Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dalam struktur kurikulum
sekolah. Tujuan matematika diajarkan di sekolah supaya siswa bisa membekali
dirinya dengan keterampilan dalam menghadapi suatu masalah yang ada di
kehidupan sehari-hari. Semakin berkembangnya jaman, matematika menjadi salah
satu ilmu yang penting terutama dalam hal perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi banyak dipengaruhi oleh ilmu matematika seperti dalam
menentukan rumus dalam membuat software aplikasi untuk memudahkan
pekerjaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di sekolah harus bisa meningkatkan pola berpikir kritis siswa
dalam memecahkan masalah. Guru mempunyai peran penting dalam mewujudkan
hal tersebut. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator, motivator dan
inspirator. Guru bukan lagi menjadi pusat pembelajaran melainkan siswalah yang
menjadi pusat pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus bisa memilih metode
pembelajaran yang tepat untuk bisa meningkatkan keterampilan siswa.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas X-TB SMK Al
Hidayah Candipuro, siswa masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan siswa lebih banyak mencatat
apa yang dituliskan guru di papan tulis. Dalam pembelajaran tersebut terdapat
beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru atau malah terkadang bercanda
dengan teman di sebelahnya. Siswa juga cenderung masih dalam pembelajaran
dan jarang bertanya sehingga siswa tidak bisa mengasah kemampuannya dalam
berpikir kritis. Hal ini yang menyebabkan hasil belajar siswa cenderung menurun.
Begitu pula yang terjadi di SMK Al Hidayah Candipuro. Sebagai lembaga
pendidikan formal, SMK Al Hidayah Candipuro juga mengalami masalah dengan
hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa bisa dibilang
masih rendah, khususnya di kelas X-TB. Kelas VIII-A merupakan salah satu kelas
yang didominasi oleh siswa dengan jenis kelamin perempuan. Dari total 30 siswa
yang mengikuti pretest sebelum mengawali kegiatan pembelajaran, hanya 5 anak

1
2

yang mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 70 atau sebanyak 16,67% yang tuntas,
sedangkan sisanya sebanyak 83,33% dari siswa kelas X-TB dikatakan belum
tuntas.
Berdasarkan masalah tersebut, baik sekolah maupun guru bidang studi
khususnya matematika, harus bisa mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Solusi yang bisa diambil adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang
tepat. Meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
bergantung pada pemilihan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang
dipilih sudah tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa juga akan
menjadi lebih aktif dan dapat berpikir kritis dalam proses pembelajaran dan
pembelajaran akan menjadi efektif dan dapat mencapai kompetensi yang
diinginkan. Oleh karena itu, bila suatu kompetensi sudah tercapai, maka hasil
belajar siswa juga akan mengalami peningkatan.
Upaya yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
dengan memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk
menyampaikan konsep-konsep dalam matematika. Metode pembelajaran yang
diterapkan haruslah membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dan dapat
merangsang siswa berpikir kritis. Dalam hal ini, siswa aktif dalam berdiskusi atau
bertukar pendapat dengan temannya, berinteraksi dengan guru dan menanggapi
pendapat temannya serta dapat menggunakan cara berpikir kritis dalam
memcahkan masalah. Dengan begitu, kegiatan pembelajaran akan lebih diminati
dan menjadi lebih bermakna bagi siswa, sehingga siswa akan lebih memahami
materi yang sedang dipelajari.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Two-Stay
Two-Stray. Menurut Huda ( 2013:207 ) mengemukakan bahwa metode TS-TS
merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling
bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan
saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi”. Pembelajaran ini, nantinya
akan membagi siswa dalam beberapa kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari
siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Masing-masing kelompok akan
diberikan materi untuk didiskusikan dengan anggota kelompoknya. Selanjutnya
dua anggota dari kelompok tersebut bertamu ke kelompok lain untuk
3

mengumpulkan informasi dan dua anggota kelompok yang tinggal membagikan


hasil kerja atau informasi yang mereka dapatkan kepada tamu dari kelompok lain.
Kemudian hasil dari bertamu tadi dicocokkan dengan hasil kelompoknya masing-
masing, serta mempresentasikan di depan kelas.
Metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray dapat memudahkan siswa untuk
memahami materi yang sudah di dapat. Di saat siswa malu bertanya kepada guru,
dengan metode pembelajaran ini siswa akan lebih mudah bertanya kepada
temannya, sehingga siswa akan lebih mudah memahami tentang materi yang
sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, diharapkan hasil belajar siswa khususnya
dalam bidang matematika akan mengalami peningkatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muslim (2012) yang berjudul
Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode “Two-Stay Two-Stray”(TSTS)
pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jatiharjo Kecamatan Jatipuro Tahun Ajaran
2011/2012” menunjukkan bahwa penerapan metode Two-Stay Two-Stray dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 02 Jatiharjo Tahun Ajaran
2011/2012. Ketuntasan belajar siswa sebesar 31% sebelum tindakan meningkat
sebesar 31% pada siklus I sehingga menjadi 62% dan meningkat lagi 30% pada
siklus II sehingga menjadi 92%.
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan
judul “Penerapan Metode Pembelajaran Two-Stay Two-Stray untuk meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro”.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atsas, rumusan masalah yang didapat yaitu :
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray di kelas
X-TB SMK Al Hidayah Candipuro?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa pada saat penerapan metode pembelajaran
Two-Stay Two-Stray di kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro?
3. Apakah penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X-TB SMK Al Hidayah
Candipuro?
4

3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran Two-Stay
Two-Stray di kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat penerapan metode pembelajaran
Two-Stay Two-Stray di kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro.
3. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-
Stray dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X-TB SMK
Al Hidayah Candipuro.

4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Siswa akan menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
b. Siswa akan menjadi lebih mudah untuk memahami isi dari materi
pelajaran dengan adanya diskusi.
c. Siswa dapat melatih cara berpikir kritis mereka dalam memecahkan suatu
masalah.
2. Bagi Guru
a. Guru akan lebih termotivasi dan kreatif dalam memilih metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Guru akan lebih mudah memantau siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Kualitas sekolah akan meningkat dengan adanya pengetahuan yang baik
dalam perbaikan proses pembelajaran.
b. Sekolah akan menjadi lebih diminati siswa karena adanya peningkatan
kualitas belajar.
4. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai pendidik dalam menentukan
metode pembelajaran yang tepat dan dapat membuat siswa aktif dan
berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran.
5

b. Peniliti sebagai calon pendidik akan lebih memahami apa saja yang
diinginkan oleh siswanya.

5. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian
akan difokuskan pada kefektifan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray jika
dilihat dari hasil belajar siswa kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro pada
pokok bahasan “Nilai Mutlak” tahun pelajaran 2018/2019.

6. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka definisi
operasional sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray
Adalah suatu metode pembelajaran yang membagi kelas dalam beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari 4 anggota kemudian 2 anggota berperan
sebagai tamu ke kelompok lain untuk mengumpulkan informasi dan 2
anggota yang tinggal sebagai pemberi informasi kepada kelompok tamu
sehingga pada akhirnya masing-masing kelompok mencocokkan hasil kerja
mereka dan mempresentasikannya.
2. Hasil belajar
Adalah suatu hasil berupa skor yang didapatkan siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran.
3. Meningkatkan hasil belajar
Yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengupayakan hasil
belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
4. Aktivitas siswa
Adalah kegiatan siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas yang terdiri dari aktivitas : membaca materi yang diberikan guru,
bertanya dan mengeluarkan pendapat, mendengarkan uraian materi dari
teman sebangkunya, menyalin dan membandingkan catatan dengan teman
sebangku, memecahkan soal dari guru, dan bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Belajar
2.1.1. Pengertian Belajar
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu :
1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
dari instruksi. (dalam Slameto, 2010,13)
Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Proses perubahan tingkah laku tersebut dilakukan secara
sadar dan mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.
Slameto (2010:3) mengemukakan tentang ciri-ciri perubahan tingkah laku
dalam pengertian belajar, antara lain:
1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya
suatu perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

1
7

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk


beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, tidak dapat
digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar, sebagai
hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam
sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh motivasi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu:
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Faktor Jasmaniah
a. Faktor kesehatan
Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang akan
berpengaruh terhadap belajarnya.
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyababkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh. Keadaan ini juga mempengaruhi
belajar.
8

2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah :
1. Intelegensi
2. Perhatian
3. Minat
4. Bakat
5. Motif
6. Kematangan, dan
7. Kesiapan
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar menerima pengaruh dari keluarganya berupa :
a. Cara orang tua mendidik
b. Relasi dengan anggota keluarga
c. Suasana rumah tangga, dan
d. Keadaan ekonomi keluarga
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar, antara lain :
a. Metode mengajar
b. Kurikulum
c. Relasi guru dengan siswa
d. Relasi siswa dengan siswa
e. Disiplin sekolah
f. Pelajaran dan waktu sekolah
g. Standar pelajaran
9

h. Keadaan gedung
i. Metode belajar, dan
j. Tugas rumah
3. Faktor Masyarakat
Kehidupan masyarakat juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Siswa
cenderung berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya.
Apabila pengaruh itu baik, maka siswa akan menjadi lebih giat lagi, begitu
juga sebaliknya. (Slameto, 2010:54-72)
Berdasarkan pendapat tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
seperti : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, seperti : faktor keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat.

2.2. Hasil Belajar


Sudjana (2012:22) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-
cita (dalam Sudjana, 2012:22).
Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2012:22)
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,
ranah afktif, dana ranah psikomotors.
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni :
a. Pengetahuan atau ingatan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. Evaluasi
10

2. Ranah Afektif
Ranah afketif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni :
a. Penerimaan
b. Jawaban atau reaksi
c. Penilaian
d. Organisasi
e. Internalisasi
3. Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni :
a. Gerakan refleks
b. Keterampilan gerakan dasar
c. Kemampuan perseptual
d. Keharmonisan atau ketepatan
e. Gerakan keterampilan kompleks
f. Gerakan ekspresif dan interpretatif
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar siswa di SMK Al Hidayah Candipuro dikatakan tuntas
apabila mendapatkan nilai di atas KKM atau > 65.

2.3. Menigkatkan Hasil Belajar


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, meningkatkan menurut kata
dasarnya : tingkat berati jenjang, babak mendapatkan imbuhan “me” dan “kan”
menjadi meningkatkan yang artinya membawa ke jenjang yang lebih tinggi atau
membawa ke jenjang berikutnya.
Menurut Masithoh, dkk, untuk meningkatkan hasil belajar siswa ada
beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai berikut :
1. Menyediakan pengalaman langsung tentang obyek-obyek nyata bagi anak.
2. Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikirannya.
3. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat anak.
11

4. Membantu anak mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang


didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka
lakukan sebelumnya.
5. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk mengembangkan
semua aspek pengembangan kognitif, sosial, emosional, fisik.
6. Mengakomodasikan kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik,
interaksi sosial, kemandirian, dan mengembangkan harga diri yang positif.
7. Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahan belajar.
8. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak. (dalam
Solikhin, 2012:16)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa meningkatkan hasil belajar
adalah suatu proses ke jenjang yang lebih tinggi dari yang sebelumnya dan
terdapat perubahan yang lebih baik dari proses yang sebelumnya. Dalam hal ini,
perubahan yang lebih baik dari yang sebelumnya mempunyai arti bahwa terdapat
perubahan dari siklus I ke siklus II dan perubahan tersebut dapat dilihat dari hasil
belajat siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

2.4. Aktivitas Belajar Siswa


Hendrawijaya mengungkapkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas
yang bersifat fisik maupun mental (Hendrawijaya, 1999:19). Sedangkan menurut
Nasution (2000:89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani
ataupun rohani. Dalam kegiatan pembelajaran, kedua hal tersebut sangat erat
hubungannya dalam kelancaran kegiatan pembelajaran. Antara fisik dan mental,
apabila salah satunya mengalami gangguan, hal ini memungkinkan siswa sulit
untuk bisa ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
sepenuhnya berpusat pada siswa dan siswalah yang dituntut aktif dalam aktivitas
belajar. Hamruni (2012:155) mengemukakan bahwa hal yang sangat penting
dalam aktivitas belajar aktif adalah bahwa para siswalah yang sebagaian besar
melakukan kegiatan belajar, merekalah yang harus mencari dan memecahkan
masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan,
dan melakukan tugas-tugas pembelajaran yang harus dicapai.
Diedrich membuat suatu daftar yang berisi tentang macam kegiatan siswa
yang dapat digolongkan sebagai berikut:
12

1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,


percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi.
3. Listening activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik dan pidato.
4. Writing activities, misalnya menulis karangan, cerita, laporan, ringkasan, dan
menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan
diagram.
6. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi,
bermain dan mereparasi.
7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.
8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, senang,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. (dalam
Nasution, 2000:91).
Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar siswa adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh siswa
baik secara fisik maupun mental. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray antara
lain: 1. Visual activities, misalnya membaca materi yang diberikan guru, 2. Oral
activities, misalnya bertanya dan diskusi dalam berkelompok, 3. Listening
activities, misalnya mendengarkan uraian dan diskusi bersama anggota kelompok,
4. Writing activities, misalnya menyalin dan membandingkan catatan dengan
teman satu kelompok, 5. Mental activities, misalnya memecahkan soal dari guru,
dan 6. Emotional activities, misalnya bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Data aktivitas siswa didapatkan dari hasil observasi selama proses
pembelajaran.
13

2.5. Metode Pembelajaran


2.5.1. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Fathurrahman Pupuh metode secara harfiah berarti cara. Dalam
pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang
dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran,
metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta
didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (dalam Hamruni, 2012:7).
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Metode pembelajaran
ada tiga variabel, yaitu :
1. Organizational strategy adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi
yang telah dipilih untuk pembelajaran.
2. Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada
siswa dan/atau untuk menerima serta merespons masukan yang berasal dari
siswa.
3. Management strategy adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar
dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi pengorganisasian
dan penyampaian isi pembelajaran. (Uno, 2011:16-18)
Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah cara-cara dalam menyajikan bahan pelajaran pada peserta
didik untuk mencapai tujuan dan hasil pembelajaran.

2.5.2. Metode Pembelajaran Two Stay-Two Stray


Menurut Huda (2013:207) mengemukakan bahwa metode TS-TS
merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling
bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan
saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi”. Metode ini juga melatih
siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Menurut Huda (2013:207), sintak metode TS-TS dapat dilihat pada rincian
tahap-tahap berikut ini
1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya
terdiri dari 4 siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok yang
heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi,
14

2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini


dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe TS-TS bertujuan untuk
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (peer
tutoring) dan saling mendukung.
2. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas
bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.
3. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal
ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.
6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

2.6. Nilai Mutlak


1.1 KONSEP NILAI MUTLAK
Untuk memahami konsep nilai mutlak, mari kita perhatikan kedua ilustrasi berikut ini.

Cerita Pertama

Kegiatan pramuka merupakan salah satu kegiatan


ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah. Suatu pasukan
pramuka sedang belajar baris berbaris di lapangan sekolah pada
hari Sabtu. Sebuah perintah dari pimpinan regu, yaitu “Maju 4 langkah, jalan!”,
hal ini berarti jarak pergerakan barisan adalah 4 langkah kedepan. Jika perintah
pimpinan pasukan adalah “Mundur 3 langkah, jalan!”, hal ini berarti bahwa
pasukan akan bergerak ke belakang sejauh 3 langkah. Demikian seterusnya.

Cerita Kedua
Seorang anak bermain lompat-lompatan di lapangan. Dari posisi diam, si anak
melompat ke depan 2 langkah, kemudian 3 langkah ke belakang, dilanjutkan 2
15

langkah ke depan, kemudian 1 langkah ke belakang, dan akhirnya1 langkah lagi


ke belakang. Buat ilustrasi dari cerita tersebut dalam garis bilangan!
Kita definisikan lompatan ke depan adalah searah dengan sumbu x positif. Dengan
demikian, lompatan ke belakang adalah searah dengan sumbu x negatif.

Perhatikan sketsa berikut.

Dari gambar di atas, kita misalkan bahwa x = 0 adalah posisi diam si anak. Anak
panah yang pertama di atas garis bilangan menunjukkan langkah pertama si anak
sejauh 2 langkah ke depan (mengarah ke sumbu x positif atau +2). Anak panah
kedua menunjukkan 3 langkah si anak ke belakang (mengarah ke sumbu x negatif
atau -3) dari posisi akhir langkah pertama. Demikian seterusnya sampai akhirnya
si anak berhenti pada langkah kelima.
Jadi, kita dapat melihat pergerakan akhir si anak dari posisi awal adalah 1 langkah
saja ke belakang (x = -1 atau x = (+2) + (-3) + (+2) + (-1) + (-1) = -1), tetapi
banyak langkah yang dijalani si anak merupakan konsep nilai mutlak. Kita hanya
menghitung banyak langkah, bukan arahnya, sehingga banyak langkahnya adalah
|2| + |-3| + |2| + |-1| + |-1| = 9 (atau 9 langkah).
Perhatikan tabel berikut.
Tabel 1.1 Nilai Mutlak

Bilangan Non Nilai Mutlak Bilangan Negatif Nilai Mutlak


Negatif
0 0 -2 2
2 2 -3 3
3 3 -4 4
5 5 -5 5
16

Berdasarkan kedua cerita dan tabel di atas, dapatkah kamu menarik suatu
kesimpulan tentang pengertian nilai mutlak? Jika x adalah variabel pengganti
sebarang bilangan real, dapatkah kamu menentukan nilai mutlak dari x tersebut?
Perhatikan bahwa x anggota himpunan bilangan real (ditulis x∈R). Berdasarkan
tabel, kita melihat bahwa nilai mutlak dari x akan bernilai positif atau nol (non
negatif). Secara geometris, nilai mutlak suatu bilangan adalah jarak antara
bilangan itu dengan nol pada garis bilangan real. Dengan demikian, tidak
mungkin nilai mutlak suatu bilangan bernilai negatif, tetapi mungkin saja bernilai
nol.
Ada beberapa contoh percobaan perpindahan posisi pada garis bilangan, yaitu
sebagai berikut.

Gambar 1.3 Cara menentukan nilai mutlak suatu bilangan pada garis bilangan

Catatan:
• Garis bilangan digunakan sebagai media untuk menunjukkan nilai mutlak.
• Tanda panah digunakan untuk menentukan besar nilai mutlak, dimana arah ke
kiri menandakan nilai mutlak dari bilangan negatif, dan begitu juga
sebaliknya. Arah ke kanan menandakan nilai mutlak dari bilangan positif.
 Besar nilai mutlak dilihat dari panjang tanda panah dan dihitung dari bilangan
nol.
17

Penjelasan

Garis bilangan 1: Tanda panah bergerak ke arah kanan berawal dari bilangan 0
menuju bilangan 3, dan besar langkah yang dilalui tanda panah
adalah 3. Hal ini berarti nilai |3| = 3 atau berjarak 3 satuan dari
bilangan 0.
Garis bilangan 5: Tanda panah bergerak ke arah kiri berawal dari bilangan 0
menuju bilangan -3, dan besar langkah yang dilalui tanda panah
adalah 3. Hal ini berarti bahwa nilai |-3| = 3 atau berjarak 3
satuan dari bilangan 0.
Dari kedua penjelasan di atas, dapat dituliskan konsep nilai mutlak, sebagai
berikut.

Definisi di atas dapat diungkapkan dengan kalimat sehari-hari seperti berikut ini.
Nilai mutlak suatu bilangan positif atau nol adalah bilangan itu sendiri,
sedangkan nilai mutlak dari suatu bilangan negatif adalah lawan dari bilangan
negatif itu.

1.2 PERSAMAAN NILAI MUTLAK BENTUK LINEAR SATU


VARIABEL
Amati Permasalahan berikut.
Permasalahan 1
Perhatikan Gambar.
Sungai pada keadaan tertentu mempunyai sifat cepat
meluap di musim hujan dan cepat kering di musim
kemarau. Diketahui debit air sungai tersebut adalah p liter/detik pada cuaca
normal dan mengalami perubahan debit sebesar q liter/detik di cuaca tidak
normal. Tunjukkan nilai penurunan minimum dan peningkatan maksimum debit
18

air sungai tersebut. Konsep apa yang kalian gunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut? Kemudian uraikan langkah-langkah dalam membuat
gambar/sketsa grafik dari penyelesaian permasalahan tersebut!
Alternatif penyelesaian:

Permasalahan 2
Carilah nilai x (jika ada) yang memenuhi persamaan nilai mutlak berikut. Jika
tidak ada nilai x yang memenuhi, berikan alasanmu!

1. |4 – 3x| = |-4|
2. 2x + |3x – 8| = 4
3. |2x – 1| = |x + 3|
2x  6
4. =3
x5
19

Permasalahan 3
Gambarkan grafik persamaan nilai mutlak bentuk linear satu variabel berikut:
1. y = |x – 2|
2. y = |x + 2|
3. y = |2x – 1|
Alternatif Jawaban:

Langkah-langkah penyelesaian untuk bagian 1) sebagai berikut. Selanjutnya


dengan proses yang sama, kerjakan bagian 2) dan 3).
Langkah 1.
Buatlah tabel untuk menunjukkan pasangan titik-titik yang mewakili y = |x – 2|.
Tentukan pertama sekali nilai x yang membuat nilai y menjadi nol. Tentu, x = 2,
bukan? Jadi, koordinat awalnya adalah (2, 0).

Langkah 2.
Letakkan titik-titik yang kita peroleh pada tabel di atas pada sistem koordinat
kartesius.
20

Langkah 3.

Buatlah garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang sudah diletakkan di


bidang koordinat tersebut sesuai dengan urutan nilai x. Kamu akan mendapat
grafik y = |x – 2|.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Latar dan Karakteristik Penelitian


3.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Al Hidayah Candipuro
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Penelitian dilakukan di tempat ini
dikarenakan peneliti adalah salah satu guru matematika di SMK Al Hidayah
Candipuro.

3.1.2. Subjek Penelitian


Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas X-TB SMK Al
Hidayah Candipuro karena karakteristik siswa di kelas ini di dominasi oleh siswa
perempuan dan mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata tetapi pada saat pre test
banyak yang mendapat nilai < 65. Jumlah siswa kelas X-TB adalah 30 siswa yang
terdiri dari 30 siswa perempuan.

3.2. Rancangan Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan
kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas (Aqib, 2006:13). Penelitian ini menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti. Kegiatannya sendiri sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Kelas yang dimaksud dalam hal ini merupakan sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Penelitian didasarkan pada masalah kelas.
2. Adanya kolaborasi peneliti, guru dan teman sejawat.
3. Peneliti sebagai guru pada saat proses pembelajaran.
Aqib (2006:16) mengemukakan bahwa PTK juga mempunyai karakteristik
antara lain :
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.

21
21

2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.


3. Peneliti sekaligus sebagai paktisi yang melakukan refleksi.
4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional.
5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Jenis model penelitian ini menggunakan model penelitian Hopkins yang
berbentuk spiral tindakan kelas. Adapun desain siklus Hopkins adalah sebagai
berikut.
Identifikasi
Masalah

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

Perencanaan
Ulang
Refleksi

Observasi

Aksi
?

Gambar 3.1. Spiral Tindakan Kelas Hopkins


Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan dua siklus, namun
apabila pada siklus pertama ditemukan ketuntasan belajar secara klasikal maka
penelitian selesai dan apabila belum mencapai ketuntasan belajar maka penelitian
ini akan dilanjutkan pada siklus kedua.
22

3.3. Prosedur Penelitian


Penelitian ini menggunakan skema spiral tindakan kelas Hopkins, yaitu
penelitian digambarkan dalam bentuk spiral yang terdiri dari empat fase. Keempat
fase tersebut adalah perencanaan, aksi atau tindakan, observasi dan refleksi.
Tahapan pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi
berdasarkan kegiatan sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan tindakan,
pengamatan dan refleksi.

3.3.1. Tindakan Pendahuluan


Pada langkah pendahuluan yang dilakukan pertama kali adalah meminta
izin kepada kepala SMK Al Hidayah Candipuro, wawancara dengan guru SMK
Al Hidayah Candipuro khususnya guru matematika kelas X-TB untuk mengetahui
hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran, melakukan observasi di dalam
kelas saat guru mengajar di dalam kelas untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran, dan menanyakan apakah metode pembelajaran Two-Stay
Two-Stray sudah pernah dilakukan.

3.3.2. Pelaksanaan Siklus I


1. Perencanaan
Pada kegiatan perencanaan, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti antara
lain :
a. Membuat sistem penilaian.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus dan
sesuai kompetensi dasar dengan menggunakan metode pembelajaran Two-
Stay Two-Stray.
c. Menyusun lembar kerja siswa (LKS), menyusun alat evaluasi individu dan tes
akhir, menyusun instrumen penilaian aktivitas berupa lembar pedoman
observasi guru dan siswa.

2. Aksi atau Tindakan


Pada kegiatan tindakan, desain pembelajaran sesuai dengan tahap
perencanaan yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Two-Stay Two-Stray. Adapun pelaksanaan siklus I sebanyak 3
23

pertemuan. Supaya pelaksanaan siklus I berjalan dengan lancar, peneliti membagi


materi pada setiap pertemuan dengan susunan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Susunan materi siklus I
Pertemuan Materi
I Konsep Nilai Mutlak
II Persamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel
III Tes formatif
Berdasarkan pembagian materi di atas, pelaksanaan penelitian dapat
dijalankan dengan rincian sebagai berikut :
Pertemuan ke – 1
a. Kegiatan awal
1. Guru memberikan salam sebagai awal dimulainya pelajaran
2. Guru mengajak siswa untuk berdo’a bersama-sama
3. Guru mengecek kehadiran siswa
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan inti
1. Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok yang masisng-masing
beranggotakan 4 siswa.
2. Guru memberikan materi tentang mengenal konsep Nilai Mutlak kepada
masing-masing kelompok
3. Guru memberikan suatu permasalahan kepada dalam bentuk lembar kerja
kepada masing-masing kelompok.
4. Guru menyuruh masing-masing untuk berdiskusi dalam memecahkan
masalah dalam lembar kerja dan diharapkan siswa dapat berpikir kritis
dalam memecahkan masalah tersebut
5. Guru meminta 2 anggota masing-masing kelompok untuk bertamu ke
kelompok lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok lain
sedangkan 2 anggota yang tinggal memberikan informasi hasil diskusi
kepada kelompok tamu.
6. Guru meminta 2 anggota masing-masing kelompok tamu untuk kembali
ke kelompoknya masing-masing.
24

7. Guru meminta masing-masing kelompok untuk mendiskusikan hasil


temuan yang didapatkan dari kelompok lain.
8. Guru memilih beberapa kelompok secara acak untuk mempresentasikan
hasil kerjayang sudah mereka lakukan.
c. Kegiatan penutup
1. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
2. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam
Pertemuan ke – 2
a. Kegiatan awal
1. Guru memberikan salam sebagai awal dimulainya pelajaran
2. Guru mengajak siswa untuk berdo’a bersama-sama
3. Guru mengecek kehadiran siswa
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan inti
1. Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok yang masisng-masing
beranggotakan 4 siswa.
2. Guru memberikan materi tentang mengenal konsep Nilai Mutlak kepada
masing-masing kelompok
3. Guru memberikan suatu permasalahan kepada dalam bentuk lembar kerja
kepada masing-masing kelompok.
4. Guru menyuruh masing-masing untuk berdiskusi dalam memecahkan
masalah dalam lembar kerja dan diharapkan siswa dapat berpikir kritis
dalam memecahkan masalah tersebut
5. Guru meminta 2 anggota masing-masing kelompok untuk bertamu ke
kelompok lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok lain
sedangkan 2 anggota yang tinggal memberikan informasi hasil diskusi
kepada kelompok tamu.
6. Guru meminta 2 anggota masing-masing kelompok tamu untuk kembali
ke kelompoknya masing-masing.
7. Guru meminta masing-masing kelompok untuk mendiskusikan hasil
temuan yang didapatkan dari kelompok lain.
25

8. Guru memilih beberapa kelompok secara acak untuk mempresentasikan


hasil kerjayang sudah mereka lakukan.
c. Kegiatan penutup
1. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
2. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam

Pertemuan ke – 3
a. Kegiatan awal
1. Guru memberikan salam sebagai awal dimulainya pelajaran
2. Guru mengajak siswa untuk berdo’a bersama-sama
3. Guru mengecek kehadiran siswa
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan peraturan tes yang akan dilaksanakan
2. Guru membagikan lembar soal kepada masing-masing siswa
3. Siswa disuruh mengerjakan soal-soal tersebut sesuai waktu yang sudah
ditentukan
c. Kegiatan penutup
1. Guru mengumpulkan lembar jawaban siswa

3. Observasi
Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamat berperan penting kegiatan
observasi. Pengamat disini terdiri dari dua guru mata pelajaran kelas X-TB. Peran
dari pengamat adalah mengisi lembar pengamatan yang telah diberikan oleh
peneliti. Lembar pengamatan terdiri dari penilaian tentang aktivitas guru dan
aktivitas siswa.

4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan pada akhir siklus I atau setelah
dilaksanakannya tes formatif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
siswa pada pelaksanaan siklus I. Peniliti bersama pengamat melakukan diskusi
tentang hasil yang telah diperoleh dari siklus I. Hasil dari diskusi tersebut,
26

nantinya digunakan sebagai pertimbangan untuk pelaksanaan siklus berikutnya


yaitu siklus II.

3.3.3. Pelaksanaan Siklus II


1. Perencanaan
Pada siklus ini adalah menentukan alternatif pemecahan masalah
berdasarkan siklus sebelumnya yaitu siklus I. Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti
supaya pelaksanaan sikluss II dapat menjadi lebih baik dari siklus sebelumnya
antara lain :
a. Membuat dan melakukan perbaikan skenario pembelajaran
b. Menyusun dan merivisi lembar kerja siswa (LKS), menyusun kembali alat
evaluasi individu dan tes akhir.

2. Aksi atau Tindakan


Pada kegiatan tindakan, desain pembelajaran sesuai dengan tahap
perencanaan yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Two-Stay Two-Stray. Adapun pelaksanaan siklus II sebanyak 2
pertemuan. Supaya pelaksanaan siklus II berjalan dengan lancar, peneliti
membagi materi pada setiap pertemuan dengan susunan sebagai berikut.
Tabel 3.2 Susunan materi siklus II
Pertemuan Materi
I Pertidaksamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel
II Tes formatif atau tes akhir
Berdasarkan pembagian materi di atas, pelaksanaan penelitian dapat
dijalankan dengan rincian sebagai berikut :
Pertemuan ke – 1
a. Kegiatan awal
1. Guru memberikan salam sebagai awal dimulainya pelajaran
2. Guru mengajak siswa untuk berdo’a bersama-sama
3. Guru mengecek kehadiran siswa
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan inti
27

1. Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok yang masisng-masing


beranggotakan 4 siswa.
2. Guru memberikan materi tentang mengenal konsep Pertidaksamaan Nilai
Mutlak Linear Satu Variabel kepada masing-masing kelompok
3. Guru memberikan suatu permasalahan kepada dalam bentuk lembar kerja
kepada masing-masing kelompok.
4. Guru menyuruh masing-masing untuk berdiskusi dalam memecahkan
masalah dalam lembar kerja dan diharapkan siswa dapat berpikir kritis
dalam memecahkan masalah tersebut
5. Guru meminta 2 anggota masing-masing kelompok untuk bertamu ke
kelompok lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok lain
sedangkan 2 anggota yang tinggal memberikan informasi hasil diskusi
kepada kelompok tamu. Anggota kelompok yang bertugas menjadi tamu,
pada pertemua ini dilakukan rotasi sehingga semua anggota kelompok
merasakan menjadi tamu dan tuan rumah.
6. Guru meminta 2 anggota masing-masing kelompok tamu untuk kembali
ke kelompoknya masing-masing.
7. Guru meminta masing-masing kelompok untuk mendiskusikan hasil
temuan yang didapatkan dari kelompok lain.
Guru memilih beberapa kelompok secara acak untuk mempresentasikan
hasil kerjayang sudah mereka lakukan.
c. Kegiatan penutup
1. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
2. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam

Pertemuan ke – 2
a. Kegiatan awal
1. Guru memberikan salam sebagai awal dimulainya pelajaran
2. Guru mengajak siswa untuk berdo’a bersama-sama
3. Guru mengecek kehadiran siswa
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan peraturan tes yang akan dilaksanakan
2. Guru membagikan lembar soal kepada masing-masing siswa
28

3. Siswa disuruh mengerjakan soal-soal tersebut sesuai waktu yang sudah


ditentukan
c. Kegiatan penutup
1. Guru mengumpulkan lembar jawaban siswa

3. Observasi
Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamat berperan penting kegiatan
observasi. Pengamat disini terdiri dari dua guru mata pelajaran matematika kelas
X-TB. Peran dari pengamat adalah mengisi lembar pengamatan yang telah
diberikan oleh peneliti. Lembar pengamatan terdiri dari penilaian tentang aktivitas
guru dan aktivitas siswa.

4. Refleksi
Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil dari yang didapatkan dari
pelaksanaan siklus II, apakah terdapat peningkatan dari pelaksaan siklus I. Hasil
dari refleksi ini digunakan untuk menentukan kesimpulan akhir dari pelaksanaan
siklus II.

3.4. Instrumen Penelitian


3.4.1. Observasi
Observasi merupakan salah satu alat penilaian yang berupa nontes yang
digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar mengajar. Menurut Gulo (2005),
mengatakan bahwa pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di
mana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama pengamatan.
Menurut Sudjana (2012:85), ada tiga jenis observasi, yakni :
1. Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau
proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh
pengamat.
2. Observasi tidak langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat.
29

3. Observasi partisipasi, berarti pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi langsung.
Pengamatan pada penelitian ini nantinya akan menggunakan pedoman observasi.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Data observasi nantinya digunakan untuk menunjang
keefektifan penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray.
Di bawah ini instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
pelaksanaan penelitian.
Tabel 3.3. Instrumen Penilaian Aktivitas Guru
No. Aktivitas Guru Skor
1. Menyampaikan tujuan 3 = Guru menyampaikan indikator
pembelajaran pembelajaran dan memberikan
apersepsi kepada siswa.
2 = Guru menyampaikan indikator
pembelajaran atau memberikan
apersepsi kepada siswa.
1= Guru tidak menyampaikan indikator
pembelajaran dan tidak memberikan
apersepsi kepada siswa
2. Memberikan penjelasan tentang 3 = Guru memberikan penjelasan
langkah-langkah pembelajaran tentang langkah-langkah
Two-Stay Two-Stray pembelajaran Two-Stay Two-Stray
secara jelas dan rinci
2 = Guru memberikan penjelasan
tentang langkah-langkah
pembelajaran Two-Stay Two-Stray
secara jelas tetapi tidak rinci
1 = Guru tidak memberikan penjelasan
tentang langkah-langkah
pembelajaran Two-Stay Two-Stray
dengan jelas dan rinci
30

No. Aktivitas Guru Skor


3. Membagi siswa menjadi 8 3 = Guru membagi siswa menjadi 8
kelompok kelompok heterogen
2 = Guru membagi siswa menjadi 8
kelompok tetapi tidak heterogen
1= Guru tidak membagi siswa menjadi
berkelompok
4. Memberikan bacaan tentang 3 = Guru memberikan bacaan tentang
materi yang akan dipelajari materi yang akan dipelajari sesuai
dengan pembagian materi yang
sudah direncanakan
2 = Guru memberikan bacaan yang
tidak sesuai dengan pembagian
materi yang sudah direncanakan
1 = Guru tidak memberikan bacaan
5. Membimbing siswa yang 3 = Guru lebih dari 2 kali membimbing
kesulitan dalam menyelesaikan siswa yang kesulitan dalam
soal-soal menyelesaikan soal-soal
2 = Guru maksimal 2 kali membimbing
siswa dalam menyelesaikan soal-
soal
1 = Guru tidak membimbing siswa
yang kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal
6. Memberikan kesempatan kepada 3 = Guru lebih dari 2 kali memberikan
siswa untuk bertanya kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
2 = Guru maksimal 2 kali memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
1 = Guru tindak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
31

No. Aktivitas Guru Skor


bertanya
7. Memberikan pujian pada siswa 3 = Guru memberikan pujian kepada
siswa lebih dari 2 kali
2 = Guru memberikan pujian kepada
siswa maksimal 2 kali
1 = Guru tidak memberikan pujian
kepada siswa
8. Membimbing siswa untuk 3 = Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan hasil menyimpulkan hasil pembelajaran
pembelajaran 2 = Guru menyuruh siswa untuk
menyimpulkan sendiri hasil
pembelajaran
1 = Guru tidak membimbing dan
menyuruh siswa menyimpulkan
hasil pembelajaran
9. Menilai siswa dari kinerja dan 3 = Guru menilai siswa dari kinerja dan
proses proses belajarnya
2 = Guru menilai siswa dari kinerja atau
proses belajarnya
1 = Guru tidak menilai siswa dari
kinerja atau proses belajarnya

Tabel 3.4. Instrumen Penilaian Aktivitas Siswa


No. Aktivitas Siswa Skor
1. Membaca materi yang diberikan 4 = Siswa membaca materi yang
guru diberikan guru dengan teliti
3 = Siswa membaca materi yang
diberikan guru tetapi terkadang
sesekali bercanda dengan temannya
2 = Siswa lebih banyak bercanda
daripada membaca materi yang
32

No. Aktivitas Siswa Skor


diberikan oleh guru
1 = Siswa tidak membaca materi yang
diberikan oleh guru
2. Bertanya atau mengeluarkan 4 = Siswa bertanya atau mengeluarkan
pendapat pendapat lebih dari 2 kali
3 = Siswa bertanya atau mengeluarkan
pendapatnya hanya 2 kali
2 = Siswa bertanya atau mengeluarkan
pendapatnya hanya 1 kali
1 = Siswa tidak bertanya dan
mengeluarkan pendapat
3. Mendengarkan uraian materi dari 4 = Siswa mendengarkan dan
kelompok lain menanggapi keseluruhan materi
yang disampaikan kelompok lain
3 = Siswa mendengarkan dan
menanggapi sebagian materi yang
disampaikan kelompok lain
2 = Siswa hanya mendengarkan uraian
materi dari kelompok lain
1 = Siswa tidak mendengarkan uraian
materi dari kelompok lain
4. Menyalin dan membandingkan 4 = Siswa menyalin dan
catatan dengan teman satu membandingkan catatannya dengan
kelompok teman satu kelompok dan juga
memberikan tanggapan
3 = Siswa menyalin dan
membandingkan catatan dengan
teman satu kelompok
2 = Siswa menyalin atau
membandingkan catatan dengan
teman satukelompok
33

No. Aktivitas Siswa Skor


1 = Siswa tidak menyalin dan
membandingkan catatan dengan
teman satu kelompok
5. Memecahkan soal dari guru 4 = Siswa dapat memecahkan soal dari
guru dengan jawaban benar
jawabannya lengkap
3 = Siswa dapat memecahkan soal
tetapi jawabannya belum benar
semua
2 = Siswa belum dapat memecahkan
soal tetapi masih mencoba untuk
menjawab
1 = Siswa tidak dapat memecahkan
soal dari guru
6. Bersemangat dalam mengikuti 4 = Siswa bersemangat dan antusias
kegiatan pembelajaran dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran secara terus menerus
dan konsisten
3 = Siswa bersemangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
dari awal sampai tengah
2 = Siswa bersemangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
hanya di awal
1 = Siswa tidak bersemanagat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran

3.4.2. Tes
Tes dalam hal ini digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Menurut
Sudjana (2012:35), tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan
(tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes
34

tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Tes ini juga
sebagai alat untuk evaluasi belajar siswa. Pelaksanaan tes ini, diikuti oleh tiap
individu sehingga dapat diketahui kemampuan masing-masing individu dan
waktunya setelah pembelajaran setiap siklus selesai.

3.4.3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kumpulan data yang didapatkan dari kondisi
objek yang diteliti ataupun hasil berupa nilai-nilai dari objek yang diteliti. Dalam
penelitian ini, dokumentasi yang bisa dimasukkan untuk memenuhi hasil
penelitian adalah data siswa dan nilai matematika siswa.

3.5. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk menyusun dan
mengolah data yang sudah dikumpulkan. Sehingga dari analisis data ini, dapat
disimpulkan tentang hasil dari penelitian yang sudah dilaksanakan. Beberapa data
yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah:
1. Penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray berdasarkan aktivitas
guru.
a. Persentase aktivitas guru (Pg) dicari dengan rumus:
𝐴𝑔
𝑃𝑔 = x 100 %
𝑀
Keterangan:
Pg = persentase aktivitas guru
Ag = jumlah skor yang dicapai
M = jumlah skor maksimal
Dengan kriteria sebagai berikut:
35

Tabel. 3.5. Kriteria aktivitas guru


Persentase Keterangan Kriteria
90% < Pg < 100 % Amat Baik AB
75 % < Pg < 90 % Baik B
60 % < Pg < 75 % Cukup C
50 % < Pg < 60 % Sedang S
Pg < 50 % Kurang K
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika dengan penerapan
metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray.
a. Persentase aktivitas siswa (Pa) dicari dengan rumus:
A
Pa   100%
M
Keterangan:
Pa = persentase aktivitas siswa.
A = jumlah skor yang dicapai
M = jumlah skor maksimal.
(dalam Dwiyanto, 2009:36)
Dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel. 3.6. Kriteria aktivitas siswa
Persentase Keterangan Kriteria

Pa  81 % Sangat Aktif SA
61 %  Pa < 81 % Aktif A
41 %  Pa < 61 % Cukup Aktif CA
Pa < 41 % Tidak Aktif TA
3. Ketuntasan hasil belajar matematika setelah pembelajaran menggunakan
metode Two-Stay Two-Stray berlangsung.
a. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa setelah pembelajaran
berlangsung dicari dengan rumus:
n
P  100%
N
Keterangan:
P = persentase ketuntasan belajar siswa.
n = jumlah siswa yang tuntas belajar.
N = jumlah seluruh siswa.
36

Tabel. 3.7. Kriteria ketuntasan siswa


BATAS KATEGORI PREDIKAT
P  90 % Sangat Baik
80 %  P < 90 % Baik
65 %  P < 80 % Cukup Baik
55 %  P < 65 % Kurang
P < 55 % Kurang Sekali
(dalam Dwiyanto, 2009:37)
37

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama
Widya.

Dwiyanto, Wiwit. 2009. Peningkatan Hasil BelajarMatematika kelas IV dengan


Pendekatan Cooperative Learning Teknik Kancing Gemerincing di SDN
6 Sembulung Tahun Pelajaran 2009/2010. Jember: Program Sarjana
Universitas Negeri Jember.

Gulo, W. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Hendrawijaya, A.J. 1999. Motivasi dan Aktivitas Dalam Belajar. Jember: FKIP
Universitas Jember.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Matematika. Jakarta:


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Muslim, Robi. 2012. Peningkatan HAsil Belajar IPA Melalui Metode “Two-Stay
Two-Stray” (TSTS) pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jatiharjo Kecamatan
Jatipuro Tahun Ajaran 2011/2012. Surakarta: FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Nasution, S. 2000. Dikdaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Solikhin. 2012. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT


Remaja Rosada Karya.

Uno, Hamzah B. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai