Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara

Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Dalam sejarah pengaturan desa , telah

diterapkan beberapa pengaturan tentang desa, yaitu Undang-undang Nomor 22

Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 1

Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah, Undang-undang Nomor

18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan daerah, Undang-undang

Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah dan yang terbaru adalah

undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa..

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini memberikan arah baru politik

hokum ( Legal Politicy ) terutama dalam menjamin kemandirian ( otonomi )

dan kewenangan desa untuk membuat kebijakan dalam memberikan pelayanan

yang lebih optimal, peningkatan peran serta dan pemberdayaan yang

diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat.

Undang-undang tentang Desa ini memberikan kesempatan pemerintah

desa dan masyarakat untuk memperoleh keleluasaan bergerak dan kesempatan

untuk menggunakan prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat atas segala


nilai-nilai dan potensi yang dimiliki baik untuk penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan

masyarakat berdasarkan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka

Tunggal Ika.

Undang-undang Tentang Desa dalam konteks pengurusan kepentingan

pembangunan desa memiliki makna penting yaitu memberikan kejelasan status

dan kepastian hukum atas desa dan pemberian kewenangan untuk melakukan

pengaturan fungsi-fungsi pembaharuan dalam segi pengelolaan, pengembangan

sumberdaya dan orientasi pemerintahan.Pemberian kewenangan ini juga dapat

mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat desa untuk

mengembangkan potensi dan asset desa guna kesejahteraan bersama,

memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek

pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat desa.

Pemberdayaan adalah model dan alternatif-alternatif dari visi

pembangunan yang merupakan suatu upaya untuk meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan masyarakat desa melalui penetapan kebijakan, program dan

kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan

masyarakat desa. Pelaksanaan program pembangunan berbasis pemberdayaan

masyarakat desa ini diatur dalam Bab IX tentang Pembangunan Desa dan

Pembangunan Kawasan pedesaan dengan menggunakan 2 ( dua ) pendekatan

yaitu “ desa membangun “ dan “ membangun desa “ yang diintegrasikan dalam


perencanaan pembangunan desa dan diselenggarakan dengan mengikutsertakan

masyarakat desa melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa untuk

menetapkan prioritas, program, kegiatan dan kebutuhan pembangunan desa

yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Swadaya

Masyarakat Desa, dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa.

Pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dan masyarakat

desa dengan semangat gotong-royong serta memanfaatkan kearifan local dan

sumber daya alam desa. Pembangunan desa tersebut dirumuskan berdasarkan

penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa yang meliputi : (1). Peningkatan

kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar; (2). Pembangunan dan

pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan berdasarkan kemampuan teknis dan

sumber daya local yang tersedia; (3). Pengembangan ekonomi pertanian

berskala produktif; (4). Pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna

untuk kemajuan ekonomi; dan (5). Peningkatan kualitas ketertiban dan

ketrentaman masyarakat desa berdasarkan kebutuhan masyarakat desa. ( UU

Desa Pasal 80 )

Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa, masyarakat

juga berhak mendapatkan informasi dan melakukan pemantauan . Untuk itu di

desa dibentuk lembaga kemasyarakatan desa yang bertugas melakukan

pemberdayaan masyarakat desa yang bertujuan agar perencanaan pembangunan

desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menciptakan rasa memiliki dan

tanggung jawab terhadap pembangunan desa, memelihara dan mengembangkan


hasil pembangunan serta menumbuh kembangkan dan mendorong peran serta

masyarakat dalam pembangunan desa .( PERMENDAGRI No.66 Tahun 2007

Pasal.6 ).

Mendeskripsikan kinerja pemberdayaan masyarakat desa adalah sesuatu

yang menarik karena merupakan kunci dari keseluruhan proses perencanaan,

pelaksanaan, pencapaian, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil yang telah

dicapai. Selain itu program dan kegiatan melalui pemberdayaan masyarakat

mampu menjawab dan mengakomodasi pelibatan aktif masyarakat mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan

pemeliharaan hasil pembangunan desa.

Ada berbagai pernyataan tentang program pemberdayaan masyarakat,

Soesanta ( 2010 ) dalam Jurnal Terpadu Media Komunikasi Pembangunan Desa

Terpadu mengemukakan bahwa secara umum pembangunan dengan

pendekatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa belum

dipandang dan dipercaya sebagai entitas yang mampu melakukan

pemberdayaan masyarakat secara langsung dan peran-peran teknokrat masih

sangat dominan. Pemerintah desa masih belum mampu menjalankan peran dan

fungsinya dengan baik sehingga banyak persoalan yang lamban direspon desa

dan terjadinya kemandekan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan

pemberdayaan.

Untuk melakukan sebuah perubahan sering kali desa-desa selalu

menunjukkan ketergantungan. Desa tidak melakukan perubahan tersebut


dengan daya upayanya sendiri melainkan berharap uluran tangan dari fihak

luar. Hal ini dirasa menyebabkan desa semakin tidak berdaya.

Pembangunan dengan pendekatan model pemberdayaan masyarakat

desa tidaklah semulus dan semudah seperti yang diperkirakan. Banyak

tantangan, hambatan dan kendala yang dihadapi terutama berkaitan dengan

minimnya sumberdaya aparatur pemerintah desa, kurangnya sumber

pembiayaan, ketidaksiapan dan ketidaksinambungan kelembagaan dan nilai-

nilai local, serta ketidaksinambungan proses dan ketidaksesuaian capaian-

capaian hasil yang telah ditetapkan.

Selanjutnya Soesanta (2010) menyatakan hasil yang diperoleh melalui

pendekatan pemberdayaan menunjukkan bahwa bangunan atau kegiatan yang

dilaksanakan oleh masyarakat desa lebih murah daripada yang dikerjakan oleh

pihak lain. Kualitas bangunan atau kegiatan yang dilakukan tidak kalah dengan

yang dilakukan oleh pihak lain, dan tingkat penyelewengan keuangan kurang

dari 0,1 %.

Untuk melihat kenyataan-kenyataan tersebut maka focus penelitian ini

adalah desa-desa yang ada di wilayah kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten

Serdang Bedagai yang melaksanakan program pemberdayaan masyarakat

melalui mekanisme anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDes ) dan

hambatannya dalam pelaksanaan selama tahun anggaran 2014.

Pemilihan lokasi ini didasarkan pada hal-hal berikut, Pertama, bahwa

desa-desa di wilayah Kecamatan Tanjung Beringin sudah dipandang sebagai

sebuah entitas yang telah mampu menjalankan kewenangan dalam melakukan


Pemberdayaan masyarakat mulai tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 dengan

skema Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP). Skema ADDP yang dimaksud

adalah masing-masing desa mengajukan proposal tertulis kemudian program

dan alokasi kegiatan masing-masing desa di tetapkan dengan keputusan Bupati.

Kegiatan pemberdayaan itu sebagian dilakukan secara swakelola mandiri dan

sebagian lain pengerjaannya dikontrakkan kepada pihak ketiga.

Kedua, ada perubahan kebijakan dalam Undang-undang Desa dimana

kegiatan Pembangunan Desa melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat

dengan mekanisme swakelola dan partisipatif masyarakat sesuai dengan

Rencana Pembangunan desa melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang mengacu

pada Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa yang jabarannya tercantum dalam Petunjuk Teknis

Tahun 2009. Kemudian terbit Peraturan Bupati Serdang Bedagai Nomor …..

Tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan Peraturan Bupati Serdang Bedagai

No. 10 Tahun 2009 Tentang Kegiatan Pemberdayaan masyarakat melalui

Alokasi dana Desa dan Bagian Desa dari Perolehan pajak dan retribusi daerah

Ketiga, dari data pusat statistik kabupaten serdang bedagai tahun 2014

pada kecamatan Tanjung Beringin menunjukkan bahwa keluarga Prasejahtera

menempati angka 2.938 kk dari 9.731 KK yang ada ( 30 % ) dan merupakan

jumlah terbanyak dari 16 Kecamatan yang ada.

Kecamatan Tanjung Beringin memiliki persoalan ekonomi uang lebih

tinggi, merupakan daerah pesisir pantai dan memiliki 1 desa pinggir pantai dan
yang jaraknya cukup jauh dari kota kecamatan dan dengan akses jalan yang

buruk dan tidak di jangkau oleh transportasi umum.

Program pemberdayaan masyarakat Desa dalam wilayah kecamatan

Tanjung Beringin khususnya dan Kabupaten Serdang bedagai pada umumnya

dimulai dalam satu satuan waktu tahun anggaran. Setiap awal tahun anggaran

masing-masing desa memperhitungkan alokasi pendanaan yang berasal dari

berbagai sumber yang salah satunya adalah Alokasi dana Desa. Alokasi ini

merupakan yang terbesar sementara dari pendapatan yang lainnya.

Hasil evaluasi dari kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah

sebagai berikut :

1. Aturan main yang belum di rumuskan dengan benar. Adanya kesalahan

persepsi, tumpang tindihnya peran dan fungsi, serta perencanaan yang tidak

konsisinten.

2. Kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang belum terakomodasi dengan baik.

3. Perencanaan yang kurang terkoordinasi dan kurang singkron.

4. Kecendrungan upaya peningkatan pendapatan desa bukan bersifat

partisipatif dan penataan kelembagaan.

5. Terbatasnya penerima manfaat dari kegiatan tersebut.

6. Tidak tepat sasaran.

7. Rendahnya tanggung jawab.


Hasil observasi yang dilakukan di kecamatan Tanjung Beringin yaitu

pada desa Bagan Kuala dan Sukajadi masih ditemukan hal-hal berikut :

1. Berkenaan dengan aspek regulasi ditemukan masih banyak aparatur dan

pelaku pemberdayaan desa yang kurang memahami peraturan yang ada..

2. Beberapa desa belum membuat dan mengumpulkan rencana kegiatan

dengan tepat waktu.

3. Berkenaan dengan alokasi dana, Desa memiliki kecendrungan untuk

membelajakan dananya untuk kepentingan operasional pegawai.

Untuk menjawab permasalahan diatas perlu dilakukan penelitian yang

komperhensif atas capaian – capaian program pemberdayaan masyarakat desa

di wilayah Kecamatan Tanjung Beringin. Hal ini menjadi penting bagi

pengambilan kebijakan pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai Berkaitan

dengan sinergi Pembangunan Desa dan evaluasi atas dukungan pembiayaan

yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setiap

tahun bagi program Pemberdayaan Masyarakat terutama dalam hal

penanggulangan kemiskinan di desa dalam wilayah Kecamatan Tanjung

Beringin.

Mengacu pada latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian secara mendalam dengan judul “ Analisis Kinerja

Pemberdayaan Masyarakat Desa ( Studi di Desa-desa dalam wilayah

Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2014 ).”


1.2. RUMUSAN MASALAH

Pemerintah Desa di Kecamatan Tanjung Beringin belum cukup mampu

melaksanakan Pemberdayaan masyarakat melalui program-program dengan

skema dan mekanisme tahun anggaran secara optimal padahal bila dikelola

dengan baik program-program tersebut dapat menghasilkan kinerja yang

mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat desa. Namun untuk

melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat secara mandiri,

desa memiliki keterbatasan sumberdaya manusia, alokasi anggaran, regulasi

dan ketergantungan pada pihak luar.

Berdasarkan latar belakang yang sangat kompleks dan saling berkaitan

serta untuk menghindari tumpang tindihnya permasalahan yang dihadapi,

masalah yang dikaji melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa-desa

dalam wilayah kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

pada Tahun 2014.

2. Apa hambatan – hambatan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja program

Pemberdayaan Masyarakat Desa di desa-desa dalam wilayah kecamatan

Tanjung Beringin pada Tahun 2014.


1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan :

1. Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat Desa di desa-desa di wilayah

Kecamatan Tanjung Beringin pada Tahun 2014 dilihat dari capaian yang

mencakup capaian kuantitas dan kualitas ( Output ), kesesuaian waktu

( timelines ), serta pemanfaatan sumberdaya local dan kesesuaian tujuan

( Outcome, benefit, and Imfact ).

2. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan Program

Pemberdayaan Masyarakat Desa di wilayah Kecamatan Tanjung Beringin

pada tahun 2014.

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan teoritis

dan praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam Program Pemberdayaan

masyarakat Desa.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan

pemikiran kepada desa-desa di wilayah Kecamatan Tanjung Beringin dan


Kabupaten Serdang Bedagai dalam meningkatkan kinerja Program

Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Anda mungkin juga menyukai