Anda di halaman 1dari 15

BATU GINJAL

1.1 Pengertian
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011:65).
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu
keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).
Nefrolitiasis merupakan suatu penyakit dengan gejala ditemukannya satu atau beberapa massa
keras seperti batu yang terdapat di dalam tubuli ginjal, infundibulum, pelvis ginjal, serta seluruh
kaliks ginjal (Ridwan et al, 2014).

1.2 Patofisiologi
Secara teori batu saluran kemih terbentuk di saluran kemih terutama daerah-daerah yang sering
mengalami penghambatan aliran urin (Purnomo, 2011). Ada beberapa teori yang menerangkan
proses pembentukan batu saluran kemih.
a. Teori supersaturasi Kalsium, oksalat dan fosfat membentuk banyak senyawa kompleks terlarut
yang stabil dengan komposisinya terdiri atas zat itu sendiri dan substansi urin lainnya. Akibatnya,
aktivitas ion bebas dari zat itu lebih rendah dari pada konsentrasi kimiawinya, dan hanya dapat
diukur melalui teknik tidak langsung. Penurunan ligan seperti sitrat dapat meningkatkan aktivitas
ion tanpa mengubah konsentrasi kalsium dalam urin. Supersaturasi urin dapat ditingkatkan
melalui dehidrasi atau melalui ekskresi yang berlebihan dari pada kalsium, oksalat, fosfat sistin
atau asam urat. Selain itu pH urin juga perlu diperhatikan kerena fosfat dan asam urat
merupakan asam lemah yang akan menigkatkan konsentrasi pada pH yang rendah (Wortmann,
2012). Inisiasi dan pembentukan batu ini mengambarkan bahwa pembentukan kristal-kristal
diawali dari dalam ginjal. Agar kristal terbentuk urin harus jenuh sehubungan dengan materi
batu yang akan terbentuk, hal ini lah yang disebut supersaturasi. Tingkat kejenuhan ini
berkorelasi dengan pembentukan batu, maka menurunkan tingkat kejenuhan ini efektif untuk
mencegah kekambuhan batu (Worcester et al, 2008).
b. Nukleasi Batu terbentuk di dalam saluran kemih karena adanya inti batu (nucleus). Pertikel yang
kelewat supersaturasi akan mengalami pengendapan dan memulai nukleasi sehingga akhirnya
membentuk batu (Purnomo, 2011). Ketika kejenuhan air melewati batas atas metastabil, keristal
akan mulai ternukleasi. Puing-puing sel 16 dan kristal lain yang hadir di saluran kemih dapat
berfungsi sebagai tamplate untuk pembentukan kristal, proses ini sering dikenal sebagai
heterogen nukleasi. Heterogen nukleasi menurunkan tingkat kejenuhan diperlukan untuk
pembentukan kristal. Setelah terbentuk, inti kristal akan terbentuk dalam ukuran jika urin jenuh
sehubungan dengan fase pembentukan kristal. Kelipatan kristal akan beragregasi kemudian akan
terus menbentuk batu (Aspilin et al, 2010).
c. Penghambat kristalisasi Inti yang stabil harus tumbuh dan berkelompok untuk membentuk
sebuah batu yang mempunyai arti klinis. Urin mempunyai banyak inhibitor poten pada proses
pertumbuhan dan pengelompokan kalsium oksalat dan kalsium fosfat, tetapi tidak berfungsi
untuk penghambatan asam urat, sistin atau struvit. Piroposfat anorganik adalah inhibitor poten
untuk kalsium fosfat dari pada kalsium oksalat. Glikoprotein menghambat pembentukan kalsium
oksalat (Favus et al, 2000).

1.1 Manifestasi Klinis


BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

4.1 PENGKAJIAN

1. Biodata Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : PUTON 02/02 Diwek Jombang
Pekerjaan : Swasta
Tgl. MRS : 23 Oktober 2018
Tgl. Pengkajian : 24 Oktober 2018
Diagnosa Medis :
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : PUTON 02/02 Diwek Jombang
Hubungan dengan pasien : istri
4.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama :
Nyeri luka post op, kaki sakit saatdigunakakn berjalan.
P: luka insisi
Q : nyeri dan panas
R : abdomen sebelah kiri atas
S : nyeri skala 4
T : saat bergerak atau terlalu lama berbaring lalu duduk.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan tidak tau kalau pasien mengidap batu ginjal, awal mula
kaki pasien mengalami osteoatritis lalu di bawa keluarga untuk foto rongten
seluruh tubuh. Dari hasil foto terlihat adanya batu ureter dan batu ginjal. Batu
ureter telah di lakukan URS. Dan sekarang dilakukan pengambilan batu
ginjal dengan operasi PNL. Pasien datang ke RS pada tanggal 22-10-2018 di
lakukan operasi tanggal 23-10-2018. Mengeluh nyeri panas pada luka
operasi, sedikit pusing, cemas saat bergerak.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit osteoatritis, mempunyai
riwayat hipertensi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak terdapat penyakit hipertensi dan keluarga tidak ada
yang mempunyai penyakit osteoporosis.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan yang bersih

4.1.2 Pengukuran TTV


 TD :130/80 mmHg
 N : 84 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,6 oC
 Keadaan umum : cukup
 Kesadaran : composmentis
4.1.3 Pemeriksaan Persistem
a. Sistem Pernapasan
Anamnesa : Tidak mengalami sesak nafas
 Hidung:
Inspeksi : Tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret,
 Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tidak sianosis,lembab tidak ada alat bantu nafas.
 Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada distansi vena
jugularis.
 Faring :
Inspeksi : Tidak ada oedem, tidak ada tanda-tanda inflamasi
 Area dada:
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi :- + +
Auskultasi : vesikuler + +

b. Cardiovaskuler Dan Limfe


Anamnesa: memiliki tekanan darah tinggi
 Wajah
Inspeksi : konjungtiva merah muda (tidak anemis)
 Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada distensi vena
jugularis.
 Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi : Bj1 Bj2 tunggal , murmur (-)
 Ekstrimitas Atas
Inspeksi : Tidak sianosis dan tidak ada clubbing finger
Palpasi : CRT<2 detik, suhu akral hangat.
 Ekstrimitas Bawah
Anamnesa : rasa kesemutan saat berjalan.
Inspeksi : Tidak clubbing finger, tidak sianosis
Palpasi : Suhu akral hangat, pitting odem (-)
c. Persyarafan
Anamnesis : tidak ada keluhan
Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan persyarafan):
Pemeriksaan rangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : normal
b. Tanda kernig : tungkai bawah membentuk sudut 135° terhadap tungkai
atas
c. Tes laseque : normal

Tingkat kesadaran (kualitas):

Pasien dalam keadaan sadar (composmentis)

Tingkat kesadaran (Kuantitas) :


GCS

Eye : 4 (dapat membuka mata spontan)

Motorik : 6 (dapat bergerak sesuai perintah)

Verbal : 5 (orientasi baik, orang tempat dan waktu)

d. Perkemihan-Eliminasi Uri
BAK
Frekuensi : 1 x/3hari
Warna : Kuning
Lain-lain : Jernih
BAB
Frekuensi : 1x/3hari
Perempuan :

Genetalia eksterna

Inspeksi : tidak odema, tidak ada tanda–tanda infeksi

Palpasi : tidak benjolan, tidak nyeri tekan.

Kandung kemih:

Palpasi : ada tahanan lunak diatas sympisis pubis.

e. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi


Anamnesis : tidak nafsu makan makan pasien 2x sehari dengan nasi lauk dan
sayur, sering minum 1 hari > 1500 ml.

Mulut

Inspeksi : mukosa bibir lembab, gigi ompong dan ada yang bergoyang

Lidah

Inspeksi : simetris, warna merah muda, tidak ada lesi, bersih

Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)

Inspeksi : tidak ada benjolan

Auskultasi : bising usus 11 x/menit

Perkusi : kuadran normal (tidak ada nyeri tekan)

Palpasi : tidak nyeri

Kuadran I:

Hepar :tidak nyeri tekan (normal), tidak teraba hepar


Kuadran II:

Gaster :tidak nyeri tekan (normal)

Lien : tidak nyeri tekan (normal)

Kuadran III:

Tidak nyeri tekan (normal)

Kuadran IV:

Tidak nyeri tekan (normal)

f. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Keadaan kulit : kering, turgor ekstermitas bawah 4 detik, kuku kotor.

Kekuatan otot : 5 5

5 4

Ekstermitas Bawah : akral hangat, turgor kulit 4 detik, terdapat lesi di palanges
kiri.

Kekuatan otot 4 (gerakan aktif, dapat melawan gravitasi,dapat meahan tahanan


ringan )

g. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Kepala

Inspeksi : distribusi rambut merata, rambut tidak rontok, beruban

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran tyroid

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi vena jugularis.

Genetalia

Inspeksi : tidak ada gejala infeksi

Palpasi : tidak ada benjolan/ nyeri tekan

Ekstremitas bawah

Inspeksi : luka ganggren pada jari kaki kiri

Palpasi : pitting odem (-)

h. Sistem Reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan

Axilla

Inspeksi : tidak adanya benjolan


Palpasi : tidak adanya benjolan

Genetalia :

Inspeksi : tidak ada gejala infeksi

Palpasi : tidak ada benjolan/ nyeri tekan

i. Persepsi sensori
Anamnesa : Tidak mengalami nyeri pada mata , pandangan tidak kabur

Mata

Inspeksi : konjungtiva merah muda

Kornea : normal berkilau/simetris

Iris dan pupil : normal

Lensa : bening

Penciuman (Hidung)

Anamnesa : tidak ada keluhan.

4.1.4 Pemeriksaan Penunjang


Nama Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Hasil
Darah Lengkap Hemoglobin 11,4
Leukosit 18.900
Hematokrit 34,1
Eritrosit 3.880.000
Trombosit 340.000
Kimia Klinik Glukosa DS 371
Kreatinin Serum 1,13
Cl 105
Natrium 134
Kalium 3,04
Urea 71,1
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan Yang Muncul
1. Gangguan intergritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

Kerusakan Intergrits jaringan


NS. DIAGNOSIS :
Kelas : Lingkungan

Domain : Keamanan dan Proteksi

Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan


DEFINITION: (Membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, kartilago,
kapsul sendi atau ligamen).

 Perubahan sirkulasi
 Perubahan status nutrisi (kelebihan atau
kekurangan)
 Kekurangan/kelebihan volume cairan
 Penurunan mobilitas
 Bahan kimia iritatif
PENYEBAB  Suhu lingkungan yang ekstrem
 Faktor mekanis
 Efek samping terapi radiasi
 Kelembapan
 Proses penuaan
 Neuropati perifer
 Perubahan pigmentasi
 Perubahan hormonal
 Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi intergritas jaringan

Gejala dan tanda Mayor : Gejala dan tanda Minor :

- Kerusakan Jaringan dan/tau lapisan  Kerusakan jaringan atau lapisan


kulit. kulit

SESSMENT
 Nyeri
AS

 Perdarahan
 Kemerahan
 Hematoma

Ns. Diagnosis (Specify):


Gangguan integritas kulit/jaringan
Client
DIAGNOSIS

Diagnostic
Related to:
Statement:
Perubahan sirkulasi

4.3 Intervensi Keperawatan

NIC NOC
Intervensi Aktivitas Outcome Indikator
Perawatan Luka Observasi: Peyembuhan luka  Perfusi jaringan
Def : pencegahan  Observasi karakteristik luka, primer
perifer normal
komplikasi luka Def: tingkat
dan peningkatan termasuk drainase, warna , regenerasi sel dan  Tidak ada tanda-
penyembuhan luka jaringan setelah
ukuran dan bau penutupan luka tanda infeksi
 Eritema dikulit
Rasional : megetahui keadaan
sekitarnya mereda
luka sehingga penatalaksanaan
 Suhu kulit tidak
bisa tepat/sesuai mengalami
 Observasi tanda-tanda infeksi peningkatan
seperti : demam, nyeri, merah  Bau luka busuk

Rasional : untuk mengetahui berkurang

tanda infeksi karena Infeksi akan


memperlambat proses  Drainase purulen

penyembuhan. berkurang

Mandiri:
 Jaga kulit agar tetap bersih dan
kering
Rasional : tidak terjadi proses
infeksi yang berat
 Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali
Rasional : menghindari tekanan
(Dekubitus) dan meningkatkan
aliran darah.
 Ganti pembalut luka setiap
hari/sesuai keadaan /perawatan
luka
Rasional : menghindari terjadi
infeksi
 Gunakan tehnik aseptik dalam
merawat luka.
Rasional : Mencegah infeksi
silang dan mencegah transmisi
infeksi bakterial pada luka
Health Education:
 Anjurkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda gejala
infeksi
Rasional : agar pasien menrasakan
nyaman, membantu penangan dini
 Ajarkan pasien pengaturan pola
makan
Rasional : diet makanan untuk
pasien DM dapat mengurangi
resiko berat komplikasi DM.
Kolaborasi:
 Oleskan salep yang sesuai dengan
kulit dan luka
Rasional : menghindari resiko
infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan
 Memberikan obat-obatan untuk
pasien DM
R asional : membantu
mempercepat proses
penyembuhan penyakit
 Kolaborasi pemeberian analgesik
dan antibiotik
Rasional :antibiotik
menurunkan/mematikan
organisme bakteri dan analgesik
untuk menurunkan skala nyeri
menjadi rendah .
4.4 IMPLEMENTASI

No No diagnose Tanggal/ jam Tindakan Paraf

1. Perawatan Luka 22 Januari 2018/ o Pemberian obat :


08.00
Def : pencegahan Nacl 0,9 % 1500cc/24
komplikasi luka jam
dan peningkatan
penyembuhan Inj Ceftriaxon (2x1
luka gram)
Inj Metronidazol 500
mg (2x1)

08.05 Ranitidin (2x1 ampul)

08.05
Cetorolax 3x.
o Mengkaji tanda-tanda
infeksi.
o Mengkaji karakteristik
luka : luka nekrosis
pada jari kaki tengah
dan telunjuk kaki,
08.15 terdapat pus pada
09.15 daerah dorsal,
kemerahanpinggir luka
09.25 terjadi nekrosis.
o Melakukan rawat luka
dan mengganti balutan.
o Memberikan health
edukasi diet makanan
pada pasien DM.
o Membantu
membersihkan kuku
pasien.
4.5 EVALUASI

NO Hari
NO HASIL PARAF
DIAGNOSA Tgl/ Jam

1 Perawatan 22 Januari S : tidak pusing , lemas, luka di kaki.


Luka 2018/ 19.00
Sudah mau makan tepat waktu,
Def : kaki kesemutan, nyeri untuk
pencegahan jalan.
komplikasi O :luka nekrosis pada jari kaki tengah
luka dan dan telunjuk kaki, terdapat pus pada
daerah dorsal, kemerahanpinggir luka
peningkatan terjadi nekrosis.
penyembuha
Ttv : TD : 160, N : 68
n luka
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi :

Anda mungkin juga menyukai