Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sehat merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial. Begitu

pula dengan kehamilan yang dialami oleh seorang ibu, ialah suatu hal yang sangat

spesial bagi seorang perempuan yang baru pertama kali hamil. tetapi adapun

berbagai hambatan yang sering terjadi dan membuat hati seorang ibu khawatir

yaitu dalam menghadapi suatu persalinan dimana ada yang mengalami persalinan

lama yang bisa mengakibatkan anak gagal nafas atau asfiksia karna lamanya

persalinan.

Asfiksia ialah bayi yang tidak dapat bernafas secara teratur,sehingga

menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk

dalam kehidupan yang lebih lanjut,dalam asfiksia ini harus kita perhatikan denyut

jantung janin dengan frenkuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyut

permenit,dan mekonium dalam air ketuban juga dapat menggakibatkan gagal

nafas pada bayi.(1)

Asfiksia atau fetal distress, merupakan keadaan yang perlu diperhatikan

karena berkaitan dengan kualitas hidup sehingga pada setiap persalinan

diharapkan tidak terjadi cacat yang mempengaruhi kehidupan dimasa yang akan

datang, peningkatan sumber daya manusia dimulai sejak masa kehidupan

intrauterin, oleh karenanya keadaan asfiksia (=fetal distress atau gawat janin)

dalam rahim sangat penting untuk dihindari dan dicari penyebabnya.(2)

1
2

Menurut World Health Organization(WHO) 2012asfiksia lahir menempati

penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan.terdapat

Angka kematian ibu sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup,sedangkan Angka

kematian bayi Bayi di Indonesia 35 per 1000 kelahiran hidup.tingginya Angka

kematian Bayi tersebut disebabkan oleh asfiksia neonatorum (49-60%),infeksi

(24-34%),prematur (15-20%), trauma persalinan (2-7%) dan cacat bawaan (1-

3%).(3)

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012,pada penelitian memperlihatkan bahwa dari 104 bayi baru lahir menderita

asfiksia,sebanyak 61 kasus (58,65%) berdasarkan lama persalinan resiko tinggi

(>18 jam untuk multipara dan >24 jam untuk primipara ) merupakan penyebab

asfiksia, dan 43 kasus (41,35%) merupakan resiko rendah (< 18 jam untuk

multipara <24 jam untuk primipara.Angka Kematian Neonatal sebesar 19/1000

Kelahiran hidup,Angka Kematian Balita 44/1000 Kelahiran hidup,Walaupun

Angka ini telah turun,penurunan ini masih jauh dari target MDGs tahun 2015

dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan AKABA

32 per 1000 kelahiran hidup.

Menurut profil kesehatan Sumatera Utara,berdasarkan angka kematian bayi

(AKB) tahun 2014 hanya 4,4/1.000 kelahiran hidup, berikut ini angka kematian di

Profinsi Sumatera Utara berdasarkan sensus penduduk (SP).angka kematian bayi

diSumatra Utara mengalami penurunan yang cukup snifikan dari 2 (dua) kali

sensus terakhir yaitu 4/1.000 KH, turun menjadi 25,7 atau dibulatkan menjadi

26/1.000 KH pada hasil sensus penduduk 210. diperkirakan AKB Sumatra Utara
3

tahun 2012 sebesar 226/1.000 KH,tahun 2013 sebesar 21,59/1.000 KH dan tahun

2014 sebesar 20,22.000 K.(2)

Dinas kesehatan provinsi Sumatera, menyebutkan bahwa jumlahnya

sebanyak 256 per 1000.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34 per 1000

sedikit diatas angka nasional angka kematian ibu mencapai 226 per 100000

kelahiran hidup, angka kejadian partus lama 36 per 1000. Penyebab kematian ibu

90% disebabkan oleh perdarahan, toksemia grafidarum, infeksi, partus lama dan

komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar

persalianan yang sebenarnya dapat dicegah, sedangkan 10% disebabkan oleh

komplikasi persalianan lain. Seperti yang diuraiakan diatas salah satu dari

penyebab kematian ibu adalah partus lama atau partus konsep dan serimg disebut

dengan partus sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalianan

dikarenakan adanya disproporsi antara presentasi antara bagian presentasi janin

dan janin lahir.(4)

Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Deli Serdang

dari data rekam medik pada tahun 2014 jumlah ibubersalin 324 ibu dengan jumlah

yang mengalami partus lama dengan asfiksia sebanyak 6,17%. Sedangkan pada

tahun 2015 jumlah bersalin 426 ibujumlahyang mengalami partus lama dengan

kejadian asfiksia terdapat 13,38%. sedangkan ditahun 2016 jumlah ibu bersalin

432 ibu yang mengalami partus lama dengan kejadian asfiksia sebanyak

18,28%.Dilihat dari data rekam medik terjadi peningkatan kasus partus lama

sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ hubungan

partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum pada periode 2014-2016"


4

Berdasarkan dari data diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tengtang

hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD DeliSerdang

medan tahun 2017.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

yang menjadi permasalahan nya adalah “ apakah ada hubungan partus lama

dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Deli Serdang Medan periode

2014-2016.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD deli serdang Medan periode 2014-2016.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frenkuensi persalinan lama di RSUD Deli

Serdang periode 2014-2016

2. Untuk mengetahui distribusi frenkuensi asfiksia neonatorum di RSUD

Deli Serdang periode 2014-2016

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam bidang kesehatan bagi analisis untuk

dijadikan pedoman bagi rekan-rekan dan menambah sumber keilmuan tengtang

asfiksia neonatorum sehingga dapat bermanfaat bagi institut helvetia.


5

1.4.2. Bagi Tempat Penelitian

Untuk menambah informasi dan pengetahuan kejadian asfiksia neotatorum

lebih meningkat pendidikan partus lama .

1.4.3. Bagi ibu bersalin

Anjuran bagi ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan kehamilan,

sehingga dapat dideteksi secara dini komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi

selama kehamilan.

1.4.3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti

selanjutnya sebagai pedoman untuk lebih baik lagi didalam melakukan penelitian

tentang asfiksia pada bayi baru lahir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Menurut hasil penelitian Andi Sitti Rahma,Mahdina Armah (2013).telah

melakukan penelitian dengan judul hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia

neonatorum.partus lama adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu

lambatnya kemajuan persalinan.partus lama dapat menimbulkan komplikasi pada

ibu hamil yang bersalin, ibu yang bersalin yang mengalami partus lama cenderung

mengalami bayi yang tidak dapat bernafas secara spontan(asfiksia neonatorum).

hal tersebut dapat menyulitkan proses persalinan yang dapat menyebabkan

kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus), dan kegagalan nafas secara

spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat lahir (asfiksia

neonatorum).bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ditanganin maka akan

mengakibatkan kematia janin.(5)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Junita Carolin Gerungan,Syuul

Adam, Fredrika Nancy losu (2013). Penelitian Yang dilakukan di RSIA

kumalasiwi pencangaan jepara, bahwa jumlah 336 ibu bersalin yang mengalami

partus lama dan persalinan normal yang melahirkan bayi asfiksia neonatorium ,

penelitian ini menunjukkan rata-rata ibu bersalin mengalami partus lama sebanyak

78%, dan yang mengalami asfiksia sebanyak 40%, hal ini menunjukkan persalinan

yang mengalami asfiksia di RSIA kumalasiwi pencangaan jepara dalam kurun

waktu 1 tahun.(6)

6
7

Hasil penelitian yang dilakukan Novia Fajarwati, Pudji Andayani, Lena

Rosida, di RSUD Uli Banjarmasin pada tahun 2015. Angka kejadian persalinan

lama meningkat dari tahun sebelumnya yakni pada tahun 2013 dari jumlah

persalinan seluruhnya sebanyak 247 kasus, dikemukakan bahwa 36% dari

kematian neonatus disebabkan oleh infeksi 23% kasus disebabkan oleh asfiksia

7%, disebabkan oleh kelainan bawaan 27%, persalinan lama yang mengalami

asfiksia pada bayi baru lahir 20%, dan bayi kurang bulan dan berat badan lahir

rendah sebanyak 7% kasus.(7)

2.2. Asfiksia Neonatorum

2.2.1. Defenisi

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir.(8)

a) Pernafasan tidak teratur,dengkuran atau retraksi (pelengkukan dada).

b) Tangisan lemah dan merintih.

c) Warna kulit pucat atau biru.

d) Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.

e) Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) (kurang dari 100 kali

per menit).

f) Semua bayi yang mengalami tanda-tanda asfiksia memerlukan perawatan

dan perhatian segera.


8

2.2.2. Etiologi

1. Pengantar : Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan,pada proses

persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat

bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen,asupan nutrisi dan

pembuangan produk sisa sehingga ngangguan pada aliran darah umbilikal

maupun plasenta hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.(9)

2. Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah (10):

a. Asfiksia dalam kehamilan:

1. Penyakit infeksi akut.

2. Penyakit infeksi kronik.

3. Keracunan oleh obat-obat bius.

4. Uremia dan toksemia gravidarum.

5. Anemia berat.

6. Cacat bawaan.

7. Trauma.

b. Asfiksia dalam persalinan

1. Kekurangan O2:

a) Partus lama (rigid servik dan atonia /insersi uteri).

b) Ruptur uteri yang memberat ,kontraksi uterus yang terus-menerus

mengganggu sirkulasi darah keplasenta.

c) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.

d) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul

e) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktu
9

f) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solution plasenta.

g) Kalau plasenta sudah tua: postmaturitas (serotinus),disfungsi uteri.

2. Peralisis pusat pernafasan:

a. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps.

Trauma dari dalam : akibat obat bius.

3. Patogenesis

1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul rangsangan

bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kerurangan O2 ini terus

berlangsung maka N.vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini

rangsangan dari N. Simpatikus . Djj menjadi lebih cepat akhirnya irreguler

dan menghilang.

Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih

cepat dari 160 kali per menit atau kurang dari 100 kali per menit, harus ada

irreguler ; serta adanya pengeluaran mekonium.

2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai

tanda janin dalam asfiksia. Jika Djj normal dan ada mekonium : janin

mulai asfiksia . jika Djj lebih dari 160 kali per menit dan ada mekonium;

janin sedang asfiksia . jika Djj kurang dari 100 kali per menit dan ada

mekonium; janin dalam keadaan gawat.

3. Janin akan mengadakan pernafasan intra uterin,dan bila kita periksa

kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.

Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis , bila janin lahir alveolis tidak

berkembang.(11)
10

2.2.3. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari

anoksia/hipoksia janin. Diangnosa anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam

persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu

mendapat perhatian yaitu:(12)

1. Denyut jantung janin: frenkuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan

semenit. Apa bila frenkuensi denyutan turun sampai di bawah 100 permenit

diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

2. Mekonium dalam air ketuban: adanya mekonium pada presentasi kepala

mungkin menunjukkan ngangguan oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi

rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfinger ani

terbuka. Adanya mekonium dalam air ketuban pada prensentasi kepala dapat

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilkukan

dengan mudah.

3. Pemeriksaan PH darah janin : adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apa

bila PH itu turun sampai dibawah 7,2 hal daianggap sebagai tanda bahaya.

2.2.4. Klasifikasi

1. Virgous baby :skor APGAR 7-10 ,bayi sehat kadang tidak memerlukan

tindakan istimewa.

2. Moderate asphyksiaskor APGAR 4-6

3. Severe asphyksia skor APGAR 0-3


11

Tabel 2.1
Penilaian menurut Apgar
Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada <100/menit >100/menit
Jantung Tidak ada Pelan,ireguler Baik,menangis
Tonus otot Lemah Ada refleksi Gerak aktif
Pernafasan Tidak Menyeringai Batuk,bersin
Refleks Respon Tubuh merah Menangis
Warna kulit Biru/pucat Ektremitas biru Seluruh merah

Nilai APGAR bukan hanya dipakai untuk menentukan kapan kita memulai

tindakan tetapi lebih banyak kaitannya dalam memantau kondisi bayi dari waktu

ke waktu. Nilai APGAR menit pertama untuk menentukan diangnosa

(asfiksia/tidak). (13)

Segera setelah lahir, bayi dinilai dengan menggunakan penilaianAPGAR

yaitu;(14)

a) 0-3 asfiksia berat (asfiksia pallida).

b) 4-6 asfiksia ringan-sedang (asfiksia livida).

c) 7-10 bayi sehat normal.

2.2.5. Penatalaksanaan Asfiksia

1. Langkah awal

a. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering

dan hangat untuk melakukan pertolongan.

b. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah/sedikit ekstensi

atau mengganjal bahu bayi dengan kain).

c. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia.


12

d. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu

gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan

rangsangan taktil.

e. Letakakan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai : usaha

bernafas,frenkuensi denyut jantung dan warna kulit.

f. Gunakan penghisap lendir De lee yang telah diproses hingga tahap

disinfeksi tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap yang baru dan

bersih untuk menghisap lendir di mulut, kemudian hidung bayi secara

halus dan lembut.

Jika bayi baru lahir tidak tidak mulai bernafas memadai (setelah tubuhnya

dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikkan rangsangan taktil secara singkat.

Pastikan posisi bayi diletakkan dalam posisi yang benar dan jalan nafasnya

telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati

sebagai berikut;

a. Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan(ekstremitas )

satu atau dua kali.

b. Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali).

Proses penghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak

berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses

tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan bernafas, segera mulai

tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.


13

2. Ventilasi tekanan positif (VTP)

Pengertian : tindakan memasukkan sejumlah udara kedalam paru dengan

tekanan positif, membuka alveoli untuk bernafas secara spontan dan teratur.

a. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi biru atau

pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan langkah

resusitasi dengan melakukan ventilasi tekanan positif.

b. Sebelum periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan

sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi dengan baik.

c. Cuci tanggan dan gunakkan sarung tangan sebelum memegang dan

memeriksa bayi.

d. Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat , kecuali muka dan dada

bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yg hangat.

e. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah

tengadah (sedikit ekstensi).

f. Letakkan sungkup melingkupi dagu,hidung dan mulut sehingga terbentuk

semacam pertautan antara sungkup dan wajah.

g. Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan

(bergantung pada ukuran balon resusitasi).

h. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua

kali dan periksa dinding dada.

i. Bila pertautan baik(tidak bocor) dan dinding dada mengembang, maka

lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen

gunakan udara ruangan).


14

j. Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik dengan

tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada(naik turun) selama

ventilasi.

k. Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara

edekuat.

l. Bila dinding dada naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi, atau terjadi

kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang.

m. Lakukan ventilasi selama 2x30 detik atau 60 detik, lakukan penilaian

segera tengtang upaya bernafas spontan dan warna kulit.

Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama (beberapa

menit) dan bila perut bayi kelihatan membucit, maka harus dilakukan

pemasangan pipa lambung dan pertahankan selama ventilasi karena udara dari

orofarings dapat masuk ke dalam esofagus dan lambung yang kemudian

menyebabkan :(15)

a. Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan diafragma

sehingga menghalangi paru-paru untuk berkembang.

b. Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi lambung dan

mungkin akan terjadi aspirasi.

c. Udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan diafragma

tertekan.

2.2.6. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL)

Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan

resusitasi bayi baru lahir, kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan


15

kehilangan waktu yang sangat berbahagia bagi upaya penolongan. Walaupun

hanya beberapa menit tidak bernafas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan

otak yang berat atau meninggal.(16)

1. Persiapan keluarga

Sebelum menolong persalinan, bicarakan kepada keluarga mengenai

kemungkinan-kemungkinanan yang dapat terjadi terhadap ibu dan bayinya

serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran

persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.

2. Persiapan tempat resusitasi

Persiapan yang dilakukan meliputi tempat bersalin dan tempat resusitasi.

Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya

rata,keras, bersih dan kering, meja, didepan atau diatas lantai beralas tikar.

Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat

resusitasi sebaiknya didekat sumber pemanas ( misalnya : lampu sorot) dan

tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu terbuka). Biasanya digunakakan

lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi

(petromax). nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.

3. Persiapan alat resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan siap kan juga alat-

alat resusitasi dalam keadaan siap pakai yaitu;

a. 2 dua helai handuk/kain.


16

b. Bahan ganjal bahu bayi. Ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk

kecil digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi

kepala bayi.

c. Alat penghisap lendir Dee lee atau bola karet.

d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

e. Kotak alat resusitasi.

f. Jam atau pencatat waktu.

Langkah –langkah konsep resusitasi neonatus adalah sebagai berikut

a. Pada situasi gawat janin bidan harus mengetahui bahwa harus segera dilakukan

persalinan karena bahaya janin yang dapat meninggal intrauterin.sikap bidan

dalam menghadapi ini adalah; melakukan konsultasi kepada dokter

pengawasnya dan segera melakukan rujukan sehingga janin dapat

diselamatkan dengan tindakkan operasi.

b. Dirumah sakit besar dengan peralatan yang baik sudah dapat dilakukan

pemantauan secara terus menerus sehingga secara dini kejadian gawat janin

dapat ditegakkan untuk dengan tepat mengambil tindakan,keadaan gawat janin

intrauterin dapat berlanjut sampai persalinan dan bayi tidak segera dapat

menangis.bila dalam waktu satu menit sejak kelahirannya bayi tidak menangis

disebut sebagai asfiksia neonatorum.

c. Dokter apgar dari inggris adalah seorang dokter anak yang menemukan cara

melakukan evaluasi bayi baru lahir dengan mengukur lima poin penting yang

disebut dengan skrining Apgar.

Konsep umum resusitasi :


17

a. Meningkatkan sirkulasi dalam rahim.

b. Mengubah posisi tidur ibu.

c. Mengurangi kontraksi otot rahim.

d. Tekanan terhadap tali pusat.

e. Mengubah posisi tidur ibu.

f. Mengubah posisi kepala (prolapsus tali pusat).

g. Bokong ditinggikkan.

h. Meningkatkan oksigen.

i. Mengurangi taksisitol otot rahim:memberi tokolitik (MgSO, ritodrine,

pavaverine.

Gawat janin:(17)

a. Bradikardi.

b. Hilangnya variabillitas denyut jantung janin.

c. Takikardia persisten.

d. Denyut jantung janin patologis.

Deselarasi lambat:

a. Penyebab: ngangguan transportasi nutrisi dan oksigen kejanin atau kontraksi

takisistolik otot rahim tinggi.

b. Upaya: menurunkan frenkuensi kontraksi, mengubah posisi untuk

meningkatkan aliran darah kejanin. Pemberian oksigen, pemberian cairan.

Deselarasi variabel rendah atau menghilang:

a. Penyebab: kompresi tali pusat.


18

b. Upaya: menurunkan kontraksi otot rahim, meninggalkan bagian terendah

janin.

Tindakan definitif:

a. Resusitasi merupakan tindakan antara menuju terminasi definitif.

b. Persiapan dengan cermat.

c. Tindakan sesuai dengan indikasi dan syarat.

2.3. Partus lama

Partus lama adalah suatu keadaan dari persalinan yang berlangsung lama

sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin (anak).

Partus lama merupakan persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk

primigrafida dan atau 18 jam untuk multigrafida.(18)

2.3.1. Etiologi

Penyebab persalinan lama diantaranya adalah kelaianan his terutama

ditemukan pada primigravida,khususnya primigravida tua.pada multipara lebih

banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri.faktor herediter mungkin

memegang peranan pula dalam kelaianan his.sampai beberapa faktor emosi

(kekuatan dan lain-lain). Mempengaruhi kelaianan his khususnya inersia uteri,

ialah apabila bagian bawah janin atau pada disproposi sefalopelvik. Perengangan

rahim yang berlebihan pada kehamialan ganda atau pun hidramnion juga dapat

merupakan penyebab inersia uteri yang murni. Misalnya uterus bikornis unikolis,

dapat pula mengakibatkan kelainan his.akan tetapi , pada sebagian besar kasus

kurang lebih separuhnya, penyebab anersia uteri tidak diketahui.


19

2.3.2. Penanganan partus lama

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apa pun, keadaan ibu yang

bersangkutan harus diawasi dengan seksama yaitu;(19)

a. Tekanan darah diukur tiap empat jam, bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan

lebih sering apa bila ada gejala preeklamsia.

b. Denyut janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering di kala

II.

c. Kemudian dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya.

Karena ada persalianan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan

tindakan pembedahan dengan narkosis,

d. Hendaknya ibu jangan diberi makan biasa melainkan dalam bentuk cairan.

e. Diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara intra vena

berganti-ganti.untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikkan petidin 50 mg

yang dapat diulangi;

f. Pada permulaan kala I dapat diberikan 10 mg morfin.

g. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, teapi harus selalu disadari bahwa setiap

pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi.

h. Apabila persalianan berlansung 24 jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu

diadakan penilaian yang seksama tengtang keadaan.selaian penilaian keadaan

umum, perlu ditetapkan apakah persalianan benar-benar sudah mulai atau

masih dalam tingkat false labour.

i. Apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada

disproporsi sefalopelvik biarpun ringan.


20

j. Untuk menetapkan hal yang terakhir ini jika perlu dilakukan pelvimetri

roentgennologik atau magnetic resonance imanging (MRI).

k. Apabila servik sudah terbuka untuk sedikit-dikitnya 3 cm, dapat diambil

kesimpulan bahwa persalinan sudah dimulai.

l. Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah

atau belum pecah.

m. Apabila ketuban sudah pecah,maka keputusan untuk menyelesaikan persalinan

tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi.

n. Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan

apakah perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan

dapat dibiarkan berlansung terus.

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Lama

a. Distosia karena kelaianan pada jalan lahir

Distosia akibat kelaianan jalan lahir merupakan terhambatnya kemajuan

persalianan dikarenakan adanya kelaianan pada jalan lahir, penyebab terseringnya

dari kelaianan jalan lahir yaitu; akibat panggul sempit ialah ketidaksesuaian

anatara kepala janin dengan panggul sehingga kepala janin tidak dapat memasuki

panggul.

b. Kesempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit, jika konjungata vera <10 cm atau jika

diameternya transversal <12 cm. Oleh karena itu sudah jelas bahwa konjungata

vera yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan dan kesukaran

bertambah lagi jika kedua ukuran pintu atas panggul yaitu dameter antero posterior
21

maupun diameter transversal sempit. Kesempitan pintu atas panggul dapat

menyebabkan pengaruh terhadap kehamilan, persalianan dan pada janin.

c. Pengaruh pada kehamilan

a) Dapat menimbulkan retrofexsio uteri gravidi incarcerata

b) Menimbulkan sesak nafas akibat fundus lebih tinggi dari pada biasa karena

kepala tidak dapat turun terutama pada primigravida.

c) Kadang-kadang fundus menonjol kedepan sehingga perut menggantung

(abdomen pendulum),merupakan tanda panggul sempit.

d. Pengaruh pada persalianan

a) Persalianan lebih lama dari biasa akibat dari gangguan pembukaan dan

banyak waktu yang dipergunakan untuk mulase kepala anak. Kelaianan

pembukaan dapat terjadi karena ketuban pecah sebelum waktunya karena

bagian depan kurang menutup pintu atas panggul, selanjutnya setelah

ketuban pecah, kepala tidak dapat menekan seviks karena tertahan pada

pintu atas panggul.

b) Sering terjadi kelaianan presentasi atau posisi

c) Dapat terjadi ruptur uteri jika his menjadi terlalu kuat dalam usaha

mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul yang sempit.

d) Jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit, dapat

terjadi infeksi intrapartum, infeksi ini tidak saja membahayakan ibu, tetapi

juga menyebabkan kematian anak dalam rahim.

e) Terjadinya fitsel, yaitu tekanan yang lama pada jaringan yang dapat

menimbulkan iskhemi yang menyebabkan nekrosis.nekrosis ini


22

menimbulkan fistula vesikovaginalis lebih sering terjadi karena kandung

kencing tertekan antara kepala anak dan simfisis, sendangkan rektum

jarang tertekan dengan hebat karena adanya lengkungan rongga rektum.

f) Ruptura simfisis dapat terjadi bahkan kadang-kadang ruptur dari artikulasi

sakroilliaka, jika terjadi simfisiolisis pasien mengeluh nyeri didaerah

simfisis dan tidak dapat mengangkat tungkainya.

g) Paresis kaki dapat timbul karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf

didalam rongga pnggul,yang sering terjadi ialah kelumpuhan nervus

paroneus.

e. Pengaruh pada janin

a) Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama, misalnya yang lebih

lama dari 24 jam atau kala II yang lebih dari 1 jam apalagi jika ketuban

pecah sebelum wkatunya.

b) Prolapsus funikuli menimbulkan kematian anak.

c) Mulase yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak, terutama jika

diameter bipariental berkurang lebih dari ½ jam. Selain itu mungkin pada

tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan, terutama pada bagian yang melalui

promontorium(os pariental) bahkan dapat terjadi fraktur impresi.(20)

2.3.4. Diagnosis

1. Keadaan umum ibu

a. Dehidrasi, panas

b. Meteorismus, shock

c. Anemia,oliguri
23

2. Palpasi

a. His lemah

b. Gerak janin tidak ada

c. Janin mudah diraba

3. Auskultasi

a. Denyut jantung janin, takikardi, irreguler,negatif (jika janin sudah mati)

4. Pemeriksaan dalam

a. Keluar air ketuban yang keruh dan berbau barcampur dengan mekonium.

b. Bagian terendah anak sukar digerakkan, mudah didorong jika suhu

terjadiruptur uteri.

c. Suhu rectal lebih tinggi 37,5 c. (21)

2.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini Adalah adahubungan partus lama dengan

kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Deli Serdang Medan periode 2014-2016 .


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum di

RSUD DELI SERDANG Medan 2017 dengan pendekatan cross sectional dengan

mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek dengan cara observasi

atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat(point time approach).

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan RSUD Deli Serdang, Lubuk Pakam dengan

alasan karena RSUD Deli Serdang, Lubuk Pakam merupakan Rumah Sakit

rujukan dan mempunyai tenaga kesehatan profesional serta fasilitas kesehatan

yang lebih memadai. Memiliki rekam medik yang cukup lengkap dan data-data

yang ada mampu untuk mewakili kasus hubungan partus lama dengan kejadian

asfiksia neonatorum yang akan penulis teliti. Biaya dan waktu penelitian terbatas.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian ini adalah dari

bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2017.

24
25

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin dan melahirkan,

yang mengalami partus lama pada periode 2014-2016 di RSUD deli serdang yaitu

sebanyak 46 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu total populasi dimana

seluruh ibu bersalin yang mengalami partus lama dengan kejadian asfiksia dalam

persalinan dari tahun 2014 dan tahun 2015 sampai tahun 2016 di RSUD Deli

Serdang,sebanyak 46 orang. Dimana teknik pengambilan sempel dalam penelitian

ini yaitu dengan menggunakan teknik total sempling.

3.4. Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Partus lama Asfiksia neonatorum

Gambar 3.1. Kerangkap Konsep


26

3.5. Defenisi operasional

Defenisi operasional adalah batasan yang digunkan untuk mendefenisikan

varibel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel pengetahuan.

TABEL 3.1.
Defenisi Operasional
Variabel Devenisi
Alat ukur Kategori Skor Skala
Independent Operasional
Partus lama partus lama adalah Data rekam a. ≤24Primipara 1 Ordinal
persalinan yang medik RSUD
sulit, dan ditandai Deli serdang
oleh terlalu periode b. ≥18Multipara 2
lambatnya 2014-2016
kemajuan tahun 2017
persalinan
Variabel Defenisi
Alat ukur Kategori Skor Skala
Dependent operasional
Asfiksia Keadaan dimana Data rekam a. Asfiksia 1 Ordinal
Neonatorum bayi tidak dapat medik RSUD berat nilai
segera bernafas Deli serdang apgar 0-3
secara spontan periode b. Asfiksia 2
dan teratur setelah 2014-2016 ringan nilai
lahir. tahun 2017 apgar 7-9

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

data yang diperoleh dari Rekam Medik (Medical Record), meliputi nomor rekam

medik, nama pasien, dan diagnosa, proses pengumpulan data ini dilaksanakan

dalam suatu tempat dan dalam waktu yang bersamaan dibawah pengawasan

langsung oleh peneliti dan dibantu oleh staf pegawai di RSUD Deli Serdang tahun

2017.
27

3.7. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Proses Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun obervasi.

2. Proses Editing

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan

tujuanagar data diolah secara benar.

3. Proses coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi nomor 1,2,3,...,42.

4. Proses Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan dan analisis data serta pengambilan

kesimpulan ulang kemudian memasukan kedalam bentuk distribusi frekuensi.

3.7.2. Analisis Data

Dalam mengelolah data dan teknik-teknik dalam menganalisis data

diuraiakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendekripsikan data yang dilakukan pada

tiap variabel dari hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi

frenkuensi.
28

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara variabel bebas

(independent) dengan variabel terikat (dependent variabel). Untuk

membuktikan adanya hubungan yang singnifikan atara variabel bebas dengan

variabel terikat digunakan analisis chi-square,pada batas kemaknaan

perhitungan statistik p value (0,05).(22)


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Profil RSUD Deli Serdang

Rumah Sakit Umum Deli Serdang merupakan Rumah Sakit Kelas B yang

terletak di Kota Lubuk Pakam, Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dengan luas

areal ± 3,2 Ha, luas lantai bangunan ± 15.898 M² dan Kapasitas tempat tidur 215

tempat tidur, dari ibu kota Provinsi Sumatera Utara (Medan) hanya berjarak ± 29

KM dengan jarak tempuh 30 Menit.

Rumah Sakit Umum Deli Serdang mempunyai wilayah kerja 22

kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah penduduk

2.193.070 jiwa, Pada tahun 1958 Rumah Sakit Umum Deli Serdang merupakan

Rumah sakit pembantu dan pada tahun 1979 ditetapkan sebagai Rumah Sakit

kelas D berdasarkan Kep.Menkes RI Nomor: 51/ Menkes/ SK/ II/ 1979. Tahun

1987 mengalami peningkatan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C

berdasarkan kep.Menkes RI Nomor: 303/ Menkes/ SK/ IV/ 1987 tanggal 30 April

1987 (UPT Dinas Kesehatan Kabupaten). Di tahun 2002 Rumah Sakit Umum Deli

Serdang ditetapkan Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan Sesuai keputusan

Bupati Deli Serdang nomor: 264 tahun 2002 tanggal 15 April 2002.

Saat ini rumah sakit umum Daerah Deli Serdang adalah satu-satunya

Rumah sakit umum milik pemerintah kabupaten deli serdang, merupakan pusat

rujukkan pelayanan dengan status kelas B non pendidikkan berdasrkan keputusan

materi kesehatan repubik indonesia nomor 405/MENKES/SK/IV/2008, tahun

29
30

2016 RSUD Deli Serdang telah menerima sertifikat Akreditasi rumah nomor:

KARS-Sert/361/XII/2016 sejak Desember 2016 dari komisi akreditasi rumah

sakit, sertifikkat akreditasi rumah sakit diberikan sebagai pengakuan bahwa

RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam telah memenuhi standar pelayanan Rumah

Sakit.

4.1.2. Sarana dan Prasarana

1. Sarana

a. instalasi radiologi

b. instalasi patologi klinik dan patologi anatomi (laboratorium)

c. instalasi farmasi

d. instalasi gizi

e. unit transfusi darah (UTD-RS)

F.unit Enodosecopy

g. unit haemodialisis

h. unit treadmill

i. instalasi diangnosa terpadu (IDT)

2. Prasarana

a. instalasi pengolah limbah medis

b. pengelolah limbah medis padat (incerator)

c. pengolahan limbah medis cair (IPAL)

d. instalasi gas medis

e. daya listrik PLN 550 KVA dan generator set sebanyak 1 unit dengan daya

630 KVA
31

f. instalasi pemeliharahaan sarana dan prasarana rumah sakit (IPSRS)

g. instalasi air bersih PDAM

4.1.3. Visi, Misi dan Motto RSUD Deli Serdang

1. Visi :

Menjadi Rumah Sakit unggulan dan berdaya saing dengan fasilitas berstandar

nasional tahun 2019.

2. Misi :

1. Meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan prasarana rumah sakit

sesuai kebutuhan pelayanan serta penataan prasarana yang memenuhi

standar secara fisik maupun fungsi.

2. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui pendidikan dan

pelatihan sehingga diperoleh sumber daya manusia yang baik skill,

knowledge maupun attitude, agar mampu menjawab tantangan

profesionalisme pelayanan.

3. Mengembangkan pelayanan unggulan (central excellent) untuk

meningkatkan daya saing serta senantiasa membangun dan meningkatkan

kemitraan strategis dengan stakeholders dan mitra kerja secara

berkesinambungan dibidang pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatihan dan

penelitian.

Sebagai wujud dari pelaksanaan visi dan misi RSUD Deli Serdang,

manajemen rumah sakit menampilkan sebagai semboyan maupun pembacaan

ikrar oleh personil dengan tujuan menggugah para pelaksanaan pelayanan untuk

bersama-sama memberi yang terbaik pada masyarakat.


32

4. Motto

C : epat

E : fisien

R : amah

M : emuaskan

A : man

T : erjangkau
4.1.4. Struktur Organisasi RSUD Deli Serdang

DIREKTUR

Komite SPI
Keperawatan
Wakil Wakil Direktur
Komite direkturAdministrasi Pelayanan Medis
Medis umum

Bagian Tata Bagian Bagian Bidang Bidang Bidang


Usaha Perencanaan Keuangan Pelayan Penunjang Pelayanan
Pengembangan Medis Medis Kesehatan
TATA

Sub. Bag
uSAHA Sub.Bag Data
Sub.Bag dan Seksi Seksi
Umum Seksi
Data,Rekam Penyusunan Perencanaan Perencanaan Perencanaan
Medis Anggaran Pelayanan Penunjang
Keperawatan
Sub.Bag danPelaporan Medis Medis
Kepegawaian Sub.Bag
dan Diklat Sub.Bag Mobilisasi Seksi Seksi Seksi
Penyusunan Dana Intern Pengendalian Pengendalian Pengendalian
Program Pelayanan Penunjang Keperawatan
Sub.Bag Sub.Bag
Sub.Bag Medis Medis
Perlengkapan Perbendaharaan
Evaluasi dan
Verifikasi dan
monitoring
Akuntasi
SMF

33
Instalasi Instalasi KJF
KJF
34

4.1.5. Denah Lokasi Penelitian

4.2. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan partus lama dengan

asfiksia neonatorum dengan besar sampel 46 jiwa, maka dapat disajikan dalam

tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

4.2.1. Analisis Univariat

Tabel 4.1.
Distribusi frekuensi dengan Asfiksia berdasarkan Partus Lama di RSUD Deli
Serdang Medan pada periode2014-2016.
Jumlah
No. Partus lama
F %
1 ≤ 24 primipara 33 71,7
2 ≥18Multipara 13 28,3
Jumlah 46 100

Dari tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 46 jiwa ibu yang bersalin di

RSUD Deli Serdang dari periode 2014-2016 ibu yang bersalin mengalami partus
35

lama≤24 jam primipara sebanyak 33 jiwa (71,7%), dan ≥18 jam

Multiparasebanyak 13 jiwa (28,3%).

Tabel 4.2.
Distribusi frekuensi dengan Asfiksia di RSUD Deli Serdang periode2014-2016
Jumlah
No. Asfiksia
f %
1 Asfiksia berat 13 28,3%
2 Asfiksia ringan 33 71,7%
Jumlah 46 100

Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa dari 46 jiwa ibu yang bersalin di

RSUD Deli Serdang ibu yang partus lama mengalami asfiksia berat sebanyak 13

jiwa (28,3%) danasfiksia ringan sebanyak 33 jiwa (71,7%).

4.2.2. Analisis Bivariat

Tabel 4.4.
Tabulasi Silang Antara Hubungan Partus Lama dengan Asfiksia Neonatorum di
RSUD Deli Serdang periode 2014-2016.

Asfiksia berat Asfiksia ringan Jumlah


No Partus lama p
f % f % f %
1 ≤24 jam 13 28,3 20 43,5 33 71,8
0,008
2 ≥18Multipara 0 0 13 28,3 13 28,3
Total 13 28,3 33 71,8 46 100

Dari tabel 4.4. dapat diketahui bahwa dari 46 ibu yang bersalin di RSUD

Deli serdang periode 2014-2016 ibu bersalin yang mengalami asfiksia

beratsebanyak 13 jiwa (28,3%) dan yang mengalami asfiksia ringan sebanyak 33

jiwa (71,7%). ibu bersalin yang mengalami partus lama≤24 jam

primiparasebanyak 33 jiwa (71,7%) dan partus lama ≥18 jam Multiparasebanyak

13 jiwa (28,3%).
36

4.3. Pembahasan

4.3.1. Hubungan Partus lama dengan Asfiksia Neonatorum di RSUD Deli


Serdang periode 2014-2015.

Berdasrkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa dari 46 ibu hamil yang

bersalin di RSUD Deli Serdang periode 2014-2016 ibu bersalin yang mengalami

asfiksia berat sebanyak 13 jiwa (28.3%) dan asfiksia ringan sebanyak 33 jiwa

(71,7%). ibu bersalin yang mengalami partus lama ≤24 jam primipara sebanyak

33 jiwa (71,7%), partus lama ≤18 jam multipara sebanyak 13 jiwa (28,3%).

Hasil chi-square pada tingkat kepercayaan 95% α = 0,05 dan nilai p-value

0,008 yang berarti lebih besar dari x-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara partus lama dengan asfiksia

neonatorum di RSUD Deli Serdang periode 2014-2016.

Hasil penelitian yang dilakukan Novia Fajarwati, Pudji Andayani, Lena

Rosida, di RSUD Uli Banjarmasin pada tahun 2015. Angka kejadian persalinan

lama meningkat dari tahun sebelumnya yakni pada tahun 2013 dari jumlah

persalinan seluruhnya sebanyak 247 kasus, dikemukakan bahwa 36% dari

kematian neonatus disebabkan oleh infeksi 23% kasus disebabkan oleh asfiksia

7%, disebabkan oleh kelainan bawaan 27%, persalinan lama yang mengalami

asfiksia pada bayi baru lahir 20%, dan bayi kurang bulan dan berat badan lahir

rendah sebanyak 7% kasus. (7)

Menurut hasil penelitian Andi Sitti Rahma,Mahdina Armah (2013), telah

melakukan penelitian dengan judul hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia

neonatorum.partus lama adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu

lambatnya kemajuan persalinan.partus lama dapat menimbulkan komplikasi pada


37

ibu hamil yang bersalin, ibu yang bersalin yang mengalami partus lama cenderung

mengalami bayi yang tidak dapat bernafas secara spontan(asfiksia neonatorum).

hal tersebut dapat menyulitkan proses persalinan yang dapat menyebabkan

kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus), dan kegagalan nafas secara

spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat lahir (asfiksia neonatorum).

bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ditanganin maka akan mengakibatkan

kematia janin. (5)

Menurut asumsi penulis, dari hasil penelitian yang didapat, asfiksia terjadi

pada ibu yang bersalin karena partus lama. Salah satu faktor terjadinya asfiksia

karena lamanya dijalan lahir sehinga menggakibatkan gagal nafas atau asfiksia,

dandapat dikarenakan oleh his sehingga persalinan tidak lancar dan

menggakibatkan gagal nafas pada bayi baru lahir karena terlalu lamanya dijalan

lahir. Hal serupa juga didapat bahwa asfiksia neonatorum disebabkan oleh

hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor

yang timbul dalam kehamilan, sehingga ketika persalinan yang berlangsung lama

akan mengakibatkan bayi asfiksia atau sering disebut gagal nafas.


BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan partus lama

dengan asfiksia neonatorum di RSUD Deli Serdang periode 2014-2016, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kelompok partus lama, dapat dilihat bahwa ibu yang bersalin mengalami partus

lama ≥24 jam primipara sebanyak 33 jiwa (71,7%), dan partus lama ≤18 jam

multipara sebanyak 13 jiwa (28,3%)

2. Menurut katogori asfiksia, ibu bersalin yang partus lama mengalami asfiksia

beratsebanyak 13 jiwa (28,3%) dan asfiksia ringan sebanyak 33 jiwa (71,7%).

3. Penelitian ini penulis menemukan ada hubungan yang bermakna antara partus

lama dengan asfiksia di RSUD Deli Serdang periode 2014-2016 diketahui

melalui uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan nilai α = 0,05 didapat

hasil dengan nilai p sebesar 0,008 dimana p=<0,05 sehingga hasil yang

diperoleh adalah ada hubungan partus lama dengan asfiksia neonatorum.

5.2. Saran

1. Bagi ibu bersalin

Anjuran bagi ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan kehamilan,

sehingga dapat dideteksi secara dini komplikasi-komplikasi yang mungkin

terjadi selama kehamilan.

38
39

2. Bagi Tempat Penelitian

Untuk menambah informasi dan pengetahuan kejadian asfiksia neotatorum

lebih meningkat pendidikan partus lama .

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam bidang kesehatan bagi analisis untuk dijadikan

pedoman bagi rekan-rekan dan menambah sumber keilmuan tengtang asfiksia

neonatorum sehingga dapat bermanfaat bagi institut helvetia

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti

selanjutnya sebagai pedoman untuk lebih baik lagi didalam melakukan

penelitian tentang asfiksia pada bayi baru lahir.


DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarti Af. Asuhan Neonatus,Resiko tinggi dan Kegawatan Yogyakarta; 2013.


2. ismail s&t. teknik operasi obstetri dan keluarga berencana Jakarta: CV.trans
media; 2014.
3. Andi Sitti Rahma MA. Analisis Resiko Kejadian Asfiksia Pada Bayi. Jurnal
Kesehatan. 2013 Februari; VII.
4. juniarti i. Dinkes. jurnal kesehatan. 2011; III.
5. Andi Sitti Rahma MA. Jurnal Keshatan. Analisis Faktor Resiko Kejadian
Asfiksia pada bayi baru lahir. 2013; VII.
6. mulastin. jurnal kesehatan dan budaya. jenis persalinan dengan asfiksia. 2013.
7. Novia Fajarwati PALR. Jurnal Kesehatan. Hubungan Berat Badan Lahir
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. 2014 februari; VIII(1).
8. Maryunani A. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra-Sekolah Jakarta:
In Media; 2014.
9. Saputra DL. Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Balita Artathi Eka Suryandari M,
editor. Yogyakarta: Binarupa Aksara; 2014.
10. Anik Maryunani EPS. Asuhan Kegawat daruratan Maternal Dan Neonatus
Ismail T, editor. Jakarta Timur; 2015.
11. Dr. Amru Sofian SOM. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Indra dL, editor. Jakarta;
2013.
12. Vidia Atika Manggiasih SSPMKPJN. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
,Bayi,Balita Dan Anak pra-Sekolah Ismail T, editor. Jakarta: CV.Trans Info
Media; 2016.
13. Yanti SST M. Asuhan Kebidanan Persalinan Endroko T, editor. Yogyakarta:
Pustaka Rihama; 2013.
14. prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba S. Buku ajar pengantar kuliah Teknik
operasi obstetri dan Keluarga Berencana ismail ST, editor. Jakarta: CV.Trans
info Media; 2012.
15. Sukarni I. Patologi, Kehamilan Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi
budi J, editor. Yogyakarta: Medikal Book; 2014.
16. Indrayani S SMEUDSSMK. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Taufik
Ismail ed. Edwin Armawan DO, editor. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2013.
17. dr.I.A. Chandranita Manuaba SOdIBGFMSO,IBGMSO. Gawat Darurat
Obstetrik-Ginekologi & Obstetrik Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan.
Daniel letare purba, AMd.Pb ed. Ester M, editor. Jakarta: Kedokteran EGC;
2013.
18. Padila. Asuhan Keperawatan Maternitas II Yogyakarta; 2015.
19. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Jakarta; 2012.
20. Yulia Fauziyah SKMS. Obstetri Patologi Yogyakarta; 2012.

40
21. Padila. Asuhan Keperawatan Yogyakarta; 2015.
22. Iman Muhammad SSKM,M. Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan dr. Hj.
Raziah Begum Suroyo M.Sc. MMHS,SMMRSSM, editor. Bandung:
Citapustka Media Perintis; 2015.
23. R.forte HODW. Ilmu kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan ph.D
DMH, editor. Yogyakarta; 2012.

Anda mungkin juga menyukai