OLEH:
Wilda Al Aluf, S.Kep
NIM 182311101118
Mahasiswa
______________________________ _________________________
NIP. ............................................. NIP. .............................................
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
LAPORAN PENDAHULUAN .................................................................
A. Anatomi Fisiologi Ginjal ...................................................................................
B. Definisi Gagal Ginjal.........................................................................................
C. Klasifikasi Gagal Ginjal......................................................................................
D. Faktor Resiko Diabetes Mellitus.........................................................................
E. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal .........................................................................
F. Patofisiologi ........................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang .....................................................................................
H. Dampak Diabetes Mellitus ................................................................................
I. Penatalaksanaan ...................................................................................................
J. Clinical Pathway .................................................................................................
K. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................
a. Pengkajian/Assesment ....................................................................................
b. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................
c. Intervensi Keperawatan ..................................................................................
d. Discharge Planning ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS
Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2010) yaitu:
a. Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon.
b. Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon insulin.
c. Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin.
d. Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pankreas.
Masuknya glukosa ke dalam sel otot dipengaruhi oleh 2 keadaan. Pertama,
ketika sel otot melakukan kerja yang lebih berat, sel otot akan lebih permeabel
terhadap glukosa. Kedua, ketika beberapa jam setelah makan, glukosa darah akan
meningkat dan pankreas akan mengeluarkan insulin yang banyak. Insulin yang
meningkat tersebut menyebabkan peningkatan transport glukosa ke dalam sel
(Guyton dan Hall, 2006). Insulin dihasilkan didarah dalam dengan bentuk bebas
dengan waktu paruh plasma ±6 menit, bila tidak berikatan dengan reseptor pada
sel target, maka akan didegradasi oleh enzim insulinase yang dihasilkan terutama
di hati dalam waktu 10-15 menit (Guyton dan Hall, 2006). Reseptor insulin
merupakan kombinasi dari empat subunit yang berikatan dengan ikatan disulfida
yaitu dua subunit-α yang berada di luar sel membran dan dua unit sel-ß yang
menembus membran. Insulin akan mengikat serta mengaktivasi reseptor α pada
sel target, sehingga akan menyebabkan sel ß terfosforilasi. Sel ß akan
mengaktifkan tyrosine kinase yang juga akan menyebabkan terfosforilasinya
enzim intrasel lain termasuk insulin-receptors substrates (IRS) (Guyton dan Hall,
2006).
Gambar Reseptor insulin
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis karena pankreas tidak lagi mampu
memproduksi insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
dihasilkan dengan baik. Saat ini, diabetes diderita oleh 425 juta orang dewasa dan
pada tahun 2045 mendatang, total penduduk dewasa yang menderita diabetes
diperkirakan mencapai 629 juta penduduk (International Diabetes Federation
(IDF), 2018). World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan bahwa
dari 56,9 juta kematian di dunia pada tahun 2016, lebih dari separuh (54%)
diakibatkan oleh 10 penyakit, diantaranya adalah DM. Sebanyak 1,6 juta kematian
penduduk dunia pada tahun 2016 diakibatkan oleh diabetes, hal ini meningkat
daripada kematian akibat diabetes pada tahun 2000, yaitu kurang dari 1 juta
penduduk dunia.
3. Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan sel beta dalam pankreas mengalami
hipertropi yang dapat berpengaruh pada produksi insulin. Hipertropi pankreas
disebabkan karena adanya peningkatan metabolisme glukosa untuk mencukupi
energi sel akibat obesitas (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
4. Pola makan
Pola makan yang salah mempengaruhi efektivitas kerja sel beta pankreas.
Malnutrisi dapat menyebabkan kerusakan pankreas, sedangkan obesitas dapat
menyebabkan peningkatan resistensi insulin (Riyadi, 2008).
5. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas menyebabkan kerusakan
sel pankreas. Kerusakan sel pankreas dapat berakibat pada fungsi pankreas yang
turun salah satunya adalah memproduksi hormon insulin (Riyadi, 2008)
6. Stres
Stres membuat kerja metabolisme dan kerja pankreas meningkat. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pankreas sehingga menurunkan hasil kerja
insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
7. Kehamilan
Pada wanita, kehamilan dapat menjadi faktor resiko terkena DM
terutama wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan bayi lebih
dari 4500 gram atau memiliki riwayat diabetes gestasional (LeMone et al.,
2012)
Manifestas
Dasar Patofisiologi DM Tipe 1 DM Tipe 2
i Klinis
Poliuri Air tdk diabsorbsi di tubulus ginjal ++ +
sekunder aktifitas osmotic glukosa;
sehingga kehilangan air, glukosa dan
elektrolit.
Polidipsi Dehidrasi sekunder terhadap poliuri yang ++ +
menyebabkan haus.
Banyak makan sekunder terhadap
Polifagia kerusakan jaringan (katabolisme) ++ +
menyebabkan mudah lapar.
Berat badan Penurunan berat badan sekunder ++ -
menurun terhadap penurunan jumlah air, glikogen,
dan cadangan trigliserida; kehilangan
kronis sekunder terhadap penurunan
massa otot perubahan asam amino pada
bentuk glukosa dan badan keton.
Penglihatan Sekunder terhadap paparan kronis pada + ++
kabur lensa mata dan retina.
Pruritus, Infeksi bakteri dan jamur pada kulit. + ++
infeksi
kulit,
vaginitis
Ketonuria Ketika glukosa tidak dapat digunakan ++ -
sebagai energi pada sel-sel yang
tergantung insulin, asam lemak akan
digunakan sebagai energi, asam lemak
akan dipecah dalam bentuk keton di
dalam darah dan diekskresikan ke ginjal;
pada DM tipe 2, insulin cukup untuk
menekan kelebihan penggunaan asam
lemak tetapi tidak cukup bila
menggunakan glukosa.
Kelemahan, Penurunan volume plasma menyebabkan ++ +
lelah, hipotensi postural; kehilangan potassium
pusing dan metabolisme protein menyebabkan
kelemahan.
Ket : (+) sering nampak, (++) selalu nampak, (-) tidak selalu nampak
3. Edukasi
Edukasi dilakukan untuk meningkatkan promosi hidup sehat dalam upaya
pencegahan dan pengelolaan DM secara holistik. Pengelolaan diabetes secara
optimal membutuhkan partisipasi pasien dalam upaya penerapan perilaku hidup
sehat. Materi edukasi yang diberikan dapat berisi tentang pengelolaan DM secara
mandiri seperti mengkonsumsi makanan sehat, mengkonsumsi obat diabetes
teratur serta pada waktu yang tertentu, melakukan aktivitas secara teratur,
melakukan kontrol glukosa darah mandiri dan memanfaatkan informasi, serta
melakukan perawatan kaki secara berkala.
4. Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis digunakan jika kadar glukosa optimal belum
tercapai dan diberikan bersama pengaturan pola makan serta latihan jasmani.
Terapi Farmakologis terdiri dari :
a. Obat Antihipoglikemik Oral
Obat antihiperglikemik oral teridiri dari pemacu sekresi insulin (insulin
secretagogue) seperti sulfonilurea dan glinid, peningkat sensitivitas terhadap
insulin seperti metformin dan tiazolidindion (TZD), dan penghambat absorbsi
glukosa disaluran pencernaan,
b. Obat Antihiperglikemik Suntik
Obat antihiperglikemik suntik terdiri dari insulin, agonis GLP-1 serta
kombinasi insulin dan kombinasi GLP-1. Penggunaan obat antihiperglikemik
suntik digunakan dengan pertimbangan yang disesuaikan dengan kondisi individu
penderita DM.
Diabetes Melitus
J. Clinical Pathway
Aliran darah
Ginjal tak mampu memfiltrasi glukosa Intake glukosa sel Angiopati diabetik Viskositas darah meningkat
melambat
Diuretik osmotik
Polifagi Terganggunya aliran Pembuluh darah Retinopatidiabetik
darah ke kaki tersumbat
Poliuri dan Polidipisi
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Penurunan asupan O2 Iskemik Polineuropati Nyeri Kronis
Dehidrasi dan nutrisi
b. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik jaringan
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangren grade 2-5
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangren grade 1-2
d. Nyeri kronik berhubungan dengan polineuropati
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan polifagi
f. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
g. Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemis
c. Intervensi/Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam Manejemen sensasi perifer (2660)
perfusi jaringan Pasien dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
perifer Perfusi jaringan: perifer (0407) panas/dingin/tajam/tumpul
behubungan Indikator Awal Akhir Keterangan 2. Monitor tanda-tanda vital
dengan diabetes Pengisian kapiler 1:deviasi berat 3. Monitor adanya paretese
mellitus: iskemik jari dari kisaran 4. lnstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
jaringan (00228) Tekanan darah normal laserasi
sistolik 2: deviasi cukup 5. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
Tekanan darah berat dari 6. Monitor adanya penekanan dari gelang, alat-alat medis, sepatu dan
diastolik kisaran normal baju
3: deviasi 7. Kolaborasi pemberian analgetik
Edema perifer
sedang dari 8. Monitor adanya tromboplebitis dan tromboemboli pada vena
Kram otot
kisaran normal 9. Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
4: deviasi
ringan dari
kisaran normal
5: tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam Pengecekan Kulit (3590)
integritas jaringan Pasien dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Periksa kulit dan selaput lendir
berhubungan Integritas Jaringan: Kulit dan membran mukosa (1101) terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema,
dengan gangren Indikator Awal Akhir Keterangan atau drainase.
grade 2-5 (00044) Suhu Kulit 1: Keluhan 2. Amati warna, kehangatan,
Tekstur Berat bengkak, pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi pada ekstremitas
Integritas kulit 2: Keluhan 3. Gunakan alat pengkajian untuk
Lesi pada kulit cukup berat mengindentifikasi pasien yang berisiko mengalami kerusakan
Pengelupasan 3: Keluhan integritas kulit (misalnya, skala braden)
kulit sedang 4. Monitor warna dan suhu kulit
Penebalan kulit 4: Keluhan 5. Monitor kulit untuk adanya
Eritema ringan kekeringan yang berlebihan dan kelembapan
Nekrosis 5: Tidak ada 6. Monitor infeksi terutama di
keluhan daerah edema
Pengerasan Kulit 7. Dokumentasikan perubahan
membran mukosa
8. Gunakan langkah-langkah untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut (Misal, melapisi kasur,
menjadwalkan reposisi)
9. Ajarkan keluarga/pemberi
asuhan mengenai kerusakan kulit dengan tepat.
Nyeri kronik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen nyeri (1400)
diharapkan kontrol nyeri dapat meningkat dengan kriteria 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
hasil: 2. Identifikasi faktor penyebab nyeri dan berikan informasi mengenai
Kontrol nyeri (1605) penyebab nyeri
Indikator Awal Akhir Keterangan 3. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
Mengenali kapan 1. Tidak pernah 4. Beri dukungan kepada pasien untuk bisa menahan nyeri
nyeri terjadi menunjukkan 5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Menggunakan 2. Jarang 6. Lakukan kompres hangat pada daerah perut dan punggung
tindakan menunjukkan 7. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
pengurangan 3. Kadang-kadang 8. Kendalikan faktor yang mempengaruhi pasien terhadap
dengan analgesik menujukkan
ketidaknyamanan (misalnya lingkungan tempat tidur, pencahayaan
Menggunakan 4. Sering
pengurangan menunjukkan dan suhu ruangan)
nyeri tanpa 5. Secara konsisten 9. Kolaborasi pemberian analgesik
analgesik menunjukkan
Melaporkan
nyeri yang
terkontrol
Ketidakseimbang Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam pasien diharapkan Manjemen Nutrisi (1100)
an nutrisi : kurang dapat memenuhi status nutrisi (1004) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
dari kebutuhan Status Nutrisi (1004) pasien
tubuh (00002) Indikator Awal Akhir Keterangan 2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
berhubungan Asupan gizi 1: Sangat 3. Berikan infomasi tentang kebutuhan nutrisi
dengan kurang Asupan menyimpang dari 4. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
asupan makanan makanan rentang normal 5. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien (yang
2: Banyak tidak berbahaya bagi kesehatan pasien)
menyimpang dari 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
rentang normal nutrisi yang dibutuhkan pasien
3: Cukup
menyimpang dari
rentang normal
4: Sedikit
menyimpang dari
rentang normal
5: Tidak
menyimpang dari
rentang normal
Kekurangan Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam pasien diharapkan Manajemen cairan (4120)
volume cairan mendapatkan kembali keseimbangan cairan (0601) dengan 1. Monitor status hidrasi
berhubungan kriteria hasil : 2. Jaga intake yang akurat dan catat output pasien
dengan Skala 3. Berikan cairan dengan tepat
Indikator Keterangan
kehilangan cairan Awal Akhir 4. Kolaborasi pemberian cairan
aktif mual dan Keseimbangan 1. Sangat terganggu
muntah (00027) intake dan 2. Banyak terganggu Manajemen hipovolemi (4180)
output dalam 3. Cukup terganggu 1. Monitor asupan dan pengeluaran
24 jam 4. Sedikit terganggu 2. Instruksikan pada pasien dan atau keluarga tindakan-tindakan yang
Kelembaban 5. Tidak terganggu dilakukan untuk mengatasi hipovolemia
membran 3. Jaga kepatenan akses IV
mukosa 4. Kolaborasi pemberian cairan
Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x... jam Manajemen Hiperglikemi (2120)
Ketidakstabilan Pasien dapat menunjukkan perubahan ditandai dengan: 1. Monitor kadar glukosa darah sesuai indikasi
kadar glukosa Kadar glukosa darah (2300) 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuria, polidipsi,
darah Indikator Awal Akhir Keterangan polifagi, kelemahan, letargi, malaise, pandangan kabur, atau sakit
berhubungan Glukosa darah 1: Deviasi berat dari kepala
dengan Hemoglobin kisaran normal 3. Monitor ketonurin, sesuai indikasi
hiperglikemia glikosiliat 2: Deviasi yang 4. Monitor AGD, elektrolit dan kadar betahidroksibutirat sesuai yang
(00179) Fruktosamin cukup besar dari tersedia
Urin glukosa kisaran normal 5. Monitor nadi dan tekana darah ortostatik sesuai indikasi
6. Berikan insulin sesuai resep
7. Dorong asupan cairan oral
8. Monitor status cairan
9. Monitor cairan IV sesuai kebutuhan
10. Konsultasikan dengan dokter tanda gejala hiperglikemia yang
menetap atau memburuk
Urin keton 3: Deviasi sedang 11. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemi
dari kisaran normal 12. Antisipasi situasi dimana akan ada kebutuhan peningkatan insulin
4: Deviasi ringan 13. Batasi aktivitas kadar glukosa dari lebih dari 250 mg/dl
sedang dari kisaran 14. Intruksikan pasien dan keluarga mengenai pencegahan,
normal pengenalan tanda-tanda hiperglikemi dan manajemen hiperglikemi
5: Tidak ada deviasi 15. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah
dari kisaran normal 16. Bantu pasien dalam menginteperasikan kadar glukosa darah
17. Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen
diabetes selama periode sakit, termasuk penggunaan insulin
dan/atau obat oral, monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat dan kapan mencari bantuan petugas kesehatan, sesuai
kebutuhan.
18. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan
19. Tes kadar glukosa darah anggota keluarga.
d. Discharge Planning
Menurut Dongoes, et al (2010), pasien diabetes melitus memerlukan bantuan
regimen diet, monitoring glukosa, pemberian obat dan perawatan diri, Selain itu
adapun discharge planning pada pasien DM yakni:
1. Kaji kemampuan pasien untuk meninggalkan RS
2. Kolaborasikan dengan terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain
tentang kebelanjutan perawatan pasien di rumah
3. Identifikasi bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau
petugas kesehatan di rumah pasien) mengetahui keadaan pasien
4. Identifikasi pendidikan kesehatan apa yang dibutuhkan oleh pasien meliputi:
cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai penyuntikan dan
lokasi; memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine;
perencanaan diet, buat jadwal; perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan
dengan diabetik; cara untuk mencegah hiperglikemi dan hipoglikemi dan
infomasikan gejala gejala yang muncul dari keduanya; cara mencegah infeksi :
kebersihan kaki, hindari perlukaan, gunakan sikat gigi yang halus.
5. Komunikasikan dengan pasien tentang perencanaan pulang
6. Dokumentasikan perencanaan pulang
7. Anjurkan pasien untuk melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Associations. (2018). Living With Diabetes Mellitus. [serial
online]. http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/
Baradero, M. 2009. Pasien Gangguan Endokrin : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M. 2016.
Nursing Intervention Classification (NIC), 6th Indonesian Edition. United
Kingdom: Elseiver Global Rights.
Corwin,Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Ernawati. 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media
Herdman, T. H. 2018. NANDA-1 Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2018-2020, Ed. 11. Jakarta: EGC
International Diabtes Federation. (2018). IDF Diabetes Complications Congress
2018. [serial online]. https://www.idf.org/our-activities/congress/hyderabad-
2018.html
Kementerian Kesehatan. 2018. Persiapkan Riskesdas 2018 secara Matang. [serial
online]. www.depkes.go.id/pdf.php/
LeMone, Priscilla., K.M. Burke., & G. Bauldoff. 2012. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta : EGC
Misnadiarly. 2008. Diabetes Mellitus : Gangren, Ulcerm Infeksi, Mengenal
Gejala, Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Jakarta : Pustaka
Populer Obor
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th Edition Indonesian Edition. United Kingdom:
Elseiver Global Rights
Ndraha, S. 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. Medicinus
27(2).http://cme.medicinus.co/
Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2015. Pengelolaan dan
Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. [serial online].
https://id.scribd.com/doc/310474800/Perkeni-Diabetes-Mellitus
Piette, J.D., C. Richardson., dan M. Valenstein. 2004. Addressing the Need of
Patients with Multiple Illness : The Case of Diabetes and Depression. The
American Journal of Managed Care. Vol. 10 No. 2.
Price, S. A. dan Wilson, L. M. W. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta: EGC
Riyadi, Slamet. 2017. Peningkatan Pengetahuan dan Efikasi Diri melalui Promosi
Kesehatan tentang Pencegahan Kekambuhan Pasien Paska Pasung pada
Keluarga di Kabupaten Belitung. Skripsi. Universitas Muuhammadiyah
Surakarta.
Riyadi, Sujono., & Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Smeltzer, Susan C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC
World Health Organization. (2018). Non-Communicable Disease. [serial online].
http://www.who.int/gho/en/