PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dalam struktur kurikulum
sekolah. Tujuan matematika diajarkan di sekolah supaya siswa bisa membekali
dirinya dengan keterampilan dalam menghadapi suatu masalah yang ada di
kehidupan sehari-hari. Semakin berkembangnya jaman, matematika menjadi salah
satu ilmu yang penting terutama dalam hal perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi banyak dipengaruhi oleh ilmu matematika seperti dalam
menentukan rumus dalam membuat software aplikasi untuk memudahkan
pekerjaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di sekolah harus bisa meningkatkan pola berpikir kritis siswa
dalam memecahkan masalah. Guru mempunyai peran penting dalam mewujudkan
hal tersebut. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator, motivator dan
inspirator. Guru bukan lagi menjadi pusat pembelajaran melainkan siswalah yang
menjadi pusat pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus bisa memilih metode
pembelajaran yang tepat untuk bisa meningkatkan keterampilan siswa.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas X-TB SMK Al
Hidayah Candipuro, siswa masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan siswa lebih banyak mencatat
apa yang dituliskan guru di papan tulis. Dalam pembelajaran tersebut terdapat
beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru atau malah terkadang bercanda
dengan teman di sebelahnya. Siswa juga cenderung masih dalam pembelajaran
dan jarang bertanya sehingga siswa tidak bisa mengasah kemampuannya dalam
berpikir kritis. Hal ini yang menyebabkan hasil belajar siswa cenderung menurun.
Begitu pula yang terjadi di SMK Al Hidayah Candipuro. Sebagai lembaga
pendidikan formal, SMK Al Hidayah Candipuro juga mengalami masalah dengan
hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa bisa dibilang
masih rendah, khususnya di kelas X-TB. Kelas VIII-A merupakan salah satu kelas
yang didominasi oleh siswa dengan jenis kelamin perempuan. Dari total 30 siswa
yang mengikuti pretest sebelum mengawali kegiatan pembelajaran, hanya 5 anak
1
2
yang mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 70 atau sebanyak 16,67% yang tuntas,
sedangkan sisanya sebanyak 83,33% dari siswa kelas X-TB dikatakan belum
tuntas.
Berdasarkan masalah tersebut, baik sekolah maupun guru bidang studi
khususnya matematika, harus bisa mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Solusi yang bisa diambil adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang
tepat. Meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
bergantung pada pemilihan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang
dipilih sudah tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa juga akan
menjadi lebih aktif dan dapat berpikir kritis dalam proses pembelajaran dan
pembelajaran akan menjadi efektif dan dapat mencapai kompetensi yang
diinginkan. Oleh karena itu, bila suatu kompetensi sudah tercapai, maka hasil
belajar siswa juga akan mengalami peningkatan.
Upaya yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
dengan memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk
menyampaikan konsep-konsep dalam matematika. Metode pembelajaran yang
diterapkan haruslah membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dan dapat
merangsang siswa berpikir kritis. Dalam hal ini, siswa aktif dalam berdiskusi atau
bertukar pendapat dengan temannya, berinteraksi dengan guru dan menanggapi
pendapat temannya serta dapat menggunakan cara berpikir kritis dalam
memcahkan masalah. Dengan begitu, kegiatan pembelajaran akan lebih diminati
dan menjadi lebih bermakna bagi siswa, sehingga siswa akan lebih memahami
materi yang sedang dipelajari.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Two-Stay
Two-Stray. Menurut Huda ( 2013:207 ) mengemukakan bahwa metode TS-TS
merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling
bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan
saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi”. Pembelajaran ini, nantinya
akan membagi siswa dalam beberapa kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari
siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Masing-masing kelompok akan
diberikan materi untuk didiskusikan dengan anggota kelompoknya. Selanjutnya
dua anggota dari kelompok tersebut bertamu ke kelompok lain untuk
3
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atsas, rumusan masalah yang didapat yaitu :
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray di kelas
X-TB SMK Al Hidayah Candipuro?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa pada saat penerapan metode pembelajaran
Two-Stay Two-Stray di kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro?
3. Apakah penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X-TB SMK Al Hidayah
Candipuro?
4
3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran Two-Stay
Two-Stray di kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat penerapan metode pembelajaran
Two-Stay Two-Stray di kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro.
3. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-
Stray dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X-TB SMK
Al Hidayah Candipuro.
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Siswa akan menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
b. Siswa akan menjadi lebih mudah untuk memahami isi dari materi
pelajaran dengan adanya diskusi.
c. Siswa dapat melatih cara berpikir kritis mereka dalam memecahkan suatu
masalah.
2. Bagi Guru
a. Guru akan lebih termotivasi dan kreatif dalam memilih metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Guru akan lebih mudah memantau siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Kualitas sekolah akan meningkat dengan adanya pengetahuan yang baik
dalam perbaikan proses pembelajaran.
b. Sekolah akan menjadi lebih diminati siswa karena adanya peningkatan
kualitas belajar.
4. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai pendidik dalam menentukan
metode pembelajaran yang tepat dan dapat membuat siswa aktif dan
berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran.
5
b. Peniliti sebagai calon pendidik akan lebih memahami apa saja yang
diinginkan oleh siswanya.
5. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian
akan difokuskan pada kefektifan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray jika
dilihat dari hasil belajar siswa kelas X-TB SMK Al Hidayah Candipuro pada
pokok bahasan “Nilai Mutlak” tahun pelajaran 2018/2019.
6. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka definisi
operasional sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray
Adalah suatu metode pembelajaran yang membagi kelas dalam beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari 4 anggota kemudian 2 anggota berperan
sebagai tamu ke kelompok lain untuk mengumpulkan informasi dan 2
anggota yang tinggal sebagai pemberi informasi kepada kelompok tamu
sehingga pada akhirnya masing-masing kelompok mencocokkan hasil kerja
mereka dan mempresentasikannya.
2. Hasil belajar
Adalah suatu hasil berupa skor yang didapatkan siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran.
3. Meningkatkan hasil belajar
Yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengupayakan hasil
belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
4. Aktivitas siswa
Adalah kegiatan siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas yang terdiri dari aktivitas : membaca materi yang diberikan guru,
bertanya dan mengeluarkan pendapat, mendengarkan uraian materi dari
teman sebangkunya, menyalin dan membandingkan catatan dengan teman
sebangku, memecahkan soal dari guru, dan bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Belajar
2.1.1. Pengertian Belajar
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu :
1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
dari instruksi. (dalam Slameto, 2010,13)
Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Proses perubahan tingkah laku tersebut dilakukan secara
sadar dan mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.
Slameto (2010:3) mengemukakan tentang ciri-ciri perubahan tingkah laku
dalam pengertian belajar, antara lain:
1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya
suatu perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
1
7
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah :
1. Intelegensi
2. Perhatian
3. Minat
4. Bakat
5. Motif
6. Kematangan, dan
7. Kesiapan
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar menerima pengaruh dari keluarganya berupa :
a. Cara orang tua mendidik
b. Relasi dengan anggota keluarga
c. Suasana rumah tangga, dan
d. Keadaan ekonomi keluarga
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar, antara lain :
a. Metode mengajar
b. Kurikulum
c. Relasi guru dengan siswa
d. Relasi siswa dengan siswa
e. Disiplin sekolah
f. Pelajaran dan waktu sekolah
g. Standar pelajaran
9
h. Keadaan gedung
i. Metode belajar, dan
j. Tugas rumah
3. Faktor Masyarakat
Kehidupan masyarakat juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Siswa
cenderung berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya.
Apabila pengaruh itu baik, maka siswa akan menjadi lebih giat lagi, begitu
juga sebaliknya. (Slameto, 2010:54-72)
Berdasarkan pendapat tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
seperti : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, seperti : faktor keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat.
2. Ranah Afektif
Ranah afketif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni :
a. Penerimaan
b. Jawaban atau reaksi
c. Penilaian
d. Organisasi
e. Internalisasi
3. Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni :
a. Gerakan refleks
b. Keterampilan gerakan dasar
c. Kemampuan perseptual
d. Keharmonisan atau ketepatan
e. Gerakan keterampilan kompleks
f. Gerakan ekspresif dan interpretatif
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar siswa di SMK Al Hidayah Candipuro dikatakan tuntas
apabila mendapatkan nilai di atas KKM atau > 65.
Cerita Pertama
Cerita Kedua
Seorang anak bermain lompat-lompatan di lapangan. Dari posisi diam, si anak
melompat ke depan 2 langkah, kemudian 3 langkah ke belakang, dilanjutkan 2
15
Dari gambar di atas, kita misalkan bahwa x = 0 adalah posisi diam si anak. Anak
panah yang pertama di atas garis bilangan menunjukkan langkah pertama si anak
sejauh 2 langkah ke depan (mengarah ke sumbu x positif atau +2). Anak panah
kedua menunjukkan 3 langkah si anak ke belakang (mengarah ke sumbu x negatif
atau -3) dari posisi akhir langkah pertama. Demikian seterusnya sampai akhirnya
si anak berhenti pada langkah kelima.
Jadi, kita dapat melihat pergerakan akhir si anak dari posisi awal adalah 1 langkah
saja ke belakang (x = -1 atau x = (+2) + (-3) + (+2) + (-1) + (-1) = -1), tetapi
banyak langkah yang dijalani si anak merupakan konsep nilai mutlak. Kita hanya
menghitung banyak langkah, bukan arahnya, sehingga banyak langkahnya adalah
|2| + |-3| + |2| + |-1| + |-1| = 9 (atau 9 langkah).
Perhatikan tabel berikut.
Tabel 1.1 Nilai Mutlak
Berdasarkan kedua cerita dan tabel di atas, dapatkah kamu menarik suatu
kesimpulan tentang pengertian nilai mutlak? Jika x adalah variabel pengganti
sebarang bilangan real, dapatkah kamu menentukan nilai mutlak dari x tersebut?
Perhatikan bahwa x anggota himpunan bilangan real (ditulis x∈R). Berdasarkan
tabel, kita melihat bahwa nilai mutlak dari x akan bernilai positif atau nol (non
negatif). Secara geometris, nilai mutlak suatu bilangan adalah jarak antara
bilangan itu dengan nol pada garis bilangan real. Dengan demikian, tidak
mungkin nilai mutlak suatu bilangan bernilai negatif, tetapi mungkin saja bernilai
nol.
Ada beberapa contoh percobaan perpindahan posisi pada garis bilangan, yaitu
sebagai berikut.
Gambar 1.3 Cara menentukan nilai mutlak suatu bilangan pada garis bilangan
Catatan:
• Garis bilangan digunakan sebagai media untuk menunjukkan nilai mutlak.
• Tanda panah digunakan untuk menentukan besar nilai mutlak, dimana arah ke
kiri menandakan nilai mutlak dari bilangan negatif, dan begitu juga
sebaliknya. Arah ke kanan menandakan nilai mutlak dari bilangan positif.
Besar nilai mutlak dilihat dari panjang tanda panah dan dihitung dari bilangan
nol.
17
Penjelasan
Garis bilangan 1: Tanda panah bergerak ke arah kanan berawal dari bilangan 0
menuju bilangan 3, dan besar langkah yang dilalui tanda panah
adalah 3. Hal ini berarti nilai |3| = 3 atau berjarak 3 satuan dari
bilangan 0.
Garis bilangan 5: Tanda panah bergerak ke arah kiri berawal dari bilangan 0
menuju bilangan -3, dan besar langkah yang dilalui tanda panah
adalah 3. Hal ini berarti bahwa nilai |-3| = 3 atau berjarak 3
satuan dari bilangan 0.
Dari kedua penjelasan di atas, dapat dituliskan konsep nilai mutlak, sebagai
berikut.
Definisi di atas dapat diungkapkan dengan kalimat sehari-hari seperti berikut ini.
Nilai mutlak suatu bilangan positif atau nol adalah bilangan itu sendiri,
sedangkan nilai mutlak dari suatu bilangan negatif adalah lawan dari bilangan
negatif itu.
air sungai tersebut. Konsep apa yang kalian gunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut? Kemudian uraikan langkah-langkah dalam membuat
gambar/sketsa grafik dari penyelesaian permasalahan tersebut!
Alternatif penyelesaian:
Permasalahan 2
Carilah nilai x (jika ada) yang memenuhi persamaan nilai mutlak berikut. Jika
tidak ada nilai x yang memenuhi, berikan alasanmu!
1. |4 – 3x| = |-4|
2. 2x + |3x – 8| = 4
3. |2x – 1| = |x + 3|
2x 6
4. =3
x5
19
Permasalahan 3
Gambarkan grafik persamaan nilai mutlak bentuk linear satu variabel berikut:
1. y = |x – 2|
2. y = |x + 2|
3. y = |2x – 1|
Alternatif Jawaban:
Langkah 2.
Letakkan titik-titik yang kita peroleh pada tabel di atas pada sistem koordinat
kartesius.
20
Langkah 3.
21
21
Perencanaan
Refleksi Aksi
Observasi
Perencanaan
Ulang
Refleksi
Observasi
Aksi
?
Pertemuan ke – 3
a. Kegiatan awal
1. Guru memberikan salam sebagai awal dimulainya pelajaran
2. Guru mengajak siswa untuk berdo’a bersama-sama
3. Guru mengecek kehadiran siswa
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan peraturan tes yang akan dilaksanakan
2. Guru membagikan lembar soal kepada masing-masing siswa
3. Siswa disuruh mengerjakan soal-soal tersebut sesuai waktu yang sudah
ditentukan
c. Kegiatan penutup
1. Guru mengumpulkan lembar jawaban siswa
3. Observasi
Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamat berperan penting kegiatan
observasi. Pengamat disini terdiri dari dua guru mata pelajaran kelas X-TB. Peran
dari pengamat adalah mengisi lembar pengamatan yang telah diberikan oleh
peneliti. Lembar pengamatan terdiri dari penilaian tentang aktivitas guru dan
aktivitas siswa.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan pada akhir siklus I atau setelah
dilaksanakannya tes formatif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
siswa pada pelaksanaan siklus I. Peniliti bersama pengamat melakukan diskusi
tentang hasil yang telah diperoleh dari siklus I. Hasil dari diskusi tersebut,
26
Pertemuan ke – 2
a. Kegiatan awal
1. Guru memberikan salam sebagai awal dimulainya pelajaran
2. Guru mengajak siswa untuk berdo’a bersama-sama
3. Guru mengecek kehadiran siswa
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan peraturan tes yang akan dilaksanakan
2. Guru membagikan lembar soal kepada masing-masing siswa
28
3. Observasi
Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamat berperan penting kegiatan
observasi. Pengamat disini terdiri dari dua guru mata pelajaran matematika kelas
X-TB. Peran dari pengamat adalah mengisi lembar pengamatan yang telah
diberikan oleh peneliti. Lembar pengamatan terdiri dari penilaian tentang aktivitas
guru dan aktivitas siswa.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi ini untuk mengetahui hasil dari yang didapatkan dari
pelaksanaan siklus II, apakah terdapat peningkatan dari pelaksaan siklus I. Hasil
dari refleksi ini digunakan untuk menentukan kesimpulan akhir dari pelaksanaan
siklus II.
3. Observasi partisipasi, berarti pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi langsung.
Pengamatan pada penelitian ini nantinya akan menggunakan pedoman observasi.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Data observasi nantinya digunakan untuk menunjang
keefektifan penerapan metode pembelajaran Two-Stay Two-Stray.
Di bawah ini instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
pelaksanaan penelitian.
Tabel 3.3. Instrumen Penilaian Aktivitas Guru
No. Aktivitas Guru Skor
1. Menyampaikan tujuan 3 = Guru menyampaikan indikator
pembelajaran pembelajaran dan memberikan
apersepsi kepada siswa.
2 = Guru menyampaikan indikator
pembelajaran atau memberikan
apersepsi kepada siswa.
1= Guru tidak menyampaikan indikator
pembelajaran dan tidak memberikan
apersepsi kepada siswa
2. Memberikan penjelasan tentang 3 = Guru memberikan penjelasan
langkah-langkah pembelajaran tentang langkah-langkah
Two-Stay Two-Stray pembelajaran Two-Stay Two-Stray
secara jelas dan rinci
2 = Guru memberikan penjelasan
tentang langkah-langkah
pembelajaran Two-Stay Two-Stray
secara jelas tetapi tidak rinci
1 = Guru tidak memberikan penjelasan
tentang langkah-langkah
pembelajaran Two-Stay Two-Stray
dengan jelas dan rinci
30
3.4.2. Tes
Tes dalam hal ini digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Menurut
Sudjana (2012:35), tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan
(tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes
34
tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Tes ini juga
sebagai alat untuk evaluasi belajar siswa. Pelaksanaan tes ini, diikuti oleh tiap
individu sehingga dapat diketahui kemampuan masing-masing individu dan
waktunya setelah pembelajaran setiap siklus selesai.
3.4.3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kumpulan data yang didapatkan dari kondisi
objek yang diteliti ataupun hasil berupa nilai-nilai dari objek yang diteliti. Dalam
penelitian ini, dokumentasi yang bisa dimasukkan untuk memenuhi hasil
penelitian adalah data siswa dan nilai matematika siswa.
Pa 81 % Sangat Aktif SA
61 % Pa < 81 % Aktif A
41 % Pa < 61 % Cukup Aktif CA
Pa < 41 % Tidak Aktif TA
3. Ketuntasan hasil belajar matematika setelah pembelajaran menggunakan
metode Two-Stay Two-Stray berlangsung.
a. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa setelah pembelajaran
berlangsung dicari dengan rumus:
n
P 100%
N
Keterangan:
P = persentase ketuntasan belajar siswa.
n = jumlah siswa yang tuntas belajar.
N = jumlah seluruh siswa.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama
Widya.
Hendrawijaya, A.J. 1999. Motivasi dan Aktivitas Dalam Belajar. Jember: FKIP
Universitas Jember.
Muslim, Robi. 2012. Peningkatan HAsil Belajar IPA Melalui Metode “Two-Stay
Two-Stray” (TSTS) pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jatiharjo Kecamatan
Jatipuro Tahun Ajaran 2011/2012. Surakarta: FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta