Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, taufik, beserta hidayahNya sehingga kami dapat menyusun e-
modul Fisika ini. Dalam menyusun e-modul Fisika ini kami mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak yang berupa saran, petunjuk ataupun yang lainnya
yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu.
E-modul Fisika ini merupakan modul yang dapat digunakan sebagai bahan
ajar fisika materi hukum Newton dan penerapannya untuk peserta didik di Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA). Modul ini sebagai sumber
belajar mandiri untuk peserta didik.
E-modul Fisika berisi kompetensi, penjelasan materi yang disesuaikan
dengan pola berfikir siswa yaitu mudah diterima, contoh soal dan pembahasan
untuk mendukung pemahaman materi, dan evaluasi yang disajikan sebagai
evaluasi akhir.
Penyusun menyadari bahwa e-modul ini masih memiliki banyak kekurangan
dalam penyusunannya, namun penyusun berharap modul ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca dan semoga dapat membantu proses belajar mengajar. Dengan
demikian, kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat kami harapkan.

Yogyakarta, 1 April 2019

Penyusun
PENDAHULUAN

Dinamika gerak lurus berlaku hukum dari ilmuwan fisika yang terkenal Isaac
Newton yaitu Hukum Newton 1, Hukum Newton II dan Hukum Newton III. Kita bisa
membayangkan betapa pintarnya seorang Isaac Newton yang sudah bisa
menentukan perhitungan (rumus) gaya pada suatu benda yang bergerak lama
sebelum jaman sudah canggih seperti sekarang ini. Prinsip dasarnya materi ini bisa
kita pahami dari adanya benda yang bergerak dan benda tersebut membutuhkan
gaya untuk menggerakkannya. Pada berbagai kondisi ternyata terdapat beberapa
pengembangan rumus seperti misalnya benda yang bergerak pada bidang datar
tidak sama dengan benda yang bergerak pada bidang miring. Atau bidang yang licin
dengan bidang yang kasar.
Hukum-hukum Newton adalah hukum yang mengatur tentang gerak. Hukum
gerak Newton itu sendiri merupakan hukum yang fundamental. Artinya, pertama
hukum ini tidak dapat dibuktikan dari prinsip-prinsip lain. Kedua, hukum ini
memungkinkan kita agar dapat memahami jenis gerak yang paling umum yang
merupakan dasar mekanika klasik.
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum yang menjadi dasar mekanika
klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu
benda dan gerak yang disebabkannya. Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum
oleh Isaac Newton dalam karyanya Philosophi Naturalis Principa Mathematica,
pertama kali ditebitkan pada 05 Juli 1687.
KOMPETENSI

A. Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

B. Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis interaksi gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan
gesekan benda pada gerak lurus.

C. Indikator
1. Menjelaskan hukum I Newton.
2. Menjelaskan hukum II Newton.
3. Menjelaskan hukum III Newton.
4. Mengaplikasikan hukum I Newton.
5. Mengaplikasikan hukum II Newton.
6. Mengaplikasikan hukum III Newton.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui informasi dari e-modul, peserta didik mampu menjelaskan hukum I
Newton.
2. Melalui informasi dari e-modul, peserta didik mampu menjelaskan hukum II
Newton.
3. Melalui informasi dari e-modul, peserta didik mampu menjelaskan hukum III
Newton.
4. Melalui informasi dari e-modul, peserta didik mampu mengaplikasikan
hukum I Newton.
5. Melalui informasi dari e-modul, peserta didik mampu mengaplikasikan
hukum II Newton.
6. Melalui informasi dari e-modul, peserta didik mampu mengaplikasikan
hukum III Newton.

PETA KONSEP
HUKUM NEWTON DAN PENERAPANYA

A. Hukum I Newton
Sehelai kertas diletakkan di atas meja dan di atasnya diletakkan gelas
plastik seperti tampak pada gambar 1 berikut

Gambar 1. Gelas plastik yang diam di kertas dan meja


Ketika kertas ditarik secara cepat (dihentakkan), ternyata gelas plastik
berada pada keadaan diam. Hal ini dikarenakan gelas plastik yang semula diam
memiliki kecenderungan mempertahankan keadaan diamnya. Seperti pada
gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1. Kertas ditarik secara cepat


Ketika kertas ditarik perlahan-lahan, ternyata gelas plastik akan ikut
bergerak bersama dengan kertas. Akan tetapi, apabila tarikan tersebut
dihentikan gelas plastik akan terjatuh (terdorong). Hal ini dikarenakan gelas
plastik yang semula bergerak ada kecenderungan mempertahankan keadaan
bergeraknya. Seperti pada gambar 1.2 berikut.
Gambar 1.2. Kertas ditarik secara perlahan

Hukum I Newton menyatakan bahwa: “Jika tidak ada gaya yang bekerta pada
benda, benda akan tetap diam jika sebelumnya diam atau tetap bergerak pada
garis lurus dengan laju tetap jika sebelumnya benda dalam keadaan bergerak”.
Hukum I Newton tersebut dirumuskan secara matematis dalam
persamaan:

Kecenderungan suatu benda untuk tetap bergerak atau mempertahankan


keadaan diamnya disebut sebagai inersia. Oleh karena itu, hukum I Newton
dikenal dengan Hukum Kelembaman atau Hukum Inersia.
Contoh hukum I Newton dalam kehidupan sehari-hari:
1. Hukum I Newton berlaku ketika mengeluarkan saus tomat dari botol
dengan mengguncangnya.
Pertama, kita memulai dengan menggerakkan botol ke bawah maka saus
akan bergerak ke bawah selanjutnya ketika kita mendorong botol ke atas,
saus tetap bergerak ke bawah dan jatuh pada makanan. Hal ini dikarenakan
saus yang semula bergerak ke bawah akan mempertahankan keadaan
gerak ke bawah meskipun digerakkan ke atas.
2. Hukum I Newton berlaku ketika berada di dalam bus.
Ketika bus dalam keadaan diam kemudian mendadak dijalankan, tubuh kita
akan terdorong ke belakang. Demikian juga ketika bus tiba-tiba direm, tubuh
kita akan terdorong ke depan. Hal ini dikarenakan pada awalnya kita duduk
diam selanjutnya saat bus mendadak dijalankan, tubuh kita cenderung
mempertahankan kondisi diam sehingga akan terdorong ke belakang.
Kemudian pada saat bus berjalan, kita pun dalam keadaan berjalan sehingga
pada saat direm kita cenderung mempertahankan keadaan berjalan,
akibatnya kita terdorong ke depan.
B. Hukum II Newton
Apa yang terjadi jika sebuah gaya total diberikan pada benda?
Newton berpendapat bahwa kecepatannya akan berubah. Suatu gaya total
menyebabkan lajunya bertambah jika gaya tersebut searah dengan arah gerak
benda. Akan tetapi, jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan
gerak benda, gaya tersebut akan memperkecil laju benda.
Perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, sehingga dapat
dikatakan bahwa gaya total yang bekerja pada benda menyebabkan benda
tersebut mengalami percepatan. Arah percepatan tersebut sama dengan arah
gaya total. Jika besar gaya total yang bekerja pada benda tetap maka
percepatannya juga tetap.
1. Bagaimana hubungan antara percepatan dan resultan gaya?
Pernahkah kalian mendorong kereta belanja?
Ketika kita mendorong kereta belanja, maka gaya total yang bekerja
merupakan gaya yang kita berikan dikurangi gaya gesek antara kereta
tersebut dengan lantai.
a. Jika kita mendorong dengan gaya konstan selama selang waktu tertentu
maka kereta belanja megalami percepatan dari keadaan diam sampai
laju tetentu, misalnya 4 m/s.
b. Jika kita mendorong dengan gaya dua kali lipat semula maka kereta
mencapai 4 m/s dalam waktu setengah kali sebelumnya dan
percepatannya menjadi dua kali semula.
c. Jika kita mendorong dengan gaya lima kali lipat semula maka
percepatannya juga akan menjadi lima kali lipat semula.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan
resultan gaya yang bekerja pada benda.
2. Bagaimana hubungan antara percepatan dan massa benda?
Seperti kasus sebelumnya ketika kita mendorong kereta belanja.
Untuk menentukan hubungan antara percepatan dan massa benda, gaya
dorong harus kita jaga tetap. Perhatikan gambar 3.1 dan 3.2 di bawah ini
Gambar 3.1. Seseorang yang mendorong kereta belenja dengan massa m
Jika kita mendorong kereta belanja dengan gaya dorong sebesar F dan
barang memiliki massa m maka akan memiliki besar percepatan sebesar a.

Gambar 3.2. Seseorang yang mendorong kereta belenja dengan massa 2m


Jika kita menambahkan barang yang bermassa dua kali lipat semula 2m
maka akan dihasilkan besar percepatan setengah dari semula atau
percepatannya akan lebih lambat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa percepatan berbanding terbalik dengan
massa benda.
Hubungan ini selanjutnya dikenal sebagai Hukum II Newton, yang
berbunyi sebagai berikut:
Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami
percepatan. Gaya total pada benda sebanding dengan hasil kali massa
benda dan percepatannya.
Hukum II Newton tersebut dirumuskan secara matematis dalam
persamaan:
dengan:
𝑎 = besar percepatan (m/s2)
∑𝐹 = besar gaya total (N)
M = massa benda (kg)
Persamaan di atas sangat sederhana, tetapi kita harus menggunakannya
dengan hati-hati. Pedoman penggunaanya yaitu:
a. Kita harus pastikan kepada benda mana hukum II Newton akan
diterapkan.
b. Vektor gaya total haruslah jumlah vektor dari jumlah semua gaya yang
berlaku pada satu benda yang sama, bukan gaya yang berlaku pada dua
benda yang berbeda.

3. Bagaimana hubungan gaya dan Gerak Lurus Berubah Beraturan?


Tiga persamaan GLBB yang mengandung percepatan a, yaitu:
Hukum II Newton mengandung hubungan antara resultan gaya dan
percepatan dan digambarkan sebagai berikut:

C. Hukum III Newton


Hukum III Newton menyatakan bahwa:
Ketika dua benda berinteraksi, gaya pada kedua benda yang berasal dari satu
sama lain selalu sama besarnya dan berlawanan arah.
Hukum III Newton tersebut dirumuskan secara matematis dalam persamaan:

Tanda negatif berarti bahwa kedua gaya berlawanan arah.


Hukum III Newton dapat dinyatakan sebagai hukum aksi-reaksi, “untuk
setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Perlu diingat bahwa
gaya “aksi” dan gaya “reaksi” bekerja pada dua benda yang berbeda dan gaya-
gaya yang bekerja pada kedua benda tidak dapat di jumlahkan. Selain itu perlu
diingat juga bahwa gaya aksi dan reaksi tidak dapat saling meniadakan.
Sebagai contoh seorang yang menendang bola seperti gambar 4. Kaki
memberikan gaya reaksi kepada bola dan sebagai reaksinya bola memberikan
gaya reaksi kepada kaki. Besar dari kedua gaya tersebut sama tetapi arahnya
berlawanan.
Gambar 4. Seorang menendang bola (gaya aksi-reaksi)
Contoh lain adalah sebuah melon yang terletak di atas meja seperti pada
gambar 5. Melon memiliki gaya berat w ke bawah karena gaya tarik Bumi (gaya
gravitasi) dan memiliki gaya normal N ke atas yang tegak lurus dengan
permukaan meja karena melon tersebut mengerjakan gaya pada meja sehingga
meja memberikan gaya ke atas. Kedua tersebut bukan merupakan pasangan
aksi-reaksi karena w dan N bekerja pada satu benda yang sama yaitu melon.

Gambar 5. Sebuah melon yang terleta di atas meja


Bagaimana kita mendapatkan pasangan gaya aksi-reaksi pada melon
yang terletak di diatas meja?
Penyelesaiannya adalah dengan kita berfokus pada melon, namun
kaitannya dengan interaksi melon dan benda lain yaitu:
1. Interaksi melon dengan Bumi
Gaya aksi-reaksi juga dapat berlaku pada kedua benda yang tidak
bersentuhan, seperti halnya melon dengan gravitasi bumi. Kita tidak boleh
lupa jika melon yang berada pada meja juga mendapatkan pengaruh
gravitasi bumi. Seperti tampak pada Gambar 6.

Gambar 6. Interaksi melon dengan Bumi


Gaya aksi yang diberikan Bumi pada melon yaitu gaya tarik bumi terhadap
melon w, meskipun secara makroskopis tidak terlihat bahwa bumi menarik
melon karena massa Bumi sangat besar sehingga gaya tariknya juga sangat
kecil. Akan tetapi, Bumi tersebut menarik melon. Sebagai reaksi dari gaya
tarik bumi tersebut, melon akan menarik bumi dengan gravitasi yang menuju
pusat bumi w’.
Dengan demikian, dapat drumuskan sebagai berikut:

2. Interaksi melon dengan meja


Gaya aksi-reaksi ini berlaku pada benda yang bersentuhan yaitu antara
melon dengan meja seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Interaksi melon dengan meja


Pada interaksi melon dengan meja, gaya aksi diberikan oleh melon pada
meja yaitu melon menekan meja dengan gaya N’ dan sebagai reaksinya
maka meja akan menekan balik melon tersebut dengan gaya N. Dengan
demikian dapat dirumuskan sebagai berikut:
Contoh hukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari:
1. Aktivitas ketika seseorang mendorong sebuah meja.
Perhatikan tangan kalian ketika mendorong meja pada ujungnya. Bentuk
tangan kalian menjadi berubah, bukti nyata bahwa sebuah gaya juga bekerja
pada tangan kalian. Kalian juga bisa merasakan bahwa gaya tersebut
menekan kalian yaitu rasa sakit ketika kalian memberikan gaya yang
semakin besar. Makin kuat kalian mendorong meja itu, makin kuat pula meja
tersebut mendorong balik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa gaya
yang kalian berikan pada meja sama besar dengan gaya yang diberikan meja
pada kalian tetapi berlawanan arah.
2. Aktivitas ketika berjalan di lantai.
Ketika kita berjalan di lantai, telapak kaki kita memberikan gaya aksi dengan
mendorong permukaan lantai ke belakang akibatnya lantai memberikan aksi
balik (reaksi) kepada telapak kaki kita dengan mendorongnya ke depan.
Begitu seterusnya, sehingga kita bisa berjalan maju. Arah dari gaya yang
diberikan lantai kepada telapak kaki kita berlawanan arah dengan gaya yang
diberikan telapak kaki kepada lantai. Terlihat apabila telapak kaki kita
mendorong lantai ke belakang maka lantai mendorong telapak kaki ke
depan. Selain itu, gaya yang diberikan lantai kepada telapak kaki kita sama
besarnya dengan gaya yang diberikan telapak kaki kita pada lantai. Apabila
telapak kaki kita memberikan gaya yang kecil maka lantai tersebut juga akan
memberikan gaya yang kecil akibatnya kita berjalan pelan. Selanjutnya
apabila telapak kaki kita memberikan gaya yang besar pada lantai maka
lantai tersebut juga akan memberikan gaya yang besar akibatnya kita dapat
berjalan cepat bahkan kita dapat berlari.
3. Aktivitas ketika kita berenang.
Ketika kita berenang, kaki dan tangan kita memberikan aksi dengan
mendorong air ke belakang dan sebagai reaksinya maka air akan mendorong
kaki dan tangan kita ke depan, sehingga kita dapat berenang ke depan.
4. Senapan menembakkan peluru.
Senapan memberikan gaya aksi kepada peluru dengan mendorong peluru
ke depan sebagai reaksinya peluru tersebut akan mendorong senapan ke
belakang. Apabila senapan tersebut ditahan oleh penembak maka
penembak akan tersentak ke belakang akibat dorongan senapan tersebut.
5. Balon udara yang sedang bergerak.
Apa yang terjadi ketika kita meniup balon sampai mengembung dan kita
jepitkan tangan kita pada mulut balon selanjutnya kita lepaskan jepitan kita?
Tentu saja balon tersebut akan bergerak, tapi kemana arah gerakan balon
tersebut?
Apabila kita posisikan balon tegak, dimana mulut balon berada di bawah
maka setelah kita lepaskan, balon akan meluncur ke atas. Pergerakan balon
ke atas disebabkan balon memberikan gaya aksi dengan mendorong udara
dalam balon keluar melalui mulut balon ke bawah dan sebagai reaksinya
udara luar akan mendorong balon ke atas sehingga balon akan bergerak ke
atas.
Apabila posisi balon kita balik, dimana mulut balon berada di atas maka
setelah kita lepaskan, balon akan meluncur ke bawah. Pergerakan balon ke
bawah disebabkan balon memberikan gaya aksi dengan mendorong udara
dalam balon keluar melalui mulut balon ke atas dan sebagai reaksinya udara
luar akan mendorong balon ke bawah sehingga balon akan bergerak ke
bawah.
Apabila posisi balon mendatar, dimana mulut balon berada di kiri maka
setelah kita lepaskan, balon akan meluncur ke kanan. Pergerakan balon ke
kanan disebabkan balon memberikan gaya aksi dengan mendorong udara
dalam balon keluar melalui mulut balon ke kiri dan sebagai reaksinya udara
luar akan mendorong balon ke kanan sehingga balon akan bergerak ke
kanan. Begitu juga sebaliknya, apabila posisi mulut balon berada di kanan
maka balon akan meluncur ke kiri.
Jadi, arah gaya aksi yang diberikan balon melalui mulut balon berlawanan
arah gaya reaksi yang diberikan udara.
Bagaimana dengan besar gaya yang diberikan oleh balon dan gaya yang
diberikan oleh udara?
Banyak sedikitnya udara yang ditiupkan ke dalam balon berpengaruh
pada gerakan balon. Apabila semakin banyak udara yang ditiupkan ke dalam
balon maka ketika mulut balon dibuka, balon akan bergerak semakin cepat.
Hal ini disebabkan karena balon mendorong lebih banyak udara keluar
sehingga reaksinya udara juga akan mendorong balon dengan kuat. Dengan
demikian, gaya yang diberikan oleh balon sama besar dengan gaya yang
diberikan oleh udara.
6. Peluncuran roket dan pesawat jet menggunakan konsep hukum III
Newton
Mengapa roket bisa meluncur ke luar angkasa padahal tidak ada udara
disana?
Konsep peluncuran roket sama halnya dengan percobaan balon yang
meluncur ke atas. Roket memberikan gaya aksi yang sangat besar kepada
gas dengan mendorong gas keluar (ke bawah) dan sebagai reaksinya gas
tersebut memberikan gaya reaksi yang sama besar yaitu dengan mendorong
roket ke atas akibatnya roket dapat meluncur ke luar angkasa meskipun tidak
ada udara.
Konsep peluncuran pesawat jet juga sama dengan peluncuran roket.
Mesin pesawat jet memberikan gaya aksi dengan menyemburkan gas keluar
lewat belakang pesawat, sebagai reaksinya gas tersebut memberikan gaya
reaksi dengan mendorong pesawat jet ke depan. Gaya dorong yang
dilakukan mesin pesawat jet sangat besar sehingga gas juga mendorong
pesawat jet dengan gas yang sangat besar.
Baik roket maupun pesawat jet memiliki prinsip kerja yang sama yaitu
menggunakan hukum III Newton. Perbedaannya terletak pada sumber
bahan bakar yang digunakan. Bahan bakar roket berupa oksigen yang
terdapat dalam tangki roket sedangkan pada mesin jet oksigen diambil dari
udara sekitarnya. Oleh kareana itu, roket dapat bekerja di antariksa (luar
angkasa) sedangkan mesin jet tidak bisa.

D. Jenis-Jenis Gaya
1. Gaya Berat
Berat (w) suatu benda adalah besarnya gaya gravitasi Fg yang bekerja
pada suatu benda. Besarnya gaya berat dapat dirumuskan sebagai berikut:

Arah gaya berat yaitu ke bawah menuju pusat bumi seperti arah gaya
gravitasi.
Dalam suatu Sistem Internasional (SI), percepatan gravitasi dinyatakan
dalam m/s2. Percepatan gravitasi di suatu tempat pada permukaan bumi
sebesar g = 9,80 m/s2. Satuan percepatan gravitasi dapat dinyatakan dalam
N/kg, di mana g = 9,80 m/s2 = 9,80 N/kg. Hal ini berarti, sebuah benda yang
massanya 1 kg di permukaan bumi memiliki berat sebesar:
w= 1 kg x 9,80 m/s2 = 9,80 N
Berat suatu benda di Bumi, Bulan dan planet lain, atau di luar angkasa
memiliki besar yang berbeda-beda. Sebagai contoh, percepatan gravitasi g
di permukaan bulan kira-kira 1/6 percepatan gravitasi di permukaan bumi.
Sehingga massa 1 kg di permukaan bumi yang besarnya 9,8 N, ketika
berada di permukaan bulan beratnya menjadi 1,7 N.
2. Gaya Normal
Mengapa buku yang diletakkan di atas meja tidak jatuh?
Alasannya adalah karena ada gaya lain yang menyeimbangi berat buku
w. Gaya lain tersebut adalah gaya normal, gaya yang bekerja pada bidang
sentuh (buku-meja). Buku bersentuhan dengan meja sehingga pada buku
bekerja gaya normal yang arahnya tegak lurus pada bidang sentuh buku-
meja, yaitu vertikal ke atas.
Dengan demikian, Gaya normal N didefinisikan sebagai gaya yang
bekerja pada bidang sentuh antara dua permukaan yang bersentuhan, yang
arahnya selalu tegak lurus dengan bidang sentuh. Agar lebih memahami
perhatikan Gambar 8!
Gambar 8. Diagram Gaya Normal

3. Gaya Gesek
Apabila kita menarik benda dengan ukuran, massa dan gaya tarik yang
sama, tetapi mengapa terdapat tingkat kesulitan gerak berbeda antara
permukaan yang kasar dan licin?
Alasannya adalah karena adanya gaya gesek. Pada bidang kasar terjadi
gaya gesek antara benda dan permukaan bidang. Arah gaya gesek ini
berlawanan dengan arah gerak benda sehingga gaya gesek menghambat
gerak benda. Dengan adanya gaya gesek pada permukaan yang kasar maka
kita akan merasakan kesulitan saat menarik benda, sehingga ketika menarik
benda pada permukaan yang kasar lebih sulit dibanding pada permukaan
yang licin.
Gaya gesekan termasuk dalam gaya sentuh karena gaya ini timbul
akibat dua permukaan benda yang bersentuhan langsung secara fisik. Arah
gaya gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan berlawanan
arah dengan gerak benda.
Apakah perbedaan antara gaya gesekan statis dan gaya gesekan
kinetis?
Apabila sebuah benda diletakkan di atas lantai maka benda tersebut
akan tetap diam karena gaya geseknya adalah nol. Akan tetapi ketika kita
mendorong benda tersebut mulai dari gaya kecil yang secara perlahan-lahan
diperbesar maka benda tersebut akan bergerak.
Jika kita mendorong benda dengan gaya dorong F yang tidak besar
maka benda tidak akan bergerak. Hal ini karena gaya dorong sama dengan
gaya gesekan. Gaya gesekan yang dikerjakan permukaan lantai pada
benda ketika benda belum bergerak disebut gaya gesek statis fs (F= fs atau
F< fs). Besarnya gaya gesek statis dirumuskan sebagai berikut:

fs = gaya gesek statis (N)


µs = koefisien gesek statis
N = gaya normal (N)
Jika kita memperbesar gaya dorong, suatu waktu kita akan
merasakan bahwa buku tepat akan bergerak. Pada saat ini gaya dorong
sama dengan gaya gesekan statis maksimum fs, maks (F = fs, maks). Jika kita
berikan gaya dorong yang lebih besar dari gaya gesekan statis maksimum
maka benda akan bergerak (F > fs, maks). Gaya gesekan ketika benda
bergerak disebut gaya gesekan kinetis fk. Besarnya gaya gesek kinetis
dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
fk = gaya gesek kinetis (N)
µk = koefisien gesek kinetis
N = gaya normal (N)
Agar lebih memahami gaya gesekan, perhatikan Gambar 9!
Gambar 9. Diagram gaya gesekan
4. Tegangan Tali
Tegangan tali adalah gaya tegang yang bekerja pada ujung-ujung tali karena
tali tersebut dalam keadaan tegang.
Perhatikan Gambar 10!

Gambar 10. Tiga buah benda yang dihubungan dengan tali


Apabila benda A, B, dan C terletak di atas lantai dan ketiga benda tersebut
dihubungkan dengan dua utas tali yang berbeda. Selanjutnya benda C di
tarik dengan gaya sebesar F maka tali 1 dan tali 2 akan tegang. Pada kedua
ujung tali akan timbul tegangan tali T.
Apabila tali dianggap ringan maka gaya tegangan tali pada kedua ujung
tali yang sama dianggap sama besarnya. Penjelasannya adalah sebagai
berkut:
 A dan B dihubungkan dengan tali yang sama (tali 1) maka mempunyai
tegangan tali yang sama di kedua ujungnya yaitu sebesar T1.
 B dan C dihubungkan dengan tali yang sama (tali 2) maka mempunyai
tegangan tali yang sama di kedua ujungnya yaitu sebesar T2.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tegangan tali akan memiliki
besar yang sama apabila tegangan-tegangan tali tersebut dihasilkan oleh
tali yang sama.

E. Aplikasi Hukum-Hukum Newton tentang Gerak


1. Gerak Benda pada Bidang Datar
a. Benda ditarik di atas lantai datar yang licin
1) Benda ditarik dengan gaya horizontal F di atas lantai licin

Gambar 11
Gambar 11 menunjukkan sebuah balok yang diam terletak pada
bidang mendatar yang licin, selanjutnya pada balok bekerja gaya F
mendatar hingga balok bergerak sepanjang bidang tersebut. Komponen
gaya-gaya pada sumbu y adalah:

Dalam hal ini, balok tidak bergerak pada arah sumbu y, berarti besar ay =
0, sehingga:
∑𝐹𝑌 = 0
𝑁−𝑤 =0
dengan:
N = besar gaya normal (N)
w = besar berat benda (N)
m = massa benda (kg)
g = besar percepatan gravitasi (m/s2)
Sementara itu, komponen besar gaya pada sumbu x adalah:

∑𝐹𝑥 = 𝐹
∑𝐹𝑥 = 𝑚𝑎
∑𝐹 = 𝑚𝑎

dengan:
F = besar gaya yang bekerja (N)
a = besar percepatan benda (m/s2)
m = massa benda (kg)
g = besar percepatan gravitasi (m/s2)
2) Benda ditarik dengan gaya horizontal F yang membentuk sudut
α terhadap lantai licin
Gambar 12
Gambar 12 menunjukkan sebuah balok yang diam terletak
pada bidang mendatar yang licin, selanjutnya balok ditarik dengan
gaya F membentuk sudut α terhadap lantai. Komponen gaya-gaya
pada sumbu y adalah:
∑𝐹𝑦 = 0
𝑁 + 𝐹 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 𝑤
𝑁 = 𝑤 − 𝐹 𝑠𝑖𝑛𝛼
Sementara itu, komponen gaya pada sumbu x adalah :

Berdasarkan gambar 12, komponen gaya yang menyebabkan benda


bergerak adalah komponen horizontal (sumbu x) dari gaya maka
besar percepatan gerak benda adalah

Keterangan:
a = percepatan gerak benda (m/s2)
F = besar gaya tarik (N)
α = besar sudut
m = massa benda (kg)
b. Benda ditarik di atas lantai datar yang kasar
1) Benda ditarik dengan gaya horizontal F di atas lantai kasar

Gambar 13
Gambar diatas menunjukkan sebuah benda diam yang ditarik
dengan gaya F horizontal pada lantai kasar sehingga balok bergerak
sepanjang permukaan lantai. Pada bidang sentuh antara benda dan
permukaan lantai akan timbul gaya gesek kinetis.
Besarnya percepatan gerak benda dapat diketahui dengan
meninjau gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x karena benda
tersebut bergerak ke arah sumbu x. Di bawah ini gambar gaya-gaya
yang bekerja pada arah sumbu x.

Tinjau gaya-gaya sesuai dengan hukum II Newton:

Besarnya gaya gaya yang bekerja adalah


Jadi, besarnya percepatan gerak benda adalah

atau
Keteragan:
a = percepatan gerak benda (m/s2)
F = besar gaya tarik (N)
µk = koefisien gesek kinetis
m = massa benda (kg)
N = besar gaya normal (N)
g = besar percepatan gravitasi (m/s2)
2) Benda ditarik dengan gaya horizontal F yang membentuk sudut
α terhadap lantai kasar

Gambar 14
Apabila benda diam diletakkan di atas lantai kasar kemudian
ditarik dengan gaya 𝐹 membentuk sudut α terhadap lantai maka
besarnya komponen-komponen gaya pada sumbu y adalah:
∑𝐹𝑦 = 0
𝑁 + 𝐹 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 𝑤
𝑁 = 𝑤 − 𝐹 𝑠𝑖𝑛𝛼
Pada gambar 14, benda bergerak ke arah sumbu x karena benda
ditarik dengan gaya F horizontal. Dengan demikian, untuk
menentukan besarnya percepatan gerak benda maka kita harus
tinjau gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x, yaitu:
Karena gaya tarik benda pada sumbu x adalah 𝐹 cos 𝛼 maka

Sehingga besarnya gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x adalah

Jadi, besar percepatan gerak benda adalah

atau

2. Gerak Benda pada Bidang Miring


1) Gerak benda pada Bidang Miring Licin
Sebuah benda yang bermassa m bergerak menuruni bidang miring
yang licin. Dalam hal ini kita anggap untuk sumbu x ialah bidang miring,
sedangkan sumbu y adalah tegak lurus pada bidang miring. Perhatikan
gambar berikut!

Gaya-gaya pada sumbu y


Komponen gaya berat W pada sumbu y adalah:

Besar resultan gaya pada komponen sumbu y adalah:


Dalam hali ini, benda tidak bergerak pada arah sumbu y berarti besar ay=
0, sehingga:

dengan:
N = gaya normal pada benda (N)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
m = massa benda (kg)
α = sudut kemiringan bidang
Gaya-gaya pada sumbu x
Komponen gaya berat (W) pada sumbu x adalah:

Komponen gaya-gaya pada sumbu x adalah:

Dalam hal ini, balok bergerak pada arah sumbu x maka besarnya
percepatan benda dapat dihitung sebagai berikut:

dengan:
a = besar percepatan benda (m/s2)
m = massa benda (kg)
α = sudut kemiringan bidang
2) Gerak benda pada Bidang Miring Kasar
Sebuah benda yang bermassa m bergerak menuruni bidang miring
yang kasar. Dalam hal ini benda bergerak pada permukaan yang kasar
sehingga menimbulkan gaya gesek diantara permukaan benda dan
permukaan bidang. Gaya gesek ini arahnya berlawanan dengan gerak
benda. Perhatikan gambar berikut!

Gaya-gaya pada sumbu y


Komponen gaya berat W pada sumbu y adalah:

Besar resultan gaya pada komponen sumbu y adalah:

Dalam hal ini, benda tidak bergerak pada arah sumbu y berarti besar ay=
0, sehingga:

dengan:
N = gaya normal pada benda (N)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
m = massa benda (kg)
α = sudut kemiringan bidang
Gaya-gaya pada sumbu x
Komponen gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x (Fx) adalah:
Besarnya percepatan benda dapat dihitung sebagai berikut:

dengan:
a = besar percepatan benda (m/s2)
g = besar percepatan gravitasi (m/s2)
α = sudut kemiringan bidang
µk = koefisien gesek kinetis
3. Gerak Benda-Benda yang Dihubungkan dengan Tali
Dua buah balok A dan B terletak pada bidang mendatar yang licin,
dihubungkan dengan seutas tali. Pada salah satu balok (misalnya balok B)
diikerjakan gaya sebesar F mendatar hingga keduanya bergerak sepanjang
bidang tersebut dan tali dalam keadaan tegang dinyatakan dengan T.
Perhatikan gambar di bawah ini!

Apabila massa balok A dan B masing-masing adalah mA dan mB, serta


keduanya hanya bergerak pada arah komponen sumbu x saja maka:
1) Resultan gaya pada balok A:

2) Resultan gaya pada balok B:

Subtitusi persamaan (20) dan persamaan (21) didapatkan:


dengan:
a = besar percepatan sistem (m/s2)
F = besar gaya yang bekerja (N)
mA = massa benda A (kg)
mB = massa benda B (kg)
4. Gerak Benda di Dalam Lift
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai peristiwa di dalam lift, perlu
diingat bahwa lift bergerak pada sumbu y, maka yang harus diperhatikan
adalah gaya-gaya yang bekerja pada sumbu y saja. Jadi gaya-gaya yang
bekerja yaitu gaya berat W dan gaya normal N. Selain itu, apabila lift
mengalami perlambatan, maka besar percepatan a = - a.
Berikut ini kemungkinan peristiwa, seseorang yang berada di dalam lift
yaitu:
a. Lift dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan.

Dalam hal ini, lift berada pada keadaan diam atau bergerak dengan
kecepatan tetap (GLB) pada komponen sumbu y, berarti besar
percepatannya adalah nol (ay = 0) sehingga:
dengan:
N = besar gaya normal (N)
W = berat benda/orang (N)
g = besar percepatan gravitasi (m/s2)
m = massa benda/orang (kg)
b. Lift dipercepat ke atas

Dalam hal ini, lift bergerak ke atas mengalami percepatan sebesar a,


sehingga:

c. Lift dipercepat ke bawah


Dalam hal ini, lift bergerak ke bawah mengalami percepatan sebesar a
dan karena lift bergerak ke bawah maka percepatan searah dengan
gaya berat W sehingga W bernilai (+) dan N bernilai (-), sehingga

5. Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Tali melalui Sebuah Katrol

Gambar di atas menunjukkan dua buah katrol A dan B yang dihubungkan


dengan seutas tali melalui sebuah katrol yang licin dan massa katrol diabaikan.
Dalam sistem tersebut berlaku:
a. Massa benda A lebih besar dari massa benda B (mA > mB) maka katrol akan
bergerak menuju ke A sehingga arah percepatannya juga menuju ke benda
A.
b. Apabila massa katrol dan gesekan pada katrol diabaikan, maka selama
system bergerak besarya tegangan pada kedua ujung tali adalah sama yaitu
sebesar T dan percepatan pada kedua benda juga sama yaitu sebesar a.
Dalam menentukan persamaan gerak berdasarkan Hukum II Newton, kita
pilih gaya-gaya ynag searah dengan gerak benda diberi tanda positif (+),
sedangkan gaya-gaya yang berlawanan arah dengan gerak benda diberi tanda
negatif (-).
Besar resultan gaya yang bekerja pada balok A adalah:
∑𝐹𝐴 = 𝑚𝐴 𝑎

Besar resultan gaya yang bekerja pada balok B adalah:


∑𝐹𝐵 = 𝑚𝐵 𝑎

Dengan menjumlahkan persamaan (26) dan (27) didapatkan:


𝑤𝐴 − 𝑤𝐵 = 𝑚𝐴 𝑎 + 𝑚𝐵 𝑎
(𝑚𝐴 − 𝑚𝐵 )𝑔 = (𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )𝑎

dengan:
a = besar percepatan sistem (m/s2)
mA = massa benda A (kg)
mB = massa benda B (kg)
g = besar percepatan gravitasi (m/s2)
Besarnya tegangan tali (T) dapat ditentukan dengan mensubtitusikan
persamaan (26) atau (27), sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut:
𝑇 = 𝑤𝐴 − 𝑚𝐴 𝑎
𝑇 = 𝑚𝐴 𝑔 − 𝑚𝐴 𝑎

atau
𝑇 = 𝑚𝐵 𝑎 + 𝑤𝐴
𝑇 = 𝑚𝐵 𝑎 − 𝑚𝐵 𝑔

Kasus lain yaitu apabila salah satu benda terletak pada bidang datar yang licin
sedangkan benda yang lain tergantung bebas dan kedua benda dihubungkan
dengan seutas tali melalui katrol. Tampak seperti gambar berikut.
Dalam hal ini kedua benda merupakan satu system yang mengalami percepatan
sama, maka berdasarkan persamaan Hukum II Newton dapat dinyatakan
sebagai berikut:
∑𝐹 = 𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎
𝑤𝐵 − 𝑇 + 𝑇 − 𝑇 + 𝑇 = (𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )𝑎
𝑤𝐵 = (𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )𝑎
𝑚𝐵 𝑔 = (𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )𝑎

dengan:
a = besar percepatan sistem (m/s2)
mA = massa benda A (kg)
mB = massa benda B (kg)
g = besar percepatan gravitasi setempat (m/s2)
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN

1. Sebuah balok dengan massa 10 kg terletak pada lantai mendatar yang licin,
kemudian balok tersebut ditarik dengan gaya F sebesar 20 N yang
membentuk sudut 30° terhadap arah mendatar. Jika percepatan gravitasi
sebesar 9,8 m/s2, maka tentukan:
a) besar percepatan gerak balok
b) perpindahan balok setelah gaya bekerja selama 6 sekon

Penyelesaiann
n

Diketahui : m = 10 kg
F = 20 N
α = 30°
g =9,8 m/s2
t=6s
Ditanya : a) a = ….?
b) s = …..?
Jawab :
 Besar resultan gaya pada sumbu x adalah
∑𝐹𝑋 = 𝑚𝑎
𝐹𝑐𝑜𝑠𝛼 = 𝑚𝑎
(20 N)𝑐𝑜𝑠30° = (10kg)𝑎
1
(20 N) √3 = (10kg)𝑎
2
(10√3 N) = (10kg)𝑎

17,3 N = (10kg)𝑎
𝑎 = 1,7 𝑚/𝑠 2

 Perpindahan balok selama 6 sekon adalah


1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
Karena pada awalnya balok berada pada keadaan diam maka
besar kecepatan awalnya v0 adalah 0, sehingga
1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
1
𝑠 = (0)𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
1
𝑠 = 1,7 𝑚/𝑠 2 (6𝑠)2
2
1
𝑠 = 1,7 𝑚/𝑠 2 (6𝑠)2
2
𝑠 = 30,6 𝑚
2. Dua buah balok yang diam, balok A bermassa 60 kg dan balok B
bermassa 20 kg berada diatas permukaan licin kemudian didorong oleh
gaya F sebesar 160 N seperti diperlihatkan pada gambar berikut!(g = m/s2)

Tentukan
a) besar percepatan gerak kedua balok
b) besar gaya kontak yang terjadi anatar balok A dan B

Penyelesaiann
n

Diketahui : 𝑚𝐴 = 60 kg
𝑚𝐵 = 20 kg
𝐹 = 16 N
Ditanyakan: a) a = . . . .?
b) Fkontak = . . . .?
Jawab:
a) besar percepatan kedua balok

Tinjau sistem dan gunakan hukum II Newton:


∑𝐹 = 𝑚𝑎
∑𝐹 = 𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎
160 N = (60 kg + 20 kg)𝑎
160 N = (80 kg)𝑎
160 N
𝑎=
80 kg
160 N
𝑎=
80 kg
𝑎 = 2 m/s2

b) besar gaya kontak yang terjadi antara balok A dan B


cara 1
tinjau benda A
∑𝐹 = 𝑚𝑎
𝐹 − 𝐹𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘 = 𝑚𝐴 𝑎
160 N − 𝐹𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘 = 60 kg(2 m/s 2 )
160 N − 𝐹𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘 = 120 N
160 N − 120 N = 𝐹𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘
𝐹𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘 = 40 N
cara 1
tinjau benda B
∑𝐹 = 𝑚𝑎
𝐹𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘 = 𝑚𝐵 𝑎
𝐹𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘 = 20 kg(2 m/s2 )
𝐹𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘 = 40 N
3. Sebuah balok bermassa 6 kg diletakkan pada bidang miring kasar yang
3
membentuk sudut kemiringan α (𝑡𝑎𝑛 𝛼 = 4) terhadap bidang datar. Saat

balok dilepas, balok bergerak turun sepanjang bidang miring. Jika koefisien
gesek kinetis balok 0,5 dan percepatan gravitasi sebesar 10 m/s 2, maka
tentukan:
a) besar gaya normal yang diberikan bidang terhadap balok
b) besar percepatan turunnya balok

Penyelesaiann
n

Diketahui: m = 6 kg
3
𝑡𝑎𝑛 𝛼 =
4
µk = 0,5
Ditanya: a) N = . . . . ?
b) a = . . . . ?
Jawab :
3 𝑦
𝑡𝑎𝑛 𝛼 = =
4 𝑥
𝑦 3
𝑠𝑖𝑛 𝛼 = =
𝑟 5
𝑥 4
𝑐𝑜𝑠 𝛼 = =
𝑟 5

a) Besar gaya normal


Perhatikan koordinat sumbu y saja, pada sumbu y terdapat dua gaya
yang bekerja yaitu gaya normal N dan gaya berat yang dibentuk
sudut W cos α. Karena benda tidak bergerak pada sumbu y maka
dikatakan benda diam terhadap sumbu y sesuai dengan hukum I
Newton yaitu besar resultan gaya sama dengan nol, sehingga
∑F = 0
𝑁 + (−𝑊 𝑐𝑜𝑠 𝛼) = 0
𝑁 = 𝑊 𝑐𝑜𝑠 𝛼
𝑁 = 𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑠 𝛼
4
𝑁 = (6 kg)(10 m/𝑠 2 )( )
5
4
𝑁 = (60 N)( )
5
𝑁 = 48 N
b) Besar gaya gesek kinetis adalah
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁
𝑓𝑘 = 0,5 (48 N)
𝑓𝑘 = 0,5 (48 N)
𝑓𝑘 = 24 N
Besar percepatan turunnya balok adalah
∑𝐹 = 𝑚𝑎
∑𝐹𝑦 = 𝑚𝑎
𝑊𝑠𝑖𝑛𝛼 − 𝑓𝑘 = 𝑚𝑎
𝑚𝑔𝑠𝑖𝑛𝛼 − 𝑓𝑘 = 𝑚𝑎
3
(6 kg)(10m/𝑠 2 ) − 24 N = (6 kg)𝑎
5
36 N − 24 N = (6 kg)𝑎
12 N = (6 kg)𝑎
12N
𝑎= = 2 m/s 2
6 kg
4. Perhatikan gambar disamping! Apabila koefisien gesek kinetik antara balok
A dan meja 0,2 dan percepatan gravitasi sebesar 10 m/s 2 maka berapa
besar gaya yang harus diberikan pada A agar sistem bergerak ke kiri
dengan percepatan 4 m/s2?

Penyelesaiann
n
Diketahui: 𝜇𝑘 = 0,2
𝑔 = 10 m/s2
𝑚𝐴 = 10 𝑘𝑔
𝑚𝐵 = 5 𝑘𝑔
𝑎 = 4 m/s2
Ditanyakan: F = …?
Jawab:
Tinjau sistem
∑𝐹 = 𝑚𝑎
∑𝐹 = 𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎
∑𝐹
𝑎=
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐹 − 𝑓𝑘 − 𝑊𝐵
𝑎=
(𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )
𝐹 − µ𝑘 𝑚𝐴 𝑔 − 𝑚𝐵 𝑔
𝑎=
(𝑚𝐴 + 𝑚𝐵 )
𝐹 − (0,2)(10 kg)(10 m/s2 ) − (5 kg)(10 m/s 2 )
4 m/s 2 =
(10kg + 5 kg)
𝐹 − (0,2)(10 kg)(10 m/s2 ) − (5 kg)(10 m/s 2 )
2
4 m/s =
(10kg + 5 kg)
60 N = 𝐹 − 20 N − 50 N
60 N = 𝐹 − 70 N
𝐹 = 60 N + 70 N
𝐹 = 130 N
5. Mario bermassa 30 kg berada dalam lift dengan percepatan 2 m/s 2. Jika
percepatan gravitasi bumi sebesar 10 m/s2, maka tentukan :
a. desakan kaki orang pada lantai lift ketika lift bergerak ke atas
b. desakan kaki orang pada lantai lift ketika lift bergerak ke bawah.

Penyelesaiann
n
Diketahui: m = 80 kg
a = 2 m/s2
g = 10 m/s2
Ditanya: a. W = …? (lift bergerak ke atas)
b. W = …? (lift bergerak ke bawah)
Jawab:
a. desakan kaki orang pada lantai lift ketika lift bergerak ke atas
∑𝐹 = 𝑚𝑎
𝑁 − 𝑊 = 𝑚𝑎
𝑁 = 𝑚𝑎 + 𝑊
𝑁 = 𝑚𝑎 + 𝑚𝑔
𝑁 = 𝑚(𝑎 + 𝑔)
𝑁 = 30 kg (10 m/s2 + 2 m/s2 )
𝑁 = 30 kg (12 m/s2 )
𝑁 = 360 N
b. desakan kaki orang pada lift ketika lift bergerak ke bawah

∑𝐹 = 𝑚𝑎
𝑊 − 𝑁 = 𝑚𝑎
𝑊 − 𝑚𝑎 = 𝑁
𝑁 = 𝑊 − 𝑚𝑎
𝑁 = 𝑚𝑔 − 𝑚𝑎
𝑁 = 𝑚(𝑔 − 𝑎)
𝑁 = 30 kg (10 m/s2 − 2 m/s2 )
𝑁 = 30 kg (8 m/s2 )
𝑁 = 240 N
Berdasarkan hukum III Newton (gaya aksi-reaksi) besar gaya desakan
kaki Mario pada lift sama dengan besarnya gaya reaksi lift pada kaki
orang(normal N).
Jadi, ketika lift bergerak ke atas besar gaya desakan kaki adalah 360N
dan ketika lift bergerak ke bawah besar gaya desakan kaki adalah 240
N.

EVALUASI

Pilihlah jawaban yang tepat di bawah ini dengan memilih jawaban A, B, C, D atau
E!

1. Jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol, maka
benda . . . .
A. Pasti dalam keadaan diam
B. Pasti dalam keadaan bergerak
C. Mungkin bergerak dipercepat
D. Mungkin bergerak lurus beraturan
E. Bergerak lalu berhenti
2. Grafik besar percepatan (a) sebagai fungsi resultan gaya pada suatu benda
seperti pada gambar, maka massa benda tersebut adalah. . . .
A. 0,2 kg
B. 0,4 kg
C. 0,6 kg
D. 0,8 kg
E. 1,0 kg

3. Sebuah balon ditiup kemudian mulut balon dijepitkan pada jari tangan dengan
posisi balon tegak sepeti pada gambar. Jika jepitan jari pada mulut balon
dilepaskan maka yang terjadi pada balon tersebut adalah. . . .
A. Balon akan terdorong ke atas
B. Balon akan terdorog ke bawah
C. Balon akan terdorong ke kanan
D. Balon akan terdorong ke kiri
E. Balon akan terdorong membentuk sudut
45°

4.
Apabila sebuah benda digantungkan pada
atap dengan seutas tali seperti tampak
pada gambar disamping, maka besarnya
tegangan tali adalah . . . .
A. 25 N
B. 50 N
C. 75 N
D. 80 N
E. 100 N
5. Sebuah benda diam bermassa 5 kg ditarik dengan gaya sebesar 10 N pada
lantai yang kasar. Jika koefisien gesekan statis dan kinetis antara benda dan
lantai masing-masing adalah 0,4 dan 0,2 maka yang terjadi pada benda tersebut
adalah . . . .
A. Benda akan bergerak dengan percepatan sebesar 1 m/s2
B. Benda akan bergerak dengan percepatan sebesar 2 m/s2
C. Benda akan bergerak dengan kecepatan sebesar 1 m/s
D. Benda akan bergerak dengan kecepatan sebesar 2 m/s
E. Benda akan tetap diam
6. Balok I bermassa 2 kg dan balok II bermassa 4 kg terletak di atas lantai licin
seperti pada gambar. Jika F = 6 N, maka besar gaya kontak antara kedua balok
adalah . . . .
A. 2 N
B. 4 N
C. 6 N
D. 10 N
E. 16 N

7. Pada gambar di bawah ini besar tegangan tali di P adalah . . . .


A. Nol
B. 50 N
C. 100 N
D. 200 N
E. 250 N

8. Sebuah sistem benda terdiri dari balok A dan B seperti pada gambar. Jika
permukaan lantai licin maka besar percepatan sistem adalah . . . .
A. 2 m/s2
B. 4 m/s2
C. 5 m/s2
D. 8 m/s2
E. 10 m/s2
9.
Perhatikan gambar di samping! Jika massa m1 = 5 kg,
g = 10 m/s2 dan m1 bergerak ke bawah dengan
percepatan 2,5 m/s2 serta gesekan tali dan katrol
diabaikan, maka massa m2 adalah . . . .
A. 1 kg
B. 2 kg
C. 3 kg
D. 5 kg
E. 10 kg
10. Seseorang anak bermassa 50 kg berada dalam lift. Jika percepatan gravitasi
bumi sebesar 10 m/s2 maka desakan kaki anak tersebut pada lantai lift ketika
lift bergerak ke bawah dengan percepatan sebesar 3 m/s2 adalah . . . .
A. 300 N
B. 350 N
C. 450 N
D. 550 N
E. 650 N
11. Tono bermassa 45 kg menggunakan sebuah timbangan berat badan untuk
menimbang berat badannya dalam sebuah lift. Jika percepatan gravitasi
sebesar 10 m/s2 maka angka yang terbaca pada timbangan berat badan ketika
lift naik dengan percepatan sebesar 2 m/s2 adalah . . .
A. 200 N
B. 225 N
C. 360 N
D. 450 N
E. 540 N
12. Sebuah mobil bermassa 2000 kg bergerak dengan kecepatan konstan melawan
gaya gesekan sebesar 300 N maka besarnya gaya yang dikerjakan oleh mesin
adalah . . . .
A. 100 N
B. 200 N
C. 300 N
D. 1700 N
E. 2300 N
13. Sebuah balok bermassa 5 kg dilepaskan pada bidang miring licin seperti pada
gambar. Jika percepatan gravitasi bumi 10 m/s2 dan sudut kemiringan 37°(tan
37 = ¾), maka besar percepatan balok adalah . . . .
A. 2,0m/s2
B. 2,5 m/s2
C. 3,0 m/s2
D. 5,0m/s2
E. 6,0 m/s2

14. Perhatikan gambar di bawah ini! Jika koefisien gesek kinetik antara balok A dan
meja adalah 0,1 dan percepatan gravitasi sebesar 10 m/s2 maka gaya yang
harus diberikan pada A agar sistem bergerak ke kiri dengan percepatan sebesar
2 m/s2 adalah . . . .
A. 100 N
B. 130 N
C. 150 N
D. 160 N
E. 180 N

15. Perhatikan gambar di bawah ini! Jika m 1= 1 kg dan m1= 3 kg dihubungkan


dengan sebuah katrol licin serta percepatan gravitasi sebesar 10 m/s2 maka
besar tegangan tali adalah . . . .
A. 2,0 N
B. 2,5 N
C. 4,5 N
D. 7,5 N
E. 9,0 N

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, Resnick dan Walker. 2010. FISIKA DASAR. Jakarta : Erlangga.


Joko Sumarsono. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai