Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATA KULIAH

“Accountant and Professional Responsibility”

Disusun oleh Kelompok V

DEWI JUNITA 1810247041

KHUSNUL HAYATI OSNAWANTO 1810247038

MALAHAYATI

PUTRI INKA HAFIIZHAH 1810246947

SESI HIDAYATI

VIVI RIZKIANA A. 1810246951

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2019
Profesional and Legal Liability
Profesionalisme merupakan tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan
masyarakat.
Kemampuan profesional yang harus dimiliki seorang auditor internal:
1. Pelayanan kepada publik
2. Pekatihan khusus berjangka panjang
3. Menaati kode etik
4. Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan
5. Publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik
6. Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat
7. Lisensi oleh Negara atau sertifikasi oleh dewan
Prinsip Etika Akuntan
Etika sudah menjadi kebutuhan setiap orang dalam menjalankan aktivitas
mereka.Etika merupakan serangkaian prinsip atau nilai moral yang dimiliki oleh setiap
orang. Kegiatan material dan immaterial pasti mempunyai etika tersendiri, termasuk
etika dalam menjalankan profesi.Salah satu profesi yang mempunyai etika adalah
akuntan publik.
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan
butir.Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki
oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut adalah, sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja
sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur
dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.
b. Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian rupa demi
melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme.
c. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus melaksanakan
semua tanggung jawab profesinal dengan integritas tertinggi
d. Objektivitas
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka , serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain. Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.
Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi dalam
fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Seorang anggota profesi harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis
profesi terdorong untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan
kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai tingkat tertinggi
kemampuan anggota yang bersangkutan.
f. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaanin formasi yang
diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh
mengungapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan
spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk
mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antara anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
g. Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan
yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Standar Teknis
Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Pemahaman Hukum dan Kewajiban auditor
Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama tuntutan
hukum terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman pemakai laporan
keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit, dan antara
kegagalan audit serta risiko audit.
Defenisi mengenai kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit:
a. Kegagalan bisnis
Adalah kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar kembali
utangnya atau tidak mampu memenuhi harapan para investornya, karena kondisi
ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau
persaingan yang tak terduga dalam industri itu.
b. Kegagalan audit
Adalah kegagalan yang terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat audit yang salah
karena gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar auditing yang
berlaku umum.
c. Risiko Audit
Adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan
dengan wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam kenyataannya laporan tersebut
disajikan salah secara material.
Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi standar
profesinya, maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga dibarengi oleh
audit failure.Dalam hal yang terakhir ini, akuntan publik harus bertanggung
jawab.Sementara, dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik tidak luput dari
kesalahan. Kegagalan audit yang dilakukan dapat dikelompokkam menjadi ordinary
negligence, gross negligence, dan fraud.
Ordinary negligence merupakan kesalah yang dilakukan akuntan publik, ketika
menjalankan tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan
kata lain setelah mematuhi standar yang berlaku ada kalanya auditor menghadapi situasi
yang belum diatur standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan “common sense”
dan mengambil keputusan yang sama seperti seorang (typical) akuntan publik bertindak.
Sedangkan gross negligence merupakan kegagalan akuntan publik mematuhi standar
profesional dan standar etika. Standar ini minimal yang harus dipenuhi.Bila akuntan
publik gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan pikiran sehat dalam
situasi tertentu (ordinary negligence), yang dilakukan dengan sengaja demi motif
tertentu maka akuntan publik dianggap telah melakukan fraud yang mengakibatkan
akuntan publik dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana.
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal
mengungkapkan kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis pendapat
yang salah, maka kantor akuntan publik yang bersangkutan harus diminta
mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor gagal menggunakan keahliannya dalam
pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit, dan kantor akuntan publik tersebut
atau perusahaan asuransinya harus membayar kepada mereka yang menderita kerugian
akibat kelalaian auditor tersebut.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit. Sebagai
contoh, jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar hutangnya, maka
umumnya pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa telah terjadi kegagalan
audit, khususnya bila laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa laporan itu
dinyatakan secara wajar. Lebih buruk jika terdapat kegagalan bisnis dan laporan
keuangan yang kemudian diterbitkan salah saji, para pemakai akan mengklaim auditor
telah lalai sekalipun telah melaksanakannya sesuai dengan standar auditing yang berlaku
umum.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit,
pajak, konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi
kesalahan yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta
pertanggungjawabannya secara hukum. Beberapa faktor utama yang menimbulkan
kewajiban hukum bagi profesi audit diantaranya adalah (Loebbecke dan Arens):
Konsep Hukum Yang Mempengaruhi Kewajiban
Beberapa konsep hukum yang berkenaan dengan tuntutan hukum terhadap akuntan
publik :
1. Auditor hanya diharapkan untuk melaksanakan audit dengan kemahiran, dan
tidak diharapkan untuk benar 100 persen. Standard kemahiran (due care) sering
disebut konsep orang bijak (prudent person concept).
2. Kewajiban atas tindakan pihak lain
Jika seorang karyawan melaksanakan audit yang tidak memadai, partnernya dapat ikut
bertanggung jawab atas kinerja karyawan tersebut.
1. Tidak adanya komunikasi istimewa
Menurut Common Law, akuntan publik tidak berhak menyembunyikan informasi dari
pengadilan dengan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia.
1. Syarat-syarat hukum yang mempengaruhi kewajiban akuntan publik
 Syarat yang berkaitan dengan kelalaian dan penipuan :
1. Kelalaian biasa
2. Kelalaian besar
3. Penipuan konstruktif
4. Penipuan
 Syarat yang berkaitan dengan hukum kontrak :
1. Pelanggaran kontrak
2. Manfaat pihak ketiga
 Syarat-syarat lain :
1. Common law
2. UU Statuter
3. Kewajiban bersama dan tertentu
4. Kewajiban terpisah dan proporsional
5. Sumber-sumber kewajiban hukum
6. Kewajiban kepada klien
7. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut common law
8. Kewajiban sipil menurut uu sekuritas federal
9. Kewajiban kriminal
Kewajiban Akuntan Terhadap Klien Ataupun Pihak Ketiga.
1. Kewajiban Kepada Klien
Tuntutannya sangat bervariasi, meliputi klaim seperti kegagalan untuk meyelesaikan
penugasan nonaudit pada tanggal yneg telah disepakati, menarik diri dari audit secara
tidak semestinya, kegagalan untuk menemukan penggelapan (pencurian aktiva), dan
melanggar persyaratan kerahasiaan bagi para akuntan publik.Tindakan yang merugikan
dapat didasarkan pada kelalaian biasa, kelalaian besar, atau kecurangan.Masalah utama
dalam kasus yang melibatkan dugaan kelalaian biasanya adalah tingkat kemahiran yang
diperlukan.
 Pembelaan auditor terhadap tuntutan klien
Empat pembelaan bila ada tuntutan hukum oleh klien :
1. Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan
2. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian
3. Kelalaian kontribusi (contributory negligence)
4. Ketiadaan hubungan sebab-akibat
2. Kewajiban Terhadap Pihak Ketiga Menurut Common Law
Pihak ketiga meliputi pemegang saham aktual dan calon pemegang saham, pemasok,
bankir dan kreditor lain, karyawan, serta pelanggan. Sebuah kantor akuntan publik dapat
mempunyai kewajiban terhadap pihak ketiga jika pihak yang mengklaim menderita
kerugian akibat mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan.
Konsep kewajiban :
 Doktrin Ultramares = kelalaian biasa tidak cukup untuk menimbulkan kewajiban
terhadap pihak ketiga karena tidak adanya privity of contract antara pihak ketiga
dengan auditor, kecuali pihak ketiga adalah penerima manfaat utama. Akan
tetapi, bila ada kecurangan atau kelalaian besar di pihak auditor, auditor dapat
bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara lebih umum.
 Foressen Users = yang merupakan anggota dari golongan pemakai terbatas yang
mengandalkan laporan keuangan.
 Credit Alliance
 Restatement Of Tors = yaitu seperangkat prinsip hukum otoritatif.
 Foreseeable Users = interpretasi yang paling luas dari pihak ketiga untuk
memperoleh manfaat.
 Pembelaan auditor terhadap tuntutan pihak ketiga

3 dari 4 pembelaan yang tersedia bagi auditor dalam menghadapi tuntutan oleh klien
juga tersedia untuk tuntutan hukum oleh pihak ketiga :
1. Tidak ada kewajiban untuk melaksanakan jasa,
2. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian,
3. Ketiadaan hubungan sebab-akibat.

Pembelaan yang lebih ampuh dalam menghadapi tuntutan pihak ketiga adalah
pelaksanaan kerja tanpa kelalaian.

REFERENSI :

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley., Auditing dan Jasa Assurance

Anda mungkin juga menyukai