Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum dengan struktur sosial serta dinamika sosial di mana hukum itu
berlaku, terlebih dahulu perlu saya ingatkan bahwa dalam mempelajari
Sosiologi Hukum, kita menempatkan hukum tidak sebagai seperangkat
peraturan yang logis dan konsisten saja melainkan kita tempatkan hukum itu
di dalam konteks sosial. Optik yang kita pakai harus kita ubah, dari konsep
hukum yang normatif ke konsep hukum dalam perspektif sosiologis, in
context.
Bila diibaratkan sebagai sebuah bangunan tubuh manusia, maka
hukum formal yang berupa peraturan perundang-undangan hanyalah
merupakan tulang-tulang yang menjadi kerangka (Sketch, skeleton) saja bagi
bangunan hukum itu sedangkan “masyarakat” bolehlah diibaratkan dagingnya.
Jadi ada kerangka dan ada dagingnya. Para ahli hukum biasanya lebih senang
menekuni kerangka bangunan itu daripada mengkaji pula daging-dagingnya
maupun urat-uratnya yang menempel pada kerangka itu. Sebaliknya para ahli
sosiologi akan merasa lebih betah menggumuli daging-daging suatu bangunan
hukum, yaitu proses-proses yang menyangkut peri kelakuan manusia yang
menjalankan hukum itu.
Sosiologi hukum sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri, merupakan
ilmu sosial, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan bersama
manusia dengan sesamanya, yakni kehidupan sosial atau pergaulan hidup,
singkatnya sosiologi hukum mempelajari masyarakat, khususnya gejala
hukum dari masyarakat tersebut.
Pada hakikatnya manusia dapat ditelaah dari dua sudut, yaitu sudut
structural dan sudut dinamikanya. Segi structural masyarakat atau dinamakan
pula struktur sosial, yaitu keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial pokok
yakni kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, dan kelompok-kelompok
sosial serta lapisan-lapisan sosial.
Sedangkan yang dimaksud dengan dinamika masyarakat adalah apa
yang disebut proses sosial dan perubahan-perubahan sosial. Dengan proses
sosial diartikan sebagai pengaruh timbale balik antara berbagai segi kehidupan
bersama. Dengan kata lain, perkataan proses-proses sosial adalah cara
berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorang dan kelompok-
kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk
hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-
perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
Terutama yang akan disoroti adalah interaksi sosial yang merupakan
dasar dari proses sosial. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial
yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorang an, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok
manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi hukum dalam struktur masyarakat
2. Sebab akibat hukum dalam lembaga masyarakat
3. Sebab akibat hubungan hukum dengan budaya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Sosial
1. Kaidah-Kaidah Sosial dan Hukum
Pergaulan hidup manusia diatur oleh perbagai macam kaidah atau
norma, yang pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan
bersama yang tertib dan tentram. Di dalam pergaulan hidup tersebut,
manusia mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang bagaimana
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primary needs,yang antara
lain, mencakup sandang, pangan, papan, keselamatan jiwa dan harta, harga
diri, potensi untuk berkembang dan kasih sayang.
Pola fikir manusia akan mempengaruhi sikapnya yang cenderung
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap manusia, benda
ataupun keadaan. Sikap-sikap manusia kemudian membentuk kaidah-
kaidah, karena manusia cenderung untuk hidup teratur dan pantas.
Kehidupan manusia yang teratur dan sepantasnya menurut manusia adalah
berbeda-beda, oleh karena itu dibutuhkan patokan-patokan yang berupa
kaidah-kaidah.
Kaidah merupakan patokan-patokan atau pedoman-pedoman
perihal tingkah laku atau perikelakuan yang diharapkan. Setiap masyarakat
memerlukan suatu mekanisme pengendalian sosial agar selalu sesuatunya
berjalan dengan tertib. Yang dimaksud dengan mekanisme pengendalian
sosial (mechanisme of social control) ialah segala sesuatu yang dilakukan
untuk melaksanakan proses yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan untu mendidik, mengajak atau bahkan memaksa para warga
masyarakat agar menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai
kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Kaidah-kaidah itu ada yang mengatur pribadi manusia dan terdiri
dari kaidah kepercayaan dan kesusilaan. Kaidah kepercayaan bertujuan
untuk mencapai suatu kehidupan yang beriman sedangkan kaidah
kesusilaan bertujuan agar manusia berakhlak atau mempunyai hati nurani
bersih. Di lain fihak ada kaedah-kaedah yang mengatur kehidupan antar
manusia atau pribadi, yang terdiri dari kaidah-kaidah kesopanan dan
kaidah hukum.
Kaidah kesopanan bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung
dengan menyenangkan, sedangkan kaidah hukum bertujuan untuk
mencapai kedamaian dalam pergaulan antar manusia. Kedamaian tersebut
akan tercapai dengan menciptakan suatu keserasian antara ketertiban (yang
bersifat lahiriah) dengan ketentraman ( yang bersifat bathiniah).
Kedamaian melalui keserasian antara ketertiban dengan ketentraman,
merupakan suatu ciri yang membedakan hukum dengan kaidah-kaidah
sosial lainnya.
Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :
 Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara
kepentingan;
 Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah;
 Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat;
 Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat;
 Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan
ketentraman)
Berikut beberapa pendapat dari para ahli ilmu-ilmu sosial
mengenai perbedaan antara perilakelakuan sosial yang nyata dengan
perilekakuan sebagaimana yang diharapkan oleh hukum. Menurut Hurt,
inti dari suatu sistem hukum terletak pada kesatuan antara aturan utama
dan aturan-anturan sekunder (prymary and secondary rules). Aturan-
aturan utama merupakan ketentuan informal tentang kewajiban yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergaulan hidup. Oleh karena itu
diperlukan aturan-aturan sekunder yang terdiri dari:
1. Rules of recognition yaitu aturan yang menjelaskan apa yang
dimaksudkan dengan aturan utama dan dimana perlu menyusun aturan-
aturan tadi secara hirarkis menurut urutan kepentingannya.
2. Rules of change yaitu aturan yang mensahkan adanya aturab-aturan
utama yang baru
3. Rules of adjudication yaitu aturan yang memberikan hak-hak kepada
orang perseorangan untuk menentukan apakah pada peristiwa tertentu
suatu aturan utama dilanggar.
Pendapat lain dikemukakan oleh antropolog L.Pospisil (1958),
yang menyatakan bahwa dasar-dasar hukum adalah sebagai berikut:
1. Hukum merupakan suatu tindakan yang berfungsi sebagai sarana
pengendalian sosial. Agar dapat dibedakan antara hukum dengan
kaidah-kaidah lainnya, dikenal adanya empat tanda hukum
atau attributes of law.
2. Tanda yang pertama dinamakannya attribute of authority, yaitu bahwa
hukum merupakan keputusan dari pihak yang berkuasa dalam
masyarakat, keputusan mana ditujukan untuk mengatasi ketegangan
yang terjadi di dalam masyarakat.
3. Tanda yang kedua disebut attribute of intention of universal of
application yang artinya adalah bahwa keputusan yang mempunyai
daya jangkau panjang untuk masa mendatang.
4. Attribute of obligation merupakan tanda keempat yang berarti bahwa
keputusan penguasa harus berisikan kewajiban pihak kesatu terhadap
pihak kedua dan sebaliknya. Dalam hal ini semua pihak harus masih di
dalam kaidah hidup.
5. Tanda keempat disebut sebagai attribute of sanction yang menentukan
bahwa keputusan-keputusan dari pihak yang berkuasa harus dikuatkan
dengan sanksi yang didasarkan pada kekuasaan masyarakat yang
nyata.

2. Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat,
oleh karena setiap masyarakat tentunya mempunyai kebutuhan-kebutuhan
pokok yang apabila dikelompokkan, terhimpun menjadi lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam pelbagai bidang kehidupan.. Dan dapat dipahami
bahwa suatu lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan daripada
kaidah-kaidah dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Fungsi dari lembaga kemasyarakatan itu sendiri, yaitu:
1. Untuk memberikan pedoman kepada para warga masyarakat,
bagaimana mereka bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi
masalah-masalah masyarakat yang terutama dalam menyangkut
kebutuhan-kebutuhan pokok.
2. Untuk menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan system
pengendalian sosial (sosial control).
Disamping itu terdapat tipe-tipe lembaga kemasyarakatan, yang
antara lain:
1. Dari sudut perkembangannya, Lembaga dengan sendirinya tumbuh
dari adat istiadat masyarakat
2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, basic
institutions dan subsidiary institution
3. Dari sudut penerimaan masyarakat, socially sanctioned
institutions dan unsanctioned institutions
4. Perbedaan antara general Institutions dan restricted Institution
5. Dari fungsinya, terdapat pembedaan antara operative
Institutions dan regulative institution
Tidaklah mudah untuk menentukan hubungan antara hukum dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya terutama di dalam menentukan
hubungan timbal balik yang ada. Hal itu semuanya tergantung pada nilai-
nilai masyarakat dan pusat perhatian penguasa terhadap aneka macam
lembaga kemasyarakatan yang ada, dan sedikit banyaknya ada pengaruh-
pengaruh pula dari anggapan-anggapan tentang kebutuhan-kebutuhan apa
yang pada suatu saat merupakan kebutuhan pokok. Namun demikian
sebaliknya Hukum dapat berpengaruh terhadap lembaga-lembaga
kemasyarakatan, apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sumber dari hukum tersebut mempunyai (authority) wewenang dan
berwibawa (prestigefull)
2. Hukum tadi jelas dan sah secara yuridis, filosofis maupun sosiologis
3. Penegak hukum dapat dijadikan teladan bagi faktor kepatuhan
terhadap hukum
4. Diperhatikannya faktor pengendapan hukum didalam jiwa para warga
masyarakat
5. Para penegak dan pelaksanaa hukum merasa dirinya terikat pada
hukum yang diterapkannya dan membuktikannya didalam pola-pola
perikelakuannya
6. Sanksi-sanksi yang positif maupun negative dapat dapat dipergunakan
untuk menunjang pelaksanaan hukum
7. Perlindungan yang efektif terhadap mereka yang terkena oleh aturan –
aturan hukum.

3. Kelompok-Kelompok Sosial dan Hukum


Menurut pendapat aristoteles bahwa manusia itu adalah Zoon
Politicon, dimana dalam hidupnya manusia selalu akan membutuhkan
orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang hal ini dapat dilihat
dari interaksi antara sesama manusia. Reaksi semacam ini menimbulkan
keinginan untuk menjadi satu dengan masyarakat sekelilingnya (antar
manusia) sehingga terjadi sosial groups.
Interakasi manusia berlaku timbal balik yang artinya saling
mempengaruhi satu sama lain yang dengan demikian maka suatu
kelompok sosial mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Setiap warga kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara warga negara yang satu dengan
warga-warga lainnya.
3. terdapat beberapa faktor yang dimiliki bersama oleh warga - warga
kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
Faktor yang tadi merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama,
tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain - lain.
4. ada struktur.
5. ada perangkat kaidah - kaidah.
6. menghasilkan sistem tertentu.
Mempelajari kelompok-kelompok sosial merupakan hal yang
penting bagi hukum, oleh karena hukum merupakan abstraksi daripada
interaksi-interaksi sosial yang dinamis tersebut lama kelaman karena
pengalaman, menjadi nilai-nilai sosial yaitu konsepsi-konsepsi abstrak
yang hidup di dalam alam pikiran bagian terbesar warga-warga masyarakat
tentang apa yang dianggap baik dan tidak baik di dalam pergaulan hidup.

4. Lapisan Sosial, Kekuasaan dan Hukum


Dalam lapisan masyarakat terdapat golongan atas (Upper Class)
dan golongan bawah (Lower Class), dijelaskan bahwa kalangan Upper
Class jumlahnya lebih sedikit dibandingkan Lower Class, karena Kalangan
Upper Class jelas – jelas memiliki kemampuan yang lebih banyak dan
dianggap suatu hal yang terpenting dalam kehidupan bermasyarakat.
Upper Class yang memiliki kemampuan yang lebih tadi akan
berwujud kepada kekuasaan yang tentunya dapat menentukan berjuta –
juta kehihupan manusia. Dan baik bauruknya suatu kekuasaan senantiasa
diukur dari kegunaanya untuk mencapai suatu tujuan yang disadari oleh
masyarakat.
Kekuasaan mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat
menentukan nasib beuta-juta nasib manusia. Baik buruknya kekuasaan tadi
senantiasa dapat diukur dengan kegunaanya untuk mencapai suat tujuan
yang telah ditentukan atau disadari oleh masyarakat terlebih dahulu.
Kekuasaan bergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang
dikuasai. Atau dengan kata lain, antara pihak yang memiliki kemampuan
untuk melancarkan pengaruh dan pihak lan yang menerima pengaruh itu
dengan rela atau karna terpaksa.
Apabila kekuasaan dihubungkan denga hukum, maka paling sedkit
dua hal yang menonjol, pertama para pembentuk, penegak maupun
pelaksana hukum adalah para warga masyarakat yang mempunyai
kedudkan yang mengandung unsure-unsur kekuasaan akan tetapi mereka
tak dapat mempergunakan kekuasaannya dengan sewenang-wenang karna
ada pembatasan-pembatasan praktis dari penggunaan kekuasaan itu
sendiri.
Yang kedua, karna sistem hukum antara lain menciptakan dan
merupakan hak dan kewajiban beserta pelaksanaanya. Dalam hal ini ada
hak warga masyarakat ang tak dapat dijalankan karna yang tak dapat
dijalankan karna ynag bersangkutan tidak mempunyai kekuasaan untuk
melaksanakannya dan sebaliknya adahak-hak yang dengan sendirinya
didukung oleh kekuasaan tertentu.
Dapat dikatakan bahwa kekuasaan dan hukum mempunyai
hubungan timbale bali disatu pihak hukum member batas kekuasaan, dan
dilain pihak kekuasan merupakan suatu jaminan berlakunya hukum. Peran
hukum disini adalah untuk menjaga agar kekuasaan tadi tidak melakukan
tindakan yang sewenang–wenangnya dimana ada batasan–batasan tentang
perannanya yang tujuannya tidak lain untuk menciptakan keadilan.
Dan hal ini tidak menepis kemungkinan bahwa:
1. Semakin Tinggi kedudukan seseorang dalam stratafikasi, semakin
sedikit hukum yang mengaturnya.
2. Semakin rendah kedudukan seseorang dalam stratafikasi, semakin
banyak hukum yang mengaturnya.

B. Dinamika Sosial
1. Hukum dan Interaksi Sosial
Didalam suatu interaksi sosial pasti memilikki suatu pengaruh
negative maupun positif, dengan adanya hal itu maka hukum sangatlah
berperan penting dalam suatu interaksi sosial. Peran hukum itu sendiri
ibarat kompas, yang menjadi petunjuk arah kemana manusia harus
melangkah atau berbuat sesuatu.
Jika manusia sebagai makhluk sosial yang dituntut untuk
melakukan hubungan dengan manusia lain maka seorang manusia yang
terdiri dari individu maupun kelompok perlu memperhatikan hukum yang
berlaku di wilayah tempat tinggal mereka, karena kehidupan makhluk
sosial tidak lepas dari hukum yang seolah-olah menjerat mereka untuk
menuju suatu jalan yang benar. Terealisasikannya hukum itu tergantung
pada empat faktor, yaitu :
1. Hukum itu sendiri, Hukum memang sangat diharuskan bersifat
melindungi, sehingga masyarakat akan merasa aman dimanapun
mereka berada;
2. Penegak Hukum, Penegak hukum harus bersifat tegas, berani dan
netral. Karena penegak hukum sangat berperan penting dalam
berjalannya suatu system hukum;
3. Fasilitas Pendukung, Fasilitas pendukung hukum dibagi menjadi dua
bagian yaitu perangkat lunak dan perangkat keras. Perangkat lunaknya
seperti peyuluhan tentang hukum terhadap warga maupun penegak
hukum. Sedangkan perangkat kerasnya seperti kendaraan bermotor,
pistol,dll. Tanpa adanya fasilitas pendukung tersebut, tidak akan
mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya
dengan peranan yang aktual.
4. Masyarakat, Warga atau masyarakat merupakan unsur terpenting
didalam berjalannya hukum itu sendiri, karena hukum dibuat oleh
masyarakat itu sendiri dan ditaati oleh masyarakat itu sendiri, sehingga
mau tidak mau masayarakat harus taat pada hukum yang berlaku
apabila tidak ingin terkena sanksi dari hukum yang telah berlaku.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat
berlangsung dan terus di terima oleh seluruh anggota masyarakat maka
peraturan-peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh
bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut. Dengan
demikian, hukuman bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat dan hukum itu harus berdasarkan pada keadilan.
Adapun tujuan dari hukum dan interaksi sosial itu sendiri adalah
Untuk menjamin kelangsungan keseimbangan dalam perhubungan antara
anggota masyarakat. Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur
dan memaksa warga untuk patuh menaatinya, menyebabkan terdapat
keseimbangan dalam tiap hubungan antar anggota masyarakat. Setiap
hubungan kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan dalam peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam
masyarakat.
Terjadinya suatu interaksi sosial secara otomatis akan ikut melekat
pula hukum yang akan melaksanakan fungsinya sebagai pengendalian
sosial. fungsi hukum dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan
proses sosial yakni :
1. Fungsi Hukum Sebagai Pengatur apabila dalam proses interaksi sosial
tersebut dilakukan dengan nurani (kodrati), organis (terorgisir) dan
mekanis atau dilakukan berdasarkan keinginan hati.
2. Fungsi Hukum Sebagai Pengawas apabila terjadi reaksi ( perubahan
sosial). Perubahan sosial yang menjadikan hukum mengawasi adalah
perubahan sosial terarah, maju, mengambang, dan mundur.
3. Fungsi Hukum Sebagai Penyelesaian Masalah. Peranan hukum dalam
menyelesaikan masalah apabila terjadi permasalahan sosial.
Permasalahan sosial terbagi atas beberapa kategori yakni,
permasalahan sosial sangat berat, amat berat, berat, dan tidak
berat.(Nugraha: 2012)
Dengan demikian hukum berdampingan dengan masyarakat,
karena terjadinya suatu interaksi sosial hukum berperan sebagai pengatur
masyarakat.
2. Hukum dan Kebudayaan
Hukum sangat berkaitan erat dengan kebudayaan. Hukum sendiri
merupakan produk kebudayaan, karena sejatinya produk hukum adalah
produk ciptaan manusia. Dalam studi hukum dikenal struktur hukum,
substansi hukum, dan budaya hukum. Hukum diciptakan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lainnya sesuai
dengan kebudayaan setempat. Artinya, kebudayaan membentuk hukum.
Menurut Prof. Satjipt, hukum itu bukanlah skema yang final, tetapi terus
bergerak sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman umat manusia.
Artinya, hukum akan terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman
dan dinamika manusia ini terlahir dalam proses kebudayaan yang berbeda.
Kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat terlibat dalam hal
pembentukan hukum. Di Indonesia dikenal adanya masyarakat Hukum
Adat yang jumlahnya sangat banyak. Perkembangan kebudayaan dan
hukum menciptakan suatu subjek hukum yang bernama Hukum Adat.
Dalam Pendidikan Tinggi hukum, terdapat mata kuliah yang kaitannya
dengan Hukum, Masyarakat, dan Kebudayaan: Hukum Adat, Antropologi
Hukum, Hukum dan Masyarakat, dan Sosiologi Hukum. Mata kuliah-
mata kuliah inilah adalah awal pengenalan mahasiswa hukum terhadap
hubungan dari hukum dan kebudayaan.
Kita mengenal konsepsi hukum sebagai bentuk dari peraturan-
peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang hadir dalam masyarakat.
Peraturan-peraturan ini mengandung norma dan nilai di dalamnya.
Kebudayaan hukum juga bersumber dari kekuasaan karena setiap sanksi
yang dibuat di dalam hukum tidak terlepas dari ikut campur peran
penguasa. Prof. Sudikno Mertokusumo mengungkapkan bahwa hakikat
kekuasaan tidak lain adalah kemampuan seorang untuk memaksakan
kehendaknya kepada orang lain dan penegakan hukum dalam hal ada
pelanggaran adalah monopoli penguasa.
Hukum yang lahir dari kebudayaan merupakan suatu proses hukum
yang lahir dengan cara bottom-up (dari bawah keatas), dari akar rumput
masyarakat, dari kaidah-kaidah kepercayaan, spiritual, dan kaidah sosial
yang ada di masyarakat menjadi suatu hukum yang berlaku. Hukum Adat
juga demikian, ada karena budaya di masyarakat yang membangunnya.
Bahwa Hukum Adat antara masyarakat Jawa, masyarakat Minang,
masyarakat Bugis adalah berbeda. Ini adalah suatu konsep pluralisme
hukum (legal pluralism) dimana hukum hadir dalam bentuk kemajemukan
kebudayaan.
BAB III
PENUTUP

Dari beberapa definisi dan pengertian Hukum diatas, maka


dapatdisimpulkan bahwa secara umum Hukum adalah peraturan tingkah laku manusia,yang
diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib, yang bersifat memaksa,harus
dipatuhi, dan memberikan sanksi tegas bagi pelanggar peraturan tersebutbaik dalam
masyarakat dan negara (sanksi itu pasti dan dapat dirasakan nyata bagiyang bersangkutan).
Adanya keterkaitan antara hukum dan masyarakat serta persoalan-
persoalan yang dihadapi telah mengubah paradigma para pemikir atau para ahli
hukum bahwa hukum pada dasarnya adalah melayani kepentingan masyarakat,
maka dari itu hukum dituntut untuk dinamis seiring dengan dinamisnya kehidupan
masyarakat. Berada dari sinilah sehingga dalam dunia hukum dikenal istilah
sosiologi hukum maupun antropologi hukum dan lain-lainnya yaitu gabungan
antara ilmu sosial dan ilmu hukum tidak lain adalah untuk dapat menjawab
problematika kehidupan masyarakat pada umumnya begitu juga dengan
antropologi hukum dan seterusnya.
MAKALAH
FILSAFAT HUKUM ISLAM

TENTANG
HUBUNGAN TIMBAL BALIK HUKUM DAN KENYATAAN
MASYARAKAT

DISUSUN OLEH : KELOMPOK XIV


1. AGUSNEDI
2. YULIA FITRI
3. AGUSTA WIJAYA
4. DENI SETIAWAN
5. SUHARDIMAN
6. IQBALUZAKI

DOSEN PEMBIMBING :
HENDRA YANI,M.Ag

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM UMAR BIN KHATTAB


JURUSAN AHWAL AL-SYAKSIYYAH
UJUNG GADING KAB.PASAMAN BARAT
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai