longitudinal di garis tengah dengan menggunakan
skalpel ke dalam dinding anterior uterus, lalu dilebarkan ke atas dan ke bawah
dengan gunting berujung tumpul. Bayi sering dilahirkan dengan bokong
terlebih dahulu sehingga diperlukan luka insisi yang lebar. Janin dan plasenta
dikeluarkan, lalu uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa modern
ini, sectio caesarea klasik sudah hampir tidak dilakukan lagi (Oxorn dan
Forte, 2010).
c. Sectio Caesarea ekstraperitoneal
Sectio caesarea ekstraperitoneal dilakukan untuk menghindari histerektomi
pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas. Ada 3 metode dalam sectio
caesarea ekstraperitoneal, yaitu metode Waters, Latzko, dan Norton.
Namun, tekniknya relatif sulit sehingga dapat masuk ke dalam cavum
peritoneal dan dapat menyebabkan peningkatan insiden cedera vesicourinaria.
Sekarang, tindakan ini sudah jarang digunakan karena tersedianya darah,
antibiotik, penurunan insiden kasus terlantar, dan perawatan prenatal yang
lebih baik. Walaupun demikian, metode ini tidak boleh dibuang karena
dapat digunakan sebagai cadangan bagi kasus-kasus tertentu (Oxorn dan
Forte, 2010).
d. Histerektomi Caesarea
Histerektomi caesarea merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan
pengeluaran uterus. Kalau mungkin Histerektomi harus dikerjakan lengkap
(histerektomi total). Akan tetapi, karena pembedahan subtotal lebih mudah
dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan subtotal menjadi pilihan
kalau terdapat perdarahan hebat dan pasiennya shock, atau kalau pasien dalam
keadaan jelek akibat sebab – sebab lain. Tujuan pembedahan ini adalah
menyelesaikanya secepat mungkin (Oxorn dan Forte, 2010).
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), sectio caesarea dibagi menjadi elektif
dan darurat.
a. Sectio caesarea elektif
Sectio caesarea telah direncanakan jauh hari sebelum jadwal melahirkan
dengan mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin.
7. KOMPLIKASI
Menurut Rasjidi, SpOG (K), tahun 2009, komplikasi utama persalina sectio
caesarea adalah
a. Kerusakan organ – organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilakukan
operasi
b. Komplikasi anestesi
c. Perdarahan
d. Infeksi
e. Tromboemboli
f. Takipneu sesaat pada bayi baru lahir
g. Resiko jangka panjang yang dapat terjadi yaitu Plasenta previa, Solusio
plasenta, Plasenta akreta dan Ruptur uteri.
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN FOKUS
1) Pemeriksaan fisik
Sirkulasi, hipertensi dan perdarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
600-800ml
Interitas ego
Dapat menunjukan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukan
labilitas emosional dari kegembiraa, ketakutan, menarik diri atau
kecemasan.
Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi
Neourosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesi spinal epidural
Nyeri
Mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih, efek-efek anesthesi, nyeri tekan uterus
Pernapasan
Bunyi paru-paru veskuler dan terdengar jelas
Balutan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering utuh
Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikal, aliran lokhea sedang
2) Pemeriksaan penunjang
Hemaglobin atau hematokrit untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasiefek kehilangan darah pada pembedahan
Leukosit (WBC) mengindentifikasi adanya infeksi
Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembukuan darah
Urinalisis / kultur darah
Pemeriksaan elektrolit
3) Penunjang
Cardiotocography (CTG) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
DJJ pada saat kontraksi maupun tidak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan sectio caesarea
b. Ansientas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
transmisi atau kontak interpesonal, kebutuhan tidak terpenuhi
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau luka bekas
operasi.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
3.1 DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan sectio caesarea.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
Dengan kriteria hasil:
a. Mengungkapkan nyeri berkurang
b. Tampak rileks
c. Skala nyeri 1-3
Intervensi :
3.3 DX 3 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau luka
bekas operasi.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan
b. Bebas dari infeksi, tidak demama, urin jernih kuning pucat.
Intervensi :