PENDAHULUAN
Sehat merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial. Begitu
pula dengan kehamilan yang dialami oleh seorang ibu, ialah suatu hal yang sangat
spesial bagi seorang perempuan yang baru pertama kali hamil. tetapi adapun
berbagai hambatan yang sering terjadi dan membuat hati seorang ibu khawatir
yaitu dalam menghadapi suatu persalinan dimana ada yang mengalami persalinan
lama yang bisa mengakibatkan anak gagal nafas atau asfiksia karna lamanya
persalinan.
dalam kehidupan yang lebih lanjut,dalam asfiksia ini harus kita perhatikan denyut
jantung janin dengan frenkuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyut
diharapkan tidak terjadi cacat yang mempengaruhi kehidupan dimasa yang akan
intrauterin, oleh karenanya keadaan asfiksia (=fetal distress atau gawat janin)
1
2
Angka kematian ibu sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup,sedangkan Angka
3%).(3)
2012,pada penelitian memperlihatkan bahwa dari 104 bayi baru lahir menderita
(>18 jam untuk multipara dan >24 jam untuk primipara ) merupakan penyebab
asfiksia, dan 43 kasus (41,35%) merupakan resiko rendah (< 18 jam untuk
Angka ini telah turun,penurunan ini masih jauh dari target MDGs tahun 2015
dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan AKABA
(AKB) tahun 2014 hanya 4,4/1.000 kelahiran hidup, berikut ini angka kematian di
diSumatra Utara mengalami penurunan yang cukup snifikan dari 2 (dua) kali
sensus terakhir yaitu 4/1.000 KH, turun menjadi 25,7 atau dibulatkan menjadi
26/1.000 KH pada hasil sensus penduduk 210. diperkirakan AKB Sumatra Utara
3
tahun 2012 sebesar 226/1.000 KH,tahun 2013 sebesar 21,59/1.000 KH dan tahun
sebanyak 256 per 1000.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34 per 1000
sedikit diatas angka nasional angka kematian ibu mencapai 226 per 100000
kelahiran hidup, angka kejadian partus lama 36 per 1000. Penyebab kematian ibu
90% disebabkan oleh perdarahan, toksemia grafidarum, infeksi, partus lama dan
komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar
komplikasi persalianan lain. Seperti yang diuraiakan diatas salah satu dari
penyebab kematian ibu adalah partus lama atau partus konsep dan serimg disebut
dengan partus sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalianan
Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Deli Serdang
dari data rekam medik pada tahun 2014 jumlah ibubersalin 324 ibu dengan jumlah
yang mengalami partus lama dengan asfiksia sebanyak 6,17%. Sedangkan pada
tahun 2015 jumlah bersalin 426 ibujumlahyang mengalami partus lama dengan
kejadian asfiksia terdapat 13,38%. sedangkan ditahun 2016 jumlah ibu bersalin
432 ibu yang mengalami partus lama dengan kejadian asfiksia sebanyak
18,28%.Dilihat dari data rekam medik terjadi peningkatan kasus partus lama
Berdasarkan dari data diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tengtang
yang menjadi permasalahan nya adalah “ apakah ada hubungan partus lama
2014-2016.
selama kehamilan.
selanjutnya sebagai pedoman untuk lebih baik lagi didalam melakukan penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
melakukan penelitian dengan judul hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia
neonatorum.partus lama adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu
ibu hamil yang bersalin, ibu yang bersalin yang mengalami partus lama cenderung
kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus), dan kegagalan nafas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat lahir (asfiksia
neonatorum).bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ditanganin maka akan
kumalasiwi pencangaan jepara, bahwa jumlah 336 ibu bersalin yang mengalami
partus lama dan persalinan normal yang melahirkan bayi asfiksia neonatorium ,
penelitian ini menunjukkan rata-rata ibu bersalin mengalami partus lama sebanyak
78%, dan yang mengalami asfiksia sebanyak 40%, hal ini menunjukkan persalinan
waktu 1 tahun.(6)
6
7
Rosida, di RSUD Uli Banjarmasin pada tahun 2015. Angka kejadian persalinan
lama meningkat dari tahun sebelumnya yakni pada tahun 2013 dari jumlah
kematian neonatus disebabkan oleh infeksi 23% kasus disebabkan oleh asfiksia
7%, disebabkan oleh kelainan bawaan 27%, persalinan lama yang mengalami
asfiksia pada bayi baru lahir 20%, dan bayi kurang bulan dan berat badan lahir
2.2.1. Defenisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas secara
e) Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) (kurang dari 100 kali
per menit).
2.2.2. Etiologi
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
5. Anemia berat.
6. Cacat bawaan.
7. Trauma.
1. Kekurangan O2:
d) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul
e) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktu
9
3. Patogenesis
dan menghilang.
Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih
cepat dari 160 kali per menit atau kurang dari 100 kali per menit, harus ada
tanda janin dalam asfiksia. Jika Djj normal dan ada mekonium : janin
mulai asfiksia . jika Djj lebih dari 160 kali per menit dan ada mekonium;
janin sedang asfiksia . jika Djj kurang dari 100 kali per menit dan ada
Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis , bila janin lahir alveolis tidak
berkembang.(11)
10
2.2.3. Diagnosis
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
1. Denyut jantung janin: frenkuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan
semenit. Apa bila frenkuensi denyutan turun sampai di bawah 100 permenit
diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
terbuka. Adanya mekonium dalam air ketuban pada prensentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilkukan
dengan mudah.
bila PH itu turun sampai dibawah 7,2 hal daianggap sebagai tanda bahaya.
2.2.4. Klasifikasi
1. Virgous baby :skor APGAR 7-10 ,bayi sehat kadang tidak memerlukan
tindakan istimewa.
Tabel 2.1
Penilaian menurut Apgar
Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada <100/menit >100/menit
Jantung Tidak ada Pelan,ireguler Baik,menangis
Tonus otot Lemah Ada refleksi Gerak aktif
Pernafasan Tidak Menyeringai Batuk,bersin
Refleks Respon Tubuh merah Menangis
Warna kulit Biru/pucat Ektremitas biru Seluruh merah
Nilai APGAR bukan hanya dipakai untuk menentukan kapan kita memulai
tindakan tetapi lebih banyak kaitannya dalam memantau kondisi bayi dari waktu
(asfiksia/tidak). (13)
yaitu;(14)
1. Langkah awal
d. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu
gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan
rangsangan taktil.
e. Letakakan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai : usaha
disinfeksi tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap yang baru dan
Jika bayi baru lahir tidak tidak mulai bernafas memadai (setelah tubuhnya
Pastikan posisi bayi diletakkan dalam posisi yang benar dan jalan nafasnya
telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati
sebagai berikut;
b. Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali).
berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses
tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan bernafas, segera mulai
tekanan positif, membuka alveoli untuk bernafas secara spontan dan teratur.
a. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi biru atau
pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan langkah
b. Sebelum periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan
memeriksa bayi.
d. Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat , kecuali muka dan dada
e. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah
g. Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan
ventilasi.
k. Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara
edekuat.
l. Bila dinding dada naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi, atau terjadi
Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama (beberapa
menit) dan bila perut bayi kelihatan membucit, maka harus dilakukan
pemasangan pipa lambung dan pertahankan selama ventilasi karena udara dari
menyebabkan :(15)
tertekan.
hanya beberapa menit tidak bernafas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan
1. Persiapan keluarga
rata,keras, bersih dan kering, meja, didepan atau diatas lantai beralas tikar.
Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat
tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu terbuka). Biasanya digunakakan
lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan siap kan juga alat-
b. Bahan ganjal bahu bayi. Ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk
kepala bayi.
a. Pada situasi gawat janin bidan harus mengetahui bahwa harus segera dilakukan
b. Dirumah sakit besar dengan peralatan yang baik sudah dapat dilakukan
pemantauan secara terus menerus sehingga secara dini kejadian gawat janin
intrauterin dapat berlanjut sampai persalinan dan bayi tidak segera dapat
menangis.bila dalam waktu satu menit sejak kelahirannya bayi tidak menangis
c. Dokter apgar dari inggris adalah seorang dokter anak yang menemukan cara
melakukan evaluasi bayi baru lahir dengan mengukur lima poin penting yang
g. Bokong ditinggikkan.
h. Meningkatkan oksigen.
pavaverine.
Gawat janin:(17)
a. Bradikardi.
c. Takikardia persisten.
Deselarasi lambat:
janin.
Tindakan definitif:
Partus lama adalah suatu keadaan dari persalinan yang berlangsung lama
Partus lama merupakan persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk
2.3.1. Etiologi
ialah apabila bagian bawah janin atau pada disproposi sefalopelvik. Perengangan
rahim yang berlebihan pada kehamialan ganda atau pun hidramnion juga dapat
merupakan penyebab inersia uteri yang murni. Misalnya uterus bikornis unikolis,
dapat pula mengakibatkan kelainan his.akan tetapi , pada sebagian besar kasus
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apa pun, keadaan ibu yang
a. Tekanan darah diukur tiap empat jam, bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan
b. Denyut janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering di kala
II.
d. Hendaknya ibu jangan diberi makan biasa melainkan dalam bentuk cairan.
e. Diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara intra vena
g. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, teapi harus selalu disadari bahwa setiap
i. Apakah ada inersia uteri atau incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada
j. Untuk menetapkan hal yang terakhir ini jika perlu dilakukan pelvimetri
l. Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah
n. Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan
apakah perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan
dari kelaianan jalan lahir yaitu; akibat panggul sempit ialah ketidaksesuaian
anatara kepala janin dengan panggul sehingga kepala janin tidak dapat memasuki
panggul.
Pintu atas panggul dianggap sempit, jika konjungata vera <10 cm atau jika
diameternya transversal <12 cm. Oleh karena itu sudah jelas bahwa konjungata
bertambah lagi jika kedua ukuran pintu atas panggul yaitu dameter antero posterior
21
b) Menimbulkan sesak nafas akibat fundus lebih tinggi dari pada biasa karena
a) Persalianan lebih lama dari biasa akibat dari gangguan pembukaan dan
ketuban pecah, kepala tidak dapat menekan seviks karena tertahan pada
c) Dapat terjadi ruptur uteri jika his menjadi terlalu kuat dalam usaha
d) Jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit, dapat
terjadi infeksi intrapartum, infeksi ini tidak saja membahayakan ibu, tetapi
e) Terjadinya fitsel, yaitu tekanan yang lama pada jaringan yang dapat
g) Paresis kaki dapat timbul karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf
paroneus.
a) Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama, misalnya yang lebih
lama dari 24 jam atau kala II yang lebih dari 1 jam apalagi jika ketuban
diameter bipariental berkurang lebih dari ½ jam. Selain itu mungkin pada
2.3.4. Diagnosis
a. Dehidrasi, panas
b. Meteorismus, shock
c. Anemia,oliguri
23
2. Palpasi
a. His lemah
3. Auskultasi
4. Pemeriksaan dalam
a. Keluar air ketuban yang keruh dan berbau barcampur dengan mekonium.
terjadiruptur uteri.
2.4. Hipotesis
METODE PENELITIAN
RSUD DELI SERDANG Medan 2017 dengan pendekatan cross sectional dengan
mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek dengan cara observasi
alasan karena RSUD Deli Serdang, Lubuk Pakam merupakan Rumah Sakit
yang lebih memadai. Memiliki rekam medik yang cukup lengkap dan data-data
yang ada mampu untuk mewakili kasus hubungan partus lama dengan kejadian
asfiksia neonatorum yang akan penulis teliti. Biaya dan waktu penelitian terbatas.
24
25
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin dan melahirkan,
yang mengalami partus lama pada periode 2014-2016 di RSUD deli serdang yaitu
sebanyak 46 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu total populasi dimana
seluruh ibu bersalin yang mengalami partus lama dengan kejadian asfiksia dalam
persalinan dari tahun 2014 dan tahun 2015 sampai tahun 2016 di RSUD Deli
TABEL 3.1.
Defenisi Operasional
Variabel Devenisi
Alat ukur Kategori Skor Skala
Independent Operasional
Partus lama partus lama adalah Data rekam a. ≤24Primipara 1 Ordinal
persalinan yang medik RSUD
sulit, dan ditandai Deli serdang
oleh terlalu periode b. ≥18Multipara 2
lambatnya 2014-2016
kemajuan tahun 2017
persalinan
Variabel Defenisi
Alat ukur Kategori Skor Skala
Dependent operasional
Asfiksia Keadaan dimana Data rekam a. Asfiksia 1 Ordinal
Neonatorum bayi tidak dapat medik RSUD berat nilai
segera bernafas Deli serdang apgar 0-3
secara spontan periode b. Asfiksia 2
dan teratur setelah 2014-2016 ringan nilai
lahir. tahun 2017 apgar 7-9
Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari Rekam Medik (Medical Record), meliputi nomor rekam
medik, nama pasien, dan diagnosa, proses pengumpulan data ini dilaksanakan
dalam suatu tempat dan dalam waktu yang bersamaan dibawah pengawasan
langsung oleh peneliti dan dibantu oleh staf pegawai di RSUD Deli Serdang tahun
2017.
27
1. Proses Collecting
2. Proses Editing
3. Proses coding
4. Proses Tabulating
1. Analisis Univariat
tiap variabel dari hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi
frenkuensi.
28
2. Analisis bivariat
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Deli Serdang merupakan Rumah Sakit Kelas B yang
terletak di Kota Lubuk Pakam, Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dengan luas
areal ± 3,2 Ha, luas lantai bangunan ± 15.898 M² dan Kapasitas tempat tidur 215
tempat tidur, dari ibu kota Provinsi Sumatera Utara (Medan) hanya berjarak ± 29
2.193.070 jiwa, Pada tahun 1958 Rumah Sakit Umum Deli Serdang merupakan
Rumah sakit pembantu dan pada tahun 1979 ditetapkan sebagai Rumah Sakit
kelas D berdasarkan Kep.Menkes RI Nomor: 51/ Menkes/ SK/ II/ 1979. Tahun
berdasarkan kep.Menkes RI Nomor: 303/ Menkes/ SK/ IV/ 1987 tanggal 30 April
1987 (UPT Dinas Kesehatan Kabupaten). Di tahun 2002 Rumah Sakit Umum Deli
Bupati Deli Serdang nomor: 264 tahun 2002 tanggal 15 April 2002.
Saat ini rumah sakit umum Daerah Deli Serdang adalah satu-satunya
Rumah sakit umum milik pemerintah kabupaten deli serdang, merupakan pusat
29
30
2016 RSUD Deli Serdang telah menerima sertifikat Akreditasi rumah nomor:
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam telah memenuhi standar pelayanan Rumah
Sakit.
1. Sarana
a. instalasi radiologi
c. instalasi farmasi
d. instalasi gizi
F.unit Enodosecopy
g. unit haemodialisis
h. unit treadmill
2. Prasarana
e. daya listrik PLN 550 KVA dan generator set sebanyak 1 unit dengan daya
630 KVA
31
1. Visi :
Menjadi Rumah Sakit unggulan dan berdaya saing dengan fasilitas berstandar
2. Misi :
profesionalisme pelayanan.
penelitian.
Sebagai wujud dari pelaksanaan visi dan misi RSUD Deli Serdang,
ikrar oleh personil dengan tujuan menggugah para pelaksanaan pelayanan untuk
4. Motto
C : epat
E : fisien
R : amah
M : emuaskan
A : man
T : erjangkau
4.1.4. Struktur Organisasi RSUD Deli Serdang
DIREKTUR
Komite SPI
Keperawatan
Wakil Wakil Direktur
Komite direkturAdministrasi Pelayanan Medis
Medis umum
Sub. Bag
uSAHA Sub.Bag Data
Sub.Bag dan Seksi Seksi
Umum Seksi
Data,Rekam Penyusunan Perencanaan Perencanaan Perencanaan
Medis Anggaran Pelayanan Penunjang
Keperawatan
Sub.Bag danPelaporan Medis Medis
Kepegawaian Sub.Bag
dan Diklat Sub.Bag Mobilisasi Seksi Seksi Seksi
Penyusunan Dana Intern Pengendalian Pengendalian Pengendalian
Program Pelayanan Penunjang Keperawatan
Sub.Bag Sub.Bag
Sub.Bag Medis Medis
Perlengkapan Perbendaharaan
Evaluasi dan
Verifikasi dan
monitoring
Akuntasi
SMF
33
Instalasi Instalasi KJF
KJF
34
asfiksia neonatorum dengan besar sampel 46 jiwa, maka dapat disajikan dalam
Tabel 4.1.
Distribusi frekuensi dengan Asfiksia berdasarkan Partus Lama di RSUD Deli
Serdang Medan pada periode2014-2016.
Jumlah
No. Partus lama
F %
1 ≤ 24 primipara 33 71,7
2 ≥18Multipara 13 28,3
Jumlah 46 100
Dari tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 46 jiwa ibu yang bersalin di
RSUD Deli Serdang dari periode 2014-2016 ibu yang bersalin mengalami partus
35
Tabel 4.2.
Distribusi frekuensi dengan Asfiksia di RSUD Deli Serdang periode2014-2016
Jumlah
No. Asfiksia
f %
1 Asfiksia berat 13 28,3%
2 Asfiksia ringan 33 71,7%
Jumlah 46 100
Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa dari 46 jiwa ibu yang bersalin di
RSUD Deli Serdang ibu yang partus lama mengalami asfiksia berat sebanyak 13
Tabel 4.4.
Tabulasi Silang Antara Hubungan Partus Lama dengan Asfiksia Neonatorum di
RSUD Deli Serdang periode 2014-2016.
Dari tabel 4.4. dapat diketahui bahwa dari 46 ibu yang bersalin di RSUD
13 jiwa (28,3%).
36
4.3. Pembahasan
Berdasrkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa dari 46 ibu hamil yang
bersalin di RSUD Deli Serdang periode 2014-2016 ibu bersalin yang mengalami
asfiksia berat sebanyak 13 jiwa (28.3%) dan asfiksia ringan sebanyak 33 jiwa
(71,7%). ibu bersalin yang mengalami partus lama ≤24 jam primipara sebanyak
33 jiwa (71,7%), partus lama ≤18 jam multipara sebanyak 13 jiwa (28,3%).
Hasil chi-square pada tingkat kepercayaan 95% α = 0,05 dan nilai p-value
0,008 yang berarti lebih besar dari x-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara partus lama dengan asfiksia
Rosida, di RSUD Uli Banjarmasin pada tahun 2015. Angka kejadian persalinan
lama meningkat dari tahun sebelumnya yakni pada tahun 2013 dari jumlah
kematian neonatus disebabkan oleh infeksi 23% kasus disebabkan oleh asfiksia
7%, disebabkan oleh kelainan bawaan 27%, persalinan lama yang mengalami
asfiksia pada bayi baru lahir 20%, dan bayi kurang bulan dan berat badan lahir
melakukan penelitian dengan judul hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia
neonatorum.partus lama adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu
ibu hamil yang bersalin, ibu yang bersalin yang mengalami partus lama cenderung
kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus), dan kegagalan nafas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat lahir (asfiksia neonatorum).
bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ditanganin maka akan mengakibatkan
Menurut asumsi penulis, dari hasil penelitian yang didapat, asfiksia terjadi
pada ibu yang bersalin karena partus lama. Salah satu faktor terjadinya asfiksia
karena lamanya dijalan lahir sehinga menggakibatkan gagal nafas atau asfiksia,
menggakibatkan gagal nafas pada bayi baru lahir karena terlalu lamanya dijalan
lahir. Hal serupa juga didapat bahwa asfiksia neonatorum disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, sehingga ketika persalinan yang berlangsung lama
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Kelompok partus lama, dapat dilihat bahwa ibu yang bersalin mengalami partus
lama ≥24 jam primipara sebanyak 33 jiwa (71,7%), dan partus lama ≤18 jam
2. Menurut katogori asfiksia, ibu bersalin yang partus lama mengalami asfiksia
3. Penelitian ini penulis menemukan ada hubungan yang bermakna antara partus
melalui uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan nilai α = 0,05 didapat
hasil dengan nilai p sebesar 0,008 dimana p=<0,05 sehingga hasil yang
5.2. Saran
38
39
Sebagai bahan masukan dalam bidang kesehatan bagi analisis untuk dijadikan
40
21. Padila. Asuhan Keperawatan Yogyakarta; 2015.
22. Iman Muhammad SSKM,M. Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan dr. Hj.
Raziah Begum Suroyo M.Sc. MMHS,SMMRSSM, editor. Bandung:
Citapustka Media Perintis; 2015.
23. R.forte HODW. Ilmu kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan ph.D
DMH, editor. Yogyakarta; 2012.