Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah keadaan dimana tubuh tidak dapat menghasilkan
hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak dapat memanfaatkan
secara optimal insulin yang dihasilkan. Dalam hal ini, terjadi lonjakan
kadar gula dalam darah melebih normal (Maghfuri, 2016). Diabetes
Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada DM
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau
pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and
Suddarth,2001). Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik kronik yang
tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan
dengan ketidakadekuatan penggunaan insulin (Barbara Engram, 1999).

Ketidakadekuatan penggunaan insulin yang terjadi dalam penyakit DM


dapat disebabkan oleh beberapa faktor . Seperti virus dan bakteri, bahan
toksik/beracun, dan genetik/faktor keturunan (Maghfuri,2016).

Genetik/faktor keturunan, usia, obesitas adalah penyebab terjadinya DM


tipe II dan reaksi autoimun adalah penyebab terjadinya DM tipe I yang
samasama menyebabkan sel beta pancreas hancur dan terjadinya defisiensi
insulin. Ketika defisiensi insulin terjadi, dapat menimbulkan beberapa
faktor seperti Anabolisme protein menurun berakibat kerusakan pada
antibodi dan kekebalan tubuh pun menurun sehingga resiko terjadinya
infeksi cukup tinggi, katabolisme protein meningkat dapat merangsang
hipotalamus (pusat lapar dan haus) yang menyebabkan penderita
mengalami polidipsi dan polifagi, lipolisis meningkat dapat menyebabkan

1
gliserol asam lemak bebas meningkat dan penderita dapat berakibat
terjadinya aterosklerosis dan ketogenesis, dan penurunan pemakaian
glukosa yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia pada penderita yang
memiliki penyakit DM.

Pada penderita yang memiliki penyakit DM dapat ditemukan beberapa


tanda gejala seperti banyak kencing, banyak minum, banyak maksn,
penurunan berat badan dan rasa lemah, gangguan saraf tepi/kesemutan,
gangguan ereksi, gatal/bisul, dan juga gangguan penglihatan
(Maghfuri,2016).

Gangguan penglihatan yang terjadi pada penderita DM dapat


diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu Tipe I Insulin-Dependent
Diabetes Melitus (IDDM), Tipe II Non-insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM), DM tipe lain, dan DM Gestasional (DMG) yang
biasanya terjadi pada saat kehamilan (Maghfuri, 2016).

Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2017


melakukan wawancara untuk menghitung proporsi diabetes melitus pada
usia 15 tahun keatas. Para ahli menyebutkan penyakit Diabetes Melitus
merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya
laki-laki menjadi penderitanya sedangkan kaum perempuan sebagai pihak
pembawa gen yang diwariskan pada anak-anaknya.

Pada tahun 2014, Sample Registration Survey menyatakan diabetes


menjadi pembunuh nomor tiga di Indonesia. Sementara data International
Diabetes Federation (IDF) menunjukkan, jumlah penyandang diabetes di
Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta dan menempati urutan ketujuh
tertinggi di dunia. Sementara data International Diabates Federation (IDF)
menunjukkan, jumlah penyandang diabetes di Indonesia usia 20-79 tahun
diperkirakan sebesar 10,3 juta orang dan menempati urutan keenam

2
tertinggi di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil, dan
Meksiko

Kemudian, prevalensi diabetes di Indonesia cenderung meningkat, yaitu


dari 5,7% tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2013. Lebih mencengangkan
lagi, seperti dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 2/3 diabetesi
(sebutan untuk penderita diabates) di Indonesia tidak mengetahui dirinya
memiliki diabetes. Penyakit mematikan ini masih menjadi persoalan serius
dunia, termasuk Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang berada di urutan ke-4 dengan prevalensi


diabetes tertinggi di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat.
Bahkan jumlah pengidap diabetes terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Data WHO memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus
(DM) tipe 2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa
pada 2030 mendatang.

Defisit insulin yang berat dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi


seperti penyakit jantung ,penyaki tginjal, penyakit pada mata, penyakit
saraf, stroke, dan yang paling banyak terjadi adalah timbulnya luka
gangren dibagian kaki. Luka ganggren yang terdapat di bagian kaki
merupakan proses atau keadaan luka kronis yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis atau bisa diartikan juga sebagai luka pada kaki
yang berwarna merah kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang
terjadi di pembuluh darah sedang atau besar ditungkai. Biasanya gejalanya
berupa rasa sakit, dingin, jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah
kebagian tersebut sudah berkurang, kemudian dapat menjadi ganggren/
jaringan busuk yang akan membahayakan pasien karena infeksi tersebut
daoat menjalar keseluruh tubuh/sepsis ( Maghfuri,2016).
Namun jika sudah terjadi ,penyakit diabetes melitus harus segera ditangani
oleh tim kesehatan. Hal yang dapat dilakukan perawat untuk mengatasinya

3
yaitu dengan melakukan penyuluhan kesehatan (memperbaiki pola hidup
seperti mengatur pola makan, serta berolahraga atau minimal gerakkan
badan selama 30 menit yang bertujuan untuk pengendalian berat badan
agar tidak terjadi obesitas), pencegahan penyakit (melakukan pemeriksaan
gula darah rutin untuk memantau gula darah) serta memberikan
pengobatan farmakologis seperti insulin secara bertahap dan sesuai
kebutuhan (Maghfuri, 2016).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka kelompok tertarik
untuk membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus terutama yang mengalami luka ganggren.
B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat mengerti tentang asuhan keperawatan diabetes melitus
dengan gangren.

Tujuan Khusus :
1. Untuk memahami dan menjelaskan definisi Diabetes Melitus
2. Untuk memahami dan menjelaskan etiologi Diabetes Melitus
3. Untuk memahami dan menjelaskan patofisiologi Diabetes Melitus
4. Untuk memahami dan menjelaskan manifestasi klinis Diabetes
Melitus
5. Untuk memahami dan menjelaskan klasifikasi Diabetes Melitus
6. Untuk memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang Diabetes
Melitus
7. Untuk memahami dan menjelaskan komplikasi Diabetes Melitus
8. Untuk memahami dan menjelaskan penatalaksaan Diabetes Melitus
9. Untuk memahami, menjelaskan, dan mempraktekkan dalam
keperawatan klinik tentang Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
dengan gangren

C. Manfaat Penulisan

4
Manfaat penulisan dari studi kasus ini :

1. Institusi Pendidikan

Untuk memberikan informasi tentang asuhan keperawatan yang


komprehensif dan memberikan perawatan yang optimal pada pasien
dengan Diabetes Melitus.

2. Penulis

Menambah pengalaman dan wawasan penulis tentang asuhan


keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus dengan gangren.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Diabetes Melitus adalah keadaan dimana tubuh tidak dapat menghasilkan
hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak dapat memanfaatkan
secara optimal insulin yang dihasilkan. Dalam hal ini, terjadi lonjakan
kadar gula dalam darah melebih normal (Maghfuri, 2016).

Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang


ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Pada DM kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat
menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin
(Brunner and Suddarth,2001).

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang


melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1996).

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat


disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak
ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram, 1999).

6
B. Etiologi
Menurut Maghfuri (2016), penyebab dari penyakit Diabetes Melitus
adalah:
1. Virus dan Bakteri
Melakui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta virus/bakteri
merusak sel, juga bisa merusak autoimun dalam sel beta.
2. Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
aloksan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozocting (produk dari
sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida berasal dari singkong.
3. Genetik/ faktor keturunan
Para ahli kesehatan menyebutkan penyakit DM merupakan penyakit
yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya laki-laki menjadi
penderitanya sedangkan kaum perempuan sebagai pihak pembawa gen
untuk diwariskan pada anak-anaknya.

7
C. Patofisiologi

8
Gambar 1.1. https://id.scribd.com/doc/141086342/Pathway-DM

D. Manifestasi Klinis

9
Manifestasi Klinis dari penyakit Diabetes Melitus menurut Andra &
Yessie (2013) adalah:
1. Banyak kencing (Poliuria)
Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing
2. Banyak minum (Polidipsia)
Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering haus dan
banyak minum
3. Banyak makan (Polifagia)
Penderita diabetes melitus mengalami keseimbangan kalori negatif
sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar
4. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam
sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari
caangan lain, yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan
jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

Keluhan lain

1. Gangguan saraf tepi/kesemutan


Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam hari, sehingga mengganggu tidur.
2. Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar
tetap dapat melihat dengan baik.
3. Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi didaerah kemaluan dan
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini

10
dapat timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena
sepatu atau tertusuk peniti.
4. Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah
seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan sesesorang.q

E. Klasifikasi Diabetes Mellitus


1. Tipe I Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin,
pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti. IDDM
disebabkan oleh destruksi autoimun karena infeksi, biasanya virus dan/
atau respons autoimun secara genetik pada orang yang terkena

Faktor-Faktor Resiko DM Tipe I


- Faktor genetik
- Faktor-faktor imunologi
- Faktor lingkungan: virus/toksin
- Penurunan sel beta: proses radang, keganasan pankreas,
pembedahan
- Kehamilan
- Infeksi lain yang tidak berhubungan langsung
2. Tipe II Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistansi
insulin. Resistansi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk
menghambat produksi glukos oleh hati. Sel beta tidak mampu
mengimbangi resistansi insulin ini sepenuhnya.
Faktor-faktor Resiko DM Tipe II

11
- Usia (Resistansi insulin cenderung meningkat pada usia >65 tahun)
- Obesitas
- Riwayat Keluarga
- Gaya Hidup
(Brunner dan Suddarth, 2002)
3. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Beberapa diabetes tipe lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
karena obat/zat kimia, infeksi, penyebab imunologi yang jarang, dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
4. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi
glukosa yang muai tinbul atau menular diketahui selama keadaan
haml. Oleh karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon
disertai pengaruh metabolik terhadap glukosa, maka kehamilan
merupakan keadaan peningkatan metabolik tubuh dan hal ini
berdampak kurang baik bagi janin.

F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan dengan adanya gejala khas DM
berupa poliuria, polidipsia, lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang
mungkin dikemukakan oleh pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur
dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan vulvae pada pasien
wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan glukosa
darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM. Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu
kali saja abnormal belum cukup untuk diagnosis klinis DM.
Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO
diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan
gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah
beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2

12
kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan
yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan
yangsama.
Cara pemeriksaan TTGO.
1. Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa
2. Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak
3. Puasa semalam, selama 10-12 jam
4. Glukosa darah puasa diperiksa
5. Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum
selama / dalam waktu 5 menit
6. Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban
glukosa
7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak.

G. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus menurut Ali Maghfuri (2016)
adalah:
1. Mata : retinopati diabetik, katarak
2. Ginjal: Glomerulosklerosis intrakapiler, infeksi
3. Saraf: neuropati perifer, neuropati kranial, neuropati otonom
4. Sistem Kardiovaskuler: Penyakit jantung
5. Infeksi tidak lazim: fasilitis dan miositis nekrotikans, meningitis
mucor, kolesistitis emfisematosa, otitis eksterna maligna
6. Kulit: dermopati diabetik, nekrobiosis lipoidika diabetikorum,
kandidiasis, dan Gangren pada kaki

Luka Gangren

Luka gangren adalah proses atau keadaan luka kronis yang ditandai
dengan adanya jaringan mati atau nekrosis. Namun, secara mikrobiologis
luka gangren adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.
Gangren kaki diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan

13
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau
besar di tungkai (Askandar, 2011).

Adapun gejalanya berupa rasa sakit, dingin, jika ada luka sukar sembuh
karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang. Nadi kaki suka
diraba, kulit pucat atau kebiruan, kemudian dapat menjadi gangren/
jaringan busuk, kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur. Hal ini
akan membahayakan pasien karena infeksi dapat menjalar ke seluruh
tubuh (Sepsis).

Faktor predisposisi terbentuknya gangren diabetikum ini adalah trauma


ringan, infeksi lokal, atau tindakan lokal (misalnya ekstraksi kuku).

Faktor-Faktor yang berpengaruh atas terjadinya Gangren Diabetik

1. Faktor Endogen
- Genetik dan metabolik
- Angiopati diabetik
- Neuropati diabetik
2. Faktor Eksogen
- Trauma
- Infeksi
- Obat

Klasifikasi Luka Diabetik

Wagner (1983) membagi Diabetik Foot menjadi enam tingkatan yaitu


sebagai berikut.

14
1. Derajat 0 : dengan kriteria tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh
dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti claw dan
callus
2. Derajat 1 : ulkus superfisial terbatas pada kulit
3. Derajat 2 : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
4. Derajat 3 : abses dalam, dengan atau tanpa oseteomielitis
5. Derajat 4 : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis
6. Derajat 5 : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai

Sementara Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi
dua golongan yaitu sebagai berikut.

1. Kaki Diabetik akibat Iskemia (KDI)


Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar di tungkai,
terutama daerah betis.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropatik (KDN)
Terjadi kerusakan saraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan
dari sirkulasi. Klinis dijumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan,
mati rasa, edema kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba
baik.

H. Penatalaksanaan Medis

15
1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a. Pemicu sekresi insulin:
1) Sulfonilurea
2) Glinid
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin:
1) Biguanid
2) Tiazolidindion
c. Pencegahan komplikasi
1) Berhenti merokok
2) Mengoptimalkan kadar kolesterol
3) Menjaga berat tubuh yang stabil
4) Mengontrol tekanan darah tinggi
5) Olahraga teratur dapat bermanfaat :
-Mengendalikan kadar glukosa darah
-Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah
kegemukan)
-Membantu mengurangi stres
-Memperkuat otot dan jantung
-Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
-Membantu menurunkan tekanan darah

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

Menurut Doengoes (1991), Pengkajian pada klien dengan gangguan

sistem endokrin diabetes melitus dilakukan mulai dari pengumpulan

data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat

keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan

sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes melitus :

16
a. Aktivitas dan istirahat

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan

tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan

pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah,

dan bola mata cekung.

c. Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,

mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,

disorientasi, letargi, koma dan bingung.

f. Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

17
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan

terjadi impoten pada pria.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus menurut
Doengoes (1991) adalah :

a. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik (dari

hiperglikemia), kehilangan gastrik belebihan : diare muntah

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan

glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme

protein /lemak)

c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) b.d kadar glukosa tinggi,

penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi

d. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik, perubahan

kimia darah: insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan

energi: status hipermetabolik/infeksi

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi

informasi/tidak mengenal sumber informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

18
Intervensi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus menurut
Doengoes (1991) meliputi:

No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi

1 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya

cairan b.d diuresis asuhan keperawatan perubahan tekanan darah ortestastik.

2x24jam diharapkan Rasional : Hipovolemia dapat


osmotik (dari
kondisi tubuh stabil dimanifestasikan oleh hipotensi dan
hiperglikemia),
dan menunjukan takikardia.
kehilangan gastrik
adanya perbaikan 2) Kaji pola nafas dan bau nafas
belebihan : diare
keseimbangan cairan Rasional :Paru-paru mengeluarkan asam
muntah
dengan KH : karbonat melalui pernapasan yang

-Pengeluaran urine menghasilkan kompensasi alkosis

yang adekuat (batas respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.

normal) 3) Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.

-Tanda vital stabil Rasional :Demam, menggigil, dan

-Turgor kulit baik diaferesis merupakan hal umum terjadi

-Pengisian kapiler pada proses infeksi. Demam dengan kulit

baik dan membrane yang kemerahan, kering, mungkin

mukosa lembab atau gambaran dari dehidrasi.

basah 4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor

kulit dan membran mukosa.


Rasional :Merupakan indikator dari
tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi
yang adekuat.
5) Pantau intake dan output. Catat berat jenis

19
urine.
Rasional :Memberikan perkiraan
kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.
6) Ukur berat badan setiap hari.
Rasional :Memberikan hasil pengkajian
yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.
7) Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai
indikasi
Rasional :Tipe dan jumlah dari cairan
tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respon pasien secara individual.

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1) Timbang berat badan setiap hari sesuai

nutrisi kurang dari asuhan keperawatan indikasi

kebutuhan tubuh b.d 2x24jam diharapkan Rasional :Mengetahui pemasukan

berat badan dapat makan yang adekuat.


ketidakcukupan
meningkat dengan 2) Tentukan program diet dan pola makanan
insulin (penurunan
nilai laboratorium pasien dibandingkan dengan makanan
ambilan dan
normal dan tidak yang dapat dihabiskan pasien.
penggunaan glukosa
adanya tanda Rasional :Mengindentifikasi
oleh jaringan

20
mengakibatkan malnutrisi dengan penyimpangan dari kebutuhan.

peningkatan KH : 3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri

metabolisme protein -Pasien mampu abdomen/perut kembung, mual,muntah,

mengungkapkan pertahankan puasa sesuai indikasi.


/lemak)
pemahaman tentang Rasional :Mempengaruhi pilihan

penurunan jumlah intervensi.

diet 4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia,

-Mendemonstrasikan seperti perubahan tingkat kesadaran,

perilaku, perubahan dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar

gaya hidup untuk dan pusing.

meningkatkan dan Rasional :Secara potensial dapat

mempertahankan mengancam kehidupan, yang harus dikali

berat badan yang dan ditangani secara tepat.

tepat 5) Kolaborasi dalam pemberian insulin,

pemeriksaan gula darah dan diet.

Rasional :Sangat bermanfaat untuk

mengendalikan kadar gula darah.

1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan


3. Resiko tinggi Setelah dilakukan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada
terhadap infeksi asuhan keperawatan luka , sputum purulen, urin warna keruh dan
berkabut.
(sepsis) b.d kadar 2x24jam diharapkan
Rasional :Pasien masuk mungkin
infeksi tidak terjadi
glukosa tinggi, dengan infeksi yang biasanya telah mencetus
dengan KH : keadaan ketosidosis atau dapat mengalami
penurunan fungsi

21
infeksi nosokomial.
leukosit, perubahan -Pertahankan 2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan
pada sirkulasi lingkungan aseptic melakukan cuci tangan yang baik, setiap

yang nyaman kontak pada semua barang yang berhubungan


dengan pasien termasuk pasien nya sendiri.
Rasional :Mencegah timbulnya infeksi
nosokomial.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur
invasif (seperti pemasangan infus, kateter
folley, dsb).
Rasional :Kadar glukosa yang tinggi dalam
darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
4) Pasang kateter / lakukan perawatan perineal
dengan baik.
Rasional :Mengurangi risiko terjadinya
infeksi saluran kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering
dantetap kencang (tidak berkerut).
Rasional :Sirkulasi perifer bisa terganggu
yang menempatkan pasien pada penigkatan
risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi
dan infeksi.
6) Posisikan pasien pada posisi semi fowler.
Rasional :Memberikan kemudahan bagi
paru untuk berkembang, menurunkan
terjadinya risiko hipoventilasi.
7) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.

22
Rasional :Penenganan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis.

1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan


4.. Kelelahan b.d Setelah dilakukan
aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan
penurunan produksi asuhan keperawatan pasien dan identifikasi aktivitas yang
menimbulkan kelelahan.
energi metabolik, 2x24jam diharapkan
Rasional :Pendidikan dapat memberikan
rasa lelah
perubahan kimia motivasi untuk meningkatkan aktivitas
berkurang/penuruna meskipun pasien mungkin sangat lemah.
darah: insufisiensi
n rasa lelah dapat 2) Berikan aktivitas alternatif denagn periode
insulin, peningkatan
istirahat yang cukup / tanpa terganggu.
teratasi dengan KH :
kebutuhan energi: Rasional :Mencegah kelelahan yang
-Klien menyatakan
berlebihan.
status
mampu untuk 3) Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah
hipermetabolik/infek melakukan aktivitas.
beristirahat dan
si Rasional :Mengidentifikasi tingkat aktivitas
peningkatan tenaga
yang ditoleransi secara fisiologi.
-Menunjukan 4) Diskusikan cara menghemat kalori selama
peningkatan mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
Rasional :Dengan penghematan energi
kemampuan dan
pasien dapat melakukan lebih banyak
berpartisipasi dalam kegiatan.
aktivitas 5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuan / toleransi pasien.
Rasional :Meningkatkan kepercayaan diri
/ harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

23
8. 1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan
tentang penyakitnya.
tentang kondisi, asuhankeperawatan Rasional :Mengetahui seberapa jauh

prognosis dan 2x24jam diharapkan pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.
kebutuhan klien mampu
2) Berikan penjelasan pada klien tentang
pengobatan mengutarakan penyakitnya dan kondisinya sekarang.
berhubungan dengan pemahaman tentang Rasional :Dengan mengetahui penyakit dan
kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
salah interpretasi kondisi, efek
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
informasi/tidak prosedur, dan proses
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk
mengenal sumber pengobatan dengan memperhatikan diet makanan nya.

informasi. KH : Rasional :Diet dan pola makan yang tepat


membantu proses penyembuhan.
-Klien mampu
4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali
melakukan prosedur tentang materi yang telah diberikan.
yang diperlukan dan Rasional :Mengetahui seberapa jauh
pemahaman klien dan keluarga serta menilai
menjelaskan alas an
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
dari suatu tindakan

-Klien mampu

memulai perubahan

gaya hidup yang

diperlukan dan ikut

serta dalam regiment

perawatan

24
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
b. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal
dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur
dan proses pengobatan.
( Doenges, M. 2000)

25
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya. Defisit insulin yang berat dapat menimbulkan
komplikasi-komplikasi seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit pada
mata, penyakit saraf, stroke, dan yang paling banyak terjadi adalah timbulnya luka
gangrene di bagian kaki (Ali maghfuri, 2016).
Diabetes disebabkan oleh virus dan bakteri, bahan toksik atau beracun serta factor
genetic atau keturunan. Diabetes melitus dibagi menjadi 4 yaitu Tipe I Insulin-
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), Tipe II Non-insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM), Diabetes Mellitus Tipe Lain, Diabetes Mellitus Gestasional
(DMG).Cara untuk mengurangi jumlah penderita diabetes mellitus adalah dengan
mengenali tanda dan gejala diabetes mellitus misalnya seperti poliuri, polidipsi,
polifagia, sering kesemutan serta mengalami gangguan ereksi,serta penurunan
berat badan. Selain itu, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
diabetes mellitus misalnya seperti melakukan pemeriksaan gula darah rutin untuk
memantau gula darah, memperbaiki pola hidup seperti mengatur pola makan,
serta berolahraga atau minimal gerakkan badan selama 30 menit yang bertujuan
untuk pengendalian berat badan.Namun jika sudah terjadi, penyakit diabetes
mellitus harus segera ditangani oleh tim kesehatan.Hal yang dapat dilakukan
perawat untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan penyuluhan kesehatan,
memberikan pengobatan farmakologis seperti insulin secara bertahap dan sesuai
kebutuhan bisa juga dengan pemberian obat hipoglikemik oral.

B.Saran
Adapun saran saran yang dapat disampaikan dari makalah yang kami susun yaitu

26
1. Untuk penulis atau kelompok , untuk tugas-tugas berikutnya diharapkan agar
lebih aktif lagi untuk membantu memberikan saran semoga kami bisa belajar dari
kesalahan pada makalah ini.

2. Untuk pembaca, diharapkan dengan disusunnya makalah ini kami bisa


memberikan informasi yang bermanfaat kemudian bisa dikembangkan lebih baik
lagi.

3. Untuk institusi , diharapkan agar lebih membantu mendorong para mahasiswa


untuk lebih giat lagi dalam belajar dan mengerjakan tugas salah satunya dengan
menambahkan fasilitas komputer maupun internet yang dapat kami dengan mudah
untuk kami akses.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Infodatin: Situasi dan Analisis Diabetes.


https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin-
diabetes.pdf?opwvc=1 7 Mei 2019

Anonim. 2017. Angka penderita diabetes di


Indonesia.https://mudazine.com/ibnusie/penderita-diabetes/, 7 Mei
2019

Anonim. 2018. Prevalensi Diabetes DKI Jakarta.


https://www.google.co.id/amp/s/m.mediaindonesia.com/amp/amp_det
ail/203040-dki-jakarta-wilayah-tertinggi-prevalensi-diabetes, 7 Mei
2019

Baradero,M., Mary.W.D., dan Yakobus.S. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien


Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC). Second


Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all. 2002. Nursing Interventions Classification


(NIC). Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Maghfuri, Ali. 2016. Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta:
Salemba Medika

28
29

Anda mungkin juga menyukai