Laporan Kasus
Abstrak: Studi kasus ini menyajikan penatalaksanaan hipertensi dengan pendekatan kedokteran
keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. Didapatkan
perbaikan masalah klinis pasien dengan perbaikan perilaku kesehatan pasien, keluarga, dan
komunitas sekitar, serta perbaikan lingkungan. Data WHO bulan September 2011, disebutkan
bahwa hipertensi menyebabkan 8 juta kematian per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian
per tahun di wilayah Asia Tenggara. Hipertensi merupakan peningkatan sistolik >140 mmHg dan
diastolik > 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
istirahat. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunia dengan prevalensi di Indonesia sebesar
25,8%.Hipertensi terbagi menjadi dua hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan hipertensi dimana etiologinya tidak diketahui dengan prevalensi
sebesar 90% pasien hipertensi. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah menurunkan
mortalitas dan morbiditas melalui pendekatan terapi nonfarmakologi dan farmakologi.
Kata kunci: hipertensi, kedokteran keluarga.
Abstract: The case study presents management of Hypertersion with holistic, comprehensive, integrated, and
continuous family medicine approach. The symptoms of hypertension are clinically recovered by improving
health behavior of the patient, his family, and environmental condition.WHO in September 2011, mentioned
that hypertension causes 8 million deaths per year worldwide and 1.5 million deaths per year in the
Southeast Asian region. Hypertension is defined by increasing systolic more than 140 mmHg and diastolic
blood pressure more than 90 mmHg on two occasions with an interval of five minutes at rest. Hypertension is
a global health issue with its prevalence is 25.8% in Indonesia. Hypertension is divided to primary
hypertension (essential) and secondary hypertension. Primary hypertension is hypertension which etiology is
still unknown with prevalence of 90% of hypertensive patients. The general aim of hypertension treatment is
to decrease mortality and morbidity through nonpharmacological and pharmacological treatment
approachment.
Pendahuluan
Hipertensi merupakan salah satu WHO juga melaporkan penelitian di
penyakit tidak menular yang menjadi Bangladesh dan India dengan hasil
masalah kesehatan penting di seluruh prevalensi hipertensi 65% dari jumlah
dunia karena prevalensinya yang tinggi penduduknya, dengan prevalensi tertinggi
dan terus meningkat serta hubungannya pada penduduk di daerah perkotaan. Sesuai
dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, dengan data WHO bulan September 2011,
retinopati, dan penyakit ginjal.Hipertensi disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan
juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar 8 juta kematian per tahun di seluruh dunia
penyebab kematian dini.1 dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah
The Joint National Community on Asia Tenggara. Angka ini kemungkinan
Preventation, Detection evaluation and akan meningkat menjadi 29,2% di tahun
treatment of High Blood Preassure dari 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi,
Amerika Serikat dan badan dunia WHO 333 juta berada di negara maju dan 639
dengan International Society of sisanya berada di negara sedang
Hipertention membuat definisi hipertensi berkembangtermasuk Indonesia.3
yaitu apabila tekanan darah seseorang Menurut data Riskesdas tahun 2013
tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau penduduk di Indonesia adalah sebesar
lebih atau sedang memakai obat anti 25,8%. Prevalensi tertinggi di Provinsi
hipertensi. Pada anak-anak, definisi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang
hipertensi yaitu apabila tekanan darah terendah (16,8)%).4
lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, Berdasarkan penyebabnya
jenis kelamin, dan tinggi badan yang hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi
pengukuran yang terpisah.2 primer dan hipertensi sekunder atau
Data WHO di Jenewa tahun 2002 hipertensi renal.5
didapatkan prevalensi penyakit hipertensi a) Hipertensi Esensial
15-37% dari populasi penduduk dewasa di Hipertensi esensial atau hipertensi
dunia.Setengah dari populasi penduduk primer yang tidak diketahui
dunia yang berusia lebih dari 60 tahun penyebabnya, disebut juga hipertensi
menderita hipertensi. Angka Proportional idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Mortality Rate akibat hipertensi di seluruh Banyak faktor yang mempengaruhinya
dunia adalah 13% atau sekitar 7,1 juta seperti genetik, lingkungan,
kematian. Selain itu pada tahun 2001, hiperaktifitas sistem saraf simpatis,
Agus Salim Sani, Achmad Nuryadi Page 2
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Hipertensi
sistem renin angiotensin, defek dalam Kategori hipertensi menurut JNC VII 2003
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko seperti obesitas,
alkohol, merokok, serta polisitemia.
Hipertensi primer biasanya timbul pada
umur 30 – 50 tahun.
Banyak faktor yang berperan untuk
b) Hipertensi sekunder terjadinya hipertensi meliputi risiko yang
Hipertensi sekunder atau tidak dapat dikendalikan (mayor) dan
hipertensi renal terdapat sekitar 5 % faktor risiko yang dapat dikendalikan
kasus. Penyebab spesifik diketahui, (minor). Faktor risiko yang tidak dapat
seperti penggunaan estrogen, penyakit dikendalikan (mayor) seperti genetik, jenis
ginjal, hipertensi vaskular renal, kelamin dan usia. Sedangkan faktor risiko
hiperaldosteronisme primer, dan yang dapat dikendalikan (minor) yaitu
sindrom cushing, feokromasitoma, obesitas, kurang aktivitas fisik, merokok,
koarktasio aorta, hipertensi yang alkoholisme, stress, konsumsi garam, dan
berhubungan dengan kehamilan, dan pola makan.7
lain – lain. Penyakit hipertensi akan menjadi
Berdasarkan American Heart masalah yang serius, karena jika tidak
Associiation (AHA) dan American College ditangani sedini mungkin akan
of Cardiology (ACC) berkembang dan menimbulkan komplikasi
mengeluarkan pedoman hipertensi terbaru yang berbahaya seperti terjadinya penyakit
tahun 2017 yaitu hipertensi ditetapkan jantung, gagal jantung kongestif, stroke,
apabila tekanan darah sistolik ≥130 gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal.
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥80 Hipertensi dapat dicegah dengan
mmHg.6 menghindari faktor penyebab terjadinya
Pedoman hipertensi ACC/AHA tahun 2017 hipertensi dengan pengaturan pola
makan,gaya hidup yang benar, merokok
dan alkohol, mengurangi konsumsigaram
yang berlebihan dan aktivitas yang cukup
seperti olahraga yang teratur.8
Tujuan terapi hipertensi adalah
mencegah komplikasi, menurunkan
kejadian kardiovaskular, serebrovaskular,
dan renovaskular, dengan kata lain c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium
menurunkan efek tekanan darah tinggi antagonist (CCB) (Nifedipine,
terhadap kerusakan end-organ, mencapai amlodipine, diltiazem, verapamil).
dan mempertahankan target tekanan d. Angiotensin Converting Enzym
darah.9 Inhibitor (ACEI) (Captopril,
Jenis-jenis obat antihipertensi Lisinopril, enapril).
untuk terapi farmakologis hipertensi yang e. Angiotensin II Receptor Blocker atau
dianjurkan oleh JNC 7 adalah: Areceptor antagonist/blocker (ARB)
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Losartan, valsartan, irbesartan,
(Thiaz) atau Aldosteron Antagonist telmisartan).5
(Spironolakton), Furosemid.
b. Beta Blocker (BB) (propanolol,
bisoprolol, atenolol).
Bagan 1. Skema Tatalaksana Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur dan Penyakit Penyerta
adalah Dignosis klinis 1 adalah hipertensi meminum obat secara teratur walaupun
Stage I. Pada poin III, didapatkan masalah keluhan telah berkurang, dan kembali ke
perilaku berupa pola makan yang tidak puskesmas saat obat habis. Kepada
sehat makan makanan yang asin, dan keluarga pasien juga diberikan edukasi
sering mengkonsumsi kopi, riwayat mengenai faktor risiko hipertensi, juga
keluarga tidak diketahui jarang diberikan edukasi mengenai pola makan
berolahraga. Pada poin IV, tidak ada faktor yang sehat.
yang dapat memperberat masalah
Tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan pasien. Pada poin V, ditetapkan
lingkungan antara lain dengan melakukan
skala fungsional pasien derajat 1, karena
penyuluhan mengenai hipertensi dan faktor
pasien mampu melakukan pekerjaan
risikonya. Pada kesempatan tersebut juga
seperti sebelum sakit.
disampaikan mengenai pentingnya
Tindakan yang dilakukan meliputi menjaga pola makan dan perilaku berobat
tindakan terhadap pasien, keluarga, dan yang baik.
lingkungannya. Pada pasien diberikan
terapi medikamentosa untuk mengurangi
keluhan dan mengontrol tekanan darah
yaitu amlodipin 5 mg di minum sekali
sehari pada malam hari. Terapi non
medikamentosa berupa edukasi mengenai
pola makan dan gaya hidup yang sehat.
Pasien diharapkan mengurangi konsumsi
garam dalam sehari, mengkonsumsi buah-
buahan dan sayur-sayuran. Pasien
diharapkan olahraga teratur dan istirahat
yang cukup. Edukasi mengenai pentingnya
X X
X X
Mrs.h
Tn.ham am
MR MR
Tn. MR Tn.
Keterangan:
Gambar 1.Genogram
GAYA HIDUP
LINGK. PSIKO-SOSIO-
PERILAKU KESEHATAN
EKONOMI
- Berobat hanya jika ada
- Pengetahuan tentang
keluhan kesehatan kurang
- Tidak mau mengikuti - Pasien tidak memiliki
program prolanis pendapatan (tidak bekerja)
-
PASIEN
PELAYANAN - Datang dengan keluhan sakit LINGK. KERJA
KESEHATAN kepala sejak ± 3 hari yang lalu,
sakit kepala dirasakan dari ubun- Tidak ada hubungan
- Jarak rumah dengan
ubun hingga ketengkuk, tegang
tempat pelayanan
didaerah leher
kesehatan tidak
- Tekanan darah : 150/80 mmhg.
terlalu jauh.
- Statuz Gizi : Normal
- Kolesterol : 176 mg/dl
LINGK. FISIK
FAKTOR BIOLOGI - Kurangnya kesadaran
- Pasien menderita hipertensi masyarakat untuk melakukan
lama. pemeriksaan TD secara rutin
- Riwayat keluarga tidak
diketahui
- R
KOMUNITAS
Keterangan skor:
adalah < 100 mmol (2,4 g) per hari setara serta pada pemeriksaan fisik didapatkan
dengan 6g (satu sendok teh) garam dapur tekanan darah 150/80mmHg.
(natrium klorida). Bagi pasien dengan Pada kunjungan ke Puskesmas
hipertensi, asupan natrium dibatasi lebih Rappokalling diberikan terapi
rendah lagi, menjadi 1.5g perhari atau medikamentosa untuk mengurangi gejala,
3,5-4g garam perhari. dan berupa obat antihipertensi yaitu
amlodipin 5 mg yang dikonsumsi sekali
Riwayat hipertensi didapat dari
sehari pada waktu malam hari.
orang tua tidak diketahui. Diketahui
Amlodipin termasuk dalam golongan
pasien sering kebiasaan merokok 1
obat antagonis kalsium golongan
bungkus per hari, seperti kita ketahui di
dihidropiridin (antagonis ion kalsium)
dalam kandungan rokok terdapat zat
bekerja menghambat infulks masuknya
nikiotin yang dapat mempengaruhi
ion kalsium melalui membran kedalam
tekanan darah seseorang terjadi
otot polos vaskular dan otot jantung.
pembentukan aterosklerosis sehingga
Setelah dilakukan edukasi kepada
mennyebabkan elastisitas pembuluh
pasien dan keluarganya, diharapkan
darah terganggu sehingga menyebabkan
pasien dapat mengurangi konsumsi
tekanan darah meningkat.
garam yang berlebihan dan mulai
Sedangkan pasien juga sering
mengatur pola hidup yang sehat dengan
mengkonsumsi kopi 3 kali sehari, diman
olahraga fisik 3-4 kali dalam seminggu.
didalam kopi mengandung kafein yang
Berbagai penelitian membuktikan bahwa
memiliki efek merangsang sistem saraf
hidup aktif yaitu melakukan aktifitas fisik
pusat, perifer serta menimbulkan
sedang selama minimal 30 menit setiap
perasaan tidak mengantuk, tidak begitu
hari, dapat menurunkan resiko terjadinya
lelah serta daya pikir yang lebih jernih
hipertensi sebanyak 30-50%. Aktifitas
tetapi sebaliknya kemampuan koordinasi
fisik adalah gerakan tubuh yang dapat
otot, ketepatan waktu dan ketepatan
meningkatkan pengeluaran tenaga atau
berhitung berkurang. Kafein dapat
energi/ pembakaran kalori. Aktifitas fisik
merangsang pusat vasomotor dan
yang dianjurkan adalah aktifitas fisik
perangsangan langsung miokardium yang
tingkat sedang seperti membersihkan
menyebabkan tekanan.
lantai, mencuci kendaraan, jalan kaki,
Diagnosis hipertensi grade I
dan senam. Aktifitas tersebut dilakukan
ditegakkan atas dasar keluhan pasien,
secara terus menerus minimal 30 menit
perhari, pengeluaran kalori rerata
DAFTARA PUSTAKA
1. Sidabutar, R. P., Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 1999. p: 210.
2. Bakri, S., dan Lawrence, G., 2008. Genetika Hipertensi. Dalam Hipertensi dan Ginjal.
Cetakan Pertama. Medan : USU Press
3. A. Tjokronegoro dan H. Utama.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In: E. Susalit, E.J.
Kapojos, dan H.R. Lubis ed. Hipertensi Primer. Jakarta: Gaya Baru; 2001. p: 453-456.
5. Gray, et al., 2005, Hipertensi. Lecturer Notes Kardiologi, Edisi ke-4, Jakarta:
Erlangga.
8. Infodatin. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,
2014
LAMPIRAN
Gambar 5. Dapur